BPSPL Makassar | Ditjen Pengelolaan Ruang Laut | Kementerian Kelautan dan Perikanan
21 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
MULAINYA HIU PAUS DI BOTUBARANI DITELITI
Hiu Paus yang muncul di perairan Pantai Botubarani sempat mengejutkan masyarakat luas, terutama pada selang bulan antara Maret-Agustus 2016. Tidak diketahui secara pasti awal mula keberadaan Hiu Paus di pantai tersebut diketahui oleh publik. Yang pasti, berita mengenai mudahnya bertemu dengan Hiu Paus di Gorontalo sempat viral dan menjadi perbincangan utama di sosial media. Bahkan media online, cetak maupun televisi tidak mau kehilangan momentum untuk turut memberitakan. Akibatnya, wisatawan dari penjuru wilayah beramai-ramai berdatangan untuk dapat merasakan sensasi berinteraksi dengan Hiu Paus.
Keberadaan Hiu Paus di perairan Pantai Botubarani membuat beberapa peneliti dan insitusi tertarik untuk melakukan penelitian secara terstruktur. Bagaimana tidak, kemunculan Hiu Paus ke permukaan pada kawasan Perairan Teluk Tomini tergolong sangat jarang dan sulit diprediksi. Salah satu daerah selain Botubarani, Gorontalo dimana memiliki informasi kemunculan Hiu Paus adalah di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Parigi Moutong Equator Dive Resort, dive center yang berdiri disana beberapa kali menginformasikan pertemuan dengan Hiu Paus ketika melakukan aktivitas penyelaman. Daerah lain, Bolsel diving club menginformasikan kemunculan Hiu Paus dekat aktivitas perikanan nelayan di Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara. Kemunculan Hiu Paus di kedua wilayah perairan tersebut masih belum bia diprediksi.
Kemunculan Hiu Paus yang teratur bahkan setiap hari di Botubarani Gorontalo tentu sangat membantu peneliti dalam mengungkap kehidupan Hiu Paus di Teluk Tomini. Sebagai ikan yang sering menghabiskan waktu di kedalaman, kemunculan Hiu Paus dipermukaan dapat menjawab struktur populasinya dalam suatu kawasan perairan. Selain itu, nilai penting dari suatu perairan sebagai habitat dari Hiu Paus juga dapat diketahui. Sehingga, upaya pengelolaan berkelanjutan dapat direncanakan secara tepat baik pada untuk Hiu Paus maupun lingkungan perairan sebagai habitat.
V. RISET-RISET HIU
PAUS DI BOTUBARANI
Keberadaan Hiu Paus di perairan Pantai Botubarani, Gorontalo membuat beberapa peneliti dan institusi tertarik untuk melakukan penelitian secara terstruktur dan berkala. Bagaimana tidak,
kemunculan Hiu Paus ke permukaan pada kawasan Perairan Teluk Tomini tergolong sangat jarang dan sulit diprediksi.
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 22 Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN ©BPSPL Makassar
23 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
SEKILAS RISET DARI Hubbs-SeaWorld Research Institute
Jauh sebelum kemunculan Hiu Paus di Pantai Botubarani diketahui publik, Dr. Eckert dari Hubbs-SeaWorld Research Institute bersama koleganya di Filipina telah memasang penanda satelit pada beberapa Hiu Paus yang muncul di Filipina. Pemasangan alat tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pergerakan Hiu Paus di perairan bebas. Fitur pada penanda yang memberikan informasi koordinat posisi sangat membantu peneliti dalam melacak keberadaan Hiu Paus.Peta diatas (Gambar 15) adalah hasil yang didapatkan dari pemasangan penanda satelit pada Hiu Paus di Filipina dimana merepresentasikan pergerakannya di perairan. Garis berwana merah adalah hasil yang telah dipublikasikan, sedangkan garis putus-putus berwarna kuning adalah yang belum dipublikasikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa terdapat individu Hiu Paus yang bergerak dari Filipina ke arah Perairan Indonesia, tepatnya di teluk-teluk Pulau Sulawesi. Belum banyak yang bisa dibahas dari hasil penelitian tersebut mengingat belum adanya publikasi secara sain oleh peneliti yang bersangkutan.
Keberadaan Hiu Paus di Perairan Gorontalo tidak lepas dari wilayah perairan lainnya sebagai habitat dan ruang gerak dalam siklus kehidupannya. Penelitian Hiu Paus di Pantai Botubarani menjadi sangat penting karena menjadi salah satu daerah aggregasi Hiu Paus disepanjang wilayah pergerakannya. Ancaman kehidupan Hiu Paus yang muncul di wilayah pantai
© Hubbs-SeaWorld Research Institute
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 24 Botubarani dapat memberikan dampak bagi wilayah lain sekitar Perairan antara Filipna dan Sulawesi. Sehingga, perlindungan spesies ini menjadi vital dan harus diperhatikan secara serius.
BEBERAPA RISET HIU PAUS DI BOTUBARANI
Penelitian secara berkelanjutan terhadap Hiu Paus di Perairan Botubarani penting untuk dilakukan untuk mengetahui karakteristik kehidupan Hiu Paus dengan segala ancaman yang ada. Hasil-hasil penelitian sangat bermanfaat sebagai landasan dalam penyusunan regulasi dan konservasi Hiu Paus di Perairan Teluk Tomini umumnya dan Botubarani Gorontalo khususnya. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan Perikanan (Balitbang KP-KKP), Whale Shark Indonesia (WSID), WWF-Indonesia dan Insitut Pertanian Bogor berkolaborasi aktif dalam melakukan penelitian Hiu Paus di Pantai Botubarani (Gambar 16). Beberapa penelitian telah menunjukkan hasil yang dapat memberikan kesimpulan umum terhadap keberadaan Hiu Paus tersebut. Hingga saat ini penelitian masih dilakukan dengan rencana-rencana pengembangan yang dicanangkan kedepannya.
