• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Mutu Sekolah Dasar di Pedesaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Kebijakan Mutu Sekolah Dasar di Pedesaan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Kebijakan Mutu Sekolah Dasar di Pedesaan

Cucun Sunaengsih1

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No. 221 Sumedang

cucunsunaengsih@upi.edu Helina Apriyani2 AMIK BSI BOGOR

Jl. Merdeka 168, Bogor Jawa Barat Indonesia email : helina.hld@bsi.ac.id

ABSTRAK

Peningkatan kualitas pendidikan akhir-akhir ini banyak digalakan oleh pemerintah. Program-program yang digalakan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yaitu Program-program untuk guru, kepala sekolah dan adminstrator sekolah. Adminstrator atau biasa disebut TU sangat berperan penting untuk mengelola data sekolah. Pada sekolah dasar atau pendidikan dasar tidak ada yang bertugas sebagai TU melainkan guru kelas, kepala sekolah dan pegawai lain yang berperan ganda sebagai administrator atau staf TU. Program-program untuk meningkatkan kualiatas atau mutu pendidikan tersebut diantaranya seperti pelatihan, penataran dan KKG. Mutu pendidikan harus diawali dari peningkatan mutu kualitas pendidiknya, karena pendidik khususnya di tingkat pendidikan dasar memegang peran sebagai menejerial. Peningkatan mutu pendidikan berbasis menejemen sekolah harus dibarengi dengan profesional seorang guru. Namun, dalam proses peningkatan mutu pendidikan harus ada koordinasi antara pemimpin dan para staf yang berada dibawahnya. Untuk melihat pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan berbasis manajemen sekolah, maka kami melakukan observasi di sekolah dasar pedesaan di Kabupaten Sumedang,. Dalam observasi ini, masih banyak kekurangan yang ada seperti kepala sekolah yang baru pindah beberapa minggu dan belum menyiapkan program kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di sekolah dasar pedesaan di Kabupaten Sumedang, implementasi kebijakan mutu di sekolah dasar pedesaan terus ditingkatkan dengan berbagai macam program.

Kata Kunci : Manajemen Pendidikan, peningkatan mutu.

I. PENDAHULUAN

Pada era modern seperti sekarang ini, begitu banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencari peluang dalam pekerjaan. Persaingan yang terjadi tidak hanya secara lokal melainkan sudah mulai melebar dengan diresmikannya masyarakat ekonomi ASEAN. Hal ini memungkinkan masyarakat negara asing

khususnya bagian Asia Tenggara bebas keluar masuk Negara Indonesia untuk mencari lapangan pekerjaan. Tentu saja ini berpengaruh terhadap sistem pendidikan di negara kita. Pendidikan Indonesia bukan lagi hanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tapi juga dituntut untuk bisa membentuk SDM yang mampu bersaing secara sehat sesuai kemampuan yang dimiliki dengan cara membangun sistem pendidikan yang bermutu. Dalam bidang

(2)

pendidikan menejemen peningkatan mutu dapat didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip dan tehnik yang menekankan pada peningkatan mutu dengan bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara terus menerus dan berkesinamungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan lembaganya untuk memenuhi tuntuan kebutuhan peserta didik dan masyarakat dan mampu bersaing ditengah-tengah kemajuan globalisasi serta mampu bertahan dengan memproduk peserta didik berkualitas dan terpenuhinya kepuasan user atau stake holder. (Fathurrohman). Oleh karena itu, perlu adanya pengetahuan yang tepat mengenai bagaimana upaya pemerintah meningkatkan mutu pendidikan dan upaya sekolah untuk meningkatkan manajemen mutu. Sudah sesuaikah dengan yang dicanangkan atau hanya sekedar wacana dan tidak berdampak apa-apa. II. LANDASAN TEORI

Manajemen mutu pendidikan merupakan “upaya manajemen pendidikan yang telah ditetapkan standarisasi sistem pendidikannya berdasarkan penilaian mutu.” Selain itu manajemen mutu pendidikan merupakan “segala sesuatu yang berhubungan dengan pengelolaan pendidikan berkualitas untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.” Adapula pendapat lain yang menyatakan manajemen mutu pendidikan merupakan “strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan mentransfer otoritas pengembalian keputusan sekolah secara individual oleh kepala sekolah.” (Makawimbang)

2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Menurut Mulyasa, MBS merupakan “paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.”

