i ]]
ii
Kata Pengantar
Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir (Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik (Kabupaten/Kota) terpilih, adalah menjadi salah satu upaya pemerintah khususnya Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang perlu diapresiasi oleh masyarakat. Hal ini tidak hanya bemanfaat bagi peningkatan ekonomi masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia, tetapi lebih jauh ini adalah bentuk bentuk penerapan pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya alam yang berkelanjutan.
Untuk mencapai hal tesebut, diperlukan upaya pengembangan peluang-peluang ekonomi dalam proyek distrik untuk kegiatan perikanan skala kecil yang berbasis pasar dan berkelanjutan. Dalam kerangka inilah, studi pasar menjadi hal yang esensial sebelum pengambilan keputusan interfensi program dilakukan.
Laporan yang kami sajikan ini berisi tentang kajian komprehensif tentang permintaan dan penawaran dari produk-produk potential untuk dikembangankan di Kota Bitung dalam kerangka CCDP-IFAD. Lebih jauh, laporan ini menampilkan hasil analisa tentang uraian tentang rantai nilai (produk dan teknologi), aliran produk, harga, dan margin (input, pruduksi, perdagangan, olahan, dan pemasaran), sistem-sistem pendukung (infrastruktur, keuangan, penelitian dan pengembangan, penyuluhan, dan lain-lain), kendala-kendala utama, dan solusi yang ditawarkan. Juga, laporan ini memberikan rekomendasi spesifik dalam upaya peningkatan rantai nilai dan pendapatan pelaku usaha pada tingkat Kabupaten/Desa dan tingkat individu pelakuk usaha.
Kami berharap, hasil studi pasar ini dapat memberikan rujukan dalam pengambilan keputusan interfensi program pengembangan usaha di CCDP-IFAD. Terima kasih atas kepercayaan CCDP-IFAD kepada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin untuk melaksanakan Survei ini. Semoga kepercayaan dan kerjasamanya dapat dilanjutkan untuk tahun-tahun yang akan datang.
Makassar, 10 Desember 2013
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan,
Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP. 19670308 199003 1 001
iii
Daftar Isi
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii
Daftar Istilah ... v
Ringkasan Eksekutif ... vi
1 Pendahuluan ... 1
2 Aktivitas dan Metodologi ... 2
2.1 Tujuan ... 2
2.2 Pendekatan Studi Rantai Nilai ... 3
2.3 Metodologi Rantai Nilai ... 3
3 Peraturan, Kebijakan dan Kerangka Kerja Kelembagaan ... 4
4 Profil Pasar Kabupaten ... 5
5 Peluang Bisnis Produk-Produk Berbasis Kelautan dan Perikanan : Ikan Kerapu, Cumi-Cumi, Ikan Kuwe dan Kembung ... 5
5.1 Penawaran Pasar ... 5
5.2 Permintaan Pasar dan Potensi Pertumbuhan ... 6
5.3 Deskripsi Rantai Nilai ... 7
5.3.1 Deskripsi Produk dan Teknologi ... 7
5.3.2 Pelaku Utama Pasar dan Perannya ... 8
5.3.3 Aliran Produk, Harga dan Margin (Input, Poduksi, Perdagangan, Olahan dan Pemasaran ) ... 9
5.4 Sistem Pendukung (Infrasturktur, Finansial, Penelitian dan Pengembangan, Penyuluhan, dll) ... 13
5.5 Kendala dan Solusi Perikanan Tangkap ... 15
5.6 Rekomendasi... 16
6 Model Pengembangan Bisnis Olahan : Cumi Beku Tanpa Tulang dan Kepala, dan Bakso Cumi ... 18
6.1 Cumi Beku Tanpa Tulang dan Kepala ... 18
6.2 Bakso Cumi ... 20
6.3 Produksi Tangkap Ikan Karang dengan Fyke Net ” ... 22
APPENDIX A: Matrix Analisis Prioritas Komoditi Unggulan ... 24
APPENDIX B: Infoman Kunci (Includes private businesses) ... 25
APPENDIX C: Profil Keuangan Rantai Nilai Prioritas Kabupaten Desa ... 27
APPENDIX D: Profil Keuangan Rantai Nilai Prioritas Individu (Rp.) ... 41
iv
Daftar Singkatan
BBM : Bahan Bakar Minyak
BKPMD : Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
BPS : Badan Pusat Statistik
BRI : Bank Rakyat Indonesia
BT : Bujur Timur
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CCDP : Coastal Community Development Program Dirjen : Direktoral Jenderal
DKP : Dinas Kelautan Perikanan GAPINDO : Gabungan Pengusaha Indonesia HNSI : Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia
IFAD : International Fund for Agricultural Development
KG : Kilogram
KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan KP3K : Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil KUR : Kredit Usaha Rakyat
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
LU : Lintang Utara
M : Meter
NGO : Non-Government Organization
NO : Nomor
PE : Poly Etilen
PEMDA : Pemerintah Daerah
PERTAMINA : Perusahaan Tambang Minyak Nasional
PK : Paarden Kracht (Bahasa Belanda)/ Tenaga kuda PLN : Perusahaan Listrik Negara
PMPPU : Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha
PPS : Pelabuhan Perikanan Samudera
PT : Perguruan Tinggi
RP : Rupiah
SA : Staf Ahli
SPBN : Stasiun Pengisian Bahan bakar untuk Nelayan
SULUT : Sulawesi Utara
TOT : Training of Trainer
TPD : Tenaga Pendamping Desa
TPI : Tempat Pelelangan Ikan
UMKN : Usaha Mikro Kecil dan Menengah
v
Daftar Istilah
Coolbox : Kotak penyimpanan untuk menjaga suhu tertentu
Cumi Kondom : Istilah lokal untuk salah satu jenis Cumi-cumi di Kota Bitung yang pada umumnya disebut cumi teropong
Garopa : istilah lokal untuk ikan Kerapu
Ladung : Besi pemberat
Pancing Noro : Alat tangkap ikan Tude (Kembung)
Sambi : Pancing tarik untuk menangkap Cumi-cumi
Styrofoam : Plastik busa yang gunakan sebagai tempat pelindung dan penyimpanan
barang-barang yang rapuh atau barang lainnya Tibo-tibo : Pedagang Pengumpul hasil laut
vi
Ringkasan Eksekutif
Studi pasar (market study) adalah langkah awal yang dibutuhkan oleh CCDP-IFAD PMPPU/KP3K-KKP dalam memahami dan mengidentifikasi peluang-peluang usaha dan kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya mengembangkan usaha ekonomi pada desa/kabupaten target proyek. Studi pasar ini juga mencakup penilaian rantai nilai dari suatu komoditas target.
Laporan studi pasar ini mencakup kajian komprehensif tentang permintaan dan penawaran dari produk-produk potential untuk dikembangankan dalam CCDP-IFAD, potensi pertumbuhannya, uraian tentang rantai nilai (produk dan teknologi), aliran produk, harga, dan margin (input, pruduksi, perdagangan, olahan, dan pemasaran), sistem-sistem pendukung (infrastruktur, keuangan, penelitian dan pengembangan, penyuluhan, dan lain-lain), kendala-kendala utama, dan solusi yang ditawarkan. Juga, laporan ini memberikan rekomendasi spesifik dalam upaya peningkatan rantai nilai dan pendapatan pelaku usaha pada tingkat Kabupaten/Desa dan tingkat individu pelakuk usaha.
Studi ini telah mengidentifikasikan tiga produk unggulan yang perlu dikembangkan di Kota Bitung, propinsi Sulawesi Utara, yaitu 1.Cumi-cumi, 2. Ikan Karang (Kerapu dan Kuwe), 3. Ikan Kembung. Produk-produk tersebut terpilih dengan mempertimbangkan kelebihan komparatif dan peluang-peluang ekonomi yang dimiliki oleh produk-produk tersebut. Strategi usaha yang direkomendasikan adalah meningkatkan kapasitas produksi, volume penjualan dan nilai tambah hasil tangkapan melalui beberapa ilustrasi intervensi sebagai berikut:
1. Perlunya penekanan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan memberikan akses kemudahan nelayan untuk memperoleh BBM.
2. Perlunya pengembangan jaringan listrik untuk mendukung kelancaran usaha perikanan Cumi-cumi, kerapu, bubara dan kembung.
3. Perlunya dukungan sarana dan prasarana untuk nelayan tangkap seperti armada penangkapan (perahu dan alat tangkap) yang efektif sertasaranapendukungsistem rantai dingin.
4. Pelatihan dan pendampingan penanganan hasil tangkapan dan peningkatan nilai tambah sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas dan meningkatkan nilai jual produk.
1
1 Pendahuluan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (c.q. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, PMPPU/KP3K) sedang menjalankan program Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir (Coastal Community Development Project, CCDP) yang didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD). CCDP-IFAD ini telah dimulai tahun 2013, dan akan berlangsung selama 5 tahun (2012-2017) di 12 kabupaten/kota (districts) dalam 9 wilayah provinsi di Indonesia, termasuk di Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara.
Program CCDP-IFAD bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir dan laut, dengan pendekatan peningkatan pendapatan rumah tangga nelayan dan rumah tangga pemanfaat sumberdaya kelautan dan perikanan di dalam komunitas masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk itu, program CCDP-IFAD dikembangkan dalam 3 komponen utama dengan manfaat yang terukur, yaitu: 1). Pengembangan masyarakat, pembangunan dan pengelolaan sumberdaya; 2). Bantuan distrik untuk Pembangunan ekonomi berbasis kelautan; 3). Pengelolaan proyek.
