• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Di era digital yang terus berkembang saat ini,pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tekhnologi dan informasi,tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan sistem tekhnologi dan informasi berpengaruh cukup besar dalam perilaku konsumen,hal ini terbukti dari maningkatnya pengguna internet di indonesia yang terus mengalami peningkattan, tekhnologi internet menjadi seperti makanan pokok di era serba digital ini,di era digital seperti internet ini,dapat merubah pola perilaku bahkan kehidupan masyarakat dengan internet pula segala kegiatan atau segala aktivitas dapat dilakukan dengan mudah seperti komunikasi,pemanfaatan dalam mencari informasi,melakukan riset,bahkan melakukan transaksi perdagangan pun bisa dengan cepat dan mudah dilakukan dengan internet

dilansir dari KOMPAS.COM jumlah pengguna internet di indonesia pada awal tahun ini mencapai 202,6 juta jiwa,jumlah ini meningkat 15,5 % atau 27 juta jiwa jika dibandingkan dengan tahun 2020 lalu. Pengguna internet diketahui memiliki rentang usia dari 16 tahun hingga 64 tahun, dimana pengguna memiliki beberapa perangkat elektrionik yang berbeda seperti Hp,PC/laptop,dsb aktivitas yang dilakukan oleh pengguna internet indonesia ialah bersosial media,live streaming,dan aktivitas yang paling digemari saat ini adalah bertransaksi online (belanja online),terlebih lagi dengan situasi pandemi saat ini,banyak konsumen yang sebelumnya tidak pernah melakukan belanja online,kini harus mengandalkan paltform belanja online,untuk memenuhi kebutuhan mereka,seperti dilansir dalam SIRCLO.COM sebanyak 88% pengguna internet hampir seluruhnya melakukan transaksi online/ berbelanja online,aplikasi belanja online yang diketahui ssecara

(2)

umum seperti Shopee,lazada,tokopedia,blibli,dan lain-lain,aplikasi yang paling sering digunakan diindonesia adalah shopee, ditambah lagi Pada saat ini yang sedang terjadi adalah pandemi ( virus corona), yang sedang dihadapi oleh berbagai negara dibelahan bumi ini. banyak masyarakat yang terhalang aktivitasnya dikarenakan adanya virus ini, kegiatan ekonomi pada masyarakat menjadi terbatas,hingga secara perlahan menyebabkan merubah perilaku konsumen seiring berjalannya waktu,dampak dari pandemi ini banyak kegiatan masyarakat yang mulai beralih seperti halnya berbelanja,jika biasanya melakukan aktivitas belanja ke toko,atau pasar-pasar,kini beralih ke e-commerce seperti shopee, Layanan e-commerce Shopee menjadi pusat perhatian para konsumen selama pandemi, pasalnya Shopee mengalami peningkatan transaksi penjualan di Q2-2020 yang naik hingga 130% atau rata-rata transaksi perhari mencapai 2,8 juta,dengan jumlah kunjungan bulanan dapat mencapai 93,44 juta pengunjung

Gambar 1. 1 Data Pengunjung Bulanan pada E-commerce

hal ini diduga mungkin bisa terjadi karena adanya kepanikan masyarakat akibat dari pandemi,kecemasan yang dirasakan serta adanya larangan untuk berinteraksi secara langsung ,mendorong masyarakat untuk membatasi kegiatannya yang dirasa dapat menimbulkan keramaian,contohnya saat berbelanja yang biasanya melakukan transaksi di pasar-pasar atau toko-toko,kini masyarakat harus mengalihkan kegiatannya menjadi berbelanja ssecara online,hal lain yang

(3)

menyebabkan melonjaknya bertransaksi/berbelanja online ini,di sebabkan oleh kepanikan sehingga konsumen melakukan pembelian produk dalam jumlah besar,seperti dilansir dari laman berita CNN. Com,Ketua Pusat Krisis Universitas Indonesia Dicky palupessy menyatakan bahwa masyarakat dilanda fenomena fanic buying yang dilatarbelakangi dengan kecemasan yang tinggi sehingga menagakibatkan kehilangan sense of control atau pengendalian perasaan diri,dan minimnya informasi yang diterima di masyarakat,Fenomena panic buying ini,memberikan dampak positif maupun negative,dimana saat pembatasan berskala besar diterapkan,masyarakat mengalihkan aktivitas berbelanja dari mengunjungi toko-toko,maupun pasar,beralih berbelanja secara Online,melalui flatform Onlineshop seperti lazada,shopee,tokopedia,dll.hal ini mengakibatkan melonjaknya penjualan online pada saat pandemic, Menurut laporan "Tinjauan Big Data Terhadap Dampak Covid-19 2020" yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), penjualan online pada masa pandemi ini melonjak tajam bila dibandingkan dengan penjualan di bulan Januari 2020. Pada bulan Maret 2020, penjualan online melonjak 320% dari total penjualan online awal tahun. Lonjakan semakin tajam terjadi, penjualan online April 2020 tercatat meningkat 480% dari Januari 2020.hal tersebut terjadi tidak lain karena adanya pandemi ini,masyarakat menjadi cemas,ditambah lagi Pasca diumumkan terdapat dua orang warga Indonesia yang terjangkit Covid-19 pada bulan Maret 2020 lalu, masyarakat mulai melakukan aksi borong kebutuhan pokok, obat-obatan dan alat pelindung diri lainnya. Meskipun pemerintah telah menjamin ketersediaan bahan pangan yang cukup, hal ini tetap membuat masyarakat merasa cemas (Putra, 2020).lonjakan kepanikan pada masyarakat dapat dilihat pada gambar berikut:

(4)

Gambar 1. 2 kurva peningkatan kepanikan masyarakat saat pandemi

Sumber:google trend(diakses 14/04/2020)

Seperti yang dijelaskan oleh (Yuen et al. 2020), perilaku panic buying ditunjukkan ketika pembeli membeli barang dengan harapan dapat memenuhi kebutuhannya dan membeli barang/produk namun dalam jumlah besar, dengan harapan dapat memenuhi kebutuhannya selama atau setelah pandemi covid-19, hal ini didorong oleh rasa ketakutan dan kekhawatiran publik akan kekurangan pasokan produk.

(Shadiqi et al. 2020) mengungkapkan bahwa hiruk pikuk perilaku panic Buying disebabkan oleh ketakutan, kegugupan, sensasi kelemahan, benturan mental, stres, kesan rentan terhadap risiko, dan karena rumor yang didapat dari keterbukaan media. Kegugupan pembelanja selama pandemi menunjukkan bahwa ada kekhawatiran publik untuk memuat barang dalam jumlah besar karena merasa rentan dan ketakutan sehingga Pembeli membeli barang untuk menghindari risiko kekurangan pasokan yang mungkin terjadi.

Dengan melakukan Pembelian secara panic ini,tentu banyak sekali kemungkinan Risiko yang dirasakan konsumen, banyak ketidak pastian yang di dapat oleh seperti naiknya harga produk,sulit mendapat produk yang dibutuhkan ,akibat pembelian yang berlebihan yang dilakukan oleh konsumen lain,dsb.sselain faktor extern yang dirasakan,faktor intern juga dapat dirasakan oleh

(5)

konsumen,dimana saat melakukan pembelian,konsumen akan memiliki persepsi risiko,seperti merasa takut akan terjadinya penipuan secara online,kerusakan parah pada produk dan lain sebagainya,hal ini menjadi pertimbangan bagi para konsumen dalam memutuskan pembelian suatu barang secara online, Dalam konteks transaksi online, indvidu akan cenderung untuk melihat risiko yang mungkin akan muncul dari transaksi yang akan dilakukan. Karena sifatnya yang tidak bertemu secara langsung antara pembeli dan penjual, dalam transaksi e-commerce akan memunculkan persepsi risiko yang berbeda-beda bagi setiap orang. Kekhawatiran ini biasa terjadi dalam bentuk risiko kehilangan uang, faktor keamanan, faktor waktu pengiriman produk, dan kualitas produk itu sendiri.Kenyaatan ini tentu akan menjadi pertimbangan ulang bagi para konsumen dalam memutuskan pilihannya untuk mengambil keputusan pembelian konsumen untuk berbelanja melalui layanan e-commerce, sehingga transaksi melalui media online harus dilakukan secara hati-hati guna meminimalisir berbagai resiko yang dihadapi pembeli. selain itu “Tingginya risiko yang di persepsikan oleh konsumen, diduga akan menyebabkan kurangnya kepercayaan konsumen terhadap pembelian online” (Wahyuningtyas dan Widiastuti 2015).

Kepercayaan konsumen adalah persepsi dari sudut pandang konsumen terhadap penjual dalam memenuhi harapan dan kepuasan konsumen,maka daripada itu,kepercayaan menjadi salah satu kunci utama yang membuat konsumen mengambil keputusan pembelian,terlebih lagi dalam transaksi online yang sifatnya banyak ketidakpastian

Penelitian ini dilakukan pada Flatform online shopee,aplikasi Shopee dipilih sebab sudah familiar dalam masyarakat umum,dimana setiap orang pasti mempunyai aplikasi belanja online satu ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perilaku konsumen yang berkaitan dengan pembelian secara panik,persepsi terhadap risiko yang dihadapi dan kepercayaan konsumne dalam melakukan kegiatan memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pembelian secara online dalam situasi pandemic saat ini, yang di lakukan di wilayah cicau cikarang selatan,Namun Karena tidak adanya Grafik yang menunjukan pembelian

(6)

secara panik di cicau cikarang selatan,maka peneliti melakukan survey tekait hal yang berkaitan perilku pembelian secara panik dalam menghadapi situasi pandemi tersebut,dengan menanyakan kepada responden yang dijadikan sample mengenai seringnya belanja online saat pandemi yang dipicu oleh kepanikan dalam mennghadapi situasi pandemi melalui pertanyaan yang di sebar melalui kuisioner dengan menggunakan google form,Maka didapat hasil sebagai berikut

Gambar 1. 3 Data Intensitas Belanja Pada Masyarakat di Wilayah Cicau Cikarang Selatan

Jika dilihat dari data yang diperoleh,Konsumen di cicau cikarang selatan sering kali melakukan belanja Online pada masa pandemi ini,intensitas belanja sangat beragam dilakukan per minggunya,ada yang melakukan belanja 2 sampai 3 kali dalam seminggu dan ada juga yang melakukan pembelanjaan secara online hingga lebih dari 5 kali dalam seminggu,hal ini tentu menarik untuk dilakukan penelitian,mengingat situasi seperrti saat ini (pandemi) apakah belanja tersebut dipicu karena adanya persiapan yang dilakukan selama masa pandemi,kemudian dalam melakukan pemeblian secara online tersebut,lalu bagaimana pendapat konsumen tentang risiko yang mungkin saja terjadi (persepsi risiko),kemudian apakah kepercayaan konsumen merupakan peran Utama sehingga Konsumen tetap memutuskan untuk melakukan pembelian secara Online tersebut

2-3 Kali 3-5 Kali >5 Kali Intens it as be lanja Intensitas belanja 2-3 Kali; 50% Intensitas belanja 3-5 Kali; 23% Intensitas belanja >5 Kali; 27%

Intensitas belanja online Knsumen di Wilayah Cicau cikarang selatan

Intensitas belanja 2-3 Kali Intensitas belanja 3-5 Kali Intensitas belanja >5 Kali

(7)

Dari hasil Uraian diatas Peneliti tertarik Untuk melakukan Penelitian lebih lanjut mengenai pembelian secara panik,persepsi Risiko yang mungkin terjadi,kemudian peranan kepercayaan konsumen terhadap Media online yang digunakan sehingga Tetap melakukan pembelian secara Online di Platform tersebut seperti Shopee,dll,Maka dalam penelitian ini penulis mengangkat judul penelitian “Pengaruh Panic Buying,persepsi risiko , Dan Kepercayaan Konsumen Terhadap keputusan pembelian Secara Online Pada Saat Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pada Pengguna Shopee Di Wilayah Cikarang Selatan”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas,peneliti mengidentifikasi masalah-masalah diantaranya:

 terjadinya fenomena fanic buying yang dilakukan para konsumen dalam membeli barang atau produk dalam mengantisifasi kemungkinan yang terjadi disaat pandemic

 adanya kemungkian persepsi risiko yang terjadi kepada para konsumen dalam melakukan pembelian secara online

 peranan kepercayaan konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli secara online

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pemaparan identifikasi masalah yang telah dijelaskan diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1)apakah terdapat pengaruh fenomena fanic buying terhadap Keputusan Pembelian secara onine pada saat pandemic?

