• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021

“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam

Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

Pengaruh Skarifikasi dan Perendaman terhadap Perkecambahan Benih

Pronojiwo (Sterculia javanica R. Br)

Heru Sudrajad dan Nur Rahmawati Wijaya

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Badan Penelitian dan

Pengembang Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jl. Lawu Tawangmangu, Surakarta 57792

Abstrak

Pemanfaatan tanaman obat sebagai obat herbal saat ini semakin meningkat. Peningkatan penggunaan tanaman obat antara lain adanya tren kembali ke alam (back to nature) sebagai bentuk kesadaran akan hidup sehat. Bibit merupakan penentu keberhasilan pada tanaman karena bibit bagian dari objek utama yang akan dikembangkan dalam proses budidaya. Hal utama yang harus di perhatikan dalam pembibitan adalah persiapan bibit hingga siap tanam. Permasalahan dalam proses pembibitan tanaman Sterculia javanica R adalah pematahan dormansi biji. Sterculia javanica R. Br memiliki kulit biji yang tebal, keras dan kedap yang menjadi penghalang mekanis masuknya air atau gas sehingga proses imbibisi sulit terjadi. Pematahan dormansi pada biji Sterculia javanica R. Br bertujuan untuk meningkatkan daya kecambah benih serta mengevaluasi pertumbuhan awal di pembibitan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh teknik mempercepat perkecambahan biji dan meningkatkan pertumbuhan bibit Sterculia javanica R. Br). Penelitian dilakukan di rumah pembibitan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Karangpandan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Acak Lengkap Pola Faktorial. Faktor pertama adalah perlakuan fisik yaitu tidak diskarifikasi (D0) dan diskarifikasi (D1) sedangkan faktor kedua adalah perendaman dalam air (P) yaitu meliput (P0) tanpa perendaman, (P1) perendaman 12 jam dan (P2) perendaman 24 jam. Benih yang telah diperlakukan di semaikan dalam polibag dengan media tanam dan pupuk kandang (1:1). Pengamatan dilakukan terhadap saat awal tumbuh, persentase perkecambahan, tinggi bibit, jumlah daun dan panjang akar pada umur 2 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh skarifikasi dan perendaman selama 24 jam terhadap perkecambahan benih pronojiwo (Sterculia javanica R. Br) memberikan hasil lebih baik yaitu saat awal tumbuh 20 hari, persentase perkecambahan 100%, tinggi bibit 14,0 cm, jumlah daun 8 dan panjang akar 7,0 cm

(2)

Pendahuluan

Tanaman obat merupakan tanaman berkhasiat obat yang digunakan untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit. Pemanfaatan tanaman obat sebagai obat herbal saat ini semakin meningkat. Peningkatan penggunaan tanaman obat antara lain adanya tren kembali ke alam (back to nature) sebagai bentuk kesadaran akan hidup sehat (Idris, 2019)

Sejauh ini pengembangan fitofarmaka masih belum optimal, faktor penyebabnya adalah ketersediaan bahan baku. Bahan baku tanaman obat kebanyakan diperoleh dari penanaman dalam skala kecil oleh petani ditegalan dan pekarangan serta pengumpulan tumbuhan yang terdapat secara alami dihutan, kebun atau tegalan, pematang-pematang sawah dan tempat lainnya (Abdullah, 1986).

Tanaman pranajiwo (Sterculia javanica R. Br) ini mempunyai tinggi sekitar 15-20 m dengan besar batang sampai 50 cm, tetapi biasanya tidak lampai. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur umumnya terdapat di bawah ketinggian 300 m di atas permukaan laut. Daun bagian atas mengkilat dan bagian bawahnya sedikit berbulu. Bagian atas daun meruncing agak oval dan kasar, daun bertulang menyirip. Bunga berkelamin satu, susunan bunga berbentuk malai. Dasar bunga memanjang mendukung benang sari dan berwarna putih. Bakal buah beruang 1-5, setiap ruang terdiri dari satu atau lebih bakal biji (Heyne, 1987).

Pada penapisan fitokimia terhadap ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br) mengandung alkaloid, saponin, tannin, polifenol dan flavonoid (Sa`Dayati, 2009). Tanaman perdu dengan buah polong dan biji membuat tumbuhan ini sering disebut pronojiwo. Tanaman ini dikenal sebagai obat penguat tubuh terutama untuk lemah syahwat. Tanaman obat berpenampilan serba langsing ini dinamakan pranajiwa. Khasiat dan “kesaktian” tumbuhan obat multiguna ini sangat populer di kalangan peracik obat-obatan yaitu sebagai pemacu gairah seksual laki-laki.(Ambariyanto, 2019).

