• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Sejarah Perkembangan Radiologi

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fiska di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari kristal barium platinosianida dalam tabung Crookes - hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukan sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar – X. Baru dikemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen ( Rasad,1999 )

Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian – bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara pemeriksaan konvensional.

Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua

sifat sinar Roentgen, yaitu sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel – sel hidup. Sifat yang ditemukan Roentgen antara lain ialah bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetik dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi.

(2)

Setahun setelah Roentgen menemukan sinar – X maka Henri Becquerel, di Prancis, pada tahun 1896 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat yang hampir sama. Tidak lama kemudian, Marie dan Pierre Curie menemukan unsur

thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan

suami - isteri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan Polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia.

2.2. Pengertian Sinar – X

Sinar – X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet , tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek . sinar – X bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan sinar – X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang, dimana panjang gelombang sinar – X sangat pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombang yang pendek itu, maka sinar – X dapat menembus benda – benda.

2.3. Sifat – Sifat Sinar – X

Sinar – X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek fotografik, pendar fluor ( fluorosensi ), ionisasi, dan efek biologik.

(3)

Sinar – X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembus sinarnya.

2. Pertebaran

Apabila berkas sinar – X melalui suatu bahan atau zat, maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder ( radiasi hambur ) pada bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiografi dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini, maka di antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.

3. Penyerapan

Sinar – X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatan berat atomnya, makin besar penyerapannya.

4. Efek fotografik

Sinar – X dapat menghitamkan emulsi film ( emulsi perak-bromida ) setelah di proses secara kimiawi ( dibangkitkan ) di kamar gelap.

(4)

Sinar – X menyebabkan bahan – bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zing-sulfid memendarkan cahaya ( luminisensi ), bila bahan tersebut terkena radiasi.

Luminisensi ada 2 jenis yaitu : a. Fluorosensi ;

Yaitu akan memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar – X saja. b. Fosforisensi :

Pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar – X sudah dimatikan ( after-glow).

6. Ionisasi

Efek primer sinar – X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan ionisasi partikel – partikel bahan atau zat tersebut.

7. Efek biologik

Sinar – X akan menimbulkan perubahan – perubahan biologik pada jaringan. Efek biologik ini dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

2.4. Proses Terjadinya Sinar – X

Urutan proses terjadinya sinar – X adalah sebagai berikut :

1. Katoda ( filamen ) dipanaskan ( lebih dari 20000 C ) sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.

(5)

3. sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron – elektron akan dipercepat gerakannnya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup )

4. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran ( target ) dengan memilih potensial tinggi.

5. Awan – awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran ( target ) sehingga terbentuk panas ( > 99 % ) dan sinar – X ( 1 % ).

6. Pelindung ( perisai ) timah akan mencegah keluarnya sinar – X dari tabung, sehingga sinar – X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.

7. Panas yang tinggi pada sasaran ( target ) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin.

Jumlah sinar – X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat pengukur miliampere ( MA ), sedangakan jangka waktu pemotretan dikendalikan oleh alat pengukur waktu.

2.5. Klasifikasi Radiasi

Menurut Akhadi ( 1997 ) radiasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Radiasi Pengion

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat mengionisasi atom – atom atau materi yang dilaluinya. Karena terjadinya proses ionisasi ini maka pada materi yang dilalui radiasi akan terbentuk pasangan ionisasi postif dan ionisasi negatif. Secara garis besar radiasi pengion dibagi menjadi dua, yaitu :

(6)

a. Radiasi elektromagnetik

Radiasi elektromagnetik terdiri dari berbagai kumpulan jenis radiasi elektromagnetik yang membentuk spektrum elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik dikelompokkkan berdasarkan frekuensi atau panjang gelombang. Contohnya adalah gelombang radio, gelombang TV, gelombang radar, sinar infra merah, cahaya tampak, sinar – X, dan sinar gamma.

b. Radiasi partikel

Radiasi partikel merupakan radiasi yang dipancarkan oleh inti – inti atom atau partikel radioaktif. Contohnya adalah Positron, Neotron, dan inti – inti ringan. Radiasi partikel umumnya dibuat oleh manusia, seperti Reaktor nuklir, akselator, dan iridiator.

2. Radiasi Bukan pengion

Radiasi bukan pengion adalah jenis radiasi yang tidak mampu mengionisasi materi yang dilaluinya. Contoh radiasi bukan pengion adalah radiasi cahaya baik yang dipancarkan oleh matahari atau sumber – sumber lain.

