20 PENERAPAN ARSITEKTUR TROPIS PADA GEDUNG PENINGGALAN
KOLONIAL BELANDA DIKOTA MEDAN
(Studi Kasus: Gedung London Sumatera Indonesia, Gedung Bank Indonesia, Gedung Kantor Pos Medan)
Frilman M. Kristianta Laia, Enda Haganta Sembiring, Martupa L. Sagala
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Medan (ITM)
Jl. Gedung Arca No.52, Teladan Barat, Kec. Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20217 [email protected]
ABSTRAK
Arsitektur kolonial datang ke Indonesia terjadi percampuran dari arsitektur Eropa, dengan proses adaptasi dan membentuk arsitektur Belanda pada masa penjajahan di Indonesia. Arsitektur ini telah beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia, guna menyesuaikan dengan lingkungan setempat Dalam penelitian penerapan arsitektur tropis pada bangunan kolonial, sebagai objek amatan bangunan kolonial di kawasan kota Medan dikarenakan adanya sebab-akibat dengan sejarah masa lalu, pada masa pemerintahan Belanda yang di kuasai oleh penjajah Belanda. Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi aspek tropikalitas pada bangunan kolonial yang telah beradaptasi terhadap iklim tropis. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu Metode Kualitatif Studi Kasus dengan observasi dan identifikasi wujud luar (Orientasi bangunan dan Atap) dan wujud dalam bangunan (Pola Ruang, Lantai, Dinding, dan Bukaan).
Kata Kunci : Bangunan Kolonial Belanda, Adaptasi Iklim, Arsitektur Tropis.
ABSTRACT
Colonial architecture entered Indonesia where there was a mixture of European architecture, with the process of adaptation and formation of Dutch architecture during the colonial period in Indonesia. This architecture has adapted to the tropical climate in Indonesia, in order to adapt to the local environment. In examining the application of tropical architecture in colonial buildings, as an object of observation of colonial buildings in the city of Medan due to causation with past history, during the Dutch colonial period. by the Dutch colonizers. The purpose of this study is to identify aspects of tropicality in colonial buildings that have adapted to tropical climates. The method used in this research is a qualitative case study method by observing and identifying the outer shape (orientation of the building and roof) and the shape of the building (pattern of space, floors, walls, and openings).
Keywords: Dutch Colonial Buildings, Climate Adaptation, Tropical Architecture.
PENDAHULUAN
Dalam masa kolonialisme perkembangan arsitektur selalu mendapat pengaruh dari gaya atau langgam yang berkembang pada masa kolonial Belanda, sehingga akan mengalami beberapa periode perkembangan. Indonesia yang merupakan bekas jajahan Belanda, sehingga banyak mendapat pengaruh dari negeri kolonial tersebut. Dalam segi arsitektur, pengaruh nampak pada bangunan. Bertolak dari itu perlu kiranya diadakan penelitian dan
pembahasan tentang bangunan arsitektur yang merupakan perpaduan antara arsitektur Belanda, arsitektur tradisional, dan pengaruh iklim setempat. Dalam arsitektur hubungan dengan masa lampau adalah persyaratan utama untuk menciptakan karya arsitektur yang proposional, dan menyesuaikan iklim dan letak geografis di kota Medan baik melalui Fasad atau tampilan bangunan.
Arsitektur Memiliki Macam-Macam diantaranya adalah Arsitektur Kolonial Belanda. Arsitektur kolonial Belanda di
21 Indonesia dibangun di seluruh Nusantara
yang dulu dikenal sebagai Hindia Belanda. Sebagian besar bangunan era kolonial yang lebih baik dan permanen terdapat di Jawa dan Sumatra, yang secara ekonomi dianggap lebih penting selama masa penjajahan Belanda. Akibatnya, lebih banyak bangunan kolonial yang bertahan masih terdapat di kedua pulau tersebut. Banyak benteng dan gudang era VOC lama tersebar di seluruh Nusantara. Arsitektur kolonial Belanda merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan Timur.
