• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SISTEM MULTI FRAKSI HARGA SAHAM DENGAN AUTO REJECTION TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM KOMPAS 100

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SISTEM MULTI FRAKSI HARGA SAHAM DENGAN AUTO REJECTION TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM KOMPAS 100"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SISTEM MULTI FRAKSI

HARGA SAHAM DENGAN AUTO REJECTION TERHADAP

LIKUIDITAS SAHAM KOMPAS 100

Putri Marisa Apriliana Chandra Wijaya Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh akibat perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection terhadap likuiditas saham. Pengaruh nya diukur dengan dua variabel yaitu, bid-ask spreads dan volume perdagangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham perusahaan dari Indeks Kompas 100 yang melakukan transaksi perdagangan saham selama periode yang ditentukan oleh peneliti, yaitu dimulai dari tanggal 13 Desember 2012 sampai dengan 22 Januari 2013. Metode penelitian ini adalah eksplanatif dan dengan teknik analisis paired t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika likuiditas diukur dengan bid-ask spread dan volume perdagangan maka perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection dapat meningkatkan likuiditas saham.

.

Kata kunci : Fraksi Harga Saham, Auto Rejection, Bid-Ask Spreads, Volume Perdagangan, Kompas 100

Abstract

This study aims to determine whether there are effects due to changes in the stock price of a multi fractions with auto rejection to the liquidity of the stock. Her influence is measured by two variables, namely, bid-ask spreads and trading volume. The sample used in this study is a stock company of Compass 100 index stock trading transactions during the specified period by the researcher, which starts from December 13, 2012 until January 22, 2013. This research method is explanatory and analytical techniques is paired t-test. Results of this study indicate that if liquidity measured by bid-ask spreads and trading volume fraction of the multiple system changes with auto rejection stock price may increase stock liquidity.

Keywords: Tick Size, Auto Rejection, Bid-Ask Spreads, Trading Volume, Kompas 100 PENDAHULUAN

Sejak terjadi krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia, hampir semua sektor pembangunan mengalami keterpurukan. Hal ini juga mengakibatkan enggannya investor luar untuk

(2)

menginvestasikan dananya di Indonesia. Untuk mengatasi agar investor mau menginvestasikan dananya dengan cara membeli saham, Bursa Efek Indonesia membuat aturan baru tentang fraksi harga yang lebih dikenal dengan istilah tick size. Setiap pasar modal memiliki fraksi harga yang menentukan berapa harga minimal yang boleh berubah dalam tawar menawar atas suatu saham. Misalnya dengan menggunakan satuan fraksi 25, investor dapat menawar saham hanya pada kelipatannya, misalnya pada harga 250, 275, 300, 325, dan seterusnya.

Aturan fraksi harga ditetapkan oleh masing-masing pasar modal. Oleh karena itu, pasar modal mempunyai wewenang untuk mengubahnya. Misalnya, Stock Exchange of Singapore pada tanggal 18 Juli 1994 melakukan perubahan fraksi harga dari 50 sen menjadi 10 sen untuk harga saham diatas 25 dollar (Lau dan McInish, 1995). Toronto Stock Exchange pada tanggal 15 April 1996 menurunkan fraksi harga dari C$0,125 menjadi C$0,05 untuk harga saham di atas C$5 ( Bacidore, Porter dan Weaver,1997). New York Stock Exchange pada tanggal 24 Juni 1997 menurunkan fraksi harga dari $1/8 menjadi $1/16 untuk semua harga saham (Bollen dan Whaley, 1999).

Perubahan-perubahan pada fraksi harga saham dilakukan dalam rangka menciptakan perdagangan yang teratur, wajar dan efisien serta untuk lebih meningkatkan likuiditas perdagangan efek. Di Indonesia, tujuan utama Bursa Efek Indonesia menetapkan fraksi harga saham adalah untuk menarik investor agar membeli saham dan meningkatkan likuiditas. Motivasi Bursa Efek Indonesia menurunkan fraksi tercermin dalam berita pers Nomor 21/BEJ-Kom/0600: “Perubahan tersebut dilakukan dalam rangka menciptakan perdagangan yang teratur, wajar dan efisien serta untuk lebih meningkatkan likuiditas perdagangan efek. Dari berbagai penelitian di Bursa lain menunjukkan bahwa penurunan fraksi harga saham menyebabkan peningkatan volume perdagangan saham dan penurunan rentang tawar menawar (bid-ask spread).”

