• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengambilan Keputusan 2.1.1 Definisi

Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk memilih suatu tindakan yang terbaik dari sejumlah alternatif pilihan yang ada. Menurut Janis dan Mann (1979) pengambilan keputusan sangat penting untuk diperhatikan karena terdapat resiko dari segala keputusan yang diambil. Menurut Bazerman (2002) pengambilan keputusan adalah sebuah proses keputusan yang berpikir secara rasional dan akan mengarahkan pada hasil yang optimal dan memberikan akurasi terhadap nilai keputusan serta resiko terhadap keputusan.

Dari beberapa pengertian mengenai pengambilan keputusan penulis menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu cara atau proses keputusan yang diambil dari berbagai alternatif yang berasal dari aspek kognitif sehingga akan menimbulkan dampak bagi setiap keputusan yang diambil serta memahami resiko dari keputusan yang diambil.

2.1.2 Aspek Dalam Mengambil Keputusan

Terdapat aspek-aspek dalam pengambilan keputusan, menurut Kemdal dan Montgomery (dalam Ranyard, Crozier, dan Svenson, 1997) mengemukakan 5 aspek pengambilan keputusan, yaitu:

(2)

1. Keadaan (Circumstances)

Dalam pengambilan keputusan individu akan menerima masukan dari orang lain dan pandangan lingkungan sekitar mengenai keputusan yang akan dibuatnya. Sama halnya dengan individu yang ingin mengambil keputusan dalam pemilihan jurusan, individu akan mendapatkan masukan dari orang lain dan pandangan lingkungan sekitar mengenai jurusan yang akan dipilihnya, jadi dalam aspek ini berhubungan dengan adanya pengaruh eksternal dari individu yang akan menyebabkan individu akan dapat mengambil keputusan karena mendapat masukan dari orang lain dan pandangan lingkungan sekitar. Contoh, ketika saya ingin memilih jurusan psikologi, saya mendapat banyak masukan dari orang disekitar saya mengenai jurusan psikologi dan pandangan lingkungannya.

2. Preferensi (Preferences)

Dalam pengambilan keputusan, individu sudah memliki tujuan, harapan dan keinginan yang akan dicapai dari keputusannya. Sama dengan halnya mengambil keputusan dalam memilih jurusan, individu dalam memilih jurusan sudah memiliki tujuan, harapan dan keinginan akan jurusan yang akan dipilihnya. Contoh, saya yakin memilih jurusan kedokteran karena tujuan saya menjadi dokter dan bisa menyembuhkan banyak orang. 3. Emosi (Emotions)

Emosi dapat mendorong individu untuk berpikir dan bertindak pada berbagai alternatif pilihan yang ada dan emosi dapat memberikan umpan balik terhadap alternatif pilihan pada keputusan. Reaksi dari emosi dapat berupa reaksi positif (senang, bahagia dan nyaman) atau rekasi negatif

(3)

(sedih, takut dan marah) terhadap setiap alternatif pilihan dan situasi yang berbeda. Dalam hubungannya dengan pemilihan jurusan, emosi dari individu dapat menentukan pilihan individu mengenai jurusan yang akan dipilihnya, tergantung dari rekasi setiap situasi yang ada. Contoh rekasi positif, pilihan jurusan saya adalah ekonomi dan saya senang ketika orang tua menyetujui keputusannya, jadi saya akan memilih jurusan ekonomi. Contoh reaksi negatif, pilihan jurusan saya adalah ekonomi dan saya sedih ketika orang tua tidak menyetujui keputusannya, karena itu saya menjadi ragu-ragu untuk memilih jurusan ekonomi.

4. Tindakan (Action)

Dalam mengambil keputusan, perlu adanya sesuatu hal yang mendukung, oleh karena itu individu akan berusaha mencari informasi, membuat rencana, bertanya kepada orang lain guna mendukung keputusannya. Dalam hubungannya membuat keputusan jurusan, individu perlu mencari informasi, membuat rencana dan bertanya orang lain mengenai jurusan yang akan dipilihnya, hal ini akan membuat individu dapat membuat keputusan dalam memilih karena mendapat informasi yang berguna akan pilihan jurusannya. Contoh, setelah saya mencari informasi dan bertanya kepada orang lain mengenai jurusan akuntansi, saya semakin yakin akan memilih jurusan akuntansi.