Hasil-hasil penelitian secara umum telah menggambarkan komposisi Hiu Paus berdasarkan jenis kelamin dan ukuran serta hubungan kemunculannya terhadap aktivitas wisata di Perairan Botubarani. Selain itu pemasangan alat penanda akustik pada Hiu Paus yang telah dilakukan telah menggambarkan pola tinggal Hiu Paus setiap harinya yang dijelaskan pada subbab berikut; Gambar 16. Kolaborasi aktif dalam melakukan penelitian Hiu Paus di Pantai Botubarani Photo by : Kris HANDOKO ©BPSPL Makassar
25 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 26
KOMPOSISI HIU PAUS BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DAN UKURAN SERTA HUBUNGAN KEMUNCULANNYA
TERHADAP AKTIVITAS WISATA
Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kemunculan Hiu Paus di Perairan Pantai Botubarani dipengaruhi oleh keberadaan pabrik pengepakan udang dengan segala limbah yang dihasilkan, dimana terbuang menuju laut. Memanfaatkan momen tersebut, aktivitas pemberian makan melalui kegiatan wisata berkembang dengan maksud agar dapat berinteraksi secara dekat dengan Hiu Paus. Hal ini turut mempengaruhi jumlah Hiu Paus yang muncul ke permukaan. WSID sebagai inisiator dalam riset ini bersama BPSPL Makassar, WWF-Indonesia dan IPB telah mendapatkan hasil yang menggambarkan secara umum karakteristik populasi Hiu Paus di Botubarani.
WAKTU RISET
Riset ini dilakukan pada tanggal 12-30 April 2016 dengan melakukan pengamatan secara langsung pada Hiu Paus yang muncul di pagi dan sore hari. Pada pagi hari, pengamatan dilakukan pada pukul 7.00-8.00 WITA dan sedangkan pada sore hari dilakukan pukul 16.00 WITA. Pemilihan waktu pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa lama suatu individu Hiu Paus berada di perairan Pantai Botubarani.
METODE
Setiap Individu Hiu Paus yang muncul di Perairan Botubarani diambil fotonya setiap hari mulai dari insang ke-5 hingga ujung sirip dada bagian kanan dan kiri. Pola totol-totol putih yang terdapat pada bagian tersebut berbeda untuk setiap individunya (Gambar 19) (Speed et al., 2007). Selanjutnya, hasil pengumpulan foto pola totol-totol tersebut digunakan sebagai dasar penamaan dan perhitungan jumlah individu Hiu Paus yang mendatangi perairan Pantai Botubarani.
Gambar 17. Pola totol-totol pada tubuh Hiu Paus yang berbeda setiap individunya
27 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
Selain melakukan pengambilan gambar pola totol-totol putih, jenis kelamin Hiu Paus juga diidentifikasi untuk mengetahui rasio antara jantan dan betina dalam suatu populasi. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan memeriksa keberadaan klasper ada di daerah sirip perut dari Hiu Paus. Klasper adalah alat kelamin pejantan, sedangkan betina tidak memilikinya (Gambar 18) (Compagno, 2000; Himawan et al., 2015).
Panjang total Hiu Paus juga dilakukan estimasi untuk mengetahui tingkat kedewasaan yang berkaitan dengan reproduksi. Telah disinggung dalam bab fakta umum Hiu Paus, bahwa Hiu Paus jantan dengan ukuran >8-9 m dan betina dengan ukuran >10 m dapat diduga sebagai individu dewasa (Joung et al., 1996; Norman, 2002). Pentingnya mengetahui tingkat kedewasaan pada suatu individu adalah untuk mengetahui dugaan-dugaan peran suatu lingkungan perairan sebagai habitat penting bagi siklus hidup Hiu Paus. Peranan lingkungan perairan yang menjadi habitat Hiu Paus tersebut dapat menjadi lokasi perlindungan, pertumbuhkembangan, mencari makan, bereproduksi maupun hanya perlintasan.
Pengukuran panjang total Hiu Paus dilakukan secara estimasi dengan cara membandingkan ukuran tubuh Hiu Paus dengan observer (Norman & Stevens, 2007; Himawan et al., 2015). Observer yang melakukan pengambilan data berenang sejajar dengan Hiu Paus dan melakukan estimasi panjang dengan referensi panjang tubuhnya sendiri.
Cara lain dalam mengukur panjang total Hiu Paus adalah dengan menggunakan roll meter. Pengukuran metode ini dilakukan secara manual dengan mengukur dari ujung kepala hingga ujung sirip ekor Hiu Paus. Diperlukan setidaknya dua observer dalam pengukuran ini untuk memegang setiap ujung roll meter. Pergerakan hiu paus yang aktif menjadi tantangan
Gambar 18. Hiu Paus jantan memiliki klasper pada sirip perut sedangkan betina tidak memilikinya (Himawan et al., 2015)
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 28 dalam mengukur Hiu Paus menggunakan roll meter sehingga diperlukan kemampuan berenang yang sangat baik.
Untuk mengetahui hubungan kemunculan Hiu Paus terhadap aktivitas wisata, dilakukan pencatatan jumlah pengunjung dan berapa banyak jumlah makanan yang diberikan kepada Hiu Paus dalam satu harinya. Sehingga, hasil yang didapatkan akan menunjukkan apakah banyaknya pengunjung dan makanan yang diberikan mempengaruhi perilaku muncul Hiu Paus ke permukaan perairan Pantai Botubarani.
HASIL-HASIL UMUM
Pada selang waktu antara tanggal 12-30 April 2016, sebanyak 17 ekor Hiu Paus teridentifikasi berada di perairan Pantai Botubarani (dengan kode individu ID GT_01 - ID GT_17). Kemunculan beberapa individu Hiu Paus menunjukkan bahwa terdapat keberadaan populasi dalam wilayah perairan Botubarani pada waktu tersebut (Gambar 19).
Mengacu pada hasil penandaan satelit Dr. Eckert dan jumlah individu yang diketahui, Teluk Tomini terindikasi sebagai bagian dari area dan jalur pergerakan Hiu Paus yang diduga berkaitan dengan aktivitas mencari makan. Aktivitas pabrik pengepakan udang yang menghasilkan limbah serta wisata yang berkembang di Pantai Botubarani diduga menjadi stimulun Hiu Paus yang berada di area perairan Gorontalo untuk mendekat dan muncul ke permukaan. Keberadaan umum Hiu Paus di Perairan Gorontalo diduga berkaitan dengan ikan nike yang telah dijelaskan pada bab Gorontalo, Botubarani dan Hiu Paus.
