• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total luas laut Indonesia sekitar 3,544 juta km2 (Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2010) atau sekitar 70 persen dari wilayah Indonesia. Keadaan tersebut seharusnya meletakkan sektor perikanan menjadi salah satu sektor riil yang potensial di Indonesia (Putra, 2011).

Kebijaksanaan pembangunan nasional saat ini mulai menggeliat dengan menempatkan pembangunan kelautan menjadi salah satu prioritas kebijaksanaan pembangunan nasional sesuai dengan visi: Indonesia sebagai penghasil produksi perikanan terbesar tahun 2015. Laut dengan kawasan pesisir bukan lagi hanya menjadi obyek pembangunan akan tetapi harus ditumbuhkan sebagai subyek pembangunan.

Selama bertahun–tahun kawasan pesisir dengan aktivitas kelautan baik itu nelayan maupun pembudidayaan ikan di laut sangatlah identik dengan kemiskinan. Pembangunan perikanan dan kelautan dimasa yang akan datang harus dilaksanakan secara lebih bijaksana, efektif dan efisien, sehingga pembangunan di sub sektor perikanan dan kelautan tidak hanya semata–mata mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat memberikan kesejahteraan bagi para pelaku pembangunan perikanan secara adil, serta tetap terpeliharanya daya dukung dan kualitas lingkungan secara seimbang sehingga pembangunan

(2)

perikanan dan kelautan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya atau tanaman air. Tingkat kesejahteraan nelayan ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan dapat mencerminkan besarnya pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga atau keperluan fisik minimum (Suarjono, 2008).

Kondisi masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir di berbagai daerah di Indonesia umumnya ditandai oleh adanya beberapa karakteristik, seperti kemiskinan, sosial dan keterbelakangan budaya, rendahnya kualitas sumber daya manusia karena kebanyakan masyarakat pesisir berjenjang pendidikan hanya SD atau tidak tamat SD, kurangnya fungsi dari kehadiran Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Lembaga Keuangan Mikro (LKM), atau kapasitas organisasi masyarakat sipil. Kemiskinan, struktur sosial yang tidak setara, degradasi lingkungan dan kurangnya infrastruktur dasar adalah beberapa masalah yang dihadapi oleh nelayan.

Menurut Hassanudin, dkk (2013), kondisi dan masalah umum yang dialami oleh nelayan adalah sebagai berikut: terisolasi desa pesisir, fasilitas pelayanan dasar termasuk infrastruktur fisik masih terbatas, kurang terpelihara kondisi lingkungan, yang tidak memenuhi persyaratan standar kesehatan, masyarakat berpenghasilan rendah, karena teknologi tidak mendukung perikanan skala besar, kepemilikan peralatan memancing yang terbatas, masalah ekuitas karena kelangkaan lembaga keuangan, pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki

(3)

tergolong rendah, dapat disimpulkan bahwa masalah utama yang biasa dialami oleh masyarakat pesisir adalah kemiskinan.

Masyarakat nelayan idientik dengan kemiskinan yang disebabkan dari faktor ekonomi yaitu kurangnya modal yang dimiliki para nelayan, teknologi yang dimiliki, rendahnya akses pasar dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengolahan sumber daya alam dan non ekonomi atau biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, rendahnya tingkat pendidikan, dan rendahnya tingkat kesehatan serta alasan lain seperti sarana dan prasarana umum di wilayah pesisir (Prakoso, 2013). Menurut Rahmatika dkk (2013:2), rendahnya pendapatan nelayan yang berdampak pada kemiskinan disebabkan karena tidak stabilnya hasil tangkapan ikan yang diperoleh nelayan, faktor tersebut didukung oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai, iklim, serta adanya oknum tengkulak yang membeli hasil tangkapan nelayan dengan anggaran dana yang relatif murah.

Hasrat untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam arti sebenarnya adalah tujuan mulia yang hendak dicapai. Peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dimungkinkan apabila pendapatan penduduk mengalami kenaikan yang cukup hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupannya. Hal ini dapat diartikan bahwa kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan dan sebagainya tersedia dan mudah dijangkau setiap penduduk sehingga pada gilirannya penduduk yang miskin semakin sedikit jumlahnya.

