• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas peran audit internal : studi kasus pada PT. Madubaru Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas peran audit internal : studi kasus pada PT. Madubaru Yogyakarta."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

xiii

EFEKTIVITAS PERAN AUDIT INTERNAL (Studi Kasus pada PT Madubaru Yogyakarta)

Lolyta Revi Pharamitha

NIM : 112114100

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2016

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas audit internal PT. Madubaru. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa setiap perusahaan menghadapi risiko penyimpangan atau kecurangan. Untuk mengurangi risiko penyimpangan yang terjadi dibutuhkan satu unit kerja khusus yang bertugas melakukan fungsi control, yaitu audit internal.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner dan melakukan wawancara. Teknik Analisa Data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan 94,4% responden menyatakan setuju dan sangat setuju tentang efektivitas peran audit internal Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa audit internal pada PT Madubaru Yogyakarta yang dilakukan oleh divisi SPI sudah berjalan dengan sangat efektif.

(2)

xiv

THE EFFECTIVENESS OF THE ROLE OF INTERNAL AUDIT FUNCTION

(A Case Study In PT. Madu Baru Yogyakarta)

Lolyta Revi Pharamitha

NIM: 112114100

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2016

The purpose of this study to find out the effectiveness of internal audit function at PT. Madu Baru Yogyakarta. This study is motivated by the fact that every company faces the risk of irregularities or fraud. To reduce the risk of irregularities or fraud it is needed a special unit as control function, that is internal audit function.

This study was a case study. Data were obtained by distributing questionnaires and doing some interviews.The data were analyzed using descriptive analysis.

The result of this study shows that 94,4% respondent agree and very agree with the effectiveness of internal audit function. From the above statement it is concluded that internal audit function in PT. Madu Baru Yogyakarta conducted by “The SPI” division has been running effectively.

(3)

i

(Studi Kasus pada PT. Madubaru Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

LOLYTA REVI PHARAMITHA

NIM: 112114100

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

Skripsi

EFEKTIVITAS PERAN AUDIT INTERNAL

(Studi Kasus pada PT. Madubaru Yogyakarta)

Oleh:

Lolyta Revi Pharamitha

NIM: 112114100

Telah disetujui Oleh:

Pembimbing

(5)
(6)

iv

Motto

“Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”

(Al Baqarah: 214)

Kita tidak akan pernah kalah sampai kita menyerahkan semuanya kepada Tuhan

Karya ini kupersembahkan untuk:

Allah, yang senantiasa mengasihiku Bapakku, Sri Asta dan Ibuku, Sri Kulniati Kakakku, Aditya Agil Jumawan Adekku, Dimas Nuno Triyoga dan Jessica Widy Afinola

(7)
(8)
(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi ini dengan judul EFEKTIVITASPERAN AUDIT INTERNAL (STUDI

KASUS DI PT. MADUBARU YOGYAKARTA).Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian studi pada Program Sarjana Akuntansi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Hormat dan terima kasih penulis

haturkan kepada:

1. Drs. Johannes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma

yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian

kepada penulis.

2. Dr. Herry Maridjo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi yang telah mendukung

dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi Akuntansi yang

telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

4. Josephine Wuri, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.

5. Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Akt. selaku dosen pembimbing yang telah

membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma atas ilmu dan

bantuan yang bermanfaat selama penulis belajar.

7. Keluarga tercinta: Bapak Sri Asta dan Ibu Sri Kulniati yang telah berusaha

memenuhi kebutuhan pendidikan penulis, berkat teladan dan cinta dari merekalah

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakakku Aditya Agil Jumawan dan kedua adikku tersayang Dimas Nuno Triyoga dan

Jessica Widy Afinola yang penulis anggap sebagai motivasi pertama selama

menempuh pendidikan.

(10)
(11)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... . v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xii

ABSTRAK... ... ... xiii

A. Sistem Pengendalian Internal ... 6

(12)

x

C. Kronologis Status Perusahaan dan Perubahan Manajemen ... 30

D. Visi dan Misi Perusahaan... 31

E. Susunan Pengurus Perusahaan... 31

F. Sumber Daya Manusia... 32

G. Produksi... 33

H. Pemasaran... 34

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Karakteristik Responden ... 35

B. Pengujian Instrumen Penelitian ... 37

C. Hasil Analisis Data... 39

D. Pembahasan... 54

BAB VI PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Keterbatasan Penelitian ... 57

C. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(13)

xi

Tabel 3.1.Indikator dalam Pernyataan Kuesioner... 24

Tabel 3.2.Skor Penilaian Kuesioner... 25

Tabel 3.3. Kategorisasi Tingkat Efektivitas Audit Internal PT. Madubaru Tahun 2015/2016... 27

Tabel 3.4.Nilai (Skor) Indikator Efektivitas Audit Internal... 27

Tabel 4.1. Kronologis status perusahaan dan perubahan manajemen... 30

Tabel 5.1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 35

Tabel 5.2.Data Responden Berdasarkan Usia... 36

Tabel 5.3. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 36

Tabel 5.4. Data Responden Berdasarkan Jabatan/Posisi... 37

Tabel 5.5. Analisis Uji Validitas Efektivitas Audit Internal... 38

Tabel 5.6. Tingkat Efektivitas Audit Internal PT Madubaru Tahun 2015/2016... 40

Tabel 5.7.Nilai Kelayakan dan Arti Penting Temuan Pemeriksaan Beserta Rekomendasinya... 41

Tabel 5.8.Nilai (Skor) Respon dari Objek yang Diperiksa... 43

Tabel 5.9. Nilai (Skor) Profesionalisme Auditor... 45

Tabel 5.10.Nilai (Skor) Peringatan Dini... 47

Tabel 5.11.Nilai (Skor) Kehematan Biaya Pemeriksaan... 49

Tabel 5.12.Nilai (Skor) Pengembangan Personil... 50

Tabel 5.13.Nilai (Skor) Umpan Balik dari Manajemen Lainnya... 52

(14)

xii

(15)

xiii

EFEKTIVITAS PERAN AUDIT INTERNAL (Studi Kasus pada PT Madubaru Yogyakarta)

Lolyta Revi Pharamitha

NIM : 112114100

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2016

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas audit internal PT. Madubaru. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa setiap perusahaan menghadapi risiko penyimpangan atau kecurangan. Untuk mengurangi risiko penyimpangan yang terjadi dibutuhkan satu unit kerja khusus yang bertugas melakukan fungsi control, yaitu audit internal.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner dan melakukan wawancara. Teknik Analisa Data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan 94,4% responden menyatakan setuju dan sangat setuju tentang efektivitas peran audit internal Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa audit internal pada PT Madubaru Yogyakarta yang dilakukan oleh divisi SPI sudah berjalan dengan sangat efektif.

(16)

xiv

THE EFFECTIVENESS OF THE ROLE OF INTERNAL AUDIT FUNCTION

(A Case Study In PT. Madu Baru Yogyakarta)

Lolyta Revi Pharamitha

NIM: 112114100

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2016

The purpose of this study to find out the effectiveness of internal audit function at PT. Madu Baru Yogyakarta. This study is motivated by the fact that every company faces the risk of irregularities or fraud. To reduce the risk of irregularities or fraud it is needed a special unit as control function, that is internal audit function.

This study was a case study. Data were obtained by distributing questionnaires and doing some interviews.The data were analyzed using descriptive analysis.