2.2 Konsep Mutu Pendidikan

Proses pendidikan yang bermutu sangatlah ditentukan oleh berbagai pihak yang berkaitan. Menurut Townsend dan Butterworth terdapat

sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang bermutu, di antaranya (Makawimbang):

1. Keefektifan kepemimpinan kepala sekolah. 2. Partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan

staf.

3. Proses belajar-mengajar yang efektif. 4. Pengembangan staf yang terprogram. 5. Kurikulum yang relevan.

6. Memiliki visi dan misi yang jelas. 7. Iklim sekolah yang kondusif.

8. Penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan.

9. Komunikasi efektif baik internal maupun eksternal.

10. Keterlibatan orang tua dan masyarakat secara intrinsik.

Dalam konteks pendidikan, arti mutu mencakup input, proses dan output pendidikan (Depdiknas). Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sementara proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain dengan mengintegrasikan input sekolah sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoy able learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Sementara output pendidikan adalah kinerja sekolah yang dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, dan moral kerjanya. Orientasi mutu dari aspek output mendasarkan pada hasil pendidikan (pembelajaran) yang ditunjukkan oleh keunggulan akademik dan nonakademik di suatu sekolah (Farisy).

2.3 Dasar-Dasar Mutu Pendidikan

Untuk melaksanakan program mutu diberlakukan beberapa dasar yang kuat, yaitu sebagai berikut:

1. Komitmen pada perubahan

Pemimpin yang ingin menerapkan mutu harus memiliki komitmen atau tekad untuk berubah ke arah yang lebih baik dan lebih berbobot.

(3)

ada

Kegagalan salah satunya terjadi karena melaksanakan sesuatu yang belum jelas. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu memahami kondisi yang ada secara jelas.

3. Mempunyai visi yang jelas tentang kondisi yang ada

Perubahan akan didasarkan pada visi tentang perkembangan, tantangan, kebutuhan, masalah dan peluang yang akan dihadapi mendatang. 4. Mempunyai rencana yang jelas

Dengan beracuan pada visi, sebuah tim menyusun rencana dengan jelas dan terstruktur. Rencana harus selalu diup-date sesuai dengan keadaan lingkungan yang dinamis.

2.4 Prinsip-Prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan

Terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang dalam melaksanakan mutu pendidikan, di antaranya:

1. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional dalam bidang pendidikan. Manajemen mutu pendidikan merupakan alat para profesional pendidikan dalam memperbaiki sistem pendidikan bangsa.

2. Kesulitan yang dihadapi para profesional pendidikan adalah ketidakmampuan dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang mencegah mereka dari pengembangan dan penerapan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.

3. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan. Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar bekerja sama dengan sumber-sumber yang terbatas. Para profesional pendidikan harus membantu para siswa dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia global.

4. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas dan pimpinan kantor DIKNAS

kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi.

5. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan kualitas layanan pendidikan.

6. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem pengukuran memungkinkan para profesional pendidikan

dapat memperhatikan dan mendokumentasikan nilai tambah dari

pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan baik terhadap siswa, orang tua maupun masyarakat (Makawimbang).

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dapat dilalui dengan cara sebagai berikut (Makawimbang):

a. Meningkatkan sekolah menengah atas negeri bersama dengan kemampuan kepala sekolah dalam aspek kepemimpinannya maupun manajerialnya.

b. Mengembangkan kualitas kinerja guru mengajar, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolah tersebut.

c. Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi yang jelas dan realistis.

d. Kepemimpinan situasional sebaiknya disosialisasikan dan dibudayakan.

e. Peningkatan kualitas mutu kurikuler dengan mendatangkan pelatih profesional dari luar sekolah.

f. Peningkatan alokasi dan dana sumber dari masyarakat untuk proses pembelajaran. g. Peningkatan program training dan diklat bagi

guru-guru minimal satu kali dalam satu semester.

h. Sekolah memprogramkan kera sama dengan lembaga pendidikan formal.

i. Sekolah membudayakan memberi penghargaan bagi guru-guru yang berprestasi.

