• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI MIE TEPUNG DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI MIE TEPUNG DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIP SI

OLEH

ROZY SASTRA NIM : 08C20101065

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULAB OH, ACEH B ARAT

(2)

DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIP SI

OLEH

ROZY SASTRA NIM : 08C20101065

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULAB OH, ACEH B ARAT

(3)

1.1. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097,04 km2 atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai kesisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan pa njang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan luas wilayah Kabupaten Aceh Barat menjadi 2.927,95 km2.

Kabupaten Aceh Barat memiliki 12 Kecamatan, salah satunya Kecamatan Johan Pahlawan yang merupakan Kecamatan yang terletak ditengah kota yaitu kota Meulaboh. Kecamatan Johan Pahlawan merupakan pusat perdagangan Kabupaten Aceh Barat yang memiliki beberapa industri salah satunya adalah mie tepung. Usaha mie tepung yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan berjalan dengan lancar, karena kebutuhan mie tepung ini sangat penting bagi pengusaha yang membuat mie dan berbagai jenis panganan lainnya.

Pengusaha mie yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan berjumlah 5 (lima) dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 1

Nama Pengusaha Mie dan Alamat

No Nama Pengusaha Alamat

1 Jaludi Jl.Daud Dariyah II Desa Ujong Baroh 2 Sri Dwi Friwarti, MH Jl.T.Chik Ali Akbar Desa Ujong Kalak 3 Aisyah Jl.T.Chik Ali Akbar Desa Ujong Kalak 4 Buchary Jl.T.Chik Ali Akbar Desa Ujong Kalak 5 Zulkifli Jl.Komplek Bina Usaha Desa Ujong baroh Sumber: Dinas Perindustrian Kabupaten Aceh Barat (2012)

(4)

Pengusaha mie ini sama-sama bergerak dibidang pengolahan mie yang mana memiliki jumlah pelanggan yang berbeda-beda. Pada intinya lokasi usaha mie tersebut berada disekitar pasar bina usaha yang merupakan pusat pasar terbesar di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Banyaknya pengusaha mie yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan tidak terlepas dari banyaknya warung-warung kopi atau kafe-kafe yang terletak ditempat-tempat rekreasi atau ditaman kota. Semakin banyaknya usaha semakin besar pula persaingan yang akan dihadapi oleh tiap-tiap usaha. Apabila usaha mie ini mampu bersaing maka usaha mie ini bisa dikatakan sukses tapi apabila tidak mampu bersaing maka sudah pasti usaha ini akan bangkrut.

Para usaha mie membuka usaha mie ini dengan tujuan untuk memperoleh laba dan pendapatan yang menguntungkan. Sebuah usaha yang akan dijalankan perlu perlengkapan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor guna untuk mempermudah jalannya usaha mie tersebut. Faktor- faktor yang digunakan dalam menjalankan sebuah usaha mie terdiri dari lokasi, bangunan, modal, tenaga kerja dan bahan baku. Apabila dari faktor tersebut sudah terpenuhi, maka usaha mie tersebut akan berjalan dengan baik serta bagaimana cara menjalankannya.

Faktor modal, bahan baku dan tenaga kerja adalah faktor- faktor yang mempengaruhi produksi mie tepung. Semakin besar modal maka akan semakin besar dalam membeli bahan baku mie sehingga hasil produksi yang diperoleh juga akan semakin besar.

Faktor bahan baku akan mempengaruhi produksi mie karena bahan baku merupakan kunci utama dalam proses usaha mie tersebut, sehingga bahan baku yang digunakan dapat menentukan besar atau kecilnya hasil produksi mie.

(5)

Semakin bagus bahan baku yang digunakan akan lebih banyak kemungkinan untuk memperoleh hasil produksi usaha mie yang lebih menguntungkan dan tentunya akan memberikan kemajuan yang lebih besar terhadap usaha mie tersebut.

Faktor tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi karena apapun yang akan dikerjakan sudah pasti membutuhkan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang paham akan pengolahan mie tepung maka akan semakin besar pula hasil produksi yang diperoleh.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Mie Tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar faktor- faktor yang mempengaruhi produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat?

1.3 . Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor- faktor yang mempengaruhi produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

(6)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan diatas, maka manfaat teoritis adalah sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Manfaat bagi penulis adalah untuk menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori yang telah dipelajari dengan fakta ya ng terjadi di lapangan.

b. Bagi Lingkungan Akademik

Manfaat bagi lingkungan akademik adalah hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah bahan bacaan dan literatur bagi yang ingin mendalami masalah industri.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Bagi Pemda (Pemerintah Daerah) yakni diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan pihak lain agar memperhatikan usaha industri mie tepung. b. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Perindustrian Kabupaten Aceh Barat untuk lebih memperhatikan peningkatan hasil industri mie tepung di wilayah Kabupaten Aceh Barat khususnya Kecamatan Johan Pahlawan.

1.5. Sistematika Pe mbahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah bagian pertama pendahuluan yang berisi tentang pokok-pokok pembahasan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

(7)

Bagian kedua tinjauan pustaka yang meliputi pengertian produksi usaha mie tepung, faktor- faktor yang mempengaruhi produksi usaha mie tepung da n perumusan hipotesis.