Selain itu, untuk mendongkrak pasar modal agar lebih bergairah lagi serta mempertimbangkan risiko investasi yang cukup besar bagi investor, PT Bursa Efek Indonesia mengambil salah satu kebijakan dengan mengubah satuan fraksi harga. Hal ini dituangkan dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-307/BEJ/12-2006. Didalamnya ditetapkan Perubahan/Penambahan Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek (khususnya terkait dengan perubahan fraksi harga), dengan ini diumumkan mengenai perubahan atas satuan perubahan harga (fraksi) dalam melakukan tawar-menawar efek. Yaitu untuk saham dengan harga previous kurang dari Rp 200 (dua ratus rupiah) ditetapkan fraksi sebesar Rp 1 (satu rupiah) dan untuk setiap jenjang perubahan harga, maksimum yang

(3)

diperkenankan adalah Rp 10 (sepuluh rupiah). Adapun ketentuan satuan perubahan harga di Bursa Efek Indonesia yang mulai berlaku tanggal 2 Januari 2007 adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Rentang Harga Penggunaan Tick Size di Bursa Efek Indonesia

Harga Saham tick size Maksimal Jenjang

Perubahan Harga S < Rp 200 Rp 1 Rp 10 Rp 200 > S < Rp 500 Rp 5 Rp 50 Rp 500 > S < Rp 2000 Rp 10 Rp 100 Rp 2000 > S < Rp 5000 Rp 25 Rp 250 S ≥ Rp 5000 Rp 50 Rp 500

Sumber: PT. Bursa Efek Indonesia

Di Bursa Efek Indonesia mulanya diberlakukan sistem Fraksi Tunggal yakni sebelum tanggal 3 Juli 2000 sebesar Rp 25 (dua puluh lima rupiah) dan maksimal jenjang perubahan harga untuk sekali tawar adalah sebesar 8 poin atau Rp 200 (8x25). Kemudian mulai tanggal 3 Juli 2000 diberlakukan perubahan satuan harga (fraksi) saham dari Rp 25 (dua puluh lima rupiah) menjadi Rp 5 (lima rupiah). Dengan maksimum perubahan harga untuk setiap kali tawar-menawar sesuai dengan kelompok harga saham kurang dari Rp 500 sebesar Rp 50 (lima puluh rupiah) kelompok harga saham Rp 500 s/d kurang dari Rp 5.000 sebesar Rp 200 (dua ratus rupiah), kelompok harga saham lebih dari atau sama dengan Rp 5.000 sebesar Rp 500 (lima ratus rupiah).

Perkembangan lebih lanjut Bursa Efek Indonesia memutuskan untuk memberlakukan sistem Multi Fraksi mulai tanggal 20 Oktober 2000 (dengan tiga pengelompokan fraksi harga), yaitu sebesar Rp 5 (lima rupiah), Rp 25 (dua puluh lima rupiah) dan Rp 50 (lima puluh rupiah). Dengan maksimum perubahan harga untuk setiap kali tawar-menawar sesuai dengan kelompok harga saham kurang dari Rp 500 sebesar Rp 50 (lima puluh rupiah), kelompok harga saham Rp 500 s/d Rp 5.000 sebesar Rp 250 (dua ratus lima puluh rupiah), lebih besar atau sama dengan Rp 5.000 sebesar Rp 500 (lima ratus rupiah).

Kemudian mulai tanggal 3 Januari 2005, PT Bursa Efek Indonesia menambahkan fraksi harga Rp 10 (sepuluh rupiah), sehingga terdapat empat pengelompokan fraksi harga yaitu Rp 5 (lima rupiah), Rp 10 (sepuluh rupiah), Rp 25 (dua puluh lima rupiah) dan Rp 50 (lima puluh rupiah). Dengan maksimum perubahan harga untuk setiap kali tawar-menawar sesuai

(4)

dengan kelompok harga saham kurang dari Rp 200 sebesar Rp 10 (sepuluh rupiah), kelompok harga saham Rp 200 s/d < Rp 500 sebesar Rp 50 (lima puluh rupiah), kelompok harga saham Rp 500 s/d Rp 5.000 sebesar Rp 250 (dua ratus lima puluh rupiah), lebih besar atau sama dengan Rp 5.000 sebesar Rp 500 (lima ratus rupiah).

Penyesuaian fraksi harga baru yang bersifat multi fraksi berdasarkan kisaran harga tertentu bertujuan untuk mengakomodasi rentang harga yang berbeda. Khususnya memenuhi kebutuhan banyak investor yang enggan bertransaksi pada saham berharga tinggi (lebih besar atau sama dengan Rp 5.000) dengan fraksi yang terlalu kecil. Keadaan yang diharapkan segera terwujud dari kebijaksanaan multi fraksi adalah terjadinya peningkatan likuiditas saham (yang diukur dengan variabel bid-ask spread, depth, dan volume perdagangan) serta mewujudkan pasar modal yang efisien, wajar, dan teratur di Bursa Efek Indonesia (Asia Ghani; Mas Achmad Daniri dalam Investor 2000).