Gambar 19. Kemunculan beberapa individu yang menunjukkan bahwa terdapat keberadaan populasi Hiu Paus di Perairan Botubarani
29 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
Seluruh individu Hiu Paus yang teridentifikasi berjenis kelamin jantan. Tidak adanya Hiu Paus betina yang teridentifikasi selama selang waktu riset tidak semerta-merta menyimpulkan bahwa tidak ada Hiu Paus betina di wilayah perairan Gorontalo. Terdapat beberapa dugaan terhadap tidak adanya Hiu Paus berjenis kelamin betina, seperti tidak muncul ke permukaan ataupun berada di perairan lain selain di Botubarani. Pergerakan Hiu Paus yang jauh dan cenderung berada di kedalaman menjadi landasan dari pendugaan tersebut. Selain itu, komposisi Hiu Paus pada daerah lain seperti Teluk Cenderawasih dan Kalimantan Timur melalui penelitian WSID dan WWF-Indonesia menunjukkan jumlah betina yang teridentifikasi tidak lebih dari 4 ekor. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan individu jantan memiliki perbedaan yang sangat signifikan, dimana terdapat 121 di Teluk Cenderawasih (Tania et al., 2016) dan 34 ekor di Kalimantan Timur (Himawan et al., 2016). Rasio yang berbeda jauh tersebut dapat menggambarkan bahwa kemunculan individu Hiu Paus betina tergolong sangat jarang. Alasan kenapa rasio jantan dan betina sangat berbeda belum diketahui secara pasti. Perilaku Hiu Paus yang cenderung berada di kedalaman dengan pergerakannya yang selalu menuju ke perairan dengan keberadaan makanan yang tinggi membuat jumlahnya secara akurat pada suatu perairan sulit diketahui. Alasan lain berkaitan dengan faktor reproduksi, karena Hiu Paus betina bersifat poliandri dimana dapat memiliki 300 embrio dalam perut, belum diketahui secara pasti. Riset demi riset hingga kini terus dilakukan oleh peneliti di penjuru dunia untuk memberikan alasan yang lebih pasti.
Dari 17 Individu Hiu Paus yang teridentifikasi muncul ke permukaan perairan Pantai Botubarani, diketahui bahwa seluruh individu dikategorikan sebagai juvenil atau belum dewasa. Panjang total dari individu-individu Hiu Paus tersebut berkisar antara 3- 7.9 meter (Gambar 20)(Himawan,2017). Hiu Paus yang muncul didominasi individu dengan panjang total antara 5-5.9 meter dan 4-4.9 mete. Individu Hiu Paus dengan panjang total terpanjang memiliki ukuran antara 7-7.9 meter, sedangkan yang terkecil antara 3-3.9 meter.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 3-3.9 4-4.9 5-5.9 6-6.9 7-7.9 Jum la h In di vi du
Estima Panjang (meter)
Gambar 20. Panjang total individu Hiu Paus yang teridentifikasi di Pantai Botubarani (Himawan, 2017)
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 30 Jumlah kemunculan Hiu Paus setiap harinya selama selang riset memiliki rata-rata 6 individu tiap harinya. Namun jika dipisahkan terhadap waktu, rata-rata kemunculan pagi hari adalah 5 individu pada pagi hari dan 4 individu pada sore hari. Pagi hari, dimana plankton cenderung berada dekat di permukaan, karena intensitas cahaya yang nyaman dengan didukung nutrien dari limbah pabrik yang menuju laut, diduga mempengaruhi jumlah rata-rata kemunculan individu Hiu Paus antara pagi dan sore hari.
Terdapat pergerakan keluar masuk dari individu Hiu Paus di perairan Pantai Botubarani. Satu individu Hiu Paus yang muncul pada pagi hari belum tentu muncul pada pagi hari, sebaliknya individu yang tidak muncul di pagi hari mungkin akan muncul pada sore hari. Hal tersebut bisa dikaitkan dengan pergerakan Hiu Paus yang jauh dan menuju ke perairan dimana terdapat makanan. Diduga individu-individu Hiu Paus juga bergerak ke perairan lain untuk mencari makan atau aktivitas lainnya. Faktor persaingan untuk mendapakan makanan di perairan Botubarani menjadi salah satu alasan Hiu Paus bergerak ke perairan lain.
Jumlah kemunculan Hiu Paus di pantai Botubarani cenderung bertambah dari hari ke hari (Tabel 1)(Himawan, 2017). Pada awal pengambilan data, terdapat 6 Individu Hiu Paus yang teridentifikasi. Hingga di akhir pengambilan data, total Hiu Paus teridentifikasi mencapai 17 Individu. Setidaknya sekitar 0-3 individu baru mendatangi Botubarani setiap harinya.
Tanggal Pengamatan (April 2016)
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23 24 25 26 27 28 29 30 ID 1 ID 2 ID 3 ID 4 ID 5 ID 6 ID 7 ID 8 ID 9 ID 10 ID 11 ID 12 Keterangan: ID 13 Muncul ID 14 Tidak Muncul ID 15 ID: Individu ID 16 ID 17
Tabel 1. Kemunculan individu Hiu Paus setiap harinya selama waktu riset (Himawan, 2017)
31 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
Dari keseluruhan individu, individu 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 adalah Hiu Paus yang cenderung selalu muncul setiap hari. Beberapa invidu kemudian muncul satu per satu setelahnya. Aktifitas pemberian makan oleh wisatawan diduga menjadi faktor kemunculan demi kemunculan Hiu Paus di perairan Botubarani. Pemberian makan yang masif berupa kulit dan kepala udang kepada Hiu Paus melalui aktifitas wisata, dimana dilakukan sejak pagi hingga sore hari, menarik beberapa Hiu Paus untuk terus datang mendekat dan bertahan.
Perairan yang keruh akibat banyaknya kulit dan kepala udang yang terbuang turut mempengaruhi semakin banyaknya Hiu Paus yang muncul. Sisa-sisa udang yang melayang-layang di perairan dan bebauan amis yang timbul cukup mengundang Hiu Paus untuk terus datang karena menduga adanya sumber makanan. Kondisi ini diduga turut mempengaruhi semakin bertambahnya individu yang mendatangi pantai Botubarani hari ke hari.
Banyaknya jumlah wisatawan yang mendatangi Pantai Botubarani untuk berinteraksi dengan Hiu Paus cukup mempengaruhi jumlah kulit dan kepala udang yang diberikan. Pada hari menjelang sore terutama di akhir pekan, jumlah wisatawan cenderung meningkat yang mempengaruhi semakin banyak pula jumlah makanan yang diberikan (Gambar 21). Namun, ketersediaan stok yang ada di pabrik turut mempengaruhi banyaknya pemberian makan.
Pemandu wisata yang membawa wisatawan dengan kapal biasanya membagi-bagi kepala udang kulit udang menjadi beberapa membagi-bagian, sehingga pemberian makan dapat dilakukan dari pagi hingga sore hari. Dengan demikian, wisatawan dapat terus berdatangan karena adanya jaminan pasti untuk melihat Hiu Paus.
