• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Bahan Timbunan Tanah Pada Lokasi Rencana Bendungan Danau Tua, Rote Timor, dan Bendungan Haekrit, Atambua Timor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Bahan Timbunan Tanah Pada Lokasi Rencana Bendungan Danau Tua, Rote Timor, dan Bendungan Haekrit, Atambua Timor."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH

PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA,

ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT,

ATAMBUA TIMOR

Alpon Sirait NRP : 9921036

Pembimbing : Theo F. Najoan, Ir., M.Eng

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi yaitu pada rencana bendungan Haekrit dan Danau Tua.

Hasil penelitian yang dilakukan di rencana bendungan Danau Tua menunjukkan bahwa bahan yang digunakan menurut klasifikasi USCS termasuk jenis tanah lanau lempungan MH, dengan kadar air asli rata-rata 20,18%, berat kering maksimum rata-rata 1,28 gr/cm3, kadar air optimum rata 36,27%. kohesi efektif rata 10,3 kPa, sudut geser dalam efektif 19,87° (tipe CU), kohesi rata-rata 73,8 kPa, sudut geser dalam 7,6° (tipe UU); indeks pemampatan rata-rata-rata-rata cc = 0,41; indeks pemuaian rata-rata cs = 0,082; tegangan prakonsolidasi rata-rata pc = 1,99. Dari hasil penelitian swelling contoh tanah yang tidak dibebani atau beban 0 kg/cm2 menghasilkan potensi pengembangan rata-rata 12,07%; bila dibebani sampai 0,8 kg/cm2 menghasilkan potensi pengembangan rata-rata 1,27% dan kalau beban ditambah terus secara bertahap tanah akan terjadi penurunan. k rata-rata 2,4x10-9 m/det dengan kadar air yang berbeda-beda.

Hasil penelitian yang dilakukan di rencana bendungan Haekrit menunjukkan bahwa bahan yang digunakan menurut klasifikasi USCS termasuk jenis tanah CH (lempung berlanau) dan SC (pasir berlempung) dengan kadar air asli rata-rata 9,95%, berat kering maksimum rata-rata 1,64 gr/cm3 dan mempunyai kadar air optimum 18,97%, kohesi efektif rata-rata 17,77 kPa, sudut geser dalam efektif 22,12° (tipe CU) dan kohesi rata-rata 79 kPa, sudut geser dalam 6,3° (tipe UU), indeks pemampatan rata-rata cc = 0,29; indeks pemuaian rata-rata cs = 0,055; tegangan prakonsolidasi rata-rata pc = 1,66; beban 0 kg/cm2 menghasilkan potensi pengembangan rata-rata 6,76% dan bila dibebani 0,8 kg/cm2 mengahasilkan potensi pengembangan rata-rata 0,68%, dan nilai k rata-rata 7,6x10-10 m/det dengan kadar air yang berbeda-beda.

Juga telah dikembangkan persamaan empiris dengan menggabungkan data-data kedua bendungan tersebut dengan menggunakan hubungan batas plastis dengan parameter lain yang hasilnya , OMC = 0,9244(IP) – 5,5122; MDD = -0,0204(IP) + 2,191; φ = -0,0846(IP) + 14,416; φ’ = -0,0386(IP) + 22,554; c = 0,0002(IP) + 19,983; c’ = -0,2086(IP) + 21.71; cc = 0,006(IP) + 0,1455; cs = 0,0014(IP) + 0,0223; pc = 0,0068(IP) + 1,5779; Sw = a IP+ b; k = 0,3707(IP) + 6,4769.

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ... i

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... .. ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ... xiiv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR TABEL ... xxii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Maksud dan tujuan Penelitian ... 3

1.3 Metodologi dan Ruang Lingkup Penelitian ... 3

1.4 Sistematika Pembahasan ... 5

BAB 2 STUDI PUSTAKA ... 7

2.1 Klasifikasi Tanah ... 7

2.1.1 Klasifikasi Tanah Sistem USCS ... 8

2.1.2 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO ... 12

2.2 Hubungan Berat dan Volume ... 14

2.2.1 Kadar Air ... 15

2.2.2 Porositas ... 15

2.2.3 Angka Pori ... 15

(3)

2.2.4 Berat Volume Basah ... 16

2.2.5 Berat Volume Kering ... 16

2.2.6 Berat Derajat Kejenuhan ... 16

2.3 Batas-Batas Atterberg ... 16

2.3.1 Batas Cair ... 17

2.3.2 Batas Plastis ... 18

2.3.3 Batas Susut ... 18

2.4 Indeks Konsistensi Tanah ... 19

2.5 Sifat-Sifat Teknis Bahan Timbunan ... 19

2.5.1 Prinsip Umum Pemadatan ... 19

2.5.2 Uji Proctor Standar ... 22

2.5.3 Kadar Air Keseimbangan (Equilibrium Water Content) 25

2.6 Parameter Kuat Geser Tanah ... 26

2.6.1 Tegangan Efektif pada Tanah ... 26

2.6.2 Parameter Kuat Geser c dan φ ... 27

2.6.3 Tipe-Tipe Pengujian Kuat Geser dengan Triaksial Test ... 30

2.7 Kemampumampatan Tanah (Konsolidasi) ... 31

2.7.1 Uji Konsolidasi ... 31

2.7.2 Grafik Angka Pori – Tekanan ... 33

2.7.3 Indeks Pemampatan (Compression Index, cc) ... 34

2.7.4 Indeks Pemuaian (Swell Index , cs) ... 35

2.7.5 Koefisien Konsolidasi, cv ... 35

2.8 Pengembangan (Swelling) ... 37

(4)

