BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sudan merupakan Negara yang terletak di Afrika Utara. Negara dengan beragam etnis, bahasa, dan agama ini memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1956 dari jajahan Mesir dan Inggris1. Keinginan terbesar Sudan terlepas dari jajahan adalah hidup dengan damai dan tentram serta merasakan bebasnya hidup dari jajahan. Tapi kenyataannya berbeda dari empat dekade terakhir Sudan berada dalam beragam konflik bersenjata yang berdampak buruk bagi perkembangan politik, ekonomi dan sosial negaranya2. Dan Akhir-akhir ini Sudan menjadi ladang bagi maraknya konflik politik dan perang saudara. Salah satu konflik besar yang terjadi adalah konflik saudara di Darfur, sebuah wilayah yang terletak di bagian barat Sudan. Konflik Darfur merupakan hasil dari serangkaian faktor yang kompleks, termasuk sengketa atas akses dan kontrol terhadap sumber daya alam, distribusi yang tidak merata dalam bidang ekonomi dan politik, militerisasi, dan perdagangan senjata ilegal3.
1
Ottaway, Marina. 2012. Sudan: From Conflict to Conflict. Carnegia endowment for International Peace Publication Department: Washington, D.C.
2 Anan, Abdul Hadi. 2006. Penyelesaian Masalah Sudan Dan Krisis Darfur. Jakarta.
3
Embassy Of the Republic of South Sudan In Washington, D.C. http://www.southsudanembassydc.org/PDFs/ShortHistory.pdf
Ancaman terhadap HAM dalam wilayah konflik terus meluas seiring meningkatnya volume konflik. Akibatnya adalah banyak korban kekerasan yang terjadi seperti pemukulan, pelecehan seksual, pemerkosaan, dan tindakan kekerasan lainnya. Anak-anak dan kaum perempuan yang paling mendasari korban atas konflik ini, yang mana seharusnya diperhatikan dan dilindungi berbalik menjadi penargetan oleh pihak-pihak bertikai. Konflik internal yang mengakibatkan berbagai pelanggaran HAM terus terjadi dan korban semakin banyak bahkan sudah mengarah ke genosida4.
Sudan akhirnya meminta bantuan kepada Uni Afrika untuk menyelesaikan konflik ini. Karena dianggap lebih memahami apa yang terjadi didaerah itu. Tapi Sudan sendiri masih memberikan batasan gerakan terhadap Uni Afrika sehingga mandatnya tidak berjalan dengan baik. Dan konflik Darfur masih berlanjut dan akhirnya Uni Afrika meminta PBB bekerjasama dalam penyelesaian konflik melalui resolusi PBB 1769 pada 31 Juli 2007 yang diberinama UNAMID (United Nations African Mission In Darfur) adalah misi kerjasama antara PBB dengan Uni Afrika yang di dukung oleh Dewan Keamanan PBB yang bertujuan untuk melindungi warga sipil dan mengamankan wilayah Darfur di Sudan5.
4
Miall, Hugh, et all. 1999. Contemporary Conflict Resolution. UK: Politic Press. 5
United Nation Security Resolution 1769 S-RES-1769 (2007) on 31 July 2007 (retrieved2015-02-10)
Dengan terbentuknya Organisasi kerjasama ini Darfur berharap konflik ini segera mendapatkan titik terang untuk mencapai perdamaian. UNAMID, PBB dan Uni Afrika disebut juga sebagai pasukan perdamaian yang terdiri dari beberapa satuan militer dari berbagai Negara anggota PBB, dan diberi tugas untuk memberikan keamanan bagi masyarakat di sana, dan mendukung segala kegiatan yang ditujukan untuk perdamaian Darfur6.
UNAMID merupaka satu-satunya organisasi besar yang pernah ada antara kerjasama PBB dan Uni Afrika dalam penyelesaian konflik. Tujuan UNAMID adalah untuk menjadikan wilayah Darfur terbebas dari berbagai ancaman baik internal maupun eksternal dan kondisi kemanusian yang sangat buruk terutama terhadap perempuan dan anak-anak. Pencapaian perdamaian untuk wilayah tersebut dan program kegiatan yang dijalankan UNAMID memiliki fokus utama pada pemenuhan hak-hak manusia dalam konflik serta perbaikan kondisi wilayah pasca konflik7.
.
6
Jibril, Abdelbagi. 2010. Past and Future of UNAMID: Tragic Failure or Glorious succes?. Darfur Relief and DocumentationCentre. Gevena: Switzerland.
7 ibid
Berdasarkan uraian diatas, semenjak terbentuknya UNAMID, misi kerjasama PBB dan Uni Afrika ini, PBB selalu berupaya meningkatkan kerjasamanya sesuai mandat yang ditentukan. Penelitian ini berfokus pada meningkatnya kerjasama PBB dan Uni Afrika dalam upaya perlindungan dan pemberian perdamaian terhadapan wilayah-wilayah konflik. Dimaksudkan untuk mengetahui seberapa signifikan meningkatnya kerjasama PBB dan Uni Afrika dibawah naungan UNAMID yang memiliki mandat memperjuangkan hak-hak manusia dan melindungi wilayah konflik serta perdamaian untuk negara Darfur. Menangani permasalahan Darfur serta mengetahui mengapa PBB pada akhirnya meningkatkan kerjasamanya dengan Uni Afrika terkait dalam penyelesaian konflik Darfur.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang masalah,penulis ingin merumuskan pokok permasalahan yang akan menjadi focus penelitian ini, yaitu:
“ Mengapa PBB meningkatkan kerjasama dengan Uni Afrika dalam penyelesaian konflik Darfur? “
C. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut penelitian Elzarov dari International Journal of Security & Development, akibat dilanda konflik bertahun-tahun dan degradasi lingkungan, perekonomian Darfur telah membuat para pemuda di daerah tersebut tidak memiliki pekerjaan produktif dan mengalami
ketidakstabilan sosial8. Alasan ini yang membuat UNAMID merancang program stabilisasi masyarakat dan pengurangan kekerasan untuk meningkatkan kapasitas kaum pemuda, memberdayakan pemuda dan penciptaan lapangan kerja sebagai solusi untuk mencegah militerisasi kaum pemuda di Darfur oleh pemberontak. Selain memaparkan alasan perbaikan ekonomi di Darfur, penelitian ini mencoba menjelaskan inti dari tugas UNAMID yaitu memulihkan kondisi keamanan dan memberikan perlindungan warga sipil dan pekerja kemanusian melalui penempatan personel militer.
