• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA INVESTASI ASING dan PENGARUHNYA pada PEREKONOMIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA INVESTASI ASING dan PENGARUHNYA pada PEREKONOMIAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. INVESTASI ASING dan PENGARUHNYA pada PEREKONOMIAN Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya (Halim, 2005).

Dipandang dari sudut asal atau sumber investasi, maka investasi bisa dibedakan menjadi investasi dalam negeri (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan investasi luar negeri (Penanaman Modal Asing). Investasi asing yang masuk ke suatu negara juga bisa berupa investasi pada aset-aset finansial (Portofolio) dan investasi pada aset-aset riil (Penanaman Modal Asing Langsung).

Secara teori, Penanaman Modal Asing Langsung berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi bagi negara/daerah tuan rumah/penerima melalui beberapa jalur baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengaruh positif ini digambarkan dalam Gambar 2.1 berikut (Tambunan, 2007).

(2)

Modal Asing Langsung berwujud pembangunan pabrik-pabrik baru. Pembangunan pabrik-pabrik baru menghasilkan pertambahan output atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), peningkatan total ekspor dan pembukaan kesempatan kerja baru. Peningkatan ekspor menyebabkan bertambahnya cadangan devisa yang meningkatkan kemampuan untuk membayar utang luar negeri dan kemampuan membiayai impor.

Gambar 2.1. Pengaruh PMA bagi perekonomian negara penerima Sumber : Tambunan, 2007 (Redesign oleh peneliti)

Kedua, pengaruh tidak langsung dari sisi permintaan (demand). Adanya pabrik-pabrik baru berarti ada pertambahan permintaan dalam negeri terhadap barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, barang-barang jadi, bahan baku dan input-input lainnya sebagai permintaan antara. Jika permintaan antara ini sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain di dalam negeri (tidak ada yang diimpor), maka dengan sendirinya dampak positif dari keberadaan atau kegiatan produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor-sektor produksi domestik lainnya dan ini berarti output di sektor-sektor lainnya mengalami pertumbuhan. Ini berarti pula telah terjadi efek penggandaan

PMA Utang Luar Negeri Cadangan Devisa Pabrik Pabrik Baru Impor Input Output Sektor Lain Kesempatan Kerja PDRB dan PDRB/kapita Permintaan Pasar Ekspor Perali han Tek no lo gi

(3)

(multiplier effect) dari keberadaan Penanaman Modal Asing Langsung terhadap output agregat di negara/daerah penerima Penanaman Modal Asing Langsung tersebut. Dengan kata lain, semakin besar komponen impor dari sebuah proyek Penanaman Modal Asing Langsung, atau semakin besar ”kebocoran” dari keterkaitan produksi antara Penanaman Modal Asing Langsung dengan perekonomian domestik, maka akan semakin kecil efek penggandaan tersebut.

Ketiga, peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru tersebut membawa pengaruh positif terhadap perekonomian domestik lewat sisi permintaan dimana peningkatan kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan selanjutnya meningkatkan permintaan di pasar dalam negeri. Sama seperti kasus sebelumnya, jika pertambahan permintaan tersebut tidak serta merta menambah impor, maka efek positifnya terhadap pertumbuhan output di sektor-sektor domestik sepenuhnya terserap. Sebaliknya, jika ekstra permintaan konsumsi tersebut adalah dalam bentuk peningkatan impor, maka efek positifnya bagi perekonomian domestik adalah nihil. Bahkan jika pertumbuhan impor lebih besar daripada pertumbuhan ekspor yang disebabkan oleh adanya Penanaman Modal Asing Langsung, maka terjadi defisit neraca perdagangan. Ini berarti kehadiran Penanaman Modal Asing Langsung memberi lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif terhadap negara/daerah tuan rumah.

Keempat, peranan Penanaman Modal Asing Langsung sebagai sumber penting peralihan teknologi dan knowledge lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal yang bekerja di perusahaan-perusahaan Penanaman Modal Asing Langsung. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke perusahaan-perusahaan domestik, maka mereka membawa pengetahuan atau keahlian baru dari perusahaan Penanaman Modal Asing Langsung ke

(4)

perusahaan domestik. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau subcontracting antara Penanaman Modal Asing Langsung dan perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan menengah, seperti kasus PT. Astra Internasional dengan banyak subkontraktor skala kecil dan menengah.

2.2. INVESTASI ASING LANGSUNG (FOREIGN DIRECT INVESTMENT

= FDI)

2.2.1. Pengertian

Menurut Imad A. Moosa, dalam bukunya Foreign Direct Investment, Theory, evidence and practice : ”Foreign direct investment (FDI) is the process whereby residents of one country (the source country) acquire ownership of assets for the purpose of controlling the production, distribution and other activities of a firm in another country (the host country)”.

“Investasi asing langsung (FDI) adalah proses dimana penduduk suatu negara (negara asal) memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan produksi, distribusi dan kegiatan lainnya melalui kepemilikan sebuah perusahaan di negara lain (negara tuan rumah)”.

The International Monetary Fund’s Balance of Payment Manual dalam Moosa, 2008 mendefenisikan bahwa : “FDI as ‘an investment that is made to acquire a lasting interest in an enterprise operating in an economy other than that of the investor, the investor’s purpose being to have an effective voice in the management of the enterprise”.

“FDI sebagai suatu investasi yang dilakukan untuk kepentingan mengendalikan operasi perusahaan dalam sebuah perekonomian, serta tujuan investor untuk memiliki suara efektif dalam manajemen perusahaan”.

(5)

2.2.2. Jenis Foreign Direct Investment

FDI dapat diklasifikasikan dari perspektif investor dan dari perspektif negara tuan rumah. Dari perspektif investor, Caves (1971) dalam Moosa, 2008 membedakan antara FDI horizontal, FDI vertikal dan FDI konglomerat. FDI horizontal dilakukan untuk tujuan perluasan horizontal yaitu menghasilkan barang yang sama atau mirip dengan yang dihasilkan di negara asal.

Pada sisi lain, FDI vertikal dilakukan untuk tujuan memanfaatkan bahan-bahan mentah atau menjadi lebih dekat ke pelanggan-pelanggan melalui akuisisi jalur distribusi.

Dari perspektif negara tuan rumah, FDI dapat diklasifikasikan atas (i) FDI substitusi impor; (ii) FDI peningkatan ekspor; dan (iii) FDI sektor pemerintah. FDI substitusi impor melakukan produksi barang-barang yang sebelumnya diimpor oleh negara tuan rumah. Jenis FDI ini dipengaruhi oleh ukuran pasar negara tuan rumah, biaya-biaya transportasi dan hambatan perdagangan.

FDI peningkatan ekspor, pada sisi lain, dimotivasi oleh keinginan mencari sumber-sumber masukan baru, seperti bahan-bahan mentah dan barang lanjutan. FDI jenis ini mengakibatkan ekspor meningkat dalam pengertian bahwa negara tuan rumah akan meningkatkan ekspor bahan-bahan mentahnya dan produk-produk menengah ke negara-negara lain dimana anak-anak perusahaan korporasi multinasional ditempatkan. FDI di sektor pemerintah bisa digerakkan oleh pemerintah di negara tuan rumah, misalnya, dengan jalan pemerintah menawarkan insentif-insentif untuk investor-investor asing, keringanan dan kemudahan pengurusan perijinan yang dibutuhkan, sebagai suatu usaha untuk menghapuskan defisit neraca pembayaran yang barangkali selalu mengalami defisit.

(6)

2.3. SUKU BUNGA, TABUNGAN dan INVESTASI

Suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Setiap perubahan dalam suku bunga akan menyebabkan perubahan dalam tabungan rumah tangga dan investasi perusahaan. Perubahan-perubahan dalam suku bunga akan terus menerus berlangsung sebelum kesamaan diantara jumlah tabungan dengan jumlah investasi tercapai. Berlangsungnya proses penyesuaian-penyesuaian tersebut diterangkan dengan gambar 2.2 berikut (Sukirno, 2006) :

Gambar 2.2. Suku Bunga, Tabungan dan Investasi

Kurva I menunjukkan permintaan para pengusaha terhadap tabungan rumah tangga (atau keinginan pengusaha untuk melakukan investasi). Kurva SF adalah kurva yang menunjukkan penawaran tabungan oleh seluruh rumah tangga pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Keseimbangan diantara keinginan rumah tangga dalam menawarkan tabungan mereka dan keinginan para pengusaha untuk melakukan investasi dicapai pada titik E. Pada tingkat keseimbangan ini suku bunga adalah r0.

0 r0 r1

r2

I0 = S0 Tabungan dan Investasi Suku Bunga E SF I Kelebihan Investasi Kelebihan Tabungan

(7)

Apabila suku bunga lebih tinggi dari r0 misalnya r1, jumlah tabungan yang ditawarkan oleh rumah tangga adalah lebih besar dari jumlah yang ingin diinvestasi para pengusaha. Kelebihan tabungan ini akan menurunkan suku bunga. Penurunan ini akan mengurangi tabungan oleh rumah tangga, tetapi sebaliknya akan menambah keinginan untuk melakukan investasi oleh para pengusaha. Selama belum terdapat keseimbangan diantara penawaran tabungan dan permintaan investasi, penurunan dalam suku bunga akan terus menerus berlangsung sehingga pada akhirnya jumlah yang ingin ditabung oleh rumah tangga akan sama dengan jumlah yang ingin dipinjam dan diinvestasikan oleh para pengusaha.

Sebaliknya, apabila suku bunga lebih rendah dari r0, misalnya hanya r2, permintaan para pengusaha atas tabungan melebihi tabungan yang tersedia. Keadaan ini akan menaikkan suku bunga, dan seterusnya kenaikan suku bunga akan mengurangi keinginan untuk melakukan investasi tetapi menambah penawaran tabungan. Kenaikan suku bunga itu akhirnya menyebabkan tingkat keseimbangan tercapai, yaitu jumlah yang akan ditabung oleh rumah tangga adalah sama dengan jumlah yang ingin diinvestasikan oleh para pengusaha.

2.4. PENGANGGURAN, TINGKAT UPAH dan INVESTASI

Apabila terjadi pengangguran, mekanisme pasar akan menciptakan penyesuaian-penyesuaian di dalam pasar tenaga kerja sehingga akhirnya pengangguran dapat dihapuskan. Apabila dalam perekonomian (Sukirno, 2006) terdapat pengangguran, para penganggur akan bersedia bekerja pada tingkat upah yang lebih rendah dari yang berlaku di pasar. Keadaan ini menimbulkan kekuatan-kekuatan yang akan menurunkan tingkat upah, dan penurunan dalam tingkat upah

(8)

ini akan memperluas tingkat kegiatan ekonomi. Di dalam analisisnya ahli-ahli ekonomi klasik berkeyakinan :

1. Para pengusaha akan selalu mencari keuntungan yang maksimum.

2. Keuntungan yang maksimum akan dicapai pada keadaan dimana upah adalah sama dengan produksi fisikal marjinal.

Berdasarkan kepada kedua keyakinan tersebut, ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa penentuan upah dapat diterangkan dengan menggunakan gambar 2.3 berikut (Sukirno, 2006).

Gambar 2.3. Fleksibilitas Upah dan Penggunaan Tenaga Kerja

Keadaan permintaan dan penggunaan tenaga kerja dalam satu perusahaan ditunjukkan dalam gambar 2.3 (a). Permintaan tenaga buruh oleh suatu perusahaan digambarkan oleh kurva mpp = dp. Apabila tingkat upah adalah W0 perusahaan tersebut akan menggunakan L0 tenaga kerja untuk memaksimumkan keuntungannya. Apabila upah merosot menjadi W1 perusahaan akan menggunakan L1 tenaga kerja untuk menambah dan memaksimumkan keuntungannya. (b) Perekonomian (a) Perusahaan Tingkat Upah W0 W1 N0 N1 N2 0 DL E1 E0 SL S’L Tingkat Upah W0 W1 L1 L0 0 mpp = dp

(9)

Dalam gambar (b), ditunjukkan permintaan (DL) dan penawaran (SL dan S’L)

tenaga kerja dalam perekonomian. Misalkan pada mulanya penawaran tenaga kerja adalah SL, maka keseimbangan asal dari permintaan dan penawaran tenaga kerja dicapai di E0.