(4)

Menurut Sugiharto (2007:68), pemberdayaan masyarakat pesisir merupakan salah satu kecenderungan baru dalam paradigma pembangunan setelah sekian lama wilayah laut dan pesisir menjadi wilayah yang dilupakan dalam pembangunan di Indonesia. Selama ini pembangunan di Indonesia sangat berorientasi pada wilayah daratan dan lebih khusus sangat berorientasi pada industri berat. Setelah sekian lama berjalan disadari bahwa paradigma pembangunan yang demikian tidak memiliki trickle down effect seperti yang diharapkan sehingga menyebabkan kualitas masyarakat nelayan lebih rendah, tercermin dari masih banyaknya kantong-kantong kemiskinan yang masih dijumpai pada masyarakat nelayan yang masih sulit untuk diatasi.

Secara geografis Kabupaten Badung terletak antara 8° 14' 13'' - 8° 50' 56'' LS dan 115° 05' 02'' - 115° 15' 03'' BT dan memiliki luas 418,52 Km² dengan garis pantai 82 Km². Kabupaten Badung secara administratif berbatasan dengan: Utara Kabupaten Badung adalah Kabupaten Buleleng, disebelah Timur adalah Kabupaten Gianyar, disebelah Barat adalah Kabupaten Tabanan dan disebelah Selatan adalah Samudera Indonesia. Kabupaten Badung terdiri dari 6 Kecamatan yaitu: Kecamatan Kuta Selatan, Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Mengwi merupakan kecamatan pesisir dan Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Petang merupakan kawasan budidaya perikanan darat (Suwartha, 2011). Kuta merupakan salah satu wilayah yang terkenal dengan sektor perikanannya. Kecamatan Kuta adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Badung yang memiliki luas 17,52 km2. Kecamatan Kuta memiliki lima kelurahan atau desa diantaranya Kedonganan, Tuban, Kuta, Legian, dan Seminyak, selain sebagai

(5)

objek tujuan wisata, Kecamatan Kuta juga memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Potensi perikanan terbesar di Kuta terdapat di wilayah Kedonganan yang telah ditetapkan sebagai salah satu sentra usaha perikanan dan kelautan terbesar di Bali. Kawasan pesisir Pantai di Kecamatan Kuta secara spesifik memiliki karakteristik kelautan yang sangat potensial, perlu dikelola secara tepat, dengan tetap mengacu pada pelestarian dan keasrian serta berdampak pada pemberdayaan ekonomi berbasis kerakyatan yang pada gilirannya dapat menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya (BPS:2013).

Sub sektor perikanan merupakan salah satu sektor unggulan Pemerintah Kabupaten Badung karena di Kabupaten Badung khususnya di Kecamatan Kuta memiliki potensi-potensi di sektor kelautan yang cukup besar sehingga potensi tersebut digali dan dikembangkan sehingga nantinya sub sektor perikanan di Kecamatan Kuta mampu memproduksi ikan dalam jumlah yang besar yang dapat ditunjukkan pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Jumlah Produksi Ikan (Ton) di Kabupaten Badung

(6)

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah produksi ikan laut di Kabupaten Badung pada tahun 2009 sebesar 2,574.85 ton, pada tahun 2010 jumlah produksi mengalami penurunan sebesar 49.314 ton sehingga Kabupaten Badung hanya mampu berproduksi sebesar 2,054.71 ton. Hal ini disebabkan karena faktor cuaca yang tidak menentu, sehingga nelayan enggan bepergian melaut. Faktor lainnya adalah terjadinya overfishing secara terus menerus yang menyebabkan ikan tidak mampu berkembang biak dengan baik dan terjadinya illegalfishing oleh pihak asing sehingga masyarakat lokal khusunya nelayan di Kecamatan Kuta tidak mampu meningkatkan hasil produksi tangkap ikan dari sebelumnya. Pada tahun 2011 Kabupaten Badung berproduksi sebesar 4,467.95 ton, tahun 2012 sebesar 4,570.75 ton, dan pada tahun 2013 memperoleh hasil produksi sebesar 4,748.24 ton. Peningkatan ini menunjukkan bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2013, tepat setelah terlaksananya Program PUMP Kabupaten Badung mengalami peningkatan jumlah produksi.

Kemajuan sub sektor perikanan di Kabupaten Badung salah satunya di Kecamatan Kuta tidak menutup kemungkinan akan terjaminnya kesejahteraan masyarakat pesisir. Kecamatan Kuta yang memiliki kondisi alam sebagian besar adalah kawasan laut dan sungai membuat sebagian warga masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Masyarakat pesisir di Kecamatan Kuta secara fisik terlihat masih sederhana, hal ini tampak pada sarana dan prasarana yang kurang menunjang diantaranya tidak ada jenjangan pendidikan melebihi tingkat SMA yang dimiliki oleh nelayan, minimumnya biaya untuk membeli peralatan dan perlengkapan sebagai penunjang untuk melaut, disamping itu alat tangkap melaut

(7)

yang digunakan masih tergolong tradisional yang menyebabkan nelayan tidak mampu meningkatkan hasil produksi sehingga akan berdampak pada rendahnya tingkat pendapatan masyarakat pesisir di Kecamatan Kuta.

Pendapatan yang rendah akan berpengaruh pada kelangsungan hidup nelayan yang kurang memadai dalam memenuhi kebutuhan sehari-sehari terutama kebutuhan akan gizi, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan akan gizi yang kurang berdampak pada kesehatan nelayan sehingga nelayan tidak akan produktif dalam bekerja. Dalam hal ini pemerintah sangat berperan penting dalam memfasilitasi masyarakat pesisir guna memperbaiki kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pemberdayaan masyarakat.

Upaya Pemerintah Daerah dalam memperbaiki kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pemberdayaan sudah terealisasi dengan adanya Program Pemberdayaan Usaha Mina Perdesaan (PUMP), Pembangunan Koperasi Nelayan, Kedai Pesisir atau Klinik Bisnis, Pembangunan solar, packed, dealer, untuk nelayan (SPDN), Pembangunan Pasar Ikan Segar (Cold Storage), Pembangunan Dermaga Perikanan, Pembangunan Balai Kelompok Nelayan, Pembangunan Pabrik Es, Pembangunan Break Water, dan program yang mengacu pada pengembangan kapasitas nelayan seperti Pembangunan Learning Center, Bimbingan Teknis, Regenerasi Nelayan, serta Peningkatan Nilai Tukar dimana semua program-program ini bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat pesisir sehingga kesejahteraan masyarakat pesisir diharapkan dapat meningkat. Program-program Pemerintah yang paling berkontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat pesisir yang mengacu pada kesejahteraan nelayan yaitu Program

(8)

PUMP. Program PUMP merupakan bagian dari pelaksanaan progam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuh kembangkan usaha perikanan tangkap.

Dasar pelaksanaan Program PUMP yaitu Peraturan Presiden (Perpres) No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga 8 sampai 10 persen pada akhir tahun 2014. Dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri mengacu pada landasan konstitusional Undang Undang Dasar 1945 beserta amandemen, landasan idiil Pancasila, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta landasan khusus pelaksanaan PNPM Mandiri yang akan disusun kemudian. Peraturan perundang-undangan khususnya terkait sistem pemerintahan, perencanaan dan kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:

1) Dasar peraturan perundangan sistem yang digunakan adalah:

(1) Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(2) PP No.72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah (3) PP No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan

(4) PP No. 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan

2) Dasar peraturan perundangan sistem perencanaan pembangunan terkait:

(1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Perimbangan Nasional (SPPN)

(9)

(2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

(3) Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009

(4) Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional

(5) Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.

Pelaksanaan PUMP diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014, oleh karena itu kegiatan pemberdayaan nelayan dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap sebagai kelanjutan pembinaan nelayan penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada kegiatan PNPM Mandiri Kelautan Perikanan tahun 2009-2010 yang dalam hal ini dilaksanakan Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan. Sasaran utama program PUMP ini adalah dengan terbentuknya Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

KUBE adalah badan usaha non badan hukum ataupun yang sudah berbadan hukum, berupa kelompok yang dibentuk oleh nelayan berdasarkan hasil kesepakatan atau musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota. Kelompok ini nantinya menjadi wadah atau tempat untuk mengembangkan tujuan dari adanya program ini. Kelompok

(10)

seperti ini pun sudah ada sejak adanya bantuan dari PNPM Kelautan dan Perikanan, sehingga KUBE ini dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari kelompok sebelumnya. Terbentuknya KUBE dikelurahan ini tentunya menjadi satu langkah baru dalam masyarakat nelayan mengembangkan kesejahteraan hidupnya secara mandiri. Kondisi masyarakat nelayan didaerah ini memang perlu diperhatikan mengingat sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya dari penghasilan laut. Keterbatasan biaya maupun kondisi yang ada didaerah ini terkadang kurang memadai misalnya alat pancing yang masih tradisional, perahu tangkap yang belum dilengkapi dengan fasilitas yang modern, bahkan tidak memiliki rumpon yang pada dasarnya sangat membantu kegiatan penangkapan (Chorneles, 2013).

Setiap kebijakan yang telah ditetapkan pasti memiliki kelemahan dan kendala, oleh sebab itu perlu diteliti guna mengetahui efektif tidaknya suatu program serta pengaruh yang terjadi akibat terlaksananya program yang dijalankan, mengetahui kendala yang dihadapi baik dari pemerintah maupun masyarakat pesisir dalam pengimplementasian Program PUMP. Hasil penelitian diharapkan dapat dievaluasi dan dibenahi untuk program sejenis PUMP yang mengacu pada pemberdayaan masyarakat. Disamping itu sampai saat ini peran dari terlaksananya Program PUMP dalam upaya pemberdayaan masyarakat pesisir di Kecamatan Kuta belum diketahui, sehingga penelitian ini perlu diteliti untuk mengetahui peran serta tingkat keberhasilan program PUMP dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

(11)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana efektivitas Program PUMP dalam upaya pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan Kuta yang dilihat dari indikator tingkat pendapatan masyarakat nelayan, perkembangan kelembagaan KUBE, dan perkembangan kewirausahaan nelayan ?

2) Bagaimana kondisi kesejahteraan masyarakat nelayan di Kecamatan Kuta setelah terlaksananya Program PUMP ?

3) Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi oleh masyarakat nelayan dalam pengimplementasian Program PUMP dalam upaya pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan Kuta ?

4) Bagaimana kelemahan yang terdapat pada Program PUMP dalam upaya pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan Kuta ?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk menganalisis efektivitas Program PUMP dalam upaya pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan Kuta yang dilihat dari indikator tingkat pendapatan masyarakat nelayan, perkembangan kelembagaan KUBE, dan perkembangan kewirausahaan nelayan.

2) Untuk menganalisis kondisi kesejahteraan masyarakat nelayan di Kecamatan Kuta setelah terlaksananya Program PUMP.

(12)

3) Untuk menganalisis kendala yang dihadapi oleh masyarakat nelayan dalam pengimplementasian Program PUMP dalam upaya pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan Kuta.

4) Untuk menganalisis kelemahan yang terdapat pada Program PUMP dalam upaya pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan Kuta. 1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis

1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat, memperkuat jurnal, membuktikan teori serta memperkaya ragam penelitian, sehingga dapat menambah referensi selanjutnya.

2) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan informasi kepada pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Program PUMP untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaannya ke depan.

(13)

1.5 Sistematika Penulisan

Pembahasan penelitian ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun penyajiannya adalah sebagai berikut.

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan kajian pustaka dan rumusan hipotesis. Dalam kajian pustaka dibahas mengenai konsep pembangunan, teori investasi, konsep modal, teori kesejahteraan, konsep pendapatan, konsep efektivitas, konsep pemberdayaan nelayan, alas an pemberdayaan nelayan, strategi pemberdayaan nelayan, Program PUMP, serta rumusan hipotesis.

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode pengumpulan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

(14)

Bab IV : Data Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V : Simpulan dan Saran

Dalam bab ini dikemukakan simpulan-simpulan mengenai hasil pembahasan dan saran-saran yang akan ditujukan sebagai masukan.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Produksi Ikan (Ton) di Kabupaten Badung

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah seberapa tinggi penerapan aspek jurnalisme damai dalam mengemas berita konflik Papua di Kompas.com

Tujuan pelaksanaan tugas akhir ini adalah untuk mencari Standar Deviasi dan Standar Error dari empat manometer uji dengan data yang diperoleh dari perhitungan secara

Untuk dapat mendeskripsikan dan menganalisis tujuan penelitian ini difokuskan ke dalam empat subfokus yaitu: (1) pemahaman warga sekolah tentang Adiwiyata Mandiri di SMP Negeri 1

Berdasarkan rumusan masalah tujuan yang diinginkan dicapai pada penelitian ini serta tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis yang dapat

- bentuk ekspresi musikal (sikap badan, sikap tangan, serta ungkapan wajah seseorang atau beberapa penampil dalam sebuah penyajian musik akan melengkapi secara visual

Para pengusaha dan perajin batu ajidi Desa Cipining, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten perlu mendapat penyuluhan dan informasi tentang pasar.Kepada mereka

Itu sebabnya sangat banyak orang berkata, “Kalau saya pensiun, penghasilan saya akan berkurang.” Dengan kata lain, mereka sedang mengatakan, “Saya berencana untuk bekerja

Namun, variasi makan- an yang banyak dan tersedia di alam tidak menja- min akan memberikan nilai luas relung yang be- sar, karena luas relung dipengaruhi pula oleh ke- mampuan ikan