(4)

Sejalan dengan pendapat di atas, maka penghargaan (rewards) sangat penting diberikan kepada tenaga kependidikan untuk memancing agar tenaga kependidikan meningkatkan profesionalismenya juga untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif (Mulyasa).

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan tiga teknik yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh selama penelitian dianalisis dengan langkah-langkah yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagian besar struktur organisasi yang ada pada Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang terdapat kepala sekolah, bendahara, sekretaris, serta pembagian 8 standar kompetensi yang dibagi pada 8 orang guru untuk setiap kompetensinya. Dengan adanya 8 kompetensi yang dibagikan kepada 8 orang guru tersebut pada struktur organisasi sekolah yang ada dapat mendukung upaya peningkatan mutu sekolah karena dianggap mampu memenuhi kriteria dalam meningkatkan mutu sekolah.Selain itu, dengan adanya struktur organisasi sekolah, setiap pendidik dan tenaga kependidikan Pada Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang dapat memfokuskan kewajiban yang harus dilakukan melalui tugas-tugas yang telah ditugaskan oleh kepala sekolah secara maksimal. Dengan adanya saling support dan komunikasi yang baik antar kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan maka akan mudah terbentuknya peningkatan mutu sekolah. Yang terpenting kepala sekolah harus mampu menyatukan berbagai pendapat untuk mendapatkan mufakat.Selain itu, kepala sekolah yang efektif ialah kepala sekolah yang

menjalankan 5 kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah yaitu kepribadian, sosial, manajerial, supervisi dan kewirausahaan.Setiap keputusan yang diambil oleh kepala sekolah harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan sejalan dengan pembelajaran.

Dalam meningkatkan mutu sekolah, kepala sekolah memiliki perencanaan terutama dalam peningkatan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan keprofesionalan guru, serta peningkatan pengembangan minat dan bakat siswa. Rencana tersebut akan dibuat program seperti berikut:

1. Benah sekolah yaitu adanya pembenahan sekolah baik itu sarana maupun prasarana sekolah

2. Peningkatan keprofesionalan guru dengan mengaktifkan guru dalam organisasi KKG untuk lebih memaksimalkan 4 kompetensi keprofesionalan guru.

3. Mengikutsertakan guru dalam rekrutmen kepala sekolah.

4. Untuk siswa, ingin lebih mengembangkan potensi serta bakat siswa guna berprestasi dalam setiap event perlombaan baik tingkat kecamatan, kabupaten, hingga nasional dengan adanya program ekstrakurikuler yang dimaksimalkan dan bekerja sama dengan pihak luar (masyarakat)

Visi misi dan tujuan yang dikembangkan di Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan bakat siswa untuk mengembangkannya. Adapun sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh kepala sekolah:

1. Peningkatan sarana dan prasaranadengan upaya memanage antara kebutuhan yang harus segera dipenuhi dengan kebutuhan yang tidak terlalu penting

2. Peningkatan keprofesionalan gurudengan upaya mengikutsertakan guru dalam rekrutmen kepala sekolah serta membuat guru aktif dalam KKG guna mengoptimalkan tingkat keprofesionalan guru

(5)

upaya mengembangkan minat dan bakat siswa melalui ekstrakurikuler yang dimiliki sekolah

Dalam proses pembuatan keputusan Pada Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang, kepala sekolah selalu mengumpulkan pendidik dan tenaga kependidikan dalam rapat kecil terlebih dahulu untuk menyatukan pendapat. Setelah itu kepala sekolah bersama pendidik dan tenaga kependidikan mengajak komite sekolah serta orangtua siswa untuk memutuskan langkah yang harus diambil dan persetujuan untuk peningkatan mutu sekolah.

