• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

59 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan penelitian dan menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Dalam Bab 3 ini, peneliti akan mengulas jenis penelitian yang akan digunakan, metode, juga karakteristik dari subjek penelitian.

A. JENIS PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sulistyo-Basuki (2006) memberikan penjelasan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya itu tadi tidak dapat di ukur dengan angka. Hal tersebut sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai proses pengambilan keputusan korban kekerasan dalam berpacaran untuk lepas dari pelaku kekerasan (pasangan) dikarenakan untuk mengungkap hal tersebut perlu diketahui hal-hal berupa persepsi, pendapat, dan kepercayaan korban yang tidak dapat dideskripsikan dengan angka.

Dalam penelitian kualitatif, teori yang digunakan tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang telah diteliti. Namun halnya demikian, bukan berarti penelitian ini sama sekali tidak menggunakan teori, dalam penelitian kualitatif tetap perlu menggunakan teori sebagai bingkai, sebagai pengetahuan awal, sebagai bekal untuk turun ke lapangan penelitian. Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai apa

(2)

60

yang menjadi tujuan penelitian ini, bukanlah dengan memaksakan teori tertentu melainkan dengan lebih mencari, melihat, dan mengumpulan data-data yang diperoleh di lapangan.

Seperti yang telah dimaknakan Koentjaraningrat (1990), penelitian kualitatif deskriptif merupakan jenis penelitian yang memberikan gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi. Hal tersebut menjadikan penelitian kualitatif deskriptif merupakan jenis penelitian yang sesuai digunakan untuk menggambarkan proses pengambilan keputusan korban kekerasan dalam berpacaran yang memutuskan untuk berpisah dengan cermat sehingga nantinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam memetakan masalah dan kebutuhan dalam penyusunan model penanganan dan pencegahan kekerasan dalam berpacaran.

B. METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus. Arikunto (2002) menjelaskan bahwa penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu guna memberikan gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi. Artinya dalam penelitian ini, untuk memperoleh gambaran yang cermat mengenai perilaku kekerasan dalam berpacaran yang terjadi hingga akhirnya keputusan korban untuk berpisah, peneliti akan melakukan pendekatan yang intensif dan mendalam.

Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas

(3)

61

dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Hal tersebut searah dengan penelitian ini.yang dalam tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus kekerasan dalam berpacaran yang diteliti, dan secara spesifik melihat bagaimana korban yang telah berhasil lepas dari hubungan tersebut. Sifat khas yang nantinya diharapkan berhasil digambarkan dengan baik pada penelitian ini, kemudian akan disajikan secara umum sehingga selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun model penanganan dan pencegahan korban kekerasan.

Sedangkan metode yang digunakan adalah dengan observasi dan wawancara mendalam. Adapun observasi dan wawancara ini akan dilakukan bukan hanya dengan subjek penelitian, namun juga dengan sumber-sumber data lain yang signifikan digunakan untuk melengkapi data dari subjek, seperti keluarga ataupun teman dekat.

C. UNIT AMATAN DAN UNIT ANALISIS

Hamidi (2005) menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitian. Dengan demikian unit analisis bisa diartikan adalah apa yang ingin dianalisis dalam penelitian. Sedangkan mengenai unit amatan, menurut Ihalauw (2003) dalam Aristiani (2012) unit amatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memeroleh data dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang satuan analisis. Dengan kata lain unit amatan adalah apa yang diamati atau sumber data-data yang kemudian dianalisis.

(4)

62

Satuan pengamatan dalam penelitian ini adalah pelaku dan korban kekerasan dalam berpacaran yang berdomisili di wilayah Jawa Tengah. Sedangkan satuan analisis dari penelitian ini adalah perilaku, pemikiran, dan perasaaan (aspek kognisi, konasi, dan afeksi) dari unit amatan, dalam lingkup pengambilan keputusan yang telah dilaluinya D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah individu yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan memberikan data penelitian melalui wawancara dan observasi.

1. Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Untuk bisa menemukan subjek yang sesuai dengan karakteristik yang diinginkan, dilakukan metode snowballing. Metode tersebut memungkinkan peneliti menemukan subjek yang sesuai kriteria melalui informasi yang diteruskan kepada orang lain secara terus menerus dan menyebar. Informasi mengenai kebutuhan akan subjek dengan kriteria tersebut diteruskan dari mulut ke mulut, juga melalui media sosial dan media elektronik lainnya.

