• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET LOVEBIRD DI KOMUNITAS PETERNAK BURUNG LOVEBIRD BUMI DAMAI AL- ABROR DESA BLUMBUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET LOVEBIRD DI KOMUNITAS PETERNAK BURUNG LOVEBIRD BUMI DAMAI AL- ABROR DESA BLUMBUNGAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

334 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET LOVEBIRD DI

KOMUNITAS PETERNAK BURUNG LOVEBIRD BUMI DAMAI

AL-ABROR DESA BLUMBUNGAN

Ricky Faisol¹, Ach. Baihaki², Evi Malia³

¹rickyandespol@gmail.com ²ach.baihaki.se.m.sc@gmail.com

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Madura

ABSTRACT

This study aims to determine the accounting treatment of lovebird assets in the lovebird breeder community Bumi Damai Al-Abror, Blumbungan Village. This study was conducted to analyze the appropriateness of lovebird asset accounting treatment by farmers with PSAK 69, by using a qualitative research method, descriptive approach, Miles and Humberman models. The results of this study point out that the appropriateness of accounting treatment carried out by farmers in the recognition and measurement of biological assets just when obtained by purchase, while the discrepancy lies in measuring the fair value of biological assets at the time of financial reporting, so that the impact on the recognition and measurement of profits or losses that are not in accordance with generally accepted accounting principles.

Keywords: Asset, Lovebird Assets, PSAK 69

ABSTRAK

Penelian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas aset lovebird di komunitas peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror Desa Blumbungan. Penelitian dilakukan untuk menganalisa kesesuaian perlakuan akuntansi aset lovebird yang dimiliki peternak dengan PSAK 69, dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif pendekatan deskriftif model Miles dan Humberman. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kesesuaian perlakuan akuntansi yang dilakukan peternak dalam pengakuan dan pengukuran atas aset biologis yang diperoleh dengan cara pembelian, sedangkan ketidaksesuaiannya terletak pada pengukuran nilai wajar atas aset biologis pada saat pelaporan keuangan, sehingga berdampak pada pengakuan dan pengukuran untung atau rugi yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.

Kata kunci: Aset, Aset Lovebird, PSAK 69. PENDAHULUAN

Aktiva merupakan bagian yang penting bagi perusahaan, karena dengan adanya aktiva tersebut sebuah entitas bisa memiliki potensi untuk mendapatkan aliran kas atau setara kas secara langsung ataupun tidak langsung kepada entitas tersebut (SAK ETAP, 2.14).

Aset tersebut diperoleh dari peristiwa di masa lalu dan diharapkan akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang, aset juga dapat diperoleh dengan cara diproduksi atau dibagun sendiri, bisa didapatkan dengan membeli, pertukaran aset maupun sumbangan dari pihak lain. Namun aktiva atau aset tidak

terbatas pada kekayaan perusahaan yang

berwujud saja, tetapi juga termasuk

pengeluaran-pengeluaran yang belum

dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak paten, hak

menerbitkan dan sebagainya. Morissan

(2008:337).

Cara perolehan aset tersebut akan menyebabkan perbedaan tingkat keandalan pengakuan aset yang tidak sama. Aset yang diperoleh dengan cara membeli akan lebih mudah pengukuran harga perolehannya,

(2)

335 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

karena hanya membutuhkan bukti transaksi pembelian aset. Hal ini juga sama dengan aset yang diperoleh dengan dipertukarkan, karena harga wajarlah dan nilai buku aset yang dimiliki oleh entitas yang dipertukarkan itulah yang perlu menjadi acuan dalam menetapkan nilai aset dan pengakuan atas kemungkinan laba atau rugi yang muncul dari pertukaran tersebut. Situasinya akan berbeda ketika aset yang dimiliki oleh entitas diperoleh dengan cara diproduksi sendiri.

Aset yang diperoleh dari hasil peternakan atau pertanian bisa saja dipengaruhi oleh faktor alam selain upaya perawatan yang dilakukan oleh manusianya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenaikan dan penurunan harga dari sisi penawaran yaitu perubahan harga input, harga komoditas lain yang berhubungan, perubahan teknologi, ramalan pada harga dan cuaca (genagraris.id). Belum lagi harga pasar yang cenderung fluktuatif akan menggiring opini pemilik aset untuk melakukan pengakuan nilai aset yang tidak sesuai dengan ketetapan dalam menilai harga aset yang dimiliki. Sehingga kejadian ini, akan mengakibatkan kesalahan persepsi pemilik aset dalam menyatakan nilai asetnya dan kemudian akan berpengaruh terhadap nilai laba atau rugi yang kemudian akan dinyatakan kemudian.

Kasmir (2008:29) menyatakan bahwa pengakuan dan penyajian aset dalam laporan keuangan disusun berdasarkan konsep likuiditas, yaitu sistem pengurutannya berdasar pada seberapa cepat perubahannya dikonversi menjadi satuan uang kas. Dalam membuat suatu laporan keuangan perusahaan atau entitas perlu diperhatikan dalam penggunaan metode akuntansi yang digunakan. Perbedaan penggunaan metode akuntansi menyebabkan pengukuran, pengakuan, pengungkapan dan penyajian laporan keuangan yang berbeda pula. Metode akuntansi dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap perusahaan atau entitas.

Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Dalam SAK ETAP, paragraf 2.34 dinyatakan bahwa aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya dimasa depan dapat mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui

dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir kedalam entitas setelah periode berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.

Lovebird merupakan spesies burung beo yang yang habitat aslinya berada di negara-negara benua Afrika. Di Madura burung ini sangat populer dan menjadi komoditas bisnis dengan nilai jual yang cukup tinggi.

Lovebird mulai masuk ke daerah Madura sekitar tahun 2011, namun hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu yang secara ekonomi sudah mapan, sebab harga lovebird saat itu terbilang cukup mahal. Pada tahun 2013 kepopuleran lovebird mulai menurun dikarenakan saat itu burung kenari lebih mendapatkan tempat namun popularitas burung kenari tidak bertahan lama dan lovebird kembali berjaya hingga saat ini. Kejayaan burung ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok, komunitas-komunitas pecinta lovebird diberbagai daerah. Dari komunitas dunia nyata akhirnya kelompok ini berkembang di media sosial bahkan ratusan akun media sosial pecinta lovebird bisa di temui saat ini sebagai tanda tingginya minat terhadap burung ini (mediamadura.com).

Komunitas yang ada tersebut kemudian berkembang kearah bisnis, yang diawali dari transaksi antar komunitas dengan sekala kecil hingga saat ini transaksinya tidak terhitung, baik secara jual beli langsung maupun secara online. Sayangnya belum ada aturan yang jelas dalam bisnis lovebird ini dan cenderung menjurus pada pasar bebas. Karena terbentukmya harga tergantung kepada kondisi supply and demand di pasar, tidak ada regulasi yang dapat menjaga kepentingan para pihak yang terlibat dalam bisnis lovebird tersebut. Dalam kondisi seperti ini, sirkulasi bisnis burung ini sangat rentan, karena fluktuasi harga menjadi lebih sering terjadi dan kecenderungan ini disebabkan oleh harga komoditas peternakan ini ditentukan oleh spekulan yang cenderung merugikan pelaku bisnis ini di semua level.

Bahkan kesalahan persepsi dalam menentukan harga perolehan tersebut telah menyebabkan kesalahan ekspektasi laba atau rugi yang dilakukan oleh peternak. Sehingga tidak jarang, pada harga cenderung menurun,

(3)

336 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

akan menyebabkan peternak-peternak baru atau bahkan peternak musiman akan segera menutup usaha peternakannya. Untuk itu, perlu dilakukan kajian dalam bentuk penelitian empiris tentang perlakuan akuntansi aset lovebird di Komunitas Peternak burung Lovebird Bumi Damai Al-Abror Desa Blumbungan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini adalahBagaimana perlakuan akuntansi aset lovebird di Komunitas Peternak burung Lovebird Bumi Damai Al-Abror Desa Blumbungan yang bertujuan untuk menganalisis perlakuan akuntansi aset lovebird di Komunitas Peternak Burung Lovebird Bumi Damai Al-Abror Desa Blumbungan.

TINJAUAN TEORETIS

Arimbawa, dkk (2016) melakukan penelitian tentang “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Pada Organisasi Ternak Sapi Kerta Dharma Desa Tukadmungga Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng”. Penelitian tersebut adalah penelitian kualitatif yang mentitikberatkan pada deskripsi serta interpretasi perilaku manusia. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Data ini selanjutnya diolah melalui tiga tahapan, yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) analisis data dan penarik kesimpulan berdasarkan teori yang telah ditentukan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga pasar yang tersedia di Indonesia belum dapat digunakan sebagai dasar pengukuran atas nilai asset biologis yang dimiliki organisasi ini, hal ini dikarenakan masih banyak terdapat estimasi pihak-pihak tertentu yang belum seragam disetiap daerah. Harga pasar yang terlalu dipengaruhi estimasi akan menimbulkan informasi yang tidak andal, informasi ini yang memungkinkan pihak-pihak terkait dapat memberikan estimasi yang berbeda setiap waktu.

Wibowo, dkk (2018) melakukan penelitian tentang “Kajian Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berdasarkan International Accounting Standard 41(IAS 41) Pada PT. SURYA HUTANI JAYA (Studi Kasus Aset Biologis Akasia)”. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif komparatif yang membandingkan antara teori dan praktik dalam penyusunan laporan keuangan PT. Surya Hutani Jaya khususnya masalah

pengukuran, pengakuan, dan penyajian aset biologis. Dalam pelaksanaan analisis ini laporan keuangan perusahaan di perbandingkan dengan perlakuan akuntansi yang diatur secara rinci dalam IAS 41 Agriculture yang sudah di sesuaikan dengan teori, terutama terkait dengan penerapan nilai wajar (fairvalue) terhadap aset biologis. Dari uraian diatas maka peneliti menyimpulkan untuk alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengakuan, pengukuran, serta penyajian akuntansi aset biologis PT. Surya Hutani Jaya berdasarkan standar akuntansi International Accounting Standart 41 (IAS 41).

Yaqin (2017), melakukan penelitian tentang “Pencatatan Akuntansi Aset Biologis Pada Koperasi Peternakan Sapi Perah Setia Kawan Nongkojajar”. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan perlakuan akuntansi untuk aset biologis termasuk pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan presentasi. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian dilakukan analisis data dengan model Miles dan Humberman. Temuan dalam penelitian ini perlakuan akuntansi untuk aset biologis adalah sapi yang dimiliki oleh koperasi peternakan sapi perah masih perlu disesuaikan lagi berdasarkan akuntansi yang digunakan.

Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah terletak pada metode analisis datanya yang berusaha mengungkap perilaku anggota dalam mengakui dan mengukur nilai aset loverbird yang dimilikinya. Sedangkan pada penelitian terdahulu lebih menekankan kepada memperbandingkan pola pengakuan dan pengukuran aset biologis dengan standar keuangan internasional. Selain itu aset biologis yang menjadi pembahasan adalah pada penelitian sebelumnya adalah aset yang bisa menghasilkan produk lain sebagai komoditas perdagangannya, sedangkan pada penelitian ini aset biologis yang menjadi pengamatannya adalah aset yang secara langsung menjadi komoditas perdagangnnya.

Persamaannya adalah pengamatan dilakukan atas aset biologis yang sama-sama memiliki karakteristik sebagai makhluk hidup. Metode yang digunakan adalah sama-sama kualitatif dan menggunakan pendekatan analisis Miles & Hubberman

(4)

337 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

METODE PENELITIAN

Peneliti mengumpulkan data untuk menganalisis perlakuan akuntansi aset burung lovebird di komunitas peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror desa blumbungan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara untuk verifikasi atas informasi yang didapatkan dari hasil wawancara ataupun observasi. Berikut ini hasil pengumpulan data yang diperoleh dari beberapa peternak Bumi Damai Al-Abror.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada anggota komunitas peternak burunglovebird Bumi Damai Al-Abror, didapatkan informasi bahwa burung lovebird yang dipelihara atau diternak diperoleh dengan cara membeli dari sesama peternak, keterangan lain yang menyatakan bahwa pada awal proses memulai peternakan burung lovebird, adalah didapatkan dengan cara membeli dari pihak lain, kesadaran dari anggota komunitas tersebut adalah dengan memelihara anakan sampai bisa berproduksi menghasilkan anakan-anakan yang lain.

Anggota komunitas peternak burunglovebird Bumi Damai Al-Abror memiliki tujuan atas kepemilikan aset burung lovebird yang dimilikinya tersebut untuk diternak atau dibudidayakan kembali untuk menghasilkan anakan burung lovebird. Anakan hasil pengembangbiakan inilah yang kemudian dijual kembali sebagai sumber penghasilan peternak.

Tujuan awal anggota komunitas peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror dalam memelihara burung lovebird memang untuk diternak kembali, namun jika tidak sesuai dengan harapan peternak akan jumlah dan jenis anakan yang diinginkan, maka burung lovebird tersebut akan dijual kembali sesuai jenis dan harga pasar. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya operasional pakan dan biaya perawatan lainnya. Penjualan indukan yang tidak sesuai dengan harapan peternak juga dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan indukan baru yang diharapkan bisa lebih produktif.

Dalam upaya untuk memperoleh burung lovebird yang diinginkan, peternak juga mengeluarkan biaya-biaya lain selain harga yang kemudian perlu diakomodir menjadi biaya perolehan aset burung lovebird. Adapun biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan oleh

peternak seperti biaya untuk indukan dan untuk anakan yang sedang diloloh.

Dalam hal biaya yang harus dikorbankan untuk pemeliharaan burung lovebird tersebut, sangat bergantung dengan kualitas perawatan yang dilakukan oleh masing-masing peternak. Atas informasi awal yang didapatkan terkait dengan motif peternak burung loverbird di Bumi Damai Al-Abror, maka pengakuan atas aset burung lovebird yang dimiliki oleh peternak juga memiliki perbedaan perlakuan. Karena perbedaan cara memperolehnya akan menyebabkan perbedaan asumsi biaya yang muncul. Berikut ini adalah pola perlakuan pengakuan atas aset burung yang dimiliki oleh peternak burung lovebird di Bumi Damai Al-Abror.

Jadi berdasarkan hasil keterangan diatas, didapatkan informasi bahwa untuk anakan, harga perolehannya mempertimbangkan harga pasar dan gen dari pendahulu anakan yang dihasilkan tersebut. Selain dari unsur gen, ada peternak lain yang mempertimbangkan harga yang ditentukan pengepul anakan lovebird yang baru bisa makan sendiri (harga setoran).

Dalam menentukan nilai lovebird yang ingin dipertukarkan itu juga sama melihat jenis dan keturunan dari indukannnya serta harga setoran sebagai patokan.

Anggota komunitas peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror mengukur laba/rugi atas aset yang diperoleh dengan pembelian hanya melihat selisih antara pembelian dan penjualan

Pengakuan laba sebagaimana yang dilakukan peternak burung lovebird di Bumi Damai Al-Abror tersebut adalah metode yang sangat sederhana yang kemudian mengenyampingkan biaya perolehan dan biaya perawatan/operasional.Namun beda halnya dengan burung lovebird yang diperoleh dengan pembelian, burung lovebird yang diperoleh dengan produksi sendiri akan senantiasa dianggap laba dan tidak bisa dikatakan rugi ketika loveberd tersebut dijual dengan harga dibawah pasaran sekalipun, karena indukannya masih ada dan bahkan masih bisa berproduksi.

Keterangan lain didapatkan dari peternak lain tentang bagaimana pengakuan rugi yang disebabkan oleh tidak berproduksinya indukan yang telah dibelinya.

Perternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror mengakui laba/rugi atas indukan

(5)

338 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

yang dijual dengan cara membandingkan harga perolehan dengan harja jual dan ditambah anakan yang dihasilkan selama indukan tersebut dipelihara.

Pengakuan laba/rugi atas indukan yang dijual peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror hanya melihat selisih antara harga jual, harga beli dan anakan yang dihasilkan selama indukan dipelihara.

Peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror memperlakukan indukan yang sudah tidak produktif lagi dengan menjualnya. Dalam menentukan nilai indukan yang sudah tidak produktif peternak mereview kembali harga pembelian serta melihat harga pasaran saat ini.

Peternak lain juga berpendapat jika indukan yang tidak produktif itu lebih baik di jual kepada pengepul dikarenakan tidak harus memberikan jaminnan lagi atas lovebird yang dijualnya.

Peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror membeli burung lovebird memang bertujuan untuk diternak selain itu peternak akan menjualnya, kecuali memang lovebird kekekan (spesialis kicau) yang memang tidak untuk diternak namun untuk diikut sertakan dalam kompetisi.

Peternak beranggapan lovebird yang tidak diternak hanya akan merugikan pernakak dari segi pakan.

Transaksi jual beli lovebird yang dilakukan peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror dengan menggunakan pembayaran aset lain mendasarkan pada kesepakatan bersama antara kedua belah pihak Dalam suatu transaksi pertukaran lovebird dengan aset lain peternak hanya bergantung pada akad yang disepakati antara yang ingin melakukan pertukararan.

Dalam transaksi tukar menukar lovebird dengan aset lain yang dijadilan pertimbangan merupakan faktor genitik.

Analisis Data

Langkah selanjutnya setelah pengumpulan data yaitu menganalisis data yang dikumpulkan tentang aset burung lovebird yang diperoleh dengan cara pembelian, produksi sendiri, dan barter yang dimiliki oleh anggota komunitas lovebird Bumi Damai Al-Abror dibandingkan dengan teori perlakuan akuntasi aset menurut PSAK 69.

Tujuan awal komunitas peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror dalam memelihara burung lovebird memang untuk diternak kembali. Mayoritas lovebird yang dipelihara atau diternak tersebut diperoleh dengan cara pembelian kepada pihak lain. Namun lama kelamaan anggota komunitas tersebut memelihara anakannya sampai bisa berproduksi dan menghasikan anakan-anakan yang lain.

Baridwan (2008:278) menyatakan bahwa aset tetap yang berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aset tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi, dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan, dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya di atas dikapitalisasi sebagai harga perolehan aset tetap, apabila dalam pembelian aset tetap ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan harga faktur.

Sedangkan aset yang dibangun sendiri, maka semua biaya yang dapat dibebankan langsung seperi bahan, upah langsung dan factory overhaed langsung tidak menimbukan masalah dalam menetukan harga pokok aset yang dibuat. (Baridwan, 2008: 288).

Aset burung lovebird yang diperoleh dengan diproduksi sendiri berbeda dengan penyataan Baridwan yang mana menurut peternak dalam menentukan nilai aset tersebut cukup hanya melihat harga pasaran dan faktor genitik untuk menghasilkan anakan yang lebih baik. Sehingga peternak mengabaikan biaya-biaya yang dikeluarkan selama aset burung lovebird tersebut diternak atau dipelihara.

Dalam melakukan pertukaran aset, peternak melakukan kesepakan terlebih dahulu antara kedua belah pihak dalam menentukan nilai awal aset yang ingin dipertukarkan tersebut. Baridwan (2008:280) menyatakan bahwa banyak pembelian aset tetap dilakukan dengan cara tukar menukar, atau sering disebut tukar tambah, dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aset baru, baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Dalam hal ini nilai buku aktiva lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut, selain masalah diatas, masalah lainnya adalah

(6)

339 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

pengakuan laba atau rugi yang timbul karena adanya pertukaran aktiva tetap tersebut.

Selaras dengan pernyataan Baridwan, dalam melakukan pertukaran burung lovebid peternak juga menggunakan aset lama yang dimiliki untuk mendapatkan aset baru. Namun bedanya terletak pada penentuan nilai aset yang dipertukarkan yang mana menurut Baridwan dalam menentukan nilainya tersebut dengan melihat nilai buku sedangkan menurut peternak melihat harga pasaran aset yang ingin dipertukarkan.

Peternak membedakan perlakuan pengukuran antara burung lovebird yang didapat dari pembelian dan burung lovebird yang dihasilkan dari indukannya. Menurut peternak, dalam mengukur lovebird yang diperoleh dari pembelian hanya melihat harga awal pada saat perolehan dan biaya yang timbul pada saat transaksi sedangkan untuk lovebird yang dihasilkan dari indukan, peternak mengukur dengan cara melihat harga pasaran sehingga peternak mengabaikan biaya-biaya lain yang timbul saat lovebird tersebut dipelihara. Aset burung lovebird yang dimiliki peternak merupakan aset yang diperoleh akibat peristiwa masa lalu sebagaiman PSAK 69.10. yang menyatakan bahwa:

a. Entitas mengendalikan aset biologis sebagai akibat dari peristiwa masa lalu; b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi

masa depan yang terkait dengan aset biologis tersebutakan mengalir ke entitas; dan

c. Nilai wajar atau biaya perolehan aset biologis dapat diukur secara andal. Dalam PSAK 69 memang ada perbedaan pengakuan antara aset biologisnya sendiri dengan Produk agrikultur yang dipanen dari aset biologis. Aset biologis diatur dalam PSAK 69.12 yang menyatan bahwa, aset biologis diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, kecuali untuk kasus yang dideskripsikan dalam paragraf 30 dimana nilai wajar tidak dapat diukur secara andal. Sedangkan untuk produk agrikultur diatur dalam PSAK 69.13 yang menyatakan bahwa, produk agrikultur yang dipanen dari aset biologis milik entitas diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual pada titik panen. Pengukuran seperti ini merupakan biaya pada tanggal tersebut

ketika menerapkan PSAK 14: persediaan atau pernyataan lain yang berlaku.

Lovebird bisa diakui nilai asetnya ketika peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror dapat menguasi atau mengendalikan aset biologis berupa burung lovebird dan keturunan-keturunannya yang diperoleh dengan cara pembelian, bangun sendiri, pertukaran, serta peternak bisa mengukur nilai wajar aset tersebut dengan melihat nilai perolehan atau harga pasar. Dari peristiwa tersebut kemungkinan besar peternak akan mendapatkan manfaat ekonomi atau aliran kas atau setara kas berupa aset baru atau laba yang diperoleh dari hasil penjulan aset baru tersebut.

Dalam pengukuran aset biologis peternak tidak mengukur nilai wajar berdasarkan nilai perolehan atau nilai pasar atau nilai realisasi bersih mana yang lebih rendah, akan tetapi peternak hanya mengukur aset tersebut berdasarkan nilai pasar. Seharusnya, peternak tidak hanya mengukur nilai pasar saja untuk mengetahui nilai realisasi bersih. Akan tetapi, peternak juga harus memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan dengan cara mengurangi nilai pasar dengan biaya tersebut. Sehingga peternak bisa mengetahui nilai realisasi bersih yang sesuai PSAK 69.12.

Sedangkan pengukuran nilai terhadap produk agrikultur yang dipanen dari aset biologis, peternak hanya mengukur dengan melihat nilai pasar saja. Dalam PSAK 69.13 pengukuran terhadap produk agrikultur tidak serta merta dapat diukur dengan nilai pasar saja. Akan tetapi peternak harus melakukan pengukuran produk agrikultur dengan nilai wajar dikurangi biaya-biaya untuk menjual pada titik panen.

Peternak mengukur untung atau rugi burung lovebird yang diperoleh dengan pembelian hanya melihat selisih antara penjualan dan pembelian. Namun beda halnya dengan burung lovebird yang diperoleh dengan pembelian, burung lovebird yang diperoleh dengan produksi sendiri akan senantiasa dianggap laba dan tidak bisa dikatakan rugi ketika lovebird tersebut dijual dengan harga dibawah pasaran sekalipun, karena indukannya masih ada dan bahkan masih bisa berproduksi. Sedangakan burung lovebird diperoleh dengan pertukaran akan dianggap untung ketika burung lovebird

(7)

340 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

tersebut berhasil menghasilkan anakan yang diharapkan (jackpot) karena ketika burung lovebird tersebut jackpot dan anakannya itu dijual akan menghasilkan keuntungan lebih besar dari modal yang dikeluarkan. Dan peternak mengaggap rugi ketika indukan yang dimiliki tersebut tidak menghasilkan anakan sama sekali atau mati sebelum menghasilkan sama sekali.

Menurut PSAK 69.26 yang mengatur tentang keuntungan atau kerugian yang timbul pada saat pengakuan awal aset biologis pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan dari perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset biologis dimasukkan dalam labar/ugi pada periode dimana keuntungan atau kerugian tersebut terjadi. Sedangkan untuk anakan yang dihasilkan oleh indukan lovebird, peternak menggap untung sekalipun itu dijual di bawah harga pasaran karena anakan tersebut sudah merupakan hasil dari indukan yang mereka miliki. Menurut PSAK 69.28 yang mengatur tentang keuntungan atau kerugian yang timbul pada saat pengakuan awal produk agrikultur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dimasukkan dalam laba/rugi pada periode dimana keuntungan atau kerugian tersebut terjadi.

Selanjutnya, pengakuan keuntungan berdasarkan persepsi peternak yang menganggap bahwa hasil produksi indukan lovebird (produk agrikultur) merupakan keuntungkan bersih dari peternak. Hal itu berbeda derngan teori dalam PSAK 69.28 yang mengatur tentang keuntungan atau kerugian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari peternak Bumi Damai Al-Abror, Pembelian aset burung lovebird dapat dilakukan dengan dua macam yaitu pembelian lovebird yang sudah menjadi indukan. Dalam mengakui harga perolehan aset burung lovebird indukan yang diperoleh dengan cara pembelian peternak mengakuinya dengan cara mengukur biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat memperoleh aset burung lovebird tersebut.

Sedangkan pembelian lovebird perekor (jantan dan betina) yang masih harus menjodohkan sendiri, membutuhkan waktu lebih lama dari lovebird indukan untuk menghasilkan anakan. Untuk mengakui harga perolehan burung lovebird yang pembeliaanya

perekor tentu berbeda dengan mengakui harga perolehan lovebird indukan karena tidak serta merta mengakui biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan pembelian aset burung lovebird itu saja dan masih perlu biaya-biaya tambahan seperti biaya percobaan dalam menjodohkan, biaya riwayat kepemilikan atas lovebird tersebut (ring identitas kepemilikan), biaya pakan yang otomatis bertambah sampai lovebird tersebut bisa berproduksi.

Namun peternak mengabaikan hal itu karena peternak menggap biaya-biaya tambahan tersebut tidak berpengaruh ketika lovebird sudah bisa menghasilkan anakan dan menjualnya. Sehinnga peternak salah persepsi dalam menentukanm nilai perolehan aset burung lovebird tersebut. Sistem pembelian seperti ini tidak sesuai dalam praktek akuntansi yang berlaku umum, dimana aset tersebut diakui sebagai aset yang diperoleh dari pembelian (Baridwan, 2008:278)

Berdasarkan analisis data dapat dikatakan bahwa setelah peternak melakukan pembelian atas aset indukan burung lovebird, maka selanjutnya nilai aset atas indukan burung lovebird yang diperoleh dari anakan (membangun sendiri) sebenarnya harus melalui berbagai proses. Adapun proses tersebut adalah dari peroses perkawinan, bertelur, menetas meloloh, sampai bisa makan sendiri dan siap untuk dijadikan indukan baru (diternak kembali) atau diperjual belikan. Selama proses tersebut berlangsung, ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak untuk mengetahui nilai aset burung lovebird yang sesungguhnya.

Biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan ketika peternak hendak memperoleh aset indukan lovebird yang dibangun sendiri, biaya-biaya tersebut tidak diakui oleh peternak. Karena peternak menganggap anakan yang dihasilkan sebagai laba, padahal semestinya anakan yang dihasilkan tidak langsung diakui sebagai laba sebab anakan tersebut harus dinilai terlebih dahulu sebagai barang utuk dijual atau untuk diternak kembali. Ketika anakan tersebut diakui sebagai barang untuk dijual maka peternak harus mengakui sebagai persediaan sedangkan jika untuk diternak kembali maka peternak harus mengakui sebagai aset tetap yang perlu disusutkan.

Indukan lovebird yang dibangun sendiri merupakan anakan hasil dari indukan lovebird

(8)

341 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

yang diperoleh dengan cara pembelian sehingga peternak megakui harga perolehan nilai aset indukan burung lovebird yang dibangun sendiri dengan melihat harga pasaran sesuai jenis burung lovebird tersebut.

Dalam melakukan pertukaran aset burung lovebird sejenis maupun tidak sejenis, langkah pertama yang dilakukan peternak yaitu mengakui nilai perolehan atas aset burung lovebird yang ingin dipertukarkan dengan melihat nilai wajar dikurangi biaya-biaya untuk menjual pada titik panen. Akan tetapi dalam mengakui nilai perolehan peternak tidak memperhatikan hal itu karena peternak menganggap nilai pasarlah yang lebih relevan dalam menentukan nilai aset burung lovebird tersebut. Dari peristiwa tersebut maka langkah selanjutnya peternak mengakui nilai perolehan aset baru yang diperoleh dengan cara pertukaran tersebut berdasarkan nilai perolehan aset lama ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan.

Pengakuan dan pengukuran untung atau rugi dari ketiga perolehan aset burung lovebird yang dimiliki peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror, peternak menyatan untug ketika burung lovebird tersebut menghasilkan anakan tanpa menyatakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan anakan sampai siap untuk dijual dan menyatakan rugi ketika burung lovebird tersebut tidak berproduksi atau mati sebelum menghasilkan anakan sama sekali.

Seharusnya peternak juga harus mengakui nilai penyusutan atas aset biologis (induk burung lovebird) tersebut agar peternak dapat mengukur nilai untung atau rugi yang sesungguhnya selama aset biologis tersebut dipelihara atau diternak. Penyusutan aset biologis yang dimaksud merupakan masa produktif indukan lovebid untuk menghasilkan anakan lovebird selama di pelihara. Yang mana masa produkti indukan lovebird untuk menghasilkan anakan yaitu dibawah 10 tahun. Jika di atas 10 tahun tentunya indukan lovebird masih bisa menghasilkan anakan akan tetapi tidak selancar usia dibawahj 10 tahun. (burunglovebird.net)

Sedangkan untuk mengukur untung atau rugi atas produk agrikultur (anakan yang dihasilkan indukan) seharusnya peternak tidak hanya dengan mengakui nilai pasar saja melainkan juga harus mengakui biaya-biaya yang timbul atas aset biologis sampai bisa

dijual kembali. Maka dari proses tersebut peternak burung lovebird Bumi Damai Al-Abror bisa mengakui nilai untung atau rugi atas produk agrikultur yang sesungguhnya. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari pengumpulan data serta pembahasan yang berada pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengakuan perolehan aset dengan cara membeli yang sesuai dengan kaedah atau prisip akuntansi yang berlaku secara umum karena dalam memperoleh aset dengan cara pembelian hanya mereview atau mengakui biaya-biaya yang dikeluarkan pada saatperolehan aset tersebut.

