PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR
PENGETAHUAN MATEMATIKA TEMA CITA-CITAKU DITINJAU DARI
KARAKTERISTIK PERTANYAAN GURU PADA SISWA
KELAS IV SD GUGUS I GUSTI NGURAH RAI
KECAMATAN DENPASAR TIMUR
TAHUN AJARAN 2014/2015
Ni Md. Putri Arini
1, I Wyn. Darsana
2, I Wyn. Rinda Suardika
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: putriarini253@yahoo.com
1, w_darsana@ymail.com
2,
suardikarinda@yahoo.co.id
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan Matematika tema Cita-citaku siswa yang dibalajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera pada siswa kelas IV SD Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur. Ini merupakan penelitian pre experimental dengan rancangan penelitian The Static
Group Pretest-Postest Design. Populasi penelitian ini siswa kelas IV SD Gugus I Gst.
Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur. Sampel diambil dengan teknik random
sampling didapatkan SDN 1 Penatih sebagai kelas pertanyaan jawaban segera dan
SDN 6 Penatih sebagai kelas pertanyaan jawaban tertunda. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar pengetahuan matematika. Nilai pengetahuan dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar bentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan Matematika tema Cita-citaku siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera. Hasil uji-t didapat thitung = 2.75 dan ttabel pada taraf signifikan 5% = 2.04. Berdasarkan kriteria pengujian thitung > ttabel (2.75>2.04) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Rerata hasil belajar pengetahuan Matematika yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera (71.89>58). Berdasarkan pengujian dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda berpengaruh terhadap hasil belajar pengetahuan Matematika tema Cita-citaku siswa kelas IV SD Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015.
Kata kunci: pendekatan saintifik, pertanyaan jawaban tertunda, pertanyaan jawaban
segera, hasil belajar pengetahuan.
Abstract
This study aims to determine significant differences Mathematics learning outcomes theme Cita-citaku students that learned through scientific approach using a delayed answer questions with students that learned through scientific approaches used immediately answer questions on the fourth grade students of SD Gugus I Gst
Ngurah Rai at East Denpasar subdistrict. This is a pre-experimental research with the study design The Static group pretest-posttest design. The fourth grade student of SD Gugus I Gst. Ngurah Rai at East Denpasar subdistrict will be the population of this research. Samples were taken by random sampling technique obtained SDN 1 Penatih as class delayed answers questions and SDN 6 Penatih as class immediately answers questions. The data collected is the result of learning of mathematical. The value result of learning collected using achievement test multiple choice always. The Data were analyzed by t-test. The results showed there were significant differences in learning outcomes Mathematical Theme Cita-citaku students that learned through scientific approach using a delayed answer questions with students that learned through scientific approaches using answer questions immediately. Based on t-test results thitung = 2.75 and ttabel the significant level of 5% = 2.04. Based on testing criteria thitung > ttabel (2.75> 2:04) then H0 is rejected and Ha accepted. The mean result of learning mathematics gained students that learned through scientific approach using higher delayed answer questions from students that learned through scientific approaches used immediately answer questions (71.89> 58). Based on testing can be concluded that the scientific approach using a delayed answer questions affect the learning outcomes Mathematics themes Cita-citaku fourth grade students of SD Gugus I Gst Ngurah Rai at East Denpasar subdistrict in the academic year of 2014/2015.
Key words : scientific approach, delayed answers questions, immediately answer
questions, learning outcomes.
PENDAHULUAN
Udang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelejaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Idi, 2011:267).
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat dua pandangan tentang kurikulum, yaitu
pertama rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, kedua adalah cara yang digunakan untuk penyelenggaraan kegitan pembelajaran. Kurikulum yang berlaku saat ini di Indonesia adalah Kurikulum 2013 yang
dipandang sudah memenuhi kedua
dimensi tersebut.
Kurikulum 2013 merupakan langkah
lanjutan pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang
mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 dikembangkan
dengan tujuan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yang dinyatakaan pada Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Idi, 2011: 268).
