• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unjuk kerja kincir angin propeler dua sudu mengerucut berbahan dasar triplek dengan perlakuan variasi lapisan permukaan sudu berlapis seng, berlapis anyaman bambu dan tanpa lapisan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unjuk kerja kincir angin propeler dua sudu mengerucut berbahan dasar triplek dengan perlakuan variasi lapisan permukaan sudu berlapis seng, berlapis anyaman bambu dan tanpa lapisan."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Sumber energi fosil menjadi suatu kebutuhan yang mutlak dalam kelangsungan hidup manusia di jaman sekarang ini. Namun energi fosil ini telah menimbulkan beberapa efek yang kurang baik dalam pemanfaatannya bagi lingkungan, diantaranya adalah polusi yang dihasilkan. Tidak hanya efek polusi yang ditimbulkan, namun sumber energi fosil juga diprediksi akan habis dalam beberapa waktu ke depan. Oleh karena itu dibutuhkan sumber energi alternatif sebagai pengganti energi fosil yang menjamin kelangsungan hidup di masa depan serta minim polusi, salah satunya adalah energi angin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan unjuk kerja berupa koefisien daya dan tip speed ratio kaitannya untuk model kincir angin propeler dua sudu dengan tiga variasi kekasaran permukaan sudunya.

Model kincir angin ini dibuat dengan bahan dasar triplek ukuran tebal 8 mm dan diameter 80 cm. Variasi kekasaran permukaan yang diberikan pada lapisan sudu model kincir angin ini dilakukan dengan memberikan variasi lapisan pada sudu kincir, yakni tanpa lapisan, dengan lapisan seng dan dengan lapisan anyaman bambu. Setiap jenis variasi diuji untuk mengetahui perbedaan hasil putaran kincir, torsi, daya, tip speed ratio, dan koefisien daya yang dihasilkan pada masing-masing variasi model kincir.

Pada penelitian ini, kincir angin dengan variasi lapisan seng memiliki nilai koefisien daya (Cp) maksimal 7,1 % pada tip speed ratio optimal 3,06 dan daya

output kincir (Pout) 14,11 watt pada kecepatan angin 8,83 m/s dengan torsi 0,212

N.m. Kincir angin tanpa variasi lapisan menghasilkan koefisien daya maksimal 4,3 % pada tip speed ratio optimal 2,68, dan daya output kincir (Pout) 9,53 watt

pada kecepatan angin 9,24 m/s dengan torsi 0,178 N.m. Kincir angin dengan variasi lapisan anyaman bambu dapat menghasilkan koefisien daya (Cp) 5,6 %

pada tip speed ratio optimal 2,67 dan daya output kincir (Pout) sebesar 10,97 watt

pada kecepatan angin 8,6 m/s dengan torsi 0,165 N.m.

(2)

ABSTRACT

Fossil energy source become a needs that absolute in human life continuance in nowadays. But this fossil energy source has been give rise to some that poor effect in their utilization for the environment, including the pollution produced. Not only the pollution effect that their produced, but fossil energy source also predicted will expire in some time to come. Therefore is needed alternative energy source as a fossil energy replacement which ensures life continuance in the future and low pollutions one of which is wind energy. The purpose of this research is to get the performance in form of power coefficient and tip speed ratio mate for two blades propeller wind turbine model with three variations of blade surface roughness.

This wind turbine model is made with basic material plywood with a thickness of 8 mm and a diameter of 80 cm. Surface roughness variations that gave to blade layer of this wind turbine model did by give surface layer variations to turbine blades, that is without layer, with zinc layered, and with bamboo woven layered. Every kind of variations are tested to know the difference of turbine result of rotations, torque, power, tip speed ratio, and power coefficient that each turbine variations models produced.

In this research, wind turbine with zinc layer variation have the maximum power coefficient (Cp) of 7 % at 3,06 of optimal tip speed ratio and turbine output

power (Pout) of 14,11 watt at wind speed of 8,83 m/s with 0,212 N.m of torque.

Without layer wind turbine variation produce the maximum power coefficient (Cp) of 4,3 % at 2,68 of optimal tip speed ratio, and turbine output power (Pout) of

9,53 watt at wind speed of 9,24 m/s with 0,178 N.m of torque. Wind turbine with bamboo woven layered can produced power coefficient of 5,6 % at 2,67 of optimal tip speed ratio and turbine output power (Pout) of 10,97 watt at wind speed

of 8,6 m/s with 0,165 N.m of torque.

(3)

UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER DUA SUDU

MENGERUCUT BERBAHAN DASAR TRIPLEK DENGAN PERLAKUAN VARIASI LAPISAN PERMUKAAN SUDU BERLAPIS SENG, BERLAPIS

ANYAMAN BAMBU DAN TANPA LAPISAN

SKRIPSI

Untuk memenuhi persyaratan

Mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin

Diajukan oleh :

FRANSISCUS SUJATMIKO PRASETYA WIBOWO

NIM : 115214018

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015

(4)

THE PERFORMANCE OF TWO CONICAL BLADES PROPELLER WIND TURBINE MADE FROM PLYWOOD WITH BLADE SURFACE

LAYER TREATMENT VARIATIONS ZINC LAYERED, BAMBOO WOVEN LAYERED AND WITHOUT LAYER

FINAL ASSIGNMENT

Presented as Fulfilment of the Requirements

To Obtain The Sarjana Teknik Degree In Mechanical Engineering

By :

FRANSISCUS SUJATMIKO PRASETYA WIBOWO

Student Number : 115214018

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

INTISARI

Sumber energi fosil menjadi suatu kebutuhan yang mutlak dalam kelangsungan hidup manusia di jaman sekarang ini. Namun energi fosil ini telah menimbulkan beberapa efek yang kurang baik dalam pemanfaatannya bagi lingkungan, diantaranya adalah polusi yang dihasilkan. Tidak hanya efek polusi yang ditimbulkan, namun sumber energi fosil juga diprediksi akan habis dalam beberapa waktu ke depan. Oleh karena itu dibutuhkan sumber energi alternatif sebagai pengganti energi fosil yang menjamin kelangsungan hidup di masa depan serta minim polusi, salah satunya adalah energi angin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan unjuk kerja berupa koefisien daya dan tip speed ratio kaitannya untuk model kincir angin propeler dua sudu dengan tiga variasi kekasaran permukaan sudunya.

Model kincir angin ini dibuat dengan bahan dasar triplek ukuran tebal 8 mm dan diameter 80 cm. Variasi kekasaran permukaan yang diberikan pada lapisan sudu model kincir angin ini dilakukan dengan memberikan variasi lapisan pada sudu kincir, yakni tanpa lapisan, dengan lapisan seng dan dengan lapisan anyaman bambu. Setiap jenis variasi diuji untuk mengetahui perbedaan hasil putaran kincir, torsi, daya, tip speed ratio, dan koefisien daya yang dihasilkan pada masing- masing variasi model kincir.