Bagian ketiga metode penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel, data penelitian, model analisis data, defenisi operasional variabel, dan pengujian hipotesis.

Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari statistik deskriptif variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis, analisis hasil akhir, analisis koefisien korelasi, analisis koefisien determinasi, uji regresi linier berganda, uji signifikan parsial (uji t).

Bagian kelima simpulan dan saran yang berisi tentang simpulan penelitian dan saran penulis.

(8)

2.1. Produksi

2.1.1. Pengertian Produksi

Produksi merupakan suatu proses pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi dan siap untuk dipasarkan. Dalam bahasa Inggris, faktor produksi disebut dengan input dimana jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Menurut Gregory (2000, h.42) menjelaskan bahwa faktor produksi merupakan input yang digunakan dalam menghasilkan barang dan jasa.

Selanjutnya menurut Richard dalam Rosyidi (2006, h.55) menjelaskan bahwa produksi yaitu setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang. Dimana produksi tersebut tidak akan dapat dilakukan kalau tidak adanya bahan-bahan yang memungkinkan dilakukannya proses produksi.

Kemudian Soeharno (2007, h. 113) menjelaskan bahwa produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor- faktor produksi yaitu capital, tenaga kerja, teknologi dan skill. Selanjutnya Rosyidi (2000, h. 251) mengatakan bahwa produksi adalah penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu dilokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu.

Lebih jauh lagi menurut Rosyidi (2009, h. 54) Bagi kebanyakan orang, produksi diartikan sebagai kegiatan didalam pabrik atau barang kali juga kegiatan di lapangan pertanian, dengan mudah kita katakan bahwa produksi adalah setiap

(9)

usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Produksi tentu saja tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan-bahan yang memungkinkan untuk proses produksi itu sendiri.

faktor produksi merupakan sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awa lnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible (dapat diraba), baik langsung dari alam maupun tidak yang digunakan oleh perusahaan yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini. Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja ( labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources), (http://id.wikipedia.org/wiki/Faktor produksi diakses 28 Maret 2013).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa produksi merupakan suatu proses atau kegiatan ekonomi yang mengubah dari input menjadi output dengan pemanfaatan beberapa faktor produksi.

2.1.2. Fungsi Produksi

Menurut Sukirno (2009, h.204) konsep yang dapat didefinisikan dalam dua pengertian, yaitu:

a. Hubungan diantara tingkat produksi yang dapat dicapai dengan faktor- faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan tingkat produksi tersebut.

(10)

b. Suatu kurva yang menunjukkan tingkat produksi yang dicapai dengan berbagai jumlah tenaga kerja yang digunakan.

2.2. Modal

2.2.1. Pengertian Modal

Modal merupakan faktor yang sangat penting digunakan dalam melakukan proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat-alat yang efisien. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antar modal sendiri dengan modal pinjaman karena semua berperan dalam proses produksi. Intinya adalah apapun yang akan kita lakukan memerlukan modal, karena modal dapat memperlancar semua kegiatan salah satunya dalam proses produksi.

Menurut Kasmir (2009, h. 83) menjelaskan bahwa modal merupakan biaya untuk pendirian perusahaan mulai dari persiapan yang diperlukan sampai perusahaan tersebut berdiri. Kemudian menurut Noor (2007, h. 344) memberikan pengertian tentang modal (pendanaan) adalah pemenuhan kebutuhan dana untuk kebutuhan bisnis yang biasanya sudah dihitung dalam studi kelayakan.

Selanjutnya menurut Anoraga (2007, h. 198) sumber dana perusahaan (modal) dibagi menjadi dua yaitu :

1. Sumber dana dari dalam perusahaan itu sendiri meliputi : a. Penggunaan laba perusahaan

b. Penggunaan cadangan

c. Penggunaan laba yang tidak di bagi 2. Sumber dana dari luar perusahaan meliputi :

a. Dari pihak pemilik dalam bentuk saham

(11)

Lebih jauh lagi menurut Rosyidi (2009, h. 58) pengertian capital (modal) semacam itu sebenarnya hanyalah merupakan salah satu saja dari pengertian modal seluruhnya, sebagai mana yang sering dipergunakan oleh para ahli ekonomi. Sebab, modal juga mencakup arti uang yang tersedia didalam perusahaan untuk membeli mesin- mesin serta faktor produksi lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa modal merupakan dana awal yang paling penting dalam sebuah usaha baik itu sebagai dana untuk mendirikan usaha maupun sebagai dana untuk memenuhi kebutuhan dalam usaha.

2.2.2. Kelebihan dan Kekurangan Modal

Kasmir (2009, h.89-91) menurutnya kelebihan dan kekurangan masing-masing modal adalah sebagai berikut:

a. Modal Sendiri

Kelebihan modal sendiri :

1. Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban perusahaan.

2. Tidak tergantung kepada pihak lain, artinya perolehan dana di peroleh dari setoran pemilik modal.

3. Tanpa memerlukan persyaratan yang rumit jika mau mengalihkan kepihak lain. Kekurangan modal sendiri :

1. Jumlahnya terbatas, artinya untuk memproleh jumlah tertentu sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif terbatas.

