• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN KURIKULUM IMPLEMENTATIF PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SMKN 2 KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYUSUNAN KURIKULUM IMPLEMENTATIF PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SMKN 2 KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN KURIKULUM IMPLEMENTATIF PADA SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN DI SMKN 2 KRAKSAAN KABUPATEN

PROBOLINGGO

Oleh:

Andi Ahmad Syahroni, Yoto, dan Solichin

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Malang

Email: andiahmadsyahroni@gmail.com; yoto.1718@yahoo.com; solichin.ft@um.ac.id

Abstrak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) persiapan sekolah dan industri, (2)

pelaksanaan, (3) faktor pendukung dan penghambat, dan (4) evaluasi penyusunan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Data dihimpun menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah: (1) persiapan penyusunan kurikulum yaitu pelaksanaan perjanjian kesepakatan dan menyiapkan kurikulum oleh sekolah dan industri; (2) pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif melibatkan penetapan Dasar Kompetensi Kejuruan, rasio praktik, dan peralatan diarahkan pada industri; (3) faktor pendukung meliputi

stakeholder aktif, standarisasi peralatan, dan kemampuan awal siswa. Faktor penghambat meliputi

sarana dan prasarana belum tercukupi, buku pendukung belum beragam, kemampuan siswa heterogen, dan sertifikasi siswa belum terpenuhi. Solusi permasalahan yaitu melengkapi sarana dan prasarana, pelatihan kompetensi guru, pembentukan Tempat Uji Kompetensi, dan bimbingan siswa; dan (4) evaluasi kurikulum dilaksanakan setahun sekali dan melibatkan pihak sekolah dan industri serta hasilnya dijadikan perbaikan tahun selanjutnya.

Kata kunci: kurikulum implementatif, sekolah menengah kejuruan, pihak industri.

Kurikulum merupakan acuan dasar dalam pelaksanaan proses pembelajaran. De-partemen Pendidikan Nasional (2006:8) mendeskripsikan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan menge-nai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman pe-nyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Kwartolo (2002:107) mengungkapkan bah-wa diperlukan landasan dan dasar yang kuat dalam melakukan penyusunan kurikulum yaitu: (1) landasan filsafat, (2) landasan

industri guna menerapkan sistem pendidikan ganda dalam pendidikan kejuruan. Iriani dan Soeharto (2015:288) mengungkapkan bah-wa “kurikulum implementatif sebagai kuri-kulum sinkronisasi yang disusun oleh pihak DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri) dan pihak sekolah benar-benar telah sesuai dan diterapkan pada kegiatan prakerin siswa sehingga pelaksanaan prakerin berjalan lan-car, efisien dan efektif”.

Pendidikan kejuruan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meng-hasilkan tenaga kerja menengah dan

(2)

ber-Pasal 25 ayat 4 memaparkan bahwa secara implisit, lulusan SMK diharapkan dapat memenuhi standar kompetensi lulusan yang diharapkan serta mencerminkan kemampuan lulusan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Namun, Subijanto (2012:164) meng-ungkapkan bahwa “fakta empirik menunjuk-kan bahwa sebagian besar lulusan SMK be-lum sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan para pemangku kepentingan (stakeholders)”. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas dari lulusan SMK belum sesuai dengan yang di-harapkan, baik dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pembenahan dan sinkronisasi kurikulum SMK dengan industri melalui penyusunan kurikulum implementatif. Tujuannya agar lulusasn yang dihasilkan oleh SMK sejalan dengan kebutuhan industri. Diharapkan nantinya SMK dapat mencapai dan meme-nuhi perannya sebagai penghasil tenaga kerja menengah dan berkualitas. Serta me-ningkatkan daya serap lulusan SMK di industri.

SMK Negeri 2 Kraksaan merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang telah menerapkan sinkronisasi kurikulum dengan pihak industri. Hal ini dibuktikan dengan telah dilaksanakannya program kelas kerja sama antara sekolah dan industri yakni pada program keahlian Teknik Sepeda Mo-tor (TSM) Honda yang bekerja sama dengan pihak PT. AHM dan telah berlangsung pada tahun 2015. Selain itu, SMK Negeri 2 Kraksaan juga telah melaksanakan kerja sama dalam program keahlian Teknik Instrumentasi Pembangkitan PJB dan baru diresmikan tahun 2016. Program kerja sama antara SMK Negeri 2 Kraksaan dengan pihak PT.AHM meliputi penyelarasan

Kuri-kulum TSM Honda, dukungan fasilitas pengajaran/praktik, dukungan pelatihan guru dan siswa, penyerapan tenaga kerja, kun-jungan industri, dan praktik kerja industri. Oleh karena itu, SMK Negeri 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo dipilih sebagai tem-pat penelitian guna mengetahui proses pe-nyusunan kurikulum implementatif dan sin-kronisasi kurikulum khususnya pada pro-gram keahlian Teknik Sepeda Motor Honda. Kerja sama yang dilakukan oleh SMK Negeri 2 Kraksaan dengan PT. AHM yakni melalui perantara PT. MPM (Mitra Pinas-thika Mulia) distributor honda untuk wila-yah Jawa Timur. Dikutip dari laman MPM distributor, menjelaskan bahwa MPM distri-butor atau disebut dengan nama PT. Mitra Pinasthika Mulia merupakan distributor tunggal dan terpercaya, penyedia pelayanan purna jual dan suku cadang sepeda motor honda untuk wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Pengajuan kerja sama yang diterima oleh MPM distributor honda di Jawa Timur kemudian dilanjutkan kepada pihak PT. AHM pusat yang ada di Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendes-kripsikan dan menginterpretasikan hal-hal berikut: (1) Persiapan sekolah dan industri dalam penyusunan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probo-linggo, (2) Pelaksanaan penyusunan kuriku-lum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo, (3) Faktor pendu-kung dan penghambat dalam penyusunan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo, dan (4) Evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabu-paten Probolinggo.

(3)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dasar pe-milihan pendekatan kualitatif yaitu karena penelitian ini mengungkapkan fenomena secara alamiah yaitu penggalian data dalam pelaksanaan penyusunan kurikulum imple-mentatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo dengan menggunakan metode yang ada. Teknik dan pengumpulan data merupakan gabungan dari observasi, wa-wancara, dan dokumentasi. Peran peneliti dalam penelitian ini yaitu sebagai instrumen utama. Moleong (2014:5) juga berpendapat bahwa definisi penelitian kualitatif merupa-kan penelitian yang memanfaatmerupa-kan wawan-cara terbuka guna menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.

Kehadiran peneliti di lokasi target penelitian menjadi hal yang wajib. Hal itu dikarenakan peneliti dapat ikut berperan serta dalam aktivitas objek penelitian yang ingin diteliti (Moleong, 2014:164). Peran serta peneliti juga dapat membantu peneliti menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan subjek penelitian.

Obyek penelitian adalah SMK Negeri 2 Kraksaan. Pemilihan tempat ini berdasar-kan pelaksanaan kelas kerja sama program TSM Honda dilaksanakan di SMK Negeri 2 Kraksaan bekerja sama dengan PT. AHM.

Informan untuk memperoleh sumber data dalam penelitian ini adalah manusia sebagai subjek, dan dibantu dengan adanya dokumen-dokumen tambahan yang meleng-kapi seperti video, foto, catatan rapat, atau

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain” (Lofland dalam Rohmatika, 2015:31). Sumber data dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat, ketua program keahlian TSM Honda, dan unit produksi dan jasa (UPJ) TSM Honda.