Pada penelitian ini, kincir angin dengan variasi lapisan seng memiliki nilai koefisien daya (Cp) maksimal 7,1 % pada tip speed ratio optimal 3,06 dan daya

output kincir (Pout) 14,11 watt pada kecepatan angin 8,83 m/s dengan torsi 0,212

N.m. Kincir angin tanpa variasi lapisan menghasilkan koefisien daya maksimal 4,3 % pada tip speed ratio optimal 2,68, dan daya output kincir (Pout) 9,53 watt

pada kecepatan angin 9,24 m/s dengan torsi 0,178 N.m. Kincir angin dengan variasi lapisan anyaman bambu dapat menghasilkan koefisien daya (Cp) 5,6 %

pada tip speed ratio optimal 2,67 dan daya output kincir (Pout) sebesar 10,97 watt

pada kecepatan angin 8,6 m/s dengan torsi 0,165 N.m.

Kata kunci : Tip speed ratio, koefisien daya, kincir angin propeler

(10)

ABSTRACT

Fossil energy source become a needs that absolute in human life continuance in nowadays. But this fossil energy source has been give rise to some that poor effect in their utilization for the environment, including the pollution produced. Not only the pollution effect that their produced, but fossil energy source also predicted will expire in some time to come. Therefore is needed alternative energy source as a fossil energy replacement which ensures life continuance in the future and low pollutions one of which is wind energy. The purpose of this research is to get the performance in form of power coefficient and tip speed ratio mate for two blades propeller wind turbine model with three variations of blade surface roughness.

This wind turbine model is made with basic material plywood with a thickness of 8 mm and a diameter of 80 cm. Surface roughness variations that gave to blade layer of this wind turbine model did by give surface layer variations to turbine blades, that is without layer, with zinc layered, and with bamboo woven layered. Every kind of variations are tested to know the difference of turbine result of rotations, torque, power, tip speed ratio, and power coefficient that each turbine variations models produced.

In this research, wind turbine with zinc layer variation have the maximum power coefficient (Cp) of 7 % at 3,06 of optimal tip speed ratio and turbine output power (Pout)

of 14,11 watt at wind speed of 8,83 m/s with 0,212 N.m of torque. Without layer wind turbine variation produce the maximum power coefficient (Cp) of 4,3 % at 2,68 of

optimal tip speed ratio, and turbine output power (Pout) of 9,53 watt at wind speed of 9,24

m/s with 0,178 N.m of torque. Wind turbine with bamboo woven layered can produced power coefficient of 5,6 % at 2,67 of optimal tip speed ratio and turbine output power (Pout) of 10,97 watt at wind speed of 8,6 m/s with 0,165 N.m of torque.

Keywords : Tip speed ratio, power coefficient, propeller wind turbine

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan

bimbingan-Nya dalam proses penyusunan Skripsi ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib untuk mendapatkan gelar

sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak berkat bimbingan dan dukungan

yang telah diberikan atas terselesaikannya laporan Skripsi ini kepada :

1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., sebagai Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., sebagai ketua Program Studi Teknik

Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Budi Setyahandana, S.T.,M.T. sebagai dosen pembimbing akademik yang

telah mendampingi serta memberikan bimbingan selama proses perkuliahan.

4. Ir. Rines, M.T., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah mendampingi

serta memberikan bimbingan selama proses penyelesaian Skripsi ini.

5. Raden Benedictus Dwiseno Wihadi, S.T., M.Si., yang telah membantu dalam

proses perijinan dalam penggunaan fasilitas laboratorium selama proses

penelitian.

(12)

6. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan materi

selama proses perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

7. Seluruh staf karyawan Universitas Sanata Dharma.

8. Alm. Victorius Joko Wiratno dan Maria Immaculata Suparmi, yang telah

memberikan dukungan moril dan materil selama proses perkuliahan sampai

pada penyusunan Skripsi ini.

9. Saudara-saudara dan keluarga besar penulis.

10. Ludwinia Cesa Varian, yang telah menemani dan memberikan semangat

dalam penyelesaian Skripsi ini.

11. Fransiscus Bagus Murbantoro, Jacobus Deis Bagus Prabowo dan Bery

Widono, sebagai teman sesama kelompok penulis yang saling memberikan

semangat, kebersamaan, serta kerja sama selama proses penyelesaian Skripsi

ini.

12. Teman-teman kuliah Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma angkatan

2011, atas semangat, dukungan, dan kebersamaan selama kuliah serta selama

proses penyelesaian Skripsi ini.

13. Teman-teman kost Tasura 52 dan teman-teman lainnya di dalam maupun luar

Yogyakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas dukungan,

semangat, dan kebersamaannya selama kuliah dan di luar waktu kuliah dan

selama proses penyelesaian Skripsi ini.

Penulis menyadari akan keterbatasan dalam ilmu pengetahuan dan

(13)

kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat serta

menjadi inspirasi bagi pembaca dan kita semua.

Yogyakarta, 25 Juni 2015

Penulis

(14)
(15)

2.2.1 Kincir Angin Poros Horisontal ... 7

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

3.3 Alat dan Bahan ... 18

3.4 Desain sudu kincir angin ... 23

3.5 Variabel Penelitian ... 24

3.6 Variabel yang Diukur ... 25

3.7 Langkah Penelitian ... 25

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Data Hasil Penelitian ... 28

4.2 Pengolahan Data dan Perhitungan ... 30

4.2.1 Perhitungan Daya Angin ... 31

(16)

4.2.2 Perhitungan Torsi ... 31

4.2.3 Perhitungan Daya Kincir ... 31

4.2.4 Perhitungan Tip Speed Ratio ... 32

4.2.5 Perhitungan Koefisien Daya ... 33

4.3 Hasil Perhitungan ... 33

4.4 Grafik Hasil Perhitungan ... 36

(17)

4.4.9 Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya dan Tip Speed Ratio

untuk Kincir Angin Berlapis Anyaman Bambu ... 42

4.5 Grafik Perbandingan Dari Tiga Variasi Lapisan Permukaan ... 42

4.5.1 Grafik Perbandingan Daya dengan Torsi ... 43

4.5.2 Grafik Perbandingan Putaran dengan Torsi ... 43

4.5.3 Grafik Perbandingan Koefisien Daya dengan Tip Speed Ratio ... 44

BAB V. PENUTUP ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis-jenis kincir angin berporos horisontal ... 7

Gambar 2.2 Perbedaan yang mendasar jenis kincir angin bersumbu dengan tiga variasi lapisan permukaan depan sudu... 17

Gambar 3.2 Sudu kincir angin ... 18

Gambar 3.3 Dudukan sudu sebagai tempat terpasangnya sudu kincir angin ...19

Gambar 3.4 Terowongan angin ... 20

Gambar 3.5 Blower sebagai penghembus angin untuk menggerakkan kincir ... 20

Gambar 3.6 Anemometer untuk mengukur kecepatan angin ... 21

Gambar 3.7 Sistem pengereman ... 21

(19)