Dan dapat dilihat dampak negatif dari koflik darfur ini yaitu banyak terjadi pengangguran, perekonomian yang tidak stabil dan kekerasan yang semakin meluas sehingga keadaan di Darfur semakin parah selain konflik yang sedang dihadapi.
Selainnya itu pemerintahan berusaha untuk membuka lapangan pekerjaan yang mana bertujuan untuk mencegah militerisasi dan memperbaiki perekonomian darfur. Tapi pada kenyataannya pemerintahan Darfur masih belum bisa mengatasinya dengan baik secara keseluruhan. Sehingga menyebabkan konflik di Darfur masih berlanjut hingga saat ini.
Selanjutnya penelitian ini juga membuat asumsi bahwa UNAMIDakan memulai proses stabilisasi, perdamaian, serta pemulihan dan pembangunankegiatandi daerah tersebut yang mana dapat membantu masyarakat dalam keterburukan ekonomi pasca konflik terjadi.Dan dalam
8
Elzarov, Zurab. 2015. Community Stabilization and Violence Reduction: lessons from Darfur.
meningkatkan masyarakat serta kemandirian mencari solusi yang tepat agar memungkinkan teciptanya kondisi yang komprehensif untuk mencapai perdamaian.
Sedangkan menurut penelitian Metcalfe dari Humanitarian Policy Group bahwa misi utama bergabungnya Uni Afrika dan PBB dalam satu organisasi bernama UNAMID adalah untuk melindungi warga sipil9. Dan dapat dilihat salah satu tujuan utama berdirinya UNAMID adalah melindungi warga sipil dari berbagai ancaman dan kekerasan dari kaum pemberontak yang berusaha untuk menindas warga tersebut bahkan menambah korban dari sebelumnya. Hal ini juga menyebabkan Uni Afrika meminta bantuan kepada PBB yang mana daerah Darfur sudah sangat terancam kestabilannya dan keamananya. Dan alasan lain bersatunya PBB dan Uni Afrika agar dapat menyeimbangkan tanggung jawab perlindungan kemanusiaan dengan persetujuan yang didapat dari pemerintah Sudan. Kemunculan UNAMID juga disebabkan karena adanya kekhawatiran di kalangan pekerja kemanusiaan akan adanya kekerasan dari pemerintah Sudan sehingga lebih baik menyatukan kekuatan dalam satu organisasi yang berkaitan dengan penyelesaian konflik. Banyaknya kegiatan yang dilakukan Uni Afrika untuk menyelesaikan konflik Darfur tapi kenyataan yang dihadapi konflik ini seakan tidak bisa mencapai berdamaian. Dan berkerjasamanya PBB dan Uni Afrika sangat berharap bisa dapat
9
Mectcalfe, Victoria. 2011. UN integration and Humanitarian Space: An Independent study
mengatasinya dan segera mendapat titik terang akan konflik yang berkelanjutan ini. Peneliti dalam kasus ini terkait organisasi UNAMID melihat sejauh mana PBB dan Uni Afrika mampu mengatasi masalah darfur. Dan peneliti melihat dari organisasi yang pernah di tangani Uni afrika tanpa bantuan PBB dan batasan perlindungan yang masih minim dari pemerintahan Sudan sehingga masalah darfur masih belum bisa di atasi. Dan dalam penelitian kali ini peneliti lebih kepada organisasi UNAMID gabungan PBB dan Uni Afrika. Disini sudan sendiri sudah
memberikan kebebasan kepada UNAMID untuk memberikan
perlindungan kepada warga yang sedang mengalami konflik. Penelitian ini juga melihat mengapa PBB akhirnya meningkatkan kerjasamanyadengan Uni Afrika yang mana dulunya hanya sekedar membantu persenjataan dan mengirimkan beberapa pasukan militer. Hal ini yang peneliti tanyakan dirumusan masalah dan peneliti ingin mengkaji lebih dalam apa alasan PBB meningkatnya kerjasama tersebut. Apa dengan meningkat kerjasama ini konflik tersebut akan berujung perdamaian.
Menurut penelitian Zhun Zhong dariUSA Saint Louis, dalam menyelesaikan konflik Darfur, Uni Afrika memang lebih banyak menghadapi tantangan di lapangan. Halini dikarenakan perjanjian genjatan senjata antara pihak berkonflik yang terlalu tergesa-gesa sehingga tidak mencakup peta yang detail dan berkaitan dengan wilayah yang dipersengketakan dan bahkan terdapat dua versi penafsiran yang bebeda
wilayah-wilayah mana yang dipersenggetakan dan kondisi ini secara otomatis mempersulit Uni Afrika untuk menjaga perdamaian.
Banyaknya masalah yang dihadapi Uni Afrika dilapangan menyebab dampak terhadap wilayah yang berkonflik, keputusan yang juga terlalu cepat diambil Uni Afrika menyebabkan wilayah-wilayah yang seharusnya mendapatkan pelindungan terabaikan. Sehingga menyebabkan sulitnya mengatasi konflik tersebut dan penjagaan perdamaian yang tidak berjalan dengan baik.
Disebabkan oleh itu Uni Afrika yang awalnya meminta bantuan kepada PBB dan menginginkan PBB bekerjasama dalam mengatasi konflik Darfur. Dengan bekerjasamanya PBB dengan Uni Afrika konflik akan segera dapat diselesaikan. Berjalannya mandat PBB dimulai dari awal tahun 2008 sampai 2014 yang peneliti bataskan jangka waktunya agar penjelasan peneliti tidak terlalu luas. Selalu terjadi peningkatan-peningkatan kekuatan dari PBB. Yang mana dulunya hanya 300, 7.000 sampai dengan 15.000 personil yang dikendalikan oleh PBB. Penelitian ini nantinya yang akan di analisa oleh peneliti, mengapa PBB akhirnya meningkatkan kerjasama dengan Uni Afrika dan apakah dengan ini semua konflik yang sudah sangat lama ini akan terselesaikan oleh UNAMID gabungan antara PBB dan Uni Afrika.
Selain itu, Uni Afrika juga mengalami kekurangan personel.300 penjaga perdamaianbukan merupakan jumlah yang cukup untuk
menghentikan konflik di Darfur, terlebih lagi mereka tidak memiliki sumber daya yang memadai material, transportasi, logistik dan bahkan mandate administratif untuk melindungi warga sipil. Menurut laporan bulanan berikutnya Jon Pronk untuk PBB setelah resolusi 1564, di Darfur situasi terus memburuk, untuk itu keluarlah dalam resolusi 1574 di Nairobi yang secara otomatis mendorong negara-negara anggota PBB turut menopang logistik Uni Afrika. Dan akhirnya jumlah pasukan penjaga perdamaian untuk Darfur mencapai puncaknya pada bulan April 2005 sebanyak 7.000.