2)apa pengaruh persepsi risiko pada konsumen dapat memengaruhi Keputusan Pembelian pada konsuemen?

3)bagaimana kepercayaan pada konsumen dapat memengaruhi keputusan pembelian secara online pada konsumen

(8)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah panic buying,persepsi risiko ,serta kepercayaan konsumen menjadi tolak ukur dalam memilih melakukan pembelian secara Online saat pandemic dan diberlakukannya PSBB (pembatasan sosial berskala besar)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang factor-faktor yang dapat memengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian secara onine saat pandemi

2. Secara Praktis a. Bagi penulis

Untuk mengetahui factor yang menjadi pemicu utama prilaku konsumen melakukan panic buying,dengan mempertimbangkan Persepsi Risiko yang ada,dan dengan pengaruh kepercayaan menjadi pendorong dalam menagambil keputusan pembelian secara online pada saat pandemic

b. Bagi mahasiswa

Untuk menjadikan referensi guna melengkapi kekurangan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang belum sempat dijelaskan dalam penelitian ini

(9)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya ilmiah ini disusun berdasarkan pada buku pedoman yang sudah ditetapkan oleh jurusan manajemen Universitas Pelita Bangsa, yaitu sebagai berikut:

- Bab I Pendahuluan, dimana pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

- Bab II Tinjauan Pustaka, dimana pada bab ini menjelaskan tentang landasan teori meliputi perilaku panic buying dan indikatornya, persepsi risiko dan indikatornya,kepercayaan konsumen beserta indikatornya ,serta Keputusan Pembelian konsumen dengan indikatornya,dan untuk memperkuat penelitian,hal ini didukung dengan menjelaskan tentang penelitian terdahulu yang relevan dan hipotesa.

- Bab III Metode Penelitian, pada bab ini menjelaskan tentang jenis dan

desain penelitian, deskripsi operasional dan pengukuran

variable,selanjutnya menjelaskan tentang populasi dan pengambilan sampel, jenis,sumber dan metode pengumpulan data serta metode analisis data yang meliputi tahap pengolahan data kuantitatif dan pengujian instrument penelitian..

- Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,dimana pada bab ini menjelaskan tentang deskripsi data dan/atau gambaran umum penelitian tentang objek penelitian, selanjutnya menjelaskan tentang hasil analisis data meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji korelasi dan regresi dan uji hipotesis serta dijelaskan pula pembahasan.

- Bab V Penutup, dimana pada bab ini menjelaskan tentang poin-poin kesimpulan dan saran bagi pihak-pihak terkait.

Gambar

Gambar 1. 1 Data Pengunjung Bulanan pada E-commerce
Gambar 1. 2 kurva peningkatan kepanikan masyarakat saat pandemi  Sumber:google trend(diakses 14/04/2020)
Gambar 1. 3 Data Intensitas Belanja Pada Masyarakat di Wilayah Cicau  Cikarang Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Informasi tambahan ini akan membuat Anda bisa lebih mengerti kecenderungan yang Anda miliki sehingga bisa berfungsi menjadi lebih maksimal.. Anda harus menyadari anak Anda

Budaya Korea yang masuk di Indonesia sangatlah diterima oleh masyarakat. Budaya tersebut dapat disebut dengan Korean wave. Dengan adanya hal tersebut banyak

Real picture adalah bentuk register yang digunakan penjual bahwa produk yang di jual (di foto) dan produk yang di kirim memiliki barang yang sama karena foto

Pendidikan Islam merupakan proses pembelajaran peserta didik yang menekankan pada nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadis. Kajian filsafat

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

Ujian hipotesis bagi mengkaji hubungan antara struktur pemilikan kerajaan dan keluarga dengan kualiti pelaporan kelestarian mendapati bahawa kedua-dua hipotesis adalah

Penentuan persamaan la%u reaksi io&isasi aseton &alam suasana asam &apat menggunakan meto&e spekto!otometri &imana la%u reaksi &iikuti