Kurikulum 2013 memiliki
karakteristik antara lain, mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. Penerapan kurikulum 2013 memberikan
cukup waktu kepada guru untuk
mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan siswa dan
juga guru dapat mengembangkan
kemampuan pedagogiknya untuk
meningkatkan kemampuan mengajar
secara profesional. Dalam buku materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013, menyebutkan bahwa kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
Kompetensi Inti menjadi unsur
organisatoris (organizing elements)
kompetensi dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam kompetensi inti (Badan PSDMPK-PMP, 2014).
Salah satu rasional pengembangan kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan. Dimana untuk menuju pertukaran pengetahuan peserta didik diajak untuk kegiatan menanya. Dalam kegiatan ini baik guru maupuan siswa aktif untuk bertanya, dari guru memberikan pertanyaan atau peserta didik yang menanyakan hal yang belum di pahami. Tidak hanya menanya tetapi didorong untuk mengamati, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan, sesuai dengan implementasi kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik dalam
menyelesaikan setiap permasalahan
dalam pembelajaran (Majid, 2014 : 195).
Oleh karena itu sedapat mungkin
menciptakan pembelajaran yang kondusif selain dengan tetap mengacu pada Standar Proses dimana pembelajarannya
diciptakan suasana yang memuat
Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi, juga dengan mengedepankan kondisi peserta didik yang berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati,
menanya, menalar, merumuskan,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan, sehingga peserta didik akan dapat dengan benar menguasai materi yang telah dipelajari.
Matematika merupakan ide-ide
abstrak yang berisi simbol-simbol, maka
konsep-konsep matematika harus di
pahami terlebih dahulu sebelum
memanipulasi simbol-simbol itu (Susanto, 2013:183). Matematika memiliki peranan yang sangat penting karena matematika adalah ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan.
Secara umum tujuan pembelajaran
matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika, selain itu juga dengan
pembelajaran matematika dapat
memberikan tekanan penataan nalar, artinya matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat dimana ia tinggal.
Proses pembelajaran matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadinya interaksi antar guru dengan peserta didik, serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya dan peserta didik dengan lingkungannya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa
seseorang dikatakan belajar matematika apabila pada diri seseorang tersebut
terjadi suatu kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika.
Dari Observasi yang dilakukan di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai pada tanggal 11 Desember 2014, diungkapkan bahwa masih banyak siswa yang belum paham
mengenai konsep-konsep matematika
sehingga menyebabkan hasil belajar matematika yang masih rendah. Tidak hanya berdampak pada hasil belajar yang rendah saja, tetapi juga menyebabkan keterlambatan dalam proses pembelajaran muatan pelajaran yang lain. Dari data
yang diperoleh pada masing-masing
sekolah di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai, rata-rata daya serap siswa untuk muatan matematika sebesar 61,7% (Nilai ulangan umum semester 1 SD Gugus I Gst. Ngurah Rai). Angka ini menunjukkan
siswa hanya mampu menyerap
pemahaman konsep matematika sebagian
saja dari pembelajaran yang telah
dilakukan. Rendahnya pemahaman
konsep dan hasil belajar siswa, selain disebabkan oleh faktor dari dalam diri siswa, faktor dari luar diri siswa juga
sangat berpengaruh. Salah satunya
adalah kualitas pembelajaran didalam kelas. Kualitas pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru, sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya, bahwa guru
adalah komponen yang sangat
menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran (Susanto, 2013: 13). Dengan demikian perlu adanya suasana
baru dalam proses pembelajaran
matematika yang dikemas secara menarik oleh guru sehingga memudahkan siswa untuk memahami konsep pengetahuan khususnya pengetahuan matematika.
Dalam pembelajaran di dalam kelas guru harus mampu mengkombinasikan dan menguasai delapan keterampilan
mengajar, salah satu keterampilan mengajar yang dapat dikombinasikan adalah keterampilan bertanya. Karena
sekarang pemerintah menerapkan
kurikulum 2013 yang implemetasinya
menggunakan pendekatan saintifik,
dimana dalam langkah pembelajaran pendekatan saintifik terdapat kegiatan menanya. Maka guru harus berinovasi
untuk mengembangkan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran dengan
mengkombinasikan karakteristik
pertanyaan guru yang sesuai dengan mata pelajaran matematika.