Bibit merupakan penentu keberhasilan pada tanaman karena bibit bagian dari objek utama yang akan dikembangkan dalam proses budidaya. Hal utama yang harus di perhatikan dalam pembibitan adalah persiapan bibit hingga siap tanam. Keberhasilan budidaya tanaman obat sangat ditentukan oleh ketersediaan bibit tanaman yang berkualitas dan jumlahnya. Perbanyakan tanaman saga pohon untuk menghasilkan bibit guna keperluan budidaya dilakukan secara generatif yaitu menggunakan biji. Biji pronojiwo mempunyai kulit yang keras, sehingga untuk membibitkan biji saga pohon perlu diperlakukan dengan dikikis pada kulit biji/skarifikasi. Biji buah tanaman hutan memiliki bentuk dan ukuran yang bervaniasi

(3)

dan beberapa bentuk tersebut sering dijumpai biji yang memiliki kulit keras yang menghambat perkecambahan.

Teknik pemecahan kulit biji ini disebut skarifikasi. Cara skarifikasi yang digunakan antara lain pengamplasan untuk menipiskan bagian bakal tunas, penjemuran dan perendaman biji secara bergantian, untuk memperlakukan biji seekstrim mungkin sehingga kulit biji menjadi pecah. Dengan demikian diharapkan air dan udara dapat masuk dalam biji untuk mempercepat munculnya tunas, pemecahan kulit yang tebal atau pengupasan sebagian kulit, agar biji dapat berkecambah, pengovenan biji dalam suhu tertentu, perendaman dalam larutan kimia tertentu, antara lain asam sulfat (H7S04) dan Asam klonida (HCl).( Fauzi, 2001).

Skarifikasi benih merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat terjadinya perkecambahan benih (Dharna et al., 2015). Sutopo (1985) menyatakan dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :dormansi fisik dan dormansi fisiologis. Dormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji. Dormansi fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh. Benih ortodok memiliki sifat dormansi, yaitu keadaan dimana benih tidak dapat berkecambah walau sudah berada dalam kondisi lingkungan (kelembaban suhu dan cahaya) yang optimal (Hidayat dan Marjan, 2017).

Bila dormansi biji berakhir dengan adanya imbibisi air, sel-sel dalam embrio membesar dan organel-organel subseluler terorganisasi, pada saat itu giberelin dilepaskan dari embrio dan diangkut ke endosperm dimana zat ini menyebabkan dimulainya perombakan simpanan pati dan protein. Giberelin juga terlibat dalam pengaktifan sintesa protease dan enzim hidrolitik lainnya. Senyawa-senyawa gula dan asam-asam amino, zat-zat dapat larut yang dihasilkan oleh aktifitas amilase dan protein tadi ditransport ke embrio dan zat-zat ini mendukung perkembangan embrio dan muncul kecambah (Abidin, 1992).

Sebelum benih disemaikan, hendaknya menerapkan perlakuan pendahuluan dimana perlakuan ini pada dasarnya bertujuan untuk mematahkan dormansi benih dan mempermudah benih dalam menyerap air (Fahmi, 2013). Masa dormansi benih yang panjang dapat diperpendek dengan beberapa cara perlakuan fisik, kimia dan biologi (Natawijaya dan Sunarya 2018). Untuk mengetahui pengaruh skarifikasi dan perendamanyang optimal pada benih pronojiwo maka perlu dilakukan penelitian pengaruh skarifikasi dan perendaman

(4)

Metodologi

Bahan penelitian yang digunakan berupa benih pronojiwo (Sterculia javanica R. Br) yang diperoleh dari kebun Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional dikebun Karangpandan, media tanah, pupuk kandang, gembor plastik, bak plastik perendaman dan air sebagai media perendaman Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap di dalam kebun bibit Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional di kebun Karangpandan pada ketinggian 600 mdpl.

Penelitian dimulai pada bulan September sampai Oktober 2020. Perlakuan pertama adalah perlakuan fisik yaitu terdiri tidak diskarifikasi (kontrol) dan diskarifikasi (digosok dengan kertas amplas). Perlakuan kedua adalah lama perendaman yaitu tanpa perendaman, perendaman 12 jam dan 24 jam. Peubah perkecambahan dan pertumbuhan bibit tanaman pronojowio yang diamati meliputi saat berkecambah, daya kecambah, tinggi semai bibit, jumlah daun dan panjang akar. Untuk membandingkan nilai rata-rata respon perlakuan dilakukan dengan uji jarak berganda Duncan.