5. Hipotesis individu (Beliefs)

Dalam membuat keputusan, individu harus memiliki hipotesa, keyakinan dan mengetahui konsekuensi dari keputusan yang akan diambil. Sama halnya dengan pemilihan jurusan, individu harus memiliki hipotesa,

(4)

keyakinan dan mengetahui konsekuensi dari setiap pilihan jurusan yang akan. Contoh, saya memiliki hipotesa dan mengetahui konsekuensi dari jurusan komunikasi, sehingga semakin yakin pilihan jurusan komunikasi.

2.1.3 Proses Mengambil Keputusan

Dalam membuat keputusan untuk suatu tindakan perlu adanya suatu identifikasi masalah, analisis dalam mengambil setiap tindakan, karena tindakan yang diambil akan membawa dampak baik atau buruk bagi individu tersebut. Dampak baik atau buruk yang diambil tersebut tergantung dari individu dalam menentukan langkah-langkah yang tepat. Menurut Bazerman (2002) terdapat 6 proses dalam mengambil keputusan:

1. Mendefinisikan masalah (define the problem)

Individu harus mengetahui dan memahami masalah yang sedang dihadapi agar tidak terjadi kesalahan dalam memecahkannya. Individu harus mendefinisikan masalah dengan berfokus pada pencarian solusi masalah, mendiagnosa masalah dengan melihat gejalanya. Dalam hubungannya dengan pemilihan jurusan, individu harus mengetahui bahwa masalah yang saat ini dihadapi oleh murid kelas XII adalah saat-saat untuk memilih jurusan untuk melanjutkan studi.

2. Identifikasi kriteria (identify the criteria)

Dalam membuat keputusan harus memikirkan beberapa kriteria untuk memilih keputusan tersebut. Seperti dalam memilih jurusan individu perlu membuat kriteria dalam memilih jurusan seperti biaya kuliah, fasilitas di jurusan atau ketersediaan lapangan kerja. Kriteria ini harus

(5)

dibuat secara rasional agar kriteria yang didapat relevan dengan kenyataan.

3. Menimbang kriteria (weight the criteria)

Perbedaan kriteria akan sangat penting dalam membuat keputusan. Individu harus mengetahui kriteria yang cocok setiap pengambilan alternatif yang ingin dipilih walaupun terdapat pro dan kontra dalam menimbang kriteria. Dalam hubungannya dengan pemilihan jurusan adalah individu perlu menimbang kriteria yang telah dibuat dan kriteria perlu disesuaikan dengan pemikiran rasional dan nilai dari kriteria, seperti individu sudah memiliki kriteria dan lebih membutuhkan kriteria ingin jurusan yang memiliki banyak lapangan pekerjaan atau jurusan yang sesuai dengan minat.

4. Membuat alternatif (generate alternatives)

Individu harus mengidentifikasi beberapa alternatif pilihan dari kriteria yang telah dibuat. Pada tahap ini akan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melihat alternatif dan berusaha untuk membuat keputusan yang efektif. Hubungannya dengan pengambilan keputusan adalah individu mulai membuat pilihan alternatif dari kriteria yang telah dibuat, dicocokkan dengan jurusan yang hampir sesuai dengan kriteria yang ada dan berusaha untuk memlih jurusan yang efektif.

5. Memberi nilai pada setiap alternatif dan kriteria (rate each alternative on each criterion)

Tahap ini individu perlu melihat pilihan alternatif dapat sesuai dengan kriteria yang telah dibuat atau tidak. Hal ini merupakan tahap paling sulit

(6)

bagi individu karena berpengaruh pada masa depannya. Individu perlu menilai setiap alternatif dan kriteria secara rasional sehingga dapat mengetahui konsekuensi setiap alternatif yang ada. Hubungannya dengan pemilihan jurusan adalah pilihan alternatif jurusan diusahakan hampir sama dengan kriteria yang telah dibuat. Individu perlu menilai setiap alternatif, kriteria secara rasional dan mengetahui konsekuensi dari setiap pilihan jurusan yang ada.