Gambar 21. Jumlah wisatawan yang cenderung meningkat akan mempengaruhi semakin banyaknya jumlah makanan yang diberikan
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 32 Jika dihubungan atara meningkatnya jumlah pengunjung dimana mempengaruhi bertambahnya jumlah makanan yang diberikan kepada Hiu Paus (Tabel 2)(Himawan,2017), terutama menjelang sore hari, dengan rata-rata kemunculan Hiu Paus pada pagi dan sore hari, didapatkan semakin banyak makanan diberikan tidak terlalu mempengaruhi jumlah individu Hiu Paus yang datang. Jumlah Hiu Paus yang cenderung menurun menjelang sore hari dibandingkan dengan pagi telah dijelaskan sebelumnya dimana diduga berkaitan dengan keberadaan plankton pada perairan dekat daratan.
Tanggal Jumlah Pemberian Kulit + Kepala udang (Kg) Jumlah Wisatawan
Total 7.00 11.00 WITA 13.00-17.00 WITA 12/04/2016 45 45 Tutup 13/04/2016 55 25 Tutup 14/04/2016 55 75 67 15/04/2016 45 75 215 16/04/2016 75 75 83 17/04/2016 85 85 158 18/04/2016 45 55 71 19/04/2016 25 45 56 20/04/2016 45 70 32 21/04/2016 25 45 25 23/04/2016 25 70 102 24/04/2016 25 115 352 25/04/2016 45 60 34 26/04/2016 35 65 36 27/04/2016 60 75 25 28/04/2016 45 85 11 29/04/2016 25 25 37 30/04/2016 45 25 52
Jumlah wisatawan yang berdatangan silih berganti sehingga aktivitas pemberian makan terjadi secara terus menerus jelas mempengaruhi perilaku Hiu Paus di Pantai Botubarani. Kemunculan Hiu Paus cenderung terkonsentrasi dan seakan-akan tidak pergi menjauh menuju ke perairan lainnya. Hal ini tentu sedikit memunculkan kebingungan terutama jika menghubungkan dengan sisi liar Hiu Paus dimana terus pergerak menuju konsentrasi plankton dan makanan yang melimpah secara alami.
Cukup dini untuk menyimpulkan bahwa Hiu Paus tidak beranjak dari Pantai Botubarani. Riset lanjutan sedang dilakukan untuk mengetahui pola keberadaan Hiu Paus di Pantai Botubarani dalam satu tahunnya dengan menghubungkan musim dan perubahan konsentrasi plankton di permukaan perairan. Hiu Paus sempat hilang pada pertengahan Agustus 2016 dan terlaporkan kembali muncul pada awal bulan Oktober 2016. Hilangnya Hiu Paus selama sekitar 2 bulan hingga muncul kembali tersebut terus dipantau.
Tabel 2. Peningkatan jumlah makanan yang diberikan kepada Hiu Paus dari pagi hingga sore hari akibat peningkatan jumlah pengunjung
33 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 34
MONITORING HIU PAUS DI PERAIRAN BOTUBARANI OLEH
TIM MONITORING HIU PAUS GORONTALO
Tim monitoring Hiu Paus yang dibentuk oleh BPSPL Makassar (dijelaskan pada bab Strategi Konservasi Hiu Paus Botubarani) melakukan pemantauan berkala terhadap kemunculan Hiu Paus di Perairan Botubarani, melanjutkan riset sebelumnya. Kegiatan monitoring dilakukan sebagai upaya dalam menganalisa hilangnya Hiu Paus di Botubarani pada pertengahan Bulan Agustus 2016. Tim monitoring Hiu Paus Gorontalo melakukan pemantauan di Perairan Botubarani selama 15 hari sejak Hiu Paus tidak ada hingga muncul kembali ke permukaan Perairan Botubarani.
WAKTU MONITORING
Monitoring dilakukan pada tanggal 25 September–9 Oktober 2016 di perairan Pantai Botubarani, Gorontalo.
METODE
Metode yang digunakan dalam monitoring ini adalah sama dengan metode yang dilakukan pada riset sebelumnya. Dilakukan pengambilan foto pola totol-totol putih badan Hiu Paus bagian kanan dan kiri pada setiap individu yang muncul ke permukaan perairan. Jenis kelamin Hiu Paus dicatat, dimana ditentukan dengan memeriksa keberadaan klasper pada daerah sirip perut. Estimasi panjang total Hiu Paus dilakukan dengan membandingkan panjang tubuh pemantau. Selanjutnya, jumlah pemberian makan pada pagi dan sore hari, serta jumlah pengunjung yang datang dicatat setiap harinya selama monitoring.
HASIL-HASIL UMUM
Pada selang waktu monitoring, tidak ada kemunculan Hiu Paus pada tanggal 25-30 September 2016. Hiu Paus mulai muncul pada tanggal 1 Oktober 2016 dan bertahan hingga tanggal 9 Oktober 2016, atau selama sembilan hari. Sebanyak 2 Individu Hiu Paus teridentifikasi selama waktu monitoring (Tabel 3). Satu Individu yang teridentifikasi merupakan individu yang sama dengan yang teridentifikasi pada riset sebelumnya. Satu individu lainnya, adalah individu yang berbeda.
ID Individu Foto ID Kiri Foto ID Kanan
Identitas: ID GT_02 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 6 meter Tabel 3. Dua Individu Hiu
Paus yang teridentifikasi selama monitoring
35 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
ID Individu Foto ID Kiri Foto ID Kanan
Identitas: ID GT_18 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 5 meter
Munculnya kembali satu individu yang sama dengan hasil identifikasi pada riset sebelumnya menunjukkan bahwa Hiu Paus kembali ke perairan Pantai Botubarani setelah sempat menghilang. Walau tidak semua individu kembali, namun kembalinya satu individu Hiu Paus dapat menunjukkan dugaan bahwa beberapa Hiu Paus tidak pergi jauh dari Pantai Botubarani. Keberadaan makanan pada perairan lain diduga menjadi faktor tidak munculnya Hiu Paus di Perairan Botubarani pada selang waktu Agustus-September 2016. Adanya buangan kulit dan kepala udang menuju perairan diduga menjadi alasan individu Hiu Paus muncul kembali ke Perairan Botubarani. Sementara satu individu lainnya yang turut muncul diduga juga tertarik akan adanya makanan di Pantai Botubarani.