Susanto (2013: 184) menyatakan bahwa unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja
atas dasar asumsi (kebenaran
konsistensi). Selain itu matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada pikiran tertentu. Untuk menumbuhkan penalaran deduktif dan induktif guru perlu merangsang peserta didik dengan pertanyan-pertanyaan guru.
Dengan demikian perlu
dikembangkan karakteristik pertanyaan guru yang sesuai yaitu pertanyaan jawaban tertunda dan pertanyaan jawaban segera. Menurut Anitah (2008: 712) pertanyaan yang diajukan oleh guru mengundang siswa untuk berpikir. Berpikir merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Kualitas proses mental yang terjadi dalam diri siswa ketika memikirkan jawaban pertanya guru tergantung dari kualitas pertanyaan guru. Untuk menunjang, proses berpikir siswa,
perlu adanya waktu berpikir yang
diberikan guru kepada siswa. Dengan demikian pertanyaan jawaban tertunda akan mampu membuat siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa mampu menalar secara deduktif dan induktif.
Dengan adanya waktu jeda dalam
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan matematika akan memudahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya untuk menyelesaikan soal
matematika. Sedangkan pertanyaan
jawaban segera juga memiliki kelebihan dimana siswa diberikan pertanyaan oleh
guru langung dijawab oleh siswa,
sehingga siswa harus sigap dan cepat
dalam menjawab pertanyaan. Pertanyaan
jawaban segera berfungsi untuk
mengingat kembali konsep pengetahuan. Selain itu pertanyaan jawaban segera lebih bersifat individual karena tidak adanya waktu jeda menyebabkan siswa tidak dapat berdiskusi dengan temannya. Dengan keunggulan masing-masing maka timbul pertanyaan mana yang akan lebih efektif untuk mencapai hasil belajar
matematika yang dikaitkan dengan
pendekatan saintifik.
Dari penjelasan di atas maka
dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh
Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil
Belajar Pengetahuan Matematika Tema
Cita-citaku Ditinjau Dari Karakteristik
Pertanyaan Guru Siswa Kelas IV SD Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015”
dimana karakteristik yang dimaksud
adalah pertanyaan jawaban tertunda, dan pertanyaan jawaban segera.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan” (Daryanto, 2014: 51).
Menurut Sudarwan bahwa
pendekatan Saintifik bercirikan penonjolan
dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran (Majid, 2014:
194). Dengan demikian proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Adapun tujuan dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut.
Daryanto (2014: 54) menyebutkan
beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagai berikut, (a) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa. (b)Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah secara sistematik.
(c)Terciptanya kondisi pembelajaran
dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. (d)Diperoleh hasil belajar yang tinggi. (e)Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide- ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. (f)Untuk mengembangkan karakter siswa.
Beberapa prinsip pendekatan
saintifik menurut Kurniasih dan Sani (2014: 34) dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. (a) Pembelajaran berpusat pada siswa. (b) Pembelajaran membentuk students self concept.(c) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
(d) Pembelajaran memberikan
kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi
konsep, hukum, dan prinsip. (e)
Pembelajaran mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir siswa. (f) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. (g) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. (h) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur
kognitifnya.
Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV (dalam materi pelatihan guru implementasi kurikulum
2013 PSDMPK-PMP) bahwa proses
pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu; (a) mengamati, (b) menanya, (c) mengumpulkan informasi/eksperimen, (d) mengasosiasikan/ mengolah informasi, dan (e) mengkomunikasikan.
Selain menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran guru juga harus mampu mengkombinaskan karakteristik pertanyaan guru supaya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta
didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru mejawab pertanyaan peserta didiknya,
ketika itu pula guru mendorong asuhannya
itu untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik.
Menurut Anitah (2008: 712)
pertanyaan yang diajukan oleh guru mengundang siswa untuk berpikir. Berpikir merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Kualitas proses mental yang terjadi dalam diri siswa ketika memikirkan jawaban pertanya guru tergantung dari kualitas pertanyaan guru. Untuk menunjang, proses berpikir siswa,
perlu adanya waktu berpikir yang
diberikan guru kepada siswa.
Kriteria pertanyaan yang baik salah satunya adalah meberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang. Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk
memikirkan jawabannya dan
memverbalkannya dengan kata-kata. Oleh karena itu setelah mengajukan pertanyaan guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.
Anitah (2008:712), mengemukakan
bahwa pemberian waktu berpikir
tergantung pada jenis pertanyaan yang diajukan oleh guru. Jika guru hanya mengajukan pertanyaan yang bersifat ingatan, seperti hanya menanyakan apa, siapa, dimana, atau berapa maka proses mental yang terjadi dalam diri siswa rendah karena siswa tidak perlu berpikir, tetapi hanya mengingat. Tetapi jika guru
mengajukan pertnyaan mengapa,
bagaimana pendapatmu, jelaskan
terjadinya, dan sejenisnya, siswa akan
berpikir keras sehingga menuntut
terjadinya proses mental tingkat tinggi. Dalam mengajukan pertanyaan guru perlu mepertimbangkan pemberian waktu berpikir kepada siswa. Jika pertanyan
mengenai pemahaman guru perlu
memberi waktu lebih untuk siswa berpikir. Tetapi jika pertanyaan guru hanya sebatas ingatan, pemberian waktu berpikir siswa lebih sedikit karena siswa hanya sebatas mengingat. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan karakteristik pertanyaan guru dapat dibedakan menjadi dua yitu
pertanyaan jawaban tertunda dan
Pertanyaan dengan jawaban
tertunda merupakan teknik bertanya
disertai pemberian waktu (pouse) kepada
siswa untuk merumuskan jawaban
sebelum menjawab pertanyaan.
Pemberian waktu berpikir sejenak setelah guru bertanya merupakan faktor yang terpenting. Pemberian waktu ini akan
menghasilkan beberapa keuntungan
diantaranya siswa yang merespon
bertambah, banyaknya
pendapat-pendapat yang muncul, dan siswa mulai berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya sehingga pertanyaan jawaban tertunda lebih bersifat klasikal.
Contoh pertanyaan jawaban
tertunda dalam kegiatan pembelajaran
matematika, misalnya dalam materi
bangun ruang, adapun pertanyaan yang dapat diajukan oleh guru yaitu “coba tentukan volume sebuah kubus jika diketahui luas permukaan kubus tersebut
adalah 96 cm2!. Dari pertanyaan tersebut
siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan pertanyaan tersebut. Dari perhitungan yang dilakukan siswa akan lebih berpikir kritis, karena dalam soal data yang disajikan adalah luas permukaan kubus, sementara untuk mencari volume yang harus diketahui terlebih dahulu adalah panjang rusuk kubus. Panjang rusuk kubus akan didapat dari luas permukaan kubus.
Pertanyaan dengan jawaban segera adalah teknik bertanya yang tidak disertai pemberian waktu (pouse) berpikir, siswa
segera menjawab pertanyaan tanpa
proses berpikir, kerana pertanyaan yang diajukan guru hanya sebatas mengingat. Keuntungan pertanyaan ini adalah guru langsung dapat mengoreksi jawaban dari siswa, melatih kemandirian siswa karena tidak ada kerja sama dalam menjawab pertanyaan, sehingga pertanyaan jawaban segera berisfat individual. Adapun contoh pertanyaan jawaban segera dalam proses pembelajaran matematika di dalam kelas misalnya: “berapa jumlah rusuk kubus?” dari pertanyaan tersebut siswa hanya dimintai jumlah rusuk kubus yang dalam
pengerjaannya tanpa menggunakan
hitungan, hanya sebatas mengingat
konsep yang telah di pelajari.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru adalah suatu pendekatan yang diimplemtasikan dalam kurikulum 2013 yang dalam kegiatan
pembelajarannya harus memunculkan
kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
menalar, mengkomunikasikan dan
mengkombinasikan dengan karakteristik pertanyaan guru yaitu pertanyaan jawaban tertunda dan pertanyaan jawaban segera.