Gambar 3.9 Neraca pegas ... 23

Gambar 3.10 Desain sudu kincir ... 24

Gambar 3.11 Ukuran sudu kincir, tebal triplek, kemiringan patahan, dan

pelapisan sudu ... 24

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara daya output dan torsi untuk kincir angin

tanpa variasi lapisan ... 36

Gambar 4.2 Grafik antara daya output kincir dan torsi untuk kincir angin

dengan variasi lapisan seng ... 37

Gambar 4.3 Grafik antara daya output kincir dan torsi untuk kincir angin

dengan variasi lapisan anyaman bambu ... 38

Gambar 4.4 Grafik antara putaran kincir dan torsi pada kincir angin tanpa

variasi lapisan ... 38

Gambar 4.5 Grafik hubungan antara torsi dan putaran kincir dengan variasi

lapisan seng pada sudunya ... 39

Gambar 4.6 Grafik antara torsi dan putaran kincir dengan variasi lapisan

anyaman bambu pada sudunya ... 40

Gambar 4.7 Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio

dari kincir angin tanpa variasi lapisan sudu ... 41

Gambar 4.8 Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio

dari kincir angin dengan variasi lapisan sudu lapis seng ... 41

Gambar 4.9 Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio

dari kincir angin dengan variasi lapisan sudu lapis anyaman

bambu ... 42

(20)

Gambar 4.10 Grafik hubungan antara torsi dengan daya pada tiga variasi

lapisan sudu ... 43

Gambar 4.11 Grafik hubungan antara torsi dengan putaran kincir pada tiga

variasi lapisan sudu ... 44

Gambar 4.12 Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data percobaan kincir angin tanpa lapisan ... 28

Tabel 4.2 Data percobaan kincir angin dengan variasi lapisan seng ... 29

Tabel 4.3 Data percobaan kincir angin dengan variasi lapisan anyaman bambu

... 30

Tabel 4.4 Tabel perhitungan kincir angin dengan variasi permukaan sudu tanpa

lapisan ... 34

Tabel 4.5 Tabel perhitungan kincir angin dengan variasi permukaan sudu

berlapis seng ... 34

Tabel 4.6 Tabel perhitungan kincir angin dengan variasi permukaan sudu

berlapis anyaman bambu ... 35

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bumi yang semakin menua akibat efek dari pembuangan hasil dari energi

yang berasal dari bahan fosil yang banyak digunakan sampai saat ini

menimbulkan suatu masalah bagi lingkungan dan kelangsungan hidup makhluk

hidup di dalamnya. Disamping itu sumber daya fosil yang diprediksi akan

berkurang bahkan habis dalam waktu dekat menuntut kita untuk menemukan

sumber energi yang baru untuk masa depan. Di negara-negara lain pun telah

memanfaatkan berbagai sumber energi alternatif baru seperti energi angin, panas

matahari, panas bumi, serta air.

Energi angin merupakan salah satu sumber energi alternatif yang mudah

untuk dimanfaatkan. Untuk dapat memanfaatkan energi angin ini, dirancang kincir

angin sebagai alat yang mengkonversi energi angin menjadi energi mekanik atau

listrik namun kebutuhan akan energi listrik mendominasi pemanfaatan akan energi

angin ini. Keluaran putaran poros dari kincir angin ini nantinya akan

menggerakkan poros input generator.

Kincir angin yang penulis gunakan adalah kincir angin berporos horisontal.

Efisiensi menjadi suatu hal yang utama dalam kincir angin ini, nilai efisiensi yang

tinggi dapat meningkatkan nilai koefisien daya yang dihasilkan yang tentu

menghasilkan daya keluaran yang tinggi pula. Kekasaran permukaan sudu kincir

(23)

1.2 Rumusan masalah

Penelitian ini dilakukan atas dasar kesadaran akan dibutuhkannya energi

alternatif untuk masa depan dengan memanfaatkan salah satu sumber energi

angin, dengan memperhatikan :

a. Angin merupakan energi yang mudah didapat, tidak perlu mengeluarkan

biaya (gratis) serta tidak menimbulkan efek polusi bagi lingkungan.

b. Masih diperlukannya penelitian-penelitian terhadap desain dan rancangan

kincir angin yang dapat menghasilkan nilai efisiensi serta koefisien daya yang

tinggi, yang khususnya dalam penelitian ini akan diketahui apakah kekasaran

permukaan memiliki pengaruh signifikan terhadap unjuk kerja kincir angin.

1.3 Batasan masalah

Pada penelitian ini penulis terbatas pada analisa :

a. Kincir angin yang dibuat adalah kincir angin propeler jenis Horizontal Axis

Wind Turbine (HAWT) dua sudu dengan ukuran diameter 80 cm.

b. Perbandingan koefisien daya dan tip speed ratio yang dihasilkan oleh kincir

angin tiga variasi pada model pelapisan yakni : lapisan seng, lapisan anyaman

bambu, dan polos (tanpa lapisan).

c. Koefisien daya puncak tertinggi diantara tiga variasi model kincir yang

(24)

1.4 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Membuat dan mendesain model kincir angin jenis propeler dua sudu

mengerucut dengan variasi lapisan sudu berlapis seng, berlapis anyaman

bambu dan tanpa lapisan.

b. Mengetahui torsi, daya output dan koefisien daya yang dihasilkan oleh tiga

model kincir dengan variasi kekasaran permukaan.

c. Mengetahui koefisien daya maksimal tertinggi diantara tiga model kincir

dengan variasi lapisan permukaan yang diberikan pada sudu kincir.

1.5 Manfaat penelitian

Manfaat-manfaat dalam penelitian ini antara lain :

1.5.1 Bagi Penulis

a. Sebagai penerapan hasil belajar selama mengikuti kegiatan perkuliahan.

b. Sebagai dasar penelitian di bidang teknologi energi terbarukan.

c. Sebagai jawaban atas tuntutan akan kebutuhan energi alternatif.

1.5.2 Bagi Akademik

a. Sebagai tambahan referensi untuk menunjang proses perkuliahan.

b. Untuk dapat diteliti lebih dalam dikemudian hari untuk pengembangan atau

penemuan-penemuan baru sebagai referensi untuk menunjang kegiatan

(25)

1.5.3 Bagi Masyarakat

a. Sebagai energi yang ramah lingkungan dan minim polusi.

b. Menjadikan kincir angin yang dapat dibuat menggunakan bahan yang mudah

didapat serta ekonomis bagi masyarakat.

(26)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori

Energi angin adalah salah satu jenis sumber energi terbarukan yang

potensial untuk menghasilkan energi listrik maupun mekanik melalui proses

konversi-konversi ke mekanik dan selanjutnya ke listrik. Energi kinetik yang

terdapat pada angin dapat diubah menjadi energi mekanik untuk memutar

peralatan (pompa piston, penggilingan, dan lain-lain). Sementara itu, pengolahan

selanjutnya dari energi mekanik yaitu untuk memutar generator yang dapat

menghasilkan listrik.

Perkembangan teknologi dalam dua dekade terakhir menghasilkan turbin

angin yang modular dan mudah dipasang. Saat ini sebuah turbin angin modern

100 kali lebih kuat daripada turbin dua dekade yang lalu dan ladang angin saat ini

menyediakan tenaga besar yang setara dengan pembangkit listrik konvensional.