Selain itu penelitian ini juga menyebutkan bahwa dalam
penyelesaian konflik Darfur, PBB memiliki potensi untuk campur tangan yang lebih besar dibandingkan dengan Uni Afrika. Dewan Keamanan secara resmi mulai memutuskan terlibat di Darfur pada tahun 2004. Ini dikarenakan adanya keprihatinan yang mendalam pada laporan pelanggaran hak-hak asasi manusia di Darfur yang terus meningkat. Keterlibatan PBB ini juga mempelancar kesepakatan untuk genjatan senjata di antara pihak-pihak yang berkonflik10.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa konflik Darfur hari ke hari semakin parah dan tingkat kekerasan semakin tinggi yang mana menyebabkan Uni afrika kesulitan dalam menghadapinya, bahkan PBB
10
African Union and United Nations Hybrid Operation in Darfur (UNAMID): Challenges and opportunities for peace in Sudan. Volume 1, Issues 2. Report of the International Conference:
turut campur tangan dalam mengatasi konflik. Banyaknya terjadi serangan dari pemberontak dan tidak terkendalinya keamanan disebabkan masih kurangnya personil perlindungan warga dan tempat-tempat perlindungan sehingga pemberontak secara leluasa menyerang daerah tersebut. Di lihat dari usaha yang dilakukan Uni Afrika maupun PBB ternyata masih belum berdampak untuk konflik ini, serangan-serangan yang terus datang bahkan bertambahnya korban nyawa dan warga-warga mengungsi dikarenakan mereka kehilangan tempat tinggal. Diperketatnya pejagaan tahun 2005 yang mana dari 300 menjadi 7.000 ditahun ini. Meskipun personil perdamaian sudah jauh meningkat tahun itu, PBB dan Uni Afrika masih tetap mengalami hal yang sama. Dan melihat hal tersebut juga belum mengalami perubahan. Penelitian yang akan saya perdalami yaitu melihat PBB yang terus meningkatkan kerjasamanya dengan Uni afrika akankah berhasil mewujudkan perdamaiannya di Darfur, Sudan.
Sedangkan Menurut Boye dari Department of Political Science, Yobe State University, Damaturu Nigeria, meskipun penjaga perdamaian di Afrika dimulai jauh sejak tahun 1963, Afrika bias dikatakan sebagai “wilayah percobaan” bagi penjagaan pedamaian PBB11
. Namun pendekatan tradisional PBB dalam menangani konflik secara unilateral untuk menjaga perdamaian di Afrika sudah tidak berkelanjutan lagi. PBB akhirnya membuat upaya untuk mengubah cara dalam menyelesaikan
11
Boye, Raji Rafiu. Department of political science PMB 1144 Yobe States University. Bamaturu
Nigeria. Volume 4, issues 1 ISSN: 2250-0588
konflik dengan melibatkan penjaga perdamaiangenerasi kedua, penjaga perdamaianhybrid untuk masa pascapembangunan perdamaiankonflik.
Di lihat dari penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwasanya PBB menganggap penjagaan perdamaian di Darfur sebuah wilayah percobaan perjagaan perdamaian baginya. Maraknya konflik Darfur menyebabkan PBB mencari tindakan lain dalam mengatasi konflik dengan melibatkan generasi muda yang dianggap dapat membantu penjagaan dan memperketat wilayah tersebut dari serangan.
Penelitian yang dilakukan diatas dapat dikatakan sangat banyak kekurangan dalam penjagaan dan perlindungan yang dilakukan PBB maupun Uni afrika, tidak hanya kekurangan personil penjagaan tetapi juga kekurangan senjata militer untuk menjaga dan melindungi wilayah-wilayah tersebut. Dapat dilihat juga kekurangan akan hal personil dan senjata mungkin dikarenakan wilayah masih dalam percobaan bagi PBB dan kedua mungkin PBB belum terlalu fokus dalam menangani masalah ini atau PBB belum terjun langsung kelapangan untuk mengambil tindakan lebih lanjut dengan semakin meluasnya konflik ini.
Jika dikaitan dengan penelitian yang akan peneliti teliti nantinya, semakin berkembangnya konflik, PBB dan Uni Afrika sudah sepenuhnya berfokus akan konflik ini dan bahkan sudah meminta bantuan terhadap negara-negara anggota untuk dapat mengirimkan pasukan militer penjagaan. Dari apa yang sudah dilakukan PBB dan Uni Afrika dari tahun
ke tahun dalam hal masih mengatasi konflik Darfur tapi nyatanya masih terjadi serangan-serangan, bahkan personil-personil penjagaan sudah semakin meningkat dalam hal penjagaan, persenjataan, perlindungan warga. Mencul pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi di wilayah ini, kenapa konflik belum juga mendapatkan titik terang untuk mencapai perlindungan.
Dilihat dari banyak sisi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah diteliti masih dikatakan bahwa belum ada peningkatan positif akan konflik Darfur, bahkan pemberontak semakin meluas dan korban-korban kekerasan bahkan korban nyawa semakin banyak. Hampir seluruh warga Darfur mengungsi ke wilayah tetangga untuk menghindari serangan tersebut. Peneliti yang mana ingin melihat lebih dalam lagi akan kerjasama PBB dan Uni Afrika didalam sebuah organisasi yang diberi nama UNAMID yaitu mandatnya utamanya melindungi warga sipil, dan mempertahankan HAM diwilayah tersebut. Akankah organisani ini mampu dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi, dan mendapatkan solusi perdamaian untuk Darfur atau bahkan sama dengan organisasi sebelumnya yang dikatakan sudah habis masa mandatnya atau masa perlindungannya bagi wilayah konflik Darfur. Sehingga dapat dikatakan mereka tidak mampu dalam mengatasinya. Melihat kerjasama PBB dan Uni Afrika dari tahun 2007 sampai akhir 2014, banyak terjadi peningkatan-peningkatan personil perdamaian, senjata militer, perketat wilayah perlindungan dan penjagaan. Bahkan PBB langsung kelapangan
untuk melihat dan melindungi warga disana, PBB juga meminta segenap anggota lainnya untuk membantu wilayah tersebut dengan mengirim personil-personil militernya. Melihat usaha-usaha yang sudah dilakukan PBB selama menjadi bagian dari mengatasi konflik ini, akankah konflik ini terselesaikan dengan tidak adanya lagi serangan-serangan setelah nanti terjadinya perjanjian perdamaian antara kedua konflik, seperti yang kita lihat sebelumnya meski sudah ada penjanjian yang disetujui kedua pihak yang berkonflik nyatanya serangan demi serangan masih saja terjadi. Dan peneliti disini akan meneliti atau melihat kerjasama PBB dengan Uni afrika dalam penyelesaian konflik, dan mengapa juga PBB terus meningkatkan kerjasamanya dalam mengatasi ini, tidak hanya peningkatan personil tapi hampir seluruh yang berhubungan dengan penyelesaian konflik lebih ditingkatkan. Mungkinkah peningkatan ini akan memberikan hasil yang lebih baik untuk Darfur atau tidak, bahkan pemberontakan semakin meluas untuk menghancurkan warga sipil tersebut. Peneliti akan mengumpulkan data terkait peningkatan kerjasama dan melihat terus perkembangan yang terjadi di Darfur dan usaha-usaha yang didalami oleh PBB dan Uni Afrika, bahkan kesulitan-kesulitan PBB selama mengatasi masalah konflik Darfur.