Dalam pelaksanaannya, CCDP-IFAD berupaya untuk mengembangkan peluang-peluang ekonomi dalam proyek distrik untuk kegiatan perikanan skala kecil yang berbasis pasar dan berkelanjutan. Rumah tangga target diharapkan dapat mengimplementasikan aktifitas ekonomi berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan yang menguntungkan dan tanpa dampak kerusakan terhadap sumberdaya. Untuk itu diperlukan studi pasar yang komprehensif untuk melihat peluang pasar dan rantai nilai dari suatu produk atau jasa ekonomi yang dapat dikembangkan.
Produksi perikanan Laut Sulawesi Utara mengalami peningkatan sejak tahun 2006 - 2012. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2011-2012 yaitu 21,04 %. Salah satu sentra produksi perikanan tangkap di Propinsi Sulut adalah Kota Bitung yang terletak pada posisi geografis 1°23'23" - 1°35'39" LU dan 125°1'43" - 125°18'13" BT. Di bagian Selatan terdapat sebuah pulau yakni Pulau Lembeh yang memiliki luas 50,90 km2 meliputi 15 kelurahan yang dibagi ke dalam 2 kecamatan yaitu Lembeh Utara dan Lembeh Selatan. Penduduk di Pulau Lembeh kebanyakan adalah nelayan perikanan tangkap skala kecil.
2 Laporan studi pasar ini mencakup kajian komprehensif tentang permintaan dan penawaran dari produk-produk potensial untuk dikembangankan dalam CCDP-IFAD, potensi pertumbuhannya, uraian tentang rantai nilai (produk dan teknologi), aliran produk, harga, dan margin (input, pruduksi, perdagangan, olahan, dan pemasaran), sistem-sistem pendukung (infrastruktur, keuangan, penelitian dan pengembangan, penyuluhan, dan lain-lain), kendala-kendala utama, dan solusi yang ditawarkan. Juga, laporan ini memberikan rekomendasi spesifik dalam upaya peningkatan rantai nilai dan pendapatan pelaku usaha pada tingkat Kabupaten/Desa dan tingkat individu pelaku usaha.
2 Aktivitas dan Metodologi 2.1 Tujuan
Tujuan studi market ini adalah untuk memahami dan mengidentifikasi peluang-peluang usaha dan kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya mengembangkan usaha ekonomi pada desa/kabupaten target proyek. Tugas dari studi pasar ini mencakup:
1. Identifikasi dan penilaian rantai nilai dari suatu komoditas target, yang meliputi beberapa aspek yaitu:
a. Permintaan dan penawaran dari komoditas atau produk-produk potential untuk dikembangankan,
b. Potensi pertumbuhannya,
c. Uraian tentang rantai nilai (produk dan teknologi), aliran produk, harga, dan margin (input, pruduksi, perdagangan, olahan, dan pemasaran),
3 d. Sistem-sistem pendukung (infrastruktur, keuangan, penelitian dan pengembangan, penyuluhan, dan lain-lain), kendala-kendala utama, dan solusi yang ditawarkan.
2. Membuat rekomendasi spesifik dalam upaya peningkatan rantai nilai dan pendapatan pelaku usaha pada tingkat Kabupaten/Desa dan tingkat individu pelakuk usaha,
3. Mengusulkan minimal 3 model usaha ekonomi/keuangan yang meliputi investasi, biaya operasi dan pemelihataan, penerimaan dan pendapatan tenaga kerja.
2.2 Pendekatan Studi Rantai Nilai
Pendekatan rantai nilai berfokus pada beberapa faktor kunci yang mempengaruhi daya saing komoditas atau produk, yaitu:
1. Pelaku usaha yang potensial (key informant) dalam rantai nilai dari suatu komoditas atau produk;
2. Tingkat permintaan dan penawaran terhadap komoditas atau produk potensial yang telah dijalankan oleh masyarakat pada desa-desa dan kabupaten target, termasuk potensi pertumbuhannnya dihitung dari besarnya produksi dan serapan pasar yang ada;
3. Perbedaan harga (margin) antar pelaku usaha (produsen, pedagang dengan berbagai tingkatan) dianalisa berdasarkan nilai dari produk yang dipelajari; 4. Peluang dan kendala yang dihadapi pada semua rantai pasar dipandang dalam
kerangka efisiensi;
5. Sistem-sistem pendukung usaha (infrastuktur, pembiayaan, dan berbagai aspek lainnya yang menentukan tingkat efisiensi usaha, arus infomasi antar pelaku usaha),
6. Inovasi dalam menciptakan dan mempertahankan daya saing. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan perubahan preferensi konsumen, akses keterampilan serta teknologi yang dibutuhkan.
2.3 Metodologi Rantai Nilai
Metodologi dalam mengembangkan studi rantai nilai berfokus pada analisa dari pendekatan yang diuraikan sebelumnya, yaitu:
1. Menemukenali potensi dari komoditas atau produk yang akan dikembangkan, Urutan prioritas komoditi berdasarkan hasil analisis matriks yang menggunakan
4 4 kriteria pokok, yaitu peningkatan pendapatan, ketersediaan sumber daya alam, keberlanjutan fungsi lingkungan, dan permintaan pasar. Penilaian dalam matriks melibatkan pendapat pakar dan hasil wawancara di lapangan.
2. Tingkat permintaan (demand) dan penawaran (supply) terhadap komoditas atau produk potensial yang telah dijalankan oleh masyarakat pada desa-desa dan kabupaten target, termasuk potensi pertumbuhannnya pada pasar-pasar yang ada maupun potensi pasar baru,
3. Perhitungan margin harga dan keuntungan dari produk potensial antar pelaku usaha (produsen, pedagang dengan berbagai tingkatan),
4. Peluang dan kendala yang dihadapi pada semua rantai pasar,
5. Sistem-sistem pendukung usaha (infrastuktur, pembiayaan, dan berbagai aspek lainnya yang menentukan tingkat efisiensi usaha, arus infomasi antar pelaku usaha), termasuk hubungan antar kelembagaan seperti pemerintah, LSM, pengusaha, dan perguruan tinggi.
6. Inovasi dalam menciptakan dan mempertahankan daya saing dan membuka pasar baru, khususnya inovasi dalam proses produksi, kualitas produk, dan pembuatan produk baru.
3 Peraturan, Kebijakan dan Kerangka Kerja Kelembagaan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bertanggungjawab untuk kelautan dan perikanan dalam sektor perencanaan, pengelolaan dan administrasi di Indonesia. Terhitung sejak Februari 2005 KKP membawahi ; (i) lima Direktoral Jenderal (Dirjen) yaitu : Dirjen Perikanan Tangkap, Dirjen Perikanan Budidaya, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil dan Dirjen Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan; (ii) Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal dan ; (iii) Staf Ahli dalam bidang spesifik yang berkaitan dengan KKP.
Sehubungan dengan Perikanan Tangkap, KKP bertanggungjawab melalui Dirjen Perikanan Tangkap. Pada tingkat nasional, perikanan tangkap diatur dalam UU No 31/2004 tentang Perikanan yang menggaris bawahi pentingnya pemanfaatan sumberdaya hayati perairan dalam pembangunan perikanan yang berkelanjutan.
Berdasarkan UU No 22/1999 tentang administrasi regional (1999) dan dalam proses desentralisasi, pemerintah di tingkat propinsi bertanggungjawab dalam
5 pengelolaan, pemanfaatan dan konservasi sumberdaya hayati laut dalam wilayah perairan teritorialnya.
4 Profil Pasar Kabupaten
Secara umum pemasaran produk perikanan tangkap nelayan tradisonal (kapal <5 m) dari pulau Lembeh bermuara pada pasar tradisonal, yaitu pasar Winenet, pasar Bitung dan pasar Girian. Pasar Winenet berlokasi di daerah pinggiran kota sekitar selat Lembeh, sementara pasar Bitung terletak di tengah kota Bitung, dan pasar Girian berada di Kecamatan Girian yang merupakan daerah perbatasan antara kota Bitung dengan Kab. Minahasa Utara. Selain di pasar tradisional, beberapa nelayan/pedagang pengumpul melakukan penjualan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada dalam kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung. Aktivitas penjualan ikan di Pasar Winenet dan pasar Bitung berlangsung setiap hari sejak pagi sampai sore hari, sedangkan di pasar Girian juga berlangsung setiap hari tapi sampai siang hari saja.
5 Peluang Bisnis Produk-Produk Berbasis Kelautan dan Perikanan : Ikan Kerapu, Cumi-Cumi, Ikan Kuwe dan Kembung
Terdapat 4 komoditi perikanan tangkap yang potensil untuk dikembangkan. Keempat komoditi tersebut saat ini sudah diusahakan oleh masyarakat nelayan di Pulau lembeh. Urutan prioritas komoditi yang diusulkan untuk dikembangkan adalah 1. Kerapu, 2. Cumi-cumi, 3. Kuwe, dan 4. Kembung. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing komoditas.
5.1 Penawaran Pasar
Produksi hasil tangkapan nelayan untuk empat komoditas (ikan kerapu, cumi-cumi, ikan kuwe dan kembung) mencapai 666 ton/tahun/desa, dengan produksi terbesar adalah cumi-cumi. Produksi perikanan tangkap sangat ditentukan oleh musim, dimana musim puncak berlangsung antara Januari - Juni, musim peralihan (Juli – September), dan musim paceklik (Oktober – Desember).