The result of this study shows that 94,4% respondent agree and very agree with the effectiveness of internal audit function. From the above statement it is concluded that internal audit function in PT. Madu Baru Yogyakarta conducted by “The SPI” division has been running effectively.

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan organisasi yang terdiri dari manusia dengan

berbagai macam karakter yang bekerja secara bersama-sama sesuai dengan

fungsi dan kedudukannya masing-masing, akan tetapi masing-masing mempunyai

tujuan yang sama. Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan profit untuk

kepentingan para pemegang saham.

Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis, makin banyak masalah yang

harus dihadapi oleh suatu perusahaan dalam persaingan usaha yang semakin

kompetitif dan kompleks.Kompleksitas dalam perusahaan tergantung pada ukuran

perusahaan.Semakin banyak orang yang bekerja dalam perusahaan semakin

kompleks perusahaan tersebut, dan semakin tinggi tingkat kesulitan dalam

melakukan pengawasan atau control untuk memastikan bahwa setiap unit atau

divisi sudah bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Setiap perusahaan menghadapi risiko penyimpangan atau kecurangan.

Penyimpangan tersebut bisa berbentuk apa saja, mulai dari penyimpangan yang

ringan, yang sedang hingga yang berat. Keadaan ini menuntut para pimpinan atau

manajemen perusahaan untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih efektif

dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mengurangi

risiko penyimpangan yang terjadi dibutuhkan satu unit kerja khusus yang bertugas

(18)

Menurut Tugiman (2006) audit internal mempunyai 3 (tiga) peran di

dalam perusahaan, yaitu sebagai watchdog, konsultan, dan katalis. Dari ketiga

peran tersebut audit internal dapat melihat apakah aktivitas dalam perusahaan

sudah berjalan sesuai peraturan dan kebijakan organisasi, audit internal juga

berperan memberikan saran-saran yang dapat membantu manajemen untuk

meningkatkan efektivitas intern perusahaan.Audit internal yang independen

sangat penting dalam perusahaan untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan

memastikan bahwa perusahaan telah melakukan praktik-praktik dalam penerapan

prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

Dari uraian diatas terlihat bahwa audit internal penting bagi perusahaan.

Dengan audit internal yang efektif dapat membantu perusahaan untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Maka dari itu penting untuk mengetahui apakah

peran audit internal dalam perusahaan sudah efektif. Berdasarkan hal tersebut

diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui "Efektivitas Peran Audit

Internal" (Studi Kasus pada PT. Madubaru) B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

permasalahan dirumuskan sebagai berikut:

Apakah peran audit internal dalam PT. Madubaru sudah efektif ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas peran audit

(19)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang terkait di dalamnya yaitu:

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini sebagai alat untuk mengetahui efektivitas peran audit

internal pada PT. Madubaru.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan bacaan serta referensi di bidang pengauditan internal bagi pihak yang

berminat terhadap topik audit internal.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini jelas menjadi tambahan informasi dan pengetahuan bagi

peneliti dalam mengaplikasikan teori yang telah diterima dan dipelajari

pada saat kuliah.Melalui penelitian ini juga penulis dapat mengetahui

(20)

E. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai latar belakang

masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisi teori-teori yang digunakan penulis sebagai

dasar penelitian, hasil peneliti terdahulu dan perumusan

hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini membahas jenis penelitian, subjek dan objek

penelitian, jenis dan sumber data, variabel penelitian dan teknik

analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini berisi tentang keadaan PT.Madubaru berdasarkan

(21)

BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian,

analisis data dan pembahasannya.

BAB VI : KESIMPULAN

Dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan, keterbatasan

penelitian dan saran yang diharapkan bermanfaat bagi penelitian

(22)

6 BAB II

LANDASAN TEORI A. Sistem Pengendalian Internal

Sistem pengendalian internalmerupakan kumpulandari

pengendalian internal yang terintegrasi, berhubungan dan saling

mendukung satu dengan yang lain. Di lingkungan perusahaan,

pengendalian internal didefinisikan sebagai suatu proses yang

diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan manajemen secara

keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya

tujuan perusahaan.

Dulu auditor internal menggunakan serangkaian fungsi kontrol

internal untuk menentukan kecukupan fungsi kontrol organisasi, lalu

selanjutnya muncul pertanyaan apakah pola elemen-elemen kontrol telah

memadai. Hasil pembahasan tersebut adalah pengembangan model kontrol

terbaru, kerangka control terintegrasi dibuat di Amerika Serikat oleh

pendukung organisasi dari komisi Treadway (Committee of Supporting

Organizations) COSO dan kelompok CoCo di Kanada (Criteria of Control) yang juga membuat model control yang serupa, juga terdapat komisi Cadbury (Cadbury Commission) di Inggris. Kerangka Pengendalian Internal-Terpadu COSO 2013 diterbitkan pada tahun 1992

oleh COSO, kemudian pada tanggal 1 Mei 2013 COSO merilis versi

(23)

Kerangka pengendalian internal tahun 2013 terdiri dari lima

komponen terpadu, yaitu:

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang dibangun dan

diciptakan dalam suatu organisasi yang akan mempengaruhi efektivitas

pengendalian. Kondisi lingkungan kerja dipengaruhi oleh beberapa

hal, yaitu adanya penegakan integritas dan etika seluruh anggota

organisasi, komitmen pimpinan manajemen atas kompetensi,

kepemimpinan manajemen yang kondusif, pembentukan struktur

organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang

dan tanggung jawab tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang

sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, perwujudan peran

aparat pengawasan yang efektif, dan hubungan kerja yang baik dengan

pihak ekstern.

b. Penilaian Risiko

Risiko merupakan hal-hal yang berpotensi menghambat

tercapainya tujuan. Identifikasi terhadap risiko(risk identification)

diperlukan untuk mengetahui potensi-potensi kejadian yang dapat

menghambat dan menghalangi terwujudnya tujuan organisasi. Setelah

dilakukan identifikasi maka dilakukan analisis terhadap risiko

(24)

menetukan dampak kejadian, serta merupakan input untuk

mendapatkan cara mengelola risiko tersebut.

c. Aktivitas Pengendalian

Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk

mengatasi risiko, menetapkan dan melaksanakan kebijakan serta

prosedur, serta memastikan bahwa tindakan tersebut telah

dilaksanakan secara efektif. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk

mrngatasi risiko dapat dibagi menjadi dua jenis tindakan yaitu

tindakan preventif dan tindakan mitigasi. Tindakan preventif adalah

tindakan yang dilakukan sebelum kejadian yang berisiko berlangsung,

sedangkan tindakan mitigasi adalah tindakan yang dilakukan setelah

kejadian berisiko berlangsung, berfungsi untuk mengurangi dampak

yang terjadi. Tindakan-tindakan tersebut juga harus dilakukan evaluasi

sehingga dapat dinilai keefektifan serta keefisienantindakan tersebut.

d. Informasi dan Komunikasi

Informasi adalah data yang sudah diolah yang digunakan untuk

pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan

fungsi organisasi. Informasi yang berkualitas tentunya harus

dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang terkait. Penyampaian

informasi yang tidak baik dapat mengakibatkan kesalahan interpretasi

(25)

e. Pemantauan

Pemantaun (monitoring) adalah tindakan pengawasan yang

dilakukan oleh pimpinan manajemen dan pegawai lain yang ditunjuk

dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas sebagai penilai

terhadap kualitas dan efektivitas sistem pengendalian intern.