D. KERANGKA KONSEPTUAL
Peneliti dalam menyelesaian tesis ini akan menggunakan beberapa konsep yang berkaitan dengan objek yang akan dikaji. Hal ini bertujuan agar dapat memberikan dasar pemikiran yang kuat dalam sebuah
penelitian, sehingga diakui kebenarannya dalam mendukung suatu hipotesa. Penulis akan menjelaskan perumusan masalah diatas dengan menggunakan beberapa konsep, yaitu Konsep Organisasi Internasional dan Teori Resolusi konflik. Dengan tujuan agar dapat menggambarkan secara teoritis paparan-paparan yang akan dijelaskan.
1. Konsep Organisasi Internasional
Sebagaimana yang tercantum pada pasal 2 ayat 1 konvensi Wina tentang Hukum perjanjian 1969. Organisasi internasional dalam pengertian Michael Hass memiliki dua pengertian yaitu: pertama, sebagai suatu lembaga atau struktur yang mempunyai serangkaian aturan, anggota, jadwal, tempat, dan waktu pertemuan; kedua, Organisasi Internasional merupakan bagian-bagian yang menjadi satu kesatuan yang utuh dimana tidak ada aspek non-lembaga dalam istilah Organisasi Internasional tersebut12. Tujuan dari organisasi internasional adalah mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan, sedangkan metode organisasi adalah untuk melangsungkan koordinasi secara rutin dengan teknik pembagian tugas dan tugas khusus.
Clive Archer mendeskripsikan Organisasi Internasional sebagai pengaturan bentuk kerjasama Internasional yang melembaga antara negara-negara, yang umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar,
12
Michael Hass dalam James N. Rosenav. 1969. International Politics and Foreign Policy: A
untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala.13 Definisi Organisasi Internasional juga dijabarkan oleh Rudy Teuku didalam buku Hukum International yang mengatakan Organisasi Internasional adalah kerjasama yang melintasi batas-batas negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan dapat melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga agar tercapainya tujuan-tujuan yang diinginkan serta disepakati bersama baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda.14
Selanjutnya konsep Organisasi Internasional dalam Konferensi wina juga membahas cara-cara diplomasi yang dapat mengatur sistem perdamaian serta hubungan antar Negara. Kemunculan organisasi ini karena adanya kesadaran masyarakat atas masalah yang timbul karena eksistensi sebuah Negara. Pada saat ini masyarakat dunia merasa terganggu dengan kehancuran yang terjadi akibat perang, sehingga kemunculan Organisasi-organisasi seperti Organisasi International ini, lebih didasari pada aspek keamanan dan perdamaian Internasional sehingga terbentuklah Liga Bangsa-Bangsa yang mengawasi setiap bangsa di dunia untuk hidup damai dan berdampingan. Terbentuknya ini menandai adanya kestabilan bagi Organisasi Internasional untuk terus berkembang pesat.Tidak lama setelah Liga Bangsa-Bangsa terbentuk
13
Clive Archer. 1983. International Organization. George Allen and Unmin Publisher London. 14
sebagai induk dari Organisasi Internasional saat itu, Dia juga membawahi beberapa organisasi lain seperti ILO, dan beberapa organisasi lama non pemerintah seperti International Telegraphic Union (ITU) dan beberapa organisasi sosial lainnya.
Perkembangan Organisasi Internsional, merupakan kebutuhan yang dapat mengatur permasalahan yang muncul dari pergaulan Internasional. Isu perdamaian semakin berkembang seiring meningkatnya permasalahan Internasional.Maka semakin pentinglah peran organisasi Internasional ini, yang mana sebagai pihak ketiga untuk membantu Negara dalam menyelesaikan konflik yang dialami suatu Negara.
Menurut Holsti, Administrasi dan Organisasi Internasional adalah: “Pola interaksi Hubungan Internasional yang tidak dapat dipisahkan
dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat Internasional, baik oleh pelaku Negara-negara (state - actors), maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara (non- state actors).”15 Dari konsep ini menjelaskan bahwa aktor dalam Hubungan Internasional meliputi Negara-negara, Organisasi Internasional, Organisasi non-pemerintah, serta Individu. Pola Hubungan Internasional yaitu suatu interaksi yang saling membutuhkan satu sama lain baik itu kerjasama, persaingan maupun pertentangan, dan yang paling diutamakan adalah suatu hubungan kerjasama dimana hubungan tersebut akan menghasilkan keuntungan terhadap semua pihak yang bersangkutan. Walaupun pada
15
Holsti, K.J. Theories of Conflict Resolution and Realities of International Politics in Ramesh Thakur. 1988. International Conflict Resolution . Boulder: Westview
kenyataannya perhatian para analisis terhadap aktor Internasional lebih tertuju kepada Negara, namun Aktor-aktor lain seperti Aktor non-Negara dan Organisasi Internasional harus juga diperhatikan.Karena Organisasi Internasional memiliki beberapa fungsi yang bisa dijalankan baik itu ditingkat Internasional, Negara, maupun Individu. Namun disini akan lebih difokuskan untuk membahas fungsi ditingkat Internasional.