2.8.1 Pengukuran Swelling ... 38

2.8.2 Prediksi Swelling ... 39

2.8.3 Cara-Cara Menanggulangi Swelling ... 39

2.9 Daya Rembes (Permeability) ... 40

2.9.1 Gradien Hidrolik ... 40

2.9.2 Koefisien Rembesan ... 44

2.9.3 Uji Falling Head Test ... 45

2.10 Bendungan Tipe Urugan ... 46

2.10.1 Klasifikasi Bendungan Urugan ... 47

2.10.2 Karakteristik Bendungan Tipe Urugan ... 48

2.11 Bahan Urugan ... 49

2.11.1 Bahan Tanah ... 50

2.11.2 Bahan Pasir dan Kerikil ... 51

2.11.3 Bahan Batu ... 51

2.12 Persyaratan Bahan Urugan ... 52

2.12.1 Bahan untuk Zona Kedap Air ... 52

2.12.2 Bahan-bahan untuk Filter dan Zone Transisi ... 56

2.12.3 Bahan Batu ... 59

2.12.4 Bahan-bahan Lainnya ... 62

BAB 3 PROSEDUR UJI DAN PENGUJIAN ... 63

3.1 Pengambilan Contoh Tanah ... 65

3.2 Uji Specific Gravity ... 65

3.3 Pengujian Kadar Air Alamiah ... 67

3.4 Batas-Batas Atterberg ... 68

(5)

3.4.1 Pengujian Batas Cair (Liquid Limit / LL) ... 68

3.4.2 Pengujian Batas Plastis (Plastic Limit / PL) ... 70

3.5 Analisa Ukuran Butir ... 71

3.5.1 Uji Hidrometer ... 71

3.5.2 Uji Saringan ... 73

3.6 Uji Pemadatan ... 75

3.7 Uji Geser Triaksial ... 78

3.7.1 Persiapan Contoh Tanah ... 78

3.7.2 Tahap Pemasangan Specimen Pada Alat Uji ... 79

3.7.3 Uji Geser Kondisi UU ... 80

3.7.4 Uji Geser Kondisi CU ... 81

3.7.4.1 Tahap Penjenuhan Specimen dengan Back Pressure 81

3.7.4.2 Tahap Konsolidasi ... 89

3.7.4.3 Tahap Pengujian Kuat Geser ... 90

3.7.5 Tahap Pasca Uji Geser ... 92

3.8 Uji Konsolidasi ... 92

3.9 Uji Swelling ... 94

3.10 Uji Permeabilitas ... 96

BAB 4 ANALISA HASIL UJI ... 98

4.1 Data Hasil Uji Properties ... 98

4.2 Analisa Hasil Uji Atterberg Limit Test ... 99

4.3 Kurva Distribusi Butir ... 102

4.4 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Hasil Uji Properties ... 103

(6)

4.4.1 Klasifikasi Berdasarkan USCS ... 103

4.4.2 Klasifikasi Berdasarkan AASHTO ... 104

4.5 Hasil Uji Pemadatan (Proctor standar) ... 105

4.6 Hasil Uji Geser Triaksial ... 106

4.6.1 Uji Geser Triaksial Tipe UU ... 106

4.6.2 Uji Geser Triaksial Tipe CU ... 109

4.6.2.1 Hasil Uji Penjenuhan Spesimen dengan metode Back Pressure ... 109

4.6.2.2 Perubahan Volume Akibat Penjenuhan dan Akibat Konsolidasi Spesimen Uji ... 109

4.6.2.3 Analisa Uji Geser Triaksial ... 110

4.7 Hasil Uji Konsolidasi ... 116

4.8 Hasil Uji Swelling ... 118

4.9 Hasil Uji Permeabilitas ... 120

4.10 Persamaan-Persamaan Empiris ... 121

4.10.1 Kumpulan Data Laboratorium ... 121

4.10.2 Korelasi Batas Plastis dengan Parameter Kompaksi .... 121

4.10.3 Korelasi Batas Plastis dengan Parameter Kuat Geser .. 124

4.10.3.1 Korelasi Batas Plastis dengan Sudut Geser Dalam ... 124

4.10.3.2 Korelasi Batas Plastis dengan Kohesi ... 125

4.10.4 Korelasi Batas Plastis dengan Parameter Konsolidasi 126

4.10.5 Korelasi Batas Plastis dengan Swelling ... 128

4.10.6 Korelasi Batas Plastis dengan Permeabilitas ... 129

4.10.7 Korelasi Indeks Plastis dengan Parameter Kompaksi .. 130

(7)