Berdasarkan kepada keseimbangan ini, tingkat upah adalah W0 dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam perekonomian adalah N0. Seterusnya misalkan dalam perekonomian terjadi perubahan ke atas penawaran tenaga kerja. Perubahan ini digambarkan oleh perpindahan kurva penawaran SL menjadi S’L. Sebagai akibat perubahan ini, pada tingkat upah sebesar W0 jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N2, sedangkan seluruh pengusaha dalam perekonomian hanya ingin menggunakan sebanyak N0 tenaga kerja. Dengan demikian terjadi pengangguran tenaga kerja sebanyak N0N2. Kelebihan tenaga kerja ini akan mendorong kemerosotan upah sehingga tingkat dimana penawaran tenaga kerja yang baru sama dengan permintaan tenaga kerja. Keadaan itu dicapai di E1, dan dengan demikian upah adalah W1 dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam perekonomian adalah N1.

2.5. PENDAPATAN NASIONAL dan INVESTASI

Dalam kebanyakan analisis mengenai penentuan pendapatan nasional (Sukirno, 2006) pada umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha adalah berbentuk investasi otonom. Walau bagaimanapun, pengaruh pendapatan nasional kepada investasi tidak boleh diabaikan. Perlulah disadari bahwa tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan

(10)

perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan perkataan lain, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Apabila dimisalkan ciri-ciri perkaitan diantara investasi dan pendapatan nasional adalah seperti yang dinyatakan ini, fungsi investasinya adalah seperti yang ditunjukkan oleh fungsi Ii dalam Gambar 2.4 (Sukirno,2006).

Gambar 2.4. Investasi Terpengaruh

Gambar 2.4. di atas memberikan gambaran bahwa makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi pula tingkat investasi. Sebagai contoh, kenaikan pendapatan nasional dari Y0 menjadi Y1 menyebabkan investasi naik dari I0 menjadi I1. Investasi yang bercorak demikian dinamakan investasi terpengaruh atau induced investment.

2.6. PENGERTIAN TENAGA KERJA, ANGKATAN KERJA dan KESEMPATAN KERJA

Sebagai pelaku aktivitas ekonomi, penduduk menjelma sebagai apa yang kita sebut tenaga kerja serta angkatan kerja. Tinjauan terhadap tenaga kerja serta

Investasi Pendapatan Nasional Y0 Y1 I0 I1 0

(11)

angkatan kerja mengharuskan adanya suatu kondisi supaya dapat melakukan aktivitas ekonomi yang kita sebut kesempatan kerja.

Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam literatur biasanya merupakan seluruh penduduk berusia 15-64 tahun. Tetapi kebiasaan yang dipakai di Indonesia adalah semua penduduk berusia sepuluh tahun ke atas. Tenaga kerja merupakan jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksikan barang dan jasa jika ada permintaan terhadap partisipasi mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. (Lembaga Demografi FE. UI., 2010).

Yang termasuk di dalam golongan tenaga kerja ialah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja. Ini meliputi orang-orang yang bekerja untuk kepentingan sendiri yang tidak menerima upah. Juga termasuk di sini pengangguran yang bersedia bekerja, tetapi kesempatan kerja bagi mereka tidak ada.

Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Angkatan kerja merupakan penduduk yang aktif secara ekonomis, artinya yang secara langsung terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. (Lembaga Demografi FE. UI., 2010).

Kesempatan kerja merupakan kondisi dimana seseorang penduduk dapat melakukan kegiatan untuk memperoleh imbal jasa ataupun penghasilan dalam jangka waktu tertentu. (Lembaga Demografi FE. UI., 2010)

Istilah “employment” dalam bahasa Inggris berasal dari kata “to employ” yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber-sumber penghidupan. Jadi “employment” berarti keadaan

(12)

orang-orang yang sedang mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja orang. (Lembaga Demografi FE., 2010)

Penggunaan istilah “employment” sehari-hari memiliki dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau yang melakukan pekerjaan tersebut. Pengertian ini dijelaskan dengan gambar sebagai berikut :

Gambar 2.5. Pengertian kesempatan kerja dan tenaga kerja Keterangan :

Segiempat ABCD = Lapangan atau kesempatan kerja yang ada dalam masyarakat.

Segiempat EFGH = Seluruh tenaga kerja yang bersedia bekerja, atau angkatan kerja dalam masyarakat.