Pada tingkat Internasional, Organisasi Internasional memiliki peran penting dalam :
a). Memberikan kontribusi untuk terciptanya suasana kerjasama diantara Negara atau Aktor. Dengan adanya Organisasi Internasional ini, diharapkan Negara dapat saling bersosialisasi secara regular sehingga dapat tercipta suatu kondisi yang mana saling bekerjasama dalam pencapaian atau yang diinginkan masing-masing Negara.
b). Menyediakan informasi dan pengawasan. Fungsi ini sejalan dengan pemikiran tentang Collective Goods, dimana Organisasi Internasional menyediakan informasi, hasil-hasil survei, dan juga pengawasan. PBB senantiasa mengawasi dan memberikan informasi dalam penyelesaian konflik Darfur, dengan menempatkan tim monitoring untuk mengawasi kondisi konflik dan melaporkan tingkat pelanggaran HAM yang terjadi saat itu.
c). Memberikan bantuan terhadap penyelesaian konflik. Konflik Darfur merupakan isu Internasional dan telah menyita perhatian dunia terutama PBB sebagai Organisasi Internasional yang sangat meperhatikan
persoalan sosial seputar kemanusiaan.Besarnya keinginan PBB dan komunitas Internasional untuk dapat menyelesaikan konflik Darfur dapat dilihat dari kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat.
d). Mengkoordinir aktivitas Internasional mengenai permasalahan bersama. Uni Afrika yang semula dipercayai oleh pemerintah Sudan untuk menangani konflik Darfur akhirnya menyerahkan urusan ini ke pada PBB yang merupakan Organisasi Internasional yang paling berkuasa terhadap aktivitas Internasional.Dari kerjasama yang dilakukan dua Organisasi tersebut mengeluarkan resolusi damai melalui Peacekeeping Operation yaitu dengan pembentukan UNAMID misi penjaga perdamaian yangterdiri dari gabungan beberapa personil militer Negara, polisi dan bantuansipil lainnya.Yang membantu memulihkan perdamaian dan keamanan diwilayah konflik.
e). Menyediakan arena untuk bargaining bagi Negara-negara dalam menyelesaikan suatu masalah. Misalkan usaha-usaha yang dilakukan oleh Uni Afrika yang membawa persetujuan damai antara pihak pemerintah Sudan dengan kelompok pemberontak (SLA/M), yang ditanda tangani pada 5 Mei 2006.Selain itu juga Uni Afrika dan PBB banyak menyelenggarakan kesepakatan atau Peace Agreement diantara Aktor-aktor yang terlibat. Sejak berdirinya Organisasi Internasional semua masalah yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) tidak dapat dilepaskan dari domain Hukum Internasional, karena penegakkan Hak
Asasi Manusia merupakan tujuan dalam piagam PBB.16 Oleh karena itu setiap konflik yang terjadi di sebuah Negara yang berkaitan dengan masalah HAM maka secara otomatis Dunia Internasional akan ikut didalamnya. Konflik berkepanjangan di Darfur membuatDunia Internasional ikut terlibat dalam tahap membantu para korban, diwakili oleh sejumlah organisasi kemanusiaan seperti ICRC, Red Cross dan Res Crescent telah bergabung dalam misi kemanusiaan bersama PBB dan Badan Internasional Uni Afrika yang cukup aktif berupaya untuk meredakan dan merestorasi perdamaian. Didukung dengan tindakan Sudan yang lebih memilih menyerahkan masalah ini kepada pihak ketiga, hal ini dapat dilihat dari upaya internal Sudan yang memperbolehkan Uni Afrika melakukan misi-misinya untuk menangani konflik Darfur dengan berlandaskan resolusi PBB, Uni Afrika juga terlibat langsung sebagai mediator untuk mendamaikan aktor-aktor yang terlibat.
Organisasi International memiliki tujuan demi tercapainya suatu kesepakatan dan hukum yang dapat dipatuhi publik international. Organisasi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Organiasi permanen yang memiliki beberapa fungsi yang bersifat berkelanjutan.
2. Keanggotaan bersifat sukarela dan setiap anggotanya memiliki kedudukan yang sama.
16
3. Memiliki alat atau perangkat yang memiliki dasar tujuan yang sama, memiliki struktur yang jelas dan sistem metode operasi yang sistematis
4. Setiap negara memiliki posisi yang terwakilkan dalam setiap konferensi tingkat organisasi antar negara anggota
5. Memiliki sekretariat yang bersifat permanen untuk menyelesaikan berbagai masalah administrasi, melakukan penelitian berbagai kasus dan wadah informasi bagi anggota-anggotanya yang berdaulat (Bennet).17
Dalam konsep Organisasi International ini peneliti akan melihat ekplorasi dan analisis aktivitas organisasi yang mana nantinya akan menampilkan sejumlah peranannya seperti mediator dan rekonsiliator. Mediator yang mana menjadi aktor ketiga atau pihak ketiga dalam penyelesaian konflik, baik itu negara atau Organisasi International, yang turut serta dalam sebuah negosiasi yang dilangsungkan oleh pihak-pihak bersengketa. Sedangkan Reskonsiliasi itu sendiri adalah organ atau pihak yang dibentuk atas kesepakatan dari pihak yang berkonflik, atau yang sudah ada sebelumnya, dalam hal melakukan resolusi konflik.
Organisasi International ini yang sering dipakai dalam hal penyelesaian konflik dalam suatu negara, yang mana organisasi ini memiliki prinsip-prinsip yang sudah tetap dan harus dilakukan ketika dalam penyelesaian masalah. Dan organisasi ini akan berusaha menciptakan suatu kondisi yang netral, tidak
17
memihak salah satu pihak yang berkonflik dan saling bekerjasama dalam pencapaian yang diinginkan masing-masing negara, agar nanti tidak ada konflik dikemudian hari. Terciptanya kondisi saling menguntungkan antar pihak dan tidak ada saling merugikan kedua bela pihak.
Peneliti mengangkat Organisasi International kedalam salah satu konsep yang mana nanti akan membantu peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, kenapa peneliti memilih konsep ini, dikarenakan Organisai International ini sudah sering dipakai oleh pihak-pihak yang berkonflik untuk menyelesaian masalah. Dan banyak dari organisasi ini sangat dapat membatu dalam mengatasinya. Dan harapan dari masalah yang terjadi khususnya Darfur, dimana PBB dan Uni Afrika dalam organisasinya UNAMID dapat membantu sepenuhnya dalam konflik ini. PBB dan Uni Afrika bergabung sebagai pihak ketika bagi konflik Darfur, Sudan. Tidak lain hanya ingin konflik selesai dan kedua belah pihak bisa ditemukan untuk bernegosiasi apa yang diinginkan oleh keduanya, PBB, Uni Afrika sebagai mediator mereka, hanya membantu berjalannya negosiasi, dan memberikan masukan-masukan yang dianggap kedua belah pihak dapat menerima, dalam artian tidak ada untung dan ruginya nanti diantara satu dengan yang lain.