4.10.8 Korelasi Indeks Plastis dengan Parameter Kuat Geser . 130

4.10.8.1 Korelasi Indeks Plastis dengan Sudut Geser Dalam .... 131

4.10.8.2 Korelasi Indeks Plastis dengan Kohesi ... 131

4.10.9 Korelasi Indeks Plastis dengan Parameter Konsolidasi 132

4.10.10 Korelasi Indeks Plastis dengan Swelling ... 134

4.10.11 Korelasi Indeks Plastis dengan Permeabilitas ... 135

4.10.12 Korelasi Persen Lolos Fraksi < 0,002 mm dengan Parameter Kompaksi ... 136

4.10.13 Korelasi Persen Lolos Fraksi < 0,002 mm dengan Parameter Kuat Geser ... 136

4.10.13.1 Korelasi Persen Lolos Fraksi < 0,002 mm dengan Sudut Geser Dalam ... 137

4.10.13.2 Korelasi Persen Lolos Fraksi < 0,002 mm dengan Kohesi ... 137

4.10.14 Korelasi Persen Lolos Fraksi < 0,002 mm dengan Parameter Konsolidasi ... 138

4.10.15 Korelasi Persen Lolos Fraksi < 0,002 mm dengan Swelling ... 140

4.10.16 Korelasi Persen Lolos Fraksi < 0,002 mm dengan Permeabilitas ... 141

4.11 Aplikasi Untuk Desain ... 142

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 143

5.1 Kesimpulan ... 143

5.2 Saran ... 147

(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 148

LAMPIRAN ... 149

(9)

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

a = Luas penampang melintang pipa tegak (uji tinggi jatuh)

A = Luas penampang contoh uji

AASTHO = American Association of State Highway and Transportation

ASTM = American Society for Testing Materials

Au = Peningkatan tekanan air pori akibat peningkatan tekanan sel

B = Koefisien tekanan air pori

c = Kohesi total

cc = Indeks pemampatan

cs = Indeks pemuaian

cv = Indeks konsolidasi

c’ = Kohesi efektif

C = Lempung

Cc = Koefisien gradasi

Cu = Koefisien keseragaman

e = Angka pori

e0 = Angka pori awal

g = Gravitasi

G = Kerikil

Gs = Berat spesifik butir tanah

h = Tinggi energi total

H = Tinggi awal contoh uji

(10)

Hdr = Panjang rata-rata yang harus ditempuh oleh air pori selama proses konsolidasi

Hs = Tinggi contoh uji Hv = Tinggi awal ruang pori

i = Gradien hidrolik IC = Indeks konsistensi IL = Indeks cair

IP = Indeks plastisitas k = Koefisien rembesan K = Koefisien rembesan absolut LL = Batas cair

M = Lanau

MDD = Berat isi kering maksimum n = Porositas OMC = Kadar air optimum pc = Tekanan prakonsolidasi

ps = Tambahan tegangan untuk menahan pengembangan

p = Tekanan total P = Tekanan efektif PL = Batas plastis

PT = Tegangan untuk menahan pengembangan

Q = Tekanan geser efektif

S = Pasir

Sr = Derajat kejenuhan

(11)

Sw = Potensi pengembangan

t = Waktu

t50, t90 = Waktu yang dibutuhkan untuk konsolidasi 50% dan 90%

ua = Tekanan udara pori

uw = Tekanan air pori

uwf = Tegangan air pori pada saat runtuh

U = Derajat konsolidasi rata-rata USCS = Unified Soil Classification System

v = Kecepatan aliran

V = Volume total

Va = Volume udara dalam pori

Vs = Volume butiran padat

Vv = Volume pori

Vw = Volume air dalam pori

w = Kadar air

W = Berat total

Ws = Butiran padat

Ww = Berat air

Z = Kedalaman zona efektif ZAV = Zero Air Void

∆H = Perubahan tinggi contoh uji

∆V = Perubahan volume contoh uji

∆sf = Free Surface Heave

α = Sudut geser

(12)

α’ = Sudut geser efektif

φ = Sudut geser dalam total

φ’ = Sudut geser dalam efektif

γd = Berat volume kering

γn = Berat volume basah

γw = Berat volume air

σ = Tegangan normal total

σ1 = Tegangan utama mayor

σ3 = Tegangan utama minor

σ’ = Tegangan normal efektif

σ1’ = Tegangan utama mayor efektif

σ3’ = Tegangan utama minor efektif

σff = Tegangan normal pada saat runtuh

τ = Tegangan geser

τff = Tegangan geser saat runtuh

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan plastisitas untuk menentukan jenis tanah ... 10

Gambar 2.2 Hubungan berat dan volume tanah ... 14

Gambar 2.3 Batas-batas Atterberg ... 17

Gambar 2.4 Perbedaan proses konsolidasi dan pemadatan tanah ... 19

Gambar 2.5 Prinsip pemadatan ... 20

Gambar 2.6 Alat uji Proctor Standar ... 24

Gambar 2.7 Hasil uji pemadatan Proctor standar ... 25

Gambar 2.8 Seperangkat alat uji Triaksial ... 26

Gambar 2.9 Garis keruntuhan tegangan total dan efektif uji triaksial kondisi consolidated-undrained ... 28

Gambar 2.10 Grafik waktu – pemampatan selama konsolidasi untuk suatu penambahan beban yang diberikan. ... 32

Gambar 2.11 Oedometer ... 33

Gambar 2.12 Kurva hubungan antara tekanan dengan angka pori ... 36

Gambar 2.13 Zona aktif ... 37

Gambar 2.14 Tekanan, elevasi, dan tinggi total energi untuk aliran air di dalam tanah ... 42

Gambar 2.15 Variasi kecepatan aliran ν dengan gradien hidrolik I ... 43

Gambar 2.16 Uji rembesan dengan Falling Head ... 46

Gambar 2.17 Klasifikasi umum bendungan urugan ... ... 47

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian ... 64

(14)

Gambar 3.2 Skema Alat Pengujian ... 83

Gambar 3.2a Pemberian tegangan keliling sebesar 0.5 kg/cm2 ... 84

Gambar 3.2b Pemberian back pressure sebesar 0.4 kg/cm2 ... 85

Gambar 3.2c Pemberian tegangan keliling sebesar 1 kg/cm2 ... 85

Gambar 3.2d Pemberian back pressure sebesar 0.9 kg/cm2 ... 86

Gambar 3.2e Pemberian tegangan keliling sebesar 1.5 kg/cm2 ... 86

Gambar 3.2f Pemberian back pressure sebesar 1.4 kg/cm2 ... 87

Gambar 3.2g Pemberian tegangan keliling sebesar 2 kg/cm2 ... 87

Gambar 3.2h Pemberian back pressure sebesar 1.9 kg/cm2 ... 88

Gambar 3.2i Pemberian tegangan konsolidasi sebesar σ3 kg/cm2 ... 88

Gambar 3.3 Proses Konsolidasi ... 90

Gambara 3.4 Proses Uji Geser ... 91

Gambar 4.1 Bagan plastisitas untuk penentuan jenis tanah ... 101

Gambar 4.2 Distriusi ukuran butir ... 103

Gambar 4.3 Kurva hubungan γddengan kadar air (w) ... 105

Gambar 4.4 Hubungan axial strain dengan deviator stress ... 107

Gambar 4.5 Lingkaran Mohr-Coulomb Triaksial Tipe UU ... 108

Gambar 4.6 Hubungan axial strain dengan pore pressure ... 111

Gambar 4.7 Lingkaran Mohr-Coulomb Triaksial Tipe CU ... 113

Gambar 4.8 Diagram P’ dan Q’ hasil regresi linear ... 114

Gambar 4.9 Metode logaritma – waktu untuk mendapatkan derajat konsolidasi rata-rata 50% ... 117

Gambar 4.10 Hubungan angka pori dengan tekanan ... 117

Gambar 4.11 Hubungan swelling dengan time ... 118

(15)

Gambar 4.12 Hubungan swelling dengan pressure ... 119

Gambar 4.13 Hubungan PL dengan OMC untuk jenis tanah

MH, SC, CH, dan MH+SC+CH ... 122

Gambar 4.14 Hubungan PL dengan MDD untuk jenis tanah

MH, SC, CH, dan MH+SC+CH ... 123

Gambar 4.15 Hubungan PL dengan sudut geser dalam untuk jenis tanah

MH+SC+CH ... 125

Gambar 4.16 Hubungan PL dengan kohesi untuk jenis tanah

MH+SC+CH ... 126

Gambar 4.17 Hubungan PL dengan parameter konsolidasi untuk jenis

tanah MH+SC+CH ... 127

Gambar 4.18 Hubungan PL dengan swelling untuk jenis tanah

MH+SC+CH ... 128

Gambar 4.19 Hubungan PL dengan k untuk jenis tanah MH+SC+CH .... 129

Gambar 4.20 Hubungan IP dengan parameter kompaksi untuk jenis

tanah MH+SC+CH ... 130

Gambar 4.21 Hubungan IP dengan sudut geser dalam untuk jenis

tanah MH+SC+CH ... 131

Gambar 4.22 Hubungan IP dengan kohesi untuk jenis tanah

MH+SC+CH ... 132

Gambar 4.23 Hubungan IP dengan parameter konsolidasi untuk jenis

tanah MH+SC+CH ... 133

Gambar 4.24 Hubungan IP dengan swelling untuk jenis tanah

MH+SC+CH ... 134

(16)

Gambar 4.25 Hubungan IP dengan k untuk jenis tanah MH+SC+CH ... 135 Gambar 4.26 Hubungan persen lolos fraksi < 0,002 mm dengan

parameter kompaksi untuk jenis tanah MH+SC+CH ... 136

Gambar 4.27 Hubungan persen lolos fraksi < 0,002 mm dengan sudut

geser dalam untuk jenis tanah MH+SC+CH ... 137 Gambar 4.28 Hubungan persen lolos fraksi < 0,002 mm dengan kohesi

untuk jenis tanah MH+SC+CH ... 138 Gambar 4.29 Hubungan persen lolos fraksi < 0,002 mm dengan

parameter konsolidasi untuk jenis tanah MH+SC+CH ... 139 Gambar 4.30 Hubungan persen lolos fraksi < 0,002 mm dengan swelling

untuk jenis tanah MH+SC+CH ... 140 Gambar 4.31 Hubungan persen lolos fraksi < 0,002 mm dengan k

untuk jenis tanah MH+SC+CH ... 141

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi tanah berdasarkan sistem USCS ... 11

Tabel 2.2 Klasifikasi tanah berdasarkan sistem AASHTO ... 13

Tabel 2.3 Fariasi faktor waktu terhadap derajat konsolidasi ... 36

Tabel 2.4 Harga-harga koefisien rembesan pada umumnya ... 44

Tabel 2.4 Jenis batuan yang cocok untuk bendungan ... 52

Tabel 2.5 Bahan batuan yang dapat digunakan untuk pembangunan bendungan ... 61

Tabel 4.1 Hasil uji soil properties ... 99

Tabel 4.2 Hubungan antara plasticity index dan tingkat plastisitas ... 99

Tabel 4.3 Hubungan antara plasticity index dan potensi pengembangan 100

Tabel 4.4 Sifat-sifat tanah berdasarkan plasticity index ... 100

Tabel 4.5 Penentuan jenis tanah dari plasticity chart ... 100

Tabel 4.6 Kalsifikasi tanah berdasarkan sistem USCS ... 104

Tabel 4.7 Kalsifikasi tanah berdasarkan sistem AASHTO ... 104

Tabel 4.8 Kadar air optimun dan isi kering maksimum ... 106

Tabel 4.9 Data uji geser tipe UU ... 107

Tabel 4.10 Data Parameter sudut geser dalam dan kohesi tipe UU ... 108

Tabel 4.11 Perubahan volume contoh uji ... 110

Tabel 4.12 Data uji geser tipe CU ... 112

Tabel 4.13 Parameter sudut geser dalam dan kohesi dari lingkaran Mohr-Coulomb tipe CU ... 113

(18)

Tabel 4.14 Parameter sudut geser dalam dan kohesi dari diagram

P’ dan Q’ ... 116

Tabel 4.15 Hasil uji konsolidasi ... 118

Tabel 4.16 Hasil uji swelling ... 119

Tabel 4.17 Hasil uji permeabilitas ... 120

Tabel 4.18 Konstanta hubungan PL dengan OMC ... 123

Tabel 4.19 Konstanta hubungan PL dengan MDD ... 124

Tabel 4.20 Konstanta hubungan PL dengan swelling ... 129

Tabel 4.21 Konstanta hubungan IP dengan swelling ... 135

Tabel 4.22 Konstanta hubungan persen lolos fraksi < 0,002 mm dengan swelling ... 141

Tabel 4.23 Parameter-parameter desain teknis dari hasil korelasi empiris .. 142

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bendungan merupakan salah satu dari beberapa bangunan sipil yang

mempunyai resiko dan konsekuensi yang cukup tinggi dan merupakan satu

bangunan yang sangat vital. Bendungan adalah satu bangunan yang berfungsi

untuk menahan air yang disebut juga sebagai waduk. Air yang tertampung

biasanya dipergunakan untuk:

1. Peningkatan irigasi.

2. Penyediaan tenaga listrik

3. Penyediaan air minum.

4. Pengembangan pariwisata, perikanan, dan lain-lain.

(20)

2

Volume air yang dapat ditampung dalam kolam waduk bervariasi antara 1

juta sampai 400 juta meter kubik, sehingga suatu keruntuhan atau kebobolan pada

bendungan dapat menimbulkan bencana besar berupa korban jiwa dan kehilangan

harta benda bagi penduduk yang tinggal puluhan kilo meter sebelah hilir

bendungan. Untuk mencegah ini, maka struktur bendungan harus dilaksanakan

secara baik dan ditunjang dengan data-data hidrologi, geoteknik dan kegempaan

yang akurat.

Ditinjau dari segi geoteknik, salah satu faktor yang sangat menentukan

stabilitas bendungan adalah sifat-sifat bahan timbunan yang digunakan dalam

pembangunan bendungan. Dalam mendesain satu timbunan tanah dipadatkan,

seorang teknisi perlu pengetahuan yang cukup memadai tentang

parameter-parameter tanah yang mempengaruhi kestabilan bendungan. Parameter-parameter-parameter

tanah ini diperoleh dengan melakukan uji indeks properti, uji kompaksi, uji kuat

geser dilaboratorium, uji konsolidasi, uji pengembangan (swelling test), dan uji

permeabilitas.

Dalam tahap pradesain atau di daerah terpencil di mana fasilitas

laboratorium sulit ditemukan, parameter-parameter tersebut kadang-kadang perlu

ditaksir. Dalam menaksir parameter-parameter biasanya dilakukan dengan

menggunakan persamaan-persamaan empiris yang telah teruji coba di suatu

lokasi. Persamaan-persamaan empiris bisa dibuat stelah mendapatkan

(21)

3

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud utama daripada penelitian ini adalah:

1. Mempelajari sifat-sifat bahan timbunan yang cocok digunakan pada

pembangunan bendungan Danau Tua dan bendungan Haekrit.

2. Mendapatkan nilai parameter-parameter teknis tanah.

3. Meneliti berbagai aspek penting hubungan hubungan nilai parameter tanah

yang diperoleh dengan sifat teknisnya di lokasi pembangunan bendungan.

4. Mengembangkan persamaan-persamaan empiris yang dapat dipakai untuk

menaksir parameter-parameter desain tanah timbunan.

Tujuan utama penelitian ini adalah:

1. Memberi dasar-dasar yang kuat kepada perencana dan pelaksana mengenai

sifat-sifat teknis dan nilai parameter tanah di lokasi pembangunan

bendungan yang akan digunakan sebagai bahan timbunan.

2. Membuat persamaan-persamaan empiris untuk penentuan parameter

pemadatan tanah, kuat geser, konsolidasi, swelling, permeabilitas

berdasarkan indeks properti (PL, IP, persen fraksi lolos < 0,002 mm) untuk

berbagai jenis tanah di lokasi pembangunan bendungan.

1.2 Metodologi dan Ruang Lingkup Penelitian

Studi pustaka dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini

dimaksudkan agar diperoleh gambaran tentang masalah-masalah yang diteliti.

Ruang lingkup penelitian mencakup pengolahan data secara eksperimental.

(22)

4

1. Pengambilan contoh tanah

Contoh tanah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari daerah

Atambua Timor dan Rote Timor propinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasi I

Atambua Timor (TPH.1 1.00 – 1.50 M; TPH.3 1.00 – 2.00 M; TPH.7 1.00 –

2.00 M; TPH.9 2.00 – 3.00M; TPH.10 1.50 – 3.00 M). Lokasi II Rote Timor

(TPD1, TPD2, TPD3).

2. Pengujian pendahuluan di laboratorium

Pengujian soil properties, dan batas-batas Atterberg, meliputi:

Pengujian kadar air alami.

Pengujian berat jenis tanah.

Uji lolos saringan No.200 dan uji hidrometer.

Uji batas-batas Atterberg.

3. Pemadatan (compaction test) cara Proctor standar, meliputi:

Penyiapan contoh tanah yang akan diuji untuk masing-masing titik bor

dimana tanah sudah dibersihkan dari akar-akar dan kotoran lain.

Penyiapan mold.

Melakukan uji kompaksi.

Perhitungan kadar air optimum dan berat isi keringnya.

4. Uji Triaksial CU (consolidated undrained) dan UU (unconsolidated

(23)

5

Penyiapan benda uji untuk semua titik bor dengan masing-masing tipe uji

yang digunakan.

Penyiapan alat uji triaksial.

Proses penjenuhan tanah dengan back pressure pada contoh uji.

Konsolidasi pada tanah dengan menggunakan tegangan keliling pada alat

triaksial.

Melakukan uji kuat geser tanah.

Perhitungan kadar air dan saturasi benda uji.

5. Permeabilitas

Pesiapan benda uji

Melakukan uji permeabilitas.

6. Konsolidasi

Pesiapan benda uji (Oedometer)

Melakukan uji konsolidasi

7. Pengembangan

Pesiapan benda uji (Oedometer)

Melakukan uji pengembangan

8. Evaluasi data hasil dari setiap uji yang dilakukan.

9. Dari hasil evaluasi dari setiap uji yang dilakukan dibuat persamaan-persamaan

empiris.

(24)

6

1.3 Sistematika Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN

Berisikan penjelasan latar belakang penelitian, maksud dan tujuan penelitian,

metodologi dan ruang lingkup penelitian, sistematika pembahasan.

BAB 2 STUDI PUSTAKA

Berisi teori-teori mengenai klasifikasi tanah, hubungan berat volume,

Atterberg limit, indeks konsistensi tanah, sifat-sifat teknis bahan timbunan,

prinsip pemadatan, parameter kuat geser, konsolidasi, pengembangan

(swelling), permeabilitas, bendungan tipe urugan, bahan timbunan, persyaratan

bahan timbunan.

BAB 3 PROSEDUR UJI DAN PENGUJIAN

Menjelaskan pengambilan contoh tanah, prosedur pengujian index properties,

Atterberg limit, pemadatan, uji kuat geser, konsolidasi, pengembangan, dan

permeabilitas.

BAB 4 ANALISA HASIL UJI

Menjelaskan analisa data dari hasil uji yang dilakukan untuk memperoleh nilai

parameter tanah seperti; γn, γd, wn, Gs, N (%lolos), PL, LL, PI, OMC, MDD, c,

c’, φ, φ’ cc, cv, pc, Sw, k, yang diperlukan untuk karakterisasi, membuat

korelasi-korelasi empiris berdasarkan indeks properti (PL, IP, persen fraksi

lolos < 0,002 mm) untuk berbagai jenis tanah di lokasi pembangunan

bendungan, dan contoh aplikasi penggunan rumus korelasi empiris yang telah

dibuat untuk keperluan desain.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

Bendungan Danau Tua

1. Hasil penelitian yang dilakukan di rencana bendungan Danau Tua bahwa

bahan yang digunakan menurut klasifikasi USCS termasuk jenis tanah MH

(lanau berlempung dengan kompressibilitas tinggi) dengan kadar air asli

rata-rata 20,18%.

(26)

144

1. Jika menggunakan klasifikasi AASHTO tanah yang diuji termasuk dalam

kelompok A-7-5 (tanah berlempung).

2. Dari uji kompaksi Proctor standar tanah mempunyai berat kering

maksimum rata-rata 1,28 gr/cm3 dan mempunyai kadar air optimum

36,27%.

3. Dari hasil uji penjenuhan terlihat contoh uji mengalami pengembangan

volume sebesar ± 5,88% akibatnya contoh uji akan mengembang/

menyusut.

4. Dari uji geser triaksial CU kohesi efektif rata-rata 10,3 kPa, sudut geser

dalam efektif 19,87°.

5. Dari uji geser triaksial UU kohesi rata-rata 73,8 kPa, sudut geser dalam

7,6°.

6. Kekuatan geser tanah tergantung pada besarnya tegangan pori yang terjadi

selama uji berlangsung. Tegangan air pori akan berkurang dan akan

menghilang akibat adanya aliran air.

7. Dari hasil uji konsolidasi indeks pemampatan rata-rata cc = 0,41; indeks

pemuaian rata-rata cs = 0,082; tegangan prakonsolidasi rata-rata pc = 1,99.

Penurunan yang diakibatkan oleh konsolidasi sekunder adalah sangat

penting untuk semua jenis tanah organik dan anorganik yang sangat

mampumampat (compressible).

8. Dari hasil penelitian swelling contoh tanah yang tidak dibebani atau beban

0 kg/cm2 menghasilkan potensi pengembangan rata-rata 12,07%; bila

(27)

rata-145

rata 1,27% dan kalau beban ditambah terus secara bertahap tanah akan

terjadi penurunan.

9. Dari hasil uji Falling Head nilai k rata-rata 2,4x10-9 m/det dengan kadar

air yang berbeda-beda. Koefisien rembesan tanah yang tidak jenuh air

adalah rendah, harga tersebut akan bertambah secara cepat dengan

bertambahnya derajat kejenuhan tanah yang bersangkutan.

Bendungan Haekrit

1. Hasil penelitian yang dilakukan di rencana bendungan Haekrit bahwa

bahan yang digunakan menurut klasifikasi USCS termasuk jenis tanah CH

(lempung berlanau, campuran pasir – lanau dengan plastisitas tinggi); SC

(pasir berlempung, campuran pasir – lempung) dengan kadar air asli

rata-rata 9,95%.

2. Jika menggunakan klasifikasi AASHTO tanah yang diuji termasuk dalam

kelompok A-7-6 (tanah berlempung).

3. Dari uji kompaksi Proctor standar tanah mempunyai berat kering

maksimum rata-rata 1,64 gr/cm3 dan mempunyai kadar air optimum

18,97%. Uji kompaksi Proctor standar terlihat jenis tanah MH mempunyai

berat kering maksimum rata lebih kecil tetapi kadar air optimum

rata-rata lebih besar bila dibandingkan dengan jenis tanah CH, SC. Ini

diakibatkan tanah MH mempunyai kompressibilitas yang sangat tinggi.

4. Dari uji geser triaksial CU kohesi efektif rata-rata 17,77 kPa, sudut geser

dalam efektif 22,12°.

(28)

146

6. Dari hasil uji konsolidasi indeks pemampatan rata-rata cc = 0,29; indeks

pemuaian rata-rata cs = 0,055; tegangan prakonsolidasi rata-rata pc = 1,66.

7. Dari hasil penelitian swelling contoh tanah yang tidak dibebani atau beban

0 kg/cm2 menghasilkan potensi pengembangan rata-rata 6,76%; bila

dibebani sampai 0,8 kg/cm2 mengahasilkan potensi pengembangan

rata-rata 0,68% dan kalau beban ditambah terus secara bertahap tanah akan

terjadi penurunan.

8. Dari hasil uji Falling Head nilai k rata-rata 7,6x10-10 m/det dengan kadar

air yang berbeda-beda.

Juga telah dikembangkan persamaan empiris dengan mengabungkan

data-data kedua bendungan tersebut dengan menggunakan hubungan batas plastis

dengan parameter disain, hubungan indeks plastis dengan parameter disain, dan

hubungan batas plastis dengan parameter disain. Berikut ini adalah

persamaan-persamaan empirisnya:

1. Korelasi empiris batas plastis (PL) dengan parameter desain

OMC = a PL – b; MDD = -a PL + b; φ = 0,117(PL) + 15,022; φ’ =

-0,0611(PL) + 23,045; c = -0,0319(PL) + 19,114; c’ = -0,2088(PL) +

21,018; cc = 0,0065(PL) + 0,1428; cs = 0,0014(PL) + 0,024; pc =

0,0178(PL) + 1,2465; Sw = a PL+ b; k = 0,4748(PL) + 4,915.

2. Korelasi empiris indeks plastis (IP) dengan parameter desain

OMC = 0,9244(IP) – 5,5122; MDD = -0,0204(IP) + 2,191; φ =

-0,0846(IP) + 14,416; φ’ = -0,0386(IP) + 22,554; c = 0,0002(IP) + 19,983;

(29)

147

0,0223; pc = 0,0068(IP) + 1,5779; Sw = a IP + b; k = 0,3707(IP) +

6,4769.

3. Korelasi empiris persen lolos fraksi < 0,002 mm (% lolos) dengan

parameter desain

OMC = 0,4886(% lolos) – 5,983; MDD = -0,0101(% lolos) + 2,1566; φ =

-0,0403(% lolos) + 14,159; φ’ = -0,0203(% lolos) + 22,549; c =

-0,0033(% lolos) + 20,178; c’ = -0,0907(% lolos) + 20,569; cc = 0,003(%

lolos) + 0,1281; cs = 0,0008(% lolos) + 0,0186; pc = 0,0074(% lolos) +

1,3222; Sw = a (% lolos)+ b; k = 0,2119(% lolos) + 7,2511.

5.2 Saran

1. Dari data-data yang telah diperoleh dari penelitian ini perlu dikembangkan

lagi korelasi-korelasi empiris, sehingga memudahkan enginer di lapangan

memperoleh nilai-nilai parameter disain yang akan digunakan dalam

pembangunan rencana bendungan Danau Tua dan rencana bendungan Haekrit.

Hal ini penting karena keterbatasan alat dan operator alat yang ada di

lapangan.

2. Dengan cara yang sama parameter-parameter desain tanah untuk Nusa

tenggara Timur dapat diperoleh dengan mengumpulkan semua data-data

penelitian dari semua pembangunan yang telah dikerjakan oleh pemerintah

maupun swasta di NTT.

3. Setelah didapat untuk daerah NTT selanjutnya dapat dikembangkan untuk

(30)

148

DAFTAR PUSTAKA

1. Anggoro, B.W. (2004), Penentuan Parameter Kuat Geser Tanah Lempung Tak Jenuh dengan Uji Triaksial CU Modifikasi, Skripsi Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

2. Bishop, A.W.& Henkel, D.J. (1962), The Measurement of Soil Properties in the Triaxial Test, 2nd Ed, Edward Arnold Ltd., London.

3. Das, Braja M. (1985), Principle Of Foundation Engineering, PWS Publishing, 4th Ed, USA.

4. Das, Braja M. (1985), Mekanika Tanah - Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis, Jilid 1,2, Terjemahan Noor Endah Mochtar, Ir., M.Sc., Ph.D, dan Indra Surya B. Mochtar, Ir., M.Sc., Ph.D. Principles of Geotecnical Engineering, Penerbit Erlangga, Jakarta.

5. Laboratorium Mekanika Tanah, Prosedur Praktikum Laboratorium

Mekanika Tanah, Universitas Kristen Maranatha.

6. Najoan, TH. F (1993), Sifat-Sifat Bahan Timbunan Tanah di Indonesia, Pusat Pelatihan MBT, Jakarta.

7. Pusat Pelatihan MBT (1993), Soil Behavior, Pusat Pelatihan MBT , Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Kesesuaian kompetensi kurikulum 2013 SMK KK TKR dengan kompetensi

Hendaknya dalam setiap putusan pengadilan yang menangani perkara perjanjian lisensi hak cipta antara pencipta / pemegang hak cipta dengan produser rekaman suara

Tugas akhir berjudul “PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT EPOKSI BERPENGUAT SERAT SERABUT KELAPA DENGAN PERLAKUAN ALKALI (NaOH)”

達することは決してなく、常にわれわれの「精神」に象徴的であるほかないとするもので

Terdapat perbedaan antara bobot telur yang diproduksi oleh puyuh yang diberi pakan komersial (P0) dengan yang diberi pakan dari berbagai jenis pakan organik baik dengan

Data primer dimaksudkan sebagai data yang didapat dari berbagai peristiwa atau adegan tutur yang terdapat di pasar Songgolangit pada kegiatan transaksi Jual beli

Pengujian pada penelitian ini adalah pengujian menggunakan teknik Clasical SQL Injection yang dilakukan terhadap URL website hasil enkripsi dan penggunaan firebug

Bakasang merupakan salah satu produk hasil perikanan yang difermentasi dengan menggunakan aktivitas bakteri asam laktat.Pembuatan bakasang masih dilakukan secara