• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN MANGROVE DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN MANGROVE DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN MANGROVE DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

(Society Participation Against the Existence of Mangrove Forest in Percut, Percut Sei Tuan Sub district, Deli Serdang Regency)

1)Uswatun Nisa, 2)Darma Bakti, 2)Febrina Arli

1) Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155, email: uswatunnisa600yahoo.com

2)Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155

ABSTRACT

Mangrove forest in Percut, Percut Sei Tuan sub district, Deli Serdang regency be degraded and damaged due to human activities and nature process. This study focused on community participation level toward the existence of mangrove forest in the Percut. The objective of study was to determine the existence of relationship between the identity of individual with community participation and the constraints that affect community participation. This study was conducted on April to May 2016. In taking the sample, the researcher used purposive sampling method which was done by conducted interviews and distributing questionnaires to community in mangrove areas, in Percut. The result showed that community participation toward the existence of mangrove forest is in average level with the 58.65% index. It means that there is no significant relationship between the identity of individual (age, number of family members, long living, and education) and community participation. So, the identity of individual such as income and job showed that they have significant relationship with community participation toward the existence of the mangrove forest.

Keywords: Community Participation, Identity of Individual, Mangrove Forests PENDAHULUAN

Wilayah pesisir umumnya memiliki kompleksitas yang tinggi, baik secara ekonomi maupun secara ekologi. Berbagai ragam bentuk aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam pesisir di bidang perekonomian seperti kegiatan budidaya ikan dan udang di tambak, budidaya rumput laut, budidaya kepiting, pariwisata, industri, pemukiman, perhubungan dan aktivitas lainnya (Sarmila, 2012).

Mangrove memiliki fungsi baik secara fisik maupun biologi. Adapun fungsi fisik dari mangrove adalah pelindung daratan dari abrasi pantai,

pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan, perangkap zat pencemar, tempat singgah migrasi burung. Fungsi mangrove secara biologi adalah sebagai daerah pemijahan dan tempat untuk mencari makan ikan-ikan serta sebagai habitat satwa liar. Disamping itu mangrove memiliki manfaat langsung bagi manusia yaitu obat-obatan tradisonal, makanan, dan mangrove yang sudah mati dapat dijadikan tiang rumah serta kayu bakar.

Mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan luas keseluruhannya yaitu 600 ha, 300 ha terdapat di desa Percut. Namun

(2)

berdasarkan informasi yang didapatkan dari tokoh masyarakat, lahan mangrove di desa ini telah mengalami alih fungsi lahan menjadi sawit, tambak dan pemukiman. Sampai saat ini ±30 ha lahan mangrove yang belum mengalami alih fungsi lahan.

Banyaknya aktivitas masyarakat di desa percut mengakibatkan berkurangnya lahan mangrove dan terjadinya kerusakan sehingga pentingnya diketahui partisipasi dan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat yang ada di desa Percut terhadap keberadaan hutan mangrove. METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016 di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara yang berada pada titik koordinat 3o42'58.42"LU - 98o47'02.6"BT. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Desa Pantai Pesisir Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitan ini adalah GPS (Global Positioning System), kamera digital, alat tulis, kalkulator, dan laptop.

Bahan yang digunakan adalah kuesioner dan Software SPSS (Stastictical Product and Service Solution).

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian diawali dengan menentukan lokasi pengamatan dan dilaksanakan di kawasan mangrove yang terletak disekitar pemukiman warga dengan kondisi sudah mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi di kawasan mangrove Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan adalah konveksi lahan menjadi lahan kelapa sawit dan tambak.

Penelitian ini dilaksanakan melalui wawancara dengan masyarakat dan penebaran kuesioner. Kuesioner disusun untuk pemenuhan kebutuhan data dan pertanyaan disusun sedemikian rupa agar dapat mewakili seluruh data masyarakat yang akan diamati dalam penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data analisis partisipasi masyarakat setempat dan data kependudukannya.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah purposive sampling (acak sederhana) serta data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara tokoh masyarakat serta kuesioner masyarakat, sedangkan data sekunder didapat dari tinjauan pustaka diantaranya buku, jurnal, skripsi, tesis, disertasi serta data pendukung lainnya.