Yang diteliti dalam penelitian ini yaitu tentang perngaruh pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru
terhadap hasil belajar pengetahuan
matematika siswa kelas IV SD Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh
suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan baru sehingga
memungkinkan seseorang terjadinya
perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Dari kegiatan belajar kemudian
proses pembelajaran selanjutnya
mengevaluasi pembelajaran maka akan dapat diketahui hasil belajar dalam proses pembelajaran apakah sudah mencapai tujuan atau belum. Tujuan tersebut
merupakan suatu tolak ukur untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran yang dilakukan. Dalam hal ini hasil belajar memiliki peran yang
sangat penting dalam diagnosa
pembelajaran. Pada umumnya, hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi setelah siswa belajar. Menurut Susanto (2013:5) makna dari hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Bloom (dalam
Kurniawan 2014: 10) hasil belajar
digolongkan menjadi tiga ranah bagian yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang ada kaitannya dengan ingatan, kemampuan berpikir atau intelektual. Dalam ranah
kognitif siswa memperoleh kompetensi tentang “apa” dari materi pembelajaran. Ranah tersebut terkait dengan aspek pengetahuan yang ada di dalam kurikulum 2013 dinyatakan dengan KI-3. Hasil belajar afektif yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan rasa dan emosi (sikap). Dalam ranah sikap, siswa memperoleh kompetensi berupa efek
penyerta dari pengetahuan dan
keterampilan yang dilakoninya, baik
berupa sikap jujur, tanggung jawab, disiplin, percaya diri, dan sikap lainnya. Dalam kurikulum 2013, ranah tersebut
dinyatakan dengan KI-1 dan KI-2.
Sedangkan hasil belajar psikomotor yaitu
berupa kemampuan gerak tertentu
(keterampilan). Dalam ranah keterampilan, siswa memperoleh kompetensi tentang “bagaimana” dari materi pembelajaran. Ranah tersebut di dalam kurikulum 2013 dinyatakan dengan KI-4.
.Menurut Susanto, (2013: 188)
proses pembelajaran metematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke siswa, melainkan suatu proses keterjadi kegiatan, yaitu proses interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungannya.
Berbicara tentang hasil belajar
pengetahuan, maka hasil belajar
pengetahuan Matematika siswa kelas IV SD merupakan kemampuan dalam bidang pengetahuan yang diperoleh siswa dalam aktifitas belajarnya. Kemampuan tersebut
meliputi pemahaman konsep dan
kemampuan menjawab pertanyaan dalam muatan materi Matematika.
Berdasarkan uraian diatas, rumusan
masalahnya sebagai berikut.
Bagaimanakah hasil belajar pengetahuan
Matematika siswa yang dibelajarkan
melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda pada Tema Cita-citaku kelas IV SD Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur Tahun ajaran 2014/2015?, bagaimanakah hasil belajar pengetahuan Metematika
siswa yang dibelajarkan melalui
pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban segera pada Tema Cita-citaku kelas IV SD Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015?, dan apakah
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban segera pada Tema Cita-citaku kelas IV SD Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015?
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hasil belajar
pengetahuan Matematika siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda pada Tema Cita-citaku kelas IV SD Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur Tahun ajaran 2014/2015,
untuk mengetahui hasil belajar
pengetahuan Metematika siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera pada Tema Cita-citaku kelas IV SD Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
signifikan hasil belajar pengetahuan
matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera pada Tema Cita-citaku kelas IV SD Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Gugus I. Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015. Rancangan penelitian ini adalah pre-experimental. Penelitian ini menggunakan desain The Static Group Pretest-Postest Design dengan ilustrasi sebagai berikut.
Kelompok Prates Perlakuan Pascates
A O X1 O
(Sukmadinata, 2012 : 209)
Keterangan :
A dan B : Kelompok yang akan mendapatkan perlakuan, O : Tes awal (pre-test) dan Tes akhir (Post-test), X1 : Perlakuan pertanyaan jawaban tertunda, X2 : Perlakuan pertanyaan jawaban segera
.
Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa Kelas IV SD Negeri yang ada di Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 10 kelas IV dari tujuh SDN yaitu, SD Negeri 1 Penatih, SD Negeri 2 Penatih, SD Negeri 3 Penatih, SD Negeri 4 Penatih, SD Negeri 5 Penatih, SD Negeri 6 Penatih, dan SD Negeri 9 Kesiman. Berdasarkan observasi yang dilakukan di Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur tidak terdapat kelas unggulan. Hal ini berarti semua kelas di SD Negeri Gugus I Gst. Ngurah
Rai Kecamatan Denpasar Timur
dinyatakan setara. Penentuan sampel dilakukan dengan menyetarakan populasi terlebih dahulu dengan menggunakan uji-t.
Data yang dipakai untuk menguji
kesetaraan semua kelas dalam populasi
adalah skor pre-test. Skor pre-test
diperoleh dari nilai ulangan umum
semester 1 dari tiap-tiap kelas populasi.
Sebelum dilakukan uji kesetaraan
menggunakan uji-t, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas
.
Tabel 1 Tabel Uji Normalitas Kesetaraan Populasi
Sampel X2hit X2tabel Keterangan
Kelas IV SDN 1 Pnt 9.04 11.07 Berdistribusi Normal Kelas IVA SDN 2 Pnt 5.67 11.07 Berdistribusi Normal Kelas IVB SDN 2 Pnt 10.21 11.07 Berdistribusi Normal Kelas IV SDN 3 Pnt 9.77 11.07 Berdistribusi Normal Kelas IVA SDN 4 Pnt 8.06 11.07 Berdistribusi Normal Kelas IVB SDN 4 Pnt 6.19 11.07 Berdistribusi Normal
Kelas IVA 18.17 11.07 Tidak
SDN 5 Pnt Berdistribusi Normal Kelas IVB SDN 5 Pnt 15.51 11.07 Tidak Berdistribusi Normal Kelas IV SDN 6 Pnt 9.19 11.07 Berdistribusi Normal Kelas IV SDN 9 Kesiman 2.40 11.07 Berdistribusi Normal
Dilanjutkan dengan uji homogenitas
varians dengan menggunakan uji
perbedaan (test Bartlett). Dari hasil
penghitungan diperoleh X2 hitung = 12.54
nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai X2 tabel Derajat kebebsanya 8-1 =7 dengan taraf signifikan 5% sehingga
didapat X2tabel = 14.01. Nilai
, ini berarti nilai pre-test kedelapan kelas dalam populasi homogen. Setelah data homogen maka dilanjutkan dengan uji kesetaraan dengan menggunakan uji-t, kriteria pengujian untuk kesetaraan sampel yaitu, jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga kelas dinyatakan tidak setara, sebaliknya jika thitung < ttabel maka Ha ditolak
dan H0 diterima sehingga kelas dinyatakan
setara. Dalam populasi ada 8 kelas yang sudah berdistribusi normal dan sudah homogen maka untuk menyetarakan dilakukan 28 kali penyetaraan. Dari hasil penyetaraan tiap kelas yang sudah di beri no urut kemudian dilakukan random untuk menentukan sampel. Dari hasil random yang dilakukan yang muncul adalah No. 6 yaitu kelas IV SDN 1 Penatih dengan kelas IV SDN 6 Penatih. Selanjutnya kelas IV SDN 1 Penatih dan kelas IV SDN 6
Penatih di random kembali untuk
menentukan kelas pertanyaan jawaban tertunda dan kelas pertanyaan jawaban
segera. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah pendekatan saintifik yang ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru yang menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dan pertanyaan jawaban segera. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pengetahuan Matematika siswa kelas IV.
Instrumen penelitian ini
biasa. Sebelum digunakan dalam
penelitian instrumen penelitian diuji
validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya beda terlebih dahulu. Dari hasil uji validitas diperolah 38 soal yang dinyatakan valid. Uji reliabilitas diperoleh 0.85, jadi kualifikasi reliabilitas sangat tinggi. Untuk indeks kesukaran soal diperoleh 1 soal denga kriteria sukar, 19 soal dengan kriteria sedang dan 18 soal dengan kriteria mudah. Sedangkan untuk uji daya pembeda diperoleh 2 soal dengan kriteria baik sekali, 19 soal denga kriteria baik, dan 17 soal dengan kriteria cukup. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun hipotesis penelitian yang akan diujikan yaitu Ha menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera pada Tema Cita-citaku kelas IV SD di Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan
Denpasar Timur. H0 menyatakan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban segera pada Tema
Cita-citaku kelas IV SD di Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean(uji – t).