2. Penentuan biaya perolehan pokok yang tidak akurat untuk aset biologis (lovebird) yang diperoleh dengan memproduksi sendiri karena aset biologis yang dibangun sediri merupaka regenerasi dari aset biologis yang dimiliki lainnya sehingga biaya yang dikeluarkan selama proses tersebut berlangsung tidak diakui sebab aset biologis yang dibangun sendiri sudah dianggap laba atau untung.

3. Penentuan laba atau rugi yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang mempersyaratkan laba sebagai selisih antara harga jual dengan harga pokok perolehan karena aset biologis dianggap laba ketika aset biologis tersebut menghasilkan aset baru (produk agrikultur) dan dianggap rugi ketika aset biologis tersebut tidak menghasilkan aset baru atau mati.

4. Tidak adanya pengakuan laba rugi atas pertukaran dengan aset lain yang seharusnya peternak mengakui atas laba atau rugi yang timbul.

5. Tidak pernah dilakukan penyesuaian harga perolehan berdasarkan nilai perolehan atau nilai realisasi bersih mana yang lebih rendah karena perubahan nilai hanya diakui berdasarkan perubahan harga pasar. DAFTAR PUSTAKA

Arimbawa, dkk. (2016). Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Pada Organisai Ternak Sapi Karta Dharma Desa Tukadmungga Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

(9)

342 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

Baridwan, Zaki. (2008). Intermediate Accounting. Yogyakarta: Bpfe-Yogyakara.

Darmansyah, Asep. (2012). Akuntasi Agribisnis. Bandung: CV. Afabeta.

https://mediamadura.com/2017/04/11/demam-lovebird-di-madura-kian-menggila Di Akses 01 April 2019 Jam 12:15 WIB Ikatan Akuntansi Indonesia. (2015). Exposue

Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 69 Agrikultur. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Antan.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2013). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Antan. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2014).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 58. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Antan. Kasmir. (2016). Analisi Laporan Keuangan.

Depok: PT. Raja Grafindo Persada.

Moleong, L.J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Morissan. (2008). Manajemen Publik Relation. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Wibowo, dkk. (2018). Kajian Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berdasarkan international Accounting Standard 41 (IAS 41) Pada PT. Surya Hutani Jaya (Studi Kasus Aset Biologis Akasia). Yakin, A.A. (2017). Pencatatan Akuntansi

Aset Biologis Pada Koperasi Peternakan Sapi Perah Setia Kawan Nongkojajar.pada Kapal Ikan Tipe Sekoci 10 GT dengan menggunakan Model Komputer. Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Universitas Brawijaya Malang. 20-21 Pebruari 2006

Referensi

Dokumen terkait

sejauh mana konsentrasi sublethal fenol terhadap perubahan histologi insang dan hepatopankreas kepiting bakau ( Scylla serata ), sehingga diharapkan informasi ini

Berdasarkan permasalahan di atas maka dipandang perlu untuk menerapkan beberapa aplikasi teknologi dalam upaya meningkatkan produksi benih kepiting bakau,

Marilah kita memanjatkan kesyukuran ke hadrat Allah SWT, kerana atas limpah rahmat dan izin-Nya, dapat kita sekali lagi berhimpun bagi menyempurnakan tanggungjawab sebagai ahli

Dalam hal mengenai pembentukan organisasi manajemen pengorganisasian Dinas Pekerjaan Umum Perumahan, Permukiman dan Cipta Karya Kota Pekanbaru pihak Dinas sudah

Setelah dilakukan evaluasi terhadap permasalahan penelitian maka dapat dianalisa dan dapat diambil kesimpulan bahwa Pemekaran Desa Tajur Biru Kecamatan Senayang

Jenis perekat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Phenol Formaldehyde dengan solid content 41,37% (atas dasar perekat padat) sebanyak 7% atas dasar berat strand kering

[r]

Hasil penelitian ini adalah (1) berdasarkan pertimbangan kebutuhan oksigen pada manusia, ternak dan kendaraan bermotor, maka kebutuhan luasan Hutan Kota/Ruang Terbuka Hijau