Terakhir, pada tanggal 14 November 2012 Direksi PT. Bursa Efek Indonesia mengubah peraturan Nomor: Kep-0005/BEI/01-2011 dengan peraturan Nomor: Kep-00399/BEI/11-2012 tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas. Didalam peraturan ini disebutkan bahwa sistem multi fraksi harga saham baru akan diberlakukan per tanggal 2 Januari 2013. Dimana, pada multi fraksi harga saham baru ini ditambahkan dengan suatu sistem baru, yaitu Auto Rejection. Auto Rejection adalah penolakan secara otomatis oleh Jakarta Automated Trading

System (JATS) terhadap penawaran jual dan atau permintaan beli Efek Bersifat Ekuitas yang

dimasukkan ke dalam JATS akibat dilampauinya batasan harga atau jumlah Efek Bersifat Ekuitas yang ditetapkan oleh Bursa.

Harga penawaran jual dan atau permintaan beli yang dimasukkan ke dalam JATS adalah harga penawaran yang masih berada didalam rentang harga yang ditentukan seperti pada Tabel 1.1. Apabila anggota bursa memasukkan harga diluar rentang harga tersebut makan secara otomatis akan ditolak oleh JATS. Berikut batasan auto rejection yang berlaku sampai saat ini :

a) Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih kecil dari Rp 50;

b) Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 35% di atas atau di bawah acuan harga untuk saham dengan rentang harga Rp 50;

c) Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 25% di atas atau di bawah acuan harga untuk Saham dengan rentang harga Rp 200;

d) Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 20% di atas atau di bawah acuan harga untuk Saham dengan rentang harga di atas Rp 5000.

(5)

likuid ditunjukkan dengan besar kecilnya bid-ask spread, depth dan volume perdagangan.

Bid-ask spread merupakan selisih harga order jual terendah dengan harga order beli

tertinggi. Bid-ask spread menentukan biaya eksekusi perdagangan yang dihadapi investor dan sering digunakan untuk membandingkan kualitas pasar antar pasar saham yang berbeda. Depth merupakan volume lembar saham pada harga order jual terendah dan harga order beli

tertinggi. Perubahan depth adalah penting untuk mengevaluasi perubahan likuiditas secara menyeluruh.

Volume perdagangan adalah jumlah lembar saham yang di transaksikan selama satu hari dan merupakan indikator kinerja yang penting karena berhubungan langsung dengan pendapatan perusahaan.

Bagi investor, informasi merupakan kebutuhan yang mendasar dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat risiko tertentu. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Marwan Asri, 1999). Pengumuman perubahan sistem fraksi harga saham baru dianggap sebagai informasi yang berarti bagi investor untuk melakukan keputusan. Dengan pengumuman ini, maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham, karena investor telah melakukan pembelian terhadap saham-saham yang berharga tinggi, maupun berharga murah dengan fraksi yang relevan. Likuiditas saham penting bagi investor untuk memastikan bahwa saham dapat mudah diperdagangkan secara kontinyu, karena dengan naiknya permintaan dan jumlah saham tetap mengakibatkan harga saham naik setelah pengumuman.

Pada tahun 2005, Kee H. Chung dan Kenneth A. Kim melakukan penelitian untuk mengukur likuiditas saham dengan variabel bid-ask spread, depth, volume perdagangan,

return volatility, dan return over rate. KHC dan KAK melakukan penelitiannya dengan

menggunakan Indeks Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE), mereka meneliti apakah pengaruh dari tujuh rentang variasi dengan nilai yang cukup kecil didalam indeks ini terhadap likuiditas saham. Jika dibandingkan dengan penelitian diatas, peristiwa perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection yang diberlakukan di Bursa Efek Indonesia, memberikan inspirasi kepada penulis untuk mengevaluasi secara empiris apakah penerapan peraturan sistem multi fraksi harga saham memberikan pengaruh kepada likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia.

Pada penelitian ini, penulis akan meneliti likuiditas saham dari Indeks Kompas 100. Sampel yang dipilih adalah saham-saham yang terdaftar didalam Kompas 100 karena untuk

(6)

meneliti apakah akan ada pengaruh dari penetapan sistem multi fraksi harga saham yang baru jika dilakukan pada sampel yang secara keseluruhan memang merupakan saham yang likuid.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini berjudul ”

ANALISIS

PENGARUH PERUBAHAN SISTEM MULTI FRAKSI HARGA SAHAM

DENGAN AUTO REJECTION TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM

KOMPAS 100

”.

TINJAUAN TEORITIS Fraksi Harga Saham

Perdagangan saham di bursa efek reguler ditentukan dalam satuan perdagangan saham (round lot), dimana satu satuan perdagangan adalah satu lot yang terdiri dari 500 lembar saham.Untuk itu saham yang dapat dibeli maupun dijual di pasar regular minimal 500 lembar saham atau kelipatannya. Investor dapat membeli atau menjual saham kurang dari 500 lembar saham tapi transaksi dilakukan melalui jenis perdagangan yang dinamakan Odd Lot (Husnan, 2001).

