• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA KLASIKAL, TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATIO (TAI) DAN NUMBERED HEADS

TOGETHER(NHT) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KECERDASAN GANDA SISWA

SMP NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI

Indra Puji Astuti

STKIP PGRI NGAWI Cietmay_puu@rocketmail.com

ABSTRACT

The research aims was to find out the effect of learning model , multiple intelligences, and their interaction toward learning achievement. The learning models compared were the cooperative learning of Teams Assisted Individualization with scientific approach (TAI-PS), Numbered Heads Together with scientific approach (NHT-PS), and classical learning with scientific approach (classical-PS). The learning models compared were logical-mathematical intelligence (LOG), linguistic intelligence (LING), and interpersonal intelligence (INT). This research was a quasi-experimental, used stratified cluster random sampling technique, and the data analysis techniques used two-way analysis of variance with unequal cells. The population was all students in Grade VIII of Ngawi Regency. With the 5% level of significance the result were as follows. (1) TAI-PS gave better learning achievement than NHT-PS and classical-PS. In addition, NHT-PS gave the same learning achievement as classical-PS. (2) Students with LOG and INT had better learning achievement than students with LING. Students with LOG had the same learning achievement as students with INT. (3) At the TAI-PS, students with LOG, LING, and INT got same learning achievement. At the NHT-PS, students with LOG, LING, and INT got same learning achievement. At the classical-PS, students with LOG and INT had better learning achievement than LING. In addition, students with LOG had the same learning achievement as students with INT. (4) At the LOG, TAI-PS, NHT-PS, and classical-PS gave the same learning achievement. At the LING, TAI-PS gave the same learning achievement as NHT-PS. In addition, NHT-PS and TAI-PS gave better learning achievement than classical-PS. At the INT, TAI-PS, NHT-PS, and classical-PS gave the same learning achievement.

Keywords: multiple intelligences, classical, NHT (Numbered Heads Together), scientific approach, TAI (Team Assisted Individualization)

PENDAHULUAN

Matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan karena merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dan berperan penting dalam mengembangkan daya pikir manusia. Meskipun matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan dengan jumlah jam pelajaran yang paling banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, tetapi rata-rata prestasi belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai UN tingkat SMP/MTs tahun pelajaran 2012/2013 dari BSNP secara nasional adalah 5,74 dan pada tingkat provinsi Jawa Timur adalah sebesar 6,15. Dari BSNP juga diketahui bahwa nilai UN matematika Kabupaten Ngawi berada di posisi terendah kedua bila dibandingkan dengan kota dan kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata nilai UN adalah 4,6. Data tersebut menunjukkan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika sehingga prestasi belajarnya rendah. Sementara itu daya serap pelajaran matematika khususnya menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan fungsi di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 masih rendah hanya sebesar

(2)

43,94% bila dibandingkan daya serap tingkat provinsi sebesar 63,69% dan daya serap tingkat nasional sebesar 55,63%.

Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan fungsi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Pemerintah telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan pengembangan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik di dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada kurikulum ini lebih menekankan kreativitas guru dan siswa dengan menggunakan prinsip 5M yaitu melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Selain itu juga menekankan pengembangan kemampuan siswa pada ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa.

Keberhasilan dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh banyak faktor. Misalnya faktor kecerdasan ganda dan model pembelajaran. Guru masih banyak yang menggunakan pembelajaran langsung klasikal dalam pengajaran. Pembelajaran ini dirasa kurang dapat mengeksplor kreatifitas yang dimiliki oleh siswa karena pembelajaran ini berpusat kepada guru sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai secara optimal. Chianson et al. (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika lebih efektif sejak penerapan pembelajaran kooperatif dan juga dibutuhkan kekreatifan guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu inovasi pembelajaran yang membuat siswa belajar lebih aktif, berfikir lebih kritis, dan mampu berinteraksi dengan siswa yang lainnya serta mampu mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya. Model pembelajaran yang seharusnya, hendaknya selalu ada kegiatan interaksi timbal balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya yang saling menguntungkan sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Alternatif model pembelajaran yang dapat dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Teams Assisted Individualization) dan NHT (Numbered Heads Together).

