• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sentra-sentra ekonomi berbasis sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Indramayu, seperti Karangsong, Pabean Udik, dan Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan dimulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juli 2011, dengan kegiatan dimulai dari penyusunan rencana penelitian, orientasi lapangan, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data, penyusunan tesis, seminar, dan ujian.

3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan di lapangan berkaitan kegiatan ekonomi dan pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Data sekunder adalah data-data yang sudah tersedia yang mendukung kelengkapan data penelitian. Adapun data yang dikumpulkan baik dari jenis, data primer maupun data sekunder meliputi :

1) Data teknis dan ekonomi usaha perikanan di Kabupaten Indaramayu. Data usaha perikanan meliputi ukuran kapal dan alat tangkap, kapasitas mesin, kelengkapan alat tangkap dan navigasi, nilai investasi, pembiayaan operasi, jumlah tenaga kerja, ongkos tenaga kerja dan sistem bagi hasil, biaya konsumsi (perbekalan), sumber pemodalan, biaya cicilan modal investasi, keuntungan, dan lainnya.

2) Data potensi sumberdaya ikan dan lingkungan di Kabupaten Indaramayu. Data ini meliputi data sumberdaya ikan perairan, komposisi hasil tangkapan nelayan, jenis ikan komersial, data nilai ekonomis ikan konsumsi, status pemanfaatan sumberdaya ikan, kondisi harga jual, dampak terhadap pencemaran, dampak terhadap biodiversity, dampak terhadap terumbu karang dan padang lamun, konflik pemanfaatan sumberdaya, dan lainnya.

3) Data terkait dengan kebijakan pengembangan kegiatan ekonomi berbasis perikanan, seperti undang-undang perikanan, peraturan perikanan, kebijakan

(2)

daerah tentang usaha perikanan, jenis hasil tangkapan, pengembangan alat tangkap, retribusi perikanan, dan lainnya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terhadap perwakilan stakeholders seperti nelayan, pengolah/pedagang ikan, pengelola pelabuhan/tempat pendaratan ikan, lembaga keuangan/perbankan, pihak PEMDA, dan masyarakat sekitar.

Pengamatan dilakukan dengan cara mengunjungi dan mengamati secara langsung kondisi lokasi bisnis perikanan, kegiatan usaha perikanan (persiapan, produksi, pemasaran hasil, dan lainnya), kegiatan usaha pendukung, dan lainnya yang terdapat di lokasi. Jumlah responden yang diwawancara untuk pengambilan data terkait kelayakan/keberlanjutan pengembangan usaha perikanan ditetapkan sekitar 5 -10 % dari jumlah populasi (Irianti dalam Bungin, 2004, dan Fauzi, 2001). Sedangkan populasinya adalah total jumlah usaha perikanan yang terdapat di lokasi. Hal yang sama juga untuk pengambilan data untuk pemilihan usaha perikanan yang tepat berdasarkan aspek teknis, ekonomi, sumberdaya dan lingkungan. Namun respondennya berasal dari perwakilan semua stakholders terkait. Sedangkan jumlah responden untuk perumusan strategi pengembangan berkisar antara 20 – 25 orang berasal dari perwakilan semua stakeholders terkait. Jumlah ini sesuai persyaratan sampel untuk analisis strategi menggunakan AHP.

3.3.2 Teknik Pengambilan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka, konsultasi pakar, dan kombinasi keduanya. Data sekunder yang bersifat time series diambil dari data perikanan selama 15 tahun. Studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang berasal dari literatur, hasil penelitian, laporan kegiatan di lokasi tersebut maupun lokasi lain dengan permasalahan yang relevan. Pendapat pakar digunakan untuk mengkonfirmasi data yang kurang jelas dari hasil penelitian atau literatur. Pakar dapat berasal dari birokrat, pengamat, maupun akademisi yang berkompeten dengan kegiatan ekonomi/bisnis berbasis perikanan.