Husnan (2001) menyatakan fraksi harga saham sebagai besaran kelipatan harga saham atau biasa disebut 1 poin. Husnan memberikan contoh seperti : jika harga naik sebesar 5 poin pada fraksi harga saham Rp 25 berarti harga saham tersebut naik sebesar Rp 125. Bursa saham dunia menggunakan istilah tick size atau minimum price variation untuk menyebut fraksi harga saham. Fraksi harga saham dapat berbentuk desimal seperti pada NYSE dan Nasdaq dan berbentuk bulat seperti yang berlaku di Indonesia.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), fraksi harga adalah batasan nilai tawar-menawar atas suatu efek yang ditentukan oleh Bursa Efek. Salah satu protokol terpenting dalam pasar sekuritas adalah besarnya kenaikan harga minimum (tick) di mana para pelaku pasar melakukan transaksi dan menetapkan harga. Jika besarnya harga minimum terlalu tinggi, maka akan ada perbedaan penawaran, dan perbedaan itu akan mencapai level yang sangat kompetitif. Jika besarnya harga minimum terlalu kecil, maka dapat mengurangi tingkat kedalaman pasar dan memperbesar biaya negosiasi, sehingga akan memperlambat proses penentuan harga.

Selain itu, ukuran harga minimum yang kecil bisa mengubah kekuatan pasar, dari investor publik menjadi pelaku perdagangan profesional yang akan memuluskan jalan para profesional melewati batasan-batasan publik yang ada. Penggunaan besaran fraksi dan

(7)

maksimum perubahan sebagai acuan dalam tawar-menawar saham di bursa terhadap suatu saham yang berada dalam suatu rentang harga, apabila pada akhir bursa harga suatu saham (harga penutupan) melalui batasan rentang harga, maka penggunaan maksimum perubahan sesuai dengan batasan rentang harga dari saham yang bersangkutan mulai berlaku pada hari bursa berikutnya.

Perubahan fraksi atas suatu saham sebagai akibat perubahan rentang harga saham tersebut mengakibatkan harga saham tersebut harus merupakan kelipatan dari fraksi harga yang baru yang berlaku pada rentang harga tersebut. Dengan demikian, harga saham yang menjadi patokan untuk menentukan fraksi harga adalah harga penutupan hari sebelumnya.

Menurut Tjiptono dan Hendy (2001 : 88), tick size atau fraksi harga adalah batasan nilai tawar menawar atas suatu efek yang ditentukan oleh Bursa Efek. Misalnya fraksi harga yang diberlakukan adalah 25, maka pihak-pihak yang terlibat dalam tawar menawar atas suatu efek hanya diperbolehkan menawar ke atas atau ke bawah sebesar nilai tersebut. Misalnya suatu saham ditawarkan dengan harga Rp 1500, maka pihak tawar menawar berlaku dengan kelipatan 25, yaitu dapat berupa 1475,1450 dan seterusnya. Kenaikan atau penurunan atas satu kelipatan fraksi harga disebut dengan poin. Dengan skema tersebut, misalnya suatu saham awalnya berharga 400 kemudian naik menjadi 425 maka disebut naik sebesar 1 poin dan seterusnya.

Jadi, kesimpulan yang dapat diambil yaitu fraksi harga saham atau tick size adalah kelipatan penawaran harga saham, fraksi harga saham tergantung pada harga per saham. Fraksi harga saham sangat penting diketahui ketika menempatkan limit orders yang menentukan harga saham yang mungkin.

Likuiditas Saham

Dalam investasi saham, likuiditas merupakan salah satu aspek pertimbangan bagi investor dalam memilih saham perusahaan go publik yang akan dibeli selain itu juga untuk memperoleh capital gain dan dividen. Likuiditas saham ditunjukkan dengan banyaknya unit saham yang beredar sehingga memungkinkan adanya transaksi dalam jumlah besar tanpa mengakibatkan penurunan harga yang berarti.

Reilly dan Brown (2003) menyatakan bahwa secara umum likuiditas saham diukur oleh

bid-ask spread dan volume perdagangan. Semakin lebar spread yang diakibatkan oleh selisih

(8)

menyatakan likuiditas yang semakin rendah atau tidak likuid.

Menurut Huang dan Stoll (2001) likuiditas dapat diukur dengan bid-ask spread, yaitu perbedaan antara harga jual (ask) dan harga beli (bid). Semakin besar bid-ask spread maka semakin rendah likuiditas saham tersebut, dan sebaliknya. Dihitung dengan menggunakan persamaan (1) :

Ask priceit - Bid priceit

Bid/ask spreadit = x 100

( Ask priceit + Bid priceit) / 2

Sumber: Jogiyanto, 2003

Keterangan :

Bid /ask spreadit = nilai selisih harga order jual dengan harga order beli pada

saham i pada hari t

Ask priceit = harga order jual terendah pada saham i pada hari t Bid priceit = harga order beli tertinggi pada saham i pada hari t

Dalam investasi saham di pasar modal, volume perdagangan saham menunjukkan jumlah saham emiten yang di transaksikan dalam tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli selama periode transaksi.

Kesempatan bertransaksi muncul karena pembeli dan penjual mempunyai tingkat permintaan dan penawaran yang berbeda. Tingkat permintaan dan penawaran yang berbeda sangat dipengaruhi oleh harapan investor terhadap suatu saham.

Pengharapan tersebut tergantung dari isyarat yang terkandung dalam suatu informasi atas saham tersebut. Apabila investor mengartikan informasi tersebut sebagai isyarat yang positif maka tingkat permintaan saham akan lebih tinggi dari tingkat penawaran saham dan berlaku sebaliknya. Hal ini akan berlanjut pada meningkatnya volume perdagangan saham, demikian pula sebaliknya.

(9)

∑ saham perusahaan i yang diperdagangkan pada waktu t TVit =

N jumlah hari transaksi saham pada waktu t Sumber: Jogiyanto, 2003

 

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan dilakukannya sebuah penelitian berdasarkan pendekatan kuantitatif adalah upaya untuk menemukan hukum universal dan mencoba menjelaskan mengapa suatu gejala terjadi, dengan menghubungkan antara gejala yang satu dengan gejala lainnya (Prasetyo dan Jannah, 2005). Dalam penelitian ini, teknik mengambilan data menggunakan dua studi dalam mengumpulkan data yaitu melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan Microsoft Excel 2007 yang digunakan untuk input data dan penghitungan variabel.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham–saham LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, karena saham-saham tersebut mempunyai likuiditas yang tinggi dan aktif diperdagangkan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini digunakan untuk memperoleh batasan-batasan dan kesesuaian dengan tujuan dari penelitian ini. Kriteria yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Saham-saham yang masuk dalam daftar saham Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia dalam periode Agustus 2012 - Januari 2013. Sampel ini digunakan karena peneliti akan membandingkan perubahan setelah diberlakukannya surat keputusan Direktur PT. BEI tentang penetapan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection tanggal 2 Januari 2013. Periode yang akan diteliti adalah bulan Desember 2012 dan Januari 2013.

b) Perusahaan-perusahaan yang termasuk pada saham Indeks Kompas 100 seperti diatas, yang tidak melakukan transaksi perdagangan selama periode penelitian. Periode yang dimaksud adalah 14 hari sebelum dan 14 hari setelah diberlakukannya peraturan perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection.

(10)

Penelitian dari Kee H. Chung dan Kenneth A. Kim (2005), menganalisa pengaruh pengumuman sistem multi fraksi harga baik secara teoritis maupun secara empiris menemukan bahwa:

a) Likuiditas jika diukur dengan variabel bid-ask spread, maka hasilnya akan berpengaruh negatif atau signifikan menurun; dan

b) Likuiditas jika diukur dengan variabel volume perdagangan maka hasilnya akan berpengaruh negatif atau signifikan menurun.

Sehingga pada penelitian ini penulis membuat hipotesis penelitian sebagai berikut : H1: Perubahan fraksi multi fraksi harga saham dengan auto rejection berpengaruh

negatif terhadap bid-ask spread.

H2: Perubahan fraksi multi fraksi harga saham dengan auto rejection berpengaruh

positif terhadap volume perdagangan.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menentukan event windows terhadap penetapan sistem multi fraksi harga saham.

Event windows yang digunakan adalah 14 hari sebelum dan 14 hari setelah

penetapan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection diberlakukan. Periode tersebut dapat dinotasikan sebagai to yaitu event date atau tanggal mulai diberlakukannya sistem fraksi harga saham tersebut. Sedangkan t-20 sampai dengan t20 adalah periode uji. Perhatikan skema berikut.

Gambar 1 Skema Periode Uji

13-31 Desember 2012 2 Januari 2013 3-22 Januari 2013 event date

t -14 t-0 t + 14

event windows

Sumber : Hasil olahan data penulis

(11)

menggunakan persamaan (1).

c) Menentukan rata-rata bid-ask spread untuk setiap periode sebelum dan setelah penetapan sistem fraksi harga saham. Menentukan volume perdagangan untuk setiap perusahaan sampel dengan menggunakan persamaan (2).

d) Menentukan rata-rata volume perdagangan untuk setiap periode sebelum dan setelah fraksi harga saham diturunkan.

e) Melakukan uji hipotesis dengan menggunakan paired t-test (satu sisi).

Likuiditas saham yang diukur dengan bid-ask spread dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis statistik;

Ho : BAS1 ≥ BAS2

Artinya, bid-ask spread pada saat setelah peraturan multi fraksi harga saham tidak lebih kecil secara signifikan dari pada bid-ask spread sebelum peraturan tersebut diberlakukan.