Dua individu Hiu Paus yang muncul selama monitoring cenderung terus muncul ke permukaan perairan setiap harinya sejak awal kemunculannya (Tabel 4). Tidak ada penembahan jumlah individu setelahnya selama waktu monitoring. Dua individu yang terus muncul tersebut diduga berkaitan dengan adanya pemberian makan dari permukaan melalui aktivitas wisata.
Munculnya kembali Hiu Paus di Botubarani kembali membuat pemberian makan kembali dilakukan dan mengundang wisatawan untuk datang kembali (Tabel 5). Jumlah wisatawan yang datang berkisar antara 5-48 orang setiap harinya semenjak muncul kembalinya Hiu Paus (Gambar 22). Sebagian besar wisatawan yang datang adalah wisatawan lokal yang penasaran akan kembalinya lagi Hiu Paus ke Perairan Botubarani. Oleh karena itu, jumlahnya tidak sebanyak pada saat riset sebelumnya.
Tanggal Monitoring (September-Oktober 2016)
25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ID 02 ID 18 Keterangan: Muncul Tidak Muncul ID: Individu
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 36
Tanggal
Jumlah Pemberian Kulit + Kepala udang
(Kg) Jumlah Wisatawan Total 7.00 11.00 WITA 13.00-17.00 WITA 25/09/2016 - - - 26/09/2016 - - - 27/09/2016 - - - 28/09/2016 - - - 29/09/2016 - - - 30/09/2016 - - - 1/10/2016 25 25 - 2/10/2016 60 75 14 3/10/2016 100 60 7 4/10/2016 60 75 5 5/10/2016 100 75 22 6/10/2016 100 75 48 7/10/2016 100 75 35 8/10/2016 100 75 30 9/10/2016 100 75 35
Jumlah pemberian makan cukup besar dilakukan oleh masyarakat setempat, dengan harapan jumlah Hiu Paus kembali bertambah sehingga aktivitas wisata kembali seperti semula. Oleh karena itu, makanan yang diberikan kepada Hiu Paus mencapai lebih dari 100kg setiap harinya. Keberadaan stok kulit dan kepala udang di pabrik turut mendukung besarnya makanan yang diberikan kepada Hiu Paus.
Namun, Hiu Paus kembali menghilang setelah tanggal 9 Oktober 2016. Tidak adanya kemunculan Hiu Paus kembali setelah tanggal tersebut membuat aktivitas wisata kembali terhenti. Dugaan adanya sumber makanan yang lebih besar pada perairan lain menjadi salah satu alasan tidak munculnya kembali Hiu Paus di Botubarani. Hal tersebut didukung dengan hanya adanya dua individu Hiu Paus yang muncul beberapa hari selama monitoring. Riset lanjutan selanjutnya dilakukan oleh BPSPL Makassar untuk terus memantau kemunculan Hiu Paus di perairan Pantai Botubarani.
Tabel 5. Jumlah makanan yang diberikan kepada Hiu Paus dari pagi hingga sore dan jumlah pengunjung selama monitoring
Gambar 22. Wisatawan yang berkunjung selama monitoring
37 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 38
POLA TINGGAL HIU PAUS DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN AKTIVITAS PEMBERIAN MAKAN MELALUI
KEGIATAN WISATA
Melanjutkan riset yang sudah dilakukan, BPSPL Makassar bersama WSID, Balibang-KP dan WWF-Indonesia melakukan penandaan akustik dengan memasangnya pada tubuh Hiu Paus yang muncul di Pantai Botubarani. Maksud dari penandaan adalah untuk mengetahui seberapa lama suatu individu Hiu Paus berada di Perairan Botubarani setiap harinya, dimana berkaitan dengan aktivitas pemberian makan melalui wisata.
Kembalinya Hiu Paus setelah sempat menghilang pada kegiatan monitoring November 2016 lalu, kembali menggairahkan kedatangan wisatawan. Walau tidak seramai pada bulan Maret-Agustus 2016, wisatawan kembali berdatangan untuk berinteraksi dengan Hiu Paus.
Penandaan akustik ini diharapkan dapat memberikan informasi pola kemunculan Hiu Paus dalam satu tahunnya. Dengan menghubungkan perubahan musim dan konsentrasi plankton di permukaan perairan, pola kemunculan Hiu Paus dapat diduga. Sehingga, strategi konservasi dan pengelolaan wisata Hiu Paus dapat disusun secara tepat dan efektif. WAKTU RISET
Riset ini dilakukan pada tanggal 3-12 November 2016 di perairan Pantai Botubarani dan Leato Gorontalo untuk pemasangan alat dan pengambilan data awal. Setiap harinya, pemantauan dilakukan sejak pukul 7.00-17.00 WITA yang dimaksudkan untuk terus memantau kemunculan demi kemunculan Hiu Paus. Selanjutnya, riset dilanjutkan hingga November 2017. METODE
Pada tubuh Hiu Paus, dilakukan pemasangan penanda akustik tipe V16-6x-A69-9001 Coded & External Case Tag yang diproduksi oleh Vemco Ltd. FH-69 Stainless Steel Dart Tag buatan Floy Tag & Manufacturing, Inc. digunakan untuk menghubungkan penanda akustik ke tubuh Hiu Paus. Untuk memasang Stainless Steel Dart Tag ke dalam jaringan kulit area bawah sirip punggung Hiu Paus, digunakan aplikator yang dipasang pada tombak jenis pole spear. Detali alat-alat tersebut dijelaskan sebagai berikut;
a. FH-69 Stainless Steel Dart Tag
Alat ini digunakan untuk mengaitkan penanda akustik dengan tubuh Hiu Paus. Terdapat 2 bagian pada alat ini, yaitu anak panah dan tali. Bagian anak panah terbuat dari Stainless Steel, bahan yang telah teruji tidak memberi dampak buruk bagi tubuh Hiu Paus. Dengan ukuran hanya 2x1 cm dan berujung tajam, luka yang ditimbulkan pada tubuh Hiu Paus saat pemasangan relatif sangat kecil. Bagian lain adalah tali yang tersusun atas 13 Vinyl Tubing dan nylon monofilament, dimana memiliki daya tahan yang kuat sehingga dapat membawa penanda akustik untuk waktu yang lama di dalam air.