Pada awal tahun 2004, pemasangan tenaga angin secara global telah mencapai

40.300 MW sehingga tenaga yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan

sekitar 19 juta rumah tangga menengah di Eropa yang berarti sama dengan

mendekati 47 juta orang.

Dalam 15 tahun terakhir ini, seiring meningkatnya pasar, tenaga angin

memperlihatkan menurunnya biaya produksi hingga 50%. Saat ini di wilayah

(27)

teknologi baru dan di beberapa lokasi dapat menandingi pembangkit listrik tenaga

gas alam.

Selama beberapa tahun terakhir pemasangan kapasitas angin meningkat

melebihi 30%. Hal tersebut membuat target untuk menjadikan tenaga angin

mampu memenuhi kebutuhan energi dunia hingga 12 persen pada tahun 2020

menjadi realistis. Di saat bersamaan hal tersebut juga akan membuka kesempatan

terbukanya lapangan pekerjaan hingga dua juta dan mengurangi emisi CO2 hingga

10.700 juta ton.

Sumber angin dunia sangat besar dan menyebar dengan baik di semua

kawasan dan negara. Menggunakan teknologi saat ini, tenaga angin diperkirakan

dapat menyediakan 53.000 terawatt/jam setiap tahunnya. Yang berarti dua kali

lebih besar dari proyeksi permintaan energi pada tahun 2020, meninggalkan

tempat yang penting untuk tumbuhnya industri bahkan dalam 1 dekade kedepan.

Amerika Serikat sendiri mempunyai potensi angin yang cukup untuk

menyediakan pasokan kebutuhan energinya bahkan tiga kali lebih besar daripada

kebutuhannya. (Sumber : Green Peace Indonesia, 2013).

2.2 Kincir Angin

Kincir angin adalah sebuah alat yang mampu memanfaatkan kekuatan angin

untuk dirubah menjadi kekuatan mekanik. Dari proses itu memberikan

kemudahan berbagai kegiatan manusia yang memerlukan tenaga yang besar

(28)

angin modern adalah mesin yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik,

disebut juga dengan turbin angin.

Berdasarkan posisi porosnya, kincir angin dibedakan menjadi dua yaitu

kincir dengan poros vertikal dan kincir angin dengan poros horizontal. Dalam

penelitian ini akan dikembangkan kincir angin dengan poros horisontal.

2.2.1 Kincir Angin Poros Horisontal

Kincir angin poros horisontal adalah kincir angin yang memiliki poros

sejajar dengan tanah dan searah dengan arah datangnya angin.

Gambar 2.1 Jenis-jenis kincir angin berporos horisontal (Sumber

: http://pixshark.com/horizontal-wind-turbine-design.htm, diakses

(29)

Kincir ini terdiri dari sebuah menara dan kincir yang berada di puncak menara

tersebut. Poros pada jenis kincir ini berputar 360˚ terhadap sumbu vertikal sesuai

dengan arah datangnya angin seperti pada Gambar 2.1, Gambar 2.2 dan Gambar

2.3.

Gambar 2.2 Perbedaan yang mendasar jenis kincir angin bersumbu horisontal dan vertikal (Sumber :

http://www.gov.scot/Publications/2006/10/03093936/2, diakses 7

Mei 2015)

Gambar 2.3 Kincir angin bersumbu horisontal (Sumber :

http://www.gov.scot/Resource/Img/150324/0044578.jpg, diakses

tanggal 7 Mei 2015)

Kincir angin poros horisontal memiliki kelebihan antara lain sebagai berikut :

a. Aman, karena posisi sudu / baling-baling yang berada di atas menara.

b. Sudah banyak digunakan untuk menghasilkan energi listrik dengan skala

(30)

c. Tidak memerlukan karakteristik angin karena arah angin langsung menuju

rotor.

Namun kincir angin poros horisontal memiliki beberapa kelemahan antara lain :

a. Konstruksi yang tinggi sehingga menjadi kendala pada pemasangannya.

b. Perlu adanya alat tambahan untuk menyesuaikan arah angin.

c. Timbul suara yang berisik pada putaran tinggi.

2.2.2 Kincir Angin Poros Vertikal

Kincir angin poros vertikal adalah kincir angin yang posisi porosnya tegak

lurus dengan permukaan tanah serta tegak lurus dengan arah datangnya angin.

Terdapat dua jenis kincir angin poros vertikal yaitu kincir Savonius dan Darrieus.

a. Savonius

Kincir Savonius adalah salah satu jenis dari kincir angin berporos

vertikal yang diciptakan oleh insinyur asal Finlandia pada tahun 1922, Sigurd

Johannes Savonius.

Gambar 2.4 Penampakan turbin Savonius dan skema gerakan angin yang mengenai sudunya (Sumber :

http://www.reuk.co.uk/Savonius-Wind-Turbines.htm,

(31)

Arah angin yang datang tegak lurus terhadap sudu kincir yang terkena angin.

Gambar 2.5 Turbin Savonius (Sumber :

http://www.britannica.com/EBchecked/topic/525828/

Savonius-rotor, diakses tanggal 3 Mei 2015).

Sudu pada kincir ini tampak seperti huruf “S” jika dilihat dari sisi atas seperti

pada Gambar 2.4 dan putarannya lebih rendah jika dibandingkan dengan kincir

angin sumbu horisontal. Kincir angin jenis Savonius juga dapat dilihat pada

Gambar 2.5.

b. Darrieus

Kincir jenis Darrieus merupakan kincir yang didesain oleh insinyur

Perancis bernama Georges Jean Marie Darrieus dan dipatenkan pada tahun

1931. Kincir ini terdiri dari sejumlah sudu yang melengkung seperti pada

(32)

Gambar 2.6 Turbin Darrieus

(Sumber : http://www.reuk.co.uk/Darrieus-Wind-

Turbines.htm, diakses 3 Mei 2015).

Namun dalam beberapa pengembangan terdapat juga sudu yang datar dan

lurus sejajar dengan poros seperti pada Gambar 2.7. Bilah sudu turbin Darrieus

bergerak berputar mengelilingi sumbu.

Gambar 2.7 Turbin Darrieus “H” dengan bilah sudu yang datar (Sumber : http://www.rc-

network.de/forum/showthread.php/55180-Brushless-

als-Generator-f%C3%BCr-Windrad/page3, diakses 3

Mei 2015).

Kincir angin poros vertikal memiliki beberapa kelebihan antara lain :

a. Dapat menerima angin dari segala arah.

(33)

Kincir angin sumbu vertikal juga memiliki kekurangan-kekurangan antara lain

sebagai berikut :

a. Karena memiliki torsi awal yang rendah diperlukan energi yang besar awal

putarannya.

b. Bekerja pada putaran yang rendah sehingga daya yang dihasilkan kecil.

c. Posisi pemasangannya yang rendah membuat resiko kecelakaan bagi manusia

menjadi besar.

d. Poros dan sudu yang vertikal bertumpu pada sebuah bearing di bawahnya

menjadikan beban yang besar pada bearing.

2.3 Kincir Angin Propeler

Kincir angin propeler ini merupakan jenis kincir angin sumbu horisontal.