H1 : BAS1 < BAS2

Artinya, bid-ask spread pada saat setelah peraturan multi fraksi harga saham tidak lebih kecil secara signifikan dari pada bid-ask spread sebelum peraturan tersebut diberlakukan.

b) Menentukan level of significant (α) dari uji hipotesis sebesar 5 %; c) Menentukan daerah penerimaan dan penolakan;

Ho diterima : t hitung ≥ -t tabel (α; n - 1) dan Ho ditolak: t hitung < -t tabel (α; n - 1).

d) Menentukan nilai t hitung;

e) Menarik kesimpulan berdasarkan uji statistik yang telah ditentukan.

• Jika t hitung ≥ -t tabel (α; n - 1), berarti Ho diterima dan H1 ditolak atau berarti

bid-ask spread saat dan setelah penurunan fraksi harga saham tidak lebih kecil

secara signifikan dari pada bid-ask spread sebelum penurunan fraksi harga saham. Tidak lebih kecil artinya penurunan fraksi harga saham tidak meningkatkan likuiditas.

• Jika t hitung < -t tabel (α ; n - 1), berarti Ho ditolak dan H1 diterima, atau berarti

bid-ask spread saat dan setelah penurunan fraksi harga saham lebih kecil

(12)

saham. Lebih kecil artinya penurunan fraksi harga saham meningkatkan likuiditas.

f) Melakukan pembahasan dengan membandingkan antara hasil penelitian dengan peneliti terdahulu dan teori-teori yang mendasari.

Likuiditas saham diukur dengan volume perdagangan dengan langkah- langkah : a) Merumuskan hipotesis statistik;

Ho : VP1 ≤ VP2

Artinya, volume perdagangan saat dan setelah penurunan fraksi harga saham tidak lebih besar secara signifikan dari pada volume perdagangan sebelum penurunan fraksi harga saham.

H1 : VP1 > VP2

Artinya, volume perdagangan saat dan setelah penurunan fraksi harga saham lebih besar secara signifikan dari pada volume perdagangan sebelum penurunan fraksi harga saham.

b) Menentukan level of significant (α) dari uji hipotesis sebesar 5 %; c) Menentukan daerah penerimaan dan penolakan;

Ho diterima : t hitung ≤ t tabel (α; n - 1) dan Ho ditolak : t hitung > t tabel (α; n - 1).

d) Menentukan nilai t hitung ;

e) Menarik kesimpulan berdasarkan uji statistik yang telah ditentukan.

• Jika t hitung ≤ t tabel (α ; n - 1), berarti Ho diterima dan H1 ditolak atau berarti

volume perdagangan saat dan setelah penurunan fraksi harga saham tidak lebih besar secara signifikan dari pada volume perdagangan sebelum penurunan fraksi harga saham. Tidak lebih besar artinya penurunan fraksi harga saham tidak meningkatkan likuiditas.

• Jika t hitung > t tabel (α ; n - 1), berarti Ho ditolak dan H1 diterima, atau berarti

volume perdagangan saat dan setelah penurunan fraksi harga saham lebih besar secara signifikan dari pada volumeperdagangan relatif sebelum penurunan harga saham. Lebih besar artinya penurunan fraksi harga saham meningkatkan likuiditas.

(13)

f) Melakukan pembahasan dengan membandingkan antara hasil penelitian dengan peneliti terdahulu dan teori-teori yang mendasari.

 

HASIL PENELITIAN

Berikut ini merupakan hasil pengujian yang telah dilakukan untuk membuktikan pengaruh perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection terhadap likuiditas saham kompas 100.

Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran data secara umum yang menyangkut nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat dari tabel 2 dan 3:

Tabel 2

Tabel Analisis Deskriptif Variabel Bid-Ask Spread

Mean   2.978411448   2.316291446   -­‐0.64792786  

Standar  Deviasi   1.130392522   0.821503021   0.953912735  

Max   7.567492   5.521537   1.515834  

Min   0.512944   0.534759   -­‐5.213479  

Sumber : Hasil olahan data penulis

Tabel 3

Tabel Analisis Deskriptif Variabel Volume Perdagangan Mean   500691.332   866314.8195   365623.4875   Standar  Deviasi   811356.4819   1432273.994   901520.6685  

Max   5730621   8813802   7382529.2  

Min   664.5408   317.602   -­‐275586.9   Sumber : Hasil olahan data penulis

Pengujian hipotesis adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh akibat perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection terhadap likuiditas saham. Pengaruh nya diukur dengan dua variabel yaitu, bid-ask spreads dan volume perdagangan, maka pada bagian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji-t untuk sampel berpasangan (paired t- test). Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat dari tabel 4 dan 5:

(14)