39 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
b. Penanda akustik V16-6x-A69-9001 Coded & External Case Tag
Penanda akustik ini berfungsi sebagai pemancar sinyal akustik berkekuatan 158dB, yang nantinya diterima oleh penerima sinyal (dijelaskan selanjutnya) secara akustik dengan segala perambatannya di media air. Alat ini memiliki diameter 16mm dan panjang 68 mm. Setiap penanda akustik ini memiliki kode unik yang digunakan dalam pembedaan individu. Kode ini terus dipancarkan oleh alat dengan daya baterai yang dapat bertahan hingga 4 tahun. Dengan dipasang menggantung pada tubuh Hiu Paus, pembacaan data hasil penerima akustik akan memberikan informasi waktu (Jam, Hari, Bulan dan Tahun) keberadaan Hiu Paus pada suatu perairan.
c. Aplikator penanda
Alat ini digunakan untuk memasukkan anak panah FH-69 Stainless Steel Dart Tag pada tubuh Hiu Paus. Aplikator terbuat dari Stainless steel, bahan yang tidak menimbulkan dampak buruk bagi tubuh hewan, dengan diameter 1mm meruncing pada ujung. Pada bagian ujung, terdapat belahan yang digunakan untuk mengaitkan ujung anak panah dari FH-69 Stainless Steel Dart Tag. Panjang total untuk aplikator adalah 15 cm. Dengan memasangnya dengan tombak pole spear, daya masuk aplikator ke dalam tubuh Hiu Paus mencapai 5-8 cm.
Pemilihan lokasi pemasangan alat, yaitu di bawah sirip punggung Hiu Paus, memiliki alasan tersendiri. Bagian tubuh Hiu Paus tersebut cenderung terlindung, memiliki pergerakan tidak terlalu aktif bila dibandingkan daerah
a
b
a
c
Gambar 23. Peralatan yang digunakan dalam pemasangan penanda akustik pada tubuh Hiu Paus
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 40 ekor dan aman dari organ vital. Hingga saat ini, hampir seluruh peneliti menggunakan daerah ini untuk melakukan pemasangan penanda tubuh. Analisa lain, lapisan kulit Hiu Paus pada daerah dibawah sirip punggung cukup tebal dan kuat (Gifford, 1994) (Gambar 24). Pemasangan-pemasangan penanda pada daerah ini, dimana Pemasangan-pemasangan alat dilakukan secara menembak /menombak, menjadi pilihan yang terbaik untuk meminimalisir dampak buruk bagi Hiu Paus.
Hiu Paus yang terus bergerak dan kebutuhan pemasangan alat yang harus kuat membuat metode penembakan/menombak adalah metode yang efektif, ketika menangkap atau memaksa diam dirasa cukup sulit. Oleh karena itu sebelum melakukan pemasangan alat, perlu perencanaan dan pemahaman yang baik agar berhasil dan tidak terjadi resiko-resiko yang terjadi pada Hiu Paus.
Setelah pemasangan penanda pada tubuh Hiu Paus selesai, dilakukan pemasangan penerima akustik pada perairan. Penerima akustik yang digunakan adalah VR2W Receiver 69 KHz buatan Vemco Ltd. Alat ini memiliki dimensi panjang 308 mm dan diameter 73 mm. V2RW Receiver berfungsi sebagai penerima sinyal akustik dari penanda akustik V16-6x-A69-9001 yang telah dipasang pada Hiu Paus. Dengan kekuatan 69 KHz, alat ini dapat mendeteksi dan menerima sinyal akustik hingga radius 846 meter. Daya tahan baterai pada VR2W Receiver 69 KHz adalah mencapai 1 tahun dan selanjunya dapat dilakukan penggantian baterai untuk melanjutkan © Rob ALLEN /Shark Research Institute
41 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
aktivasi alat. Selama satu tahun, alat ini dapat membaca dan merima pancaran dalam selang waktu 2 menit. Data tersebut kemudian disimpan dalam memori penyimpanan yang sewaktu-waktu dapat diambil via Bluetooth.
Dua buah VR2W Receiver 69 KHz dipasang di perairan Botubarani pada kedalaman 12 meter dan di perairan Leato pada kedalaman 15 meter (Gambar 25). Pemasangan dilakukan dengan menggunakan rantai besi, tali tambang dan pelampung. Alat diikat dengan tali tambang, dimana tambang tersebut juga telah diikat dengan rantai besi. Rantai besi tersebut kemudian diikat pada batu karang atau benda-benda lain yang kuat tertanam pada dasar perairan. Pengikatan dilakukan agar alat tidak berpindah-pindah dari lokasi pemasangan baik karena arus atau faktor-faktor lainnya.
Selanjutnya, pelampung dipasang pada ujung tali tambang. Tujuannya, agar posisi alat tetap berada di kolom perarairan, yaitu sekitar 2-3 meter dari dasar. Dengan demikian, alat diharapkan terjaga dari benturan-benturan dengan substrat atau benda-benda dasar perairan dan radius penerimaan sinyal dapat memiliki jangkauan yang maksimal.
Penjelasan secara sederhana mengenai riset menggunakan penanda akustik ini adalah seperti absensi kedatangan dan keberadaan Hiu Paus pada suatu perairan. Kedatangan Hiu Paus yang telah dipasang pemancar akustik pada suatu perairan yang masuk dalam radius penerima akustik akan tercatat setiap selang waktu 2 menit. Dengan demikian kapan dan berapa lama suatu individu Hiu Paus pada perairan tersebut dapat diketahui.
Gambar 25. Pemasangan alat VR2W Receiver 69 KHz pada kedalaman 12-15 meter
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 42 Pemilihan lokasi peletakan penerima akustik di Perairan Botubarani dan Leato (Gambar 26) memiliki pertimbangan tersendiri. Konsentrasi kemunculan Hiu Paus di Pantai Botubarani membuat alat pertama diletakkan pada perairan tersebut. Namun, mengingat Hiu Paus adalah hewan yang terus bergerak, pemasangan penerima akustik kedua dilakukan untuk memperlebar jangkauan. Dengan demikian, pergerakan Hiu Paus dapat dilacak dengan membandingkan data dari kedua pemancar akustik yang berbeda tersebut. Perairan Pantai Leato dipilih karena faktor kedekatan dan adanya informasi Hiu Paus sempat terlihat pada perairan ini.
Dalam mendukung data, juga dilakukan pencaatan jumlah wisatawan yang datang serta jumlah makanan yang diberikan pada Hiu Paus di perairan Pantai Botubarani. Sehingga, pengaruh aktivitas wisata terhadap pola tinggal Hiu Paus dapat diketahui.
Tidak ada aktivitas pemberian makan atau wisata di perairan Pantai Leato membuat tidak ada data lain yang diambil pada perairan ini. Wilayah perairan ini digunakan sebagai penduga pergerakan Hiu Paus antara kedua wilayah perairan yang telah dipasang alat penerima tersebut.