Pemantaun dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pemantauan

berkelanjutan (on going monitoring), evaluasi yang terpisah (separate

evaluation), dan tindak lanjut atas temuan audit.

B. Audit Internal

Berdasarkan Konsorium Organisasi Profesi Audit Internal (2004),

internal audit adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen

dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan

meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Menurut Tugiman (1997),

internal audit adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu

organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang

dilaksanakan. Menurut Sawyer (2005), internal audit adalah sebuah

penelitian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal

terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk

menentukan apakah tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

Tujuan audit internal, menurut Konsorsium Organisasi Profesi

Audit Internal (2004), adalah untuk membantu organisasi untuk mencapai

(26)

mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko,

pengendalian, dan proses governance. Menurut Tugiman (1997), tujuan

audit internal adalah untuk membantu para anggota organisasi agar dapat

melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Dalam hal ini, auditor

akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan

informasi sehubungan dengan kegiatan yang sedang diperiksa. Menurut

Andayani (2008), tujuan audit internal adalah untuk memastikan apakah

organisasi sudah mematuhi hukum, kebijakan, prosedur dan peraturan

yang sudah ditetapkan. Audit juga dilakukan untuk menentukan apakah

aktivitas organisasi atau program telah dilaksanakan secara ekonomis,

efisien, dan efektif.

Menurut SPAI (Standar Profesi Audit Internal) yang dikeluarkan

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:21),fungsi audit

internal dinyatakan sebagai berikut: “Fungsi audit internal harus

membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif

dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas

pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern

secara berkesinambungan.”

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam Standar

Profesi Audit Internal (2004) menjelaskan auditor internal mempunyai

peran untuk mengevaluasi dan memberikan kontribusi terhadap perbaikan

sistim manajemen risiko, kontrol, dan governance. Dalam menjalankan

(27)

melakukan identifikasi, evaluasi dan implementasi proses pengelolaan

risiko. Audit internal juga bertanggung jawab untuk membantu

pencegahan fraud dengan jalan melakukan pengujian kecukupan dan

keefektifan sistem pengendalian intern, dengan jalan mengevaluasi

seberapa jauh risiko yang potensial telah diidentifikasi. Kumaat (2011)

menyatakan terdapat tiga peran audit internal, yaitu:

a. Peran analisis/penelaah data berbasis risiko bisnis;

b. Peran akselerator/pendorong terwujudnya pengawasan melekat;

c. Peran penyelaras/perekat strategi bisnis.

Menurut Tugiman (2006), peran yang dijalankan auditor internal dapat

digolongkan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu:

1. Watchdog

Watchdog adalah peran tertua dari audit internal yang mencakup pekerjaan menginspeksi, observasi, menghitung dan cek dan

ricek.Adapun tujuannya adalah memastikan ketaatan terhadap hukum,

peraturan dan kebijakan organisasi. Proses audit yang dilakukan adalah

audit kepatuhan. Focus pemeriksaanya adalah adanya variasi atau

penyimpangan dalam sistem pengendalian internal. Audit kepatuhan

mengidentifikasi penyimpangan sehingga dapat dilakukan koreksi

(28)

peran watchdog biasanya akan menghasilkan rekomendasi yang

mempunyai dampak jangka pendek.

2. Konsultan

Melalui peran ini, manajemen akan melihat bahwa selain sebagai

watchdog, audit internal dapat memberikan manfaat lain berupa saran dalam pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat membantu

tugas para manajer. Peran konsultan membawa internal audituntuk

selalu meningkatkan pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun

aspek bisnis, sehingga dapat membantu manajemen dalam

memecahkan masalah.

3. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi

namun tidak ikut bereaksi.Peran auditor internal sebagai katalisator

yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran

konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun

tidak ikut dalam aktivitas operasional perusahaan.

C. Efektivitas

Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih

tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan

(29)

diartikan juga sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian

tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Tugiman (1997) untuk mencapai fungsi audit internal

yang efektif terdapat 5 (lima) faktor yang harus dipertimbangkan antara

lain:

1. Akses berkaitan dengan masalah ketersediaan informasi yang

diperlukan oleh internal audit untuk melaksanakan audit. Aksesnya

dapat bersumber dari:

a) Fasilitas, meliputi seluruh realitas fisik yang mungkin dapat

memberikan informasi bagi auditor yang melakukan observasi

langsung;

b) Catatan, yang mewakili realitas walaupun bukan realitas itu

sendiri;

c) Orang, terutama bila fasilitas dan catatan kurang mendukung.

2. Objektivitas, merupakan keadaan jiwa yang memungkinkan seseorang

untuk merasakan sesuatu realitas seperti apa adanya. Hal tersebut

dapat dicapai melalui kesadaran, pengetahuan formal, pengetahuan

berdasarkan pengalaman (ketekunan) dan tidak adanya kecondongan

emosional.

3. Kebebasan berpendapat merupakan suatu keadaan yang

memungkinkan suatu auditor untuk menyatakan sesuatu yang

(30)

status dan pemisahan organisasional sangat membantu kebebasan

berpendapat.

4. Ketekunan pada umumnya merupakan kualitas yang berasal dari

dalam diri auditor sehingga dapat dipengaruhi untuk menjadi lebih

baik atau lebih buruk. Ketekunan dapat diperkuat dengan pemberian

isyarat menyangkut maksud atasan sesungguhnya serta status

organisasional yang memadai.

5. Ketanggapan menurut perhatian auditor terhadap berbagai temuan dan

pembuatan keputusan. Adanya tindakan korektif bila dipandang perlu.

Ketanggapan sangat dipengaruhi oleh status organisasional internal

audit.

Menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang terdapat

dalam Hiro Tugiman (1997) terdapat 9 (Sembilan) indikator efektivitas

audit internal, antara lain:

1. Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta

rekomendasinya (reasonable and meaningful findings and recommendations).

Indikator ini untuk melihat apakah suatu temuan dan rekomendasi dari

audit internal dapat memberikan nilai tambah bagi auditee dan apakah

dapat dipergunakan oleh manajemen sebagai suatu informasi yang

(31)

2. Respon dari objek yang diperiksa (auditee’s response and feedback).

Berkaitan dengan indikator pertama tetapi berkenaan dengan umpan

balik dari respon dari auditee.Apakah temuan atau rekomendasi

tersebut dapat diterima dan dioperasionalisasikan oleh auditee.Temuan

pemeriksaan dan rekomendasi dari auditor yang tidak dapat

dioperasionalisasikan dan tidak mendapat respon dari auditee

kemungkinan pula terjadi karena adanya kesalahan dalam proses

pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau sebab-sebab lainnya.

3. Profesionalisme auditor (professionalism of internal audit department)

Kriteria dari profesionalisme auditor adalah:

a) Independensi;

b) Integritas seluruh personil pemeriksaan;

c) Kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa;

d) Penampilan, sikap dan perilaku pemeriksa.

e) Kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan auditee atas permasalahan yang diajukan.

f) Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan

didapatnya tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen

puncak.

(32)

4. Peringatan dini (absence of surprise)

Auditor dapat memberikan laporan peringatan dini baik dalam bentuk

formal maupun informal mengenai kelemahan atau permasalahan

operasi perusahaan serta kelemahan pengendalian manajemen.

5. Kehematan biaya pemeriksaan (cost effectiveness of the internal audit

department).