2.6. Efek Radiasi

Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun merupakan akibat dari paparan radiasi yang bermula dari interaksi antara radiasi dengan sel maupun jaringan tubuh manusia. Akibat interaksi itu, sel – sel dapat mengalami perubahan struktur normal semula.

(7)

Menurut Akhadi ( 1997 ), berdasarkan proses berlanggsungnya ada dua jenis penyinaran terhadap tubuh manusia, yaitu :

1. Efek biologi seketika, yaitu efek yang kemunculannya kurang dari satu tahun sejak terjadinya penyinaran. Penyinaran akut melibatkan radiasi dosis tinggi. 2. Efek tertunda, yaitu penyinaran oleh radiasi dosis rendah namun berlangsung

terus – menerus ( kronis). Penyinaran jenis ini biasanya tidak segera menampakkan efeknya.

Menurut Akhadi ( 2000 ) Komisi Internasional Untuk Perlindungan Radiasi (ICRP) membagi efek radiasi menjai dua bagian, Yaitu :

1. Efek Stokastik

Efek Stokastik berkaitan dengan paparan dosis rendah yang dapat muncul pada manusia dalam bentuk kanker ( kerusakan somatik ) atau cacat pada keturunan (keruskan genetik). Jadi sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh ada kemungkinan akan menimbulkan kerusakan sel somatik maupun genetik.

2. Efek Deterministik

Efek deterministik berkaitan dengan paparan dosis radiasi tinggi yang kemunculannya dapat langsung dilihat atau dirasakan oleh individu yang terkena radiasi. Efek tersebut dapat muncul seketika hingga beberapa minggu setelah penyinaran.

(8)

Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik umum maupun lokal. Keluhan umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu, lemah, demam, keringat berlebihan, hingga menyebabkan shock. Beberapa saat kemudian timbul keluhan yang lebih khusus, yaitu nyeri perut, rambut rontok, shock bahkan kematian. Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan rambut kulit.

2.7. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) 1.Pengertian

Menurut Permanaker No 05/Men/1996, SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi perkembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif.

2. Tujuan dan Sasaran SMK3

Menciptakan suatu sistem k3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah penyakit akibat kerja serta terciptannya tempat kerja yang aman, nyaman, dan produktif ( Permenaker No.05/Men/1996 )

(9)

3. Ketentuan Pelaksanaan SMK3

Menurut Rudiyanto ( 2002 ) untuk melaksanakan SMK3 di tempat kerja, tedapat ketentuan – ketentuan yang wajib dilakukan yaitu :

a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja serta menjamin komitmen terhadap SMK3.

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3

c. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran K3.

d. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3

2.8. Manajemen Keselamatan Radiasi

Bahwa setiap orang atau badan yang akan memanfaatkan tenaga nuklir wajib memenuhi persyaratan keselamatan radiasi dan memiliki izin pemanfaatan tenaga nuklir, persyaratan keselamatan radiasi harus memenuhi persyaratan manajemen. Keselamatan dan Kesehatan terhadap pemantauan radiasi pengion selanjutnya disebut Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi.

(10)

2.8.1. Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi

Penanggung jawab keselamatan radiasi terdiri dari :

1. Pemegang izin, dalam melaksanakan tanggung jawabnya dapat mendelegasikan kepada atau menunjuk personil yang bertugas di instalasinya untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam mewujudkan keselamatan radiasi.

2. Pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan pemanfaatan tenaga nuklir, tanggung jawab pihak lain didasarkan pada tugas dan peran masing – masing dalam keselamatan radiasi.

PPR bertanggung jawab untuk :

a) Mewujudkan tujuan keselamatan radiasi.

b) Meyusun, mengembangkan, melaksanakan, dan medokumentasikan program proteksi dan keselamtan radiasi, yang dibuat berdasarkan sifat dan resiko untuk setiap pelaksanaan pemanfaatan tenaga nuklir.

c) Membentuk dan menetapkan pengelola keselamatan radiasi di dalam instalasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

d) Menentukan tindakan dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan memastikan bahwa sumber daya tersebut memadai dan tindakan yang diambil dapat dilaksanakan dengan benar.

(11)

e) Meninjau ulang setiap tindakan dan sumber daya secara berkala dan berkesinambungan untuk memastikan tujuan keselamatan radiasi dapat tercapai.

f) Mengidentifikasi setiap kegagalan dan kelemahan dalam tindakan dan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan keselamatan radiasi, serta mengambil langkah perbaikan dan pencegahan terhadap terulangnya keadaan tersebut.

g) Membuat prosedur untuk memudahkan konsultasi dan kerja sama antar semua pihak yang terkait dalam keselamatan radiasi.

h) Membuat dan memelihara rekaman yang terkait dengan keselamatan radiasi.