Organisasi International nantinya juga akan melihat, sejauh mana perkembangan dari konflik terjadi dari awal mulanya sampai saat penelitian ini berakhir. Apakah ada hal-hal yang memicu konflik ini terus berlanjut atau memang konflik ini sulit untuk dihentikan, disebabkan sudah begitu lama konflik terjadi mulai dari masalah ekternal sampai masalah internal. Atau bahkan bisa jadi pihak ketiga sudah tidak mampu lagi mengandalkan masalah ini. Sehingga pihak
ketika meminta lebih bantuan kepada negara-negara yang dianggap mampu menolong terkait konflik ini. Peneliti nantinya akan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menganalisa data tersebut dan membahas kembali lebih lanjut konflik ini di bab berikutnya, dengan menggunakan konsep Organisasi International ini dan konsep resolusi konflik.
2. Resolusi Konflik
Peneliti tidak hanya memakai Organisasi International dalam hal melihat konflik Darfur dan penyelesaiannya tetapi juga memakai Konsep Resolusi konflik.Resolusi Konflik ini dapat dipakai nantinya untuk menjawab pertanyaan penelitian, disebabkan pihak yang berkonflik saling dapat menerima keputusan setelah negosiasi berakhir. Resolusi konflik ini mengandung prinsip-prinsip yang mana tidak merugikan kedua belah pihak, dan mencari solusi mana yang dapat memberikan keuntungan terhadap kedua belah pihak. Disebabkan itu peneliti memilih konsep ini agar konflik mendapatkan titik terang dari permasalahannya. Dan konsep ini juga dapat nantinya membantu peneliti menjawab pertanyaan terkait dalam penyelesaian konflik darfur dibawah perlindungan peningkatan kerjasama PBB dan Uni Afrika dibawah organisasi UNAMID. Dengan memadukan konsep Organisasi International dan Resolusi Konflik ini akan memberikan pencerahan terhadap apa yang sedang terjadi di wilayah konflik tersebut, dan konflik akan sedikit bisa diandalkan untuk mencapai penyelesaiannya. Konsep ini juga membantu pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian konflik untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
Asalkan bersandar pada prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang disepakati dan dipakai, dan tidak ada satupun yang melanggar.
Konsep Resolusi konflik ini juga dikenal sebagai suatu proses penyelesaian masalah dalam konflik dengan tidak adanya pemaksaan dan kekerasan dalam mengkontrol konflik. Hal ini berkaitan dengan efisiensi dalam resolusi konflik dalam megurangi konflik yang sudah lama terjadi. (Burton)18.
Resolusi konflik mengandung tiga prinsip penting. Pertama, adanya kesepakatan yang biasanya dituliskan dalam sebuah dokumen resmi yang ditandatangani dan menjadi pegangan selanjutnya bagi semua pihak. Kedua, setiap pihak menerima atau mengakui eksistensi dari pihak lain sebagai subjek. Sikap ini sangat penting karena tanpa pengakuan tersebut, mereka tidak bisa bekerjasama dalam penyelesaian konflik secara tuntas. Ketiga, pihak-pihak yang bertikai juga sepakat untuk menghentikan segala aksi kekerasan sehingga proses pembangunan rasa saling percaya bisa berjalan sebagai landasan untuk transformasi sosial, ekonomi dan politik yang diinginkan. (Wellensten)19.
Menurut Johan Galtung, ada tiga proses yang harus dilalui sebelum perdamaian dapat dibangun melalui pihak ketiga. Ketika proses tersebut adalah peacemaking, peacekeeping dan peacebuilding
18
Burton, John. 1990. Conflict: Resolution and Provention. New york: St. Martin’s press Inc 19
Wallesnten, Peter. 2002. Undestanding Conflict Resolution: War, Peace, and The Global
1). Peacemakingadalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengakhiri konflik Internal dengan menitik beratkan pada penggunaan cara-cara diplomatik dan membujuk setiap pihak yang bertikai untuk mencapai kesepakatan damai secara sukarela. Peacemaking juga berfungsi untuk memisahkan kekuatan-kekuatan dan kelompok bersenjata yang sedang berperang yang seringkali diasosiasikan dengan tugas-tugas sipil seperti memonitor, mengawasi kesepakatan damai serta mendukung intervensi kemanusiaan. (Miall dan Ramsbotham ) 20.
Dikaitkan dengan kasus Darfur pihak-pihak yang bersengketa dipertemukan guna mendapat penyelesaian dengan cara damai. Hal ini dilakukan dengan menghadirkan pihak ketiga sebagai penengah.Akan tetapi, pihak ketiga tersebut tidak mempunyai hak untuk menentukan keputusan yang diambil.Pihak ketiga tersebut hanya menengahi apabila terjadi suasana yang memanas antara pihak bertikai yang sedang berunding.
2) Peacekeeping adalah proses menghentikan atau mengurangi aksi kekerasan
melalui intervensi militer yang menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian netral. Menurut PBB, penjagaan perdamaian atau peacekeeping adalah sebuah instrumen yang unik dan dinamis yang dikembangkan oleh organisasi sebagai cara untuk membantu Negara-negara yang mengalami konflik, dan menciptakan kondisi untuk perdamaian. (Miall dan Ramsbotham).21 Peacekeeper (penjaga perdamaian) akan memberikan kontribusi untuk memajukan proses perdamaian. Penjaga perdamaian itu tidak mutlak adalah tentara, karena pasukan ini tidak
20 Miall, Hugh, Ramsbotham Oliver “ Resolusi Damai Konflik kontemporer” Menyelesaikan,
mencegah, mengelola dan mengubah konflik bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras. PT Raja
Grifando Persada: Jakarta 21
berkewajiban untuk terlibat dalam pertempuran. Pasukan ini ditempatkan pada daerah yang berstatus gencatan senjata yang telah mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak yang sedang bertikai. Pada saat inilah ruang untuk mengatasi konflik lewat upaya diplomatik dapat dijalankan. Pasukan penjaga perdamaian memantau dan mengamati proses perdamaian didaerah pasca konflik dan membantu dalam melaksanakan kesepakatan damai. Bantuan tersebut dapat datang dari berbagai bentuk, termasuk langkah-langkah membangun rasa percaya diri, pengaturan pembagian kekuasaan, dukungan pemilu, pengutan supremasi hukum, dan pembangunan ekonomi sosial. (Miall dan Ramsbotham )22.