Output dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat diukur.Bila

pemeriksaan yang dilakukan mampu meminimalisasi biaya tanpa

mengurangi nilai tambah yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah

efektif ditinjau dari tolak ukur ini.

6. Pengembangan personil (development of people).

Jika pengembangan personil dianggap menjadi peran yang penting,

maka pimpinan auditor akan menggunakan waktunya dalam

pembinaan untuk penempatan dan pengembangan staffnya.

7. Umpan balik dari manajemen lainnya (operating management’s

feedback).

Umpan balik dari manajemen lainnya bersifat subjektif dan sangat

dipengaruhi oleh profesi auditor itu sendiri.Sampai sejauh mana

dukungan yang diberikan oleh para manajemen lainnya terhadap para

(33)

8. Meningkatnya jumlah pemeriksaan (number of request for audit work).

Semakin baik dan semakin meningkatnya kemampuan auditor maka

manfaat dari audit ini akan semakin dirasakan, dengan semakin

dirasakannya manfaat tersebut maka jumlah pemeriksaan pun akan

semakin meningkat seiring dengan perkembangannya.

9. Tercapainya program pemeriksaan.

Yang termasuk program pemeriksaan yaitu tindakan evaluasi terhadap

risiko objek yang diperiksa serta jaminan bahwa bidang-bidang yang

berisiko tinggi telah ditempatkan sebagi prioritas utama dalam

perencanaan pemeriksaan.

D. Penelitian Terdahulu

Cristina dan Cristina (2009) menunjukkan bahwa nilai tambah

yang disampaikan oleh audit internal menjadi lebih penting, audit internal

menjadi lebih tertarik untuk menemukan metode yang paling relevan

untuk mengukur dan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi.Penelitian ini

difokuskan pada analisis informasi melalui literatur khusus dengan metode

dokumentasi dan observasi untuk mengukur dan menilai efektivitas audit

internal. Metode yang digunakan untuk proses penentuan hasil dari

penelitian ini adalah induktif dan deduktif. Data yang digunakan

penelitian ini adalah data yang diambil dari “Global Internal Audit

Survey” pada tahun 2007 dan 2008. Tujuan utama dari penelitian ini

(34)

yang digunakan dalam menentukan kinerja audit internal dengan

menggunakan jenis dasar penelitian.

Kumaat (2011) menunjukkan bahwa efektifitas audit internal

diukur dari indepedensi, pemetaan risiko dan pengendalian, strategi audit,

program audit, pelaksanaan audit dan hasil audit dan penyajiannya.Sawyer

(2005) menunjukkan bahwa efektivitasaudit internal diukur dari

integritas,objektivitas, kerahasiaan, profesionalisme dan

kompetensi.Tugiman (1997) menunjukkan bahwa efektivitas audit internal

diukur dari Kode etik, berbagai tujuan, kebijaksanaan, dan prosedur bagian

audit internal, berbagai kebikjasanaan dan prosedur organisasi yang

diterapkan pada bagian audit internal, berbagai hukum, pengaturan dan

standar pemerintah atau industri yang menetapkan tentang persyaratan

pemeriksaan dan pelaporan, berbagai metode mengidentifikasi

kegiatan-kegiatan yang dapat diperiksa (auditable activities), memperkirakan risiko

(assessing risk), dan menentukan frekuensi serta lingkup pemeriksaan.

Penelitian Judhistira (2012) menunjukkan bahwa dalam proses

pengukuran efektivitas audit internal organisasi dinilai dari sejauh mana

dampak atau pengaruh dari kinerja audit internal dalam ruang lingkup

(35)

19 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliian

deskripif melalui pendekatan studi kasus. Menurut Sanusi (2011:13),

penelitian deskriptif adalah desain penelitian yang disusun dalam rangka

memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal

dari subjek atau objek penelitian.

B. Tempat Penelitian

Tempat dilakukan penelitian adalah di PT. Madubaru Desa Padokan,

Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subyek dari penelitian ini adalah internal audit, yang di dalam penelitian

ini selanjutnya akan disebut sebagai divisi Sistem Pengendalian Internal

(SPI), manajer di tiap departemen, dan karyawan tiap departemen yang

pernah diperiksa oleh divisi Sistem Pengendalian Internal (SPI).

2. Obyek dari penelitian ini adalah Efektivitas Internal Audit pada PT.

Madubaru.

D. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah karyawan seluruh divisi di PT. Madubaru

(36)

Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu.

Berikut pihak – pihak yang menjadi sampel penelitian :

1. Divisi SPI di dalam perusahaan;

2. Manajer di setiap divisi;

3. Beberapa karyawan di divisi.

E. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer merupakan data

yang diambil langsung dari narasumber atau responden berupa observasi

dan pengisian kuesioner mengenai efektivitas audit internal.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner

Teknik ini memberikan tanggung jawab kepada responden untuk

membaca dan menyatakan pendapatnya terhadap pertanyaan yang

diajukan. Kuesioner dikembangkan dari penelitian Cristina dan Cristina

(2009) dan dibagikan kepada karyawan yang menjadi sampel di penelitian

ini yaitu divisi SPI, manajer setiap divisi, dan beberapa karyawan di divisi.

2. Wawancara

Teknik ini dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada pihak-pihak yang berhubungan dan

mengetahui keberadaan audit internal. Teknik ini untuk mendapatkan

(37)

internal.Penelitian ini melakukan wawancara dengan kepala divisi SPI

untuk memperoleh informasi tambahan mengenai audit internal.

G. Teknik Analisis Data 1. Mengumpulkan Data

Proses pengumpulan data dimulai dengan mengajukan ijin ke PT.

Madubaru untuk mendapatkan surat ijin melakukan penelitian di PT.

Madubaru tersebut. Peneliti membagikan kuesioner kepada divisi SPI,

Manajer setiap divisi, dan beberapa karyawan di divisi dalam perusahaan

untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Menurut Siregar (2013:75), validitas atau kesahihan menujukkan

sejauh mana suatualat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (a

valid measure if it successfully measure the phenomenon). Dalam penelitian yang menggunakan instrument berupa kuisioner ,uji

validitas digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan

pertanyaan dapat mengetahui jawaban responden. Semakin tinggi

tingkat validitas suatu alat ukur,semakin tepat pula alat ukur tersebut

mengukur.

Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan nilai r

hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)=n-2, dalam hal ini

n adalah jumlah sampel.Menguji apakah masing-masing indikator

(38)

Alphapada kolom Correlated Item-Total Correlation. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau

indikator tersebut dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Reabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

hasilpengukuran tetap konsiten apabila dilakukan dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang

sama pula (Siregar, 2013:87). Menurut Siregar (2013: 89-90) Alpha

Cronbach adalah salah satu metode yang digunakan untuk menghitung reabilitas suatu tes yang tidak mempunyai pilihan “benar” atau “salah”

maupun “ya” atau “tidak”, melainkan untuk menghitung realibilitas

suatu tes yang mengukur sikap atau perilaku. Alpa Cronbach sangat

umum digunakan sehingga koefisein yang umum juga untuk

mengevaluasi internal constensy.Kriteria suatu instrument penelitian

diakatakan reliabel dengan menggunakan tehnik ini bila

koefisienreabilitas ( ) >0,6. Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas

mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini

mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten

(39)

Keterangan :

= Koefisien reabilitas instrument

K =Jumlah butiran pertanyaan

= Varian Total

= Jumlah Varian Butir

3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah cara analisis dengan mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Efektivitas peran audit internal akan dinilai menggunakan sembilan

indikator menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang terdapat

dalam Tugiman (1997). Indikator yang ada di dalam Tugiman (1997)

tersebut sejalan dengan jurnal dari Cristina dan Cristina (2009). Maka dari

itu, kuesioner mengenai efektivitas peran audit internal dalam penelitian

ini diadaptasi dan diubah dari jurnal Cristina dan Cristina (2009).