Tabel 4

Tabel Statistik Uji t- Bid-Ask Spread

Mean -0,6479

Standar Deviasi 0,9539

t- hitung -67,9232

t- table -1,697

Kesimpulan Ho ditolak dan H1 diterima

Sumber : Hasil olahan data penulis

Tabel 5

Tabel Statistik Uji t- Volume Perdagangan

Mean 365623,4875

Standar Deviasi 901520,6685

t- hitung 4,0556

t- table 1,697

Kesimpulan Ho ditolak dan H1 diterima

Sumber : Hasil olahan data penulis

PEMBAHASAN

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa selama periode penelitian rata-rata perbedaan

bid-ask spread pada saat setelah dan sebelum perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection adalah sebesar -0,6479. Hasil pengujian secara statistik pada tabel 4.4

menunjukkan bahwa nilai t- hitung = -67,9232 adalah lebih kecil dibandingkan dengan nilai t- tabel = -1,697.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, atau berarti bid-ask spread pada saat setelah perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan

auto rejection lebih kecil secara signifikan dibandingkan dengan bid-ask spread sebelum

perubahan sistem multi fraksi harga saham ini. Artinya, jika likuiditas diukur dengan bid-ask

spread, maka perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection dapat

meningkatkan likuiditas saham.

Kemudian untuk Tabel 5, tabel tersebut menunjukkan bahwa selama periode penelitian, rata-rata perbedaan volume perdagangan pada saat setelah dan sebelum perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection adalah sebesar 365623,4875. Hasil pengujian

(15)

secara statistik pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai t- hitung = 4,0556 adalah lebih besar dibandingkan dengan nilai t- tabel = 1,697.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya volum perdagangan pada saat setelah perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection lebih besar secara signifikan dibanding volum perdagangan sebelum perubahan sistem multi fraksi harga saham ini. Artinya, jika likuiditas diukur dengan volum perdagangan, maka perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection juga dapat meningkatkan likuiditas saham, sama dengan halnya apabila likuiditas saham diukur dengan variabel bid-ask spreads.

 

KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh akibat perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection terhadap likuiditas saham. Pengaruh nya diukur dengan dua variabel yaitu, bid-ask spreads dan volume perdagangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham perusahaan dari Indeks Kompas 100 yang melakukan transaksi perdagangan saham selama periode yang ditentukan oleh peneliti, yaitu dimulai dari tanggal 13 Desember 2012 sampai dengan 22 Januari 2013. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah dengan melakukan paired t-test.

Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian rata-rata perbedaan bid-ask spread pada saat setelah dan sebelum perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection adalah relatif lebih kecil secara signifikan. Artinya, jika likuiditas diukur dengan bid-ask spread, maka perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection dapat meningkatkan likuiditas saham.

Sedangkan untuk variabel volume perdagangan, rata-rata perbedaan volume perdagangan pada saat setelah dan sebelum perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection adalah relatif lebih besar secara signifikan atau berpengaruh positif. Artinya, jika likuiditas diukur dengan volume perdagangan, maka perubahan sistem multi fraksi harga saham dengan auto rejection juga dapat meningkatkan likuiditas saham, sama dengan halnya apabila likuiditas saham diukur dengan variabel bid-ask spreads.

SARAN

Bagi PT. Bursa Efek Indonesia sebagai pembuat regulator dalam transaksi perdagangan saham, agar kiranya dalam membuat peraturan perdagangan saham tetap melihat kondisi perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan agar dalam kondisi

(16)

apapun bahkan dalam kondisi perekonomian yang kurang baik, saham-saham yang diperdagangkan pada Bursa Efek Indonesia tetap merupakan saham-saham yang likuid.

Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis, sebaiknya:

a) Menggunakan pengelompokkan penelitian berdasarkan kategori rentang harga masing-masing saham sesuai dengan peraturan multi fraksi harga saham yang berlaku.

b) Mengganti sampel penelitian dengan jumlah yang lebih banyak atau bukan dari suatu saham-saham yang termasuk kedalam suatu indeks.

c) Menambahkan variabel lainnya seperti depth, return volatility, dan return over

rate. Sehingga perubahan yang terjadi antara sebelum dan sesudah event windows yang ditentukan akan lebih terlihat dengan jelas dan memperkaya

studi tentang sistem multi fraksi saham itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, David E. Dan Sudiman, Josephine. 2009. Does Tick Size Change Improve

Liquidity Provision? Evidence from the Indonesia Stock Exchange. Australia: Edith Cowan

University.

Asri, Mawan. 1999. Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham yang Diukur dengan Besarnya Bid-Ask Spread di Bursa Efek Jakarta: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vo. 14, No. 4, p. 93-110.

Bacidore, J. 1997. Journal of Financial Intermediation, The Impact of Decimalization on

Market Quality : An Empirical Investigation of the Toronto Stock Exchange.

Bollen, N. P dan Whaley, R. E. 1999. Pacific Basin Finance Journal, “Do Expirations of

Hang Seng Index Derivatives Affect Stock Market Volatility?.