Dengan kriteria pengujian adalah H0
ditolak jika thit t(1), dimana
) 1 (
t didapat dari tabel distribusi t pada
taraf signifikansi () 5% atau taraf
kepercayaan 95% dengan derajat
kebebasan dk = ( + – 2).
Adapun rumus t-test yang digunakan
adalah rumus Volled Varians. Apabila uji
prasyarat tidak terpenuhi dengan kata lain tidak normal dan tidak homogen, maka dipergunakan teknik non-parametrik. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rata-rata hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda pada siswa kelas IV SDN 6 Penatih sebesar 71.89, dengan standar deviasi 10.01. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui
pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban segera pada siswa kelas IV SDN 1 Penatih adalah 58, dengan standar deviasi 26.06. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan Matematika siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan
saintifik menggunakan pertanyaan
jawaban tertunda lebih tinggi dibandingkan nilai hasil belajar pengetahuan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
segera.
Tabel 2. Tabel nilai statistik post-test kelompok pertanyaan jawaban tertunda dan kelompok pertanyaan jawaban segera
Kelas N S S2
Kelompok pertanyaan jawaban tertunda 35 71.89 10.01 100.22
Kelompok pertanyaan jawaban segera 30 58 26.06 679.45
Berdasarkan uji Chi-square pada kelompok pertanyaan jawaban tertunda
diperoleh nilai X 2 tabel pada taraf
signifikansi 5% (α=0,95) dan derajat kebebasan (dk = 6-1=5) adalah 11.07 dan
hasil analisis X 2 hitung adalah 9.20
sehingga X 2 hitung < X 2 tabel maka data
berdistribusi normal. Ini berarti sebaran data nilai hasil belajar pengetahuan Matematika pada kelompok pertanyaan jawaban tertunda kelas IV SDN 6 Penatih
berdistribusi normal. Pada kelompok
pertanyaan jawaban segera diperoleh nilai X 2tabel pada taraf signifikansi 5% (α=0,95)
dan derajat kebebasan (dk = 6-1=5) adalah 11.07 dan hasil analisis X 2 hitung adalah 1.7 sehingga X 2 hitung < X 2 tabel maka data berdistribusi normal. Ini berarti
sebaran data nilai hasil belajar
pengetahuan Matematika siswa kelompok pertanyaan jawaban segera SDN 1 Penatih berdistribusi normal.
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini dengan uji F, maka diperoleh nilai Ftabel pada taraf signifikan
5% dengan derajat kebebasan (dk
pembilang = 30 – 1 dan dk penyebut = 35 – 1) adalah 1.79 dan hasil analisis Fhitung = 1.65. karena Fhit > Ftabel maka kedua sampel tidak homogen. Karena sampel berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka rumus uji-t yang digunakan untuk menganalisis adalah rumus separated varian.
Berdasarkan analisis data diperoleh nilai ttabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan 2.04 dan hasil analisis thit = 2.75, Sehingga thit ≥ ttabel (2.75 > 2.04) yang menyatakan bahwa hasil belajar pengetahuan Matematika kedua
kelompok terdapat perbedaan yang
signifikan. Dapat dilihat bahwa
lebih besar dari pada yaitu
2.75 > 2.04. Dengan hasil tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa H0 yang
berbunyi “tidak terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar pengetahuan
Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera pada Tema Cita-citaku kelas IV SD di Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan
Denpasar Timur”, ditolak dan Ha yang
menyatakan “terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar pengetahuan
Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera pada Tema Cita-citaku kelas IV SD di Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur”, diterima.
Perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan matematika antara
siswa yang dibelajarkan melalui
pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban tertunda dengan
siswa yang dibelajarkan melalui
pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban segera disebabkan oleh adanya perbedaan perlakuan pada kegiatan pembelajaran. Dimana dalam proses pembelajaran pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda merangsang siswa untuk berpikir
kritis, sehingga siswa mampu
mengemukakan pendapatnya, dengan
mengemukakan pendapatnya siswa akan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah sehingga siswa mampu
membangun pengetahuannya sendiri.