Disini Johan Galtung melihat tindakan peacekeeping sebagai tindakan menciptakan perdamaian Negative atau tindakan untuk menghilangkan kekerasan fisik. selain itu, juga menjadi penjaga perdamaian. Dalam hal ini Uni Afrika melakukan intervensi militer sebagai usahanya dalam menghentikan konflik Darfur. Uni Afrika merasa perlu untuk mengirim pasukan perdamaian AMIS (The
African Union Mission in Sudan) ke Darfur yang terbentuk atas Resolusi PBB
No.1564 pada tahun 2004 bekerjasama dengan badan misi PBB di Sudan yaitu UNMIS (United Nations Mission in Sudan) dengan pasukan sebanyak 150 tentara dan meningkat menjadi 7000 pada tahun 2005. Tindakan ini dilakukan karena melihat konflik yang terjadi ialah perselisihan antara kelompok pemberontak dan pemerintah yang menggunakan tindak kekerasan di dalam menyelesaikan permasalahan mereka.Yang mana mengorbankan banyak jiwa dan memusnahkan
22
Ibid
segalanya.Maka dari itu perlu pasukan khusus untuk dapat menyelesaikan atau menyelamatkan masyarakat sipil dan menjamin keamanannya.
Normatifnya, kegiatan peacekeeping sejalan dengan proses peacemaking dalam suatu usaha yang berkelanjutan yang dapat menghasilkan resolusi-resolusi bagi konflik yang terjadi. Peacemaking bertujuan untuk menciptakan situasi yang memungkinkan agar negosiasi dapat terjadi sekaligus memastikan kegiatan
peacekeeping untuk berjalan setelahnya.
Sedangkan peacekeeping berjalan dan menyokong peacemaking setelah negosiasi telah berhasil disetujui dan diterapkan kepada pihak-pihak yang bertikai untuk melakukan gencatan senjata dan secara tidak langsung akan bekerjasama dengan peacekeeping operation yang ada.
Peacekeeping operation berhasil atau dapat dicapai ketika memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Membatasikonflik kekerasandi Negaratuan rumahadalahtujuan utamamenjaga perdamaian.
2. Misi peacekeeping yang lain adalah mengurangi penderitaan manusia
3. Mencegahpenyebarankonflikdi luar perbatasanNegara dimana konflik itu terjadi jugapentinguntuk memastikankeamanan regional.
4. Mempromosikanresolusi konflikadalah tujuan
akhirdariefektivitasmisi PBB.
Selanjutnya, peacebuilding yaitu usaha untuk menciptakan struktur perdamaian dalam kesetaraan dan keadilan bagi pihak-pihak yang berperang yang nantinya akan mengentaskan penyebab dari peperangan dan menyediakan beberapa alternative penyelesaian. Atau dapat juga diartikan sebagai proses implementasi perubahan atau rekonstruksi sosial, politik dan ekonomi demi terciptanya perdamaian dalam artian positive peace dimana pihak-pihak yang terlibat dalam konflik internal, khususnya masyarakat merasakan adanya keadilan sosial, kesejahteraan ekonomi, dan keefektifan politik. Konsep ini melibatkan berbagai tindakan yang ditargetkan untuk mengurangi resiko timbulnya konflik, dengan memperkuat kapasitas nasional disemua tingkat untuk pengelolaan konflik, dan untuk meletakkan dasar keberlanjutan perdamaian dan pembangunan.Kegiatan peacebuilding meliputi tahap transisi, tahap rekonsiliasi dan tahap konsolidasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan terberat dan akan memakan waktu paling lama karena memiliki orientasi struktural dan cultural.
Intervensi pihak ketiga dalam sebuah konflik berfungsi untuk memulihkan komunikasi antara pihak yang berselisih, mendamaikan suasana, menyelidiki keadaan di wilayah yang berkonflik dan memberikan jasa kepada pihak yang berkonflik. Pihak ketiga yang dapat diterima bersama dengan tujuan mencapai penyelesaian akan dirasakan sebagai agen perundingan yang dapat lebih dipercaya. Intervensi pihak ketiga berperan meneruskan pesan antara kedua belah pihak yang bertikai untuk terlibat aktif dalam perundingan, dan mencoba menekankan kepada pihak-pihak yang bermusuhan untuk menerima usul-usul
perdamaian yang telah dirumuskan oleh pihak yang melakukan intervensi atau yang disebut sebagai mediator. (Holsti)23
Ada dua tahap yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk melakukan intervensi dalam procedur resolusi konflik menurut John W Burton . pertama, menentukan masalah-masalah dan membuat suatu pilihan tentatif terhadap pihak-pihak yang bertikai. Kedua, mengundang pihak-pihak-pihak-pihak yang terlibat untuk bertemu dan berdiskusi, sementara pada saat yang sama pihak ketiga mengambil langkah untuk memastikan bahwa semua pandangan dan kepentingan pihak-pihak yang bertikai tidak akan diabaikan dan menjadi bahan pertimbangan pada perjanjian atau kesepakatan damai dihasilkan.
Dalam penyelesaian sebuah konflik, pihak ketiga juga dapat menempuh metode mediasi, arbitrasi dan ajudikasi. Di dalam mediasi, pihak ketiga membawa pesan namun juga dapat memberi saran dan anjuran bagi penyelesaian dan membuat laporan. Dari hasil mediasi dan konsiliasi, akan ada kesepakatan yang mengikat. Sedangkan arbitrasi adalah penyelesaian oleh pihak ketiga dimana masing-masing pihak setuju untuk menerima putusan pihak ketiga. Ajudikasi merupakan penyelesaian perselisihan-perselisihan dalam pengadilan atau mahkamah International. (Ziegler)24.
Dilihat dari PBB yang juga merupakan Organisasi International terbesar saat ini diharapkan mampu membawa perdamaian ditempat-tempat yang
23
Holsti, K.J. Theories of conflict Resolution and Realities of International Politics in Ramesh Thakur (1988). International Conflict Resolution. Boulder: Westview
24
berkonflik khususnya Darfur. Kemunculan Organisasi ini juga disebabkan ketidak mampuan suatu negara menyelesaikan masalah diwilayahnya tanpa ada bantuan atau aktor lain yang terlibat. Dimana pemerintahan Sudan merasa tidak mampu dan harus meminta bantuan kepada Uni Afrika yang selama ini dianggap paham akan masalah atau konflik yang terjadi. Dan akhirnya Uni Afrika juga mengalami kesulitan dalam penyelesaian konflik ini sehingga harus meminta langsung ke PBB melalui resolusinya yang mengeluarkan Organisasi kerjasama yang dinamai UNAMID. Berharap dengan bekerjasamanya PBB dan Uni Afrika dapat memberikan dampak positif terhadap konflik tersebut.