Awofala (2013) menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih efektif dalam pembelajaran matematika. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa Sebelum membentuk kelompok tersebut, guru terlebih dahulu memberikan tes secara individu yang nantinya hasil pekerjaan masing-masing siswa akan menjadi bahan untuk diskusi. Selama kegiatan diskusi tersebut siswa aktif untuk memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam model pembelajaran ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai. Hal ini dilakukan untuk keberhasilan kelompoknya karena pada tahap selanjutnya guru akan memberikan kuis secara individual. Selain itu guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Sehingga siswa akan lebih mempunyai tanggung jawab individual untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.

Model pembelajaran NHT adalah model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. La Suha Ishabu (2013) menunjukkan penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk aktif dalam mengolah, mencari dan melaporkan hasil diskusinya. Dalam pelaporan hasil diskusi melalui presentasi di depan kelas guru memilih secara acak berdasarkan nomor anggota dari masing-masing kelompok. Peran guru dalam model pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah kecerdasan ganda. Kecerdasan ganda adalah kemampuan atau keterampilan dalam berbagai bidang yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Yalmanci & Gozum (2013) menyatakan Gardner membagi kecerdasan manusia dalam delapan kategori yaitu: (1) kecerdasan linguistik, (2)

(3)

kecerdasan matematis-logis, (3) kecerdasan ruang-visual, (4) kecerdasan kinestetik-badani, (5) kecerdasan musikal, (6) kecerdasan sosial, (7) kecerdasan intrapersonal, (8) kecerdasan lingkungan/naturalis. Delapan tipe kecerdasan tersebut dimiliki setiap orang dengan kadar yang berbeda beda. Visser et al. (2006) dalam penelitiannya menunjukkan diantara 8 tipe kecerdasan ganda terdapat tipe kecerdasan yang domain dimiliki oleh seseorang ada kecerdasan yang lebih menonjol di antara kecerdasan yang lainnya. Meskipun demikian diharapkan dalam pembelajaran di sekolah guru mampu untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal.

Penelitian tentang kecerdasan ganda dalam pembelajaran matematika matematika telah banyak dilakukan. Fransiskus Gatot Iman Santoso (2010) meneliti tentang empat tipe kecerdasan (linguistik, matematis-logis, ruang visual dan interpersonal) pada pokok bahasan segitiga menunjukkan ada pengaruh kecerdasan ganda terhadap prestasi belajar matematika. Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) meneliti tentang tiga tipe kecerdasan (matematis-logis, linguistik dan interpersonal) pada pokok bahasan aritmetika sosial menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Jemani (2013) meneliti tentang tiga tipe kecerdasan (linguistik, matematis-logis dan ruang visual) pada materi persamaan garis lurus menunjukkan ada pengaruh kecerdasan ganda terhadap prestasi belajar matematika. Dari penelitian-penelitian tersebut, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kecerdasan terhadap prestasi belajar matematika. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang kecerdasan ganda pada materi fungsi karena di Kabupaten Ngawi daya serap pada materi tersebut masih rendah.

Penelitian ini hanya akan mengambil tiga tipe kecerdasan ganda yaitu kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan interpersonal. Ketiga tipe kecerdasan tersebut sangat cocok dengan materi fungsi dan juga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT. Siswa berkecerdasan matematis-logis akan mudah mamahami materi fungsi dan penerapannya dalam soal dengan kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang siswa yang suka membaca cenderung menggunakan kecerdasan linguistik. Siswa berkecerdasan linguistik cenderung mudah memahami suatu soal cerita sehingga memudahkan mengerjakan soal. Siswa berkecerdasan interpersonal cenderung suka kegiatan berkelompok dan mudah menyesuaikan diri dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa lebih nyaman belajar secara berkelompok dan lebih mudah menerima informasi dari teman sejawatnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran klasikal, TAI dan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik yang ditinjau dari kecerdasan ganda siswa pada materi fungsi kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Ngawi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu dengan rancangan faktorial 3x3 dimana terdapat dua variabel bebas yaitu model pembelajaran dan kecerdasan ganda dan satu variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran TAI dengan pendekatan saintifik (TAI-PS), model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik (NHT-PS) dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik (klasikal-PS). Sedangkan tipe kecerdasan ganda yang akan diteliti adalah kecerdasan matematis-logis (LOG), kecerdasan linguistik (LING) dan kecerdasan interpersonal (INT).

Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri yang ada di Kabupaten Ngawi tahun ajaran 2014/2015. Sampel dipilih dengan teknik stratified cluster random sampling dan terpilihlah SMP N 1 Ngawi, SMP N 1 Paron, dan SMP N 2 Geneng. Dari sekolah tersebut, masing-masing diambil 3 kelas sebagai kelas eksperimen

(4)

yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS. Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode angket untuk mendapatkan data kecerdasan ganda, metode tes untuk mendapatkan data prestasi belajar pokok bahasan fungsi dan metode dokumentasi untuk mendapatkan data kemampuan awal siswa.

Sebelum diberikan di kelas eksperimen, instrumen angket dan tes di uji coba terlebih dahulu di SMP Negeri 4 Ngawi dengan jumlah 34 siswa. Instrumen angket harus memenuhi kriteria validitas isi, reliabilitas (r11  0,7), dan konsistensi internal (rxy 0,3). Sedangkan untuk instrumen tes harus memenuhi kriteria validitas isi, uji daya beda (DB  0,3), tingkat kesukaran (0,3TK0,7), dan reliabilitas (r11  0,7). Instrumen angket untuk uji coba yang terdiri dari 16 butir angket LOG, 16 butir angket LING, dan 16 butir angket INT. Dari 48 butir soal tersebut diambil 30 butir angket yang terdiri dari 10 butir angket LOG, 10 butir angket LING, dan 10 butir angket INT yang akan diujikan di ketiga kelas eksperimen. Instrumen tes prestasi belajar yang digunakan sebanyak 30 butir soal untuk uji coba dan diambil 20 butir soal yang akan diujikan di ketiga kelas eksperimen. Teknik analisis data yang digunakan adalah anova dua jalur dengan sel tak sama yang kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe jika H0

ditolak. Sebelumnya prasyarat analisis harus dipenuhi yaitu uji normalitas dengan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan data penelitian, kemampuan awal siswa penelitian harus sama sehingga perlu dilakukan uji keseimbangan. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas kemampuan awal siswa. Berdasarkan perhitungan uji keseimbangan dengan menggunakan anova satu jalur dengan sel tak sama diperoleh

452

,

2

hit

F

dengan

F

0,05;2;272

3

,

029

sehingga diperoleh H0 diterima. Ini berarti ketiga populasi penelitian mempunyai rerata yang sama yang menunjukkan kemampuan awal siswa penelitian adalah sama. Setelah data penelitian terkumpul, dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas yang kemudian dilakukan uji hipotesis menggunakan anova dua jalur dengan sel tak sama. Rangkuman hasil uji normalitas dan uji homogenitas disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 1 Rangkuman Uji Normalitas Data

N Lmax Ltabel Keputusan Kesimpulan

TAI-PS 92 0,086 0,092 H0 diterima Normal

NHT-PS 92 0,069 0,092 H0 diterima Normal

Klasikal-PS 91 0,083 0,093 H0 diterima Normal

LOG 126 0,078 0,079 H0 diterima Normal

LING 89 0,087 0,094 H0 diterima Normal

INT 60 0,104 0,114 H0 diterima Normal

Pada Tabel 1 diketahui bahwa semua nilai Lmax < Ltabel sehingga diperoleh H0 diterima yang menunjukkan semua sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 2 Rangkuman Uji Homogenitas Data

k

2hit

2tabel Keputusan Kesimpulan TAI-PS, NHT-PS, dan

klasikal-PS 3 4,743 5,991 H0 diterima Homogen Siswa dengan LOG, LING

(5)