Chung, Kee H. dan Kenneth, A. Kim. 2005. Liquidity and Quote Clustering ini a

Market with Multiple Tick Sizes.

Correlations in Stock Returns: The Journal of Finance, Vol. IV.

Darmadji, Tjiptodono dan Fakhruddin, Hendy M. 2001. Tanya Jawab Pasar

Exchange”, Working Paper, 1730 Filbert Street No. 105. San Fransisco.

Fatmawati, Sri dan Asri, Marwan. 1999. Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham Yang Diukur Dengan Besarnya Bid-Ask Spread di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia (JEBI): Vol.14.

(17)

Huang, Roger D. and Huang, Hans R. 2001. Tick size, Bid-Ask Spread and Market

Structure, Journal of Financial and Quantitive Analysis, Vol. 36 (4), p.503-522.

Husnan, Suad. 1996. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Lau, Sie Ting dan Mc Inish, Thomas H. 1995. Pacific-Basin Finance Journal, Reducing

Tick Size on the Stock Exchange of Singapore.

Michael Aitken and Carole Comerton-Forde. 2005. Do Reductions in Tick Sizes

Influence Liquidity?, Accounting and Finance, p. 171-184.

Modal Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Purwoto, Lukas dan Tandelilin. 2003. Pengaruh Tick Size terhadap Volatilitas: Investasi Empiris di Bursa Efek Jakarta, KOMPAK, p.54-57.

Purwoto, Lukas dan Tandelilin. 2004. The Impact Of Tick Size Reduction Liquidity:

Empirical Efidence From Jakarta Stock Exchange, Gadjah Tarun Chordia dan Bhaskaran.

2000. Trading Volume and Cross Auto Correlations in Stock Returns: The Journal Of

Finance, Vol. IV

Purwoto, Lukas. 2003. Perubahan Fraksi Harga di Bursa Efek Jakarta, Ventura, Vol. 6, No. 3, p.235-252.

Purwoto, Lukas. 2009. Kerumunan Harga Saham pada Multifraksi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Ricker, J. 1998. Breaking the Eight: Sixteenths on the New York Stock

Rode, David dan Parikh, Satu dan Friedman, Yolanda, dan Kane, Jeremiah. 1995. An

Evolutionary Approach to Technical Trading and Capital Market Efficiency. The Wharton

School University of Pensylvania.

Soejoto, Ady. 2002. Analisis Harga Saham Perusahaan Manufaktur dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Pasar Modal Indonesia: Jurnal Ekuitas, Vol.6 (3), September 2002, hal. 250-267.

Spekulasi di Pasar Modal. Fokus Ekonomi, Vol. 1, No. 2, hal: 157-166. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Tarun Chordia and Bhaskaran, 2000, Trading Volume and Cross Auto

Taswan dan Soliha, Euis. 2002. Perspektif Analisis Pelaku Investasi dan Spekulasi di Pasar Modal, Fokus Ekonomi Vol. 1, No. 2, hal: 157-166.

Asnawi, Said Kelana, dan Wijaya, Chandra. 2005. Riset Keuangan: Pengujian-Pengujian Empiris. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

(18)

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Yogyakarta.

____Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-00005/BEI/01-2011, tanggal 20 Januari 2011.

____Pengumuman PT. Bursa Efek Indonesia Nomor Peng-00460/BEI.PSH/07-2012, tentang Pengumuman Saham yang Masuk dan Keluar dalam Penghitungan Indeks KOMPAS 100. ____Peraturan Nomor II-A: Tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas, Lampiran Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-000339/BEI/01-2011, tanggal 14 November 2012. http://finance.yahoo.com/q?s=I:KOMPAS100.JK&ql=1 http://www.duniainvestasi.com/bei/summaries http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/saham.aspx http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+Keuangan+Indonesia/Versi+HT ML/Sektor+Moneter/

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemecahan saham tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan pemecahan saham berpengaruh signifikan

Sesuai dengan latar balakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh harga saham dan volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham pada perusahaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perubahan laba akuntansi dan perubahan arus kas operasi berpengaruh terhadap perubahan harga saham baik secara simultan maupun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perubahan laba akuntansi dan perubahan arus kas operasi berpengaruh terhadap perubahan harga saham baik secara simultan maupun

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini yakni mengetahui nilai intrinsik saham PT Multi Bintang Indonesia, Tbk dan harga

Sesuai dengan latar balakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh harga saham dan volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham pada perusahaan

Latar belakang perubahan satuan perdagangan adalah jumlah lembar saham yang di bawah standar satuan (kurang dari 500 lembar) tidak dapat diperdagangkan di pasar

Judul Skripsi, : Analisis Pengaruh Harga Saham dan Volume Perdagangan terhadap Likuiditas Saham pada Perusahaan Go Public yang melakukan Stock split di Bursa Efek Indonesia