(12)

2. Perolehan dari modal sendiri dalam jumlah tertentu dan calon pemilik baru (calon memegang saham baru) relatif lebih sulit karena mereka akan mempertimbangkan kinerja dan prospek usahanya.

b. Modal Pinjaman

Kelebihan modal pinjaman

1. Jumlahnya tidak terbatas, artinya perusahaan dapat mengajukan modal pinjaman ke berbagai sumber. Selama perusahaan dikatakan layak, perolehan dana tidak terlalu sulit. Banyak pihak berusaha menawarkan dananya keperusahaan yang dinilai memiliki prospek yang cerah.

2. Motivasi usaha yang tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari menggunakan modal sendiri. Jika menggunakan modal pinjaman, motivasi pemilik untuk memajukan usaha tinggi, hal ini disebabkan adanya beban bagi perusahaan untuk mengembalikan pinjaman, selain itu perusahaan juga berusaha menjaga

image dan kepercayaan pihak yang memberi pinjaman agar tidak tercemar.

Kekurangan modal pinjaman

1. Dikenakan berbagai biaya seperti bunga. Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lain sudah pasti disertai berbagai kewajiban untuk membayar jasa, seperti bunga, dan asuransi.

2. Modal pinjaman wajib dikembalikan dalam waktu yang telah disepakati. 3. Peusahaan yang mengalami kegagalan atau masalah yang mengakibatkan

kerugian akan berdampak pada pinjaman sehingga akan menjadi beban moral atas utang yang belum di bayar.

(13)

2.3. Bahan Baku

2.3.1. Pengertian Bahan Baku

Menurut Mulyadi (2005, h. 275) bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh. Selanjutnya menurut Kholmi (2003, h. 29) mengatakan bahwa bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian besar produk jadi, bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal impor atau hasil pengolahan sendiri.

Kemudian menurut Prawirosentono (2001, h. 61) menjelaskan bahwa bahan baku merupakan bahan utama dari suatu produk atau barang. Bahan baku meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk proses produksi.

Sebagaimana yang kita ketahui untuk memperoleh bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi, maka diperlukan pengorbanan uang untuk pembelian bahan baku tersebut. Pengorbanan inilah yang dinamakan dengan biaya. Biaya bahan baku adalah harga dari perolehan bahan baku yang dipakai dalam pengolahan produk.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa bahan baku merupakan bahan yang utama didalam melakukan proses produksi sampai menjadi barang jadi.

2.4. Tenaga Kerja

2.4.1. Pengertian Tenaga Kerja

Menurut Boediono dalam Zamrowi (2007, h.30) menjelaskan bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses

(14)

produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah.

Selanjutnya menurut Widjaja (2000, h.87) mendefinisikan tenaga kerja adalah semua golongan yang bekerja atau dengan istilah sekarang golongan karyawan baik yang bekerja pada pemerintah maupun yang bekerja pada swasta. Kemudian menurut Sukirno (2006, h.29) menya takan tenaga kerja bukan saja berarti jumlah penduduk yang dapat digunakan dalam proses produksi, tetapi termasuk kemahiran-kemahiran yang mereka miliki.

Selanjutnya Nanga (2005, h.249) Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting, bukan hanya perannya tetapi juga menyangkut kesejahteraan masyarakat.

Menurut Anoraga (2007, h.231) yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah “Seseorang yang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang yang berharap bahwa aktifitas kerja yang dilakukannya akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan diri keadaan sebelumnya. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan yang lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan pada sewaktu-waktu mampu bekerja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhi”.

Lebih jauh lagi menurut Hasibuan (2009, h.8) Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja, sedang mencari kerja dan yang mencari kerja serta yang mencari kerja lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Lebih

(15)

lanjut Hasibuan menjelaskan bahwa di Indonesia yang dimaksud tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih. Indonesia tidak mengenal umur maksimum, alasannya Indonesia belum mempunyai jaminan negeri dan pegawai swasta. Pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan mereka sehari- hari. O leh sebab itu mereka yang telah mencapai usia pensiun biasanya tetap masih harus bekerja.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa tenaga kerja adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan yang mana pada akhirnya mendapatkan imbalan atau upah.

2.5. Teknologi

2.5.1. Pengertian Teknologi

Menurut Daniel (2004, h. 144) bila terjadi perubahan atau peningkatan pada teknologi dalam proses produksi, maka akan terjadi perubahan pada produksi yang cenderung meningkat pula serta penggunaan teknologi baru tersebut tentu menuntut perubahan pada biaya produksi yang biasanya relatif lebih tinggi. Disamping itu, beban resiko dan ketidakpastian juga relatif lebih tinggi karena memerlukan keterampilan khusus. Bila produksi meningkat karena perubahan teknologi berarti penawaran pun akan meningkat.

Selanjutnya menurut Robbins (2002, h. 235) istilah teknologi adalah mengarah kepada bagaimana sebuah organisasi mentransfer input menjadi output. Setiap organisasi sekurang-kurangnya memiliki satu teknologi untuk mengubah sumber daya keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya fisik menjadi produk dan jasa.

(16)

Kemudian menurut Anoraga (2007, h. 350) mengatakan bahwa perkembangan teknologi mendapat prioritas yang tinggi berdasarkan pada 3 (tiga) tujuan yaitu :

a. Meningkatkan impor teknologi baru.

b. Mengembangkan landasannya sendiri untuk kegiatan riset dimasa depan. c. Berusaha tidak membayar terlalu banyak untuk kedua hal tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa teknologi merupakan suatu alat untuk mempermudah pekerjaan dan mempercepat suatu proses produksi.

2.6. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan diduga bahwa “modal, bahan baku, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

(17)

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi yang diambil didalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha mie tepung yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sebanyak 5 (lima) usaha yaitu Aneka mie, Arema, Mutiara, Mulia mie dan Usaha mie.

Selanjutnya yang akan menjadi sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi usaha mie tepung mengingat bahwa jumlah populasi sangat sedikit, maka penulis menggunakan sampel samp ling jenuh, yaitu jumlah keseluruhan populasi dijadikan sampel sebanyak 5 (lima) usaha mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat selama 12 bulan dalam 1 (satu) tahun yang dihitung setiap bulan.

3.2. Data Penelitian

3.2.1. Jenis dan Sumbe r Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Data Primer

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sumber data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pemilik usaha mie tepung yang terpilih sebagai sampel didasarkan pada kuisioner yang telah dipersiapkan.

(18)

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penelitian yang dipe roleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data ini bersumber dari instansi atau lembaga yang terkait dalam penelitian ini, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Aceh Barat.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Studi Pustaka (library research)

Yaitu : metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara membaca buku-buku dan literatur lainnya yang diperlukan.

b. Penelitian Lapangan (field research)

Yaitu : peneliti mendatangi pemilik usaha mie tepung. Data lapangan dikumpulkan secara langsung dengan cara mengisi kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengumpulan data diadakan. Data lapangan tersebut dilakukan dengan teknik pengamatan, penelitian langsung ke lapangan dan wawancara.

3.3. Model Analisis Data

Untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan fungsi produksi Cobb Douglas. Analisis regresi linear berganda adalah analisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua, untuk mempermudah dan mengurangi kesalahan secara manual, pengolahan data dalam analisis ini menggunakan program SPSS versi 19.0.

(19)

a. Analisis Regresi Berganda

Menurut Yuwono (2005, h.65) persamaan nonlinier fungsi produksi dengan menggunakan rumus Cobb Douglas dituliskan sebagai berikut:

Q = α.Kβ1.Lβ2 ... (1) Dimana:

Q = Variabel terikat (jumlah produksi mie tepung) K = Variabel bebas (modal)

B = Variabel bebas (bahan baku) L = Variabel bebas (tenaga kerja) α = Koefisien Regresi

β1= Koefisien modal β2= Koefisien bahan baku β3= Koefisien tenaga kerja

Ditransformasikan kedalam bentuk linier yang ditulis sebagai berikut: Ln Q = Ln α + β1 Ln K + β2 LnB + β3 LnL ... (2) a. Analisis Korelasi

Korelasi linier berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan yang terjadi antara variabel terikat (Y) dan beberapa variabel bebas (X1, X2... Xn) yaitu: 1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi berganda, disimbolkan dengan R2 merupakan ukuran kesesuaian garis regresi linier berganda terhadap suatu data.

(20)

2. Koefisien Korelasi (R)

Menurut Syakhiruddin (2008, h.263) Koefisien korelasi merupakan suatu koefisien yang menjelaskan keeratan hubungan keterkaitan antara variabel bebas (X) dengan variabel tak bebas (Y).

3. Koefisien Korelasi Parsial

Koefisien Korelasi Parsial merupakan koefisien dua variabel, jika variabel lainnya konstan.

4. Koefisien Determinasi Parsial

Koefisien Determinasi Parsial ini dapat menghitung besarnya sumbangan satu variabel bebas terhadap variasi (naik turunnya) nilai variabel terikat, jika variabel bebas lainnya dianggap konstan.

b. Uji t

Menurut Syakhiruddin (2008, h.267) uji signifikasi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel bebas (modal, bahan baku dan tenaga kerja) terhadap variabel terikat (produksi mie tepung) secara individual.

c. Uji F

Menurut Sarwoko (2005, h.72) uji F adalah suatu cara menguji hipotesis nol yang melibatkan lebih dari satu koefisien; cara bekerjanya adalah dengan menentukan apakah kecocokan (the overall fit) dari sebuah persamaan regresi berkurang secara signifikan dengan membatasi persamaan tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap hipotesis nol.

(21)

3.4. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel- variabel utama pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi nasing- masing variabel sebagai berikut :

a. Produksi mie tepung (Q) adalah hasil akhir yang diperoleh dari sebuah proses produksi di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang diukur dalam satuan kilogram (kg).

b. Modal (K) adalah jumlah dana yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang diukur dalam satuan ribuan rupiah (Rp. 000).

c. Bahan baku (B) adalah input atau bahan dasar yang dibutuhkan dalam mengelola usaha mie tepung Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

d. Tenaga kerja (L) adalah setiap orang yang bekerja pada usaha produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang diukur dalam satuan jam kerja.

3.5. Pengujian Hipotesis

Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. H0 ; β ≤ 1, diduga bahwa modal, bahan baku dan tenaga kerja yang diteliti secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang nyata terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

(22)

b. H1 ; β > 1, diduga bahwa modal, bahan baku dan tenaga kerja yang diteliti secara bersama-sama terdapat pengaruh yang nyata terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Kriteria uji-t, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

a. Apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak H1 diterima, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang nyata antara modal, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

b. Apabila thitung < ttabel maka H0 diterima H1 ditolak, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang nyata antara modal, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Kriteria uji-F, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

a. Apabila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak H1 diterima, artinya secara bersamaan terdapat pengaruh yang nyata antara modal, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

b. Apabila Fhitung < Ftabel maka H0 diterima H1 ditolak, artinya secara bersamaan tidak terdapat pengaruh yang nyata antara modal, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

(23)

4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Aceh, dengan letak geografisnya di 0461’-0447’ lintang utara dan antara 95-8630 bujur timur secara keseluruhan memiliki luas wilayah 2.442 km terbagi menjadi 12 Kecamatan dan 282 desa. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie di sebelah utara, Samudera Hindia dan Kabupaten Nagan Raya di sebelah selatan, Samudera Indonesia di sebelah barat, Kabupaten Aceh tengah dan Kabupaten Nagan Raya di sebelah timur.

Produksi mie tepung merupakan sektor industri kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Aceh Barat khususnya di Kecamatan Johan Pahlawan. Potensi yang dimiliki oleh sektor industri kecil berkaitan dengan kemampuannya dalam hal penyerapan tenaga kerja yang terampil, namun berpendidikan rendah serta dapat dijadikan wadah untuk menyalurkan keahlian dan kecakapan. Selain itu pula, dalam melakukan suatu usaha yang produktif sangat diperlukan pula adanya modal dan bahan baku yang tercukupi dalam pengembangan suatu usaha, sehingga perkembangan dalam memproduksi mie tepung sangat mudah dikembangkan. Berikut perkembangan modal, tenaga kerja, dan tingkat produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat:

(24)

Tabel 2

Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan Tingkat Produksi Mie Tepung di Kecamatan Johan Pahlawan

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012 No Nama Usaha Bulan Produksi (Kg) Modal (Rp) Bahan baku (Rp) TK (Jam kerja) 1 Arema Januari 12.000 15.822 16.333 248 Februari 12.800 15.978 15.796 224 Maret 13.000 16.450 16.045 248 April 13.500 16.482 15.319 240 Mei 13.250 16.450 16.640 248 Juni 13.500 16.503 15.725 240 Juli 13.900 16.556 16.045 248 Agustus 13.000 16.405 16.199 248 September 14.000 14.316 16.300 240 Oktober 14.500 16.687 16.110 248 November 14.300 16.581 16.166 240 Desember 13.900 16.556 16.125 248 2 Usaha mie Januari 5.000 16.556 15.640 217 Februari 5.700 16.584 15.318 196 Maret 6.000 16.721 15.416 217 April 6.500 16.738 15.285 210 Mei 6.250 16.818 17.607 217 Juni 7.500 16.845 15.214 210 Juli 7.800 16.920 15.224 217 Agustus 7.000 16.892 15.209 217 September 8.250 16.929 15.137 210 Oktober 8.000 17.013 15.385 217 November 7.250 16.929 15.319 210 Desember 7.500 17.001 15.385 217 3 Mutiara Januari 6.000 16.888 14.946 217 Februari 6.600 17.005 15.285 196 Maret 7.000 17.069 16.333 217 April 7.500 17.111 16.166 210 Mei 7.250 17.070 16.045 217 Juni 7.500 17.111 16.235 210 Juli 7.700 17.206 16.281 217 Agustus 7.000 17.069 16.045 217 September 8.500 17.259 16.300 210 Oktober 8.000 17.220 16.307 217 November 8.200 17.229 16.418 210 Desember 7.900 17.213 15.863 217 4 Mulia Januari 1.500 15.640 14.946 186 Februari 1.800 15.796 14.914 168 Maret 2.000 16.199 15.506 186

(25)

April 2.500 16.300 15.352 180 Mei 2.300 16.255 15.318 186 Juni 2.600 16.249 15.384 180 Juli 2.800 16.333 15.477 186 Agustus 2.000 16.110 15.129 186 September 3.500 16.418 15.214 180 Oktober 3.000 16.333 15.209 186 November 3.250 16.372 15.285 180 Desember 3.000 16.357 15.268 186 5 Aneka Januari 2.000 15.863 15.352 186 Februari 1.500 16.215 15.573 168 Maret 2.500 16.199 15.757 186 April 2.300 16.300 16.012 180 Mei 2.700 16.255 15.863 186 Juni 2.500 16.077 15.850 180 Juli 2.200 15.976 15.940 186 Agustus 2.700 16.199 16.045 186 September 3.500 16.137 16.108 180 Oktober 3.250 16.011 16.045 186 November 3.000 16.012 15.978 180 Desember 2.800 15.863 15.902 186

Sumber : Data Prime r (Data Dio lah Agustus 2013)

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sangat bervariasi dan berfluktuasi. Tingkat produksi pada masing- masing unit usaha tampak terlihat bahwa dengan tingkat produksi tertinggi terjadi pada usaha Arema yang mencapai 14.500 kg dan terendah hanya mencapai 12.000 kg.

Selanjutnya pada Usaha Mie dengan tingkat produksi tertinggi mencapai 8.250 kg dan terendah mencapai 5.000 kg. Kemudian pada usaha Mutiara dengan tingkat produksi tertinggi mencapai 8.500 kg dan produksi terendah mencapai 6.000 kg. Disusul pada usaha Mulia yang telah memproduksi hingga mencapai 3.500 kg dengan produksi tertinggi dan terendah hanya 1.500 kg, serta pada usaha Aneka dengan tingkat produksi tertinggi 3.500 kg dan terendah sebesar 1.500 kg.

(26)

4.2. Hasil Pengujian Hipotesis

Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh modal, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi mie tepung di Kabupaten Aceh Barat yang akan dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas yang akan diolah melalui Program Statistik SPSS versi 19.0. Hasil akhir yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Standar Deviasi Rata-Rata dan Observasi

No. Variabel Rata-Rata Standar Deviasi Observasi 1. 2. 3. 4. Produksi Modal Bahan Baku Tenaga Kerja 8.575952424 9.710264867 9.663657105 5.326681409 .6888498217 .0320521719 .0320343503 .1118806249 60 60 60 60 Sumber: Hasil Regresi (Data Dio lah Agustus 2013)

Berdasarkan tabel 3 di atas penulis dapat menjelaskan bahwa rata-rata produksi mie tepung (Q) di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Selama kurun waktu 2012 adalah 8,575952424 dengan standar deviasi 0,6888498217, sedangkan rata-rata modal (K) adalah 9,710264867 dengan standar deviasi 0,0320521719. Kemudian untuk rata-rata bahan baku (B) adalah 9,663657105 dengan standar deviasi sebesar 0,0320343503 dan untuk rata-rata variabel tenaga kerja (L) adalah 5,326681409 dengan standar deviasi adalah 0,1118806249 serta N menyatakan jumlah observasi yang diteliti sebesar 60.

(27)

4.3. Hasil Akhir

4.3.1. Uji Regresi Linie r Berganda

Tabel 4

Regresi Linier Berganda Model Unstandarized Coefficients

Standartdized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) Modal Bahan Baku Tenaga Kerja -49.830 2.624 .353 5.541 13.087 .962 1.018 .301 .122 .016 .900 Sumber: Hasil Regresi (Data Dio lah Agustus 2013)

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4 di atas maka diperoleh persamaan regresi linier berganda akhir estimasi sebagai berikut:

Ln Q = ln α + β1 Ln K + β2 Ln B + β2 Ln L

Q = -49,830 + 2,624 Ln K + 0,353 Ln B + 5,541 Ln L

Persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Konstanta

Berdasarkan hasil regresi berganda di atas diperoleh bahwa nilai konstanta (α) yaitu sebesar -49,830. Nilai konstanta ini menyatakan apabila semua variabel bebas (modal, bahan baku dan tenaga kerja) sama dengan nol, maka produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sebesar -49,830. b. Koefisien Regresi Variabel Modal (K)

Berdasarkan hasil regresi berganda tersebut diperoleh bahwa koefisien regresi variabel modal (K) adalah sebesar 2,624. Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan modal (K) sebesar 1 persen, maka produksi mie tepung (Q) akan mengalami kenaikan sebesar 2,624 persen.

(28)

c. Koefisien Regresi Variabel Bahan Baku (B)

Berdasarkan hasil regresi berganda tersebut diperoleh bahwa koefisien regresi variabel bahan baku (B) adalah sebesar 0,353. Berarti bahwa setiap kenaikan bahan baku (B) sebesar 1 persen, maka produksi mie tepung (Q) akan mengalami kenaikan sebesar 0,353 persen.

d. Koefisien regresi Variabel Tenaga Kerja (L)

Berdasarkan hasil regresi berganda tersebut diperoleh bahwa koefisien regresi variabel tenaga kerja (L) adalah sebesar 5,541. Berarti bahwa setiap kenaikan tenaga kerja (L) sebesar 1 persen, maka produksi mie tepung (Q) akan mengalami kenaikan sebesar 5,541 persen.

4.3.2. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi

Hal ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui keeratan serta arah hubungan antara modal, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi mie tepung di Kabupaten Aceh Barat.

Tabel 5

Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi No

. Variabel Produksi Modal

Bahan Baku Tenaga Kerja 1. Pearson Correlation a. Produksi b. Modal c. Bahan Baku d. Tenaga Kerja 1.000 .362 .397 .939 .362 1.000 .085 .265 .397 .085 1.000 .411 .939 .265 .411 1.000 2. Model a. Koefesien Korelasi (R) b. Koefesien Determinasi Adjusted c. Koefesien Determinasi (R2) .946 .890 .896 Sumber: Hasil Regresi (Data Dio lah Agustus 2013)

Berdasarkan tabel 6 di atas penulis dapat menjelaskan bahwa Koefesien korelasi variabel bebas (modal, bahan baku dan tenaga kerja) diperoleh R = 0,946

(29)

secara positif menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara modal (K), bahan baku (B) dan tenaga kerja (L) terhadap produksi mie tepung (Q) dengan keeratan hubungan 94,6 persen.

Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh jumlah modal (K), bahan baku (B) dan tenaga kerja (L) terhadap produksi mie tepung (Q) di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupate n Aceh Barat. Adapun koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

Koefisien determinasi = r2 x 100% Koefisien determinasi = (0,946)2x 100% Koefisien determinasi = 89,6 %

Berdasarkan perhitungan di atas penulis dapat menjelaskan bahwa nilai koefesien determinasi adjusted bernilai 89,0 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas (modal, bahan baku dan tenaga kerja) memberi sumbangan sebesar 89,0 persen terhadap variabel terikat (produksi mie tepung), sedangkan sisanya sebesar 11 persen ini dipengaruhi oleh variabel yang terdapat diluar model regresi penelitian ini.

4.3.3. Uji t (Uji Parsial/individual)

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel bebas modal (K), bahan baku (B) dan tenaga kerja (L) terhadap variabel terikat produksi mie tepung (Q) secara individual dengan tingkat kepercayaan (level of confidence 95 persen) pada taraf nyata (α) = 0,05 yaitu:

(30)

Tabel 6

Hasil Perhitungan N ilai t-hitung

Model Unstandardized Coefficients Stan dard ized Coef ficie nts t Sig. 95,0% Confidence Interval for b B Std.Err or Beta Lower Bound Upper Boun d 1 (Constant) Modal BahanBaku TenagaKerja -49.830 2.624 .353 5.541 13.087 .962 1.018 .301 .122 .016 .900 -3.808 2.728 .347 18.398 .000 .008 .730 .000 -76.047 .697 -1.686 4.938 -23.614 4.551 2.392 6.144 Sumber: Hasil Regresi (Data Dio lah Agustus 2013)

Berdasarkan tabel 6 tersebut nilai thitung dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Modal (K)

Berdasarkan tabel di atas telah terlihat bahwa untuk variabel modal dengan nilai t-hitung sebesar 2,728 lebih besar dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya bahwa secara parsial variabel modal terhadap produksi mie tepung adalah elastis di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

b. Bahan Baku (B)

Berdasarkan tabel di atas telah terlihat bahwa untuk variabel bahan baku dengan nilai t-hitung sebesar 0,347 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya bahwa secara parsial variabel bahan baku terhadap produksi mie tepung adalah in-elastis di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku yang dimiliki pemilik usaha mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sangat tidak membantu dan masih kurang optimal dalam penggunaannya.

(31)

c. Tenaga Kerja (L)

Berdasarkan tabel di atas telah terlihat bahwa untuk variabel tenaga kerja dengan nilai t-hitung sebesar 18,398 lebih besar dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya bahwa secara parsial variabel tenaga kerja terhadap produksi mie tepung adalah elastis di Kabupaten Aceh Barat.

4.3.4. Uji F (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk menguji semua variabel bebas yaitu modal (K), bahan baku (B) dan tenaga kerja (L) secara bersama-sama terhadap variabel terikat yaitu produksi mie tepung (Q). Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 7 Hasil Regresi uji F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression Residual Total 25.079 2.918 27.996 3 56 59 8.360 .052 160.440 .000a

Sumber: Hasil Regresi (Data Diolah Agustus 2013)

Berdasarkan tabel 8 tersebut nilai F-hitung sebesar 160,440 lebih besar dari F-tabel sebesar 2,604 pada tingkat nyata α = 0,05 (derajat signifikan), maka variabel modal, bahan baku dan tenaga kerja secara simultan (bersama-sama) elastis terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

(32)

5.1. Simpulan

Berdasarkan dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu di Kabupaten Aceh Barat dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi produksi mie tepung adalah elastis di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Hal ini berdasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence interval 95%) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tingkat rata-rata produksi mie tepung di tahun 2012 di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sebesar 8,575952424, untuk modal (K) nilai rata-rata sebesar 9,710264867, untuk bahan baku (B) nilai rata-rata sebesar 9,663657105 dan untuk tenaga kerja (L) nilai rata-rata sebesar 5,326681409 dengan jumlah observasi sebesar 60.

b. Koefesien korelasi variabel bebas dipero leh R = 0,946 persen secara signifikan menjelaskan terdapat hubungan antara modal (K), bahan baku (B) dan tenaga kerja (L) terhadap produksi mie tepung (Q) dengan keeratan hubungan 94,6 persen. Selanjutnya Koefesien determinasi adjusted menunjukkan bahwa produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat memperoleh nilai 89,0 persen, sedangkan sisanya sebesar 11 persen ini dipengaruhi oleh variabel yang terdapat diluar model regresi penelitian ini. c. Persamaan akhir diperoleh Q = -49,830 + 2,624 Ln K + 0,353 Ln B + 5,541 Ln

L dengan nilai konstanta sebesar -49,830. Nilai konstanta ini menyatakan apabila semua variabel bebas (modal, bahan baku dan tenaga kerja) sama