PBB merupakan Organisasi International yang melembaga yang mana berfungsi memberikan kesempatan bertemu dengan pihak yang bertikai agar tercapai tujuan yang diinginkan oleh Pihak-pihak tersebut, dan kedua pihak sudah sepakat akan keputusan itu. Dengan adanya Organisasi International menyebabkan Negara atau pihak-pihak bertikai bisa besosialisasi, sehingga disini timbul saling kerjasama dalam pencapaian atau keinginan masing-masing pihak.
UNAMID akan berhasil mencapai perdamaian di Darfur ketika tiga proses dilalui atau berjalan dengan baik, pertama, peacemaking yaitu diplomatik antara pihak sepakat untuk damai tanpa ada paksaan tertentu, dan dapat memisahkan kelompok-kelompok yang bersenggeta yang sedang mengalami perang, mengawasi dan mendukung intervensi manusia. Kedua, peacekeeping yang mana berfungsi menghentikan dan mengurangi aksi kekerasan melalui intervensi militer secara netral antara pihak-pihak yang bertikai. Disini juga sebagai instrumen yang membantu Negara-negara yang mengalami konflik dan menciptakan suasana atau
kondisi damai. Peacemaking, peacekeeping harus sejalan agar tujuan, keinginan dapat tercapai dan perdamaian mudah untuk di wujudkan. Ketiga, peacebuilding setiap Negara atau Pihak yang bertikai tentunya menginginkan adanya kesetaraan atau keadilan baginya baik disegi sosial, ekonomi, politik yang mana akan mengurangi resiko konflik. Ketika tiga proses ini dapat dijalankan UNAMID dengan baik, konflik di Darfur akan selesai dan wilayah-wilayah disana akan mencapai perdamaian sesuai dengan apa harapan mereka selama ini.
Adanya intervensi pihak ketiga, dari PBB dan Uni Afrika, ke dalam konflik Darfur berupa operasi perdamaian gabungan dari kedua Organisasi Internasional tersebut yang disebut dengan UNAMID (United Nations
HybridMission in Darfur) dimana operasi tersebut dimaksudkan untuk
menyelesaikan konflik dan mewujudkan perdamaian di Sudan. Keterlibatan Uni Afrika merupakan keinginan organisasi regional tersebut untuk mengakhiri konflik etnis berkepanjangan yang melanda cakupan wilayahnya. Penempatan pasukan kedalam suatu peacekeeping operation bertujuan untuk menstabilkan keadaan Darfur serta mengawasi proses implementasi kesepakatan yang dilakukan. Sedangkan PBB, untuk tujuan yang sama dengan Uni Afrika, menjalankan operasi perdamaian dalam berbagai jenis operasi meliputi:
peacemaking, peacekeeping dan peacebuilding.
Kedua konsep ini yaitu Organisasi International dan Resolusi Konflik, yang mana nantinya akan menjawab pertanyaan peneliti terkait meningkatnyakerjasama antara PBB dan Uni Afrika. Biasanya pihak yang ketiga yang dipilih baik langsung oleh yang berkonflik atau memang sudah ada dari
dulunya dalam penyelesaian konflik akan memakai kedua konsep ini disebabkan dapat memberikan jawaban yang valid dan dapat diterima oleh kedua pihak atau masyarakat international nantinya. Selain itu organisasi ini memang dikatagorikan salah satu yang dapat mengatasi masalah yang sudah lama terjadi tapi belum mendapatkan titik terang atau kejelasan lebih lanjut dalam menghadapi konflik. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya kedua organisasi ini memiliki prinsip-prinsip, aturan-aturan yang harus dilakukan agar semuanya yang diinginkan antara pihak dapat tercapai dengan baik tanpa ada kekurangan yang merugikan salah satu pihak. Dan perjanjian perdamaian harus disetujui tanpa ada yang melanggar dikemudian hari, jika salah satu melanggar peraturan itu sendiri akan mendapatkan sangsi langsung atas apa yang dilakukannya. Sangsi yang diberikan berupa sangsiyang sudah disepakati ketika perjanjian ditanda tangani, pihak ketiga PBB dan Uni Afrika menjadi saksi keduanya. Apabila ada yang melanggar PBB dan Uni Afrika akan turut didalamnya. Implemantasi mandat yang akan dijalankan UNAMID nantinya sebagai Organisasi International sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari pencapaian atau kerjasama PBB dan Uni Afrika.
E. ARGUMEN UTAMA
Berdasarkan pertanyaan penelitian PBB meningkatkan kerjasamanya dengan Uni Afrika dikarenakan konflik yang semakin marak dan bahkan sudah dikatakan mengarah ke genosida, yaitu terjadinya pembantaian etnis, pemerkosaan, pelecehan sexsual dan pelanggaran HAM di Darfur. Ini mengharuskan PBB lebih meningkatkan kerjasamanya dengan Uni Afrika terutama dalam hal penjagaan dan perlindungan warga sipil agar pemberontak tidak semakin mudah untuk melakukan penyerangan. Dengan adanya peningkatan atau meluasnya kerjasama PBB dan Uni Afrika dalam penyelesaian konflik Darfur, diharapkan konflik ini dapat terselesaikan dengan adanya penandatanganan oleh kedua pemberontak yaitu Janjaweed dan SPLA/M
F. ORGANISASI PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini Peneliti akan menjelaskan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konsep, Argumen Utama, dan Organisasi Penulisan.
BAB II : KONFLIK DARFUR
Dalam Bab ini Penelitiakan menjelaskan faktor pendorong terjadinyakonflik
BAB III :UNAMID DAN IMPLEMENTASI UNAMID DALAM MENGATASI KONFLIK DARFUR
Dalam Bab ini Penelitiakan menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan UNAMID dalam menyelesaikan tugasnya sebagai Peacekeeping
Operation.
BAB IV :MENINGKATNYA KERJASAMA PBB DAN UNI AFRIKA DALAM MENGATASI KONFLIK DARFUR
Dalam Bab ini peneliti akan menjelaskan faktor pendorong meningkatnya kerjasama PBB dan Uni Afrika
BAB V : KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan dari analisa yang sudah dilakukan oleh peneliti. Dan beberapa pelajaran penting yang dapat diambil dari kasus yang peneliti angkat.