Arsitektur kolonial Belanda hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan. Bangunan-bangunan bergaya kolonial Belanda banyak tersebar di Indonesia yang disesuaikan dengan iklim dan kondisi di Indonesia. Bangunan kolonial Belanda yang masih bertahan di Indonesia memiliki nilai sejarah yang tinggi, untuk mengetahui perkembagan bangunan yang ada pada zamannya serta perkembangan dari suatu kota.
Begitu juga dengan Medan, sebagai salah satu kota metropolitan terbesar diIndonesia pasti memiliki bangunan sisapeninggalan kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh hingga saatini, baik berupa bangunan perkantoran maupun bangunan yang telah beralih fungsi menjadi rumah tinggal pribadi masyarakat. Pada tahun1860 Medan merupakan hutan rimba dan muara–muara sungai yang dihuni penduduk dari karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang–orang Belanda mulai membuka perkabunan Tembakau diDeli (CoryMagdalena2015:47). Pada masa itu belum ada bangunan Belanda dimedan, hanya bangunan tradisional penduduk asli diSumateratimur. Mulanya Belanda membangun Medan hanya sebatas perkebunanTembakau Deli, belum merupakan perkotaan besar.
Arsitektur tropis adalah jenis gaya desain arsitektur yang merupakan jawaban dan bentuk adaptasi bangunan terhadap kondisi iklim di suatu daerah tropis. Iklim
tropis biasanya terletak di dekat garis khatulistiwa dan memiliki karakter khusus yang disebabkan oleh panas matahari yang tinggi, kelembapan dan curah hujan yang cukup tinggi, pergerakan angin, dan banyak pengaruh lainnya.
Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang dikembangkan di Indonesia selama Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara. Seiring berkembangnya peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin dominan dan permanen hingga akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan tipologi baru (Sidharta). Arsitektur kolonial datang ke Indonesia terjadi percampuran dari arsitektur Eropa, dengan proses adaptasi dan membentuk arsitektur Belanda pada masa penjajahan di Indonesia, (Soekiman). Penyebaran bangunan kolonial di Indonesia dimulai ketika perdagangan Belanda yang makin mantap sehingga perlu membangun berbagai sarana dan prasarana untuk keperluan hidup mereka. Bangunan kolonial tersebut diantaranya bangunan tempat tinggal, bangunan perkantoran, bank, gereja, stasiun kereta api dan pabrik. Wujud atau bentuk pada arsitektur kolonial Belanda adalah terdapat dinding tembok dari pasangan.
Ciri –Ciri dan Karakteristik Arsitektur kolonial Pada Umumnya yang terdapat di Indonesia adalah sebagai Berikut: 1. Denah simetris penuh dengan satu lantai
atas dan ditutup dengan atap perisai. 2. Temboknya tebal
3. Langit –langitnya tinggi 4. Lantainya dari marmer
5. Diujung beranda terdapat barisan pilar atau kolom bergaya Yunani (doric, ionic, korinthia)
6. Pilar menjulang ke atas sebagai pendukung atap
7. Terdapat gevel dan mahkota diatas beranda depan dan belakang
8. Terdapat central room yang berhubungan langsung dengan beranda depan dan
22 belakang, kiri kananya terdapat kamar
tidur
9. Daerah servis dibagian belakang dihubungkan dengan rumah induk oleh galeri. Beranda belakang sebagai ruangmakan.
10. Terletak ditanah luas dengan kebun di depan, samping dan belakang.
Indonesia yang terdiri dari beragam budaya dan penduduk yang terpisah pada berbagai pulau memiliki kesamaan khusus, yaitu memiliki iklim tropis lembab. Kondisi iklim tropis lembab ini membuat Indonesia sangat dipengaruhi oleh dua kondisi musim yang dominan, yaitu :Musim penghujanantara bulan Oktober– April dan Musim Kemarau antaraApril– Oktober.Iklim tropis lembab ini membuatarsitektur Indonesia memiliki ciri yang berbeda dengan daerah lain yang beriklim sedang maupun dingin, sebagaimana dikatakan oleh Ir. Andi Siswanto, MSc., M.Arch. “Ia adalah arsitektur Indonesia yang modern, yang beridentitas kultur Indonesia, yang berusaha memberi tekanan khusus dalam memanfaatkan dan menjawab tantangan ekologi nusantara yang tropis secara optimal, sehingga mampu menyajikan lingkungan fisik yang memenuhi syarat fisiologis dan psikologis bagi penghuninya.
Adapun adaptasi arsitektur tropis menghadapi iklim yang menjadi ciri-ciri arsitektur tropis adalah sebagai berikut : Adanya overstek pada bangunan untuk
mencegah tampias dan silau.
Teras yang beratap mencegah radiasi langsung
Jendela yang tidak terlalu lebar, dilindungi oleh gorden
Ventilasi udara untuk penghawaan alami Atap Miring >30 derajat (pelana atau
limasan) untuk mencegah panas radiasi matahari
Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat
Orientasi bukaan jendela ke arah Utara/Selatan
Melindungi permukaan bangunan dengan lapisan material wheather shield
Bangunan umumnya berwarna terang untuk mencegah penyerapan panas Material untuk eksterior lebih baik
menggunakan material low
Lebih baik material lokal daripada material impor
Vegetasi pada bangunan digunakan sebagai unsur peneduh di siang hari.
METODE PENELITIAN
Data di peroleh dari hasil wawancara dan observasi, kemudian data dari hasil wawancara harus di transkripsi kedalam bentuk teks, data tekstual dan observasi di analisis untuk membantu peneliti memahami apa yang sedang terjadi, sebelum data tekstual dan observasi di analisis perlu adanya kerangka pemikiran untuk menjadi penduan dalam proses penelitian. Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisa perletakan dan bentuk bukaan, sistem sirkulasi udara pada bangunan dan sistem pencahayaan alami pada studi kasus bangunan Kolonial di Kota Medan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gedung London Sumatra Indonesia
Gedung yang berada di Kota Medan, Sumatra Utara ini dibangun oleh David Harrison, seorang pemilik perkebunan karet Harrison & Crossfield Company. Gaya bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga tampak seperti rumah di London pada abad 18 hingga 19. Di awal berdirinya, perusahaan mendiversifikasikan tanamannya menjadi tanaman karet, teh dan kakao. Di awal Indonesia merdeka Lonsum lebih memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian dirubah menjadi kelapa sawit di era 1980. Pada akhir dekade ini, kelapa sawit menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan. Lonsum memiliki 37 perkebunan inti dan 14 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Gedung yang berada di Jalan Ahmad Yani ini dibangun
23 oleh David Harrison, seorang pemilik
perkebunan karet Harrison & Crossfield Company. Masih berdiri kokoh hingga sekarang, gedung ini telah menjadi ikon Kota Gedung London Sumatra merupakan
bangunan peninggalan zaman kolonial. Gedung ini dibangun dengan lima lantai dan di seluruh bagian gedungnya berwarna putih.
Gambar 1. Sketsa bentuk penerapan tropis pada gedung London Sumatera (Sumber: Analisa Peneliti, 2020)
Gambar 2. Bentuk jendela dan bukaan pada gedung London Sumatra Indonesia (Sumber: Analisa Peneliti, 2020)
24 Arsitektur tropis adalah jenis gaya
desain arsitektur yang merupakan jawaban dan bentuk adaptasi bangunan terhadap kondisi iklim di suatu daerah tropis. Pengadaptasian arsitektur tropis terhadap London sumatera ini memiliki ciri-ciri arsitektur tropis sebagai berikut:
1. Menggunakan jendela yang lebar dengan dua daun jendela dan memiliki dinding yang tebal sebagai penahan panas. 2. Memiliki banyak Jendela sehingga
memaksimalkan sirkulasi udara pada bangunan.
3. Ventilasi dibuat agak menjorok kedalam demi melindungi ventilasi dari air hujan. 4. Bangunan umumnya berwarna terang
untuk penyerapan panas dan ciri khas arsitektur kolonial Belanda.