6 Tabel Penawaran Empat Komoditi Unggulan di Bitung
No Komoditi
Rerata produksi per musim
(ton/nelayan) Total produksi (ton/tahun/nelayan) Asumsi jumlah nelayan per desa Total penawaran per tahun per
desa (ton/tahun/desa) Puncak Peralihan Paceklik
1. Ikan kerapu 3,10 - 0,17 3,27 40 131 2. Cumi-cumi 4,70 1.5 0,26 6,46 40 258 3. Ikan kuwe 2,16 - 0,12 2,28 40 91 4. Ikan kembung 4,40 - 0,24 4,64 40 186 Total 16,65 666
5.2 Permintaan Pasar dan Potensi Pertumbuhan
Permintaan pasar untuk saat ini masih seimbang dengan jumlah penawaran, dengan kata lain semua produksi terserap oleh pasar. Pasar komoditas tersebut terkonsentrasi di Bitung dan Manado. Hanya produk cumi-cumi yang menjangkau pasar Minahasa Utara pada musim puncak. Persentase permintaan pasar dari total produksi masing-masing komoditas disajikan di tabel di bawah ini.
Tabel Permintaan Empat Komoditi Unggulan di Bitung
No Komoditi
Estimasi Permintaan Pasar (ton/tahun)
Persentase Permintaan Pasar (%)
Bitung Manado Minahasa
Utara Bitung Manado
Minahasa Utara 1. Ikan kerapu 52,4 78,6 0 40 60 0 2. Cumi-cumi 100,62 152,22 5,16 39 59 2 3. Ikan kuwe 36,4 54,6 0 40 60 0 4. Ikan kembung 167,4 18,6 0 90 10 0
Pertumbuhan pasar keempat komoditi unggulan yang ada cukup tinggi untuk pasar di luar Bitung, Manado dan Minahasa Utara. Pertumbuhan pasar umumnya terjadi di pasar Makassar, Surabaya, dan Jakarta. Untuk mendukung perluasan pasar tersebut dibutuhkan peningkatan kapasitas produksi dan penanganan hasil tangkapan, serta inovasi produk sehingga dapat didistribusikan ke pasar potensial tersebut. Salah satu bentuk inovasi yang ditawarkan adalah peningkatan kapasitas
7 produksi melalui inovasi penangkapan ikan kerapu dengan menggunakan jaring fyke net, produk cumi beku tanpa kepala dan tulang (boneless & headless squid) serta bakso cumi, peningkatan kapasitas produksi ikan kembung melalui efektifitas penangkapan dengan menggunakan drift gill net.
5.3 Deskripsi Rantai Nilai
5.3.1 Deskripsi Produk dan Teknologi
Ikan Kerapu (Epinephelus sp) dan kuwe (Charanx sp): Produk hasil
tangkapan nelayan yang dipasarkan adalah kerapu (nama lokal: garopa) dan kuwe (nama lokal: bubara) dalam bentuk segar dan utuh. Kerapu dan kuwe ditangkap menggunakan panah ikan dan pancing tarik. Alat ini tergolong alat tangkap ramah lingkungan karena tidak mengancam kelestarian sumberdaya perikanan khususnya kerapu. Kerapu dan kuwe merupakan produk perishable food (mudah membusuk), sehingga perlu penanganan sistem rantai dingin yang tepat untuk memudahkan nelayan meningkatkan volume penjualan dan memperpanjang self-life produknya.
Cumi-cumi teropong (Loligo sp):
Produk cumi-cumi (nama lokal: cumi kondom) yang dipasarkan adalah cumi-cumi segar dan utuh. Cumi-cumi-cumi ini ditangkap menggunakan pancing (hand line) dengan mata pancing yang berbentuk seperti cakar keliling yang dikenal dengan istilah lokal Sambi. Alat ini tergolong alat
tangkap ramah lingkungan sehingga tidak mengancam kelestarian sumberdaya perikanan khususnya cumi-cumi. Jumlah mata pancing antara 4 - 6 yang disatukan dalam satu simpul. Posisi mata pancing ini menghadap keluar menyerupai formasi lingkaran. Bagian atas pancing di beri lubang untuk mengikat tali pancing. Tali pancing sambi terbuat dari bahan nilon (PE) dengan panjang berkisar antara 15 – 30 m. Tali ini digulung pada potongan kayu atau gabus dengan ukuran dan bentuk disesuaikan kenyamanan pada saat menggulung, namun umumnya berbentuk elips atau lingkaran. Keseluruhan bahan pendukung tersedia di warung/toko setempat, namun perakitannya dilakukan sendiri oleh nelayan.
Karena cumi-cumi cenderung menyenangi cahaya, maka nelayan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan cumi-cumi. Lampu yang digunakan
8 umumnya berupa lampu senter dan petromaks (lampu tekan), namun beberapa nelayan menggunakan lampu blits karena menurut mereka cumi-cumi lebih cepat terkumpul di bawah cahaya selain itu lebih praktis dan ekonomis.
Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta): Produk ikan kembung (nama lokal:
ikan tude) adalah segar dan utuh. Kembung ini ditangkap menggunakan pancing tarik (pancing noro). Alat ini tergolong alat tangkap ramah lingkungan karena tidak mengancam kelestarian sumberdaya perikanan khususnya kembung.
5.3.2 Pelaku Utama Pasar dan Perannya
Nelayan kerapu, cumi, ikan kuwe dan kembung : Kerapu,
cumi-cumi, kuwe dan kembung segar hasil tangkapan nelayan langsung dijual ke pedagang pengumpul tanpa perlakuan penanganan pasca panen (sistem rantai dingin). Selama pengangkutan hasil tangkapan nelayan hanya menggunakan wadah ember plastik dengan kapasitas ± 10 kg atau disimpan di dalam palkah perahu.
Pedagang pengumpul kerapu, cumi-cumi, kuwe, kembung: Dalam istilah
lokal pedagang pengumpul disebut tibo-tibo, dan pedagang ini mengumpulkan seluruh jenis hasil tangkapan. Mereka membeli produk hasil tangkapan nelayan dalam bentuk segar dari nelayan desa setempat maupun desa tetangga. Sebelum dijual ke pedagang pengecer atau konsumen, pedagang pengumpul memberi perlakuan rantai dingin (es curah) pada kerapu dalam wadah kotak styrofoam yang telah digunakan beberapa kali. Sistem rantai dingin yang diterapkan oleh pedagang pengumpul belum memenuhi standar. Sebagian pedagang pengumpul kadang-kadang berperan sekaligus sebagai pedagang pengecer. Pedagang pengumpul setiap saat bersedia membeli cumi-cumi dari nelayan meskipun dalam jumlah yang kecil (1 ember).
Pedagang pengecer kerapu, cumi-cumi, kuwe dan kembung: Pedagang
pengecer umumnya berdomisili di Bitung dan merupakan relasi khusus dari pedagang pengumpul. Mereka membeli produk perikanan tangkap segar dari pedagang pengumpul. Biasanya pedagang pengecer menambahkan sejumlah es curah pada produk perikanan tangkap hasil pembelian dari pedagang pengumpul sebagai pengganti es yang telah mencair. Wadah yang digunakan oleh pedagang pengecer masih seperti yang digunakan pedagang pengumpul, yaitu styrofoam. Produk ini kemudian diangkut dan dijual ke pasar di Bitung, Manado dan Minahasa Utara.
9
Konsumen kerapu, kuwe dan kembung: Konsumen dari produk ini ada di
pasar lokal dan pelelangan di Bitung dan di Manado. Konsumennya adalah rumah tangga dan rumah makan.
Konsumen cumi-cumi: Konsumen dari produk ini ada di pasar lokal dan
pelelangan di Bitung, Manado dan Minahasa Utara. Konsumennya adalah rumah tangga atau rumah makan.
5.3.3 Aliran Produk, Harga dan Margin (Input, Poduksi, Perdagangan, Olahan dan Pemasaran )
5.3.3.1 Input
Untuk menghasilkan kerapu dan kuwe segar, nelayan menggunakan input
(umpan) berupa ikan rucah. Nelayan hanya menggunakan panah ikan/pancing tarik serta perahu berukuran kecil. Ukuran mata pancing nomor 7-10 dengan panjang tali nilon 100-150 m. Sedangkan perahu umumnya berukuran panjang antara 7-10 m, lebar 0,5-0,9 m dengan menggunakan tenaga penggerak mesin ketinting berukuran 4 – 6,5 PK.
Untuk menghasilkan cumi-cumi segar, nelayan tidak memerlukan input
(umpan). Nelayan hanya menggunakan sarana (pancing sambi dan lampu) serta prasarana pendukung (kapal < 5 m).
Untuk menghasilkan ikan kembung segar, nelayan menggunakan input
(umpan) berupa ikan rucah. Nelayan hanya menggunakan alat tangkap pancing tarik (vertical handline) serta perahu berukuran kecil. Ukuran mata pancing nomor 7-10 dengan jumlah mata pancing sebanyak 15 dengan interval 30 cm dan panjang tali nilon 100-150 m. Sedangkan perahu umumnya berukuran panjang antara 8 m, lebar 0.5 m dengan menggunakan tenaga penggerak mesin katinting berukuran 13 PK.
5.3.3.2 Produksi
Ikan kerapu, kuwe dan kembung: Produksi hasil tangkapan nelayan
dipengaruhi oleh musim. Pada musim puncak (Januari – Juni) produksi rata-rata mencapai 40 kg/nelayan/trip (± 120 ekor/nelayan/trip), sementara pada musim paceklik (Oktober – Desember) produksi rata-rata mencapai 5-10 kg/nelayan/trip (± 30 ekor/nelayan/trip).
Cumi-cumi: Produksi hasil tangkapan nelayan dipengaruhi oleh musim.
Pada musim puncak (Januari – Juni), produksi rata-rata mencapai 57 kg/trip, sementara pada musim peralihan (Juli – September), produksi rata-rata mencapai
10 47 kg/trip dan musim paceklik (Oktober – Desember), produksi rata-rata cumi-cumi mencapai 15 kg/trip. Hasil tangkapan per trip relatif kecil.
5.3.3.3 Perdagangan
Ikan kerapu, kuwe dan kembung: Perdagangan kerapu, kuwe dan
kembung segar di tingkat nelayan kepada nelayan pengumpul sangat terbatas karena minimnya sarana prasarana penangkapan yang dimiliki oleh nelayan, sehingga hasil tangkapan per trip relatif kecil. Kondisi ini menyebabkan nelayan tidak memiliki kemampuan negosiasi harga yang layak.
Secara umum rantai tataniaga kerapu, kuwe dan kembung segar dimulai dari nelayan kemudian ke pedagang pengumpul, lalu ke pedagang pengecer, dan selanjutnya ke pasar lokal. Namun terkadang rantai tataniaganya dapat lebih sederhana karena pedagang pengumpul dapat merangkap sebagai pedagang pengecer ketika tiba di TPI dan pasar lokal (misalnya di Pasar Winenet). Pasar lokal utama adalah pasar tradisional di Bitung dan TPI Bitung, namun apabila produksi kerapu segar tidak dapat terserap seluruhnya di Bitung, maka tujuan pasar berikutnya adalah pasar lokal di Manado atau di Minahasa Utara.
Cumi-cumi: Secara umum rantai tataniaga cumi-cumi segar dimulai dari
nelayan kemudian ke pedagang pengumpul, lalu ke pedagang pengecer, dan selanjutnya ke pasar lokal. Namun terkadang rantai tataniaganya dapat lebih sederhana karena pedagang pengumpul dapat merangkap sebagai pedagang pengecer ketika tiba di TPI dan pasar lokal (misalnya di Pasar Winenet). Pasar lokal utama adalah pasar tradisional di Kota Bitung dan TPI Bitung, namun apabila produksi cumi-cumi segar tidak dapat terserap seluruhnya di Kota Bitung, maka tujuan pasar berikutnya adalah pasar lokal di Manado atau di Minahasa Utara (berbatasan dengan Kota Bitung).
11 Perdagangan cumi-cumi segar di tingkat nelayan sangat terbatas karena minimnya sarana prasarana penangkapan yang dimiliki. Selain itu nelayan tidak memiliki kemampuan negosiasi harga yang layak karena produksinya kecil. Cumi-cumi merupakan produk perishable food (mudah membusuk), sehingga perlu penanganan sistem rantai dingin yang tepat untuk memudahkan nelayan meningkatkan volume penjualan dan memperpanjang self-life produknya.
5.3.3.4 Pengolahan
Ikan kerapu, cumi-cumi, ikan kuwe dan kembung: Karena perdagangan
hasil perikanan tangkap dalam bentuk segar, pengolahan tidak dilakukan di tingkat nelayan. Yang dibutuhkan lebih pada penanganan hasil tangkapan, meliputi penanganan rantai dingin, pengemasan, dan pengangkutan. Penanganan yang baik tentu akan memperpanjang umur kesegaran hasil perikanan tangkap. Namun keterampilan dan wawasan nelayan mengenai hal tersebut masih sangat minim. Selama ini, nelayan langsung meletakkan hasil tangkapannya di lantai perahu selama trip penangkapan dan kemudian setelah mendarat, nelayan segera memindahkannya ke wadah ember plastik lalu dijual ke pedagang pengumpul. Pengesan hasil perikanan tangkap dimulai di tingkat pedagang pengumpul, dan masih terkesan seadanya.
5.3.3.5 Pemasaran
Margin Harga Penjualan Pada Musim Puncak No. Komoditi Harga Jual
Produsen (Rp/kg) Pengumpul – Pengecer (%) Pengecer – Konsumen (%) Produsen – Konsumen (%) 1 Ikan kerapu 20.000 19 17 35 2 Cumi-cumi 13.000 23 25 54 3 Ikan kuwe 17.500 14 20 37 4 Ikan kembung 13.000 23 31 62
Mekanisme pemasaran yang berlaku antara nelayan dan pedagang pengumpul umumnya bukan transaksi tunai, namun pembayaran ke nelayan
12 dilakukan setelah seminggu kemudian, biasanya pada hari Sabtu. Sebagian nelayan akan menerima hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya operasional karena mereka memiliki pinjaman modal kepada pedagang pengumpul untuk biaya operasional. Mekanisme pembayaran dari pedagang pengumpul ke pengecer biasanya dilakukan secara tunai, kecuali pada musim puncak, dimana hasil perikanan tangkap tidak terserap habis di pasar lokal Bitung. Sistem pembayaran tidak dilakukan secara tunai melainkan secara bertahap. Pasalnya adalah pedagang pengumpul menjual ke pedagang pengecer di Manado dan Minahasa Utara. Pada transaksi pertama penjualan hasil perikanan tangkap dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer, belum terjadi pembayaran. Selanjutnya pada transaksi kedua, pedagang pengecer hanya membayar setengah dari harga transaksi pertama. Pada transaksi yang ketiga, pedagang pengecer melunasi sisa harga transaksi pertama dan membayar setengah dari harga transaksi kedua. Demikian seterusnya sehingga seluruh pembayaran lunas.
Ikan kerapu dan kuwe: Harga penjualan kerapu di tingkat nelayan
ditentukan oleh pedagang pengumpul. Kisaran harga berfluktuasi tergantung musim, yaitu Rp.20.000/kg dengan ukuran panjang ikan 20-30 cm sedangkan harga ikan kuwe Rp. 17.500/kg. Harga tersebut ditentukan berdasarkan pemantauan harga jual ikan di pasar lokal atau di TPI Bitung. Margin harga antara nelayan dan pedagang pengumpul berkisar antara 69,8%. Margin antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer pada musim puncak berkisar 38,46% dan pada musim paceklik berkisar 50%.
Cumi-cumi: Harga penjualan cumi-cumi di tingkat nelayan ditentukan oleh
pedagang pengumpul. Kisaran harga berfluktuasi tergantung musim, yaitu Rp. 150.000 per ember (kapasitas 10 kg) pada musim puncak dan Rp. 200.000 per ember pada musim peralihan dan paceklik. Harga tersebut ditentukan oleh pedagang pengumpul berdasarkan pemantauan harga jual ikan di pasar lokal atau di TPI Bitung. Margin harga antara nelayan dan pedagang pengumpul berkisar antara 18 – 25%. Harga pada konsumen yang membeli dari pengecer dapat mencapai Rp. 40.000/kg. Margin antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer berkisar antara 14.8 – 20%.
Ikan kembung: Harga penjualan ikan kembung di tingkat nelayan ditentukan
13 Rp.1500 per ekor dengan berat 100 gram atau Rp. 13.000/kg. Harga tersebut ditentukan berdasarkan pemantauan harga jual ikan di pasar lokal atau di TPI Bitung. Margin harga antara nelayan dan pedagang pengumpul berkisar antara 40-43,75%. Margin antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer berkisar antara 15,9%.
5.4 Sistem Pendukung (Infrasturktur, Finansial, Penelitian dan Pengembangan, Penyuluhan, dll)
Infrastruktur: Infrastruktur pendukung pengembangan hasil perikanan
tangkap yang berada di Pulau Lembeh tidak tersedia, kecuali di Bitung dimana terdapat Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, pabrik es dengan kapasitas produksi > 1000 balok es/hari. Disamping itu tersedia pula fasilitas BBM (SPBN) di dalam PPS Bitung yang dikelola oleh swasta yang setiap bulannya menyediakan stok 500-1000 kilo liter bensin. Fasilitas lain yang tersedia adalah sarana air bersih yang terdapat di kawasan PPS Bitung yang bersumber dari air tanah. Dalam kawasan PPS Bitung, terdapat juga TPI. Selain itu tersedia sarana penyimpanan hasil perikanan tangkap yang disediakan oleh pengelola PPS Bitung dalam bentuk bantuan dari fiber yang diberi es. Sarana lainnya adalah Cold storage yang dibangun oleh swasta.
Sarana dan prasarana di Bitung ini sudah sangat memadai. Meskipun jarak antara pulau Lembeh dan Bitung relatif dekat, nelayan masih kesulitan mengakses semua fasilitas yang tersedia di Bitung. Akibatnya nelayan membeli BBM dengan harga yang lebih mahal. Selain itu, nelayan tidak memiliki wadah penampung besar (misalnya freezer) dan kotak styrofoam/coolbox sehingga membatasi mereka melakukan penjualan dalam volume lebih besar.
Oleh karena itu, perlu dibangun sarana dan prasarana pendukung di Pulau Lembeh seperti SPBN skala kecil, tambahan pasokan listrik, dan freezer. Jalur transportasi lokal di pulau Lembeh dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat meski dengan topografi yang berbukit.
Keuangan: Lembaga keuangan formal, baik mikro maupun perbankan
sudah tersedia di Bitung dan dapat diakses oleh masyarakat termasuk nekayan di Pulau Lembeh. Fasilitas pembiayaan yang pernah diakses oleh beberapa nelayan di antaranya adalah KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari BRI (Bank Rakyat Indonesia). Akses pembiayaan tersebut difasilitasi oleh aparat desa setempat. Akan tetapi
14 secara umum, sebagian besar nelayan kesulitan dalam mengakses kredit di BRI karena adanya persyaratan berupa jaminan/agunan lahan. Oleh karena itu, lembaga keuangan non-formal yang menjadi pilihan sebagian. Lembaga keuangan non-formal yang diakses oleh nelayan di Pulau Lembeh adalah tabungan jema’at yang dibina oleh pimpinan gereja setempat. Tabungan jema’at ini lebih cenderung digunakan untuk kebutuhan persiapan hari-hari raya (natal dan tahun baru).
Penelitian dan Pengembangan: Beberapa penelitian yang berkaitan
dengan pengembangan teknologi penangkapan hasil perikanan dan penanganan hasil tangkapan telah dilakukan oleh Perguruan Tinggi di sekitar Bitung. Namun upaya diseminasi dan pengembangan hasil penelitian belum dilakukan secara optimal oleh Perguruan Tinggi tersebut. Terdapat perguruan tinggi yang berkompeten di bidang ini, yaitu Akademi Perikanan Bitung.
Penyuluh: Sebagai aparat yang berhadapan langsung dengan nelayan
maka peran penyuluh dan tenaga pendamping desa (TPD) menjadi sangat penting. Para penyuluh dan TPD di Pulau Lembeh ditugaskan pada masing-masing desa sehingga dari segi jumlah sudah cukup memadai untuk membantu nelayan dalam pengembangan usaha perikanan. Namun sebagian besar nelayan mengakui belum pernah mendapatkan pelatihan dan pendampingan berkaitan dengan teknologi penangkapan dan metode penanganan hasil tangkapan. Nelayan juga perlu mendapatkan pelatihan tentang diversifikasi produk perikanan untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan bagi keluarga nelayan. Selanjutnya, wawasan dan pengetahuan penyuluh dan TPD juga masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas Training of Trainer (TOT) untuk teknologi dan pengolahan hasil perikanan tangkap.
15
5.5 Kendala dan Solusi Perikanan Tangkap
Strategi: Peningkatan produksi, volume penjualan dan nilai tambah Cumi-cumi
Kendala Utama Solusi Fasilitator/Pelaksana Ilustrasi Intervensi
Kapasitas produksi per nelayan dan volume penjualan masih rendah: ukuran perahu relatif kecil (< 5m) dan ukuran mesin masih relatif kecil (5 PK). Nelayan menggunakan wadah penampungan hasil tangkapan yang tidak memadai.
Peningkatan kapasitas ukuran perahu dan mesin (max. 10 meter, 10 pk)
Pengadaan wadah penampung di kapal (styrofoam) dan es. Pengadaan freezer untuk mengumpulkan hasil tangkapan dari setiap trip penangkapan. DKP Kota Bitung DKP Propinsi Sulut KKP Menghubungkan instansi-instansi terkait yang akan memfasilitasi pemberian dana bantuan untuk peningkatan kapasitas perahu dan mesin serta pengadaan wadah penampung di kapal maupun pengadaan freezer
Biaya operasional relatif tinggi:
Harga BBM di pulau Lembeh mahal (Rp. 10.000 – 15.000/liter)
Perlu pembangunan SPBN Pertamina di Pulau Lembeh
Pemda Kota Bitung Pemda Propinsi
Sulut Pertamina
Menghubungkan pihak
pemerintah dengan BUMN yang akan memfasilitasi
pembangunan SPBN Kapasitas dan jaringan
listrik terbatas:
Pembangunan SPBN dan pengadaan freezer di pulau Lembeh memerlukan kapsitas listrik yang cukup besar
Perlu pengembangan jaringan listrik
Pemda Kota Bitung Pemda Propinsi
Sulut PLN
Menghubungkan pihak
pemerintah dengan BUMN yang akan memfasilitasi
pembangunan jaringan listrik
Akses terhadap kredit mikro relatif minim:
Sebagian besar nelayan kurang mengetahui program pemerintah yang berkaitan dengan kredit mikro. Persyaratan agunan dari
bank membuat nelayan sulit memperoleh kredit. Menghubungkan dan memfasilitasi nelayan dengan pihak perbankan dan lembaga keuangan mikro lainnya.
Pemda Kota Bitung Pemda Propinsi Sulut Perbankan Kementerian UMKM Badan Koordinasi Penanaman Modal daerah (BKPMD) Memfasilitasi diseminasi informasi dari lembaga kredit mikro melalui media lokal. Membentuk kelompok
nelayan untuk mengakses kredit mikro
Pengetahuan dan
penguasaan teknologi yang belum memadai dalam hal produksi, penanganan pasca panen, sistem penjaminan mutu dan pengolahan untuk peningkatan nilai tambah.
Meningkatkan kapasitas nelayan melalui pelatihan Meningkatkan nilai
tambah produk cumi-cumi dan diversifikasi seperti boneless, headless dan produk siap saji seperti bakso cumi DKP Kota Bitung DKP Propinsi Sulut KKP Perguruan Tinggi (PT) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO)
Diseminasi informasi teknis dan bahan promosi dari industry dan PT.
Training of trainers (TOT) bagi staf penyuluh dan TPD melalui perguruan tinggi. Memperkenalkan inovasi dan
teknologi melalui pelatihan dan pendampingan dalam hal:
o Penerapan sistem rantai dingin
o Penerapan sistem penjaminan mutu o Produksi cumi beku (bone
less&head less). o Pengolahan cumi menjadi
bakso cumi yang memenuhi kriteria pasar. dalam hal produksi
16
5.6 Rekomendasi
Rekomendasi utama yang perlu ditindaklanjuti ditingkat distrik/desa adalah:
1. Meningkatkan produksi dan meningkatkan volume penjualan hasil perikanan tangkap segar dengan penambahan sarana/prasarana produksi
2. Memperkenalkan penggunaan fyke net sebagai alat tangkap ramah lingkungan untuk penangkapan ikan kerapu dan kuwe
3. Meningkatkan volume penjualan cumi-cumi segar dengan membuka akses pasar baru
4. Meningkatkan nilai tambah cumi segar dengan inovasi produk yaitu cumi-cumi tanpa tulang belakang dan kepala, dan bakso cumi-cumi
5. Memperkenalkan penggunaan drift gillnet sebagai alat tangkap ramah lingkungan untuk penangkapan ikan kembung
Agar memudahkan implementasi intervensi yang telah disarankan pada tabel di atas, beberapa tahapan kunci perlu dilaksanakan :
1. Mengidentifikasi pelaku utama dalam rantai nilai cumi-cumi yang paling relevan untuk diberikan bantuan.
2. Mengidentifikasi mitra yang layak dan memungkinkan terbentuknya sejumlah usaha skala kecil, menengah dan besar yang bergerak dibidang produk cumi-cumi. Mitra yang layak dapat diidentifikasi dari HNSI, LSM, pemerintah, bank dan GAPINDO.
Hal ini diperlukan untuk :
Meningkatkan hubungan dengan organisasi lain untuk memperoleh capaian maksimum pada kelompok yang akan dibantu.
Memanfaatkan hubungan kemitraan dengan organisasi tersebut di atas untuk membangun kepercayaan dan jaringan kerjasama dalam sistem rantai nilai usaha cumi-cumi
Sistem pemasaran kurang informatif
Nelayan kurang memiliki pengetahuan tentang jaringan pasar.
Mengembangkan sistem dan jaringan pemasaran sampai ke daerah sentra produksi cumi-cumi, sehingga nelayan mampu memiliki pilihan pasar
Pemda
Perguruan tinggi Pengusaha/Retailer LSM
Membentuk kemitraan antara kelompok nelayan dan pengusaha swasta Membuat regulasi di tingkat
daerah tentang
memasyarakatkan menu cumi termasuk bakso cumi pada setiap kegiatan pemda
17
Merancang dan mengevaluasi setiap intervensi sebagai suatu model perencanaan bisnis.
Mereplikasi kesuksesan awal dan mengaplikasikan intervensi yang telah dilakukan pada kesuksesan awal pada kelompok masyarakat nelayan cumi-cumi yang lain.
18
6 Model Pengembangan Bisnis Olahan : Cumi Beku Tanpa Tulang dan Kepala, dan Bakso Cumi
6.1 Cumi Beku Tanpa Tulang dan Kepala
Aspek Pemasaran
1 Produk Cumi beku tanpa tulang dan kepala 2 Dimensi
produk
1 bungkus (dos) = 1000 gr (atau 10 ekor)
Kemasan bungkus divacum lalu di kemas dalam dos
3 Tenaga kerja Tenaga kerja sebanyak 10 orang (atau satu kelompok penerima bantuan CCDP)
4 Keunggulan Daya tahan lebih lama Pasar lebih luas Belum ada pesaing
5 Gambar Pasar Tahun pertama prediksi permintaan = 181 bungkus/minggu Peningkatan permintaan = 1% pertahun
6 Target Pasar Swalayan. restoran. hotel. rumah makan. dan pasar. Aspek Produksi 1 Bahan Baku dan bahan penolong (perminggu) Cumi-cumi : 271 kg x Rp. 15.000 = Rp. 4.065.000 Es Batu : 108 kg x Rp. 1.000 = Rp. 108.000 Box Kemasan : 181 box x Rp. 5.000 = Rp. 905.000 Plastik Packing 181 box x Rp. 2.000 = Rp. 362.000
Total Rp. 5.440.000 2 Peralatan yang digunakan Freezer : 2 unit x Rp. 3.000.000 = Rp. 6.000.000 Vacuum : 1 unit x Rp. 7.000.000 = Rp. 7.000.000 Baskom : 10 buah x Rp. 300.000 = Rp. 3.000.000 Talenan : 10 buah x Rp. 20.000 = Rp. 200.000 Pisau : 10 buah x Rp. 30.000 = Rp. 300.000 Timbangan : 5 unit x Rp. 100.000 = Rp. 500.000 Total Rp.17.000.000 3 Sarana Penunjang (per bulan) Listrik Air : : Rp. 700.000 Rp. 400.000 Total Rp. 1.100.000 Analisis Keuangan 1 Target produksi 181 bungkus perminggu 2 Proyeksi penjualan
Harga jual perdos = Rp. 50.000 181 x Rp. 50.000 = Rp. 9.050.000 3 Proyeksi
keuntungan kotor perhari
Pendapatan penjualan per hari – Biaya bahan baku per hari Rp. 9.050.000- Rp. 5.440.000
19 Cash flow (kenaikan df = 6 %)
No item Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
1 Total Investasi 17.000.000 0 0 0 0 0 2 Pendapatan 433.333.333 433.513.889 455.189.583 477.949.063 501.846.516 526.938.841 3 Total biaya variabel 287.770.000 290.647.700 293.554.177 296.489.719 299.454.616 302.449.162 4 Total biaya tetap 170.000 3.570.000 3.570.000 3.570.000 3.570.000 3.570.000 5 Total biaya operasional 287.940.000 294.217.700 297.124.177 300.059.719 303.024.616 306.019.162 6 Marjin kotor 145.393.333 139.296.189 158.065.406 177.889.344 198.821.900 220.919.679 7 Arus kas bersih 128.393.333 142.696.189 161.465.406 181.289.344 202.221.900 224.319.679 No Item 1 NPV (df 15%) Rp. 626.883.704 2 IRR 50 3 B/C ratio (15%) 1 : 1.56 4 BEP Produksi = 630 kg Harga penjualan =Rp 31481481
20
6.2 Bakso Cumi
Aspek Pemasaran
1 Produk Bakso Cumi 2 Dimensi
produk
1 bungkus = 500 gr Kemasan bungkus divacum
3 Tenaga kerja Tenaga kerja sebanyak 10 orang (atau satu kelompok penerima bantuan CCDP)
4 Keunggulan Daya tahan lebih lama Pasar lebih luas
5 Gambar Pasar Tahun pertama prediksi permintaan = 70 bungkus/minggu Peningkatan permintaan = 1% pertahun
6 Target Pasar Swalayan. rumah makan. pasar. Aspek Produksi 1 Bahan Baku dan bahan penolong (perhari) Cumi-cumi : 271 kg x Rp. 15.000 = Rp. 4.065.000 Tepung Singkong : 54 kg x Rp. 3.000 = Rp. 162.000 Kaldu Blok : 10 kg x Rp. 5.000 = Rp. 50.000 Es Batu : 10 kg x Rp. 1.000 = Rp. 10.000 Telur : 50 biji x Rp. 2.000 = Rp. 100.000 Bawang Putih : 10 kg x Rp. 36.000 = Rp. 36.000 Total Rp. 4.747.000 2 Peralatan yang digunakan Freezer : 1 unit x Rp. 5.000.000 = Rp. 5.000.000 Vacuum : 1 unit x Rp. 7.500.000 = Rp. 7.000.000 Baskom : 7 buah x Rp. 80.000 = Rp. 560.000 Talenan : 10 buah x Rp. 75.000 = Rp. 750.000 Pisau : 10 buah x Rp. 25.000 = Rp. 250.000 Mesin Penggiling : 1 unit x Rp. 4.000.000 = Rp. 4.000.000 Kompor : 3 unit x Rp. 500.000 = Rp. 1.500.000 Panci : 3 buah x Rp. 200.000 = Rp. 600.000 Sendok Peniris : 4 buah x Rp. 22.500 = Rp. 90.000 Sudet Kayu : 4 buah x Rp. 15.000 = Rp. 60.000 Tabung Gas : 3 buah x Rp. 30.000 = Rp. 90.000 Timbangan : 2 unit x Rp. 20.000 = Rp. 40.000 Mixer : 1 unit x Rp. 3.000.000 = Rp. 3.000.000 Pencetak Bakso : 1 unit x Rp.10.000.000 = Rp.10.000.000
Total Rp.33.440.000 3 Sarana Penunjang (per bulan) Listrik Air : : Rp. 700.000 Rp. 150.000 Total Rp. 650.000 Analisis Keuangan 1 Target produksi 469 bungkus perminggu 2 Proyeksi penjualan perhari
Harga jual bungkus = Rp. 30.000 469 x Rp. 30.000 = Rp. 14.070.000 3 Proyeksi
keuntungan kotor perhari
Pendapatan penjualan per hari – Biaya bahan baku per hari Rp. 14.070.000 - Rp. 4.747.000
21 Cash flow (kenaikan df = 6 %)
No item Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
1 Total Investasi 34.440.000 0 0 0 0 0 2 Pendapatan 676.000.000 709.800.000 745.290.000 782.554.500 821.682.225 862.766.336 3 Total biaya variabel 283.252.410 286.084.934 289.490.707 291.835.241 295.309.470 298.846.236 4 Total biaya tetap 944.400 6.128.067 6.128.067 6.128.067 6.128.067 6.128.067 5 Total biaya operasional 284.196.810 292.213.001 295.618.774 297.963.308 301.437.537 304.974.302 6 Marjin kotor 391.803.190 417.586.999 449.671.226 484.591.192 520.244.688 557.792.034 7 Arus kas bersih 357.363.190 422.770.666 454.794.893 489.434.859 525.368.355 562.975.701 No Item 1 NPV (df 15%) Rp. 1.713.887.810 2 IRR 138 3 B/C ratio (15%) 1 : 2.56 4 BEP Produksi = 3.643 kg
Harga penjualan =Rp 34610 per kg
22
6.3 Produksi Tangkap Ikan Karang dengan Fyke Net ”
Aspek Pemasaran
1 Produk Ikan kerapu
2 Dimensi produk 1 kg = 1 ekor ikan kerapu
3 Tenaga kerja Tenaga kerja sebanyak 10 orang (atau satu kelompok penerima bantuan CCDP)
4 Keunggulan Pasar lebih luas Permintaan tinggi
5 Gambar Pasar Tahun pertama prediksi permintaan = 50 ekor perhari Peningkatan permintaan = 1% pertahun
6 Target Pasar Swalayan. restoran. hotel. rumah makan. dan pasar. Aspek Produksi 1 Bahan Baku dan bahan penolong (perminggu) bbm : 50 liter x Rp. 10.000 = Rp. 500.000 Rokok : 100 bks x Rp. 11.000 = Rp. 1.100.000 ransum : 10 unit x Rp. 15.000 = Rp. 150.000 Es batu : 50 kg x Rp. 1.000 = Rp. 50.000 Total Rp. 1.800.000 2 Peralatan yang digunakan Mesin 10 PK : 10 unit x Rp. 5.000.000 = Rp.50.000.000 Perahu Fiber : 10 unit x Rp. 6.000.000 = Rp.60.000.000 Jaring Trawl 0.75” : 5 unit x Rp. 60.000 = Rp. 300.000 Jaring Trawl 1.5” : 20 unit x Rp. 60.000 = Rp. 1.200.000 Pipa PVC 0.5” : 40 unit x Rp. 25.000 = Rp. 1.000.000 Sambungan T : 160 unit x Rp. 2.000 = Rp. 320.000 Benang : 10 Unit x Rp. 5.000 = Rp. 50.000 Tali Nilon : 10 Unit x Rp. 20.000 = Rp. 200.000 Semen : 10 Unit x Rp. 2.000 = Rp. 20.000 Tali Ties : 5 Unit x Rp. 10.000 = Rp. 50.000 Jangkar : 10 Unit x Rp. 32.000 = Rp. 320.000 Jerigen : 10 Unit x Rp. 10.000 = Rp. 100.000 Total Rp.113.760.000 3 Sarana Penunjang (per bulan) Listrik Air : : Rp. 700.000 Rp. 400.000 Total Rp. 1.100.000 Analisis Keuangan
1 Target produksi 50 kg (50 kg) per hari 2 Proyeksi
penjualan perhari
Harga jual perdos = Rp. 50.000 50 x Rp. 50.000 = Rp. 2.500.000 3 Proyeksi
keuntungan kotor perhari
Pendapatan penjualan per hari – Biaya bahan baku per hari Rp. 2.500.000- Rp. 810.000
23 Cash flow (kenaikan df = 6 %)
No item Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
1 Total Investasi 113.760.000 0 20.000 1.200.000 20.000 2 Pendapatan 720.000.000 756.000.000 793.800.000 833.490.000 875.164.500 918.922.725 3 Total biaya variabel 244.944.000 247.393.440 250.338.600 252.366.048 255.370.406 258.428.842 4 Total biaya tetap 1.737.600 13.727.267 13.727.267 13.727.267 13.727.267 13.727.267 5 Total biaya operasional 246.681.600 261.120.707 264.065.867 266.093.315 269.097.673 272.156.109 6 Marjin kotor 473.321.400 494.882.293 529.737.133 567.399.685 606.069.827 646.769.616 7 Arus kas bersih 359.558.400 506.868.960 541.703.800 578.186.352 618.036.494 658.756.283 No Item 1 NPV (df 15%) Rp.1.974.756.084 2 IRR 192 3 B/C ratio (15%) 1 : 2.87 4 BEP Produksi = 437. 538 kg Harga penjualan =Rp. 437.538.462 5 Pendapatan per orang Tahun 1 : Rp. 2.996.320
Tahun 2 : Rp. 4.223.908
24
APPENDIX A: Matrix Analisis Prioritas Komoditi Unggulan
Komoditi Peningkatan Pendapatan (4) Ketersediaan Sumberdaya Alam (3) Keberlanjutan Lingkungan (2) Permintaan Pasar (1) Total Cumi-cumi 3x4= 12 4x3= 12 4x2= 8 4x1= 4 36 Kerapu 4x4= 16 4x3= 12 4x2= 8 4x1= 4 40 Kuwe 3x4= 12 4x3= 12 4x2= 8 3x1= 3 35 Kembung 3x4= 12 4x3= 12 4x2= 8 3x1= 3 35
25
APPENDIX B: Infoman Kunci (Includes private businesses)
No Nama Status Alamat Kontak
1 Franky Runtukahu Sekertaris IFAD Kab. Bitung Kab. Bitung 085298081780 2 Maxi Wowiling Konsultan Pemasaran Kab. Bitung 085341985665 3 Sonny David
Wantah
TPD/Penyuluh Kab. Bitung 081356119112 4 Basmi Said Plant Manager, PT.Pasific
IndoTuna Kota Bitung 08124408002
5 Munandar Jakasukama Anggota Komite Pemberdayaan Masyarakat Kota Manado 081319126341 6 Yohanes Pemberian
Lurah Pasir Panjang Kelurahan Pasir Panjang
081356935803
7 Fresmart Swalayan Kota Bitung
8 Yulius Dorongke Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang
9 Marnes Muhamad Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang
10 Yohan Hontong Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir
Panjang
11 Oknial Lumimbe Nelayan ikan Kelurahan Pasir Panjang
12 Yulian Mangamis Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang
13 Martinus Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang
14 Darongke Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang
15 Wilmar Kabaitang Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang
16 Adrens Tateol Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang
17 Maxi Darongke Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang
18 Yanetta Pedagang Pengumpul Kelurahan Motto 19 Nejo Malondo Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 20 Hans
Makaringang
Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto
21 Alfred Aldrian Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 081340777921 22 Yansen Hontong Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto
23 Bencus Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 24 Elyas Metusalach Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 25 Yakub Dengah Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto
26 Arson Sawali Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 081340795789 27 Aggris Pandeh Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto
28 Timutung Salema Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Lirang 29 Yones Sigo Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Lirang 30 Dolop Nelayan Ikan batu Kelurahan Lirang 31 Dan Sigo Nelayan Ikan batu Kelurahan Lirang
32 Nimet Bitako Nelayan Ikan batu Kelurahan Lirang 081340614421 33 Yance Tempoh Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Lirang
26 34 Joiske Kurundatu Nelayan Ikan batu Kelurahan Lirang
35 Wilman Honga Nelayan Purse seine Kelurahan Lirang 36 Adolfinus Masinai Nelayan Ikan batu Kelurahan Lirang 37 Hayat Damar Nelayan Ikan batu Kelurahan Batu
Lubang
081242957647 38 Hamid Damar Nelayan Ikan batu Kelurahan Batu
Lubang 39 Ahmad
Makaringas
Nelayan Ikan batu Kelurahan Batu Lubang
40 Manumpil Muhammad
Keramba Jaring Apung Kelurahan Batu Lubang
41 Yasin Monoarfa Keramba Jaring Apung Kelurahan Batu Lubang
082194843701 42 Ibrahim Kalariyayu Keramba Jaring Apung Kelurahan Batu
Lubang
085343526148 43 Hakim Kasim Nelayan Ikan batu Kelurahan Ba tu
Lubang
44 Husen Dandel Nelayan Ikan batu Kelurahan Batu Lubang
45 Samsul Hapendatu
Nelayan Ikan batu Kelurahan Batu Lubang
082343882901 46 Liuntje Salasa Pedagang Pengumpul Kelurahan
Dorbolaan
082191720710 47 Ramli Nelayan Ikan Karang Kelurahan
Dorbolaan 48 Sumiati Pedagang Pengumpul Kelurahan Paudean
081356528505 49 Ratna Pedagang Pengumpul Kelurahan
Paudean
081340823763 50 Syamsuddin Nelayan ikan Kembung Kelurahan
Paudean 51 Walrus Mudami Nelayan Tuna Kelurahan
Pancuran 52 Alfin Lukas Nelayan Tuna Kelurahan
27
APPENDIX C: Profil Keuangan Rantai Nilai Prioritas Kabupaten Desa A. Cumi-cumi
1. Pengumpul
a. Keuntungan pengumpul di musim puncak Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total umur ekonomis Penyusutan Alat penanganan (gabus) 1 Rp.380.000 Rp.380.000 1 Rp. 380.000
Jumlah biaya pertahun Rp. 380.000
Biaya Variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Bensin 5 Rp.10.000 Rp. 50.000 Es Balok 10 Rp. 1.000 Rp. 10.000 Plastik 2 Rp. 3.500 Rp. 7.000 Per hari Rp. 67.000 Per bulan Rp. 1.608.000 Per musim Rp. 4.824.000 Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp. 380.000 Biaya Variabel Rp. 4.824.000
Jumlah Rp. 5.204.000
Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Cumi-cumi Rp. 13.000 Rp. 16.000 Rp. 3.000 4.729 Rp. 75.667.200
Total pendapatan Rp. 75.667.200
Total keuntungan
TR TC (Keuntungan)
28
b. Keuntungan pengumpul di musim peralihan Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total umur ekonomis Penyusutan Alat penanganan (gabus) 1 Rp. 380.000 Rp.380.000 1 Rp.380.000
Jumlah biaya pertahun Rp.380.000
Biaya Variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Bensin 5 Rp.10.000 Rp. 50.000 Es Balok 10 Rp. 1.000 Rp. 10.000 Plastik 2 Rp. 3.500 Rp. 7.000 Per hari Rp. 67.000 Per bulan Rp.1.608.000 Per musim Rp.4.824.000 Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp. 380.000 Biaya Variabel Rp. 4.824.000
Jumlah Rp. 5.204.000
Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Cumi-cumi Rp. 15.000 Rp.20.000 Rp.5.000 610 Rp.12.204.000
Total pendapatan Rp.12.204.000
Total keuntungan
TR TC (Keuntungan)
Rp.12.204.000 Rp.5.204.000 Rp.7.000.000
c. Keuntungan pengumpul di musim paceklik Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total umur ekonomis Penyusutan Alat penanganan (gabus) 1 Rp.380.000 Rp.380.000 1 Rp.380.000
29
Biaya Variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Bensin 5 Rp.10.000 Rp. 50.000 Es Balok 10 Rp. 1.000 Rp. 10.000 Plastik 2 Rp. 3.500 Rp. 7.000 Per hari Rp. 67.000 Per bulan Rp.1.608.000 Per musim Rp.4.824.000 Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp. 380.000 Biaya Variabel Rp.4.824.000 Jumlah Rp.5.204.000
Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Cumi-cumi Rp.18.000 Rp.23.000 Rp.5.000 250 Rp.5.754.600 Total pendapatan Rp.5.754.600 Total keuntungan TR TC (Keuntungan) Rp.5.754.600 Rp.5.204.000 Rp. 550.600 2. Pengecer
a. Keuntungan Pengecer di musim puncak Biaya Tetap
Jenis Jumlah Harga Harga Total umur ekonomis Penyusutan Alat penanganan (gabus) 1 Rp.380.000 Rp.380.000 1 Rp.380.000
Jumlah biaya pertahun Rp.380.000
Biaya Variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Bensin 5 Rp.10.000 Rp. 50.000 Es Balok 10 Rp. 1.000 Rp. 10.000 Plastik 2 Rp. 3.500 Rp. 7.000
30
Per bulan Rp.1.608.000
Per musim Rp.4.824.000
Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp. 380.000 Biaya Variabel Rp. 4.824.000
Jumlah Rp. 5.204.000
Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Cumi-cumi Rp.16.000 Rp.20.000 Rp.4.000 1742 Rp.34.848.000
Total pendapatan Rp.34.848.000
Total keuntungan
TR TC (Keuntungan)
Rp.34.848.000 Rp.5.204.000 Rp.29.644.000
b. Keuntungan Pengecer di musim peralihan Biaya Tetap
Jenis Jumlah Harga Harga Total umur ekonomis Penyusutan Alat penanganan (gabus) 1 Rp.380.000 Rp.380.000 1 Rp.380.000
Jumlah biaya pertahun Rp.380.000
Biaya Variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Bensin 5 Rp.10.000 Rp. 50.000 Es Balok 10 Rp. 1.000 Rp. 10.000 Plastik 2 Rp. 3.500 Rp. 7.000 Per hari Rp. 67.000 Per bulan Rp.1.608.000 Per musim Rp.4.824.000 Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp. 380.000 Biaya Variabel Rp.4.824.000
31
Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Cumi-cumi Rp.20.000 Rp.25.000 Rp.5.000 610 Rp.15.255.000
Total pendapatan Rp.15.255.000
Total keuntungan
TR TC (Keuntungan)
Rp.15.255.000 Rp.5.204.000 Rp 10.051.000
c. Keuntungan Pengecer di musim paceklik Biaya Tetap
Jenis Jumlah Harga Harga Total umur ekonomis Penyusutan Alat penanganan (gabus) 1 Rp.380.000 Rp.380.000 1 Rp.380.000
Jumlah biaya pertahun Rp.380.000
Biaya Variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Bensin 5 Rp.10.000 Rp. 50.000 Es Balok 10 Rp. 1.000 Rp. 10.000 Plastik 2 Rp. 3.500 Rp. 7.000 Per hari Rp. 67.000 Per bulan Rp.1.608.000 Per musim Rp.4.824.000 Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp 380.000 Biaya Variabel Rp 4.824.000
Jumlah Rp 5.204.000
Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Cumi-cumi Rp.23.000 Rp.27.000 Rp. 4.000 250 Rp.6.755.400
Total pendapatan Rp.6.755.400
32
TR TC (Keuntungan)
Rp.6.755.400 Rp.5.204.000 Rp.1.551.400
B. Ikan Kerapu 1. Pengumpul
Keuntungan pengumpul di musim puncak Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total umur ekonomis Penyusutan Alat penanganan
(gabus) 1 Rp. 165.000 Rp.165.000 1 Rp. 165.000
Jumlah biaya per musim Rp. 165.000
Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp. 165.000 Biaya Variabel Rp. 2.220.000
Jumlah Rp. 2.385.000
Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Ikan kerapu Rp. 20.000 Rp. 23.000 Rp. 3.000 1080 Rp. 24.840.000
Total pendapatan Rp. 24.840.000
Total keuntungan
Pendapatan Biaya Keuntungan
Rp 24.840.000 Rp 2.385.000 Rp 22.455.000
Keuntungan Pengumpul Di Musim Paceklik Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total
Umur
Ekonomis Penyusutan Alat penanganan
(gabus) 1 Rp.165.000 Rp.165.000 1 Rp.165.000
Jumlah penyusutan per musim Rp.165.000
Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp 165.000 Biaya Variabel Rp 2.220.000
33
Total pendapatan
Jenis Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Ikan kerapu Rp 21.000 Rp 27.000 Rp 4.000 144 Rp 3.888.000
Total pendapatan Rp 3.888.000
Total keuntungan
Pendapatan Biaya Keuntungan Rp 3.888.000 Rp 2.385.000 Rp 1.503.000
2. Pengecer
Keuntungan Pengecer di musim puncak Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total
umur
ekonomis Penyusutan Alat penanganan
(gabus) 1 Rp. 216.000 Rp.216.000 1 Rp.216.000
Jumlah biaya per musim Rp.216.000
Biaya variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Es batu 6 Rp 2.000 Rp 12.000 Kanton kresek 2 Rp 3.000 Rp 6.000 sewa ojek 2 Rp 10.000 Rp 20.000 Per hari Rp 38.000 Per bulan Rp 912.000 Per musim Rp 2.736.000 Total biaya Biaya investasi Rp 216.000 Biaya Variabel Rp 2.736.000 Jumlah Rp 2.952.000 Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Ikan kerapu Rp 20.000 Rp 27.000 Rp 7.000 1080 Rp 29.160.000.
Total pendapatan Rp 29.160.000.
34 Total penerimaan Total biaya (Keuntungan)
Rp 29.160.000. Rp 2.952.000 Rp 26.775.000
Keuntungan Pengecer di musim Paceklik Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total
Umur
Ekonomis Penyusutan Alat penanganan
(gabus) 1 Rp. 216.000 Rp.216.000 1 Rp. 216.000
Jumlah biaya per musim Rp. 216.000
Biaya variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Es batu 6 Rp 2.000 Rp 12.000 Kanton kresek 2 Rp 3.000 Rp 6.000 sewa ojek 2 Rp 10.000 Rp 20.000 Per hari Rp 38.000 Per bulan Rp 912.000 Per musim Rp 2.736.000 Total biaya Biaya investasi Rp 216.000 Biaya Variabel Rp 2.736.000 Jumlah Rp 2.952.000 Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Ikan kerapu Rp 27.000 Rp 35.000 Rp 8.000 144 Rp 5.040.000
Total pendapatan Rp 5.040.000
Total keuntungan
Total Penerimaan Total Biaya Keuntungan Rp 5.040.000 Rp 2.952.000 Rp 2.088.000
35
C. Ikan Kuwe 1. Pengumpul
Keuntungan pengumpul di musim puncak Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total
umur
ekonomis Penyusutan Alat penanganan
(gabus) 1 Rp.165.000 Rp.165.000 1 Rp 165.000
Jumlah biaya per musim Rp 165.000
Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp 165.000 Biaya Variabel Rp 2.220.000
Jumlah Rp 2.385.000
Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Ikan Kuwe Rp. 17.500 Rp. 20.000 Rp. 2.500 945 Rp. 18.900.000
Total pendapatan Rp. 18.900.000
Total keuntungan
Pendapatan Biaya Keuntungan
Rp 18.900.000 Rp 2.385.000 Rp 16.515.000
Keuntungan Pengumpul Di Musim Paceklik Investasi
Jenis Jumlah Harga
Harga Total Umur Ekonomis Penyusutan Alat penanganan (gabus) 1 Rp 165.000 Rp165.000 1 Rp 165.000
Jumlah penyusutan per musim Rp 165.000
Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp 165.000 Biaya Variabel Rp 2.220.000
36
Total pendapatan
Jenis Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Ikan Kuwe Rp 20.000 Rp 23.000 Rp 3.000 165 Rp 3.795.000
Total pendapatan Rp 3.795.000
Total keuntungan
Pendapatan Biaya Keuntungan Rp 3.795.000 Rp 2.385.000 Rp 1.410.000
2. Pengecer
Keuntungan Pengecer di musim puncak Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total
umur
ekonomis Penyusutan Alat penanganan
(gabus) 1 Rp. 216.000 Rp. 216.000 1 Rp 216.000
Jumlah biaya per musim Rp 216.000
Biaya variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Es batu 6 Rp 2.000 Rp 12.000 Kanton kresek 2 Rp 3.000 Rp 6.000 sewa ojek 2 Rp 10.000 Rp 20.000 Per hari Rp 38.000 Per bulan Rp 570.000 Per musim Rp 1.710.000 Total biaya Biaya investasi Rp 216.000 Rp 216.000 Biaya Variabel Rp 1.710.000 Rp 2.736.000 Jumlah Rp 1.926.000 Rp 2.952.000 Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Ikan Kuwe Rp 20.000 Rp 27.000 Rp 7.000 945 Rp 6.615.000
37
Total keuntungan
Total penerimaan Total biaya (Keuntungan) Rp 19.845.000 Rp 2.952.000 Rp 16.893.000
Keuntungan Pengecer di musim Paceklik Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total Umur Ekonomis Penyusutan Alat penanganan (gabus) 1 Rp.216.000 Rp.216.000 1 Rp.216.000
Jumlah biaya per musim Rp.216.000
Biaya variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Es batu 6 Rp 2.000 Rp 12.000 Kanton kresek 2 Rp 3.000 Rp 6.000 sewa ojek 2 Rp 10.000 Rp 20.000 Per hari Rp 38.000 Per bulan Rp 912.000 Per musim Rp 2.736.000 Total biaya Biaya investasi Rp 216.000 Biaya Variabel Rp 2.736.000 Jumlah Rp 2.952.000 Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Ikan Kuwe Rp 25.000 Rp 30.000 Rp 5.000 165 Rp 8.2000
Total pendapatan Rp 7.425.000
Total keuntungan
Total Penerimaan Total biaya Keuntungan Rp 4.950.000 Rp 2.952.000 Rp 1.998.000
38
D. Ikan Kembung (Tude) 1. Pengumpul
a. Keuntungan pengumpul di musim puncak Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total umur ekonomis Penyusutan Alat penanganan (gabus) 1 Rp. 380.000 Rp.380.000 1 Rp.380.000
Jumlah biaya pertahun Rp.380.000
Biaya Variabel
Jenis Jumlah Harga Harga Total Bensin 5 Rp 10.000 Rp 50.000 Es Balok 10 Rp 1.000 Rp 10.000 Plastik 2 Rp 3.500 Rp 7.000 Per hari Rp 67.000 Per bulan Rp.1.608.000 Per musim Rp.4.824.000 Total biaya
Biaya Penyusutan investasi Rp 380.000 Biaya Variabel Rp 4.824.000
Jumlah Rp 5.204.000
Total pendapatan
Jenis Ikan Harga beli Harga Jual Margin Volume (kg) Pendapatan Cumi-cumi Rp.13.000 Rp.16.000 Rp.3.000 1742 Rp.27.878.400
Total pendapatan Rp.27.878.400
Total keuntungan
TR TC (Keuntungan)
Rp.27.878.400 Rp.5.204.000 Rp.22.674.400
b. Keuntungan Pengumpul Di Musim Paceklik
Investasi
Jenis Jumlah Harga Harga Total Umur Ekonomis Penyusutan Alat penanganan (gabus) 1 Rp 165.000 Rp165.000 1 Rp 165.000