Wawancara dilakukan dengan tokoh masyarakat maupun perangkat desa, ada beberapa kriteria orang atau jabatan yang dapat dijadikan informan kunci, yaitu.

a. Orang yang berhubungan dan paling mengerti dengan keseluruhan pengelolaan hutan mangrove.

b. Orang yang berhubungan dengan ketenagakerjaan pengelolaan mangrove, dan Masyarakat yang berdomisili di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Perhitungan pengambilan sampel berdasarkan Rumus Slovin. Menurut Umar (2000) Data primer diperoleh dengan penentuan sample penelitian menggunakan rumus Slovin yaitu:

(3)

n = N 1 + N(𝑒)2 Keterangan: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Tingkat Kelonggaran (10%)

Jadi berdasarkan jumlah kepala keluarga tahun 2015 di desa percut sebesar 278 jiwa dan e = 10%, di peroleh jumlah sampel sebesar.

n = 278

1 + 278(0,1)2

n = 73 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini mengkaji partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove. Analisis yang digunakan adalah deskriftif dan kuantitatif, metode analisis berusaha menyelesaikan pola pemanfaatan mangrove dan partisipasi masyarakat terhadap keberadaan mangrove, sehingga memberi informasi mengenai pentingnya keberadaan mangrove.

Data yang digunakan adalah data yang memiliki indikasi ada atau tidaknya partisipasi masyarakat terhadap mangrove di desa Percut. Data diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara langsung pada masyarakat Desa Percut. Karakteristik masyarakat yang di perlukan adalah. 1. Karakteristik individu sampel; umur,

jumlah anggota keluarga, lama bermukim, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. 2. Partisipasi masyarakat meliputi;

Penanaman, pengawasan, dan pemeliharaan baik atas kehendak sendiri maupun oleh pemerintah dalam pelestarian hutan mangrove.

3. Luas dan penyebaran hutan mangrove di Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang.

Data yang sudah terkumpul diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dengan penelitian digunakan metode Skala Likert dan Uji Korelasi Peringkat Spearman 1904.

Menurut Sugiyono (2012) Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, partisipasi dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Cara pengukuran adalah dengan menghadapkan seorang respoden dengan sebuah pernyataan dan kemudian diminta untuk memilih dari lima pilihan jawaban, di manasetiap pilihan jawaban memiliki nilai yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan pernyataan tertutup dengan rentang skala penilaian Sangat Tidak Setuju : 1, Tidak Setuju : 2, Ragu-ragu : 3, Setuju : 4 dan Sangat Setuju : 5. Setelah data diperoleh kemudian dicari skornya untuk mengetahui besar persentase dari responden, untuk lebih jelas sebagai berikut.

a. Interpretasi Skor S = Re x SL Keterangan: S = Skor

Re = Responden yang memilih SL = Skor Likert yang dipilih

x = ST x ∑R y = SR x ∑R Keterangan:

ST = Skor Tertinggi Likert SR = Skor Terendah Likert ∑R = Jumlah Responden ln

=

𝑇𝑆 𝑥 x 100% Keterangan: ln = Indeks (%) TS = Total Skor b. Interval I = 100 𝐿𝑇 I = 100 5

=

20 Keterangan: I = Interval

(4)

Kriteria interpretasi skor berdasarkan interval :

1. 80% - 100% = Sangat Setuju (Bobot 5) 2. < 80% = Setuju (Bobot 4)

3. < 60% = Ragu-ragu (Bobot 3) 4. < 40% = Tidak Setuju (Bobot 2) 5. < 20% = Tidak Setuju (Bobot 1)

Analisis data dilakukan dengan deskriptif korelasional menggunakan uji Korelasi Peringkat Spearman tahun 1904 (Nazir, 2005). Uji Korelasi Peringkat Spearman adalah alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif dua variabel bila datanya berskala ordinal (ranking) serta untuk melihat kuat lemah suatu hubungan dan arah hubungan antara dua variabel. Rumus yang digunakan adalah.

rs = 1 −

6 ∑ di2

N 3 − N

Keterangan :

rs =Koefision Korelasi Spearman

di =Beda antara 2 pengamatan berpasangan N =Total pengamatan

Menurut Sugiyono (2012) untuk menentukan interval koefesien tingkat hubungan dapat dilihat pada pedoman interpretasi koefesien korelasi.

1. 0,00 – 0, 199 : Sangat rendah/lemah 2. 0,20 – 0, 399 : Rendah

3. 0,40 – 0,599 : Sedang 4. 0,60 – 0,799 : Kuat

5. 0,80 – 1,000 : Sangat Kuat

Mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t (Djarwanto, 2014), dengan rumus.

t = rs√

N − 2 1 − rs2

Keterangan :

t = Studen (Taraf Signifikansi)

r

s = Koefisien Korelasi Spearman

N = Total Pengamatan

Dengan kriteria uji sebagai berikut. H0 diterima apabila t-hitung < t-Tabel

H1 diterima apabila t-hitung > t-Tabel

Hipotesis yang diuji adalah.

H0 :Tidak terdapat hubungan antara

variabel individu masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove. H1 :Terdapat hubungan antara variabel

individu masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove.

Mengolah dan menganalisis data, maka dipergunakan Microsoft Excel dan Software SPSS for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Karakteristik responden pada desa penelitian banyak yang berusia produktif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik responden

berdasarkan kelompok umur.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui jumlah umur terbanyak 31-40 yaitu 27 KK (36,98%), kelompok umur terendah adalah > 60 tahun terdapat 5 KK (6,84%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Karakteristik jumlah anggota keluarga adalah keluarga yang menetap dalam satu rumah tangga dan masih mendapat tanggungan.

Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga.

Jumlah Anggota Keluarga (Jiwa)

Jumlah Penduduk Kepala Keluarga Persentase (%)

2-3 Jiwa 28 38,35 4-5 Jiwa 32 43,83 6-7 Jiwa 13 17,80 Jumlah 73 100 Rentang Umur (Tahun) Jumlah Penduduk

Kepala Keluarga Persentase (%)

21-30 13 17,80 31-40 27 36,98 41-50 17 23,28 51-60 11 15,06 >60 5 6,84 Jumlah 73 100

(5)

Berdasarkan Tabel 5 diketahui jumlah anggota keluarga yang paling banyak 4 - 5 jiwa yaitu 32 KK (43,83%), yang terkecil 6 - 7 jiwa yaitu 13 KK (17,80%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bermukim

Karakteristik Lama bermukim adalah lamanya menetap atau tinggal di desa sampai penelitian dilaksanakan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan lama bermukim.

Lama Bermukim (Tahun) Jumlah Penduduk Kepala Keluarga Persentase (%) <10 12 16,43 10-19 15 20,54 20-29 15 20,54 30-39 15 20,54 40-49 5 6,84 >49 11 15,06 Jumlah 73 100

Berdasarkan Tabel 6 diketahui jumlah terbanyak yang bermukim di desa Percut 10 - 19 tahun, 20 - 29 tahun, 30 – 39 tahun, masing-masing sebanyak 15 KK (20,54%) yang terkecil 40 - 49 tahun 5 KK (6,84%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah responden berdasarkan penghasilan yang diperoleh dalam 1 bulan.

Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan.

Pendapatan Jumlah Penduduk Kepala Keluarga Persentase (%) > 2.000.000 3 4,10 1.600.000 -2.000.000 6 8,21 1.000.000 -1.500.000 25 34,24 500.000 - 900.000 31 42,46 <500.000 8 10,95 Jumlah 73 100

Berdasarkan Tabel 7 diketahui banyak kepala keluarga berpendapatan Rp 500.000-Rp 900.000 yaitu31 KK (42,26%) dan 3 KK (4,10%) yang berpendapatan > Rp 2.000.000.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Karakteristik pendidikan adalah lama pendidikan formal yang diikuti dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Pendidikan Jumlah Penduduk

Kepala Keluarga Persentase (%)

Tidak Sekolah 5 6,84 SD 46 63,01 SLTP 11 15,06 SLTA 10 13,69 Perguruan Tinggi 1 1,36 Jumlah 73 100

Berdasarkan Tabel 8 diketahui banyak responden yang lulusan SD (Sekolah Dasar) yaitu 46 KK (63,01%). Hanya 1 KK (1%) lulus perguruan tinggi. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Karateristik pekerjaan dimaksud mengetahui mata pencaharian utama para responden. Hal ini dapat dilihat Tabel 9. Tabel 9. Karateristik respoden berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah Peduduk Kepala Keluarga Persentase (%) Nelayan 49 67,12 Pedagang 5 6,84 Wiraswasta 8 10,95 Lain-Lain 11 15,06 Jumlah 73 100

Berdasarkan Tabel 9 diketahui pekerjaan yang banyak ditekuni adalah nelayan yaitu 49 KK (67,12%).

Partisipasi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Mangrove

Analisis tingkat partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari karakteristik individu terhadap partisipasi yang masyarakat berikan demi menjaga kelestarian hutan mangrove di desa Percut. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat

(6)

Tabel 10. Partisipasi Responden Terhadap Keberadaan Hutan Mangrove PERNYATAAN Partisipasi Responden Total Skor Ind (%) Kat SS S RG TS STS N S N S N S N S N S

1. Mengenal dan mengerti

tentang hutan mangrove - - 26 104 34 102 8 16 5 5 227 62,19 T

2. Kondisi hutan bakau mangrove di desa mulai rusak.

3 15 20 80 27 81 11 22 12 12 210 57,53 S

3. Menanam tanaman bakau untuk menjaga melestarikan hutan mangrove.

2 10 11 44 30 90 25 50 5 5 199 54,52 S

4. Melakukan kegiatan

pemeliharaan hutan mangrove atas kehendak sendiri

1 5 10 40 30 90 30 60 2 2 197 53,97 S

5. Melakukan kegiatan pengawasan (menjaga) terhadap hutan mangrove

- - 9 36 29 87 32 64 3 3 190 52,05 S

6. Kegiatan penanaman, penyuluhan, dan

pemeliharaan hutan mangrove diadakan oleh kelembagaan

- - 13 52 20 60 40 80 - - 192 52,60 S

7. Berpartisipasi dalam kegiatan

yang diadakan oleh lembaga 6 30 13 52 24 72 30 60 - - 214 58,63 S

8. Mengetahui fungsi dan mendapat manfaat hutan mangrove dari kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga

- - 20 80 23 69 23 46 7 7 202 55,34 S

9. Mengambil hasil hutan bakau membantu menambah pendapatan

- - 32 128 21 63 20 40 - - 231 63,28 T

10.Wajib melakukan penanaman kembali bagi masyarakat yang memanfaatkan hasil dari hutan bakau

- - 20 80 20 60 28 56 5 5 201 55,06 S

11.Keberadaan hutan mangrove sangat penting oleh sebab itu perlu dijaga dan dilestarikan

10 50 28 112 35 105 - - - - 267 73,15 T

12.Kerusakan hutan bakau

berdampak buruk pada

kehidupan masyarakat

7 35 19 76 22 66 20 40 5 5 222 60,82 T

13.Kegiatan penanaman bakau dilakukan berdasarkan kondisi hutan bakau yang mulai rusak

- - 14 56 20 60 29 58 10 10 184 50,41 S

14.Saya menanam bibit/anakan ketika kondisi hutan bakau mulai rusak

- - 12 48 31 93 17 34 13 13 188 51,50 S

15.Pemeliharaan hutan bakau secara rutin dan terjadwal

oleh masyarakat dapat

melestarikan hutan mangrove

14 70 26 104 24 72 9 18 - - 264 72,32 T

16.Merusak hutan bakau, dikenai hukuman (sanksi) dari pemerintah dan masyarakat

(7)

Tabel 10. Lanjutan PERNYATAAN Partisipasi Responden Total Skor Ind (%) Kat SS S RG TS STS N S N S N S N S N S

17.Saya bersedia menjadi anggota dalam pemeliharaan dan pelestarian bibit mangrove

- - 20 80 39 117 10 20 4 4 221 60,54 T

18.Pemerintah mempunyai hak untuk mengelola hutan bakau

secara penuh dengan

mengikutsertakan masyarakat desa

- - 10 40 36 108 21 42 6 6 196 53,69 S

19.Pemerintahan desa membentuk organisasi khusus mengenai pemeliharaan dan pengawasan hutan bakau dan anggotanya terdiri dari masyarakat desa.

- - 17 68 29 87 24 48 3 3 206 56,43 S

20.Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal demi menjaga kelestarian mangrove

- - 27 108 30 90 16 32 - - 230 63,01 T

TOTAL (JIWA) 53 265 370 1480 548 1644 404 808 85 85 4282 - -

PERSENTASE N (%) 3,63 25,342 37,53 27,67 5,82 100 - -

Keterangan:

SS = Sangat Setuju (Jiwa) S = Setuju (Jiwa)

RG = Ragu-ragu (Jiwa) TS = Tidak Setuju

TST = Sangat Tidak Setuju N = Jumlah Responden (jiwa) T/S = Tinggi/Sedang

S = Skor

Ind = Indeks (%) Kat = Kategori

Berdasarkan Tabel 10 diketahui hasil yang diperoleh dari analisis tingkat partisipasi masyarakat menggunakan Skala Likert. 8 pernyataan kategori tinggi dan 12 pernyataan kategori sedang. Indek 62,19% dari pernyataan pertama menggambarkan tidak ada responden yang sangat mengerti mengenai mangrove dan banyak ragu-ragu. Berdasarkan perhitungan skor pernyataan ini termasuk kategori tinggi.

Hasil pada Tabel 10 yang berkaitan dengan pernyataan pemanfaatan hutan mangrove termasuk tinggi dengan indek 63,28% dan responden memilih setuju 32 jiwa, yang memilih tidak setuju 20 jiwa. Tinggi dalam hal ini adalah banyaknya masyarakat yang masih mengambil hasil dari hutan mangrove seperti ikan, kayu dan buah. Sebagian dari responden mengambil

hasil dari hutan mangrove ini untuk konsumsi pribadi dan ada menjualnya untuk menambah pendapatan. Namun ada yang tidak memanfaatkan hasil dari hutan mangrove. Hal ini berhubungan dengan pernyataan ke sepuluh yaitu wajib melakukan penanaman kembali bagi masyarakat yang memanfaatkan hasil dari hutan mangrove dengan indek 55,06% termasuk kategori sedang.

Berdasarkan Tabel 10 mengenai pemeliharaan mangrove secara rutin dan terjadwal dapat melestarikan mangrove memiliki indek 72,32% kategori tinggi. Responden banyak yang menyetujui pernyataan ini, mereka berharap agar pemerintah lebih terlibat dalam kegiatan pemeliharaan mangrove.

Analisis Tingkat Partisipasi

Berdasarkan Karakteristik Responden

Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Kelompok Umur

Analisis tingkat partisipasi berdasarkan karakteristik umur dapat dilihat dari Tabel 11.

Tabel 11. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan kelompok umur.

(8)

Umur

Partisipasi Masyarakat Terhadap

Kebradaan Hutan Mangrove Total

(%) S.T T S R S. R 21-30 1 12 17,80 31-40 4 23 36,98 41-50 3 14 23,28 51-60 11 15,06 >60 1 4 6,84 Jumlah 9 64 100

Berdasarkan pada Tabel 11 diketahui kategori umur 31 - 40 tahun memiliki tingkat partisipasi yang tinggi. 4 KK tinggi dan termasuk sedang adalah 23 KK (36,98%). Partisipasi terkecil pada rentang umur >60 KK (6,84%) .

Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Analisis tingkat partisipasi berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat diketahui dari hasil Tabel 12.

Tabel 12. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah Anggota Keluarga

Partisipasi Masyarakat Terhadap

Kebradaan Hutan Mangrove Total

(%) S.T T S R S.R 2-3 Jiwa 2 26 38,35 4-5 Jiwa 3 29 43,83 6-7 Jiwa 4 9 17,80 Jumlah 9 64 100

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa jumlah anggota keluarga terbanyak pada 4-5 jiwa, 3 KK kategori tinggi dan 29 KK kategori sedang.

Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Lama Bermukim

Analisis tingkat partisipasi berdasarkan lama bermukim dapat diketahui dari hasil Tabel 13.

Tabel 13. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan lama bermukim

Lama Bermukim

(Tahun)

Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebradaan Hutan Mangrove Total

(%) S.T T S R S.R <10 1 11 16,43 10-19 1 14 20,54 20-29 4 11 20,54 30-39 2 13 20,54 40-49 5 6,84 >49 1 10 15,06 Jumlah 9 64 100

Berdasarkan Tabel 13 diketahui hasil analisis partisipasi terbanyak 20-29

tahun, 4 KK kategori Tinggi dan 11 KK kategori sedang.

Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Pendapatan

Analisis tingkat partisipasi berdasarkan pendapatan diketahui dari hasil pengolahan data pada Tabel 14. Tabel 14. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan pendapatan

Pendapatan

Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebradaan Hutan Mangrove Total

(%) S.T T S R S.R > 2.000.000 2 1 4,10 1.600.000-2.000.000 1 5 8,21 1.000.000-1.500.000 4 21 34,24 500.000-900.000 2 29 42,46 <500.000 8 10,95 Jumlah 9 64 100

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 14 pendapatan para responden rata-rata berkisar Rp 500.000 – Rp 1. 500.000 /bulan. Pada pendapatan Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000, 4 KK termasuk kategori tertinggi dan 21 KK pada kategori sedang. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Pendidikan

Analisis tingkat partisipasi pendidikan menggambarkan bagaimana tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan mangrove, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan pendidikan.

Pendidikan

Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebradaan Hutan Mangrove Total

(%) S.T T S R S.R Tidak Sekolah 5 6,84 SD 6 40 63,01 SLTP 3 8 15,06 SLTA 10 13,69 Perguruan Tinggi 1 1,369 Jumlah 9 64 100

Tingkat pendidikan berdasarkan hasil analisis pada Tabel 15 diketahui partisipasi tertinggi pada pendidikan SD yaitu 6 KK termasuk tinggi dan 40 KK termasuk kategori sedang.

(9)

Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Pekerjaan

Analisis tingkat partisipasi pekerjaan menggambarkan bagaimana partisipasi masyarakat terhadap mangrove, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis tingkat partisipasi berdasarkan pekerjaan

Jenis Pekerjaan

Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebradaan Hutan Mangrove Total

(%) S.T T S R S.R Nelayan 8 41 67,12 Pedagang 1 4 6,84 Wiraswasta 8 10,95 Lain -Lain 11 15,06 Jumlah 9 64 100

Berasarkan Tabel 16 pekerjaan yang memiliki tingkat partisipasi tertinggi adalah nelayan. 8 KK kategori tinggi dan 41 KK kategori sedang.

Analisis Hubungan Antara

Karakteristik Individu Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Mangrove

Hubungan antara karakteristik individu masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap hutan mangrove dapat diketahui dengan Korelasi Rank Spearman (rs) dan lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Korelasi Rank Spearman antara karakteristik individu masyarakat dengan tingkat partisipasi.

Karakteristik Individu Masyarakat Partisipasi Signifikansi (ɑ=0,05) t-hitung t-tabel

Umur -0,055 0,643 -0,464 1,993

Jumlah Anggota Keluarga -0,033 0,780 -0,278 1, 993

Pendapatan 0,341** 0,003 3,056 1, 993

Pendidikan 0,161 0,175 1,374 1, 993

Lama Bermukim -0,043 0,721 -0,362 1, 993

Pekerjaan -0,239* 0,042 -2,073 1, 993

Sumber Data: Correlation Rank Spearman SPSS 20 (2016 Pembahasan

Analisis Tingkat Partisipasi terhadap Keberadaan Hutan Mangrove

Hasil pada Tabel 12 diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove di desa percut berdasarkan karakteristik individu masyarakat (umur, jumlah anggota keluarga, lama masa bermukim, tingkat pendapatan, pekerjaan dan tingkat pendidikan) diperoleh nilai tingkat partisipasi pada kategori sedang yaitu 58,65%. Nilai ini diperoleh dari nilai rata-rata total skor tingkat partisipasi para responden yang telah diwawancari sebelumya dan berdasarkan hasil dari perhitungan Skala Likert pada Tabel 12, namun nilai ini berbeda dengan Hipotesis 1 yang menyatakan tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove di Desa Percut Kecamatan

Percut Sei Tuan adalah rendah. Jadi H0

diterima dan H1 ditolak, artinya hipotesis 1

ditolak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutapea (2009) di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, di manapada penelitian tersebut diperoleh nilai tingkat partisipasi masyarakat sebesar 49,78% termasuk kategori sedang dan nilai tersebut diperoleh dari rata-rata total skor tingkat partisipasi para responden yang telah diwawancari sebelumya.

Berdasarkan pada tabel 1 dan dari wawancara tokoh masyarakat. Diketahui luas wilayah mangrove di Kabupaten Deli Serdang pada awalnya adalah ±600 ha namun hanya 300 ha yang terdapat di desa percut (Sebelum terjadinya alih fungsi lahan) setelah terjadinya alih fungsi lahan menjadi tambak, pemukiman dan lahan sawait hanya ±200 ha yang masih tetap dipertahankan. Mangrove yang masih bertahan akan mengalami kehancuran

(10)

apabila masyarakat tidak melakukan pemeliharaan dan melakukan kegiatan jual beli lahan mangrove. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Lahan Mangrove yang Sudah Lama Ditinggalkan

Analisis Hubungan Antara

Karakteristik Individu Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi

Analisis Hubungan Umur dengan Tingkat Partisipasi

Dari hasil analisis hubungan umur dengan partisipasi pada Tabel. 13 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi (rs) sebesar -0,055 dan hubungan ini sangat

lemah dan memiliki angka probabilitas sebesar 0,643 lebih besar dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0

diterima) hal ini diinterpretasikan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hal ini tidak berbeda dengan angka t-hitung = -0,464 lebih kecil dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0

diterima) sehingga dikatakan tidak adanya hubungan antara umur dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove.

Menurut Hartono dan Azis (1990) bahwa seseorang dikatakan matang atau dewasa untuk melakukan sesuatu aktivitas seperti pelestarian hutan mangrove tidak hanya diukur berdasarkan umur, melainkan dilihat dari tingkat berfikirnya. Menurut penelitian Budiyanto (2002) yang menyatakan tidak ditemukan adanya hubungan antara usia responden yang sudah tua atau masih muda dengan tingkat partisipasi masyarakat. Kelompok usia muda lebih mudah menerima ide baru dan cenderung lebih cepat mengambil

keputusan tentang objek yang diamati. Tidak adan hubungan antara umur dengan partisipasi diduga karena pemahaman hutan mangrove belum menyentuh semua lapisan umur masyarakat.

Analisis Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Tingkat Partisipasi

Berdasarkan hasil analisis hubungan jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi (rs) sebesar -0,033 dan hubungan ini sangat

lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,780 lebih besar dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0 diterima), hal ini diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove. Hal ini tidak berbeda dengan angka t-hitung = -0,278 lebih kecil dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0

diterima) dan berah negatif (tidak searah) sehingga dapat di katakakan bahwa tidak adanya hubungan yang berpengaruh antara jumlah anggota keluarga dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan Hutapea (2009). Nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,060. Hubungan ini sangat

lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,583 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 % (artinya, H0

diterima) dan berarah positif. Jumlah anggota keluarga yang besar mempunyai peluang yang besar pula untuk turut berperan serta terhadap tingkat partisipasi. Meskipun korelasinya sangat lemah namun arahnya positif maka dapat diartikan dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga cenderung untuk memberikan partisipasi meskipun kecil.

Analisis Hubungan Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi

Berdasarkan hasil analisis hubungan pendapatan dengan partisipasi pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai

(11)

koefesien korelasi (rs) sebesar 0,341** dan

hubungan ini dikatakan lemah namun memiliki angka probabilitas 0,003 lebih kecil dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0 ditolak) hal ini

diinterpretasikan adanya hubungan yang antara pendapatan dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hal ini tidak berbeda dengan angka t-hitung =3,056 lebih besar dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0 ditolak), dapat di

simpulkan bahwa adanya hubungan antara pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan mangrove. Hal ini sesuai dengan Saptorini (2003) yang menyatakan pendapatan merupakan unsur yang penting bagi setiap orang, karena dengan adanya penghasilan seseorang akan dapat meningkatkan kesejahteraannya dan dengan pendapatan yang relatif tinggi seseorang tidak hanya memikirkan bagaimana upaya memenuhi kebutuhan hidup yang layak tetapi dapat menyisihkan sebagian untuk kebutuhan hidup yang lainnya.

Analisis Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi

Dari hasil analisis hubungan pendidikan dengan partisipasi pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi (rs) sebesar 0,161 dan hubungan

ini dikatakan sangat lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,175 lebih besar dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0 diterima) hal

ini dapat diinterpretasikan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove. Hal ini tidak berbeda dengan angka t-hitung = 1,374 lebih kecil dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0

diterima) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang berpengaruh antara pendidikan dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hal ini juga sejalan dengan Budiyanto (2002) yang menyatakan karakteristik pendidikan penduduk tidak memiliki suatu korelasi

positif yang nyata dengan tingkat partisipasi. Hal ini mengandung arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi partisipasi responden atau semakin rendah pendidikan maka tingkat partisipasi responden semakin rendah. Analisis Hubungan Lama Bermukim dengan Tingkat Partisipasi

Berdasarkan hasil analisis hubungan bermukim dengan partisipasi pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi (rs) sebesar -0,043 dan

hubungan ini dikatakan lemah negatif namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,721 lebih besar dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0

diterima) hal ini dapat diinterpretasikan tidak adanya hubungan antara lama bermukim dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hal ini tidak berbeda dengan angka t-hitung = -0,362 lebih kecil dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0 diterima) sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak adanya hubungan antara lama bermukim dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Suroso.,dkk (2014) menyatakan tidak ada perbedaan keaktifan berpartisipasi dilihat dari lamanya tinggal di desa, namun hal ini berbeda dengan pendapat sebelumnya bahwa lamanya seorang tinggal dalam lingkungan tertentu dapat mempengaruhi partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tersebut maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih meningkat partisipasinya dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Partisipasi

Dari hasil analisis hubungan pekerjaan dengan partisipasi pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi (rs) sebesar -0,239* dan hubungan

ini dikatakan lemah berarah negatif serta memiliki angka probabilitas sebesar 0,042 lebih kecil dari ɑ = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% (artinya H0 ditolak) hal

(12)

ini dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan yang tidak terlalu signifikan antara pekerjaan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove, negatif disini dimaksudkan meskipun pekerjaannya kurang baik tetapi partisipasinya baik begitu pula sebaliknya. Hal ini tidak berbeda dengan angka hitung = -2,073 lebih besar dari angka t-tabel yaitu 1,993 (73 : 0,05) (H0 ditolak), dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang lemah dan berarah negatif antara pekerjaan dengan partisipasi masyarakat terhadap mangrove.

Menurut Saptorini (2003) yang menyatakan ada kaitan antara pekerjaan dengan partisipasi, pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan nafkah kehidupan sehari-hari. Umumnya orang akan selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan maupun keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaannya agar lebih berhasil, baik melalui pendidikan formal maupun non formal atau juga otodidak.

Kendala-Kendala yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Menjaga Kelestarian Hutan Mangrove di Desa Percut

Berdasarkan hasil, beberapa kendala yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap mangrove yaitu. 1. Masyarakat mengeluhkan kurangnya

tanggapan pemerintah terhadap keadaan ekonomi mereka, sehingga berdampak pada kurangnya kepedulian mereka terhadap keberadaan mangrove. Hal ini mengakibatkan masyarakat melakukan penebangan tanpa memperhatikan keberlanjutan ekologi dari mangrove tersebut. Disamping itu, harga yang ditawarkan kepada pemilik lahan mangrove cukup tinggi sehingga pemilik lebih memilih untuk menjualnya dibandingkan melakukan kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pengawasan.

2. Kurangnya waktu yang dimiliki oleh masyarakat yang berdampak pada

tingkat partisipasi masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih banyak menggunakan waktu untuk melakukan penangkapan untuk menambah pendapatan. Setiap kepala keluarga memiliki tanggungan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga kurangnya partisipasi masyarakat melestarikan hutan mangrove baik itu atas kehendak sendiri maupun atas dorongan kelembagaan.

Informasi Pengelolaan Hutan Mangrove Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan informasi pengelolaan hutan mangrove kepada masyarakat desa percut yaitu.

1. Analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang secara umum masuk kategori sedang yaitu 58,65% (<60%). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi dan kelestarian hutan mangrove yaitu setiap masyarakat yang melakukan pemanfaatan terhadap hutan mangrove sebaiknya juga harus melakukan penanaman, pemeliharaan, pengawasan secara teratur dan terjadwal. Menerapkan peraturan yang cukup ketat oleh tokoh – tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh yang cukup besar di desa tersebut. 2. Pengaruh hubungan partisipasi

masyarakat dapat diketahui melalui beberapa karakteristik yaitu melalui pekerjaan, pendapatan, pendidikan, umur, lama bermukim dan jumlah anggota keluarga. Setelah analisis menggunakan korelasi Speraman 1904 didapatkan hasil bahwa karateristik pendapatan dan pekerjaan saja yang memiliki pengaruh hubungan terhadap partisipasi masyarakat. Upaya yang dilakukan agar dapat meningkatkan pendapatan dan pekerjaan adalah. a. Mengikut sertakan peran wanita dengan

menciptakan kegiatan pemberdayaan wanita seperti membuat minuman dan

(13)

obat-obatan tradisional. Salah satunya dari jenis mangrove Acanthus illicifoliu dapat dioalah menjadi jamu dan air rebusannya dapat menjadi obat diabetes. Selain dari jenis Acanthus illicifoliu, daun jenis Nypa fruticans dapat dioalah menjadi atap rumah. Disamping itu kegiatan akan terlaksana apabila adanya kemauan dari masyarakat dan tim ahli yang melakukan penyulahan secara rutin dan terjadwal.

b. Untuk meningkatkan kinerja para nelayan agar hasil tangkapan lebih optimal yaitu dengan cara melakukan pengelolaan hutan mangrove bersama, tidak dibebankan kepada kelompok tertentu. Pengelolaan hutan mangrove dilaksanakan dengan menentukan jadwal yang teratur untuk setiap masyarakat khususnya kepala keluarga, sehingga masyarakat dapat membagi waktunya untuk melakukan kegiatan penangkapan atau kegiatan lainnya yang dapat menambah pendapatan tetapi tidak meningalkan kewajibannya sebagai masyarakat yang berperan dalam menjaga kelestarian hutan mangrove. Karena dampak negatif yang dihasilkan dari rusaknya hutan mangrove bukan hanya dirasakan oleh sebagian masyarakat, melainkan seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar desa tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil analisis data maka kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang masuk kategori sedang 58,65% ( <60% ). 2. Karateristik individu tidak mempunyai

hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat, hanya karateristik pendapatan dan pekerjaan yang memiliki hubungan dengan

partisipasi masyarakat di desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Meskipun arah hubungan dari pekerjaan negatif tetapi pekerjaan memiliki hubungan dengan partisipasi 3. Kendala yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat yaitu kurangnya waktu yang dimiliki masyarakat untuk melakukan kegiatan pelestarian.

Saran

Perlunya keterlibatan atau kerjasama masyarakat dan pemerintah sehingga keberadaan hutan mangrove menjadi lestari dan terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 2002. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem mangrovePulau Kecil Berpenghuni. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Djarwanto. 2014. Statistik Nonparametrik. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Hartono, H., dan Azis, A. 1990. Ilmu

Sosial Dasar. Bumi Aksara; Jakarta.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia. Bogor.

Saptorini. 2003. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Konservasi Hutan Mangrove di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. [Tesis]. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sarmila, 2012. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Hutan Mangrove di Kelurahan Terusan, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak. [Tesis]. Universitas Terbuka. Jakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Umar, H. 2000. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Gambar

Gambar  2.  Peta  Lokasi  Penelitian  di  Desa  Pantai  Pesisir  Bagan  Percut  Kecamatan     Percut Sei Tuan  Kabupaten Deli Serdang
Tabel  12.  Analisis  tingkat  partisipasi  berdasarkan jumlah anggota keluarga
Gambar 3. Lahan Mangrove yang Sudah  Lama Ditinggalkan

Referensi

Dokumen terkait

 Guru menyusun kartu bilangan dari 1 sampai dengan 10 secara berurutan  Siswa menirukan guru membaca nama bilangan dari 1 sampai dengan 10 saat. guru menunjukkan

Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 22 Rehabilitasi.. Jaringan

Kepala Seksi Operasi &amp; Pemeliharaan Balai PSDA Serang Lusi Juana selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan;. PEMERINTAH PROVINSI

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran tipe NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar

[r]

Masing-masing limbah sayuran ditimbang sesuai kebutuhan dengan perbandingan 1:1:1. Diaduk

baik untuk pelaksaanan kegiatan yang sesuai dengan sasaran ataupun tujuan