Segiempat EBCH = Employment = kesempatan kerja yang diduduki = orang yang mempunyai pekerjaan atau dipekerjakan = penggunaan dari tenaga kerja.

Segi empat AEHD = Lowongan = kesempatan kerja belum atau tidak diduduki.

Segi empat BFGC = Pengangguran = angkatan kerja yang tidak mempunyai pekerjaan.

2.7. PENGERTIAN PENGANGGURAN

Yang dimaksud dengan pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang pada saat pencacahan tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran secara terbuka (Open Unemployment), (Lembaga Demografi FE. UI., 2010).

A E B F

C G

H D

(13)

Pengangguran terjadi akibat adanya tingkat penawaran pekerja yang lebih besar dari permintaan pekerja di pasar kerja. Yang menyebabkan kelebihan penawaran tenaga kerja (excess supply of labor) ialah adanya tingkat pertambahan penduduk yang cukup tinggi dengan secara otomatis menambah jumlah tenaga kerja. Yang menyebabkan rendahnya permintaan pekerja ialah rendahnya tingkat penyerapan (absorptive) tenaga kerja di dalam pembangunan yang berarti bahwa pembangunan ekonomi saat ini masih menyebabkan perluasan kesempatan kerja yang kecil secara relatif.

Pengangguran dalam arti makro ekonomi adalah sebagian dari angkatan kerja yang sedang tidak mempunyai pekerjaan, sedangkan dalam pengertian mikro pengangguran adalah seorang yang mampu dan mau melakukan pekerjaan tetapi sedang tidak mempunyai pekerjaan.

Masalah pengangguran dalam semua bentuknya merupakan masalah yang pemecahannya dirasakan sangat mendesak. Perluasan kesempatan kerja harus merupakan fokus perhatian dalam pembangunan ekonomi supaya tekanan masalah pengangguran dapat diatasi. Investasi di semua sektor ekonomi tidak hanya ditujukan untuk memacu pertumbuhan semata, tetapi diarahkan pada pembangunan ekonomi yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.

2.8. PENELITIAN TERDAHULU

Beberapa penelitian yang menjadi inspirasi yang membangun penelitian ini, secara ringkas diuraikan sebagai berikut :

1. Sarwedi, dalam tulisannya yang berjudul Investasi Asing Langsung Di Indonesia Dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Tahun 2002. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Foreign Direct

(14)

Investment (FDI) sebagai variabel terikat dan Gross Domestic Product (GDP), Pertumbuhan Ekonomi (GRWT), Upah Pekerja (WG), Stabilitas Politik (SP), Nilai Ekspor Total (EX) masing-masing sebagai variabel bebas. Penelitian ini menggunakan analisis regressi OLS klasik dengan persamaan :

LFDI = β0 + β1LGDP + β2GRWT + β3LWG + β4SP + β5LEX + ε

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan karakteristik dalam negeri suatu negara, yang akan dikombinasikan dalam periode jangka pendek dan jangka panjang dengan menggunakan perhitungan kuadrat terkecil sederhana (Ordinary Least Square = OLS). Dengan mengaplikasikan model koreksi kesalahan (Error Correction Model = ECM) dan Uji Kausalitas Granger, akan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung (FDI) di Indonesia selama periode 1978 – 2001. Hasil analisis dalam penelitian ini dibuat dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a) dalam jangka pendek ditemukan bahwa variabel Gross Domestic Product (GDP), pertumbuhan ekonomi (GRWT), upah pekerja (WG) dan ekspor (X) menunjukkan pengaruh positif dan signifikan untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. Sedangkan dalam jangka panjang, seluruh variabel bebas menunjukkan hubungan yang negatif. Hal ini disebabkan karena fluktuasi nilai masing-masing variabel yang mendorong terjadinya perubahan dalam keseimbangan jangka panjang.

b) variabel stabilitas politik (SP) yang diukur dengan menggunakan indikator angka kerusuhan atau pemogokan yang terjadi di Indonesia selama periode penelitian menunjukkan hasil negatif dan signifikan baik

(15)

dalam jangka pendek maupun jangka panjang,

c) penelitian ini menemukan hubungan dua arah antara variabel ekspor dan FDI pada lag kedua, sedangkan pada lag kesatu, lag ketiga hanya terdapat hubungan satu arah yaitu antara FDI dan ekspor saja. 2. Suryawati, dalam tulisannya yang berjudul Peranan Investasi Asing

Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Negara-Negara Asia Timur Tahun 2000. Dalam kajiannya Suryawati menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB), Foreign Direct Investment (FDI), Pinjaman Luar Negeri (DEBT), EKSPOR, dan IMPOR sebagai variabel penelitian. Model yang digunakan terdiri dari 3 persamaan yaitu :

Persamaan I : PDBt = a0 + a1 FDIt + a2 DEBTt + t

Persamaan II : FDIt = 0 + 1EKSPORt + 2IMPORt + 3DEBTt +t Persamaan III : EKSPORt = 0 + 1 FDIt + t

Secara umum temuan studi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) modal asing langsung yang masuk ke negara-negara Asia Timur, secara umum mempunyai hubungan yang positif, dan kuat terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) negara tujuan FDI. Namun demikian, hubungan ini hanya merupakan hubungan jangka pendek saja. Dalam uji ekonometri jangka panjang, dengan menggunakan metoda ECM, hubungan jangka panjang antara FDI dengan PDB hanya terjadi di Indonesia dan Philippina. Sebaliknya, dengan uji kausalitas Granger terlihat bahwa, dalam lebih banyak kasus, justru pertumbuhan ekonomi (PDB) di negara-negara inilah yang telah menciptakan daya tarik bagi masuknya FDI.

(16)

b) di dalam jangka panjang, utang luar negeri (DEBT) berpengaruh negatif bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Timur ini, dengan perkecualian Philippina. Sedangkan di dalam jangka pendek, pada umumnya, DEBT tidak berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, kecuali dalam kasus Malaysia. Dalam pengujian model dengan menggunakan model OLS terbukti, bahwa untuk semua negara, FDI mempunyai hubungan yang positif signifikan dengan ekspor negara itu. Hubungan jangka panjang positif terjadi antara ekspor dan FDI di Indonesia, meskipun koefisiennya sangat kecil. Simpulan ini memberikan gambaran pengusaha asing hanya tertarik untuk melakukan penanaman modal ke sebuah negara, apabila negara tersebut mempunyai peluang untuk berhasil didalam ekspornya. Dengan kata lain, FDI yang dilakukan di Asia Timur ini pada umumnya adalah FDI yang bermotif ”trade barrier-circumventing” bagi negara asal. Yaitu, FDI yang bertujuan melindungi negara asal dari potensi persaingan negara-negara tujuan FDI.

3. Sari Nadia dan Arlyana Abubakar (Bank Indonesia) dalam tulisannya yang berjudul Pengaruh Country Risk Index Terhadap Foreign Direct Investment Di Indonesia, Tahun 2009. Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah market size, trend GDP, interest rate, openness, GCI, CPI, Doing Business sebagai variabel independent dan FDI sebagai variabel terikat. Spesifikasi model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

FDI =  (market size, trend GDP, interest rate, openness, GCI, CPI, Doing Business)

(17)

berikut :

a) faktor fundamental ekonomi (yang diwakili oleh market size, trend GDP dan interest rate) secara statistik terbukti berpengaruh positif terhadap FDI di 10 negara sampel penelitian (Brazil, Peru, Colombia, Turkey, Vietnam, Philipina, India, Mexico, Thailand dan Indonesia).

b) faktor kerangka kebijakan (yang diwakili oleh degree of openness) dan faktor fasilitas usaha (yang diwakili oleh Global Competitiveness Index/GCI, Corruption Perception Index/CPI dan Ease of Doing Business) terbukti secara empiris mempengaruhi keputusan investor menanamkan modalnya.

c) terdapat korelasi antara index GCI, CPI dan Doing Business dengan potensi dan kinerja FDI di masing-masing negara.

d) analisa country risk index untuk Indonesia memperlihatkan bahwa peringkat Global Competitiveness Index (GCI) relatif lebih baik dibandingkan performance pada variabel lainnya.

4. Tulus Tambunan, dalam studinya yang berjudul Daya Saing Indonesia Dalam Menarik Investasi Asing, Tahun 2007 memberikan beberapa kesimpulan, yaitu bahwa investasi asing (PMA), khususnya dari negara-negara maju, tetap lebih penting daripada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia karena tiga alasan utama. Pertama, PMA membawa teknologi baru dan pengetahuan lainnya yang berguna bagi pembangunan di dalam negeri. Kedua, pada umumnya PMA mempunyai jaringan kuat dengan lembaga-lembaga keuangan global, sehingga tidak tergantung pada dana dari perbankan Indonesia. Ketiga, bagi perusahaan-perusahaan asing di Indonesia yang berorientasi ekspor, biasanya

(18)

mereka sudah memiliki jaringan pasar global yang kuat, sehingga tidak ada kesulitan dalam ekspor.

2.9. KERANGKA KONSEPTUAL

Berdasarkan landasan toritis yang telah diuraikan terdahulu, dalam penelitian ini akan dianalisis pengaruh dari variabel-variabel suku bunga investasi, perkembangan ekonomi yang diproxy dengan produk domestik regional bruto Provinsi Sumatera Utara, jumlah pengangguran dan perkembangan nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara sebagai variabel bebas terhadap variabel investasi asing langsung (FDI) Provinsi Sumatera Utara sebagai variabel terikat. Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram berikut ini :

Gambar 2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi FDI di Provinsi Sumatera Utara

2.10. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang

Suku Bunga Investasi Produk Domestik Regional Bruto

Jumlah Pengangguran Perkembangan Ekspor

(19)

empirik (Sugiyono, 2002).

Terdapat dua argumen di masyarakat menyikapi peranan Penanaman Modal Asing Langsung dalam pembangunan ekonomi. Kelompok yang pro berargumen bahwa Penanaman Modal Asing Langsung merupakan bagian dari strategi pembangunan ekonomi yang penting untuk memacu pertumbuhan dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Sedangkan kelompok yang kontra mengemukakan alasan bahwa Penanaman Modal Asing Langsung hanya memberikan keuntungan kepada negara asal dan bagi tuan rumah hanya memberikan nilai tambah yang sangat kecil kalaupun ada.

Terlepas dari masalah argumen mana yang benar, pembangunan ekonomi masih memerlukan sumber dana berupa penanaman modal asing langsung untuk melengkapi sumber dana dalam negeri. Agar bisa menarik penanaman modal asing langsung maka perlu untuk mengetahui peranan masing-masing variabel yang mempengaruhinya.

Khusus untuk Provinsi Sumatera Utara, perlu dibuat dugaan sementara dengan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga Suku Bunga Investasi mempunyai pengaruh negatif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.

2. Diduga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun lalu (t – 1) mempunyai pengaruh positif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.

3. Diduga Jumlah Pengangguran berpengaruh positif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.

4. Diduga Nilai Ekspor tahun lalu (t – 1) berpengaruh positif terhadap Penanaman Modal Asing Langsung di Provinsi Sumatera Utara.

Gambar

Gambar  2.1. Pengaruh PMA bagi perekonomian negara penerima           Sumber : Tambunan, 2007 (Redesign oleh peneliti)
Gambar  2.2. Suku Bunga, Tabungan dan Investasi
Gambar  2.3. Fleksibilitas Upah dan Penggunaan Tenaga Kerja
Gambar  2.4. Investasi  Terpengaruh
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, suku bunga riil, tingkat inflasi, angkatan kerja dan perdagangan terhadap investasi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) trend inflasi, suku bunga, investasi dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi; 2) pengaruh inflasi, suku bunga, investasi

Berdasarkan landasan teori dan hasil dari beberapa penelitian terdahulu, maka faktor-faktor yang akan digunakan untuk menganalisis variabel fundamental dalam penelitian ini

Sedangkan permintaan kredit investasi dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga kredit dan inflasi, dan juga dipengaruhi secara positif oleh GDP dan Nilai tukar rupiah terhadap

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah IPR, APB, IRR, PDN, BOPO, CAR, PR, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Suku Bunga mempunyai pengaruh terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh dari variabel independen yaitu Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka akan diuji apakah variabel inflasi, nilai kurs rupiah terhadap dollar, tingkat suku bunga berpengaruh terhadap

Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel produk domestik bruto dan suku bunga SBI dapat mempengaruhi investasi asing langsung di Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka