• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Analisis Fundamental

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di mana yang akan datang dengan cara: mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. (Suad Husnan, 2015:275).

Dalam melakukan analisis penilaian saham, investor bisa melakukan analisis fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkan menguntungkan atau merugikan bagi investor (Tandelilin, 2017:341).

(2)

2.1.1.1 Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi bertujuan untuk mengetahui jenis serta prospek suatu perusahaan. Apabila tingkat pertumbukan ekonomi suatu negara rendah, tingkat laba yang dicapai oleh suatu perusahaan juga rendah. Lingkungan ekonomi yang sehat, akan sangat mendukung perkembangan perusahaan.(Sunariyah,2011:117)

Analisis ekonomi perlu dilakukan karena adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi dan kinerja suatu pasar modal.(Tandelilin, 2017: 342)

2.1.1.2 Lingkungan Makro Ekonomi

Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang memengaruhi operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa yang akan datang, akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan sehingga investor harus memperhatikan beberapa indikator ekonomi makro.(Tandelilin, 2017:344).

Berikut ini beberapa variabel ekonomi makro yang perlu diperhatikan investor menurut (Tandelilin, 2017: 344) yaitu:

1. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya , kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang

(3)

melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan.

2. Tingkat Bunga

Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan memengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan.

3. Kurs Rupiah

Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi. 4. Anggaran Defisit

Anggaran yang defisit merupakan sinyal positif bagi ekonomi yang sedang mengalami resesi, tetapi merupakan sinyal yang negatif bagi ekonomi yang mengalami inflasi. Anggaran defisit akan mendorong konsumsi dan investasi pemerintah, sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Akan tetapi, anggaran defisit disisi lain justru akan meningkatkan jumlah uang beredar dan akibatnya akan mendorong inflasi.

(4)

5. Investasi Swasta

Meningkatnya investasi swasta adalah sinyal positif bagi pemodal. Meningkatnya investasi swasta akan meningkatkan PDB sehingga dapat meningkatkan pendapatan konsumen.

6. Neraca Perdagangan dan Pembayaran

Defisit neraca perdagangan dan pembayaran merupakan sinyal negatif bagi pemodal. Defisit neraca perdagangan dan pembayaran harus dibiayai dengan menarik modal asing. Untuk melakukan hal ini, suku bunga harus dinaikan.

2.1.2 Saham

2.1.2.1 Pengertian Saham

Saham adalah kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang telah dijelakan kepada setiap pemegangnya (Fahmi, 2012:81)

Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseoang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin,2012:6).

Berdasarkan uraian di atas secara umum pengertian saham adalah surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang menyatakan pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan atau memiliki sebagian hak dari perusahan tersebut.

(5)

2.1.2.2 Jenis-Jenis Saham

Saham terbagi atas beberapa jenis saham (Darmaji dan Fakhrudin,2012:6) :

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:

a. Saham biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

b. Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti ini dikehendaki oleh investor. 2. Dilihat dari cara pemeliharaannya, saham dibedakan menjadi:

a. Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.

b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya, dan dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangnannya, maka saham dapat dikategorikan menjadi:

(6)

a. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

b. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c. Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu

saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock lesser known, yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock.

d. saham spekulatif (spekulative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secra konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

2.1.2.3 Harga Saham

Harga saham merupakan harga pada suatu saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar (Jogiyanto Hartono, 2013). Harga saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham perusahaan.

(7)

Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “ratarata” jika investor membeli saham Brigham dan Houston (2010:7).

Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor (earning), aliran kas, dan tingkat (return) yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro suatu negara serta kondisi ekonomi global (Tandelilin, 2010:341).Berdasarkan kesimpulan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa harga saham merupakan harga yang diperjual belikan di pasar jual beli saham . 2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut (Iskandar Alwi, 2008:87) harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu:

1. Faktor Internal

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

b. Pengumuman pendanaan (financing announcements),seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi.

(8)

d. Pengumuman pengambil alihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

e. Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.

f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements) , seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share dan dividen per share, price earning ratio , net profit margin return on assets dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal

a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.

(9)

d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

e. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri. 2.1.3 Inflasi

2.1.3.1 Pengertian Inflasi

Inflasi diartikan sebagai peningkatan harga-harga secara umum dan terus menerus. Inflasi menggambarkan suatu kondisi ekonomi yang kurang sehat (Asfia Murni,2013).

Sedankan definisi inflasi yang lain dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian (Sadorno Sukirno,2004). Maka, dari definisi inflasi diatas dapat di simpulkan bahwa inflasi yaitu suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat atau ketidaklancaran distribusi barang.

2.1.3.2 Jenis Inflasi

Dilihat dari tingkat keparahanya, inflasi dapat dibagi kedalam tiga tingkatan (Muana Nanga,2001:251), yakni :

(10)

Ditandai dengan adanya laju inflasi yang sangat rendah yaitu kurang dari 10% pertahun dan kenaikan harga berjalan sangat lambat dan waktu yang relatif lama.

2. Inflasi Menengah ( Galloping Inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan terkadang berjalan dalam jangka waktu yang relatif pendek, laju inflasi cukup tinggi yaitu diatas 10% sampai dengan 20% pertahun dan kenaikan harga berlangsung sangat cepat. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang sedang.

3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga hingga lima atau enam kali lipat. Inflasi ini merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Masyarakat tidak lagi mempunyai keinginan untuk menyimpan uang karena nilai uang merosot dengan tajam sehingga cenderung ingin ditukarkan dengan barang.

(11)

2.1.3.3 Pengukuran Tingkat Inflasi

Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan mengunakan indeks harga. Menurut Waluyo (2003: 120-122), ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi yakni:

1. Consumer Price Index (CPI)

Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi kebutuhan hidup.

2. Produsen Price Index atau Whosale Price Index

Indeks yang lebih menitik beratkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.

3. GNP Defator

GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencakup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehinga jumlahnya lebih banyak dibandingkan kedua indeks diatas.

(12)

2.1.4 Suku Bunga

2.1.4.1 Pengertian Suku Bunga

Tingkat suku bunga di suatu negara biasanya ditetapkan pemerintah yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan perekonomian suatu negara.(Tajul Khalwaty, 2000:143).

Menurut Sunariyah (2011:80) suku bunga adalah

“Suku Bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai presentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.”

Dari definisi yang dikemukan di atas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu serta ketetapan sikap dari pemerintah untuk kebijakan moneter kepada publik.

2.1.4.2 Jenis- Jenis Suku Bunga

Suku bunga dibagi atas beberapa jenis, (Brigham dan Houston, 2010) mengemukakan bahwa suku bunga dibedakan menjadi dua yakni:

1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menujukan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang di investasikan.

(13)

2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dapat didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.

2.1.4.3 Pengertian BI Rate

BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang di umumkan oleh

bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter.(Dahlan Siamat,2005:139).

BI rate merupakan suku bunga Bank Indonesia yang ditetapkan pada

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia triwulanan, dan berlaku untuk satu triwulan berjalan berikutnya. BI rate juga bisa berubah melalui Rapat Dewan Gubernur bulanan dalam truwulan yang sama

(Bank Indonesia dalam Inflation

Targeting Framework:2008).

2.1.5 Nilai Tukar

2.1.5.1 Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar valuta asing adalah harga suatu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperjual belikan. (Samuelson, 2004:305).

Murni (2013:244) mengemukakan bahwa kurs valuta asing adalah

“Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing”.

(14)

Maka dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kurs adalah perbandingan nilai mata uang asing yang dinyatakan dengan nilai mata uang dalam negeri.

2.1.5.2 Sistem Nilai Kurs

Berdasarkan nilai tukar suatu valuta di setiap negara tergantung dari kebijakan pendapatan sistem nilai tukar negara tersebut. Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah, kategori nilai tukar menurut Jeff Madura (2006: 160-165) adalah sebagai berikut :

1. Sistem Nilai Kurs Tetap

Sistem nilai kurs tetap adalah suatu sistem moneter dimana nilai tukar dibuat konstan atau hanya dibiarkan berfluktuasi dalam batas-batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar mulai bergeerak terlalu tajam, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mempertahankanya dalam batas-batas yang dimaksud.

2. Sistem Nilai Kurs Mengambang Bebas

Sistem nilai tukar mengambang bebas merupakan suatu sistem moneter dengan nilai tukar dibiarkan mengikuti kekuatan-kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Dalam sistem ini perusahaan-perusahaan multinasional perlu menyerahkan sumber daya yang substansial untuk mengukur dan resiko valuta asing.

(15)

Sistem mengambang terkendali adalah suatu sistem moneter dimana nilai tukar dibiarkan berfluktuasi tanpa batas-batas yang eksplisit, tetapi bank sentral bisa melakukan invervensi untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar tersebut.

4. Sistem Nilai Kurs Terpatok

Sistem nilai tukar terpatok yang merupakan sistem moneter dimana valuta-valuta dipatokan ke suatu valuta lain atau kesuatu unit perhitungan dalam batas-batas tertentu.

2.1.5.3 Jenis Kurs

Menurut Dornbusch dan Fisher (1992) kurs dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing ada empat jenis :

1. Selling Rate (Kurs Jual)

Kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

2. Middle Rate (Kurs Tengah)

Titik tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional yang ditentukan oleh bank sentral suatu negara.

3. Buying Rate (Kurs Beli)

Kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

(16)

Kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller cheque dalam kurs tersebut sudah di perhitungkan promosi dan biaya-biaya lainnya.

2.1.5.4 Metode Perhitungan Nilai Tukar Rupiah

Berikut ini metode untuk perhitungan nilai tukar rupiah (Samuelson,2004)

Keterangan : Q = Nilai Tukar Riil S = Nilai Tukar Nominal P = Tingkat Harga Domestik P* = Tingkat Harga di Luar Negeri 2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul

Penelitian

Variabel Hasil Penelitian 1 Zainuddin Ibadan Aditya Wardhana. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar  Variabel Dependen: Harga Saham.  Variabel  Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan

(17)

Rupiah Terhadap USD, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Aktiva Terhadap Harga Saham Perusahaan Pembiayaan di Bursa Efek Indonesia. (Jurnal Kebangsaan, Vol. 1 No. 1 (2012). Independen: Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar IDR/USD, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva. terhadap harga saham.

 Suku Bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

 Nilai Tukar IDR terhadap USD berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.  Pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.  Inflasi, Suku Bunga ,Nilai Tukar IDR /USD, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Aktiva memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap harga saham. 2 Maria Ratna Marisa Ginting, dkk. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Inflasi Terhadap Harga Saham (Studi Pada Sub-Sektor Perbankan di Bursa Efek  Variabel Dependen: Harga Saham  Variabel Independen: Suku Bunga, Nilai Tukar, dan Inflasi.  Suku bunga, nilai tukar dan Inflasi

berpengaruh simultan terhadap harga saham.

 Suku bunga dan Inflasi tidak berpengaruh signifikan

(18)

Indonesia Periode 2011-2015). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol 35 No. 2 Juni (2016). secara parsial terhadap harga saham  Nilai tukar berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. 3 Bambang Susanto. Pengaruh Inflasi, Bunga dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham (Studi Pada : Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate Tercatat BEI). Jurnal Aset (Akuntansi Riset) Vol. 7 No.1 (2015).  Variabel Dependen: Harga Saham  Variabel Independen: Inflasi, Suku Bunga BI Rate dan Nilai Tukar

 Inflasi, suku bunga BI rate dan nilai tukar dollar AS berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham.  Suku bunga BI rate dan Nilai tukar berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham.  Inflasi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. 4 Pariang Siagian dan Kasyat Pengaruh Return on Equity, Price Earning Ratio , Price to Book Value dan Inflasi terhadap Harga Saham PT Bakti Investama Tbk Jakarta.BINU S BUSINESS REVIEW Vol.  Variabel Dependen : Harga Saham  Variabel Independen: Return on Equity, Price Earning Ratio, Price to Book Value, Inflasi  Return on Equity, Price Earning Ratio, Price to Book Value dan Inflasi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham.

(19)

2 No. 2 (2011). 5 I Gusti Ayu Purnamawat i dan Desak Nyoman Sri Werastuti. Faktor Fundamental Ekonomi Makro Terhadap Harga Saham LQ 45. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 17, No. 2 (2013).  Variabel Dependen: Harga Saham  Variabel Independen : Laju Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Kurs, Tingkat Suku Bunga SBI.  Laju pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.  Inflasi berpengaruh positif terhadap harga saham.  Nilai tukar berpengaruh negatif terhadap harga saham.  Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham. 6 Gadang Ganggas Rakasetya dkk. Pengaruh Faktor Mikro dan Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Perusahaan Mining and Mining Services yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 6 No. 2 (2013).  Variabel Dependen: Harga Saham  Variabel Independen :CR, DER, ITO, ROE, PER, Inflasi , Harga Minyak Dunia .  DER,ROE,Infla si, dan Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap harga saham.  CR, DER, dan PER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 7 Deny Rohmanda dkk. Pengaruh Kurs Rupiah, Inflasi dan BI Rate  Variabel Dependen: Harga Saham.  Kurs rupiah, inflasi dan BI rate

(20)

Terhadap Harga Saham (Studi pada Indeks Sektoral Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 13 No. 1 (2014).  Variabel Independen: Kurs Rupiah, Inflasi dan BI Rate. berpengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham masing-masing indeks sektoral. 8 Masta Sembiring. Analisis Pengaruh Pertumbuhan ekonomi dan Inflasi Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. Vol 17, No. 1 (2017)  Variabel Dependen: Harga Saham.  Variabel Independen: Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi.  Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.  Inflasi secara pasrial berpengaruh positif terhadap harga saham.  Pertumbuhan Ekonomi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 9 Mara Sutan Hanafiah dkk. Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar, dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Saham. (Studi pada PT Bumi Resources Minerals Tbk Periode 2008- Variabel Dependen : Harga Saham.  Variabel Independen : Minyak Dunia, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar, Tingkat Inflasi.  Harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.  Nilai kurs berpengaruh signifikan terhadap harga saham.  Nilai inflasi berpengaruh signifikan

(21)

2013). Jurnal Administrasi Bisnis Vol.28 No.2 (2015). terhadap harga saham. 2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham

Kerangka pemikiran adalah sebuah proses pencarian alternatif pemecah/ jawaban masalah penelitian secara logis berdasarkan teori, dalil-dalil dan penelitian sebelumnya. (Nuryaman dan Veronica Christina, 2015:18).

Inflasi diartikan sebagai peningkatan harga -harga secara umum dan terus menerus. Inflasi menggambarkan suatu kondisi ekonomi yang kurang sehat (Asfia Murni,2013). Dengan inflasi yang tinggi maka biaya operasional perusahaan akan meningkat, sehingga laba perusahaan menurun dan berdampak pada investor yang kurang tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan tersebut, dengan demikian kondisi tersebut akan menyebabkan harga saham menurun (Sadono, 2008).

Hal tersebut di dukung dengan adanya penelitian Zainuddin Iba (2012) yang menyatakan inflasi berpengaruh terhadap harga saham. Bambang Susanto (2015) Pariang Siagian (2011) Gadang Ganggas (2013) Masta Sembiring (2017) Mara Sutan (2015) menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2.3.2 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham

Tingkat suku bunga di suatu negara biasanya ditetapkan pemerintah yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan perekonomian suatu negara. Suku bunga

(22)

merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi (Tajul Khalwaty, 2000:143).

Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang besar terhadap harga saham,suku bunga yang semakin tinggi akan memperlesu perekonomian, menaikan biaya bunga dengan demikian akan menurunkan laba perusahaan, dan menyebabkan para investor menjual saham dan mentransfer dana ke pasar obligasi (Weston dan Brigham, 2006).

Hal tersebut di dukung dengan adanya penelitian Maria Ratna Marisa Ginting (2016) yang menyatakan Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap harga saham. Bambang Susanto (2015) dan Deny Rohmanda (2014) menyatakan bahwa Tingkat Suku Bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2.3.3 Pengaruh Kurs Terhadap Harga Saham

Nilai tukar valuta asing adalah harga suatu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperjual belikan. (Samuelson, 2004:305). Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melaukan investasi. Terdepresinya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dolar Amerika memiliki pengaruh yang negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Samsul,2006).

(23)

Hal tersebut di dukung dengan adanya penelitian Maria Ratna Marisa (2016) yang menyatakan nilai tukar berpengaruh terhadap harga saham. Bambang Susanto (2015), Pariang Siagian (2011), Gadang Ganggas (2013), Mara Sutan (2015), Zainuddin Iba (2012) dan, Deny Rohmanda (2017) menyatakan bahwa Nilai Tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian di atas maka dibuatlah paradigma konseptual penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1

Paradigma Konseptual Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah penelitian berdasarlan kerangka teori, yang harus di uji benar atau tidaknya secara empiris melalui data/fakta. Hipotesisi menjawab pertanyaan penelitian didasarkan atas logika, teori, pengalaman, atau pikiran rasional (Nuryaman dan Veronica Christina,2015).

Inflasi (X1)

Tingkat Suku (X2)

Kurs (X3)

Harga Saham (Y) H1

H2

H3 H4

(24)

Berdasarkan rumus penelitian, maka hipotesis penelitian dapat dibuat sebagai berikut:

H1: Inflasi berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015.

H2: BI Rate berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Sektor Aneka

Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015.

H3: Kurs berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015.

H4: Inflasi, BI Rate, Kurs berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Sektor Aneka Industri 2013-2015.

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  No  Peneliti  Judul

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti-Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia

Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Mata Uang Dan Tingkat Inflasi Terhadap Perubahan Harga Saham Sub Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.. Statistik

Anggraini meneliti Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.Dalam penelitian ini

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada bursa efek Indonesia

Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada

1) Model APT signifikan dalam menjelaskan kinerja saham sektor pertambangan. 2) Variabel makroekonomi yaitu: Inflasi, Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, Tingkat

Berdasarkan penelitian yang didapat dari variabel dependen yaitu indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan variabel dependen yaitu tingkat inflasi, nilai tukar rupiah dan suku

Variasi faktor yang berpengaruh terhadap indeks harga saham perbankan dijelaskan oleh variabel bebas yaitu, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan tingkat suku bunga SBI