Dalam menyusun visi sekolah bahkan dalam setiap kegiatan atau perencanaan apapun warga sekolah selalu dilibatkan dan berpartisipasi aktif seperti tenaga pendidik dan kependidikan serta komite sekolah pun ikut terlibat dalam menyatukan ide guna mencapai mufakat terhadap program atau kegiatan yang ingin dicapai baik itu berupa rapat kerja dadakan, bulanan ataupun tahunan untuk mengetahui seberapa jauh kemajuan sekolah

Gambaran nilai UTS dan UAS siswa tidak merata.Ada yang memiliki nilai kurang, pas, bahkan lebih. Disini peran guru sangat penting untuk membimbing siswanya untuk mampu memahami apa yang telah dipelajari agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang mempunyai program keikutsertaan dalam perlombaan setiap tahun, sekolah selalu mengikuti setiap perlombaan yang diadakan baik pada tingkat kecamatan, kabupaten maupun tingkat nasional. Perlombaan ini ditujukan untuk lebih mengembangkan minat serta bakat yang dimiliki siswa.

Prestasi siswa Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang dalam lomba-lomba akademik, seperti olimpiade matematika sangat membanggakan.Hal ini terbukti dengan lolosnya salah satu siswa Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang pada tingkat Nasional pada tahun 2015/2016 lalu.Tidak hanya itu, pada bidang olahragapun sangat membanggakan

meja.Masing-masing cabang olahraga tersebut telah lolos hingga tingkat kabupaten.Pada cabang bulu tangkis dan tenis meja ini yang menjadi andalan bagi Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang, sebab setiap tahunnya setiap perwakilan siswa telah lolos dalam tingkat kabupaten. Dalam bidang kesenian pun Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang memberikan perhatian khusus kepada siswanya untuk mampu mengembangkan apa yanga ia miliki.

Fungsi manejemen peseta didik secara umum adalah sebagai wahana bagi peseta pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin baik dari segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya, kebutuhan dan potensi lainnya dari peserta didik. Berkaitan dengan hal itu, kepala sekolah bekerja sama dengan pihak luar untuk menunjang potensi serta bakat siswa seperti bekerja sama dengan sanggar tari, klub bulu tangkis, dan sebagainya.

Untuk Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang sendiri, program keagamaan yang dilakukan oleh Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang lebih memfokuskan untuk menghadapi kegiatan Sapta lomba yang diadakan setiap tahun.Program keagamaan tersebut masuk ke dalam ekstrakurikuler sekolah dengan memfokuskan pada cabang sapta lomba.

Mutu proses dan mutu hasil belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu guru membuka pelajaran dengan ucapan salam, guru melakukan presensi siswa, guru melakukan pengelolaan kelas, serta guru menjelaskan materi pelajaran di kelas. Dalam praktiknya, setiap guru diwajibkan untuk membuat sendiri RPP sebelum mengajar. Sebab pembuatan RPP berpengaruh pula dalam kinerja guru. Selain itu,kadang-kadang guru membuat sendiri penunjang pembelajaran secara mandiri sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran.

Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang setiap pendidik dan tenaga

(6)

pendidikan diwajibkan untuk melakukan pelatihan komputer secara mandiri baik itu melalui pelatihan formal maupun informal agar mampu memanfaatkan media elektronik, TV, video atau sumber lain tentang pembelajaran maupun perkembangan baru keilmuan.

Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Dalam penerapannya, guru/staff Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang aktif dalam evaluasi dan revisi yang masih menggunakan kurikulum KTSP yang disusun sesuai dengan terapan melalui workshop, dengan ketua komite dan gurusehingga sebelum disusun KTSP dibuat dulu SK Tim Pengembang. Tim Pengembang Sekolah dibentuk berdasarkan EDS (evaluasi diri sekolah) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan sekolah yang kemudian dituangkan dalam KTSP. Setelah itu, tahap selanjutnya kepala sekolah membuat SK Tim Penyusun KTSP.

Manajemen keuangan merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang perencanaan, pemeriksaan, penganggaran, pengelolaan, pencarian, pengendalian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan tujuan menyeluruh.Dana yang didapat untuk Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang selain dari dana bos yang sesuai dengan kebutuhan, itupun tidak lepas dari konsolidasi dan hasil musyawarah bersama ketua komite. Fungsi komite sebagai budgeting akan berjalan sebagai penentu anggaran. Bantuan yang didapat untuk sekolahbukan berupa uang, tetapi barang guna menunjang sarana prasarana sekolah yang kurang. Jika dana bos yang telah diberikan pemerintah masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana

sekolah hanya menawarkan kebutuhan yang dibutuhkan saja yang diawali dari diskusi kecil dengan para guru jika sudah fix, maka sekolah akan memanggil orangtua siswa dan komite untuk menggalang dana. Dalam hal sarana prasarana ada yang langsung diberikan dari pemerintah ada pula dari orangtua melalui komite. Namun untuk pembangunan sekolah yang membutuhkan dana yang cukup besar, maka pihak sekolah akan meminta bantuan pada pemerintah.

V. KESIMPULAN

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi yang lebih luas kepad sekolah dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha dan sebagainya) untuk meningkatkan mutu sekolah yang sesuai dengan kebbijakan pendidikan Nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam meningkatkan mutu sekolah, kepala sekolah memiliki perencanaan terutama dalam peningkatan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan keprofesionalan guru, serta peningkatan pengembangan minat dan bakat siswa.

Fungsi manejemen peseta didik secara umum adalah sebagai wahana bagi peseta pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin baik dari segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya, kebutuhan dan potensi lainnya dari peserta didik.

Mutu proses dan mutu hasil belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu guru membuka pelajaran dengan ucapan salam, guru melakukan presensi siswa, guru melakukan pengelolaan kelas, serta guru menjelaskan materi pelajaran di kelas. Dalam praktiknya, setiap guru diwajibkan untuk membuat sendiri RPP sebelum mengajar. Sebab

(7)

guru. Selain itu,kadang-kadang guru membuat sendiri penunjang pembelajaran secara mandiri sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran.

Visi misi dan tujuan yang dikembangkan di Sekolah Dasar Pedesaan di Kabupaten Sumedang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan bakat siswa untuk mengembangkannya.

REFERENSI

Depdiknas. (2001). MPMBS Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Farisy.(2009). MBS dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bagian I). 01 (//farisyalwan.blogspot.co.id/2009/08/mbs-

dan-peningkatan-mutu-pendidikan-bag.html).01 Maret 2017

Fathurrohman, Muhammad. (2013). Manejemen Peningkatan Mutu. Bandung: Rosdakarya

Makawimbang. (2011). Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa. (2005). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

PROFIL PENULIS Cucun Sunaengsih

Unit Kerja : UPI Kampus Sumedang

Alamat Rumah: Jln. Wangunsari No. 06 Lembang Bandung 40391

Riwayat Pekerjaan: UPI Kampus Sumedang 2015-Sekarang

Riwayat Pendidikan: S1 Jurusan Administrasi FIP Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

S2 Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Helina Apriyani, memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Pendidikan

Indonesia Bandung tahun 2008. Kemudian tahun

dari Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor. Saat ini sebagai Staf Pengajar program studi Manajemen Informatika AMIK BSI Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

unsur kebahasaan dan struktur dalam teks terkait topik keluarga ( la vie familiale ) dan kehidupan sehari-hari ( la vie quotidienne ) yang sesuai konteks penggunaannya.. 3

41 Pengurusan Badan Beruniform dan Kelab/Persatuan MBK  Tiada perancangan  Murid berkeperluan khas tidak terlibat dalam aktiviti kokurikulum  Jawatankuasa Program

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja di Kabupaten Mamuju tentang perilaku seks pranikah tergolong baik, hal ini ditunjukkan dengan jumlah

Pertumbuhan karang keras di perairan Teluk Manado cukup baik dan beranekaragam jenis dengan nilai rerata persentase tutupan diperkirakan sekitar 45-50% berdasarkan hasil visual

2. Sebuah prosedur langkah demi langkah yang pasti untuk menyelesaikan sebuah masalah disebut : a. Proses b. Program c. Algoritma d. Prosesor e.

Setelah itu dilakukan seleksi kultur bakteri, seleksi ini dilakukan dengan cara inokulasi kultur bakteri sampel dalam media seleksi padat yang mengandung HgCl 2 dengan konsentrasi

Perdebatan tentang manakah fungsi ilmu itu lebih penting untuk dibahas dalam konteks individual ilmuwan, tetapi baik Popper dan Kuhn jelas kehilangan solusi: kedua fungsi bekerja

Sifat kuantitatif yang diamati yaitu: (1) Panjang badan, diukur dari jarak garis lurus dari tepi tulang processus spinocus pertama sampai benjolan tulang tapis