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi berinteraksi dengan media tanam sehingga memberikan respon yang berbeda pada benih tanaman pronojiwo, hal tersebut dapat ditunjukkan melalui semua peubah perkecambahan dan pertumbuhan. Hasil penelitian ini (tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dan perendaman berpengaruh positif dalam meningkatkan daya kecambah benih pronojiwo. Benih pronojiwo yang diperlakukan skarifikasi dengan perendaman dalam air 24 jam menunjukkan hasil lebih baik yaitu saat awal tumbuh 20 hari setelah tanam, prosentase perkecambahan tertinggi 100%), pertumbuhan bibit tertinggi 13,0 cm, jumlah daun terbanyak 8 dan akar paling panjang 7 cm (D1P2).

Benih pronojiwo yang tanpa skarifikasi dan tanpa perendaman tumbuh pada 11 hari setelah tanam dengam daya berdaya kecambah 80%, pertumbuhan bibit tertinggi 7 cm, jumlah daun terbanyak 4 dan panjang akar 5 cm (D0P0).

(5)

Tabel 1. Pengaruh skarifikasi dan media tanam terhadap perkecambahan dan pertumbuhan semai pronojiwo (Sterculia javanica R. Br) pada umur 2 bulan

Perlakuan Saat tumbuh (hst) Daya kecambah (%) Tinggi bibit (cm) Jumlah daun Panjang akar (cm) - Tidak diskarifikasi dan tanpa

perendaman (D0P0)

- Tidak diskarifikasi dan perendaman dalam air 12 jam (D0P1)

- Tidak diskarifikasi dan perendaman dalam air 24 jam (D0P2)

- Diskarifikasi dan tanpa perendaman (D1P0)

- Diskarifikasi dan perendaman dalam air 12 jam (D1P1)

- Diskarifikasi dan perendaman dalam air 24 jam(D1P2) 35 d 30 c 25 b 30 c 25 b 20 a 70 c 80 b 80 b 80 a 90 a 100 a 7,0 d 12,0 c 13,0 b 13,0 b 13, 0 b 14,0 a 4 c 6 b 6 b 6 b 6 b 8 a 5,0 c 5,0 c 5,0 c 6,0 b 6,0 b 7,0 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada tiap kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Gambar1. Bibit tanaman pronojiwo (Sterculia javanica R. Br)

Perlakuan pengikisan atau skarifikasi pada kulit biji pronojiwo pada kulit biji yang keras dan kedap maka tidak ada lagi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji sehingga menjadikan perkecambahan biji lebih cepat. Proses skarifikasi dilakukan agar embrio dapat segera tumbuh tanpa hambatan karena air dan gas akan mampu masuk kedalam biji sehingga proses imbibisi dapat terjadi. Namun dalam kenyataannya tidak

D1P2

D1P0 D1P1

(6)

keras dan liat. Penelitian ini termasuk tipe dormasi fisik, dormansi ini disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji yang keras. Mucuna bracteata apabila dilakukan penanaman tanpa proses pematahan dormansi terlebih dahulu maka persentase perkecambahan hanya mencapai 12 % (Siagan dan Tistama, 2005).

Dharma, dkk. (2015) menyatakan kemampuan benih untuk tumbuh dan berproduksi normal pada kondisi yang optimum mererupakan parameter daripada suatu viailitas potensial benih. Selain itu yang menjadi tolok ukur dari viabilitas benih tersebut yaitu daya kecambah dan berat kering dari suatu kecambah yang normal (Wahab dan Dewi, 2003). Persentase perkecambahan setiap benih berbeda-beda, dikarenakan perbedaan perlakuan yang diberikan kepada setiap benih. Menurut Payung, dkk (2012) perbedaan persentase ini disebabkan karena benih yang diberikan perlakuan mendapatkan suplai air yang cukup untuk mempercepat proses perkecambahan sedangkan yang tidak diberi perlakuan tanpa pemeraman mendapat suplain air yang kurang.

Perlakuan perendaman benih sawo dalam air selama 24 jam lebih efektif dan efisien untuk mengatasi sifat kulit keras benih dengan meningkatkan gaya berkecambah benih hingga 93% (Hastuti., et al, (2015). Pada pelakuan skarifikasi dengan perendaman 24 jam merupakan perkecambahan lebih cepat yang ditandai dengan munculnya bagian hipokotil diatas permukaan media, yakni dicapai pada hari ke 20 setelah tanam. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dan perendaman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkecambahan bibit pronojiwo.

Arda, dkk. (2014) menyatakan bahwa ada dua hal yang menghambat metabolisme benih yaitu faktor dari dalam biji itu sendiri(internal) dan faktor dari luar biji (eksternal). Menurun atau meningkatnya waktu perkecambahan berhubungan dengan kecepatan perkecambahan. Hal ini dikarenakan waktu perkecambahan berbanding lurus dengan kecepatan berkecambah. Semakin tinggi kecepatan berkecambah maka waktu perkecambahanjuga akan tinggi (Dharna, 2015).

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan skarifikasi dan perendaman dengan air selama 24 jam dapat mempercepat kecambah, meningkatkan daya kecambah benih dan memacu pertumbuhan. Perlakuan diskarifikasi dan perendaman dalam air 24 jam diperoleh hasil yaitu saat awal tumbuh 20 hari setelah tanam, persentase perkecambahan

(7)

tertinggi 100%), pertumbuhan bibit tertinggi 14,0 cm, jumlah daun terbanyak 8 dan akar paling panjang 7,0 cm.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional serta segenap peneliti sehingga penelitian ini dapat selesai dengan hasil yang seperti diharapkan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional serta

Daftar Pustaka

Abdullah, A. A. (1986). Pembudidayaan tanaman obat. warta penelitian dan pengembangan penelitian. Jakarta.

Abidin, Z. (1982). Dasar-dasar pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh. PT. Angkasa. Bandung

Ambariyanto, (2019). Pojok tanaman langka, Universitas Diponegoro. Semarang

Arda, M., Suwirmen & Noli, Z. A. (2014). Pengurangan masa stratifikasi dengan penambahan hormon ga3 pada perkecambahan benih stroberi. Jurnal Biologi

Universitas Andalas

Dharma, I. P. E. S., Samudin, S., & Adrianton. (2015). Perkecambahan benih pala (Myrista

fragrans Houtt) dengan metode skarifikasi dan perendaman ZPT alami. e-Jurnal Agrotekbis. 3(2): 158-167

Fahmi, Z.I. 2013. Studi perlakuan pematahan dormansi benih dengan skarifikasi mekanik

dan kimiawi. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan, Surabaya

Fauzi, M. A. (2001), Teknik Genetatif Tanaman Hutan. http://wajahijau.org/index.php?option=con_content&view=article&id=497.Diakses pada tanggal 9 Maret 2020

Hastuti EY, Purwanti, S., & Ambarwati, E. (2015). Pengaruh skarifikasi dan lama perendaman air terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit sawo

(Manilkara zapota (L.) van Royen) Vegetalika 4(2): 30-38

Heyne, K. (1987). Tumbuhan berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wana Jaya : Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta

Hidayat R. S. T., & Marjani, M. (2017) Teknik pematahan dormansi untuk meningkatkan daya berkecambah dua aksesi benih yute (Corchorus ilotorius L.) Buletin Tanaman

Tembakau, Serat & Minyak Industri, 9(2) 73-81.

Idris, H. (2019). Back to Nature, Memanfaatkan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) (1st ed.) Palembang: UPT. Penerbit dan Percetakan Universitas Sriwijaya

(8)

Natawijaya, D., & Sunarya, Y. (2018). Percepatan pertumbuhan benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) melalui perendaman dan pelukaan biji. Jurnal Siliwangi Seri Sains

dan Teknologi 4(1).

Siagian, N. & Tistama, R. (2005). Perbanyakan tanaman penutup tanah Mucuna bracteata.

Gambar

Tabel  1.  Pengaruh  skarifikasi  dan  media  tanam terhadap  perkecambahan  dan  pertumbuhan  semai pronojiwo (Sterculia javanica R

Referensi

Dokumen terkait

Asesmen skema sertifikasi jabatan Desainer Grafis Muda (Junior Graphic Designer) direncanakan dan disusun untuk menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi

Sedangkan malaikat lebih utama daripada lainnya dalam hal ini, baik karena mereka itu mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Yang tiada Tuhan selain Dia, dan

(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan peraturan daerah

Berdasarkan landasan toritis yang telah diuraikan terdahulu, dalam penelitian ini akan dianalisis pengaruh dari variabel-variabel suku bunga investasi, perkembangan ekonomi

Jika dibandingkan dengan hasil regresi yang menyatakan bahwa UMR memiliki hubungan signifikan positif, hal ini dapat disebabkan karena Indonesia merupakan negara

Hasil dari penelitian ini yaitu membangun suatu sistem aplikasi Shipbroker berbasis web pada PT Samudera Perdana Transpotama, dengan adanya sistem ini user

a. Memahami dan mentaati peraturan Universitas, Sekolah Pascasarjana atau Fakultas, dan Program Studi serta berbagai persyaratan selama masa studi. Mahasiswa memiliki

Penelitian, pengembangan dan perakitan inovasi teknologi dan model usahatani lahan rawa pada tahun 2015 hingga 2019 terdiri atas 7 sub program prioritas, yaitu: