• Tidak ada hasil yang ditemukan

Redoks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Redoks"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

TITRASI REDUKSI OKSIDASI

HERMAN, S.Pd., M.Si FARMASI UNMUL

(2)
(3)

TITRASI REDUKSI OKSIDASI

DEFINISI

analisis titrimetri yang didasarkan pada

reaksi

reduksi

dan

oksidasi

yang

berkaitan dengan

perpindahan

elektron

Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor.

(4)

Oksidasi adalah reaksi peningkatan

oksigen dan dapat melepaskan elektron

serta kenaikan bilangan oksidasi oleh suatu

atom, ion atau molekul.

Sedangkan reduksi ialah reaksi pelepasan

oksigen atau pengambilan elektron serta

penurunan bilangan oksidasi oleh suatu

(5)

1. Banyaknya oksigen

• Berat ekivalen (1 grek) suatu zat adalah banyaknya mol zat dimaksud yang dapat melepaskan atau menerima ½ mol oksigen Contoh :

a) KMnO4 dalam suasana asam

2 KMnO4 K2O + 2MnO + 5 O

2 mol KMnO4 dapat melepaskan 5 mol O

maka 1 grek KMnO4 = 0,2 mol

(6)

b) Asam oksalat H2C2O4 dalam suasana asam teroksidasi sbb :

H2C2O4 + O → 2 CO2 + H2O

1 mol H2C2O4 dapat menerima 1 mol

(7)

2. Banyaknya elektron

1 grek suatu zat adalah banyaknya mol zat

dimaksud yang dapat menerima atau

melepaskan 1 buah elektron Contoh:

a) K2Cr2O7 dalam suasana asam

Cr2O72-+14 H++6e- → 2 Cr3++7H2O

1 mol Cr2O72- dapat menerima 6e- maka 1

(8)

b) FeSO4 teroksidasi menjadi Fe2(SO4)3

Fe2+ → Fe3+ + e-

1 mol ferro melepaskan 1 elektron

(9)

3. Perubahan bilangan oksidasi

1 grek suatu zat adalah banyaknya mol zat dimaksud yang dapat mengalami perubahan 1 satuan bilangan oksidasi

Contoh :

 I2 → 2 I- dalam suasana asam

1 grek = ½ mol

(10)

Prinsip reaksi redoks (Reduksi – Oksidasi)

Ox1 + Red2  Red1 + Ok2

Tereduksi

teroksidasi

Proses oksidasi – reduksi terjadi bersama sama pada pelaksanaan TITRASI.

½ reaksi syst reduksi

(11)

Zat pengoksid lemah  cenderung kurang

shg hanya dpt mengoksidai zat pereduksi yg plg siap menghasilkan e-

Kekuatan zat pengoksidasi dan pereduksi di

(12)

POTENSIAL STANDAR

SETENGAH REAKSI Sistem Redoks Eo Volt

H2O2 + 2H+ + 2e-  2 H2O 1,77 MnO4- + 4H+ + 3e-  MnO 2 + 2H2O 1,695 Ce4+ + e-  Ce3+ 1,6 1 MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4 H 2O 1,51 Cr2O72- + 14 H+ + 6e-  2Cr3+ + 7H 2O 1,3 3 MnO2 + 4H+ 2e-  Mn2+ + 2H 2O 1,23 2IO3- + 12H+ + 10e-  I2 + 6H 2O 1,20 H2O2 + 2e-  2OH- 0,88 Cu2+ + I- + e-  CuI 0,86 Fe3+ + e-  Fe2+ 0,771 O2 + 2H+ + 2e-  H 2O2 0,682 I2(aq) + e-  2I- 0,6197 H3AsO4 + 2H+ + 2e-  HAsO 2 + 2H2O 0,559

(13)

SETENGAH REAKSI Sistem Redoks Eo Volt I3- + 2e-  3I- 0,5355 Sn4+ + 2e-  Sn2+ 0.154 S4O62- + 2e-  S 2O3 2- 0,08 2H+ + 2e-  H 2 0,0000 ** Zn2+ + 2e-  Zn -0,763 2H2O + 2e-  H 2 + 2OH- -0,828

(14)

TITIK AKHIR TITRASI

Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga menggunakan indikator.

(15)

mL titran E Volt Daerah setelah TE Daerah Sebelum TE Daerah TE X TE KURVE TITRASI

(16)

INDIKATOR

• Auto indikator

Contoh : KMnO4 • Indikator spesifik

Contoh : Indikator kanji untuk Iodium

• Indikator redoks yang dapat berbeda warna pada keadaan tereduksi dan teroksidasi.

(17)

MACAM-MACAM TITRASI

REDOKS DAN APLIKASINYA

• Permanganometri • Dikromatometri

• Iodo-iodimetri • Bromatometri

(18)

PERMANGANOMETRI

• Permanganometri adalah titrasi

redoks yang menggunakan KMnO4

sebagai titran.