6. Menghitung keputusan yang optimal (compute the optimal decision) Setelah individu melewati lima tahap sebelumnya, dalam tahap ini individu perlu menghitung keputusan yang optimal dengan cara menghitung nilai pada kriteria ditambahkan alternatif yang cocok dengan kriteria dan pada akhirnya dapat memilih alternatif yang sesuai dengan kriteria dan menghasilkan keputusan yang optimal. Hubungannya dengan pilihan jurusan adalah setelah individu menghitung kriteria jurusan yang diinginkan dan alternatif jurusan yang telah dipilih. Pada akhirnya individu dapat memilih jurusan sesuai dengan penghitungan yang tertinggi.

Dari keenam tahapan ini dapat menjadi cara-cara untuk mengambil keputusan. Keputusan ini akan dapat berkembang jika individu sering menghadapi tantangan untuk membuat keputusan, jadi individu akan semakin berwaspada setiap keputusan yang akan diambil.

(7)

2.1.4 Hambatan Dalam Membuat Keputusan Pada Remaja

Setiap individu dalam mengambil keputusan selalu memiliki keterbatasan untuk memilih karena banyak faktor yang mempengaruhi, karena banyak fakor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan maka individu akan memikirkannya secara lebih ekstra.

Keterbatasan dalam membuat keputusan tersebut dikemukakan oleh Mulyadi (dalam Sutjahjanti, 2010) yaitu:

1. Jawaban alternatif yang tersedia dalam memilih keputusan memiliki konsekuensinya masing-masing. Jadi apabila individu memilih suatu pilihan maka individu harus menerima konsekuensinya.

2. Gaya kognitif (kemampuan untuk berpikir secara kritis dan analitis untuk memikirkan banyak alternatif keputusan) dengan asumsi bahwa alternatif yang satu tidak lebih baik dari pada alternatif yang lain karena dalam situasi masalah.

3. Perubahan struktur nilai pengambil keputusan. Adanya perubahan nilai dari alternatif-alternatif yang ada dalam mengambil keputusan.

4. Kecenderungan untuk mengambil keputusan yang memuaskan, bukan yang optimal. Jadi individu akan memikirkan keputusan yang ingin memuaskan dirinya, dapat memuaskan dirinya belum tentu keputusannya optimal.

(8)

2.2 Dukungan Sosial 2.2.1 Definisi

Menurut Beckler, Olson, Wiggins (2006) dukungan sosial adalah orang-orang yang dapat diharapkan bantuan saat dibutuhkan seperti keluarga, teman, dan masyarakat. Jadi individu mendapat bantuan yang diharapkan dari keluarga dan teman sekitar disaat membutuhkannya. Bantuan yang didapat individu menurut Winemiller (dalam Noller, Feeny dan Peterson, 2007) adanya lima bentuk yaitu (a) dukungan emosional, (b) dukungan penghargaan, (c) dukungan instrumental, (d) dukungan informatif, (e) dukungan jaringan sosial. Dukungan sosial menurut Noller, Feeny dan Peterson (2007) dukungan sosial di dapat dari masyarakat dan teman-teman yang dekat dengan individu. Lalu juga terdapat dukungan sosial menurut Casel (dalam Ristianti, 2008) dukungan sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat individu percaya bahwa individu dicintai, diperhatikan dan merupakan bagian dari kelompok sosial yaitu keluarga, rekan kerja dan teman dekat.

Dari pengertian para ahli mengenai definisi dukungan sosial, penulis menyimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan bentuk perhatian dan dicintai yang dirasakan oleh individu dari keluarga, teman dan orang lain yang merasa akrab dengan individu.