Penggunaan teknologi dalam menunjang riset hewan-hewan laut besar dan bermigrasi telah banyak dilakukan. Kemudahan yang diberikan, mengingat tidak selamanya seorang peneliti berada di lapangan, serta detail data yang dihasilkan sangant membantu dalam memahami tingkah laku dan perilaku. Pengembangan riset Hiu Paus dengan teknologi perlu terus dilakukan mengingat pentingnya spesies ini sebagai satwa yang dilindingi di Indonesia. Leato
Botubarani
VR2W Receiver 1 VR2W Receiver 2 846 m
846 m
Lokasi peletakan pemancar akustik VR2W
M o d ifik as i G o o gle M ap
43 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo HASIL-HASIL UMUM
Penandaan alat pemancar akusti V16-6x-A69-9001 berhasil dipasang pada empat individu Hiu Paus yang muncul pada selang waktu riset di perairan Pantai Botubarani. Identitas dari keempat individu Hiu Paus, dimana diambil dengan metode yang sama seperti riset sebelumnya, yang telah terpasang alat penanda akustik tersebut adalah sebagai berikut (Tabel 6);
ID Individu Foto ID Waktu Penandaan Identitas Alat Penanda
Identitas: ID GT_09 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 4,8 meter Jam: 9:42 WITA Tanggal: 3 November 2016 BPSPLMks/Transmitter 1 Identitas: ID GT_19 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 6 meter Jam: 7:54 WITA Tanggal: 4 November 2016 BPSPLMks/Transmitter 2 Identitas: ID GT_04 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 3 meter Jam: 9:33 WITA Tanggal: 6 November 2016 BPSPLMks/Transmitter 3 Identitas: ID GT_16 Jenis Kelamin: Jantan Panjang Total: 5,5 meter Jam: 11:17 WITA Tanggal: 7 November 2016 BPSPLMks/Transmitter 4
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 44 Merujuk pada identitas Hiu Paus yang dipasang penanda, individu-individu yang muncul pada riset ini adalah sama dengan riset-riset sebelumnya kecuali ID GT_19. Hal ini menunjukkan, hilangnya Hiu Paus pada pertengahan Agustus 2016 lalu didiuga bergerak tidak jauh dari perairan Gorontalo. Hal ini dibuktikan dengan kembalinya kembali beberapa indivdu Hiu Paus tersebut setelah sekitar 3 bulan.
Hingga riset ini dilakukan, individu Hiu Paus di Pantai Botubarani total teridentifikasi sebanyak 19 Individu. 17 individu teridentifikasi saat riset awal, 1 individu melalui tim monitoring Hiu Paus dan 1 individu saat riset ini. Karakteristik geografis Perairan Gorontalo yang berada di wilayah pintu gerbang Teluk Tomini, membuat lokasi ini diduga menjadi jalur perlintasan keluar masuk Hiu Paus. Kondisi ini memungkinkan beberapa individu terpantau beberapa kali dalam satu tahunnya di Pantai Botubarani.
Kemunculan Hiu Paus pada riset ini dan riset serta monitoring sebelumnya, sempat menghilang diantara waktu tersebut, memiliki kondisi yang hampir sama (Gambar 27). Aktivitas limbah pabrik yang menuju laut dan pemberian makan berupa kulit dan kepala udang adalah stimulus utama dalam kemunculan Hiu Paus di permukaan perairan Pantai Botubarani. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergi-kembalinya Hiu Paus hingga kini sedang dilakukan. Tinggi rendahnya jumlah udang yang diproses pada pabrik, pengaruh musim dan tinggi gelombang serta perubahan kelimpahan konsentrasi plankton menjadi beberapa faktor yang diduga mempengaruhi pergerakan Hiu Paus tersebut.
Gambar 27. Kemunculan Hiu Paus dengan karakteristik yang sama seperti riset dan monitoring sebelumnya
45 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
Penerima akustik VR2W 69 KHz 1, dimana dipasang pada Perairan Botubarani, selang waktu antara 3-12 November 2016 memperoleh data sebagai berikut (Gambar 28);
Melalui data yang diperoleh, terlihat bahwa kemunculan empat individu Hiu Paus dengan penanda transmitter 1 hingga 4 terjadi secara berkala. Satu hari sejak Hiu Paus dengan transmitter 1 berada di Perairan Botubarani, Hiu Paus dengan transmitter 2 datang. Selang dua hari kemudian, Hiu Paus dengan transmitter 3 turut memasuki perairan Pantai Botubarani. Hiu Paus dengan transmitter 4 giliran muncul selang dua hari selanjutnya. Aktivitas pemberian makan secara terus menerus diduga menjadi faktor Hiu Paus terus berdatangan.
Setelah 4 individu Hiu Paus datang, tidak ada individu lain yang memasuki Pantai Botubarani kembali. Kondisi ini cukup berbeda dengan kemunculan Hiu Paus pada riset sebelumnya yang mencapai rata-rata 6 kemunculan individu Hiu Paus setiap harinya selama kurang lebih 3 minggu. Beradanya Hiu Paus pada perairan lain yang memiliki kelimpahan makanan lebih banyak diduga mempengaruhi sedikitnya jumlah Hiu Paus pada riset ini.
Yang sangat menarik dalam hasil data yang didapatkan, setiap individu Hiu Paus berada di Perairan Botubarani hampir sepanjang hari. Hiu Paus yang muncul pada pagi hingga sore hari telah diketahui akibat limbah pabrik dan aktifitas pemberian makan. Namun, belum diketahui secara pasti kenapa hiu
Siang hari (6.00-17.00 WITA) Malam hari (18:00-6.00 WITA) Transmitter 1
Transmitter 2
Transmitter 3
Transmitter 4
3-11-2016 4-11-2016 5-11-2016 6-11-2016 7-11-2016 8-11-2016 9-11-2016 10-11-2016 11-11-2016 12-11-2016
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 46 paus juga datang dan bertahan di Perairan Botubarani pada malam hari. Keluarnya Hiu Paus dari perairan Pantai Botubarani beberapa saat sebelum kembali diduga berkaitan dengan aktifitas pencarian makan di daerah lain. Adanya aktivitas makan yang dilakukan secara terus-menerus sejak pagi hingga sore hari diduga menjadi salah satu alasan Hiu Paus tetap bertahan, walau di malam hari. Menduga alasan lain, aktivitas tidur Hiu Paus pada malam hari sulit untuk dibenarkan mengingat studi di Teluk Cenderawasih, Hiu Paus yang dipasang penanda satelit selalu bergerak aktif dihampir 24 jam dalam satu harinya (Stewart, 2015). Riset demi riset masih diperlukan untuk menjawab fenomena ini.