Pada Tabel 2 diketahui bahwa semua nilai

2hit<

2tabel, sehingga diperoleh H0 diterima yang menunjukkan populasi untuk model pembelajaran dan kecerdasan ganda mempunyai variansi yang sama. Setelah terpenuhinya uji prasyarat, maka dapat dilakukan uji hipotesis dengan anova dua jalur dengan sel tak sama. Rangkuman anova dua jalur dengan sel tak sama disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3 Rangkuman Anova Dua Jalur dengan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK Fhit Ftabel

Keputusan Uji

Model Pembelajaran

(A) 3376,013 2 1688,007 8,999 3,030 H0A ditolak

Tipe Kecerdasan (B) 2311,535 2 1155,767 6,161 3,030 H0B ditolak

Interaksi (AB) 10546,802 4 2636,700 14,056 2,406 H0AB ditolak

Galat 49898,154 266 187,587

Total 66132,503 274

Berdasarkan Tabel 3 disimpulkan (1) model pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar, (2) kecerdasan ganda berpengaruh terhadap prestasi belajar, dan (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan ganda terhadap prestasi belajar.

Rerata masing-masing sel dan rerata marginal disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4 Rerata dan Rerata Marginal

Model Pembelajaran Kecerdasan Rerata

Marginal

LOG LING INT

TAI-PS 65,143 62,714 63,409 63,804

NHT-PS 54,821 63,235 56,579 56,739

klasikal-PS 64,000 37,432 62,368 52,857

Rerata Marginal 60,238 52,303 60,917

Berdasarkan pembahasan hipotesis efek antar baris diperoleh H0A ditolak yang berarti model pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar. Uji komparasi rerata antar baris perlu dilakukan untuk mengetahui model pembelajaran mana yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik. Rangkuman hasil uji komparasi rerata antar baris disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris Komparasi H0

F

hit Ftabel Keputusan Uji

. 2 . 1

vs

1.

2. 12,241 6,059 H0 ditolak . 3 . 2

vs

2.

3. 3,675 6,059 H0 diterima . 3 . 1

vs

1.

3. 29,227 6,059 H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 4 disimpulkan (1) TAI-PS memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada NHT-PS. Dalam model pembelajaran TAI-PS, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat membantu terhadap siswa yang kurang pandai. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang kurang pandai dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sehingga siswa akan lebih mempunyai tanggung jawab individual untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada NHT-PS ada kemungkinan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, sehingga tidak semua anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Disisi lain ada kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru. Hasil diskusi yang diperoleh bisa jadi tidak berasal dari diskusi semua anggota

(6)

kelompok tersebut. Ada anggota kelompok yang hanya bergantung pada hasil akhir diskusi kelompoknya. Dalam hal ini tanggung jawab individual dalam penerapan model pembelajaran koperatif tipe NHT-PS dimungkinkan lebih rendah dibandingkan model pembelajaran koperatif tipe TAI-PS.; (2) NHT-PS memberikan prestasi belajar yang sama dengan klasikal-PS. Penelitian di lapangan menunjukkan adanya kelemahan dalam penerapan NHT-PS. Meskipun dalam pembagian kelompok telah dilakukan secara heterogen, namun sayangnya siswa kurang menyadari perannya sehingga pada saat pemanggilan nomor siswa cenderung melemparkan tanggung jawab dan suasana kelas cenderung gaduh sehingga mengurangi keefektifan pembelajaran. Hanya siswa dari beberapa kelompok saja yang menampilkan hasil diskusinya di depan kelas; dan (3) TAI-PS memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada klasikal-TAI-PS. Hal ini sesuai dengan Slavin (1984) temuan penelitiannya menyatakan dibandingkan pembelajaran langsung, TAI dapat meningkatkan prestasi belajar dan menyelesaikan masalah matematika. Pada klasikal-PS dengan metode ceramah, guru menyampaikan pembelajaran cenderung cenderung bersifat monoton dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik pada pembelajaran matematika.

Berdasarkan pembahasan hipotesis efek antar kolom diperoleh H0B ditolak yang berarti kecerdasan (LOG, LING, dan INT) berpengaruh terhadap prestasi belajar. Ketiga tipe kecerdasan tersebut memberikan prestasi belajar yang tidak sama. Menurut Weschler (1958) & Freeman (1962) dalam Saifuddin Azwar (1996:163) menyatakan inteligensi merupakan kemampuan untuk belajar. Karena berbeda dalam segi inteligensinya, maka individu satu dengan yang lainnya tidak sama kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Uji komparasi rerata antar kolom perlu dilakukan untuk mengetahui kecerdasan mana yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik. Rangkuman hasil uji komparasi rerata antar kolom disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom Komparasi H0

F

hit Ftabel Keputusan Uji

2 . 1 .

vs

.1

.2 17,506 6,059 H0 ditolak 3 . 2 .

vs

.2

.3 14,174 6,059 H0 ditolak 3 . 1 .

vs

.1

.3 0,1000 6,059 H0 diterima

Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 4 disimpulkan (1) LOG memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada LING. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang Hariyati (2013) yang menyimpulkan peserta didik kategori LOG memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan kategori LING. Siswa dengan LOG akan lebih mudah menyesuaikan diri dan dapat dengan mudah memahami materi serta mandiri dalam belajar matematika. Hal ini dikarenakan karakteristik pelajaran matematika yang memiliki objek kajian yang abstrak, berpola deduktif dan pemecahan masalah; (2) INT memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada LING; dan (3) tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa dengan LOG dan siswa dengan INT. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) yang menyimpulkan tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan LOG dan INT. Berdasarkan pengkajian teori, peneliti mangambil hipotesis bahwa siswa dengan LOG mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan INT. Namun kenyataannya di lapangan berbeda. Berdasarkan kajian pustaka siswa dengan LOG mempunyai kemampuan matematika yang lebih daripada siswa dengan INT. Namun karena sifat keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan INT bertanya lebih dalam tentang materi yang belum dipahaminya. Sehingga dengan cara ini siswa dengan INT memiliki konsep yang bagus juga dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

(7)

Berdasarkan pembahasan hipotesis efek interaksi baris dan kolom diperoleh

AB

H0 ditolak yang berarti terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan terhadap prestasi belajar. Uji komparasi rerata antar sel pada baris yang sama perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbedaan prestasi belajar yang lebih baik pada baris yang sama (model pembelajaran) antara siswa dengan kecerdasan LOG, LING dan INT. Rangkuman hasil uji komparasi rerata antarsel pada baris yang sama disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antarsel Pada Baris yang Sama Komparasi H0

F

hit Ftabel Keputusan Uji

12 11   vs1112 0,550 15,786 H0diterima 13 12   vs1213 0,035 15,786 H0diterima 13 11   vs1113 0,216 15,786 H0diterima 22 21   vs2122 4,922 15,786 H0diterima 23 22   vs2223 2,119 15,786 H0diterima 23 21   vs2123 0,234 15,786 H0diterima 32 31   vs3132 67,677 15,786 H0ditolak 33 32   vs3233 41,612 15,786 H0ditolak 33 31   vs3133 0,175 15,786 H0diterima

Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 4 disimpulkan (1) pada kelas yang dikenai model pembelajaran kasikal-PS prestasi belajar siswa dengan LOG lebih baik daripada siswa dengan LING. Hal ini disebabkan karena kemampuan matematika yang dimilikinya dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa dengan LOG cenderung bisa bekerja dengan angka, pola, memecahkan masalah dan menganalisis situasi pada situasi apapun baik dalam kegiatan belajar secara berkelompok maupun sendirian.; dan (2) pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi belajar siswa dengan INT lebih baik daripada siswa dengan LING.

Berdasarkan pembahasan hipotesis efek interaksi baris dan kolom diperoleh

AB

H0 ditolak yang berarti terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan terhadap prestasi belajar. Uji komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbedaan prestasi belajar yang lebih baik pada kolom yang sama (kecerdasan) antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS. Rangkuman hasil uji komparasi rerata antarsel pada kolom yang sama disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 8 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antarsel Pada Kolom yang Sama Komparasi H0

F

hit Ftabel Keputusan Uji

21 11   vs1121 12,232 15,786 H0diterima 31 21   vs2131 9,673 15,786 H0diterima 31 11   vs1131 0,122 15,786 H0diterima 22 12   vs1222 0,017 15,786 H0diterima 32 22   vs2232 41,342 15,786 H0ditolak 32 12   vs1232 61,285 15,786 H0ditolak 23 13   vs1323 2,535 15,786 H0diterima 33 23   vs2333 1,697 15,786 H0diterima 33 13   vs1333 0,059 15,786 H0diterima

Berdasarkan Tabel 8 disimpulkan (1) prestasi belajar siswa dengan LING yang dikenai NHT-PS lebih baik daripada siswa dengan LING yang dikenai klasikal-PS. Hal

(8)

ini disebabkan siswa dengan LING cenderung menyukai pola belajar dengan mendengar, mencatat, dan membaca. Pada penggunaaan model pembelajaran NHT-PS siswa dituntut untuk berfikir, berdiskusi dan mengungkapkan hasil diskusinya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) yang menyimpulkan pada masing-masing kecerdasan majemuk model pembelajaran NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional; dan (2) prestasi belajar matematika siswa dengan LING yang dikenai TAI-PS lebih baik daripada siswa dengan LING yang dikenai klasikal-PS. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang Hariyati (2013) yang menyimpulkan peserta didik dengan kategori linguistik, model pembelajaran kooperatif tipe TAI mempunyai prestasi yang lebih baik daripada konvensional. Pada model pembelajaran TAI-PS siswa lebih punya tanggung jawab secara individu untuk lebih mamahami materi pembelajaran sedangkan pada model pembelajaran klasikal-PS siswa dituntut untuk mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.

KESIMPULAN

Hasil penelitian dengan menggunakan taraf signifikansi

5% adalah:(1) prestasi belajar siswa yang dikenai TAI-PS lebih baik daripada NHT-PS dan klasikal-PS, dan NHT-PS memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan klasikal-PS, (2) prestasi belajar siswa dengan LOG dan INT lebih baik daripada siswa dengan LING, dan prestasi belajar siswa dengan LOG sama baiknya dengan siswa dengan INT, (3) pada TAI-PS, siswa dengan LOG, LING, dan INT mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya; pada NHT-PS siswa dengan LOG, LING, dan INT mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya; pada klasikal-PS siswa dengan LOG dan INT mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan LING, dan siswa dengan LOG mempunyai prestasi belajar sama baiknya dengan siswa dengan INT, (4) pada LOG, model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS memberikan prestasi belajar yang sama baiknya; pada LING, model pembelajaran TAI-PS memberikan presasi belajar yang sama baiknya dengan NHT-PS, model pembelajaran NHT-PS dan TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada klasikal-PS; dan pada INT, model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS memberikan prestasi belajar yang sama baiknya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memberikan saran sebagai berikut (1) dalam pembelajajan guru hendaknya memilih model pembelajaran yang menarik untuk siswa misalnya TAI-PS, tetapi dalam penerapannya guru juga harus memperhatikan efisiensi waktu yang digunakan, (2) guru hendaknya memperhatikan tipe kecerdasan majemuk siswa tetapi guru tidak harus membeda-bedakan antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik, ataupun interpersonal dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Awofala, A.O.A, Arigbabu, A. A & Awofala, A.A. 2013. Effect of Framing and Team Assisted Individualized Instructional Strategies on Senior Secondary School Students’ Attitude Toward Mathematics. Acta Didactica Naponesia ISSN 2065-1430. vol.6, no.1, pp 1-22.

Chianson, M.M, Kurumeh, M.S & Obida, J.A. 2011. Effect of Cooperative Learning Strategy on Students’ Retention in Circle Geometry in Secondari School in Benue State, Nigeria. America Journal of Scientific and Industrial Research. Vol.2, No.1, pp 33-36.

Endang Hariyati. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan Problem Based Learning (PBL) pada Prestasi Belajar

(9)

Matematika Ditinjau Dari Multiple Intelegences Siswa SMP Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).

Fransiskus Gatot Iman Santoso. 2010. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif Bertipe Group Investigasion Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Majemuk Siswa Kelas VII SMP Negeri Kota Madiun. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).

Jemani. 2013. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Group Investigation Terhadap Prestasi Belajar Persamaan Garis Lurus Ditinjau Dari Kecerdasan Majemuk Siswa Kelas VIII SMP di Kabupaten Bojonegoro. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).

La Suha Ishabu. 2013. The Improve Learning Result and Creativity Student to Lesson Operation Count Number Through Cooperative Learning Type Numbered Heads Together (NHT) In Class IV SD District 63 Ambon-Indonesia. Mathematical Teory and Modelling, International Institute for Science Technology and Education (IISTE) Journal. vol.3, no.5, pp.68-72.

Rosa Rosdiana Retno Handayani. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Numbered Heads Together dan Jigsaw dengan Pendekatan Konstektual Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kecerdasan Majemuk Siswa SMP Negeri Kota Madiun. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).

Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slavin, R. E., Madden, N. A. & Leavey, M. 1984. Effect of Team Assisted Individualization on the Mathematics Achievement of Academically Handicapped and Nonhandicapped Students. Journal of Educational Psychology.vol.76, no.5, hlm 813-819.

Visser, B.A, Ashton M.C, & Vernon, P.A. 2006. Beyond g: Putting Multiple Intelligence Theory to the Test, Journal of Intelligence. vol.34, no. 4, hlm 487-502.

Yalmanci, S.G. & Gozum, C.A. 2013. The Effect of Multiple Intelligence Theory Based Teaching On Students’ Achievement And Retention Of Knowledge (Examole Of The Enzymes Subject). International Journal on New Trends in Education and Their Implications. vol.4, no 3, hlm 27-36.

Gambar

Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antarsel Pada Baris yang Sama  Komparasi  H 0 F hit F tabel Keputusan Uji

Referensi

Dokumen terkait

Dalam logika konvensional, nilai kebenaran memiliki kondisi yang pasti yaitu benar atau salah (true or false), dengan tidak adanya kondisi di antara keduanya. Prinsip

Berkaca dari hal tersebut kegiatan Pelatihan Pola Asuh Anak Malalui Islamic Spiritual Parenting Program (Inspira) Di Desa Sekaran, Gunung Pati, Semarang

Hasil pemeriksaan rataan PCV atau hematokrit dari ketiga kelompok dombi yang diukur tiap minggu mulai pasca tantangan adalah sebagai berikw ; pada kontrol V t (21,50%) dan V2 (

Beberapa penelitian-penelitian yang telah ada juga dapat dilihat bahwa bagaimana para waria melalui institusi-institusi agama mencoba “menertibkan” diri mereka sendiri

Pada penelitian ini dipelajari sintesis material hibrida Zeolit-PAN (Z-PAN) dengan menggunakan teknik pencangkokan yang diinduksi oleh radiasi-γ dan dilanjutkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik peternak kambing Lakor adalah berpendidikan rendah, sebegai usaha pokok, menggunakan tenaga kerja keluarga, Sebagian

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa: pemberian MOL bonggol pisang dan MOL urin kelinci tidak berpengaruh nyata pada jumlah anakan/rumpun, jumlah

Semester ini akan ditutup dengan tugas menulis esai mengenai topik etika baru yang belum pernah dibahas dalam kelas, atau topik yang sudah dibahas namun menggunakan sudut