• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI

REGIONAL

PROVINSI MALUKU UTARA

(2)
(3)

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, meng.atur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, 20 Mei 2015

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA

Budiyono Kepala Perwakilan

(4)
(5)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GRAFIK iv

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA iv

RINGKASAN UMUM xi

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1

1.1 Kondisi Umum 1

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 9

BOKS I MENDIAGNOSA PERTUMBUHAN EKONOMI DI MALUKU UTARA 17

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 23

2.1 Kondisi Umum 23

2.2 Struktur APBD 25

2.3 Realisasi Pendapatan APBD 25

2.4 Realisasi Belanja APBD 26

2.5 Keuangan Pemerintah 28

BAB III INFLASI DAERAH 30

3.1 Kondisi Umum 30

3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 31

3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 32

3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 38

BOKS II

DAMPAK PENYESUAIAN BERBAGAI KEBIJAKAN ADMINISTERED PRICES

31

BAB IV KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 43

4.1 Kinerja Perbankan 43

4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 50

4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran 52

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 59

5.1 Kondisi Umum 59

5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan 60

5.3 Nilai Tukar Petani (NTP) 62

5.4 Persepsi Tingkat Kesejahteraan 62

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 64

6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 64

(6)

iv

DAFTAR TABEL

1

Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil Struktur PDRB Sisi Permintaan 2

Tabel 1.2 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 9

Tabel 1.3 Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil 13

2

Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015

17 Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 27

3

Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa

31 Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya 32 Tabel 3.3 Laju Inflasi Triwulanan Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa 32 Tabel 3.4 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota

Ternate

33 Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (qtq) Kota Ternate 35 Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate 38

4

Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II 2014 54

Tabel 4.2 Perkembangan Cek/BG Kosong 56

Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara 57

5

Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 59

(7)

DAFTAR GRAFIK

1

Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 2

Grafik 1.2 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 3

Grafik 1.3 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT) 4

Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek 4

Grafik 1.5 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton/M3) 4

Grafik 1.6 Volume Bongkar Barang Konsumsi lainnya (Ton/M3) 4

Grafik 1.7 Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) 5

Grafik 1.8 Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit) 5

Grafik 1.9 Konsumsi KwH Rumah Tangga 5

Grafik 1.10 Perkembangan PMA di Maluku Utara 6

Grafik 1.11 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 6

Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton) 6

Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen 6

Grafik 1.14 Perkembangan Giro Pemerintah 7

Grafik 1.15 Perkembangan Volume Ekspor 8

Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor 8

Grafik 1.17 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

8 Grafik 1.18 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani

Ternate

8

Grafik 1.19 Perkembangan Volume Impor 9

Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor 9

Grafik 1.21 Struktur PDRB Sisi Penawaran 10

Grafik 1.22 Perkembangan Volume Ikan Tangkap 11

Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Ikan Tangkap 11

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertanian 11 Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Sektor Perdagangan 12

Grafik 1.26 Perkembangan TPK 12

Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 13

Grafik 1.28 Kapasitas Listrik Terpakai Untuk Industri 14

Grafik I.1 Kerangka Diagnosis Penyebab Rendahnya Investasi 18

Grafik I.2 Faktor Rendahnya Investasi di Maluku Utara 18

Grafik I.3 Most Binding Constraint Bagi Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara 20

2

Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015 24 Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015 24 Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan

Triwulan I 2015

26 Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I

2015

27 Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 28

3

Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 30 Grafik 3.2 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 34 Grafik 3.3 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika 35

(8)

vi

Grafik 3.4 Pergerakan Harga Emas Internasional 36

Grafik 3.5 Volume Tangkap dan Nilai Ikan Tangkap 37

Grafik 3.6 Perkembangan Harga Ikan Tangkap 37

Grafik 3.7 Pergerakan harga Premium dan Solar 38

4

Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 43

Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 44

Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 46

Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 47

Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 48

Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs 49

Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 50

Grafik 4.8 Perkembangan KUR 53

Grafik 4.9 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut

54

Grafik 4.10 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 54

Grafik 4.11 Perkembangan Kliring Maluku Utara 55

5

Grafik 5.1 Sebaran Tenaga Kerja di Maluku Utara 60

Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara 61

Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara 62

6

(9)

112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 8.8 9.75 5.4 9.34 7.92 5,687.9 5,873.0 6,157.1 6,335.5 5687.9 1,483.7 1,551.8 1,590.6 1,560.3 1483.7 574.9 529.2 566.3 575.4 574.9 305.0 304.2 316.3 330.7 305 2.7 3.0 3.4 3.9 2.7 4.8 4.9 5.2 5.3 4.8 343.0 364.9 371.5 403.0 343 919.2 959.2 1,031.3 1,072.8 919.2 332.9 349.3 371.1 385.5 332.9 26.2 26.7 27.8 28.3 26.2 207.8 218.3 233.2 235.5 207.8 165.0 173.3 168.7 198.8 165 6.2 6.5 6.8 6.9 6.2 18.2 18.4 19.5 19.7 18.2 950.8 1,001.9 1,059.1 1,117.1 950.8 188.5 195.0 208.4 210.0 188.5 117.4 123.4 131.7 135.6 117.4 41.4 43.0 46.1 46.8 41.4 193.79 176.34 147.13 202.49 22.14 4619.50 1358.44 3928.56 6384.18 647.56 0.25 1.98 2.33 0.84 1.18 0.02 4.32 3.02 1.01 0.31

(10)

viii 5,906.5 5,959.3 6,262.2 6,602.5 6,461.5 6,650.5 6,783.5 7,147.6 7,105.4 4,792.5 4,743.5 4,923.3 4,830.8 5,080.1 5,355.7 5,571.7 5,216.8 5,743.1 2,513.8 2,598.4 2,786.2 3,170.7 2,942.7 2,821.0 2,956.6 3,270.2 3,001.2 1,390.6 1,282.5 1,290.5 779.2 1,183.2 1,509.2 1,528.5 839.1 1,485.5 888.2 862.6 846.6 880.9 954.2 1,025.5 1,086.6 1,107.5 1,256.4 4,025.0 4,375.9 4,508.4 4,631.5 4,712.9 4,819.2 4,937.6 5,066.9 5,202.9 1,185.2 1,279.0 1,278.5 1,295.9 1,279.7 1,263.1 1,311.3 1,328.6 1,370.4 2,469.4 2,623.3 479.1 483.5 2,950.5 3,069.6 3,150.4 465.2 462.8 370.5 473.5 479.1 483.5 482.7 486.5 475.9 3,273.1 3,369.7 84.0 92.2 91.6 95.9 92.8 90.0 88.6 97.1 90.6 2,923.8 1,432.3 1,417.3 1,452.4 1,351.2 1,405.9 1,390.2 1,398.9 1,427.7 235.7 256.0 249.1 266.4 272.0 336.7 300.5 345.0 355.4 790.4 840.6 820.5 830.0 740.4 726.5 744.4 729.3 728.3 282.5 335.8 347.7 355.9 338.8 342.7 345.3 324.6 344.0 2.5 2.8 3.2 2.8 3.1 3.0 2.9 2.3 2.5

(11)

Ringkasan Umum

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan tahun dasar 2010 pada triwulan I 2015 tercatat sebesar Rp 4.930,5 miliar, secara tahunan perekonomian Malut tumbuh sebesar 5,27% (yoy), meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,21% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari

sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari pembentukan modal tetap domestik bruto (investasi) serta membaiknya kondisi ekspor. Sementara itu, pengeluaran konsumsi pemerintah menjadi faktor penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan. Dari sisi lapangan usaha atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan terutama bersumber dari peningkatan kinerja sektor pertanian, sektor perdagangan besar dan eceran yang masih tumbuh tinggi, serta faktor baseline effect pada sektor pertambangan.

KEUANGAN PEMERINTAH

Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015 mengalami peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari APBD 2014. Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan

APBD, realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara hingga akhir triwulan I-2015 baru mencapai 10,51% dan secara nominal turun 25,43% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy).

INFLASI DAERAH

Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 7,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan

(12)

x

sebelumnya sebesar 9,34% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada triwulan

laporan disebabkan oleh penyesuaian harga premium dan solar pada awal triwulan. Penurunan tersebut kemudian diikuti dengan penyesuaian sejumlah tarif moda angkutan sehinga mengurangi tekanan inflasi administered prices dari 21,01% (yoy) menjadi 12,35% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu, kenaikan tekanan terjadi pada inflasi inti yang tercatat 5,91% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 3,41% (yoy) yang salah satunya disebabkan oleh pelemahan nilai tukar yang berdampak pada kenaikan harga beberapa barang konsumsi. Kenaikan juga terjadi pada inflasi volatile food pada triwulan laporan yang sebesar 9,69% (yoy) lebih tinggi dari triwulan IV 2014 yang mencapai 6,29% (yoy). Kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga beras, daging ayam ras, dan ikan segar pada akhir triwulan laporan.

KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM

PEMBAYARAN

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan I-2015 masih menunjukkan kinerja yang positif. Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2015 tercatat sebesar Rp7,11 triliun, atau tumbuh 9,97% (yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan IV-2014 yang tumbuh 8,26% (yoy).

Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan DPK mencapai 13,05% (yoy),

meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2014 yang pertumbuhannya hanya sebesar 7,99% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

terjadi pada simpanan dalam bentuk giro dan deposito.

Dari sisi penyaluran dana, kredit tumbuh 10,40% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang mencapai 9,40% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

terutama dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor utama selama triwulan laporan. Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR masih berada di level yang sangat tinggi yakni 90,59%.

(13)

Adapun risiko kredit yang tercermin dari rasio NPL pada triwulan laporan masih berada di level yang rendah. NPL tercatat hanya sebesar 2,53% walaupun

sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,29%.

Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net inflow. Sementara itu, terjadi

penurunan nilai transaksi non tunai baik yang melalui fasilitas kliring maupun RTGS. Transaksi melalui kiring turun 20,55% (yoy) sementara itu RTGS

turun 0,09% (yoy). Namun demikian, dari sisi kualitas transaksi masih sangat

terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek dan BG kosong pada triwulan laporan. Selama triwulan laporan terdapat 5,29 juta lembar UTLE yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, meningkat 12,08% (qtq) dan secara tahunan naik 15,75% (yoy).

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Perbaikan kinerja pada sektor pertanian dan beberapa sektor lainnya menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar 3,23% (yoy). Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan

menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) bulan Februari 2015 turun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Namun demikian, pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan perkembangan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 4,49% (yoy). Sementara itu terkait kemiskinan, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada September 2014 turun 0,92% (yoy) menjadi 84,79 ribu jiwa.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Malut pada triwulan II 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 5,83% - 6,33% (yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga

masih menjadi penggerak utama ekonomi Malut diperkirakan meningkat cukup signfikan. Sementara itu, ekspor baik luar negeri maupun antar daerah diprediksi tumbuh positif karena faktor baseline effect. Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi akan tumbuh meningkat menyusul melimpahnya produksi

(14)

xii

bahan baku pada triwulan laporan. Masuknya bulan suci Ramadhan dan tahun ajaran baru pada triwulan depan menjadi pendorong sektor perdagangan besar dan eceran.

Laju inflasi pada triwulan II 2015 secara umum berpotensi untuk bergerak naik yaitu pada kisaran 8,92%±1 (yoy), dari triwulan I 2015 yang sebesar 7,92% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi terutama diperkirakan berasal dari

kelompok core inflation dan volatile food. Meningkatnya tekanan permintaan yang belum dapat diimbangi dengan kelancaran pasokan bahan pangan strategis di kota Ternate akan mewarnai tekanan inflasi pada triwulan mendatang. Faktor pendorong inflasi juga akan bertambah dari penyesuaian tarif angkutan menyusul kenaikan premium dan solar pada 28 Maret 2015 yang lalu.

(15)

1

1.1 Kondisi Umum

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan tahun dasar 2010 pada triwulan I 2015 tercatat sebesar Rp 4.930,5 miliar. Secara triwulanan, perekonomian Maluku Utara tercatat tumbuh secara perlahan sebesar 0,10% (qtq) kembali melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,38% (qtq). Sementara itu, secara tahunan perekonomian Malut tumbuh sebesar 5,27% (yoy), meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,21% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy).

Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari pembentukan modal tetap domestik bruto (investasi) serta membaiknya kondisi ekspor. Sementara itu, pengeluaran konsumsi pemerintah menjadi faktor penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan. Dari sisi lapangan usaha atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan terutama bersumber dari peningkatan kinerja sektor pertanian, sektor perdagangan besar dan eceran yang masih tumbuh tinggi, serta faktor base effect pada sektor pertambangan.

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan (penggunaan), faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disumbang oleh pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB). Laju pertumbuhan PMTB sebesar 8,02% (yoy) terakselerasi signifikan dibandingkan laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,56% (yoy).

Sementara itu, komponen konsumsi rumah tangga, walaupun melambat dari triwulan sebelumnya, konsumsi rumah tangga tetap memberikan andil terbesar pada pertumbuhan ekonomi malut triwulan laporan dengan andil sebesar 2,13%. Di lain sisi, komponen konsumsi pemerintah menjadi penahan laju pertumbuhan karena mengalami penyusutan sebesar 1,66% (yoy) dengan andil sebesar -0,50%.

(16)

2

Sementara itu, ekspor mencatat peningkatan pertumbuhan karena peningkatan produksi pertanian dan faktor base effect ekspor pertambangan. Di lain sisi, masih tingginya ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan pertumbuhan impor juga meningkat sehingga neraca perdagangan Maluku Utara masih mengalami net impor.

Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan I 2014 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 59,32%. Sementara konsumsi pemerintah memiliki pangsa 26,71% atau mengalami penurunan pangsa yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, di sisi lain pangsa investasi (PMTB) mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,87% menjadi sebesar 28,78% Di lain sisi, masih tingginya ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya net impor sehingga menjadi pangsa negatif bagi struktur perekonomian Maluku Utara .

Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 3.52% 2.31% -1.66% 8.02% -115.97% 30.75% 25.17%

(17)

3

1.2.1 Konsumsi Masyakat dan LNPRT

Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 3,52% (yoy) tumbuh sedikit melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 4,03%. Kondisi yang sama juga terjadi pada konsumsi lembaga non profit yang pada triwulan ini tumbuh 2,31% (yoy) dimana pada triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan 4,84%. Namun demikian, konsumsi masyarakat masih memberikan andil kedua terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan laporan yakni 2,13%.

Grafik 1.2 Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tendensi melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan terkonfirmasi dari indeks tendensi konsumen (ITK) pada triwulan IV 2014 yang hanya sebesar 103,19 turun dari triwulan IV 2014 yang mencapai 103,28. Penurunan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh perlambatan indeks penerimaan rumah tangga (IPRT) yang tumbuh sebesar -11,88% (yoy) terkoreksi lebih dalam dari triwulan sebelumnya sebesar -10,53%. Kenaikan UMP 2015 yang tidak setinggi tahun 2014 di tengah efek tingginya inflasi tahun 2014 serta masih simpang siurnya kondisi perekonomian ke depan menyebabkan masyarakat mengurangi intensitas konsumsinya pada triwulan laporan.

(18)

4

Grafik 1.3 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT)

Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : LBU, diolah

Intensi melambatnya konsumsi masyarakat juga disebabkan oleh pergeseran preferensi masyarakat dari konsumsi menjadi menabung. Hal ini ditandai dengan melambatnya kredit konsumtif menurut lokasi proyek dari 16,28% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 15,69% (yoy) pada triwulan IV 2014. Di lain sisi, terjadi peningkatan pada DPK masyarakat yang tumbuh sebesar 13,05%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,99%. Kondisi ini terkait dengan masih tingginya suku bunga simpanan khususnya deposito.

Grafik 1.5 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton) Grafik 1.6 Volume Barang konsumsi lainnya (Ton)

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Melambatnya intensitas konsumsi masyarakat di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan bongkar muat selama awal tahun 2015 di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas, terutama kegiatan bongkar barang konsumsi lainnya yang dikirim dari luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung (Manado). Volume bongkar bahan pokok pada triwulan laporan tumbuh 123,3% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya 282,0% (yoy).

(19)

5 Grafik 1.7 Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) Grafik 1.8 Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit)

Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah

Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah

Grafik 1.9 Konsumsi KwH Rumah Tangga

Sumber : PLN Provinsi Maluku Utara

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 8,02% (yoy) dan memberikan andil pertumbuhan terbesar pada triwulan ini yaitu sebesar 2,2% terhadap pertumbuhan PDRB Maluku Utara sisi permintaan. PMTB tumbuh meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 8,02% (yoy). Kondisi ini ditengarai meningkat oleh faktor pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas produksi dari beberapa perusahaan swasta.

(20)

6

Grafik 1.10 Perkembangan PMA di Maluku Utara

Grafik 1.11 Perkembangan PMDN di Maluku Utara

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Meningkatnya perkembangan PMTB salah satunya terindikasi dari foreign direct investment (FDI) dan domestic direct investment (DDI) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 390 miliar (asumsi rerata kurs rupiah terhadap USD sebesar Rp.12.000/USD) meningkat dua kali lipat dibandingkan triwulan sebelumnya. mengalami pertumbuhan -8,5% (yoy) lebih baik dari triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar -67,6% dan -39,6%.

Meningkatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume pengadaan semen di Maluku Utara yang naik sebesar 29,36% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,9%. Adapun peningkatan konsumsi semen ini juga disebabkan oleh realisasi proyek pemerintah atas pengeluaran sektor publik yang cukup besar pada triwulan sebelumnya.

Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton) Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Salah satu bentuk investasi yang cukup terlihat adalah reklamasi dan perluasan dermaga Pelabuhan Ahmad Yani seluas 6160 m2 oleh PT Pelindo IV Cabang Ternate. Pembangunan tersebut saat ini sedang berlangsung dan diperkirakan menghabiskan dan

(21)

7 investasi sebesar Rp70 Miliar. Apabila pembangunan ini selesai, kapasitas bongkar muat Pelabuhan Ahmad Yani akan meningkat serta pemasangan peralatan bongkar muat modern seperti container crane dan reach staker baru dapat dilaksanakan.

1.2.3 Pengeluaran Pemerintah

Secara tahunan, pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015 menyusut 1,66%, jauh berbeda dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,43%. Secara triwulanan, konsumsi pemerintah menyusut -16,91% (qtq). Penyusutan ini disebabkan oleh terlambatnya penetapan APBD Provinsi Maluku Utara 2015 yang baru disahkan perdanya pada akhir Februari 2015. Hal ini tentu saja berdampak lanjutan pada terlambatnya dropping dana ke Pemkab dan Pemkot di Maluku Utara.

Hal ini terkonfirmasi dengan perkembangan saldo giro pemerintah. Pada akhir triwulan I 2015 giro pemerintah tercatat sebesar Rp 566,39 miliar. Jumlah ini tumbuh meningkat dari 40,76% (yoy) pada triwulan IV-2014 menjadi 52,10% (yoy). Di tengah turunnya pendapatan pemerintah, meningkatnya giro milik pemerintah menjadi indikator rendahnya realisasi belanja pada triwulan laporan.

Grafik 1.14 Perkembangan Giro Pemerintah

Sumber : LBU, diolah

1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor

Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar negeri) pada triwulan laporan menunjukkan net impor sebesar Rp859,62 miliar atau tumbuh 3,51% (yoy). Walaupun ekspor sudah menunjukkan pertumbuhan positif yang signifikan sebesar 30,75% (yoy) dengan adanya peningkatan ekspor antar daerah khususnya

(22)

8

komoditas kopra, kelapa, dan rempah-rempah, di sisi lain impor juga mengalami pertumbuhan sebersar 25,17% (yoy).

Grafik 1.15

Perkembangan Volume Ekspor

Grafik 1.16

Perkembangan Nilai Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Ekspor luar negeri masih mengalami penurunan akibat terhentinya kegiatan ekspor biji nikel yang memiliki pangsa ±98% terhadap total ekspor Maluku Utara setiap bulannya. Penurunan ini diprediksi akan bertahan hingga adanya kegiatan produksi di sektor pertambangan melalui pembangunan smelter dan sarana penunjang lainnya seperti pembangkit listrik dan pelabuhan. Volume ekspor luar negeri turun sebesar 99,61% (yoy) Sementara itu nilai ekspor turun 94,12% (yoy).

Grafik 1.17 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Grafik 1.18 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

Perkembangan impor Maluku Utara secara total terpantau tumbuh sebesar 25,17% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya Berdasarkan data BPS, volume sekaligus nilai impor luar negeri Maluku Utara mengalami kenaikan signifikan yaitu 4442,55% (yoy) dan 1664,06% (yoy). Kenaikan volume impor ini dikarenakan adanya impor

-150.0% -100.0% -50.0% 0.0% 50.0% 100.0% 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 I II II IV I II II IV I II II IV I 2012 2013 2014 2015 (0 0 0 ) t o n

(23)

9 mesin yang merupakan bentuk investasi perusahaan swasta dalam meningkatkan kapasitas produksinya.

Grafik 1.19 Perkembangan Volume Impor Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi triwulan laporan terutama didukung oleh perbaikan kinerja pada sektor pertanian, pertambangan, dan informasi. Sementara itu, walaupun tumbuh melambat, sektor perdagangan besar dan eceran masih tumbuh sangat tinggi sehingga kembali memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi triwulan laporan yakni sebesar 1,78%. Adapun sektor pertanian memberikan andil kedua terbesar yakni 0,68%.

Tabel 1.2 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sektor Pertumbuhan (yoy,%) Andil (%)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.75 0.68

Pertambangan dan Penggalian 0.46 0.05

Industri Pengolahan 5.67 0.31

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 27.46 0.02

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6.75 0.01

Konstruksi 6.45 0.40

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor10.37 1.78

Transportasi dan Pergudangan 7.28 0.40

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.56 0.00

Informasi dan Komunikasi 11.72 0.48

Jasa Keuangan dan Asuransi 16.81 0.47

Real Estate 7.51 0.01

Jasa Perusahaan 3.66 0.01

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib2.05 0.33

Jasa Pendidikan 3.72 0.13

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.91 0.13

Jasa lainnya 8.73 0.07

(24)

10

Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan I 2015 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 25,63% dari total PDRB. Kemudian pada triwulan ini menyusul di peringkat kedua yaitu sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 17,26% menggeser di posisi sebelumnya yaitu administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang kini menjadi penyumbang terbesar ketiga dengan pangsa sebesar 15,96%. Sementara itu, sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10%.

Grafik 1.21 Struktur PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pada triwulan I 2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 2,75% (yoy) tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,19%. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan produksi komoditas tabama, hortikultura, dan perkebunan khususnya kelapa dan rempah-rempah yang signifikan. Kenaikan produksi komoditas kelapa terindikasi dari turunnya harga komoditas hasil bumi tersebut di pasar lokal pada kisaran 5%-10% akibat melimpahnya produksi.

Menurut hasil liaison dengan pelaku usaha pengolahan minyak kelapa terdapat kecenderungan kemunduran puncak musim panen kelapa yang seharusnya akhir tahun 2014 menjadi pada triwulan ini. Hal ini menyebabkan produksi kelapa pada triwulan laporan meningkat drastis

(25)

11 Dari subsektor tabama dan hortikultura, program ketahanan pangan yang dijalankan pemerintah daerah melalui berbagai metode nampaknya mulai membuahkan hasil. Hal ini terlihat dari stabilnya harga komoditas aneka cabai dan aneka bawang seiring panen raya yang terjadi di berbagai sentra produksi di Pulau Halmahera. Kondisi yang sama juga terjadi pada komoditas padi.

Pertumbuhan sektor pertanian sedikit terhambat oleh performa subsektor perikanan. Pada triwulan laporan, data volume tangkap ikan tercatat turun 32,32% (yoy). Penurunan ini ditengarai merupakan efek lanjutan dari el nino. Selain itu, kebijakan terkait pelarangan dropping solar subsidi untuk kapal dengan kapasitas tertentu juga menyebabkan penurunan pada aktivitas nelayan. Di lain sisi, implementasi Permen No. 56/PERMEN-KP/2014 mengenai Moratorium Perizinan Usaha Ikan Tangkap tidak terlalu berdampak pada keseluruhan aktivitas perikanan di Maluku Utara yang mayoritas berupa kapal dan nelayan kecil lokal.

Grafik 1.22 Perkembangan Volume Ikan Tangkap

Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Ikan Tangkap

Sumber : PPN Kota Ternate Sumber : PPN Kota Ternate

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertanian

Sumber : LBU, diolah

-11.1% -20.0% -10.0% 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 I II III IV 2014 to n

(26)

12

Perkembangan sektor pertanian juga tercermin dari peningkatan kredit yang dikucurkan oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah Rp25,47 miliar, tumbuh 12,43% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya.

1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor masih tumbuh tinggi sebesar 10,37% (yoy) sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,44% (yoy). Perlambatan tersebut seiring dengan perlambatan konsumsi masyarakat. Selain itu, beberapa jenis usaha pada sektor perdagangan yang mengandalkan impor seperti barang elektronik terkena dampak pelemahan rupiah, sehingga penjualan sempat mengalami penurunan.

Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.26 Perkembangan TPK

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Menurut hasil liaison dengan pasar modern di Maluku Utara, jumlah penjualan selama triwulan laporan masih tetap tinggi. Tercatat terdapat peningkatan 10-15% untuk produk makanan dan minuman. Namun demikian, responden liaison menyatakan ada sedikit penurunan pada penjualan produk-produk elektronik dan sandang.

Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan pada sektor ini masih mengalami akselerasi, kenaikan yang hingga akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.350 miliar atau meningkat 7,12% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,35%. Dengan demikian, kinerja sektor ini pada triwulan mendatang diperkirakan masih cukup tinggi.

(27)

13

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 5,67% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,47% (yoy). Secara triwulanan, sektor ini tumbuh 0,66% (qtq). Selain baseline effect karena tingginya pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan melambat karena turunnya produksi industri olahan hasil laut seiring turunnya hasil tangkapan ikan.

Di lain sisi, pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan ditopang oleh industri pengolahan kopra dan minyak kelapa. Berdasarkan hasil liaison dengan beberapa pelaku usaha dari industri tersebut, produksi pada awal tahun 2015 diperkirakan meningkat 15-20% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Perlambatan pada sektor ini juga terlihat dari pertumbuhan outstanding kredit yang dikucurkan perbankan yang tumbuh terkoreksi sebesar -3,66%, dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh positif sebesar 3,80% (yoy). Di samping itu perlambatan juga tercermin dari menurunnya konsumsi energi industri yang direpresentasikan oleh data jumlah KwH listrik PLN penggunaan industri.

Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan

(28)

14

Grafik 1.28 Kapasitas Listrik Terpakai Untuk Industri

Sumber : PLN Provinsi Maluku Utara

Dari sisi skala industri manufaktur, perlambatan terutama terjadi pada industri manufaktur skala mikro dan kecil. pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada triwulan IV 2014 tumbuh sebesar 6,41% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,37% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan laporan justru meningkat dari 13,87% (yoy) 15,53% (yoy).

Tabel 1.3 Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Melambatnya pertumbuhan industri skala mikro dan kecil terutama terjadi pada industri makanan yang tumbuh melambat dari 12,88% (yoy) menjadi 8,75% (yoy). Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), industri pengolahan ikan

(29)

15 dan hasil tangkapan laut lainnya masuk ke dalam klasifikasi ini. Adanya kesulitan bahan baku akibat berkurangnya hasil tangkapan mempengaruhi produksi industri ini.

1.3.4 Sektor Pertambangan

Berbeda dengan triwulan sebelumnya di mana sektor pertambangan mengalami kontraksi sebesar 13,47% (yoy), pada triwulan laporan sektor ini tumbuh positif sebesar 0,46% (yoy), dan memberikan andil sebesar 0,05%. Pertumbuhan ini terjadi karena adanya baseline effect akibat kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya pasca diberlakukannya UU Minerba yang menyebabkan terhentinya aktivitas eskpor bijih nikel. Saat ini, tambang nikel milik beberapa perusahaan besar tetap beroperasi secara terbatas. Hasil produksi bijih nikel dikirimkan untuk diolah lebih lanjut ke smelter terdekat seperti smelter milik PT Antam di Pomalaa Sulawesi Tenggara.

(30)
(31)

17 Pertumbuhan ekonomi adalah suatu indikator penting untuk mengetahui kemajuan suatu daerah. Beberapa daerah pertumbuhan ekonominya cenderung stagnan bahkan rendah walaupun sudah diterapkan berbagai kebijakan dan program oleh pemerintah. Oleh karena itu, sebuah perangkat analisa dibutuhkan untuk mendiagnosa mengapa suatu perekonomian tidak tumbuh optimal dengan mempertimbangkan berbagai permasalahan ekonomi. Dari hasil analisa tersebut barulah pemerintah daerah dapat membuat paket kebijakan yang tepat dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Perekonomian Maluku Utara dalam satu dasawarsa ini telah meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2013, dengan pertumbuhan rata-rata 5,85% per tahun. Namun demikian, untuk sebuah provinsi baru, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara cenderung rendah dan seringkali berada di bawah nasional. Oleh karena itu, diperlukan diagnosa untuk mengetahui mengapa pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara belum optimal.

Untuk mendorong pertumbuhan yang optimal, maka diperlukan adanya peningkatan investasi yang masuk ke daerah (Worldbank, 2010). Sementara itu, indikator investasi yang diukur dari pangsa investasi swasta (PMTB) Maluku Utara terhadap PDRB terhitung sangat rendah, jauh di bawah nasional maupun Sulawesi Selatan sebagai pusat perekonomian Sulawesi. Maluku Utara juga tidak menjadi preferensi investasi para investor, terlihat dari pangsa PMDN dan PMA ke Maluku Utara yang hanya sebesar 0,5% dan 0,7% dari total investasi nasional.

Investasi sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pengembalian ekonomi, pendanaan, biaya sosial, kegagalan pasar, dan kualitas sumber daya manusia. Diagnosis pertumbuhan di Maluku Utara akan berfokus pada bagaimana mengidentifikasi hambatan utama pada pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sehingga kemudian dapat dihasilkan sebuah paket reformasi prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkesinambungan.

Adapun analisa lingkungan bisnis akan mengikuti kerangka diagnosis pertumbuhan pengembangan dari Hausmann, Rodrik, dan Velasco (HRV, 2005) yang diringkas dalam diagram sebagai berikut :

(32)

18

Grafik I.1 Kerangka Diagnosis Penyebab Rendahnya Investasi

Sumber: World Bank

Berdasarkan teori yang dikembangkan HRV tersebut, melalui analisa, justifikasi, serta perbandingan terhadap berbagai data Maluku Utara dan provinsi lainnya (Nasional, Maluku, Sulsel) 0.dari beragam sumber, maka dihasilkan klasifikasi hambatan yang terdapat di Maluku Utara dalam menarik investasi dan mencapai pertumbuhan yang berlanjut. Disajikan dalam bentuk constraints matrix yang juga menunjukkan kondisi berbagai aspek :

Grafik I.2 Faktor Rendahnya Investasi di Maluku Utara

Coordinatio n Market fail TPT dan TPAK Kualitas Jalan & konektivitas Inflasi I klim investasi (kriminal, I ndeks Persepsi Korupsi, kepengurusan ijin) HHI Pendidikan (APM, APK, TPS) Elektrifikasi, air, sanitasi Anggaran pemerintah Akses mendapatka n lahan Keragaman struktur Perkonomian Ketersediaan Sekolah Geografis, indeks bencana & Biaya

Logistik Kesehatan & fasilitasnya Kinerja tenaga listrik Tingkat pengangguran & UMP

= dalam kondisi baik = binding constraint

= the most binding constraint

Low growth and investment

Binding social returns Binding finance Lack of complementary

factors

Low appropriability Government failures Low aggregate saving

& Bad finance

Human Capital Infrastructure & public goods Ex ante Ex post Tax LDR Ex ante risk Low property & rights, corruption Low R&D , Low Self disc

NPL Rasio kredit/PDRB

Rasio tabungan/PDRB

Distribusi Penyaluran kredit

(33)

Terlihat pada matriks tersebut, bahwa hambatan pengikat terbesar (the most binding constraint) dari investasi pendorong pertumbuhan di Provinsi Maluku Utara adalah permasalahan terkait :

a) Infrastruktur dan fasilitas publik, yang terdiri atas :

 Kualitas jalan dan konektivitas sebagai hambatan utama, yang diukur dari ; - Panjang jalan per luas daratan;

- Panjang jalan dengan kondisi rusak per total panjang jalan; - Jumlah kendaraan/km panjang jalan.

 Elektrifikasi, air, dan sanitasi sebagai hambatan utama, yang diukur dari ; Rasio elektrifikasi/jumlah rumah tangga;

Rasio air minum layak/jumlah rumah tangga; Rasio sanitasi layak/jumlah rumah tangga.

 Kondisi geografis sebagai hambatan utama, yang diukur dari ; Indeks bencana;

Betuk geografis (persebaran daratan dan penghunian pulau); Biaya logistik/pengiriman.

b) Low property, rights, and corruption, yang ditunjukkan oleh :

 Kondisi iklim investasi sebagai hambatan utama, yang diukur dari ; - Indeks iklim investasi;

- Tingkat Kriminal/konflik - Indeks persepsi korupsi

- Tingkat kesulitan kepengurusan ijin usaha c) Low R&D, and self-discovery, yang ditunjukkan oleh :

 Indeks Herfindahl-Hirschman Index atau indeks yang mengukur distribusi/konsentrasi keragaman (dalam hal ini) pasar ekspor di suatu daerah.

Selain itu, faktor yang juga dapat berisiko menjadi penghambat pertumbuhan di Maluku Utara adalah :

a) Masalah pembiayaan : Distribusi penyaluran kredit

b) Sumberdaya manusia : Ketersediaan sekolah dan tenaga pengajar yang layak serta fasilitas kesehatan yang memadai

(34)

20

d) Low property : Akses mendapatkan lahan

e) Low self discovery : Keragaman struktur perekonomian

Grafik I.3 Most Binding Constraint Bagi Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara

Berdasarkan diagnosa tersebut, penyebab rendahnya investasi di Maluku Utara paling banyak bermuara pada kondisi infrastruktur yang buruk. Kualitas jalan di Maluku Utara sebagian besar kondisinya tidak baik serta infrastruktur kelistrikan di Maluku Utara belum memadai dibandingkan provinsi lainnya. Selain itu, sebagai daerah kepulauan di timur Indonesia yang memiliki gunung api aktif, investor di Maluku Utara berhadapan dengan mahalnya biaya logistik dan tingginya probabilitas bencana alam. Situasi ini diperburuk dengan iklim investasi di Malut baik dari sisi kenyamanan berusaha maupun tata kelola pemerintah relatif lebih rendah dibandingkan daerah lainnya.

Kendati memiliki beragam faktor penghambat, berdasarkan data yang diperoleh kualitas sumberdaya manusia Maluku Utara yang dilihat dari angka partisipasi pendidikan yang lebih baik dibandingkan beberapa provinsi lain di Indonesia Timur. Sayangnya kondisi tersebut masih belum dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Maluku Utara. Ada faktor budaya dan kesesuaian pendidikan yang belum bisa diungkapkan dengan data yang ada.

Penyebab

Faktor

Ukuran

Malut

Pengukuran

Panjang jalan/luas daratan 7,50 Nasional 26,4 % km jalan/km2 daratan

Rasio jalan rusak 34.8 Nasional 17.6 % km jalan rusak/km jalan

Kepadatan kendaraan 12 Nasional 205 kendaraan/km jalan

Rasio elektrifikasi 63.82 Nasional 78.06 % jumlah rumah tangga

Rasio air minum layak 59.65 Nasional 67.73 % jumlah rumah tangga

Rasio sanitasi layak 54.76 Nasional 57.82 % jumlah rumah tangga

Tingkat bencana Tinggi/175/5 Jakarta Sedang/54/33 Risko/Indeks/Ranking

Bentuk geografis Kepulauan-1.474 Maluku Kepulauan -1000 Bentuk-jumlah pulau

Biaya logistik-pengiriman 17,5 Sulsel 7.4 Dari Jakarta (Rp. Juta)

Indeks iklim investasi 53.05/25 Sulsel 63.29/5 Indeks/Ranking

Kesulitan kepengurusan ijin 25,9 Nasional 10,9 % pengusaha keberatan

Property Akses Lahan Usaha 62.7/16 Sulsel 59.95/18 indeks/ranking

Tingkat kriminal/konflik 19.48 Maluku 17.46 % desa dengan konfik

Indeks persepsi korupsi 39/4.42 Sulsel 47/3.97 Ranking/indeks korupsi

Low R%D and

self-discovery

Keragaman

pasar ekspor Indeks HHI 0.8 Sulsel 0,40 Indeks (konsentrasi)

Daerah lain

Most binding constraint

Infrastruktur

dan

fasiitas publik

Low property,

rights,

and corruption

Iklim investasi Korupsi Kualitas jalan dan konektivitas Elektrifikasi, air dan sanitasi Kondisi geografis

(35)

Maka dengan beragam permasalahan dan hambatan yang ada, Maluku Utara diharapkan untuk lebih memperhatikan permasalahan infrastruktur dasar serta tata kelola dalam kemudahan berinvestasi. Dengan adanya ketersediaan infrastuktur maka akan memberikan dampak langsung maupun tidak langsung seperti :

 Peningkatan perputaran ekonomi dengan nilai dari proyek infrastruktur itu sendiri

 Kelancaran faktor produksi yaitu tenaga kerja & bahan modal

 Peningkatan pengembalian nilai ekonomi investor sehingga investor meningkatkan nilai investasinya

 Peningkatan minat investor karena kelengkapan dan kemudahan infrastruktur yang dapat mendukung kelancaran aktivitas bisnis sehingga menarik jumlah investor yang semakin besar

Melalui hal-hal tersebut maka investasi dapat meningkat secara stimultan sehingga pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dengan pertumbuhan ekonomi yang inklusif maka dapat meningkatkan pendapatan perkapita dan berujung pada kesejahteraan rakyat.

(36)
(37)

23

2.1 Kondisi Umum

Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015 mengalami peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari APBD 2014. Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan APBD, realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara hingga akhir triwulan I-2015 baru mencapai 10,51% dan secara nominal turun 25,43% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy) .

2.2 Struktur APBD

Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2015 adalah sebesar Rp1,83 triliun atau meningkat 12,86% dari anggaran pendapatan pada APBD 2014.Sementara itu, anggaran belanja pada APBD 2015 tercatat sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 16,42% dari anggaran belanja tahun sebelumnya.

Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan transfer sebesar 34,8% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara yaitu sebesar 82,6% pada APBD 2015, dikarenakan pendapatan asli daerah belum dapat menjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak, masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Sementara itu, meningkatnya pendapatan transfer dipengaruhi oleh pengalihan subsidi energi pada APBN 2015 pada dana untuk pembangunan daerah serta fokus pembangunan pemerintah pusat terhadap daerah di kawasan Indonesia Timur.

(38)

24

Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015

Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 16,0% (yoy). Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan sarana publik/infrasruktur pada triwylan mendatang. Secara struktural, pangsa dari anggaran belanja tidak mengalami banyak perubahan. Meskipun mengalami penurunan, belanja operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 67,6%.

Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015

(39)

2.3 Realisasi Pendapatan APBD

Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga triwulan I 2015 mencapai Rp 411,31 miliar, mencapai 22,50% dari total target anggaran pendapatan 2015 yang sebesar Rp1.827,93 miliar, atau masih di bawah target per triwulan sebesar 25%. Nominal realisasi tersebut menurun apabila dibandingkan realisasi pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,34% (yoy).

Realisasi seluruh komponen pendapatan pada triwulan I tahun 2015, baik Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan/Transfer, maupun Pendapatan Lain-lain mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan setiap komponen pendapatan di triwulan I tahun 2014. Kinerja penerapan anggaran pendapatan terendah ditunjukkan oleh pendapatan lain-lain (hibah) dimana pada tahun sebelumnya dapat mencapai >25% pada triwulan pertama, sementara realisasi pada tahun ini hanya sebesar 13,5%.

Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 (dalam rupiah)

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015

Apabila melihat kinerja masing-masing pos pendapatan, kondisi tersebut ditengarai disebabkan oleh masih rendahnya PAD yang dipengaruhi oleh berhentinya aktivitas sejumlah perusahaan tambang yang selama ini menjadi lumbung PAD Maluku Utara. Selain itu berkurangnya pendapatan masyarakat akibat melambatnya perekonomian dan kenaikan harga berimbas pada realisasi pendapatan pajak dan retribusi yang masih jauh dari target.

(40)

26

Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan pemerintah Provinsi Maluku Utara berasal dari komponen transfer pemerintah pusat-dana penyesuaian sebesar 40,57%, diikuti dana alokasi khusus yang memiliki pangsa siginifikan dengan realisasi sebesar 32,62%. Dengan demikian, pendapatan Pemprov, Pemerintah kabupaten dan kota di Maluku Utara sebagian besar bukan berasal dari pendapatan dari daerah itu sendiri, melainkan bergantung pada dana perimbangan. Dan dalam pelaksanaannya, transfer dari pemerintah pusat terbilang tepat waktu.

Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015

2.4 Realisasi Belanja APBD

Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir triwulan I 2015 mencapai Rp 191,71 miliar atau sebesar 10,51% dari anggaran sebesar 1.824,43 miliar. Jumlah realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi belanja pada triwulan I tahun 2014 sebesar 17,94%.

Realisasi seluruh komponen belanja pada triwulan I tahun 2015, baik Belanja Operasional maupun Belanja Modal mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kedua komponen belanja di triwulan I tahun 2014. Kinerja penerapan anggaran pendapatan terendah ditunjukkan oleh belanja modal dimana pada tahun sebelumnya dapat mencapai 19,0% pada triwulan pertama, sementara realisasi pada tahun ini hanya sebesar 0,02%.

(41)

Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015

Rendahnya realisasi pada triwulan ini dipengaruhi oleh terlambatnya pengesahan APBD 2015 yang baru terlaksana pada Akhir Februari 2015. Kondisi ini berdampak lanjutan pada terlambatnya dropping dana ke SKPD-SKPD dan kabupaten kota serta mundurnya proses lelang beberapa kegiatan strategis daerah. Dengan keterlambatan tersebut, belanja modal yang hanya mencatat realisasi sebesar Rp 93,4 juta dari total anggaran Rp 497,10 miliar.

(42)

28

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015

Rendahnya realisasi juga dialami oleh komponen belanja lainnya. Belanja barang yang juga memerlukan proses pengadaan hanya mencatat realisasi belanja sebesar 3,12%. Sementara itu, walaupun tetap lebih rendah, realisasi belanja pegawai yang sifatnya rutin mencapai 15,88% dari pagu APBD 2015.

Dari sisi komponen pembentuknya, tingkat realisasi tertinggi belanja daerah terjadi pada komponen belanja hibah sebesar 33,91% dengan pangsa sebesar 45,16% terhadap total realisasi triwulan I 2015. Kemudian disusul dengan belanja transfer bagi hasil sebesar 24,19% dengan pangsa 11,66% dari keseluruhan realisasi belanja triwulan I-2015.

2.5 Keuangan Pemerintah

Dana pemerintah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan I 2015 tercatat sebesar Rp. 876,32 miliar, nominal tersebut merupakan nominal dana pemerintah tertinggi selama lebih dari tiga tahun terakhir. Jumlah ini tumbuh signifikan sebesar 60,33% (yoy) terakselerasi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 42,62% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -26,50% (yoy).

(43)

Sumber : Data Perbankan

Akselerasi terjadi pada simpanan deposito. Deposito pemda tumbuh 130,24% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 13,94% (yoy). Naiknya dana yang dimiliki pemerintah ini menandakan minimnya penyerapan anggaran belanja pemerintah, sementara pemerintah daerah mengalihkan dananya ke jenis simpanan yang kurang likuid. Kendati demikian jumlah deposito yang dimiliki pemerintah atas kenaikan tersebut hanya mencapai 11,34% dari keseluruhan dana yang dimiliki pemerintah.

(44)

30

(45)

30

3.1 Kondisi Umum

Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 7,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 9,34% (yoy). Namun demikian, angka inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan angka Nasional 6,38% (yoy). Kota Ternate sebagai representasi kota pengukuran inflasi menempati urutan ke 6 dari 18 kota dengan inflasi tertinggi di Sulampua.

Secara bulanan, Provinsi Maluku Utara mengalami dua kali deflasi yaitu sebesar 0,55% (mtm) dan 0,83% (mtm) pada bulan Januari dan Februari 2015. Kemudian menutup triwulan I dengan inflasi bulanan sebesar 0,83%. Dengan demikian, hingga akhir triwulan I-2015, Maluku Utara masih mengalami deflasi sebesar 1,03% (mtm).

Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Penurunan tekanan inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh penyesuaian harga premium dan solar pada awal triwulan. Penurunan tersebut kemudian diikuti dengan penyesuaian sejumlah tarif moda angkutan sehinga mengurangi tekanan inflasi administered prices dari 21,01% (yoy) menjadi 12,35% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu, kenaikan

(46)

tekanan terjadi pada inflasi inti yang tercatat 5,91% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 3,41% (yoy) yang salah satunya disebabkan oleh pelemahan nilai tukar yang berdampak pada kenaikan harga beberapa barang konsumsi. Kenaikan juga terjadi pada inflasi volatile food pada triwulan laporan yang sebesar 9,69% (yoy) lebih tinggi dari triwulan IV 2014 yang mencapai 6,29% (yoy). Kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga beras, daging ayam ras, dan ikan segar pada akhir triwulan laporan.

3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 3.2.1 Inflasi Tahunan (yoy)

Inflasi tahunan Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan menurun dari 9,34% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,92% (yoy). Penurunan terutama terjadi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan yang pada triwulan laporan hanya mengalami inflasi sebesar 7,52% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mencapai 18.58% (yoy). Kebijakan pemerintahan Jokowi yang menurunkan harga premium dan solar sebanyak 2 kali selama bulan Januari yang disusul dengan instruksi penyesuaian tarif angkutan di semua daerah efektif menurunkan tekanan inflasi pada triwulan laporan.

Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Sementara itu, tekanan inflasi selama triwulan laporan terutama disumbang oleh kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 9,00% (yoy) dengan andil kedua tertinggi yaitu sebesar 1,86%. Peningkatan disebabkan kenaikan harga beras yang mengikuti kenaikan harga beras di Pulau Jawa seiring mundurnya masa panen di wilayah tersebut. Penyebab kenaikan lainnya adalah daging ayam ras yang harganya naik akibat kenaikan harga pakan ternak tersebut menyusul pelemahan nilai Rupiah.

(47)

32

Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

3.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi triwulan laporan menunjukkan deflasi sebesar 1,03%(qtq) jauh lebih rendah dari inflasi triwulan IV-2014 sebesar 4,52%(qtq). Tingkat inflasi ini lebih rendah dibanding rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama satu dekade terakhir yang sebesar 1,30% (qtq). Penyebab deflasi berasal dari kelompok transpor, kelompok pendidikan, dan kelompok bahan makanan.

Deflasi terbesar terjadi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 8,54% (qtq). Hal ini dipicu oleh dampak kebijakan pemerintah yang telah menurunkan harga BBM bersubsidi sebesar 22,35% untuk premium dan 14,67% untuk solar. Penurunan ini direspons dengan baik oleh pemkot Ternate yang menurunkan tarif angkutan dalam kota pada kisaran 15%.

Tabel 3.3 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

(48)

Tabel 3.4 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Kondisi ketersediaan bahan makanan selama triwulan laporan sebetulnya lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar 1,19% (qtq). Tangkapan ikan cakalang yang relatif melimpah serta panen cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah pada sentra-sentra produksi di Pulau Halmahera selama triwulan laporan menyebabkan harga komoditas-komoditas tersebut turun selama triwulan laporan dan menahan laju inflasi.

Sementara itu, tekanan inflasi berasal dari kelompok sandang merupakan kelompok dengan tingkat inflasi sekaligus sumbangan inflasi triwulanan tertinggi yaitu 7,15% dengan andil sebesar 0,38%. Hal ini dipicu oleh siklus pergantian stok barang sandang di awal tahun dengan harga baru (setelah penghabisan stok di akhir tahun) serta adanya dampak pelemahan nilai tukar rupiah yang memengaruhi harga sandang impor.

3.2.3 Inflasi Bulanan (mtm)

Laju inflasi bulanan (mtm) kota Ternate pada triwulan I 2015 cenderung berfluktuatif dengan tren yang meningkat dimana pada dua bulan di awal triwulan kota Ternate mengalami dua kali deflasi berturut-turut dan kemudian mengalami inflasi di akhir triwulan.

Selama tiga bulan berturut-turut Kota Ternate memiliki inflasi bulanan yang lebih rendah dibandingkan kondisi inflasi di level Nasional (grafik 3.2). Pada Januari 2015, Kota Ternate mengalami deflasi sebesar 0,55% (mtm), kemudian pada bulan Februari 2015 kembali terjadi

(49)

34

deflasi sebesar 0,83% (mtm). Kemudian inflasi terjadi di bulan Maret 2014 sebesar 0,17% (mtm)

Grafik 3.2 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Pada bulan Januari 2015, deflasi terjadi pada komoditas inflasi inti, volatile foods, maupun administered prices. Penurunan harga BBM diikuti dengan penurunan harga komoditas lainnya. Komoditas bahan makanan strategis seperti beras, bumbu-bumbuan, ikan segar dan sayur mayur juga cukup melimpah.

Sama halnya dengan bulan Januari, pada bulan Februari, deflasi terutama didorong oleh melimpahnya ketersediaan bahan makanan. Panen raya cabai dan bawang merah pada awal tahun menyebabkan tingginya ketersediaan komoditas ini sehingga menurunkan harga. Selain itu, turunnya tarif angkutan dalam kota yang dipengaruhi oleh turunnya harga bahan bakar bersubsidi di awal tahun turut menjadi penyumbang deflasi selama dua bulan berturut-turut.

Pada bulan Maret 2015, inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras seiring kenaikan harga komoditas tersebut di Pulau Jawa akibat mundurnya masa panen. Kenaikan juga terjadi pada komoditas bayam dan sayur mayur lainnya yang ditengarai akibat adanya kendala distribusi dari Manado dan Surabaya. Kenaikan juga terjadi pada tarif angkutan udara, yang meningkat seiring kenaikan harga avtur akibat pelemahan nilai Rupiah serta berkurangnya jumlah maskapai penerbangan ke Ternate.

(50)

Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi oleh gejolak harga yang terjadi pada tiga kelompok pengeluaran. Namun demikian kelompok volatile foods dan administered prices mengalami gejolak yang lebih signifikan dibandingkan core inflation.

3.3.1 Faktor Fundamental

Tekanan inflasi inti (core inflation) tahunan pada triwulan I 2015 meningkat dari 3,41% (yoy) menjadi 5,91% (yoy). Pergerakan inflasi inti terutama disebabkan oleh penyesuaian harga produk manufaktur akibat pelemahan nilai tukar rupiah dan peningkatan tarif listrik. Sesuai dengan hasil survei di awal tahun bahwa para pelaku manufaktur akan menyesuaikan harga produknya terkait peningkatan TDL. Beberapa komoditas produk manufaktur tercatat mengalami peningkatan inflasi seperti peralatan rumah tangga, beberapa jenis komoditas sandang, dan bahan bangunan.

Grafik 3.3 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

Sumber: Bank Indonesia

Komoditas

Malalugis/Sohiri -0.44%

Cabai Merah -0.37%

Cabai Rawit -0.21%

Angkutan Dalam Kota -0.18%

Angkutan Udara -0.15%

Komoditas

Cabai Merah Cabai Rawit Angkutan Dalam Kota Angkutan Udara Bensin Komoditas 0.17% 0.13% 0.08% 0.07% 0.04%

(51)

36

Pelemahan nilai rupiah juga mulai meningkatkan harga komoditas impor seperti barang-barang elektronik. Selama triwulan laporan, Rupiah terus melemah terhadap Dollar Amerika. Pada tw I-2015, Nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika tercatat sebesar Rp.13.019 melemah 5,18% (yoy) dibandingkan rata-rata pada periode yang sama.

Faktor pendorong inflasi inti lainnya adalah harga emas perhiasan di tengah deflasinya nilai Rupiah. Menurut data harga emas aneka tambang (Antam), harga pembelian emas pada akhir tahun 2014 adalah Rp.498.000/gr, atau meningkat 3,75% (yoy) dan 5,51% (qtq). Sementara itu pertumbuhan tahunan harga emas internasional juga menunjukkan penurunan yang lebih rendah dibandingkan penurunan tahun lalu.

Grafik 3.4 Pergerakan Harga Emas Internasional

Sumber : World Bank

3.3.2 Non Fundamental

Volatile Foods

Tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods pada triwulan laporan naik dari 6,29% (yoy) menjadi 9,69% (yoy). Penyebab meningkatnya tekanan inflasi beberapa komoditas volatile food adalah terganggunya pasokan beberapa jenis sayur-sayuran dan beberapa jenis ikan segar pada bulan Maret 2015. Sementara itu, seiring dengan meningkatnya harga beras di Pulau Jawa, harga beras di pasar-pasar Ternate ikut mengalami kenaikan.

Berdasarkan data BMKG, gelombang laut pada akhir triwulan I 2015 cukup tinggi yang berkisar pada ketinggian 1,5 m – 3 m. Kondisi gelombang ini biasanya sudah terjadi pada bulan Januari namun pada tahun ini baru terjadi di bulan Maret. Hal ini berakibat pada berkurangnya

Gambar

Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan  3.52%2.31%-1.66%8.02%-115.97%30.75%25.17%
Grafik 1.2 Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Grafik 1.3 Indeks Pendapatan Rumah Tangga  (IPRT)
Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor  Perdagangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

Menunjukkan bahwa, Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, semakin baik perusahaan dalam mengelola intellectual capital

error pembacaan yang besar pada frekuensi tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dilakukan pengujian kedua untuk mencari jumlah kanal frekuensi yang paling optimal untuk frekuensi di

Dari hasil penelitian maka dapat dilihat variabel apa saja yang paling berpengaruh terhadap daur hidup produk berbasis industri kreatif ini dan dari analisa tersebut

oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi

PAKSI. Dan tentmya PAKSI akan menindak lanjuti laporan tersebut dan mempelajarinya serta melakukan peneguran bahkan akan memberikan sanksi administatif bisa berupa

Dampak positif yang dihasilkan dari kebijakan pemerintah dalam menetapkan Singaparna sebagai ibukota kabupaten Tasikmalaya terhadap ekonomi politik masyarakat Singaparna

Penelitian ini menyimpulkan bahwa prevalensi dismenore pada remaja putri usia 15-17 tahun di Surakarta masih tinggi, dan faktor yang berpengaruh pada derajat dismenore antara