(3)

3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Analisis Parameter Biologi

Analisis parameter biologi perikanan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode surplus produksi. Menurut Sparre dan Venema (1999) dan Fauzi (2010), metode surplus produksi ini penting untuk menentukan tingkat upaya penangkapan optimal (fopt) yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan hasil

tangkapan maksmum lestari (MSY). Analisis menggunakan model surplus produksi dapat dilakukan dengan memanfaatkan data time series hasil tangkapan (catch) per unit upaya tengkap (effort) atau CPUE di Kabupaten Indramayu. Sedangkan data time series yang digunakan adalah data lima belas tahun.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam perhitungan nilai potensi lestari (MSY) dan CPUE optimum sumberdaya ikan di lokasi penelitian adalah :

1) Analisis hubungan antara jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan dengan upaya penangkapan (f) dengan rumus :

CPUEi = a + bf`………...………(1)

2) Analisis hubungan antara hasil tangkapan (c) dengan upaya penangkapan (f) dengan rumus :

c = af + bf 2...(2) 3) Perhitungan upaya penangkapan optimum (Eopt) dilakukan dengan cara

menyamakan turunan pertama dari persamaan 2 dengan nol : bf a df dc 2 + = ………...………...(3) b a fMSY 2 − = ………...………...……… (4)

4) Perhitungan MSY diperoleh dengan cara mensubstitusikan nilai upaya penangkapan optimum (Eopt) :

2 ) ( msy msy b f af MSY = + ………..……….(5)

(4)

2 2 2 ⎟⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛− + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = b a b b a a MSY …………..………...………(6) b a MSY 4 2 − = ……….…..……….………..(7)

3.4.2 Pendugaan Model Keseimbangan Bio-Ekonomi

Pendugaan model keseimbangan bio-ekonomi perikanan di Kabupaten Indramayu menggunakan model Gordon Schaefer. Menurut Fauzi (2010), model Gordon Schaefer merupakan pengembangan model biologi yang sudah dikembangkan oleh Schaefer sejak tahun 1954. Hal penting yang diperhatikan terkait dengan penerapan model ini adalah parameter biologi, biaya operasional penangkapan, dan harga rata-rata ikan.

Dalam penerapan model ini, harga ikan per kg (p) dan biaya operasional penangkapan per unit upaya tangkap diasumsikan konstan. Dengan demikian, total penerimaan nelayan dari usaha penangkapan ikan (TR) dapat dihitung dengan rumus :

C p

TR= . ...(8)

Keterangan :

TR = total revenue (penerimaan total) p = harga rata-rata ikan per kg (Rp) C = Jumlah produksi ikan (kg)

Sedangkan total biaya penangkapan (TC) dihitung dengan rumus :

E c

TC= . ...(9)

Keterangan :

TC = total cost (biaya operasional penangkapan total) c = total pengeluaran rata-rata unit penangkapan ikan (Rp) E = jumlah upaya penangkapan (unit).

(5)

Sehingga keuntungan bersih usaha penangkapan ikan tersebut (π) dapat dihitung dengan rumus (Fauzi, 2010) :

E c bE E a p E c C p TC TR . ) . ( . . 2 − − = − = − = π π π ...(10)

3.4.3 Analisis Rente Ekonomi

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis usaha perikanan yang secara ekonomi dinyatakan layak dan lebih terjamin keberlanjutan pengembangannya di Kabupaten Indramayu. Analisis keberlanjutan ini menggunakan konsep rente ekonomi, yang secara umum memperhatikan nilai surplus dari penerimaan (benefit) dan biaya (cost) dari suatu usaha perikanan.

Menurut Fauzi (2010), rente merupakan nilai dari input produksi ketika digunakan melebihi biaya yang dikeluarkan. Rente tidak lain adalah residual setelah seluruh biaya dibayarkan dan biasanya diterima oleh pemilik usaha. Analisis rente ekonomi yang mengedepankan konsep perimbangan penerimaan (benefit) dan biaya (cost) ini memberi arahan tentang pola pemanfaatan sumberdaya ikan yang terdapat di kawasan yang memberikan manfaat yang wajar bagi nelayan dan pelaku perikanan lainnya. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan semua penerimaan dari suatu investasi untuk pengelolaan sumberdaya perikanan dengan semua pengeluaran yang harus dikeluarkan selama proses investasi usaha perikanan.

Supaya dapat diperbandingkan satu sama lain, maka penerimaan total (TR) dan semua komponen biaya dinyatakan dalam bentuk uang dan harus dihitung selama periode operasi yang sama (Garrod dan Willis, 1999). Sedangkan komponen biaya tersebut dapat mencakup biaya konsumsi antara (intermediate consumption/IC), biaya untuk pembayaran tenaga kerja (compensation of employee/CE), biaya untuk pembayaran modal tetap (compensation of fixed capital/CFC), dan penyisihan untuk keuntungan normal (normal profil/NP) yang dihitung dari perkalian nilai model yang diinvestasikan suku bunga (i). Adapun perhitungan rente ekonomi sumberdaya (resource rent/RR) untuk analisis kelayakan usaha perikanan di lokasi dinyatakan dengan rumus :

(6)

RR = TR – (IC+CE+CFC+NP) ... (11) Keterangan :

RR = rente ekonomi sumberdaya (resource rent) TR = total penerimaan usaha (total revenue)

IC = biaya operasional atau biaya konsumsi antara (intermediate consumption)

CE = biaya untuk pembayaran tenaga kerja (compensation of employee) CFC = biaya untuk pembayaran modal tetap (compensation of fixed

capital)

NP = penyisihan untuk keuntungan normal (normal profil/NP).

3.4.4 Intensitas Ekonomi (Economic Intensity)

Intensitas ekonomi merupakan metode analisis yang banyak digunakan untuk mengukur tingkat peran atau intensitas suatu usaha perikanan tangkap terhadap kegiatan perikanan di suatu kawasan. Tingkat peran / intensitas ekonomi ini sangat menentukan keberlanjutan usaha perikanan tangkap di masa yang akan datang. Menurut Fauzi (2010), intensitas ekonomi ini dapat dilihat dari intensitas energi yang digunakan, intensitas tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan perikanan, dan intensitas produksi perikanan. Intensitas ekonomi ini dapat dihitung untuk jangka waktu tertentu, tergantung kondisi siklus atau trip usaha yang bisa dinilai. Untuk usaha perikanan, biasanya membutuhkan waktu dalam hitungan hari untuk setiap setiap siklus atau trip usahanya, sehingga intensitas ekonomi sudah dapat diukur untuk jangka waktu satu bulan. Adapun metode analisis untuk setiap jenis intensitas tersebut, disajikan berikut ini.

a. Intensitas Energi (Energy Intensity)

Intensitas energi (energy intensity/Ei) perikanan tangkap dapat dihitungkan

dengan membandingkan nilai uang yang dikeluarkan untuk pengadaan energi usaha perikanan tangkap dengan jumlah produksi ikan dari usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu.

PN EV

(7)

Keterangan :

Ei = energy intensity (intensitas energi)

EV = nilai uang yang dikeluarkan untuk pengadaan energi (solar) usaha perikanan tangkap

PN = jumlah produksi ikan dari usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu

b. Intensitas Tenaga Kerja(Labour Intensity)

Intensitas tenaga kerja (labour intensity/LI) perikanan tangkap dapat dihitungkan dengan membandingkan nilai uang yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja (fee of labour) usaha perikanan tangkap dengan dengan jumlah produksi ikan dari usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu.

PN FL

Li = ...(13)

Keterangan :

Li = labour intensity (intensitas tenaga kerja)

FL = nilai uang yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja (fee of

labour) usaha perikanan tangkap

PN = jumlah produksi ikan dari usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu

c. Intensitas Produksi (Production Intensity)

Intensitas produksi (production intensity/PI) perikanan tangkap dapat dihitungkan dengan membandingkan nilai produksi suatu usaha perikanan terhadap jumlah produksi ikan dari usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu.

PN PV

Pi= ...(14)

Keterangan :

(8)

PV = nilai produksi usaha perikanan tangkap

PN = jumlah produksi ikan dari usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu

Untuk mengetahui korelasi/hubungan diantara variabel ekonomi tersebut termasuk dengan biaya (Ci), maka analisis korelasi. Secara umum, analisis korelasi intensitas variabel terhadap output dirumuskan :

Y = f (Ei, Li, Pi, dan Ci) ...(15) Keterangan :

Ei = energy intensity (intensitas energi)

Li = labour intensity (intensitas tenaga kerja)

Pi = production intensity (intensitas produksi)

Ci = cost intensity (intensitas biaya)

3.4.5 Analisis Strategi

Analisis ini dimaksud untuk merumuskan prioritas strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan ekonomi berbasis usaha perikanan yang berkelanjutan di Kabupaten Indramayu. Untuk maksud ini, maka penetapan prioritas strategi dilakukan dengan mengakomodir kepentingan semua stakeholders terkait dan tetap mempertimbangkan semua keterbatasan/hambatan yang ada. Analisis hierarki ini menggunakan Analitical Hierachy Process (AHP) dengan sofware Expert Choice.

Prinsip penting perlu diperhatikan dalam analisis AHP ini adalah : (a) menyederhanakan masalah yang komplek yang bersifat strategis dan dinamis melalui panataan rangkaian variabelnya dalam suatu hierarki, (b) tingkat kepentingan dari setiap variabel diberi nilai numerik (secara subyektif) yang dapat menjelaskan arti pentingnya suatu variabel dibandingkan variabel lainnya, (c) mensistesis informasi yang tersedia guna menentukan variabel mana yang memiliki tingkat prioritas paling tinggi disamping memiliki peran yang mempengaruhi hasil dalam sistem dimaksud, dan (d) secara grafis, persoalan keputusan dikonstruksikan sebagai bentuk diagram bertingkat, tersusun. Dalam

(9)

kaitan dengan analisis strategi pengembangan ekonomi berbasis usaha perikanan di Kabupaten Indramayu, maka analisis menggunakan AHP ini diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengkaji interaksi menyeluruh dari semua komponen yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya perikanan di lokasi.

Adapun tahapan analisis yang dilakukan dalam perumusan strategi pengembangan ekonomi berbasis usaha perikanan di Kabupaten Indramayu adalah :

a. Pendefinisian Masalah/Komponen

Untuk memecahklan permasalahan yang ada secara kompherensif, maka semua komponen yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi berbasis perikanan perlu didefinisikan dan ditetapkan terlebih dahulu. Lingkup komponen yang didefinisikan mencakup maksud dan tujuan pengembangan ekonomi berbasis perikanan, kriteria atau kepentingan stakeholders pihak yang terkait dengan pengembangan ekonomi dimaksud perlu diakomodir, pembatas (limit factor) dalam pengembangan, serta alternatif strategi pengembangan ekonomi berbasis usaha perikanan yang ditawarkan di lokasi.

b. Perancangan Struktur Hierarki

Struktur hierarki diawali dengan maksud atau tujuan, dilanjutkan dengan kriteria pelaku, pembatas, dan alternatif strategi pada tingkatan kriteria yang paling bawah. Struktur hierarki diawali dengan maksud atau tujuan, dilanjutkan dengan kriteria pelaku, pembatas, dan alternatif strategi pada tingkatan kriteria yang paling bawah. Secara umum, rancangan struktur hierarki analisis strategi pengembangan ekonomi berbasis usaha perikanan terbagi dalam 4 level mengacu kepada Wilson et.al. (2002), yaitu level goal (tujuan), level kriteria, level pembatas (limit factor), dan level opsi strategi pengembangan.

Goal (tujuan) dalam rancangan yang diusulkan adalah perumusan strategi pengembangan ekonomi berbasis usaha perikanan di Kabupaten Indramayu. Sedangkan yang menjadi kriteria, pembatas, dan opsi strategi akan ditetapkan berdasarkan hasil analisis bagian sebelumnya.

(10)

c. Penyusunan Matriks Perbandingan

Komparasi perbandingan ini dimaksudkan untuk menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap komponen terhadap masing-masing kriteria yang setingkat di atasnya, perbandingan berdasarkan judgement dari stakeholders terkait, dengan menilai tingkat kepentingan satu komponen dibandingkan dengan komponen lainnya. Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu komponen terhadap komponen lainnya, maka dilakukan pembobotan. Teknis pembobotan mengacu kepada Saaty (1993) tentang skala banding berpasangan, dan ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Untuk mengkualifikasikan data kualitatif yang didapatkan dari wawancara, maka digunakan nilai skala komparasi 1 sampai 9. Skala 1 sampai dengan 9 merupakan skala yang terbaik dalam mengkualifikasikan pendapat, yaitu berdasarkan akurasinya yang ditunjukkan dengan nilai RMS (Root Mean Square deviation) dan MAD (Median Absolute Deviation).

(11)

Tabel 3.1 Skala banding berpasangan

Tingkat

Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 3 5 7 9 2,4,6,8 Kebalikan

¾ Kedua elemen sama pentingnya. ¾ Elemen yang satu sedikit lebih

penting daripada elemen yang lainnya.

¾ Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lain.

¾ Elemen yang satu jelas lebih penting daripada elemen yang lain.

¾ Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen yang lain.

¾ Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. ¾ Jika untuk aktifitas i mendapat

satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

¾ Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan.

¾ Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

¾ Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen lainnya.

¾ Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek.

¾ Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

¾ Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan.

Sumber : Saaty (1993)

d. Formulasi Data dan Simulasi

Formulasi data merupakan kegiatan menginput data hasil analisis skala banding berpasangan ke dalam struktur hierarki. Pembuatan hierarki dan input data ini dilakukan menggunakan sofware Expert Choice. Sedangkan data yang diinput disiapkan menggunakan program MS Excell, SPSS, atau lainnya. Setelah data diinput semua, maka dilakukan simulasi untuk mengetahui kinerja dari data yang digunakan.

e. Pengujian Konsistensi dan Sensitivitas

Tahapan ini bertujuan untuk menguji konsistensi dan sensitivitas dari hasil simulasi yang telah dilakukan. Bila dari hasil simulasi diperoleh rasio inconsistency 0,1 atau lebih, maka hasil simulasi tidak konsistensi dan harus

(12)

dilakukan pengambilan data ulang. Pengujian konsistensi dilakukan bersamaan dengan perhitungan uji banding berpasangan. Uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sensitivitas hasil simulasi terhadap berbagai intervensi/perubahan yang mungkin. Tabel 3.2 menyajikan kriteria uji konsistensi dan uji sentivitas yang digunakan.

Tabel 3.2 Kriteria uji konsistensi dan uji sensitivitas

Jenis Pengujian Kriteria

Rasio inconsistency < 0,1

Sensitivity test Diharapkan tidak terlalu

sensitif Sumber : Expert Choice 9.5

f. Interpretasi Hasil Analisis

Tahapan interpretasi ini merupakan tahapan penggunaan hasil analisis hierarki dalam menjelaskan dan memberikan rekomendasi prioritas strategi pengembangan ekonomi berbasis sumberdaya perikanan di Kabupaten Indramayu. Kegiatan interpretasi ini juga menjelaskan berbagai hal yang mungkin bila strategi prioritas diimplementasikan di lokasi.

Gambar

Tabel  3.1   Skala banding berpasangan   Tingkat

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk variabel bebas yaitu komunikasi pemasaran dalam hasil dari pembagian kuesioner mengenai tanggapan terhadap

Adapun jenis data atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana peneliti menerapkan tindakan berupa pelaksanaan metode

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gen penciri sifat tanpa tanduk (Polled) pada sapi Bali dengan menggunakan mikrosatelit lokus ILSTS017 dan ILSTS089.. Kegunaan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan mengambil sampel urin pasien dengan tumpatan amalgam yang ada di poli gigi Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang,

Kerja Praktek (KP) merupakan salah suatu kegiatan akademik yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi S1 di Fakultas Informatika, kegiatan KP dilaksanakan dengan

Dia mengimbau kepada masyarakat Kabu- paten Serang bagi yang sudah terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap atau DPT, warga yang belum terdaftar sebagai pemilih, baru beru- sia 17

RADIO VISI INTI SWARA FM/H... JEMBER

Dari kenyataan diatas penulis memandang penelitian ini sangat perlu dilakukan dengan beberapa pertimbangan: Pertama, pendidikan karakter di sekolah atau madrasah