Disamping itu tentunya peneliti juga mengenali atau mencari informasi-informasi terkait subjek penelitian, mulai mengenali apakah terdapat subjek yang sesuai kriteria di lingkungan peneliti, dimanakah subjek yang sesuai kriteria mungkin bisa ditemukan, dan sebagainya. Dalam hal ini penggunaan informan yang bertujuan untuk membantu peneliti mendapatkan subjek yang sesuai dengan karakteristik juga membantu.

(5)

63 2. Karakteristik Subjek

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka karakteristik sumber subjek ditentukan sebagai berikut:

- Subjek yang merupakan wanita yang pernah menjadi korban kekerasan dalam berpacaran minimal dalam kurun waktu lebih dari dua tahun. Pertimbangan ini diberikan untuk memastikan bahwa subjek sempat bertahan dalam hubungan dengan kekerasan dalam kurun waktu yang dianggap cukup lama. - Subjek adalah mantan korban kekerasan dalam berpacaran

yang sudah mampu memutuskan untuk berpisah dari pasangan yang adalah pelaku kekerasan, dan mampu menjaga komitmen tersebut. Ditunjukkan dengan konsistensi subjek yang berhasil mempertahankan keputusan berpisah setidaknya sudah selama satu tahun pada saat penelitian dilangsungkan.

- Subjek merupakan perempuan yang tengah memasuki usia dewasa awal. Hal tersebut sesuai yang diuraikan Santrok (2002) bahwa masa ini adalah masa untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Selain itu, individu pada usia dewasa awal tentunya telah melewati tahap perkembangan operasional konkret (Mussa’diyah, 2014) sehingga diharapkan telah mampu memahami ataupun menuturkan jawaban dengan baik jawaban dari peneliti.

- Subjek berdomisili (minimal sudah lebih dari 5 tahun) di area Jawa Tengah. Alasan dipilihnya sumber data dengan karakteristik demikian sudah dijelaskan di bagian latar belakang dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.

(6)

64

E. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dimulai dengan penjaringan data awal dan responden yang sesuai menjadi kriteria subjek penelitian sejak bulan April tahun 2015. Penjalinan rapport dengan responden yang sudah memiliki kriteria sebagai calon subjek penelitian dimulai pada Januari 2016. Sedangkan pengambilan data awal dimulai bulan Februari 2016. Tempat penelitian dilakukan di area Salatiga, Karanganyarr dan Surakarta. Pemilihan tempat ini karena pertimbangan;

- Angka kekerasan terhadap perempuan dan angka kekerasan dalam berpacaran di Jawa Tengah tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke Tahun.

- Selama beberapa tahun terakhir, Jawa Tengah beberapa kali telah menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah angka kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.

- Dukungan dari Pusat Penelitian dan Studi Gender yang berlokasi di Jawa Tengah. Selama ini Pusat Penelitian dan Studi Gender telah banyak bergerak dalam penanganan kasus kekerasan terhadap wanita, dan anak.

F. JENIS DAN SUMBER DATA 1. Data primer

Dalam penelitian ini, sumber data primer diperoleh dari subjek penelitian yang merupakan korban kekerasan dalam berpacaran (yang sudah memutuskan berpisah dengan pelaku), serta orang-orang terdekat pelaku dan korban kekerasan dalam berpacaran yang diperoleh secara langsung dengan penelitian melalui wawancara mendalam, pengamatan langsung serta serta keterlibatan peneliti. Orang-orang terdekat tersebut dalam

(7)

65

penelitian ini adalah orang tua subjek, keluarga subjek, teman subjek, dan teman dari pelaku kekerasan.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari berbagai literatur mengenai kekerasan dalam berpacaran, pengambilan keputusan berpisah oleh korban kekerasan dalam berpacaran, kebertahanan korban kekerasan dalam berpacaran dalam hubungan, dan dialektika korban dengan pelaku kekerasan dalam berpacaran. Disamping data-data tersebut, data sekunder lainnya yang juga digunakan adalah data-data mengenai berbagai kajian dalam penelitian ini Kajian Transpersonal terhadap keputusan individu.

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang valid dalam penelitian dan menunjang tujuan penelitian yaitu dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Dengan teknik ini peneliti mengamati perilaku subjek dimulai dari pada saat pertama menjalin rapport, proses wawancara berlangsung, hingga pengumpulan data dirasa cukup memadai untuk diolah.

2. Wawancara

Dalam penelitian narasi dari subjek penelitian yang utamanya didapat dengan melakukan wawancara merupakan sumber data yang paling penting. Dalam penelitian kali ini yang berperan mengajukan pertanyaan adalah peneliti, sedangkan yang memberikan jawaban adalah korban dan pelaku kekerasan dalam

(8)

66

berpacaran, juga beberapa orang yang berhubungan dekat dengan mereka seperti yang telah disebutkan dalam uraian data primer peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumen dalam penelitian ini dapat berupa daftar jumlah korban kekerasan, khususnya kekerasan dalam berpacaran, gambar ataupun foto, rekaman, dan dokumen lainnya yang dapat membantu mempercepat proses penelitian.

H. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Sesuai dengan jenis penelitian yang ditentukan, maka data yang diperoleh melalui wawancara dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini dilakukan dengan cara mendeskriptifkan secara menyeluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dengan subjek dan informan lain (Prabowo, 2013). Setelah melakukan wawancara, peneliti membuat transkrip hasil wawancara. Transkrip wawancara dapat dibuat antara lain dengan cara memutar kembali rekaman wawancara kemudian menuliskan kata- kata yang sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara ke dalam transkrip, selanjutnya peneliti membuat kategorisasi data dan reduksi data dengan mengambil data yang sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data yang tidak diperlukan.

Data hasil wawancara dalam penelitian ini merupakan sumber data utama yang menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah penelitian. Menurut Sugiyono (2006) pengolahan data dilakukan antara lain dengan:

(9)

67

- Triangulasi: Cara untuk memanfaatkan penggunaan sumber dalam rangka membandingkan dan mengecek kembali (cross check) derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan informan (Poerwandari, 2007). Hal ini dapat dicapai dengan membandingkan data yang diberikan oleh pendapat orang lain yang mengenal subjek seperti orangtua, sahabat, serta keluarga, juga sahabat dari pelaku kekerasan. Selain itu juga dapat dilakukan member check untuk melihat kesesuaian apa yang dituliskan oleh peneliti dalam verbatim wawancara dengan apa yang dimaksudkan oleh subjek.

- Reduksi: Merangkum, memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan pada hal-hal penting sehingga data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas (Prabowo, 2013). Pada proses reduksi data ini, peneliti melakukan pengategorian data-data yang berfokus pada tiga hal pokok, yaitu: latar belakang kekerasan dalam berpacaran yang pernah dialami subjek, proses pengambilan keputusan subjek untuk berpisah dari pasangan yang merupakan pelaku kekerasan dalam berpacaran, dan hal-hal yang dapat dikaji dalam kajian Psikologi Transpersonal dalam proses pengambilan keputusan berpisah tersebut.

- Penyajian Data: Penyajian data adalah pengelompokan data sesuai dengan sub bahasan masing-masing dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

- Penarikan Kesimpulan: Setelah menjabarkan berbagai data yang telah diperoleh, peneliti membuat kesimpulan yang merupakan hasil dari suatu penelit

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan, lansia dalam kategori tersebut dapat berkomunikasi dengan orang lain, tetapi mereka merasa kurang dalam kemampuan fisik yang mempengaruhi

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Meskipun telah mendapatkan pengakuan dari UUPA, sertifikat belum menjamin kepastian hukum kepemilikkannya karena dalam peraturannya sendiri memberi peluang dimana

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

bermacam bentuk, seperti gerakan separatis dan lain-lain, antara lain: Gerakan Separatis dengan lepasnya Timor Timur dari Indonesia yang dimulai dengan

Zat ini diklasifikasikan sebagai sama berbahayanya dengan debu mudah terbakar oleh Standar Komunikasi Bahaya OSHA 2012 Amerika Serikat (29 CFR 1910.1200) dan Peraturan Produk

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola

Pada teks tersebut, bisa dilihat dengan gamblang bagaimana proses pergeseran struktur yang mengacu kepada bahasa sasaran. Faktor komunikasi yang efektif terhadap bahasa