• Kalium permanganat adalah oksidator kuat.

(19)

• Mangan mempunyai bilangan oksidasi +2, +3+, +4, +6,dan +7. MnO4- + e- → MnO 42- MnO4- + 4H+ + 3e- → MnO2 + 2H2O MnO4- + 8H+ + 4e- → Mn3+ + 4H 2O MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O

• Reaksi yang paling umum ditemukan di laboratorium MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O Eo = +1,51 V • Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak

zat pereduksi berdasarkan reaksi tersebut, namun ada yang perlu pemanasan atau penggunaan katalis untuk mempercepat reaksi.

(20)

KMnO4 baik dalam suasana asam maupun basa adalah oksidator kuat

 dalam suasana asam ion MnO4- tereduksi

menjadi Mn2+ sehingga 1 grek KMnO4 = 1/5 mol

 dalam suasa basa ion MnO4- tereduksi menjadi

(21)

Contoh Soal

Dalam suasana asam besi (II)

dititrasi dengan larutan kalium

permanganat 0,0206 M, larutan KMnO4 yang diperlukan 40,20 mL. Hitunglah mg besi dalam larutan tersebut?

(22)

PENYELESAIAN

• Dalam suasan asam:

MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O X1

Fe2+ → Fe3+ + e X5

MnO4- + 8H+ + 5Fe2+ → Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+

• Pada titik ekivalen:

(23)

Mol KMnO4 = M.V

= 0,0206 M x 40,2 mL = 0,828 mmol

5 mol Fe ≈ 1 mol KMnO4

mol Fe yang diperlukan = 5 x 0,828 mmol = 4,14 mmol

Banyaknya Fe yang diperlukan adalah: mg = 4,14 mmol x Ar.Fe.

mg = 231,8 mgram

• • •

(24)

DIKROMATOMETRI

• Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai oksidator.

• Ion dikromat direduksi menjadi ion Cr3+

yang berwarna hijau.

• Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat tetapi lebih lemah dari permanganat.

(25)

• Keuntungan dikromat sebagai oksidator adalah larutannya sangat stabil dan tersedia dalam bentuk yang cukup murni serta merupakan standar primer

• Kelemahannya adalah reaksinya lambat.

• Penggunaan utama titrasi dikromatometri adalah untuk penentuan kadar besi (II) dalam larutan asam klorida.

(26)

Contoh soal

5 mL larutan beralkohol diencerkan menjadi 1L dalam labu ukur. Etanol (C2H5OH) dalam 25 mL aliquot didestilasi dalam 50 mL K2Cr2O7 0,02 M dan dioksidasi menjadi asam asetat dengan pemanasan. Setelah dingin, 20 mL Fe2+ 0.1235 M dipipetkan kedalam labu. Kelebihan Fe2+ dititrasi dengan 7,46 mL bikromat. Hitunglah persen (b/v) etanol (Mr=46,07 g/mol) dalam larutan tsb

(27)

Penyelesaian

 Jumlah total K2Cr2O7 =

(50+7,46) mL x 0,02 M = 1,1492 mmol  Jumlah K2Cr2O7 untuk menitrasi Fe2+ =

20 ml x 0,1235 x 1/6 = 0,41767 mmol  Jumlah K2Cr2O7 untuk menitrasi etanol = 1,1492 – 0,41767 = 0,73153 mmol  Reaksinya adalah :

(28)

 massa etanol = 3/2 x 0,73153 mmol x 46,07 g/mol = 50,552 mgram = 0,05 gr  Persen etanol =  Persen etanol = 40,4 % b/v 100% x ml ml/1000 25 x sampel ml 5 etanol g 05 , 0

(29)

BROMATOMETRI

 Garam kalium bromat (KBrO3) adalah

oksidator kuat dan zat standar primer

 Dalam suasana asam tereduksi menjadi garam bromida :

BrO3- + 6 H+ + 6e- → Br - + 3H2O

1 grek KBrO3 = 1/6 mol

 Titik ekivalen ditandai dgn terjadinya brom

bebas (Br2) bewarna kuning muda :

(30)

TITRASI BROMATOMETRI

 bisa juga menggunakan indikator metil oranye, metil merah, atau indigo karmin.

 Penggunaan :

- Secara langsung utk ion As3+ dan Sb3+

BrO3- + 3As3+ + 9H2O → Br - + 3H3AsO4 +9H+

- Secara tidak langsung untuk ion logam seperti

(31)

TITRASI BROMATOMETRI

Secara tidak langsung

1. Ion logam diendapkan sempurna dengan

oksin atau 8-hidroksiquinolin (C9H6NOH)

berlebihan.

2. Endapan dilarutkan kembali dlm lar. HCl

3. Larutan yang mengandung oksin bebas dgn ditambah garam KBr dititrasi dgn

(32)

Secara tidak langsung  Reaksi kimia yg terjadi :

3 C9H6NOH + 2 BrO3- + 4Br - → 6H2O + 3 C9H4 NBr2OH

Shg 1 grek oksin = ¼ mol

 Reaksi pengendapan ion logam (Mn+) dgn

oksin :

Mn+ + n C9H6NOH → M(C9H6NO)n+ nH+

(33)

Contoh Soal

• Sampel obat antibiotik sebanyak 0,2981 g mengandung sulfanilamid dilarutkan dalam HCl dan diencerkan hingga 100 mL. 20 mL larutan tersebut dimasukkan dalam sebuah labu dan

ditambah 25 mL KBrO3 0,01767 M. 10 gram

KBr ditambahkan untuk membentuk Br2 yang

bereaksi dengan sulfanilamid dalam sampel. Setelah 10 menit, ditambahkan KI berlebihan dan Iodin yang dibebaskan dititrasi dengan 12,92 mL natrium tiosulfat 0,1215 M.

(34)

• Reaksi yang terjadi adalah :

• BrO3- + 5 Br - + 6 H+ → 3 Br 2 + 3 H2O • Br2 + 2 I- → 2 Br - + I2 (KI berlebihan) • I2 + 2 S2O32- → S4O62- + 2I- • Hitunglah % NH2C6H4SO2 (Mr = 172,21

(35)

Penyelesaian :

• Jumlah total Br2 = 3 x 25 ml x 0,01767 M

= 1,32535 mmol

• mmol Br2 kelebihan KI

= mmol I2 = ½ mmol tiosulfat

= ½ x 12,92 ml x 0,1215 M = 0,78489

• Jumlah Br2 yg dibutuhkan sampel

(36)

Massa sulfanilamida

= ½ x 0,54036 mmol x 172,21 = 46,53 mg % sulfanilamida

(37)

IODO-IODIMETRI

• Iodometri → larutan standar Na

2

S

2

O

3

• Iodimetri → larutan standar Iodium (I

2

)

• Indikator larutan amilum (kanji)

• Reaksi yang terjadi dalam iodo-iodimetri :

2 S

2

O

32-

+ I

2

→ S

4

O

62-

+ 2I

-

I

2

+ 2e

-

→ 2I

-

1 grek I

2

= ½ mol

(38)

TITRASI IODO-IODIMETRI

• Larutan standar I2 dapat digunakan untuk

penetapan langsung beberapa reduktor:

H2S + I2 → S + 2I- + 2H+

Sn2+ + I2 → Sn4+ + 2I-

H3AsO3 + H2O + I2 → HAsO42- + 2I- + 4H+

• Natrium tiosulfat mudah diperoleh dalam keadaan murni, tetapi kandungan air kristalnya tidak selalu tetap, sehingga garam tersebut bukan merupakan standar primer

(39)

Contoh

Untuk menentukan banyaknya K2Cr2O7 yang terkandung dalam suatu larutan, ke dalam suatu larutan dimaksud ditambahkan KI berlebihan dan diasamkan. Bila I2 yg terjadi dapat dititrasi dgn 48,8 ml lar.standar Na2S2O3 0,1N

A. bagaimana reaksi kimia yang terjadi?

(40)

Penyelesaian

• A. Reaksi yg terjadi dalam larutan :

Cr2O72- + 6I- + 14H+ → 2Cr3+ + 3I2 + 7H2O

2 S2O32- + I2 → 2I- + S4O62-

• B. Na2S2O3 = 48,8 ml x 0,1N = 4,88 mgrek

K2Cr2O7 = 4,88 mgrek = 4,88/6 mmol

(41)

Referensi

Dokumen terkait

Kadar zinc pyrithione dalam larutan dapat diukur menggunakan titrasi redoks iodimetri, dengan menggunakan larutan indikator kanji yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit

Urutan daya oksidator yang sama ternyata juga ditunjukkan pada gambar kurva titrasi redoks yang diperoleh pada reaksi redoks ion Sn 2+ terhadap oksidator K2Cr2O7, KMnO4 dan

Kemudian, pada langkah selanjutnya, ditambahkan indikator EBT (Eriochrom Black T) untuk menentukan titik akhir titrasi. Setelah itu, dilakukan titrasi dengan menggunakan

 Senyawa asam dapat ditentukan konsentrasinya dengan cara menitrasi larutan tersebut dengan larutan standart basa, dengan menggunakan indikato PP untuk menentukan titik

Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan

Nilai potensial yang diukur setiap penambahan volume titran tertentu akan diplotkan menjadi kurva titrasi dan akan didapatkan titik ekuivalen titrasinya (Abriyanti, t.t.), yang

Titik akhir titrasi dari larutan HCl sampel ditentukan dengan cara melihat lonjakan perubahan pH yang terjadi secara drastis dengan perubahan volume pentiter

Nilai potensial yang diukur setiap penambahan volume titran tertentu akan diplotkan menjadi kurva titrasi dan akan didapatkan titik ekuivalen titrasinya (Abriyanti, t.t.), yang