Berbeda dengan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera hanya dapat melibatkan beberapa siswa saja untuk aktif. Sehingga mengakibatkan yang pintar semakin pintar dan siswa yang masih kurang kemampuannya akan tetep kurang.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Rerata hasil belajar pengetahuan Matematika siswa yang dibalajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda pada siswa kelas IV SDN 6 Penatih Tahun Ajaran 2014/2015 sebesar 71.89, dengan presentase 25.71% terletak di sekitar rata-rata, 42.86% berada di bawah rata-rata, dan 31.43% berada di atas rata-rata. Hasil belajar pengetahuan Matematika siswa kelas IV SDN 6 Penatih berada pada kategori sangat baik dengan presentase 31.43%, kategori baik dengan presentase 68.57%. Rerata hasil belajar pengetahuan Matematika siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera pada siswa kelas IV SDN 1 Penatih Tahun Ajaran 2014/2015 sebesar 58, dengan presentase 13.33% berada di sekitar rata-rata, 40% berada di bawah rata-rata-rata, dan 46.67% berada di atas rata-rata. Hasil belajar pengetahuan Matematika siswa
kelas IV SDN 1 Penatih berada pada ketegori sangat baik dengan presentase 33.33%, berada pada kategori baik dengan presentase 20%, berada pada kategori cukup dengan presentase 10%, berada pada kategori kurang dengan presentase 26.67%, dan berada pada
kategori sangat kurang dengan
presentase 10%. Dari perhitungan uji-t
pada bab IV, diperoleh = 2.75 dan
= 2.04. kedua hasil tersebut
dibandingkan maka diperoleh >
(2.75 > 2.04). dari perbandingan ini maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban segera pada Tema Cita-citaku kelas IV SD di Gugus I Gst. Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan
saintifik menggunakan pertanyaan
jawaban tertunda terhadap hasil belajar pengetahuan Matematika Di Gugus I Gst Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Timur.
Berdasarkan hasil penelitian,
pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Bagi guru, penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk meningkatkan keterampilan dalam merancang pembelajaran dengan tujuan memperoleh hasil belajar yang optimal. Khusunya guru yang mengajar di kelas IV yang menggunakan tematik
disarankan untuk mengembangkan
inovasi pembelajaran dengan menerapkan strategi, pendekatan, model, dan metode
yang mampu mengoptimalkan hasil
belajar siswa. Dengan pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda menjadi salah satu pendekatan yang dikombinasikan dengan karakteristik pertanyaan guru yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Bagi siswa,
dengan diterapkannya pendekatan
siantifik menggunakan pertanyaan
jawaban tertunda pada muatan
Matematika, diharapkan siswa untuk aktif
dan mengeluarkan ide-ide dari pemikiran
kritis siswa untuk membangun
pengetahunnya sendiri. Dengan demikian siswa menjadi kreatif dan mandiri dalam mengikuti pembelajaran. Penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil belajar
pengetahuan siswa yang dibelajarkan
dengan pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda lebih tinggi dari pada hasil belajar
siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan saintifik menggunakan
pertanyaan jawaban segera. Diharapkan sekolah memberikan sosialisasi secara berkelanjutan mengenai inovasi-inovasi
pembelajaran kepada guru dalam
membelajarkan siswa. Bagi peneliti
lainnya, bahwa dalam penelitian ini terbatas pada pokok bahasan tematik tema tujuh (Cita-citaku) siswa kelas IV. Untuk memperoleh hasil yang berbeda dan pada mata pelajaran yang berbeda peneliti menyarankan kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian pada pokok bahasan yang lebih beragam untuk
memperoleh hasil yang lebih baik
.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 SD Kelas IV.Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Daryanto. 2014. Pendekatan
Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta : Gava Media. Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan
Individu, Masyarakat, dan
Pendidikan. Jakarta :PT
RajaGrafindo Persada.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani.2014.
Sukses Mengimplementasikan
Kurikulum 2013 Memahami
Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013.Jakarta : Kata Pena.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012.
Metode Penelitian Pendidikan.