2.2.2 Aspek Dukungan Sosial

Setelah membahas pengertian dari dukungan sosial, dalam dukungan sosial terdapat aspek yang mempengaruhi dukungan sosial. Pernyataan aspek ini dikemukaakan oleh Weiss (dalam Fibrianti, 2009) yang menyebutkan untuk

(9)

mengukur dukungan sosial yang diperoleh dari hubungan individu dengan orang lain terdapat terdapat 6 aspek yang terkait yaitu:

a. Kasih sayang yang merupakan perasaan akan kedekatan emosional dan rasa aman yang didapat dari individu dari orang lain.

b. Integrasi sosial merupakan perasaan menjadi bagian dari kehidupan sosial didalam masyarakat. Individu merasa diterima dalam kehidupan sosial. c. Penghargaan pengakuan meliputi pengakuan akan kompetensi dan

kemampuan individu.

d. Ikatan hubungan yang dapat diandalkan meliputi kepastian bahwa individu dapat mengharapkan ikatan hubungan dengan orang lain untuk membantu dalam semua keadaan.

e. Bimbingan merupakan nasihat dan pemberian informasi dari oran lain terhadap individu.

f. Kemungkinan dibantu merupakan perasaan individu akan tanggung jawab mendapat bantuan dari orang lain terhadap kesejahteraan individu.

2.2.3 Bentuk Dukungan Sosial

Berdasar dari definisi menurut para ahli dan aspek dukungan sosial, maka terbentuklah lima bentuk dukungan sosial. Bentuk-bentuk dukungan sosial ini akan didapat oleh setiap individu, maka dari itu bentuk dukungan sosial ini akan penulis gunakan sebagai pengukuran untuk mendapatkan besaran dukungan sosial yang didapat. Menurut Winemiller (dalam Noller, Feeny dan Peterson, 2007), terdapat 5 bentuk dukungan sosial, yaitu:

(10)

a. Dukungan emosional

Dukungan ini melibatkan ekspresi dan memberikan dorongan dalam bentuk kehangatan, kasih sayang, perhatian, empati, memberi semangat dan rasa percaya ke individu sehingga individu merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini dapat berupa ketersediaan orang lain yang memiliki hubungan dengan individu untuk mendengarkan keluhan individu sebagai sarana melepaskan emosi yang negatif atau dalam suatu keadaan yang tertekan untuk membuat individu merasa nyaman, diperhatikan dan dicintai.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini merupakan pengungkapan penghargaan maupun penilaian yang positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa individu dengan orang lain. Jadi ide-ide yang diungkapkan individu dapat dibandingkan dengan individu lain secara positif sehingga hasil yang didapat dari perbandingan tersebut individu dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya. Dukungan ini dapat membangun kompetensi serta membantu individu untuk merasa dirinya berharga, mampu dan dihargai oleh orang lain.

c. Dukungan instrumental

Dukungan ini melibatkan adanya bantuan langsung atau nyata yang dapat berupa bantuan jasa, barang dan finansial. Misalnya seperti individu mendapat bantuan jasa dari orang lain dalam mencari informasi jurusan di salah satu universitas yang ingin dilihat oleh individu. Dukungan ini

(11)

membantu individu dalam mewujudkan apa yang menjadi harapan individu.

d. Dukungan informatif

Dukungan yang bersifat informasi dapat berupa saran, nasihat, petunjuk, pengarahan dan umpan balik yang dapat membantu individu dalam memecahkan suatu masalah. Dukungan ini dapat membuka wawasan individu akan permasalahan yang dihadapinya dan memampukan individu dalam mengambil keputusan. Misalnya individu mendapat informasi dari orang lain yang dekat dengan individu mengenai jurusan-jurusan yang menjadi pertimbangan dalam memilih jurusan-jurusan.

e. Dukungan jaringan sosial

Dukungan jaringan yang dikondisikan perasaan individu sebagai anggota dalam suatu kelompok yang saling berbagi minat dan kegiatan sosial. Dukungan ini juga dapat disebut sebagai dukungan persahabatan yang merupakan suatu interaksi sosial yang positif dengan individu lain yang dapat membuat individu menghabiskan waktu dalam suatu aktivitas sosial maupun hiburan. Misalnya individu tergabung dalam suatu kelompok sekolah yang saling berbagi minat khususnya dalam pembagian informasi jurusan, hal ini dapat membuat individu merasa diterima dalam kelompoknya karena kesaaman dalam minat.

2.2.4 Sumber Dukungan Sosial

Individu akan mendapatkan dukungan sosial dari sumber-sumber yang telah dipercaya, apabila individu mendapat dukungan sosial dari sumber yang salah maka

(12)

dukungan sosial tersebut tidak akan berguna. Jadi individu harus mendapatkan sumber dukungan dari orang-orang yang dekat dengan individu tersebut. Menurut Taylor (2006) sumber dukungan sosial berasal dari pasangan, keluarga, teman-teman, dan komunitas yang memiliki hubungan akrab dengan individu. Jika individu mendapatkan dukungan dari orang yang sudah akrab, maka dukungan tersebut akan sangat membantu dalam mencapai keinginannya.

2.3 Remaja

Remaja merupakan tahap perkembangan yang bisa disebut masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa yang berawal dari umur 15 hingga 18 tahun, hal ini seperti yang dikatakan oleh Sullivan (dalam Feist dan Feist, 2008) bahwa umur 15 hingga 18 tahun merupakan tahap pada masa remaja akhir. Dari usia tersebut dapat terlihat banyak hal perubahan yang dialami oleh individu, terlihat dari suara yang semakin berat bagi laki-laki dan suara semakin tinggi bagi perempuan, bentuk fisik yang terlihat dari laki-laki-laki-laki seperti tumbuhnya kumis, janggut dan jakun, dari perempuan berkembangnya payudara dan bentuk tubuhnya, hal ini terjadi saat masa usia remaja.

Erikson (dalam Feist dan Feist, 2008) berpendapat bahwa masa remaja berawal dari sekolah hingga kuliah dan dimulai dari tahap pubertas hingga masa dewasa muda dan periode ini dianggap krusial karena adanya pencarian identitas untuk membentuk dirinya. Pada usia 17 hingga 18 tahun remaja masih bersekolah SMA kelas XII yang masih dalam masa pubertas dan pencarian identitas. Pencarian identitas ini salah satunya mencari minat dan bakat dari individu, dalam mengetahui minat dan bakat ini diperlukannya keluarga ataupun teman sebayanya untuk membantu mengetahui minat dan bakatnya. Oleh karena itu dalam masa ini remaja suka berkumpul dengan

(13)

kelompoknya yang sebaya, karena dengan teman sebaya, individu dapat mengetahui perilaku dan mengevaluasi diri.

2.4 Kerangka Berpikir

Pengambilan keputusan perlu diambil oleh murid SMA kelas XII khususnya dalam memilih jurusan. Dalam membuat keputusan perlu adanya proses sehingga dapat membuat keputusan. Proses ini akan dilalui oleh setiap individu, oleh karena itu menurut Bazerman (2002) terdapat enam proses yang dapat membuat suatu keputusan, yaitu (a) mendefinisikan masalah (define the problem), individu mengetahui masalah yang dihadapi saat kelas XII yaitu mulai mencari jurusan untuk melanjutkan studi; (b) identifikasi kriteria (identify the criteria), individu membuat kriteria yang dibutuhkan sebelum memilih jurusan; (c) menimbang kriteria (weight the criteria), setelah membuat kriteria, individu perlu menimbang kriteria yang sangat dibutuhkan dalam memilih jurusan; (d) membuat alternatif (generate alternatives), setelah memilih kriteria yang dibutuhkan, individu mulai mencari jurusan dan pilihan alternatif sesuai dengan kriteria yang telah dibuat; (e) memberi nilai pada setiap alternatif dan kriteria (rate each alternative on each criterion), individu menilai alternatif dan kriteria jurusan yang telah dibuat secara rasional, sehingga individu juga mengetahui konsekuensi dari setiap pilihan jurusan yang ada; (f) menghitung keputusan yang optimal (compute the optimal decision) individu perlu menghitung dari nilai yang diberikan pada setiap alternatif dan kriteria. Setelah individu menghitung kriteria jurusan yang diinginkan dan alternatif jurusan yang telah dipilih. Pada akhirnya individu dapat memilih jurusan sesuai dengan penghitungan yang tertinggi dan membuat keputusan yang optimal. Langkah-langkah ini sekaligus penulis gunakan untuk pengukuran proses pengambilan keputusan.

(14)

Dalam proses pengambilan keputusan ini perlu dukungan sosial dari orang terdekat seperti orang tua, teman dan guru agar dalam proses keputusan dalam memilih jurusan akan menghasilkan keputusan yang optimal. Orang tua, teman dan guru termasuk dalam sumber dukungan sosial. Dukungan sosial ini sangat dibutuhkan oleh individu untuk memilih jurusan. Individu tersebut dapat menggunakan dukungan sosial untuk menimbang pilihan-pilihan jurusan. Diharapkan dengan dukungan sosial dapat membantu individu dalam membuat keputusan memilih jurusan.

Dalam dukungan sosial terdapat bentuk-bentuk yang didapat oleh individu dalam memperoleh dukungan, bentuk dukungan tersebut dikemukakan oleh Winemiller (dalam Noller, Feeny, dan Peterson, 2007) yaitu (a) dukungan emosional, yang melibatkan ekspresi dan memberikan dorongan dalam bentuk kehangatan, kasih sayang, perhatian, empati, memberi semangat dan rasa percaya ke individu sehingga individu merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan; (b) dukungan penghargaan, yang melibatkan penghargaan maupun penilaian yang positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa individu dengan orang lain; (c) dukungan instrumental, melibatkan adanya bantuan langsung atau nyata yang dapat berupa bantuan jasa, barang dan finansial; (d) dukungan informatif, melibatkan informasi dapat berupa saran, nasihat, petunjuk, pengarahan dan umpan balik yang dapat membantu individu dalam memecahkan suatu masalah; (e) dukungan jaringan sosial, yang melibatkan perasaan individu sebagai anggota dalam suatu kelompok yang saling berbagi minat dan kegiatan sosial. Bentuk dukungan sosial ini sekaligus penulis gunakan dalam mengukur gambaran dukungan sosial pada murid kelas XII.

(15)

Apabila dukungan sosial yang didapat individu rendah maka dalam proses pengambilan keputusan individu akan menjalaninya dengan tarik ulur.

Apabila dukungan sosial yang didapat individu tinggi maka dalam proses pengambilan keputusan individu akan menjalaninya dengan lancar.

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

hubungan Proses Pengambilan Keputusan • Mendefinisikan Masalah • Identifikasi Masalah • Menimbang Kriteria • Membuat Alternatif • Memberi Nilai Pada Setiap Alternatif Dan Kriteria • Menghitung Keputusan Yang Optimal Dukungan Sosial Dukungan Emosional Dukungan Penghargaan Dukungan Instrumental Dukungan Informatif Dukungan Jaringan Sosial

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui: (1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah penerapan strategi kooperatif TGT; (2) Peningkatan pemahaman matematik siswa

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Tidak ada sesuatu yang sempurna. Mungkin itulah filsafat yang perlu kita anut, sehingga kita tidak akan merasa puas dengan apa yang telah kita perbuat. Kita harus

Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga

Jurusan Teknik Elektro FT UM PROPOSAL-TE Halaman 1 dari 11 Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Jurusan Teknik Elektro FT UM dan bersifat rahasia.. Dilarang

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa lokasi areal reklamasi Arboretum memiliki nilai rata-rata karbon tegakan yang paling besar, yaitu

Deprtemen Agama, Paduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktiif Strategis di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan wakaf, 2006, Hlm.39.. Analisis Pemberdayaan Harta Wakaf

Berdasarkan penulisan tersebut maka dapat diketahui bahwasannya penulisan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran non-state actor , dalam hal ini yaitu World