Aliran udara dapat mengurangi panas yang mengendap dalam bangunan. Salah satu cara yang paling baik mendapatkan aliran udara adalah dengan menggunakan ventilasi silang.
Kantor Pos Indonesia di Medan
Kantor Pos Medan adalah kantor pos besar di Medan, Indonesia. Dibuka pada
tahun 1911, kantor pos ini adalah salah satu bangunan bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh di Medan. Bangunan ini masih tetap mempertahankan fungsinya hingga kini. Letaknya di pusat kota Medan, tepatnya di seberang Lapangan Merdeka dan Hotel Dharma Deli. Di depannya terdapat air mancur yang didedikasikan pada salah seorang pionir kota Medan modern, Jacob Nienhuys (sudah berubah bentuk).
Letaknya di pusat kota Medan, tepatnya di seberang Lapangan Merdeka dan Hotel Dharma Deli. Di depannya terdapat air mancur yang didedikasikan pada salah seorang pionir kota Medan modern, Jacob Nienhuys (sudah berubah bentuk). Gaya arsitektur kolonial belanda yang masih kental, mirip dengan gaya arsitektur jembatan Titi Gantung di dekat stasiun, dan memang dipertahankan hingga sekarang, gaya kolonial ini diterapkan berdasarkan letak geografis kota Medan berada di daerah tropis. Kantor Pos Medan diarsiteki oleh salah seorang arsitek Belanda, Snuyf, yang juga merancang Kantor Ledeng Palembang. Bangunan ini memiliki luas 1200 meter persegi, dengan tinggi mencapai 20 meter.
Gambar 3. Tampak ruang dalam kantor pos
25 Gambar 4. Gedung kantor Pos Indonesia (Sumber: Hasil Survei 2020)
Gambar 5. Sketsa pencahayaan alami pada gedung Kantor Pos (Sumber: Hasil Analisa Peneliti. 2020)
Gambar 6. Gambar lubang ventilasi ruang dalam Kantor Pos Medan (Sumber: https://www.bing.com/images/search?view=detailV2&ccid. 2020)
26 Pengadaptasian arsitektur tropis
terhadap kantor pos medan ini memiliki ciri-ciri arsitektur tropis sebagai berikut:
1. Adanya teritisan yang Panjang pada Gedung guna mencegah tetesan hujan mengenai kusen dan dinding Gedung 2. Banyaknya lubang ventilasi yang
digunakan demi memudahkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami pada Gedung
3. Bangunan menggunakan warna cerah demi memantulkan sinar panas dari luar 4. Penggunaan overstek pada bangunan
demi menghalau silau
5. Kemiringan atap digunakan demi menghalau hujan badai yang berada di daerah tropis
6. Penggunaan ketinggian elevasi yang tinggi menunjang sirkulasi udara yang bertujuan ruangan menjadi lebih sejuk. Kantor Bank Indonesia Medan
Kantor Bank Indonesia Medan (semula bernama kantor cabang Medan) mulai dibuka pada tanggal 30 Juli 1907 bersamaan dengan Kantor Cabang Tanjung Balai dan Tanjung Pura yang masing-masing dibuka pada tanggal 15 Januari 1908 dan 3 Februari 1908. Kantor Bank Indonesia Medan merupakan kantor cabang De Javasche Bank yang ke- 11. Untuk persiapan pendirian kantor-kantor di Tanjung Balai dan
Tanjung Pura kepada biro perancang Hulswit dimintakan untuk merancang pembangunan gedung kantor kedua tempat itu.
Letak Kantor Bank Indonesia Terletak di jalan Balai Kota No.4, Kesawan, Kecamatan Medan Barat Kota Medan, Sumatera Utara. Bangunan Kantor Bank Indonesia (BI) Medan di dekat Lapangan Merdeka merupakan gedung peninggalan kolonialis Belanda pada masa penjajahan.Arsitek yang merancang bangunan BI adalah Hulswit, Fermost, dan Cuypers. Pembangunannya selesai dalam waktu satu tahun. Tepat di tahun 1907 bangunan yang digunakan sebagai pusat perbankan Belanda dengan nama De Javasche.
Gaya arsitektur bangunannya menunjukkan ciri arsitektur yang mengikuti ciri arsitektur Eropa yang khas pada zamannya, ini dapat dilihat dari adanya kubah yang ada di puncak atap bangunan. namun tetap mengikuti iklim di Indonesia.
Pengadaptasian arsitektur tropis terhadap bank Indonesia medan ini memiliki ciri-ciri arsitektur tropis sebagai berikut:
a. Adanya overstek pada bangunan yang berfungsi untuk melindungi bangunan dari cahaya yang terik dan curah hujan b. Ukuran jendela yang besar agar
pencahayan kedalam bangunan lebih baik.
27 Gambar 4. 8 Sketsa Pencahayaan Alami dan Bukaan pada gedung Bank Indonesia
(Sumber: Hasil Analisa Peneliti. 2020)
Tabel 1. Tabulasi penerapan arsitektur tropis pada gedung kolonial Belanda
No Nama Gedung Penerapan Arsitektur Tropis
1 Gedung London
Sumatra Indonesia
1. Adanya overstek pada bangunan untuk mencegah tampias dan silau.
2. Jendela yang tidak terlalu lebar, dilindungi oleh gorden
3. Ventilasi udara untuk penghawaan alami.
4. Bangunan umumnya berwarna terang untuk penyerapan panas dan ciri khas arsitektur kolonial Belanda.
28 Tabel 1. lanjutan
2 Kantor Pos
Indonesia di Medan
1. Adanya teritisan yang panjang pada Gedung guna mencegah tetesan hujan mengenai kusen dan dinding Gedung.
2. Banyaknya lubang ventilasi yang digunakan demi memudahkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami pada Gedung.
2. Bangunan menggunakan warna cerah demi memantulkan sinar panas dari luar.
Penggunaan overstek pada bangunan demi menghalau silau
1. Kemiringan atap digunakan demi menghalau hujan badai yang berada di daerah tropis
2. Penggunaan ketinggian elevasi yang tinggi menunjang sirkulasi udara yang bertujuan ruangan menjadi lebih sejuk.
3 Kantor Bank
Indonesia
1. Adanya overstek pada bangunan yang berfungsi untuk melindungi bangunan dari cahaya yang terik dan curah hujan.
2. Ukuran jendela yang besar agar pencahayan kedalam bangunan lebih baik.
KESIMPULAN
Karakter visual pada bangunan sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen bangunan yang menjadi ciri bangunan kolonial Belanda. Pada karakter spasial dari bangunan juga memiliki kesamaan pada tiap elemen yang menjadi ciri dari bangunan kolonial Belanda di kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian pada ke-tiga bangunan memenuhi syarat kategori arsitektur tropis yaitu memiliki tritisan, overstek, ketinggian bangunan dan warna yang menyesuaikan iklim terhadap bangunan kolonial di kota Medan. DAFTAR PUSTAKA http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/ars itektur-tropis.html http://adacyntya.blogspot.co.id/2015/04/arsit ektur-tropis.html http://architstyle.blogspot.com/2016/11/arsit ektur-tropis-dan-bangunan-bangunan_26.html http://cvyufakaryamandiri.blogspot.co.id/201 2/10/pengertian-dan-konsep-arsitektur-tropis.html
29 http://edupaint.com/warna/ragam-warna/5899-ciri-desain-arsitektur-tropis.html http://www.arsiteka.com/2008/11/teori-sajian-desain-arsitektur-tropis.html Leon Krier, 1971
Samra, B. (2015). Konsep Ruang Dalam Rumah Lama di Kawasan Senapelan Pekanbaru.
Jurnal Arsitektur (Arsitektur Melayu Dan Lingkungan), 2(2503–3859), 23-36.
Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, B 111-118 https://doi.org/10.32315/sem.1.b111 Sugiyatmo, DR, Ir, RM., 2017. Pengertian
dan Konsep Arsitektur Tropis.
[Online]Available at:
http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel- 963-teknik-struktur-bangunan-dengan-konstruksi-kayu.html [Diakses 24 Oktober 2018].