2.8.2. Budaya keselamatan

Budaya keselamatan adalah paduan sifat dari sikap organisasi dan individu dalam organisasi yang memberikan perhatian dan prioritas utama pada masalah – masalah keselamatan radisi. Penanggung jawab keselamatan radiasi wajib mewujudkan budya keselamatan pada setiap pemanfaatan tenaga nuklir dengan cara :

a. Membuat standar operasi prosedur dan kebijakan yang menempatkan proteksi dan keselamatan radiasi pada prioritas tertinggi.

b. Mengidentifikasi dan memperbaiki faktor – faktor yang mempengaruhi proteksi dan keselamatan radiasi.

(12)

c. Menetapkan kewenangan yang jelas masing – masing personil dalam setiap pelaksanaan proteksi keselamatan.

d. Membangun jejaring komunikasi yang baik pada seluruh tingkatan organisasi, untuk menghasilkan arus informasi yang tepat mengenai proteksi dan keselamatan radiasi

e. Menetapkan kualifikasi dan pelatihan yang memadai untuk setiap personil. 2.8.3. Pemantauan Kesehatan

Pemegang izin wajib menyelenggarakan pemantauan kesehatan untuk seluruh pekerja radiasi, dalam menyelenggarakan pemantauan kesehatan harus melaksanakannya berdasarkan ketentuan umum kesehatan kerja, merancang penilaian terhadap kesesuaian penempatan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan padanya, dan menggunakan hasil pemantuan sebagai landasan informasi pada kasus munculnya penyakit akibat kerja setelah terjadinya paparan radiasi berlebih. PPR harus menyimpan dan memelihara hasil pemantuan kesehatan pekerja dalam jangka 30 ( tiga puluh ) tahun terhitung sejak tanggal pemberhentian pekerja yang bersangkutan. Pemantuan kesehatan dilaksanakan melalui :

a. Pemeriksaan kesehatan, meliputi sebelum bekerja, selama bekerja dan setelah bekerja.

b. Konseling.

PPR memberikan konsultasi dan informasi yang lengkap mengenai bahaya radiasi kepada pekerja dan kajian terhadap dosis yang diterima pekerja.

(13)

c. Penatalaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus untuk pekerja yang mendapatkan paparan radiasi berlebih

Menurut Lukman yang dikutip dari Simanjuntak (2004), pemeriksaan kesehatan meliputi :

1.Pemeriksaan Kesehatan calon pekerja Pemeriksaan kesehatan ini meliputi :

a. Pemeriksaan kesehatan lengkap dengan memperhatikan jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh calon pekerja yang meliputi riwayat kesehatan dan latar belakang kesehatan keluarga. Setiap orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi harus sehat jasmani dan rohani serta serendah – rendahnya beruisa 18 ( delapan belas ) tahun.

b. Pemeriksaaan khusus pada organ yang dianggap peka terhadap radiasi dipandang dari jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Misalnya pemeriksaan hematologi, dermatologi, opthamologi, paru – paru, neurologi, dan alat reproduksi.

2. Pemeriksaan Kesehatan Selama Bekerja

Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala sedikitnya sekali setahun. Pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus pada organ yang dianggap peka terhadap radiasi.

(14)

3. Pemeriksaan Kesehatan Setelah Bekerja

Pemegang izin harus memeriksakan kesehatan pekerja radiasi yang akan memutuskan hubungan kerja dengan instalasi atom secara teliti dan menyeluruh kepada dokter yang ditunjuk oleh pemegang izin dan disetujui oleh instansi yang berwenang atas beban radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi.

4.Pelayanan Kesehatan pada Kecelakaan Radiasi

Jika terjadi kecelakaan radiasi, pemegang izin harus menyelenggarkan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi yang diduga menerima paparan radiasi berlebih. dan perlengkapan pertolongan pertama harus segera dapat tersedia didaerah kerja. Pertolongan pertama harus didasarkan atas nasehat dokter atau ketentuan P3K. 2.8.4. Personil

Personil di unit radiologi paling sedikit terdiri dari :

a. Petugas Proteksi Radiasi ( PPR ), adalah petugas yang ditunjuk oleh pemegang izin dan oleh Badan Pegawas dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi.

b. Pekerja Radiasi, adalah setiap orang yang bekerja di instalasi nuklir atau instalasi radiasi pengion yang diperkirakan menerima dosis radiasi tahunan melebihi dosis untuk masyarakat umum.

c. Tenaga ahli atau dokter spesialis d. Operator

(15)

2.8.5. Pendidikan Dan Pelatihan

Setiap pekerja harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang keselamatan radiasi.