(33)

dengan nol, maka produksi mie tepung di Kabupaten Aceh Barat sebesar -49,830 persen.

d. Hasil yang diperoleh untuk variabel modal dengan nilai t-hitung sebesar 2,728 lebih besar dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya bahwa secara parsial variabel modal terhadap produksi mie tepung adalah elastis di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

e. Hasil yang diperoleh untuk variabel bahan baku dengan nilai t-hitung sebesar 0,347 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya bahwa secara parsial variabel bahan baku terhadap produksi mie tepung adalah in-elastis di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku yang dimiliki pemilik usaha mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sangat tidak membantu dan masih kurang optimal dalam penggunaannya.

f. kemudian untuk variabel tenaga kerja dengan nilai t-hitung sebesar 18,398 lebih besar dari t-tabel sebesar 1,645 yang artinya bahwa secara parsial variabel tenaga kerja terhadap produksi mie tepung adalah elastis di Kabupaten Aceh Barat. g. Berdasarkan uji hipotesis secara simultan (bersama-sama) menunjukkan bahwa

nilai F-hitung sebesar 160,440 lebih besar dari F-tabel sebesar 2,604 pada tingkat nyata α = 0,05 (derajat signifikan), maka variabel modal, bahan baku dan tenaga kerja secara simultan (bersama-sama) adalah elastis terhadap produksi mie tepung di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

5.2. Saran-Saran

Berdasarkan hasil analisis data, adapun beberapa saran untuk pihak-pihak terkait yang dapat disampaikan antara lain:

(34)

a. Pemerintah

Kepada Pemerintah agar dapat lebih meningkatkan home industry yang tersedia di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, khususnya pada pengembangan usaha mie tepung, yang mana akan membantu masyarakat didalam terciptanya lapangan pekerjaan, untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, s erta meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara merata.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penulis menyadari atas berbagai kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini, oleh karena itu beberapa saran yang dapat dipertimbangkan mengenai dengan judul dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Diharapkan agar dapat menambah jumlah penelitian yang akan dijadikan sampel penelitian, agar hasil yang diharapkan lebih terlihat signifikan.

2. Diharapkan agar dapat menambah beberapa variabel yang lebih berpengaruh terhadap produksi mie tepung.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji. 2007. Pengantar Bisnis Pengelolaan Bisnis dalam Era

Globalisasi. Rineka Cipta, Jakarta

Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara. Jakarta Gregory, N, Mankiw. 2000. Teori Makro Ekonomi. Ed 4. Erlangga. Jakarta

Hasibuan, SP. Melayu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta

Kasmir. 2009. Kewirausahaan. Ed.1-4. Rajawali. Jakarta

Kholmi, Masiyal. 2003. Definisi Bahan Baku. Diakses 15 April 2013, http://defenisi bahan baku. pdf

Mulyadi. 2005. Defenisi Bahan Baku. Diakses 15 April 2013, http://defenisi bahan baku. Pdf

Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi “Teori, Masalah dan Kebijakan”. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Noor, Faisal Henry. 2007. Ekonomi Manajerial. PT. Raja Grafindo, Jakarta

Prawirosentono, Suyadi. 2001. Definisi Bahan Baku. Diakses 15 April 2013, http://defenisi bahan baku. Pdf

Robbins, Stephan, P. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Erlangga. Jakarta

Rosyidi, Suherman. 2000. Pengantar Teori Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

--- 2006. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori

Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo. Jakarta

--- 2009. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori

Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo. Jakarta

(36)

Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi “Teori Pengantar”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

--- 2009. Makro Ekonomi “Teori Pengantar”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Syakhiruddin. 2008. Statistik Ekonomi. CV Perdana Mulya Sarana. Medan Widjaja. 2000. Manajemen Organisasi Bisnis. Ghalia Indonesia. Bogor Yuwono, Prapto. 2005. Pengantar Ekonometri. ANDI. Yogyakarta

Zamrowi, M.Taufik. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri

Kecil. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

Gambar

Tabel 7  Hasil Regresi uji F

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada angket terbuka yang diberikan pada guru dan melihat buka pelajaran dari para siswa di MAN 2 Gresik, bahwa materi mengenai seksualitas mulai

1. Kesalahan koneksi antar topik matematika Secara umum kesalahan yang dilakukan peserta didik adalah kesalahan dalam menafsirkan keterangan dari soal, kesalahan dalam

Sebagai kesimpulan, kajian ini telah berjaya membangunkan algoritma ACO-PB yang berupaya untuk meminimumkan jarak laluan mata alat di dalam pemesinan kontur

- Perancangan ini dibatasi pada perancangan publikasi event yang berbentuk komunikasi visual, yang memuat segala informasi mengenai Festival memedi manuk Museum Tani Jawa

64 Tahun 2013 Lampiran I yang membahas tentang tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah menyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk

Prosedur yang ditempuh dalam proses penelitian ini sebagai berikut: (a) Studi kepustakaan untuk mempelajari landasan teoritis tentang topik dan subjek yang akan diteliti;

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa dari enam elemen dari analisis risiko pemakaian alat pelindung diri masker dan sumbat telinga pada pekerja tekstil di