Pengumpulan data penelitian dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan teknik wawanca-ra, observasi, dan dokumentasi. Analisis da-ta yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsah-an data dilakukkeabsah-an dengkeabsah-an teknik trikeabsah-angulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan Sekolah dan Industri dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probo-linggo

Persiapan penyusunan kurikulum im-plementatif diawali dengan perjanjian kese-pakatan/MoU (Memorandum of

Understan-ding) antara pihak sekolah dan industri

me-ngenai beberapa kesepakatan antara kedua belah pihak. Selanjutnya dipilih kurikulum oleh sekolah yang akan digunakan pada pro-ses sinkronisasi kurikulum program keahlian TSM Honda yakni Kurikulum 2006/KTSP. Kurikulum hasil sinkronisasi dinamakan KTSM (Kurikulum Teknik Sepeda Motor) SMKN 2 Kraksaan. Persiapan penyusunan kurikulum implementatif oleh industri yaitu telah dilakukan kesepakatan bersama antara sekolah dan pihak industri melalui MoU (Memorandum of Understanding). Selanjut-nya pihak industri akan menyiapkan kuriku-lum yang akan diterapkan nantinya.

(4)

Kuri-Pelaksanaan Penyusunan Kurikulum Im-plementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabu-paten Probolinggo

Pihak-pihak yang berperan dalam melakukan penyusunan kurikulum imple-metatif yaitu: (1) kepala sekolah, (2) komite, (3) wakil kepala sekolah bidang kurikulum, (4) kepala program studi/ketua program ke-ahlian, dan (5) PT. MPM (PT. Mitra Pinasthika Mulia) Honda sebagai main

dealer dari pihak industri.

Waktu dalam proses penyusunan kurikulum implementatif telah dijadwalkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan diserentakkan dengan jurusan-jurusan yang lain di sekolah.

Sistem penyusunan kurikulum imple-mentatif diawali dengan menetapkan DKK (Dasar Kompetensi Kejuruan) ataupun Kompetensi Kejuruan (KK) sejumlah 18 DKK ataupun KK yang ditempuh oleh sis-wa, mulai dari kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Setiap DKK ataupun KK yang telah dipilih, akan ditetapkan penggunaan KTSP, campuran/semi (KTSP dan Kurikulum Honda), atau murni Kurikulum Honda. Rasio perangkat praktik yakni 1:3 (1 kelas menjadi 3 kelompok). Setiap kelompok berisi 10 orang dan mendapat 1 pit, dimana setiap pit dilengkapi dengan 1 unit sepeda motor. Terkhusus seperti peralatan, lebih terarah pada Honda serta prasarat wajib dari pihak Honda akan diajarkan pula.

Faktor-Faktor Pendukung dan Peng-hambat dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo

Faktor pendukung dalam penyusunan kurikulum implementatif yaitu: (1)

stakeholder (komite sekolah dan pihak

DU/DI) yang berperan aktif, (2) mesin/peralatan (sumber belajar) yang telah terstandarisasi industri (Honda), dan (3)

input siswa yang telah memiliki kompetensi

dan kemampuan awal.

Faktor penghambat dalam penyusunan kurikulum implementatif yaitu: (1) sarana dan prasarana yang belum tercukupi, (2) buku pendukung dalam pembelajaran yang belum beragam, (3) kemampuan dari siswa yang heterogen mempersulit dalam menentukan komponen kurikulum, dan (4) pengakuan keahlian peserta didik (sertifikat tingkat nasional) yang belum terpenuhi.

Cara mengatasi faktor penghambat dalam penyusunan kurikulum implementatif yaitu: (1) melengkapi sarana dan prasarana, (2) pemberian pelatihan kompetensi guru, (3) pembentukan TUK (Tempat Uji Kom-petensi), dan (4) pemberian bombingan kepada murid serta melibatkan orang tua.

Evaluasi dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo

Penentuan waktu pelaksanaan evaluasi kurikulum implementatif dicanangkan dan ditetapkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Waktu pelaksanaan evaluasi kurikulum implementatif yaitu setiap tahun sekali dan telah diagendakan pada program kerja tahunan sekolah.

Pelaksanaan evaluasi kurikulum im-plementatif yang telah dicanangkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum, di-bahas beberapa poin-poin yakni: (1) sarana dan prasarana, (2) guru (pendidik), (3) buku pendukung, dan (4) siswa (peserta didik).

Teknik evaluasi yang dilakukan de-ngan mengundang komite sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian

(5)

kuri-kulum, ketua program keahlian, dan pihak industri.

Hasil dari evaluasi kurikulum, akan direkam dan direkap oleh tim penjamin mutu. Hasil evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum akan dijadikan dasar perbaikan di tahun berikutnya.

Persiapan Sekolah dan Industri dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di

SMKN 2 Kraksaan Kabupaten

Probolinggo

Proses persiapan diawali dengan melaksanakan perjanjian kesepakatan/ MoU (Memorandum of Understanding) antara pi-hak sekolah dan DU/DI. Proses berikutnya dalam persiapan penyusunan kurikulum im-plementatif yang dilakukan sekolah dan industri yakni menyiapkan kurikulum yang akan menjadi bahan sinkronisasi kurikulum. SMKN 2 Kraksaan memilih KTSP (Kuri-kulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai kurikulum yang nantinya akan melalui proses sinkronisasi kurikulum. Sedangkan pihak DU/DI dalam hal ini adalah pihak PT. AHM sudah mempersiapkan kurikulum industri yakni Kurikulum Honda. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Pen-didikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, pasal 2 menyebutkan bahwa kurikulum ditingkat satuan pendidikan dikembangkan dengan mengacu pada standar nasional dan kurikulum 2013.

Pelaksanaan Penyusunan Kurikulum Im-plementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabu-paten Probolinggo

yang akan dilakukan sinkronisasi kurikulum nantinya, dilanjutkan dengan pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif. Wak-tu dalam proses penyusunan kurikulum im-plementatif telah dijadwalkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan di-serentakkan serta disamakan dengan jurusan yang lain. Hal ini juga mempermudah dalam hal sinkronisasi kurikulum.

Pihak-pihak yang berperan dalam pe-laksanaan kurikulum implementatif yaitu perwakilan dari sekolah dan DU/DI. Pihak-pihak yang berperan dalam penyusunan kurikulum implementatif pada program ke-ahlian TSM (Teknik Sepeda Motor) Honda yaitu kepala sekolah, komite, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kepala program studi/ketua program keahlian, dan PT. MPM Honda sebagai main dealer dari pihak in-dustri. Hal ini sesuai dengan yang dike-mukakan oleh Reksoatmodjo (dalam Suher-man & Sulasminten, 2016:4) menyatakan bahwa pihak-pihak yang dilibatkan dalam proses perencanaan kurikulum meliputi: (1) personil spesialis; (2) kelompok represen-tatif yang terdiri dari personil spesialis dan guru-guru; (3) keseluruhan kelompok profe-sional; dan (4) semua pakar dan masaya-rakat yang peduli pendidikan.

Hal tersebut juga didukung dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Republik Indonesia pasal 8 menye-butkan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pe-ngawasan, dan evaluasi program pendidi-kan. Keterlibatan masyarakat dalam penyu-sunan kurikulum implementatif yaitu meli-batkan masyarakat industri/pihak industri.

(6)

Nomor 65 Tahun 2013 bahwa penggunaan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik serta didik dan mata pelajaran. Sistem pe-nyusunan kurikulum implementatif yang di-lakukan telah sejalan dengan prinsip-prinsip pengembangan KTSP oleh BNSP (2006:5) yaitu: (1) berpusat pada potensi, perkem-bangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) be-lajar sepanjang hayat; dan (7) seimbang an-tara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Hal tersebut juga didukung dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar na-sional pendidikan menyebutkan bahwa pe-laksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (3) harus memperhatikan jumlah maksimal peserta di-dik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik.

Faktor-Faktor Pendukung dan Peng-hambat dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo

Faktor pendukung dalam pelaksanaan kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan meliputi hal-hal sebagai berikut.

Pertama, stakeholder yang mencakup

ko-mite sekolah dan pihak DU/DI yang ber-peran aktif. Kedua pihak tersebut meru-pakan pihak yang terlibat dalam proses pe-nyusunan implementatif. Komite merupakan salah satu perwakilan dari sekolah dan pihak

DU/DI adalah pihak yang bekerja sama dengan sekolah dalam penyelenggaraan kurikulum implementatif. Kedua, mesin/ peralatan (sumber belajar) yang telah ter-standarisasi dari industri (Honda). Sumber belajar yang sudah standar, akan memu-dahkan dalam proses penyusunan kurikulum implementatif, khususnya pelaksanaan pem-belajaran. Ketiga, siswa (peserta didik) yang telah memiliki kemampuan dan keteram-pilan awal sebelumnya. Siswa yang memi-liki kemampuan awal sebelumnya akan me-mudahkan dalam proses penyusunan, khu-susnya penyampaian materi pembelajaran.

Kendala dalam pelaksanaan penyusun-an kurikulum implementatif di SMKN 2 Kraksaan meliputi hal-hal sebagai berikut.

Pertama, sarana dan prasarana yang belum

terpenuhi. Hal yang sangat mendukung dan menjadi faktor utama penghambat proses pembelajaran, utamanya ketersediaan jum-lah pit yang jumjum-lahnya belum sesuai standar TUK (Tempat Uji Kompetensi). Dimana da-lam hal ini membuat 1 pit yang seharusnya dipakai oleh 5 orang menjadi 10 orang. Per-masalahan tersebut berhubungan dengan masih belum adanya kelas XII dalam pro-gram keahlian. Mengingat propro-gram keahlian TSM Honda masih tersedia sampai kelas XI. Oleh karena itu, sistem TUK (Tempat Uji Kompetensi) masih dalam proses pemben-tukan dan berusaha dipenuhi. Kedua, buku pendukung dalam pembelajaran yang belum beragam. Belum ada yang buku-buku yang mempermudah dalam proses pembelajaran, seperti modul, dan sebagainya. Ketiga, ke-mampuan dari siswa selama proses pem-belajaran yang heterogen. Kemampuan pe-mahaman dan menerima materi pembela-jaran berpengaruh pada pemilihan metode pembelajaran. Rabiman (dalam Suherman & Sulasminten, 2016:4) mengungkapkan

(7)

bah-wa beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah menengah kejuruan antara lain adalah ceramah, hafa-lan, tanya jawab, demonstrasi, pembelajaran langsung, diskusi, pembelajaran kooperatif,

problem solving, dan problem based learn-ing. Keempat, pengakuan keahlian peserta

didik (sertifikat tingkat nasional) yang be-lum terpenuhi. Hal itu dikarenakan bebe-lum dihasilkan lulusan dari program keahlian TSM Honda mengingat saat ini masih memasuki tahun kedua yakni masih kelas XI. Beberapa kendala tersebut, sejalan dengan yang diungkapkan oleh Suherman (2001:3) yaitu beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan diantaranya ialah terba-tasnya kemampuan guru dan sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran.

Solusi untuk mengatasi kendala di SMKN 2 Kraksaan yakni melengkapi sarana dan prasarana, khususnya penerapan TUK. Peneliti berasumsi bahwa jika nantinya telah ada kelas XII, maka sistem TUK TUK akan diterapkan mengingat dibutuhkannya oleh siswa tahun terakhir. Melalui penerapan TUK, sarana dan prasarana akan dilengkapi sesuai standar. Sehingga, permasalahan sa-rana dan prasasa-rana dapat diminimalisir. So-lusi selanjutnya yakni pemberian pelatihan kompetensi guru, untuk guru yang belum memiliki kompetensi sesuai dengan proses pembelajaran yang diinginkan. Pembentuk-an TUK juga merupakPembentuk-an bagiPembentuk-an dari peme-nuhan sarana dan prasarana. Sedangkan solusi berikutnya yakni pemberian bimbing-an kepada murid serta melibatkbimbing-an orbimbing-ang tua. Bimbingan kepada murid berkaitan dengan ketercapaian hasil peserta didik yang

diha-lajaran. Hal tersebut dilakukan guna meng-hasilkan luaran dalam program keahlian TSM (Teknik Sepeda Motor) Honda sesuai yang diharapkan.

Evaluasi dalam Penyusunan Kurikulum Implementatif di SMKN 2 Kraksaan Kabupaten Probolinggo

Pelaksanaan evaluasi kurikulum dilaksanakan setiap tahun sekali dalam program kerja tahunan sekolah dengan melibatkan komite sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, ketua program keahlian, dan pihak industri. Bahan evaluasi kurikulum meliputi sebagai berikut. Pertama, sarana dan prasarana. Hal yang penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, khususnya dalam penyusunan kurikulum. Peneliti beragumen hendaknya sarana dan prasarana dilakukan penambahan dan perbaikan setiap tahunnya. Kedua, guru (pendidik). Evaluasi mengenai efektifitas pendidik selama proses pembelajaran. Pendidik juga mendapatkan penambahan kompetensi melalui pelatihan dan sertifikasi profesi guna meningkatkan kualitas pendidik. Ketiga, buku pendukung. Memenuhi buku pendukung dan beberapa alternatif buku pendukung. Peneliti menemukan buku pendukung yang ada masih sebatas buku pedoman saja. Keempat, peserta didik. Hasil pelaksanaan kurikulum implementatif khususnya dalam proses pem-belajaran yang tujuannya pada peserta didik dievaluasi tingkat keberhasilan program yang dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu. Hasil dari evaluasi kurikulum akan direkam dan direkap oleh tim penjamin mutu dan akan dijadikan dasar perbaikan di

(8)

Gambar 1. Model Penyusunan Kurikulum Implementatif pada SMKN 2 Kraksaan

(9)

PENUTUP Kesimpulan

Persiapan penyusunan kurikulum implementatif diawali dengan pelaksanaan perjanjian kesepakatan bersama antara sekolah dan industri kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan kurikulum oleh sekolah yaitu KTSP dan kurikulum dari industri yaitu Kurikulum Honda yang nantinya akan dikolaborasikan.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif dijadwalkan oleh bidang kurikulum dan melibatkan kepala sekolah, komite, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kepala program studi/ketua program keahlian, dan PT. MPM Honda. Beberapa topik penyusunan melibatkan penetapan DKK (Dasar Kompetensi Keju-ruan), penentuan setiap DKK menggunakan murni KTSP, campuran, dan murni Kurikulum Honda, rasio perangkat praktik 1:3 (1 kelas terbagi 3 kelompok), dan peralatan diarahkan pada Honda serta materi dari industri akan diajarkan pula.

Faktor pendukung penyusunan kuriku-lum implementatif meliputi stakeholder (komite sekolah dan pihak DU/DI) berperan aktif, mesin/ peralatan (sumber belajar) yang telah terstandarisasi dari industri (Honda), serta siswa yang telah memiliki kemampuan dan keterampilan awal sebelumnya. Faktor penghambat penyusunan kurikulum imple-mentatif yaitu sarana dan prasarana belum tercukupi, buku pendukung dalam pembe-lajaran belum beragam, kemampuan dari siswa (selama proses pembelajaran) yang heterogen, dan pengakuan keahlian peserta

pelatihan kompetensi guru, pembentukan TUK (Tempat Uji Kompetensi), dan pem-berian bimbingan kepada murid serta melibatkan orang tua.

Pelaksanaan evaluasi kurikulum dilak-sanakan setiap tahun sekali dalam program kerja tahunan sekolah dengan melibatkan komite sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, ketua program keahlian, dan pihak industri. Bahan evaluasi kurikulum meliputi sarana dan prasarana, guru (pendidik), buku pendu-kung, dan siswa (peserta didik). Hasil dari evaluasi kurikulum akan direkam dan dir-ekap oleh tim penjamin mutu dan akan dijadikan dasar perbaikan di tahun berikutnya.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, berikut saran yang dapat penulis sampaikan. Peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini rujukan untuk penelitian sejenis serta me-lakukan pengkajian penelitian yang sejenis di tempat lain. Kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten hendaknya dapat meng-galakkan dan menerapkan sistem kelas kerja sama untuk sekolah menengah kejuruan guna memaksimalkan dan menghasilkan lu-lusan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan industri. Serta memberikan dukungan dan menyetujui penerapan dan pelaksanaan kurikulum implementatif. Ke-pada kepala sekolah agar dapat meningkat-kan intensitas kunjungan industri dan menjaga etika baik dengan industri serta menjalin kerja sama dalam hal pengem-bangan dan penyesuaian kurikulum dise-suaikan dengan kemajuan teknologi. Tidak

(10)

pihak industri dapat membantu sekolah terutama dalam melakukan pengembangan kurikulum. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk membantu pembinaan dan pelatihan kepada peserta didik di SMK. Turut serta dalam melakukan penyusunan kurikulum implementatif

bersama pihak sekolah. Berperan aktif dalam pelaksanaan penyusunan kurikulum implementatif. Serta mengikuti perkembangan teknologi yang nantinya akan menjadi masukan untuk pengembangan kurikulum implementatif.

DAFTAR RUJUKAN

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.

Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006.

Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen

Pendi-dikan Nasional.

Iriani, D. S. & Soeharto, S. 2015. Evaluasi Pelaksanaan Praktik Kerja Industri Siswa Kompetensi Keahlian Jasa Boga SMK N 3 Purworejo. Jurnal

Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,

22 (3): 274-290.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permendikbud No 65 Tahun

2013 tentang Standar Proses Pen-didikan Dasar dan PenPen-didikan Mene-ngah. Jakarta: Kementerian

Pendi-dikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Permendikbud No 61 Tahun

2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kwartolo, Yuli. 2002. Catatan Kritis Ten-tang Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Jurnal Pendidikan Penabur, 1 (1):

106-116.

Moleong, Lexy. 2014. Metodologi

Pene-litian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pen-didikan. Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. (Online), (http:// sdm.da-ta.kemdikbud.go.id), diakses 28 November 2016.

Rohmatika, A. N. 2015. Penyelenggaraan

Pembelajaran Keterampilan Otomotif di MAN 2 Kota Kediri (Studi Tentang Muatan Lokal Keterampilan Otomo-tif). Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Subijanto. 2012. Analisis Pendidikan Ke-wirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan dan

Ke-budayaan, 18 (2): 163-173.

Suherman & Sulasminten. 2016. Perenca-naan Kurikulum Pendidikan Kejuruan Jurusan Teknik Kendaraan Ringan dalam Rangka Menyiapkan Calon Tenaga Kerja Siap Pakai (Studi Kasus di SMK Negeri 5 Surabaya). Jurnal

Mahasiswa Teknologi Pendidikan,

2(2): 1-6.

Undang-Undang Republik Indonesia No-mor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem

Informa-si Pendidikan dan Dunia Kerja Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indo-nesia. (Online), (http://sindikker.dik-ti.go.id), diakses 29 November 2016.

Gambar

Gambar 1.  Model Penyusunan Kurikulum Implementatif pada SMKN 2  Kraksaan

Referensi

Dokumen terkait

Kepala sekolah dalam implementasi manajemen sekolah, dituntut untuk mampu berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan

Hal-hal yang mendukung pelaksanaan kurikulum adaptif mapel matematika pada program sekolah Cluster di SMKN 2 Purwodadi adalah peran serta dan dukungan dari

Berdasarkan hasil penelitian skor rata-rata SMK negeri pada komponen kepemimpinan kepala sekolah berkriteria sangat ideal, manajemen kurikulum sangat optimal, manajemen

Sekolah diberi wewenang bersama komite sekolah merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kondisi dan situasi di lingkungan sekolah. 2) Mendorong para Guru, Kepala Sekolah,

Hasil penelitian berupa deskripsi dari agresifitas berkendaraan sepeda motor yang dilakukan oleh peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan/SMK Muhammadiyah 2

Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan manajemen praktik kerja industri pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor di SMK Negeri 2 Bandar

Dalam penelitian ini disimpulkan, bahwa 1) pelaksanaan dan pengembangan kurikulum sekolah bertaraf internasional yang berkaitan dengan perencanaan kurikulum disusun