Indikator-indikator tersebut akan diperjelas ke dalam bentuk pernyataan

pada kuesioner. Berikut adalah tabel indikator yang diperjelas dalam

(40)

Tabel 3.1

Indikator dalam Pernyataan Kuesioner

No. Indikator Pernyataan dalam

Kuesioner

1 Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya.

Pernyataan 1, 3, dan 4

2 Respon dari objek yang diperiksa. Pernyataan 2

3 Profesionalisme auditor. Pernyataan 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan 17

4 Peringatan dini. Pernyataan 8

5 Kehematan biaya pemeriksaan. Pernyataan 5

6 Pengembangan personil. Pernyataan 18

7 Umpan balik dari manajemen lainnya. Pernyataan 16

(41)

Selanjutnya, kuesioner akan diberi nilai 1-4 untuk memutuskan peran auditor

internal sudah efektif atau belum.

Tabel 3.2

Skor Penilaian Kuesioner Nilai Kriteria

1 Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3 Setuju 4 Sangat Setuju

Setelah skor nilai diperoleh, langkah-langkah yang ditempuh penulis untuk

menganalisis skor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menghitung total skor dari masing-masing responden dan total skor item

tiap pernyataan menggunakan program Microsoft excel.

b. Mencari patokan yang akan digunakan dengan menghitung Xmaksimum

teoritik, Xminimum teoritik, dan rentang nilai skor.

c. Selanjutnya data setiap responden dikelompokkan berdasarkan skor yang

telah diperoleh ke dalam kategorisasi di atas. Dengan demikian, dapat

diketahui jumlah presentase efektivitas audit internal secara umum mulai

dari terendah sampai dengan yang tertinggi.

d. Langkah berikutnya adalah mengelompokkan setiap pernyataan yang ada

dalam kuesioner sesuai dengan indikatornya masing-masing dalam

bentuk tabel. Di dalam tabel dapat diketahui bahwa pada setiap

pernyataan terdapat berapa responden yang memilih dari sangat setuju

(42)

Keterangan:

Xmaksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin dapat diperoleh

responden dalam skala

Xminimum teoritik : Skor terendah yang mungkin dapat diperoleh

responden dalam skala.

Xmaksimum teoritik : 20 x 4 = 80

Xminimum teoritik : 20 x 1 = 20

Rentang : (80 – 20)/4 = 15

20 35 50 65 80

STE TE E SE

(43)

Tabel 3.3

Kategorisasi Tingkat Efektivitas Audit Internal PT. Madubaru Tahun 2015/2016

Skor Kategori

20 <X ≤ 35 Kategori sangat tidak efektif (STE)

35 < X ≤ 50 Kategori tidak efektif (TE)

50< X ≤ 65 Kategori efektif (E)

65<X ≤ 80 Kategori sangat efektif (SE)

Sumber : Data primer diolah

Jika skor X adalah kurang atau sama dengan 35 maka artinya peran audit

internal di PT Madubaru berajalan sangat tidak efektif. Apabila skor X adalah

lebih dari 65 dan kurang atau sama dengan 80 maka dapat disimpulkan bahwa

peran audit internalsudah berjalan dengan sangat efektif.

Tabel 3.4

Nilai (Skor) Indikator Efektivitas Audit Internal No Pernyataan

Jika telah mengelompokkan data responden berdasarkan rentang skor

yang telah ditentukan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah

mengelompokkan setiap pernyataan yang ada dalam kuesioner sesuai dengan

(44)

bahwa pada setiap pernyataan terdapat berapa responden yang memilih dari

sangat setuju sampai tidak setuju berdasarkan sembilan indikator efektivitas

audit internal. Responden yang memberikan tanggapan setuju terhadap

pernyataan dalam kuesioner berarti memberikan respon terhadap peran audit

internal sesuai dengan masing-masing indikator dalam kuesioner sehingga

tanggapan setuju dari responden membuktikan bahwa peran audit internal

(45)

29

Alkohol/Spirtus (PS) Madukismo yang beroperasi pada tahun 1959.

Awal mula berdiri PT Madubaru merupakan perusahaan swasta, yang 75%

sahamnya dikuasai oleh Sultan Hamengku Buwono IX dan 25% saham

dimiliki oleh Pemerintah melalui Departemen Pertanian RI. Pada tahun 1962

PT Madubaru mulai bergabung dengan Perusahaan Negara dibawah BPU-PPN

(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara), hal ini dikarenakan adanya

kebijakan Pemerintah RI yang mengambil alih semua perusahaan di Indonesia.

Tetapi tahun 1966 BPU-PPN bubar dan Pabrik Gula di Indonesia boleh

memilih apakah ingin melanjutkan sebagai Perusahaan Negara atau ingin

menjadi Perusahaan swasta.Pada saat itu PT Madubaru memutuskan untuk

menjadi Perusahaan Swasta.Semenjak menjadi Perusahaan Swasta PT

Madubaru dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono IX.

Pada tanggal 4 Maret 1984 diadakan kontrak manajemen dengan salah satu

BUMN milik Departemen Keuangan RI yaitu PT Rajawali Nusantara

Indonesia (RNI). Seiring dengan kontrak tersebut prosentase kepemilikan PT

(46)

saham 65% dan milik pemerintah yang dikuasakan kepada PT Rajawali

Nusantara Indonesia(RNI) sebesar 35% namun pada tanggal 24 Februari 2004

sampai sekarang, PT Madubaru menjadi perusahaan mandiri.

B.Lokasi Perusahaan

PT Madubaru (PG/PS Madukismo) terletak di desa Padokan, Kelurahan

Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

C.Kronologis Status Perusahaan dan Perubahan Manajemen Tabel 4.1.

Kronologis status perusahaan dan perubahan manajemen

Tahun Kronologis

1955-1962 Perusahaan Swasta (PT)

1962-1966 Bergabung dengan Perusahaan Negara dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan Umum-Perusahaan Negara), karena adanya policy Pemerintah RI yang mengambil alih semua Perusahaan di Indonesia.

1966 BPU-PPN bubar

Pabrik-pabrik gula di Indonesia boleh memilih ingin tetap menjadi Perusahaan Negara atau keluar menjadi Perusahaan Swasta. PT. Madu Baru memilih untuk menjadi Perusahaan Swasta.

1966-1984 PT. Madu Baru kembali menjadi Perusahaan Swasta dengan susunan Direksi yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Presiden Direktur.

1984-2004 Tanggal 4 Maret 1984-24 Februari 2004 diadakan kontrak Manajemen dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yaitu salah satu BUMN milik Departemen Keuangan RI.

(47)

D.Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi Perusahaan

PT. Madu Baru Yogyakarta menjadi Perusahaan Agro Industri yang

unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati.