Kincir angin propeler merupakan jenis kincir angin sumbu horisontal yang

memiliki jumlah sudu lebih sedikit dari jenis kincir lainnya.

Gambar 2.8 Kincir Angin Propeler (Sumber :

https://indone5ia.wordpress.com/2011/05/21/prinsip-kerja-pembangkit-

listrik-tenaga-angin-dan-perkembangannya-di-dunia/, diakses 3 Mei

(34)

Kincir angin tipe propeler dapat ditunjukkan pada Gambar 2.8. Jenis kincir

propeler ini memiliki keunggulan yakni :

a. Konstruksi kincir lebih sederhana.

b. Mampu berputar dengan kecepatan yang tinggi.

c. Daya yang dihasilkan lebih besar.

d. Angin langsung jatuh menuju rotor / sudu.

e. Tidak memerlukan sudut orientasi.

f. Posisi pemasangan yang tinggi jauh dari permukaan tanah sehingga aman.

2.4 Rumus perhitungan

Rumus-rumus yang digunakan untuk perhitungan dan analisis dari kerja

kincir angin yang diteliti adalah sebagai berikut.

2.4.1 Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang terdapat di dalam suatu benda yang

bergerak, dapat dihitung dengan Persamaan (1)

Ek = ½ m v

Daya adalah energi per satuan waktu, maka dituliskan dengan Persamaan

(35)

Pin = ½ ṁ v2 (2)

pada Persamaan (2)

Pin = daya angin, Watt

= massa udara yang mengalir dalam satuan waktu, kg/s

maka ṁ dapat dihitung dengan Persamaan (3)

ṁ = ρ A v (3)

pada Persamaan (3)

ρ = massa jenis udara, kg/m3

A = daerah sapuan kincir / swept area, m2

Dengan menggunakan Persamaan (3), maka daya angin Pin dapat dinyatakan

dengan persamaan :

Pin = ½ (ρ A v) v2 ,

yang dapat disederhanakan menjadi Persamaan (4) :

Pin = ½ ρ A v3 (4)

2.4.2 Tip Speed Ratio (tsr)

Tip Speed Ratio adalah perbandingan antara kecepatan ujung sudu kincir

angin dengan kecepatan angin.

Kecepatan pada ujung sudu dapat dihitung dengan Persamaan (5)

vt = ω r (5)

pada Persamaan (5)

vt = kecepatan ujung sudu

(36)

r = jari-jari kincir, m

sehingga tsr dapat dihitung dengan Persamaan (6)

tsr = (6)

Torsi adalah hasil kali dari gaya pembebanan (F) dengan panjang lengan

torsi (l), yang dapat dinyatakan dengan Persamaan (7)

T = F l (7)

adanya angin yang melintasi sudu kincir, sehingga daya kincir yang dihasilkan

oleh gerakan melingkar kincir dapat dirumuskan :

Pout = T ω (8)

pada Persamaan (8)

(37)

kecepatan sudut dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

ω = n

= n

=

Dengan ini untuk daya yang dihasilkan kincir dapat dinyatakan dengan

Persamaan (9)

Pout = T ω

Pout = T (9)

pada Persamaan (9) :

Pout = daya yang dihasilkan kincir, watt

n = putaran poros, rpm

2.4.5 Koefisien Daya (Cp)

Koefisien daya adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh

kincir (Pout) dengan daya yang dihasilkan oleh angin (Pin) sehingga, dapat

dinyatakan pada Persamaan (10)

Cp = (10)

pada Persamaan (10)

Cp = koefisien daya, %

Pout = daya yang dihasilkan oleh kincir, Watt

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Penelitian

Langkah proses kerja dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir

pada Gambar 3.1 berikut :

MULAI

Konsultasi desain kincir angin yang akan dibuat

Perancangan kincir angin propeler dua sudu dengan bahan dasar triplek dengan pemberian tiga variasi lapisan permukaan depan

Pembuatan kincir

Pengambilan data dari kincir angin yang telah selesai dibuat

Pengolahan data untuk memperoleh koefisien daya (Cp) dan tip speed ratio (tsr) kemudian membandingkan keduanya dari masing-masing variasi kincir

Analisa serta pembahasan data

Pembuatan laporan

SELESAI

(39)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Perencanaan, pemmbuatan dan penelitian kincir ini dilaksanakan pada bulan

September sampai bulan Desember 2014 di Laboratorium Konversi Energi

Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata

Dharma.

3.3 Alat dan Bahan

Kincir ini merupakan jenis kincir angin propeler dua sudu dengan variasi

lapisan permukaan depan sudu tanpa lapisan, dengan lapisan seng dan dengan

lapisan anyaman bambu. Kincir ini dibuat dari bahan kayu triplek dengan

ukuran tebal 0,8 cm dan panjang diameter 80 cm. Berikut merupakan alat dan

bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Sudu kincir angin

Sudu kincir merupakan daerah sapuan atau jatuhnya angin, sebagai

tempat yang menerima energi angin sehingga dapat membuat dudukan

sudu atau keseluruhan kincir berputar.

( a ) ( b ) ( c )

(40)

Variasi yang digunakan adalah variasi kehalusan permukaan pada

sudu, antara lain variasi tanpa mengunakan lapisan, variasi menggunakan

lapisan seng, dan variasi menggunakan lapisan anyaman bambu dimana

masing – masing sudu memiliki bentuk dan ukuran yang sama.

b. Dudukan sudu

Dudukan sudu merupakan bagian dari komponen kincir yang

berfungsi sebagai tempat terpasangnya sudu. Dudukan sudu ini memiliki

empat buah lubang untuk pemasangan sudu namun pada penelitian ini,

hanya digunakan dua lubang saja karena hanya dua buah sudu yang akan

dipasang.

Gambar 3.3 Dudukan sudu sebagai tempat terpasangnya sudu kincir angin

c. Terowongan Angin

Terowongan angin adalah sebuah lorong angin dengan tinggi 1,2

meter, lebar 1,2 meter, dan panjang 2,4 meter. Terowongan angin ini

berfungsi sebagai tempat angin bergerak dengan kecepatan tertentu

(41)

Gambar 3.4 Terowongan angin

Terowongan angin ini dapat diatur kecepatan anginnya dengan cara

mengatur jarak antara terowongan angin dengan blower sesuai

kebutuhan, dengan cara menarik atau mendorong blower.

d. Blower

Blower berfungsi sebagai penggerak gaya angin untuk menghisap

udara dan disalurkan ke terowongan angin kemudian gerakan angin

mengenai sudu-sudu kincir dan menggerakkan kincir.

Gambar 3.5 Blower sebagai penghembus angin untuk

(42)

e. Anemometer

Anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin yang

ditimbulkan oleh blower di dalam terowongan angin.

Gambar 3.6 Anemometer untuk mengukur kecepatan angin

f. Sistem pengereman

Sistem pengereman ini berfungsi sebagai beban pada perputaran

kincir untuk mengetahui besarnya beban torsi dan kecepatan putaran kincir

angin.

(43)

Terdapat sebuah piringan atau disc pada komponen ini sebagai tempat

terjadinya gaya gesek untuk pengereman. Pada piringan ini terdapat sebuah

pencekam yang nantinya diberi ikatan karet sebagai pemberi bebannya dan

pemberian ikatan karet dilakukan secara bertahap.

g. Takometer

Takometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan

putaran poros kincir yang dinyatakan dalam satuan rpm (rotations per

minute).

Gambar 3.8 Takometer digital

Jenis takometer yang digunakan adalah jenis digital dengan meletakkan

sinar yang dimunculkan oleh takometer ke piringan poros yang berputar.

h. Neraca pegas

Neraca pegas digunakan untuk mengetahui nilai beban pengereman

(44)

Gambar 3.9 Neraca pegas

Neraca pegas ini diletakan pada bagian sistem pengereman dan

dihubungkan dengan kopling sederhana menggunakan benang dan

pemberat yang diikatkan dengan jarak yang telah disesuaikan.

i. Penopang kincir

Penopang kincir berfungsi sebagai penopang sudu pada saat kincir

berputar. Poros kincir ini juga sebagai penghubung antara kincir

dengan sistem pengereman.

3.4 Desain sudu kincir angin

Model sudu kincir angin yang dibuat pada penelitian ini adalah sudu kincir

berbahan dasar triplek dengan tebal 8 mm dengan sudut patahan 10 . Gambar

model sudu kincir serta derajat kemiringan patahannya dapat dilihat pada Gambar

(45)

Gambar 3.10 Desain sudu kincir

8 mm

4,5 cm

7 cm

(a) (b) (c)

Gambar 3.11 Ukuran sudu kincir, tebal triplek dan kemiringan patahan sudu (a), variasi sudu kincir lapis seng (b), variasi sudu kincir lapis anyaman bambu (c)

Pada Gambar 3.11 (b) di atas terlihat sudu kincir dengan variasi lapisan seng

ditandai dengan tanda panah, seperti terlihat pula pada Gambar 3.11 (c), yaitu sudu

kincir dengan variasi lapisan anyaman bambu.

3.5 Variabel Penelitian :

(46)

a. Variasi pembebanan kincir yaitu dari posisi kincir berputar maksimal

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah :

a. Kecepatan angin, m/s.

b. Kecepatan kincir, rpm.

c. Beban pengimbang, N.

d. Koefisien daya, Cp.

e. Tip speed ratio, tsr.

Setelah mendapatkan variabel-variabel data di atas, maka dari variabel-

variabel tersebut dapat dihitung parameter-parameter seperti daya angin (Pin),

daya yang dihasilkan oleh kincir (Pout), torsi (T), tip speed ratio (tsr), dan

koefisien daya yang dihasilkan oleh kincir (Cp) untuk mendapatkan serta

mengetahui karakteristik pada kincir.

3.7 Langkah Penelitian

Pengambilan data kecepatan angin, beban pengereman, dan putaran poros

dilakukan secara bersamaan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

(47)

b. Kincir di hubungkan dengan dengan mekanisme pengereman yang

terhubung langsung lewat sebuah poros.

c. Memasang anemometer pada terowongan di depan kincir angin

untuk mengukur kecepatan angin di saluran terowongan angin.

d. Memasang neraca pegas pada tempat yang telah di tentukan.

e. Memasang benang beserta pemberatnya sebagai penghubung antara

neraca pegas dengan lengan poros pada mekanisme pengereman.

f. Jika langkah 1 sampai 5 telah dilakukan, blower di hidupkan untuk

menghembuskan angin pada terowongan angin.

g. Percobaan pertama adalah variasi triplek tanpa lapisan, percobaan

kedua triplek dengan lapisan seng.

h. Variasi beban pada mekanisme pengereman untuk mendapatkan

variasi beban di gunakan 1 karet, 2 karet, 3 karet, 4 karet, dan

seterusnya.

i. Mengukur kecepatan kincir angin melalui putaran porosnya dengan

menggunakan takometer, beban untuk menghitung torsi yang terbaca

pada neraca pegas secara bersamaan.

j. Mematikan blower jika pengamatan pertama selesai.

k. Melepas kincir kemudian mengganti sudu dengan variasi yang lain

(tanpa lapisan, lapis seng, atau lapis anyaman bambu)

l. Memasang kembali kincir dengan variasi selanjutnya tersebut di dalam

terowongan angin.

(48)

berikutnya.

n. Mengulangi langkah 6 hingga 13 untuk variasi lapisan sudu- sudu

(49)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Penelitian

Berikut ini merupakan data hasil pengujian kincir angin propeler dua sudu

dengan variasi permukaan lapisan polos, lapisan seng, dan lapisan anyaman

bambu yang diambil dalam tiga tahap pengambilan data. Data yang diperoleh

dapat dilihat pada Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.3.

Tabel 4.1. Data percobaan kincir angin dua sudu tanpa lapisan.

(50)
(51)

Tabel 4.3. Data percobaan kincir angin dua sudu dengan lapisan anyaman bambu.

Setelah semua data dari percobaan yang dilakukan pada semua kincir angin

dengan variasi lapisan permukaan sudu, selanjutnya dilakukan perhitungan yang

akan dibahas pada Sub Bab berikut. Perhitungan ini merupakan perhitungan yang

diambil dari data pada Tabel 4.1 yaitu dari data kincir angin dengan variasi tanpa

(52)

4.2.1 Perhitungan Daya Angin

Contoh perhitungan daya angin diambil dari Tabel 4.1 pada data pengujian

yang pertama dan pembebanan kelima diperoleh kecepatan angin 9,3 m/s, massa

jenis udara (ρ) = 1,18 kg/m3, dan luas daerah sapuan kincir (A) = 0,50 m2, maka

daya angin (Pin) dapat dihitung :

Pin = ½ ρ A v3

= (½)(1,18)(0,50)(9,33)

= 237,28 watt

Jadi daya angin yang dihasilkan sebesar 237,28 watt.

4.2.2 Perhitungan Torsi

Sebagai contoh perhitungan torsi diambil dari Tabel 4.1 pada data pengujian

pertama dan pembebanan kelima. Dari data diperoleh besar gaya (F) = 1,6187 N

dan jarak lengan torsi ke poros sebesar 0,11 m, maka torsi dapat dihitung :

T = F l

= (1,6187)(0,11)

= 0,178 N.m

Jadi, nilai torsi yang dihasilkan adalah 0,178 N.m.