Tren kemunculan Hiu Paus berkala ternyata tidak membuat Hiu Paus selalu ada dan bertahan. Selama selang waktu riset, Individu dengan transmitter 2 dan 3 keluar dari Perairan Pantai Botubarani setelah beberapa hari selalu ada. Hiu Paus dengan transmitter 2 keluar pada sore hari tanggal 8-11-2016 setelah sekitar 5 hari bertahan, sedangkan Hiu Paus dengan transmitter 3 keluar pada siang hari tanggal 9-11-2016 setelah sekitar 4 hari bertahan. Pada tengah malam tanggal 12-11-2016, Hiu Paus dengan transmitter 2 mendatangi Perairan Botubarani sesaat, dimana diduga hanya melintas menuju perairan lain. Individu lain, Hiu Paus dengan transmitter 1 dan 4 cenderung bertahan hingga tanggal 12-11-2015. Kurangnya kelimpahan makanan, persaingan dalam mendapatkan makanan serta adanya kelimpahan makanan pada perairan lain diduga menjadi alasan dua individu Hiu Paus pergi menjauhi perairan Pantai Botubarani. Dua individu lain yang masih bertahan diduga berkaitan dengan pemberian makan yang selalu didapatkan.
Tren wisata dan pemberian makanan kepada Hiu Paus antara riset dan monitoring sebelumnya dengan riset ini cukup berbeda (Tabel 7). Jumlah wisatawan pada riset ini lebih sedikit bila dibandingkan pada Riset April 2016, namun hampir sama dengan jumlah saat monitoring September-Oktober 2016 lalu. Pemberian makan kepada Hiu Paus cenderung lebih sedikit akibat sedikitnya wisatawan dan ketersediaan stok.
Tanggal Jumlah Pemberian Kulit + Kepala udang (Kg) Jumlah Wisatawan
Total 7.00 11.00 WITA 13.00-17.00 WITA 3/11/2016 55 15 5 4/11/2016 25 15 15 5/11/2016 45 30 21 6/11/2016 45 45 44 7/11/2016 25 25 16 8/11/2016 25 25 32 9/11/2016 45 45 17 10/11/2016 55 15 13 11/11/2016 45 15 24 12/11/2016 25 15 15
Tabel 7. Jumlah pemberian makan pada Hiu Paus dan jumlah wisatawan selama riset
47 | Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo
Pengunjung cenderung datang di pagi hari, sehingga jumlah pemberian makan lebih banyak pada pagi hari bila dibandingkan dengan sore harinya. Rata-rata, wisatawan yang berkunjung adalah peselam yang melakukan aktivitas penyelaman di Perairan Gorontalo melalui dive center setempat dan pelancong yang sedang transit dari dan ke Kepulauan Togean.
Fakta mengenai sedikitnya wisatawan dan pemberian makan kepada Hiu Paus bila dibandingkan bulan April 2016 lalu diduga turut mempengaruhi jumlah Hiu Paus yang datang. Pemberian makan sama-sama terjadi di waktu riset sebelumnya dan riset ini, karena produksi limbah selalu ada dari pabrik yang terus beroperasi. Namun, frekuensi dan jumlah pemberian makan sangat berbeda. Pada riset sebelumnya, banyaknya wisatawan berakibat pada pemberian makan yang berlangsung sejak pagi hingga sore hari dengan jumlah yang terus bertambah. Berbeda dengan riset ini, dimana pemberian makan yang hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu dan terus berkurang menuju sore hari.
Penerima akustik VR2W 69 KHz ke-2, yang dipasang pada Perairan Leato, pada selang waktu riset memperoleh data yang cukup menarik (Gambar 29). Hiu Paus dengan transmitter 3 terdeteksi berada di perairan Leato untuk beberapa saat pada tanggal 9 November 2016. Jika membandingkan dengan hasil penerima akustik pertama yang dipasang di Perairan Botubarani, terlihat bahwa Hiu Paus dengan transmitter 3 melakukan pergerakan dari Perairan Botubarani menuju Perairan Leato.
Transmitter 3
8-11-2016 9-11-2016 10-11-2016 11-11-2016
Siang hari (6.00-17.00 WITA) Malam hari (18:00-6.00 WITA)
Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo | 48 Pada tanggal 9 November 2016, Hiu Paus dengan identitas ID GT_04 ini terdeteksi keluar dari Perairan Gorontalo pada pukul 11:56 WITA. Tidak berapa lama, Hiu Paus tersebut terdeteksi pada pukul 13:31-13:46 di Perairan Leato (Gambar 30). Tidak lamanya Hiu Paus tersebut berada di Perairan Leato diduga aktivitas yang dilakukan adalah hanya melintas menuju perairan lain. Melihat dari arah pergerakan, Hiu Paus tersebut diduga bergerak ke arah barat laut menuju Sungai Bone Gorontalo.
Tidak ada individu lain yang terdeteksi pada penerima akustik yang ke-2 ini cukup tergambarkan melalui penerima akustik ke-1. Dua individu masih berada di perairan Botubarani hingga tanggal 12 November 2016. Individu dengan transmitter 2 juga meninggalkan perairan Botubarani, namun diduga tidak melewati perairan Leato.
Riset ini akan terus dilanjutkan hingga tahun 2017 dengan harapan dapat mengetahui pola datang-perginya Hiu Paus di area Perairan Botubarani selama satu tahunnya. Dengan demikian faktor-faktor kedatangan Hiu Paus dapat diduga dengan pendekatan-pendekatan perubahan alam terutama di area Teluk Tomini.
Kebendaharaan data Hiu Paus di Pantai Botubarani menjadi penting dimana dapat membantu upaya-upaya konservasi baik level lokal, nasional atau internasional. Regulasi wisata-pun dapat dicanangkan dengan tidak mengesampingkan sisi konservasi, namun tetap dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dan pemerintah daerah.
Leato
Botubarani
VR2W Receiver 1 VR2W Receiver 2
Hiu Paus dengan Transmitter 3 13:31-13:46 WITA
9 November 2016
11:56 WITA 9 November 2016
Gambar 30. ID GT_04 terdeteksi keluar dari Perairan Botubarani dan terekam di Perairan Leato
M o d ifik as i G o o gle M ap