2. Misi Perusahaan

a) Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi

permintaan masyarakat dan industri di Indonesia.

b) Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang

ramah lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif,

memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan serta

mengutamakan kemitraan dengan petani.

c) Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti.

d) Menempatkan karyawan dan stakeholders lainnya sebagai bagian

terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan

penciptaan stakeholders value.

E.Susunan Pengurus Perusahaan

Susunan pengurus tahun 2007 - saat ini adalah sebagai berikut :

a. Komisaris Utama

- GKR Pembayun

b. Komisaris

- Drs. H. Sumargono Kusumohadiningrat

(48)

c. Direktur

- Ir. Rachmad Edi Cahyono, M. Si.

F. Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja di PT. Madubaru Yogyakarta diklasifikasikan menjadi dua

golongan yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.Karyawan tetap pada

umumnya menempati posisi managerial dan ada pula yang terjun langsung

kelapangan.Karyawan tetap ada yang bekerja sepanjang tahun, mereka digaji

setiap bulan dan ada pula yang bekerja pada musim giling saja dan mendapat

gaji setiap bulan pada musim giling tersebut.Penggolongan karyawan

dilakukan seperti pada penggolongan Pegawai Negeri Sipil, karyawan pada

golongan yang lebih rendah dapat naik ke golongan yang lebih tinggi setiap

masa kerja tertentu atau jika dinilai berprestasi dan mempunyai kinerja baik.

Karyawan tidak tetap terdiri dari karyawan musiman, karyawan harian dan

karyawan borongan yang bekerja hanya pada musim giling saja.Kebanyakan

karyawan tidak tetap bekerja pada bagian produksi, pengupahan berdasarkan

pada jumlah hari kerja.Karyawan tidak tetap biasanya bekerja tidak

membutuhkan keahlian khusus dan untuk karyawan borongan mempunyai

ikatan berupa kontrak yang telah disepakati bersama pihak

perusahaan.Karyawan tidak tetap pada umumnya ditempatkan pada bagian –

bagian yang biasa diborong.

Pada tahun 2000, organisasi karyawan PT. Madubaru Yogyakarta

membentuk serikat pekerja PT. Madubaru/SPPT Madubaru dan mulai tahun

(49)

hak dan kewajiban karyawan dan perusahaan. PT. Madubaru juga memberikan

beberapa jaminan sosial kepaa karyawannya antara lain: Program

JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) untuk semua karyawan, hak

pensiun untuk karyawan tetap (Pimpinan dan Pelaksana), Program Taskat

(Tabungan Asuransi Kesejahteraan Hari Tua), Koperasi Karyawan dan

Pensiunan PT. Madubaru, Perumahan Dinas untuk Karyawan Tetap, Poliklinik

dan Klinik KB perusahaan untuk semua Karyawan, Taman Kanak-Kanak

Perusahaan untuk Karyawan dan Umum, Sarana Olah Raga dan Kesenian

untuk Karyawan Tetap, Pakaian Dinas untuk Karyawan Tetap, Biaya

Pengobatan, dan Rekreasi Karyawan dan Keluarga.

G.Produksi

Produk utama dari PT. Madubaru yaitu Gula Pasir/GKP (Gula Kristal

Putih), mutu dari produk ini ditinjau oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan

Gula Indonesia). Produk sampingan PT. Madubaru adalah Alkohol Murni

(kadar 96%) dan Spiritus Bakar (kadar 94%), mutu dari produk ini ditinjau

Balai Penelitian Kimia Departemen Perindustrian dan PT. Sucofindo

Indonesia.

Masa produksi PT. Madubaru Yogyakarta dilakukan pada bulan Mei -

Oktober dan dilakukan 24 jam perhari. Produksi tersebut rata-rata

menghasilkan Gula SHS ±25.000 – 35.000 ton per tahun dengan menggunakan

bahan baku tebu ±400.000 – 500.000 ton per tahun. Sedangkan untuk Alkohol

Murni dan Spiritus Bakar yang dihasilkan per tahun ±7,5 – 8 juta liter per

(50)

H.Pemasaran

Sebelum pertengahan 1997 produksi Gula PT. Madubaru dibeli secara

monopoli oleh Pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan

harga yang ditentukan oleh Pemerintah.Keadaan tersebut mulai berubah pada

saat terjadi krisis moneter di Indonesia, dimana penjualan gula tidak lagi

dilakukan secara monopoli oleh Bulog sehingga PT. Madubaru bisa menjual

langsung kepada konsumen.Penentuan harga gula ditetapkan berdasarkan

keseimbangan antara permintaan dan penawaran oleh produsen.Daerah

pemasaran produksi gula PT. Madubaru adalah DIY dan Jawa Tengah.

Pemasaran untuk Alkohol dan Spiritus juga dilakukan sendiri oleh

perusahaan melalui distributor yang tersebar di beberapa daerah.Penetapan

harga jual Alkohol dan Spiritus berdasarkan Surat Keputusan ASED (Asosiasi

(51)

35 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Karakterisitik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan divisi pengawasan/SPI,

divisi akuntansi, divisi SDM & Umum, divisi pemasaran, divisi pabrikasi,

dan divisi instalasi. Total kuesioner yang disebarkan kepada sampel

penelitian adalah 71 kuesioner. Dari total 71 kuesioner yang disebarkan, 11

kuesioner tidak kembali, 6 kuesioner tidak lengkap, dan hanya 54 kuesioner

yang dapat dianalisis.

Data mengenaikarakteristikrespondenadalahsebagaiberikut:

1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa frekuensi responden

laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi responden

perempuan.Frekuensi responden laki-laki sebanyak 29 responden dan

(52)

2. Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.2

Data Responden Berdasarkan Usia Usia

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa frekuensi responden

tertinggi dalam penelitian ini berusia 41-50 tahun dan frekuensi

responden terendah berusia 21-30 tahun.

3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 5.3

Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa responden yang

berpendidikan S1 menunjukkan frekuensi dengan jumlah35 responden

(53)

4. Responden berdasarkan Jabatan/Posisi

Tabel 5.4

Data Responden Berdasarkan Jabatan/Posisi

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa frekuensi responden

sebagai karyawan pelaksana lebih tinggi dibandingkan dengan

responden sebagai karyawan pemimpin.Frekuensi responden sebagai

karyawan pelaksana sebanyak 44 responden dan frekuensi responden

sebagai karyawan pemimpin sebanyak 10 responden.

B. Pengujian Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 54 orang

sehingga df = (54-2) maka dapat diperoleh r tabel sebesar 0.2681 (α = 5%)

1. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS

20 For Windows. Teknik korelasi yang digunakan yaitu Product Moment oleh Karl Pearson dengan taraf kepercayaan 95% dan jumlah responden 54

orang, maka diperoleh r tabel= 0.2681. Syarat suatu instrumen dikatakan

valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel.

(54)

Tabel 5.5

Analisis Uji Validitas Efektivitas Audit Internal

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2015

Hasil uji validitas pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa semua

pertanyaan mengenai efektivitas audit internal dengan jumlah item

sebanyak 20 pertanyaan menunjukkan bahwa kuesioner tersebut valid,

karena r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel).Oleh karena itu,

pertanyaan efektivitas audit internal dapat digunakan dalam proses

pengolahan data selanjutnya.

2. Uji Reliabilitas

Setelah dilakukan pengujian validitas, langkah selanjutnya adalah

melakukan pengujian reliablitas.Uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan data yang telah dikatakan valid. Pengujian menggunakan Pertanyaan Nilai r hitung r tabel Keterangan

(55)

bantuan program SPSS 20 For Windows dengan metode koefisien Alpha

Cronbach

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2015

Hasil nilai cronbach alpha instrument sebesar 0.871. Dengan hasil

cronbach alpha tersebut maka desai kuesioner reliabel karena koefisien reliabilitas lebih dari 0.6.

C. Hasil Analisis Data

Hasil penelitian disajikan dalam tabel 5.6. Tabel berikut ini berisikan

data setiap responden yang dikelompokkan berdasarkan rentang skor yang

telah dihitung sebelumnya. Data ini diperoleh dari penghitungan total skor

dari masing-masing responden dan total skor item tiap pernyataan

menggunakan program Microsoft excel. Selanjutnya menghitung jumlah

skor tertinggi dan terendah sesuai dengan rentang nilai skor. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

(56)

Tabel 5.6

Tingkat Efektivitas Audit Internal PT Madubaru Yogyakarta Tahun 2015/2016

Rentang Skor

Jumlah Responden Total Kategori

Div

Div 2 : Divisi Akuntansi dan Keuangan Div 5 : Divisi Pabrikasi

Div 3 : Divisi SDM dan Umum Div 6 : Divisi Pemasaran

Dari tabel 5.6 tampak bahwa hanya 5,6% responden yang memberikan

respon tidak setuju atas pernyataan yang diajukan. Responden tersebut

berasal dari divisi SDM dan Umum yang berjumlah 1 orang dan divisi

Instalasi yang berjumlah 2 orang. Sebanyak 70,4% responden

memberikan respon setuju atas pernyataan yang diajukan, hal ini

membuktikan bahwa peran audit internal telah berjalan dengan efektif.

Sisanya 24% responden memberikan respon sangat setuju,hal ini

membuktikan bahwa tingkat keefektifan audit internal sangat tinggi.Hal

(57)

efektif. Divisi yang mempunyai andil besar dalam memberikan tanggapan

adalah divisi 4, dikarenakan karyawan dari divisi instalasi lebih banyak

dibandingkan dengan divisi lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum, sebanyak 94,4% responden

menyatakan bahwa audit internal di PT Madubaru telah efektif dan sangat

efektif. Sisanya, sebesar 5,6% responden menyatakan audit internal di PT

Madubaru tidak efektif.

Berikut ini akan dijabarkan hasil analisis data responden berdasarkan

indikator dari efektivitas audit internal:

1. Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya.

Tolok ukur dalam indikator ini untuk melihat apakah temuan atau

rekomendasi dari audit SPI dapat memberikan nilai tambah bagi

auditeenya.

Tabel 5.7

(58)

Pada tabel 5.7dapat dilihat bahwa sebesar 87,03% responden

memberikan tanggapan sangat setuju dan setuju bahwa audit internal

memberikan nilai tambah untuk perusahaan, audit internal membantu

dalam menjamin premises untuk proyek selanjutnya, dan juga audit

internal memberikan rekomendasi yang signifikan. Sisanya yaitu sebesar

12,97% responden memberikan tanggapan sangat tidak setuju dan tidak

setuju.Responden yang memberikan tanggapan sangat tidak setuju dan

tidak setuju kebanyakan adalah responden dari divisi instalasi. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya nilai tambah serta

rekomendasi yang berarti untuk divisi instalasi.

Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan divisi SPI sudah sangat

efektif dan efektif dalam menjalankan peranan yang berkaitan dengan

kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya

meskipun dalam pernyataan nomer 4 terdapat 1 responden yang

menyatakan “tidak setuju”, hal ini tidak berpengaruh karena pernyataan 4

mendapat penilaian “sangat setuju” cukup tinggi dari responden

dibandingkan dengan pernyataan nomer 1 dan 3. Hal ini membuktikan

bahwa divisi audit internal telah memberikan rekomendasi yang berarti

(59)

2. Respon dari objek yang diperiksa

Indikator ini berkaitan dengan respon dari auditee terhadap temuan

atau rekomendasi dari auditor internal mendapatkan tanggapan yang

positif dan dapat dijalankan oleh auditee. Hasil penilaian responden

mengenai respon dari obyek yang diperiksa dapat dilihat di tabel 5.8.

Tabel 5.8

Nilai (Skor) Respon dari Objek yang Diperiksa Pernyataan

Hasil tabel 5.8 menunjukkan 94,5% responden memberikan tanggapan

setuju dan sangat setuju dan 5,5% responden tidak setuju bahwa temuan

dari SPI diungkapkan dengan argumen yang tepat. Hal ini membuktikan

bahwa secara keseluruhantemuan yang diungkapkan oleh SPI dapat

diterima dan dioperasionalkan oleh auditee. Meskipun terdapat 3

responden yang memberikan tanggapan tidak setuju namun divisi SPI

dianggap mampu menjalankan perannya secara efektif dalam indikator

respon dari objek yang diperiksa karena penilaian “setuju” dari responden

mendapat penilaian yang cukup tinggi dibandingkan penilaian “tidak

(60)

responden yang berasal dari divisi SDM dan umum dan divisi Instalasi.

Kedua divisi tersebut mungkin menganggap bahwa temuan atau

rekomendasi oleh audit internal kurang dapat diterima dan

dioperasionalkan pada divisi mereka.

3. Profesionalisme auditor

Kriteria dari profesionalisme ada 7 menurut SPAI dalam Tugiman

(1997) yaitu : independensi; integritas seluruh personil pemeriksaan;

kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa; penampilan, sikap

dan perilaku pemeriksa; kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan auditee atas permasalahan yang

diajukan; kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan

didapatnya tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen puncak;

pendidikan dan keahlian pemeriksa. Seluruh kriteria tersebut tertera pada

pernyataan 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan 18 dalam kusioner.

Hasil penilaian responden mengenai profesionalisme auditor dapat dilihat

(61)

Tabel 5.9

Pernyataan 7 mendapatkan penilaian “setuju” yang melebihi dari 50%.

Karyawan SPI atau audit internal dalam menjalankan pemeriksaan telah

independen dari pengaruh manajemen.

Pernyataan 10 dan pernyataan 11 saling berhubungan. Jika pernyataan

11 telah tercapai, maka pernyataan 10 juga akan tercapai. Hal itu

dibuktikan pada tabel 5.10, kedua pernyataan tersebut mendapatkan

penilaian “setuju” dari responden masing-masing 55,5% dan 68,5%.

Pernyataan 12 mendapatkan tanggapan “sangat setuju” sebesar 29,6% dan

“sangat tidak setuju” sebesar 7,4%.

Pernyataan 13 dan pernyataan 14 bersangkutan dengan pendidikan dan

(62)

dan 14 memiliki tanggapan “tidak setuju” dari para responden cukup

tinggi. Hal tersebut dikarenakan divisi SPI PT. Madubaru belum memiliki

seluruh disiplin ilmu. Pegawai di divisi SPI PT Madubaru belum pernah

mengikuti pelatihan klaim bidang perpajakan. Bukan berarti pernyataan 13

dan 14 tidak terdapat pada diri para pegawai divisi SPI. Seluruh pegawai

SPI PT. Madubaru telah menjalani pendidikan dasar mengenai bidang

audit intern.

Pernyataan 17 terkait tentang penilaian responden mengenai apakah

auditor internal lulusan S2 lebih ahli dalam memeriksa laporan keuangan

daripada S1. Pernyataan ini mendapatkan tanggapan “sangat tidak setuju”

sebanyak 5,5%. Hal ini bisa terjadi dikarenakan para responden

menganggap keahlian pegawai SPI selaku auditor internal PT Madubaru

bukan semata dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan S1 atau S2,

tetapi lebih dipengaruhi oleh pengalaman yang dimilikinya.

Pernyataan 15 juga mendukung kriteria profesionalisme yaitu kejelian

dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa. Pernyataan 15

mendapatkan tanggapan “tidak setuju” sebanyak 16,7%, tetapi

mendapatkan tanggapan “setuju” melebihi 50% yaitu sebanyak 62,9%. Hal

itu menunjukkan bahwa pegawai SPI PT Madubaru sudah memiliki

ketajaman dan kejelian.

Hasil tabel 5.9 menunjukkan 78,01% responden memberikan penilaian

sangat setuju dan setuju atas profesionalisme audit internal dalam hal

(63)

mewujudkan good corporate governance, mampu bekerja sama dengan

auditee, dan juga terdapat peningkatan reputasi, sedangkan 21,99% responden memberikan penilaian sangat tidaksetuju dan tidak setuju

mengenai pernyataan profesionalisme auditor. Dari 21,99% responden

yang memberikan tanggapan sangat tidak setuju dan tidak setuju tersebut,

responden dari divisi SPI adalah responden terbanyak yang memberikan

tanggapan tidak setuju. Hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya

pelatihan yang dilakukan oleh divisi SPI. Secara umum dapat dilihat

bahwa SPI sudah mampu menciptakan profesionalisme dalam bekerja

sehingga mampu menjalankan peranannya secara efektif meskipun

penilaian tidak setuju yang dibetikan responden cukup tinggi.

4. Peringatan dini

Tolok ukur indikator ini berkaitan dengan auditor yang dapat

memberikan laporan peringatan dini mengenai kelemahan atau

permasalahan pengendalian manajemen. Hasil penilaian responden

mengenai peringatan dini dapat dilihat di tabel 5.10.

(64)

Keterangan:

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Hasil pekerjaan auditor internal yaitu SPI disepakati sebelum

dilaporkan, sehingga saat melaporkan, pegawai SPI juga bisa sekaligus

memberikan laporan peringatan dini mengenai pengendalian manajemen.

Hasil tabel 5.10 sebesar 92,6% responden memberikan penilaian

sangat setuju dan setuju mengenaiindikator peringatan dini dalam

pernyataan hasil pekerjaan audit internal disepakati sebelum dilaporkan

dengan tujuan untuk memberikan jaminan bahwa pekerjaan audit internal

telah dilaksanakan secara objektif. Sisanya sebanyak 7,4% memberikan

tanggapan tidak setuju. Responden yang memberikan tanggapan tidak

setuju adalah responden dari divisi instalasi dan pemasaran. Hal ini berarti

bahwa responden yang memberikan respon penilaian sangat setuju dan

setuju menganggap divisi SPI sudah mampu menjalankan perannya secara

efektif dan sangat efektif dalam hal kesepakatan mengenai hasil pekerjaan

auditor sehingga terlaksana adanya peringatan dini dan pengendalian

manajemen. Meskipun terdapat 4 responden yang memberikan respon

tidak setuju atas pernyataan yang diberikan namun divisi SPI dapat

memberikan laporan peringatan dini mengenai kelemahan atau

permasalahan pengendalian manajemen sehingga divisi SPI dinilai telah

(65)

5. Kehematan biaya pemeriksaan

Dalam indikator ini sebenarnya output dari biaya pemeriksaan tidak

dapat diukur, namun dapat dikatakan efektif pemeriksaan tersebut jika

dapat meminimalisasi biaya yang dikeluarkan saat pemeriksaan tanpa

mengurangi nilai tambah yang dihasilkan. Hasil penilaian responden

mengenai kehematan biaya pemeriksaaan dapat dilihat di tabel 5.11

Tabel 5.11

Nilai (Skor) Kehematan Biaya Pemeriksaan Pernyataan per

Responden memberikan pendapat “setuju” 64,8% dan pendapat “tidak

setuju” hanya 24,1% pada pernyataan 5. Karyawan PT Madubaru

berpendapat bahwa divisi SPI telah mengeluarkan laporan audit internal

tepat waktu.

Hasil tabel 5.11, secara keseluruhan sebesar 75,9% responden

memberikan penilaian sangat setuju dan setuju mengenai indikator

kehematan biaya pemeriksaan dalam pernyataan laporan auidt internal

dikeluarkan tepat waktu. Sisanya sebesar 24,1% responden memberikan

(66)

pemeriksaaan. Dengan 75,9% responden memberikan tanggapan sangat

setuju dan setuju, hal ini membuktikan bahwa divisi SPI dapat menghemat

biaya dalam melakukan pemeriksaan tanpa mengurangi nilai tambah

meskipun terdapat 13 responden yang memberikan tanggapan tidak setuju.

Responden yang memberikan tanggapan tidak setuju tersebut kebanyakan

adalah responden dari divisi SDM dan umum. Hal ini terjadi

kemungkinandikarenakan divisi SDM dan umum merasa bahwa laporan

audit yang dikeluarkan terkadang masih kurang tepat waktu jadi

kehematan biaya dalam melakukan pemeriksaan masih kurang diterapkan

dengan baik. Meskipun begitu divisi SPI dikatakann mampu menjalankan

peranannya secara efektif dan sangat efektif dalam hal penghematan biaya

pemeriksaan karena lebih dari 50% responden memberikan tanggapan

setuju terhadap pernyataan dalam kuesioner, yang berarti bahwa audit

internal sudah efektif dalam penghematan biaya pemeriksaan.

6. Pengembangan personil

Indikator ini bersangkutan dengan apakah auditor internal diberi

kesempatan untuk mengembangkan potensi yang telah mereka miliki

dengan mengikuti pelatihan dan pendidikan pada bidang masing-masing.

Gambar

Gambar 3.1. Kriteria Penilaian Rata-rata Seluruh Responden......................... 26
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Skor Penilaian Kuesioner
Gambar 3.1. Kriteria Penilaian Rata-rata Seluruh Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

2) Bagaimana kecepatan respon ketahanan dari kultur pisang ambon buai terhadap infeksi pathogen jamur Fusarium oxysforum f.sp.. 3) Apakah infeksi jamur Fusarium oxysforum f.sp.

Praktik pengalaman lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan, dalam

dikirimkan datanya setelah diolah untuk dikirim melalui wireless connection menggunakan ESP Wifi dan data nya dikirim ke Raspberry Pi yang berfungsi menerima data yang sudah

Jika pendayagunaan zakat untuk usaha produktif diperuntukkan bagi perorangan, mungkin kesadaran dan kemauan untuk mengeluarkan zakat dari hasil usahanya - jika telah memenuhi nishab

Tujuan penelitian ini yaitu mengembangkan perangkat lunak komunikasi data SMS pada sistem monitoring level gauge dengan waktu komputasi yang optimum dan hasil dari

menghasilkan kadar air irisan ubi kayu yang rendah, serta suhu dan lama pengeringan akan berpengaruh terhadap laju penguapan air irisan ubi kayu, semakin tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Padat penebaran yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan panjang dan bobot juwana kuda laut

Kebutuhan dan Jumlah Ruang dalam “Pusat Penelitian teknologi” ... Pola Organisasi