Pendidikan dan pelatihan ini harus disesuaikan antara lain dengan : a. Potensi paparan kerja.

b. Tingkat pengawasan yang diperlukan

c. Kerumitan pekerjaan yang akan dilaksanakan d. Tingkat pelatihan yang telah diikuti oleh personil. 2.8.6. Rekaman

Rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil dicapai atau memberi bukti pelaksanaan kegiatan dalam pemanfaatan tenaga nuklir. PPR wajib membuat, memelihara dan menyimpan rekaman. Rekaman antara lain mengenai pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh personil di fasilitas atau instalasi, pemantauan dosis yang diterima pekerja, hasil pemeriksaan kesehatan pekerja dan hasil pengujian dan kalibrasi pesawat roentgen.

PPR wajib membuat rekaman jika terjadi paparan radiasi yang mengakibatkan terjadinya dosis yang melebihi nilai ambang batas dan melaporkan secara lisan kepada ( BAPETEN ) dan laporan tertulis paling lambat 3 ( tiga ) hari kerja terhitung sejak diterimanya pemberitahuan secara lisan.

(16)

2.9. Pemanfaatan Tenaga Nuklir Di Bidang Kesehatan 2.9.1.Pemanfaatan Dan Perizinan Tenaga Nuklir

Berdasarkan UU No 10 tahun 1997 dibentuk BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nulir) sebagai badan pengawas yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden, yang bertungas melaksanakan pengawasan tehadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir, untuk menyelenggarakan peraturan, perizinan dan inspeksi.

Pemanfaatan adalah kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir yang meliputi penelitian, pengembangan, penambangan, pembuatan, penyimpanan, pemggunaan dan pengololaan limbah radioaktif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Perizinan dilakukan untuk mengetahui dimana saja kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir dilaksanakan di indonesia, agar dengan demikian kegiatan tersebut dapat diawasi dan dipantau sehingaa tidak timbul dampak negatif terhadap pekerja, izin pemanfaatan tenaga nuklir untuk keperluan :

a. Medis/kesehatan ( diagnostik,terapi,kedokteran nuklir) b. Industri

(17)

2.9.2. Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan.

Sebagaimana ditetapkan pada Permenkes No. 363/Menkes/Per/IV/1998 alat kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan wajib diuji atau dikalibrasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun.

BPFK (Balai Pengamana Fasilitas Kesehatan) sebagai unit pelaksana teknis pada Direktorat Jenderal Pelayanan Medik yang memiliki tugas dan fingsi untuk menyelenggarakan Pengujian dan Kalibrasi alat kesehatan adalah merupakan Institusi Penguji yang diselenggarakan oleh Pemerintah.

Pengujian alat kesehatan adalah merupakan keseluruhan tindakan meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat kesehatan, sehingga dapat dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap keselamatan ke rja dan spesifikasinya. Dengan pelaksanaan kegiatan pengujian, dapat dijamin peralatan kesehatan bersangkutan aman dan laik pakai dalam pelayanan kesehatan. Kegiatan pengujian dilakukan terhadap alat kesehatan yang tidak memiliki standar besaran yang terbaca. berarti tidak terdapat nilai yang diabadikan pada alat kesehatan bersangkutan.

(18)

2.10.Kerangka Pikir

UNIT RADIOLOGI RS AL dr. KOMANG MAKES

Manajemen Keselamatan Radiasi Menurut PP RI No 33 Tahun 2007 - Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi - Budaya Keselamatan - Pemantauan Kesehatan - Personil - Pendidikan Dan Pelatihan - Rekaman

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran klinik masing- masing keratitis pun berbeda-beda tergantung dari jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di kornea, jika keratitis tidak ditangani dengan

dalam pengembangan, pelestarian dan perlindungan terhadap tanam sagu di daerah dan sesuai dengan ketentuan Lampiran I huruf I Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang

Perencanaan pajak sama dengan halnya tax Avoidance karena secara hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak

Sesuai dengan ketentuan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010

Hasil penelitian ini telah berhasil dikembangkan sebuah perangkat lunak berbasis open source program Java yang dapat digunakan untuk pengujian struktur matematika Grup khusus

32 MUKMINAN Fakultas Ilmu Sosial Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Web untuk Menentukan Pola Hubungan Regulasi Diri dan Proses Kognitif Mahasiswa dalam Perkuliahan di Jurusan

Penulis menggunakan metode eksperimen murni dengan adanya kelas kontrol (pembanding) untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hipotesis yang disusun oleh penulis

Jejak rekam hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil simulasi tersebut memperlihatkan tiga hal utama, yakni: 1) Kejadian A1, B1, B2 dan C3 mengalami tsunami pada