4.2.3 Perhitungan Daya Kincir (Pout)

Sebagai contoh perhitungan daya output kincir diambil dari Tabel 4.1 pada

(53)

putaran poros (n) 503,5 rpm, dan torsi yang telah dihitung pada Sub Bab 4.2.2

sebesar 0,178 N.m maka besarnya daya kincir :

Pout = T ω

= (0,178) x

= (0,178) x

= 9,385 watt

Jadi, daya output yang dihasilkan kincir sebesar 9,385 watt

4.2.4 Perhitungan Tip Speed Ratio (tsr)

Sebagai contoh perhitungan tip speed ratio diambil data dari Tabel 4.1 pada

pengujian pertama dan pembebanan kelima diperoleh putaran kincir 503,5 rpm,

jari-jari kincir (r) 0,4 m, dan kecepatan angin sebesar 9,3 m/s, maka tip speed

ratio dapat dihitung :

Tsr =

=

=

2,267

(54)

4.2.5 Perhitungan Koefisien Daya (Cp)

Sebagai contoh perhitungan koefisien daya dapat diambil dari perhitungan

daya angin pada Sub Bab 4.2.1 senilai 237,28 watt dan daya yang dihasilkan

kincir angin pada Sub Bab 4.2.3 senilai 9,385 watt, maka koesfisien daya dapat

dihitung :

Cp = Pout / Pin

= 9,385 / 237,28

= 0,039

Jadi, nilai koefisien daya yang dihasilkan 0,039.

4.3 Hasil Perhitungan

Pada perhitungan yang telah dilakukan pada Sub Bab 4.2 di atas tadi

diperoleh nilai seperti daya angin (Pin), daya output kincir (Pout), beban torsi, tip

speed ratio (tsr) dan koefisien daya (Cp) dan semuanya disajikan pada tabel

perhitungan pada setiap variasi lapisan permukaan sudu kincir pada Tabel 4.4

(55)

No.

4 9,27 137 603 1,341 0,147 63,2 236 9,31 2,73 3,95

5 9,30 165 511 1,619 0,178 53,5 239 9,53 2,30 4

Tabel 4.5 Tabel perhitungan kincir angin dengan variasi permukaan sudu berlapis seng

No.

4 8,67 122 787 1,194 0,131 82,4 193 10,81 3,80 5,60

5 8,83 137 758 1,341 0,147 79,4 204 11,71 3,60 5,73

6 8,73 167 713 1,635 0,180 74,7 198 13,44 3,42 6,80

7 8,83 197 635 1,929 0,212 66,5 204 14,11 3,01 6,91

(56)

Tabel 4.6 Tabel perhitungan kincir angin dengan variasi permukaan sudu berlapis anyaman bambu

4 8,73 123 668 1,210 0,133 69,9 198 9,30 3,20 4,71

5 8,73 153 633 1,504 0,165 66,3 198 10,97 3,04 5,55

(57)

4.4 Grafik Hasil Perhitungan

Dari pengolahan data yang dilakukan pada Sub Bab 4.3 maka didapat

grafik. Grafik hubungan tersebut antara lain grafik hubungan antara koefisien

daya dengan tip speed ratio, grafik hubungan torsi dengan rpm, dan grafik

hubungan daya dengan torsi dari masing-masing variasi model kincir anginnya.

4.4.1 Grafik Hubungan Antara Daya dan Torsi untuk Kincir Angin Polos (Tanpa Lapisan)

Dalam perhitungan yang diperoleh sebelumnya, didapat grafik hubungan

antara daya yang dihasilkan kincir dengan torsi. Pada Gambar 4.1 berikut ini

dapat diketahui bahwa daya yang mampu dihasilkan kincir (Pout) maksimal pada

kincir angin tanpa variasi lapisan adalah 9,531 watt pada torsi 0,178 N.m.

(58)

4.4.2 Grafik Hubungan Antara Daya dan Torsi untuk Kincir Angin Berlapis Seng

Pada perhitungan yang diperoleh sebelumnya, didapat grafik hubungan antara

daya yang dihasilkan kincir dengan torsi. Dan pada Gambar 4.2 berikut diketahui

bahwa kincir dengan variasi lapisan sudu dengan seng menghasilkan daya (Pout)

maksimal 14,11 watt pada torsi 0,212 N.m.

Gambar 4.2 Grafik antara daya output kincir dan torsi untuk kincir angin dengan variasi lapisan seng

4.4.3 Grafik Hubungan Antara Daya dan Torsi untuk Kincir Angin Berlapis Anyaman Bambu

Pada hasil perhitungan yang diperoleh sebelumnya, dapat dibuat grafik

antara daya kincir (Pout) dengan torsi yang dihasilkan. Pada grafik dalam Gambar

4.3 berikut didapat nilai daya kincir yang dihasilkan pada kincir angin dengan

variasi lapisan sudu dengan anyaman bambu sekitar 10,97 watt pada torsi 0,165

(59)

Gambar 4.3 Grafik antara daya output kincir dan torsi untuk kincir angin dengan variasi lapisan anyaman bambu

4.4.4 Grafik Hubungan Antara Torsi dan Putaran untuk Kincir Angin Polos (Tanpa Lapisan)

Pada perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, didapat pula nilai torsi

dan putaran kincir yang dihasilkan dan pada Gambar 4.4 berikut merupakan grafik

(60)

antara torsi dengan putaran yang dihasilkan kincir angin tanpa variasi lapisan

sudu. Kincir ini menghasilkan putaran maksimal 827 rpm pada saat belum diberi

beban, dan dapat menerima beban torsi maksimal 0,178 N.m pada putaran 511

rpm.

4.4.5 Grafik Hubungan Antara Torsi dan Putaran untuk Kincir Angin Berlapis Seng

Pada perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, didapat nilai torsi dan

putaran kincir yang dihasilkan. Pada Gambar 4.5 berikut merupakan grafik antara

torsi dengan putaran yang dihasilkan kincir angin dengan variasi lapisan seng

pada sudunya. Kincir dengan variasi ini menghasilkan putaran maksimal 949 rpm

pada saat belum diberi beban dan dapat menerima beban torsi maksimal 0,234

N.m pada putaran 553 rpm.

(61)

4.4.6 Grafik Hubungan Antara Torsi dan Putaran untuk Kincir Angin Berlapis Anyaman Bambu

Pada Gambar 4.6 berikut merupakan grafik antara torsi dengan putaran yang

dihasilkan kincir angin dengan variasi lapisan sudu berlapis anyaman bambu.

Kincir dengan variasi ini menghasilkan putaran maksimal 858 rpm dan dapat

menerima beban torsi maksimal 0,198 N.m pada putaran 483 rpm.

Gambar 4.6 Grafik antara torsi dan putaran kincir dengan variasi lapisan anyaman bambu pada sudunya

4.4.7 Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya dan Tip Speed Ratio untuk Kincir Angin Polos (Tanpa Lapisan)

Di bawah ini merupakan Gambar 4.7 yang merupakan grafik antara

koefisien daya dengan tip speed ratio yang dihasilkan dari kincir angin tanpa

variasi lapisan pada sudunya. Diperoleh koefisien daya maksimal sebesar 4,32 %

(62)

Gambar 4.7 Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio dari kincir angin tanpa variasi lapisan sudu

4.4.8 Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya dan Tip Speed Ratio untuk Kincir Angin Berlapis Seng

Pada kincir angin dengan variasi lapisan sudu berlapis seng, dapat

menghasilkan nilai koefisien daya maksimal sebesar 7,16 % pada tip speed ratio

(63)

optimal 3,058. Pada Gambar 4.8 menunjukkan grafik hubungan antara koefisien

daya dengan tip speed ratio yang dihasilkan oleh kincir angin dengan variasi

lapisan sudu berlapis seng.

4.4.9 Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya dan Tip Speed Ratio untuk Kincir Angin Lapis Anyaman Bambu

Untuk kincir angin dengan variasi lapisan sudu berlapis anyaman bambu

menghasilkan nilai koefisien daya maksimal 5,6 % pada tip speed ratio optimal

2,678 dan berikut grafik dari kincir angin dengan variasi lapisan sudu berlapis

anyaman bambu pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio dari kincir angin dengan variasi lapisan sudu lapis anyaman bambu

4.5 Grafik Perbandingan Dari Tiga Variasi Lapisan Permukaan

Setelah diperoleh grafik-grafik tiap jenis variasi di atas, dapat dibuat grafik

(64)

torsi dengan putaran kincir, dan koefisien daya dengan tip speed ratio setiap tiga

variasi lapisan permukaan sudunya dalam satu grafik.

4.5.1 Grafik Perbandingan Daya dengan Torsi

Grafik hubungan antara Daya dengan torsi pada Gambar 4.10 dalam tiga

variasi kincir berikut dapat terlihat bahwa kincir angin dengan variasi lapisan sudu

berlapis seng dapat menghasilkan daya dan torsi yang lebih besar dibandingkan

dengan dua variasi lain yaitu variasi lapisan seng dengan tanpa lapisan.

Gambar 4.10 Grafik hubungan antara torsi dengan daya pada tiga variasi lapisan sudu

4.5.2 Grafik Perbandingan Putaran dengan Torsi

Pada grafik perbandingan antara putaran kincir dengan torsi berikut, terlihat

bahwa kincir angin dengan variasi lapisan sudu berlapis seng juga memiliki nilai

putaran dan torsi yang tinggi dibandingkan dengan dua variasi lain. Grafik dapat

(65)

Gambar 4.11 Grafik hubungan antara torsi dengan putaran kincir pada tiga variasi lapisan sudu

4.5.3 Grafik Perbandingan Koefisien Daya dengan Tip Speed Ratio

Pada Gambar 4.12 merupakan grafik hubungan antara koefisien daya (Cp)

dengan tip speed ratio (tsr) pada tiga variasi lapisan sudu dimana kincir angin

dengan variasi lapisan sudu berlapis seng masih unggul dibandingkan dengan

(66)

kedua variasi yang lain. Dalam hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa kincir

dengan variasi lapisan sudu berlapis seng memiliki nilai koefisien daya yang

tinggi dibandingkan kincir dengan variasi lapisan anyaman bambu dengan kincir

(67)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian kincir angin propeler dua sudu dengan patahan kerucut dan

perlakuan variasi terhadap lapisan sudu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

a. Telah berhasil dibuat model kincir angin propeler dua sudu dengan patahan

kerucut dari bahan dasar triplek dengan tiga variasi kekasaran permukaan

sudu. Variasi yang diberikan terhadap lapisan sudu antara lain sudu tanpa

lapisan atau polos, dengan lapisan seng, dan dengan lapisan anyaman bambu.

b. Kincir angin propeler dua sudu tanpa lapisan menghasilkan daya output 9,53

watt dan torsi maksimal sebesar 0,178 N.m pada kecepatan angin 9,24 m/s.

Koefisien daya maksimal yang dihasilkan oleh model kincir ini sebesar 4,32

% pada tip speed ratio optimal 2,683.

Kincir angin propeler dua sudu berlapis seng menghasilkan daya output 13,54

watt dan torsi maksimal sebesar 0,23 N.m pada kecepatan angin 8,83 m/s.

Koefisien daya maksimal yang dihasilkan oleh model kincir ini sebesar 7,16

% pada tip speed ratio optimal 3,056.

Kincir angin propeler dua sudu dengan lapisan anyaman bambu menghasilkan

daya output 10,97 watt dan torsi maksimal sebesar 0,197 N.m. Koefisien daya

maksimal yang dihasilkan oleh model kincir ini sebesar 5,63 % pada tip speed

ratio optimal 2,678.

(68)

c. Dari ketiga variasi kincir angin yang diteliti, kincir angin dengan variasi

lapisan sudu berlapis seng memiliki nilai koefisien daya maksimal tertinggi

dibandingkan dengan dua variasi lapisan lainnya yaitu tanpa lapisan dan

berlapis anyaman bambu.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian model kincir angin dengan beberapa variasi

yang diberikan pada permukaan sudu kincir, berikut adalah saran-saran yang

dapat diberikan agar penelitian selanjutnya dapat berjalan maksimal antara lain :

a. Melakukan pengambilan data secara berulang-ulang supaya dapat

meminimalisir kesalahan data yang muncul dan dengan melakukan

perbandingan antara data yang satu dengan yang lain.

b. Ketelitian dalam proses membuat model kincir sangat dibutuhkan agar tidak

terjadi kesalahan ukuran serta menjadikan kinerja kincir nantinya menjadi

lebih maksimal.

c. Kondisi alat ukur perlu diperhatikan sebelum digunakan agar dapat membaca

hasil dengan baik.

d. Untuk mendapatkan unjuk kerja yang maksimal, kekasaran lapisan

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Anggriawan, P.D., 2013, Unjuk Kerja Kincir Angin Propeler Tiga Sudu Dari

Bahan Triplek Dan Anyaman Bambu Berdiameter 80 cm, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Johnson, G. L., 2006, Wind Energy System, Manhattan.

Rines. M., 2012, Rekayasa Energi Angin, Program Studi Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sanata Dharma,

Modul Bahan Ajar, FST USD, Yogyakarta.

http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/Energi-Bersih/tenaga_angin/, diakses tanggal 6 November 2014.

Gambar

Gambar 4.12  Grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio
Tabel 4.3  Data percobaan kincir angin dengan variasi lapisan anyaman bambu
Gambar 2.1 Jenis-jenis kincir angin berporos horisontal (Sumber  :   http://pixshark.com/horizontal-wind-turbine-design.htm, diakses tanggal 7 Mei 2015)
Gambar 2.2 Perbedaan yang mendasar jenis kincir angin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Thesis Is Submitted as Partial of The Requirement For an Bachelor Degree In Management Depatment – Faculty Of Economics. Writer :

Manfaat praktis penelitian pengaruh jus gel lidah buaya (Aloe vera L.) dalam menjaga kadar glukosa darah ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengobatan komplementer alternatif

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada Cendol yang dijual Di Pasar Wilayah Surakarta.”

Tanda & pada Caption Command menyatakan Mnemonic untuk tombol tersebut. &Tampil akan menghasilkan pada tombol teks di mana huruf T nya bergaris

Kapabilitas Perempuan untuk Terlibat dalam Kepemimpinan Pemerintahan Membahas mengenai kapabilitas agar dapat berperan dalam dunia publik dan untuk menjadi seorang

backpropagation dapat digunakan untuk pengenalan pola motif batik Pekalongan dengan nilai akurasi masing-masing motif batik adalah motif batik kawung buketan 88,07%,

Dari fungsi keanggotaan di atas dapat di lihat bahwa anggota dari sedikit memiliki domain [0 15], dimana x merupakan input yang akan di berikan nantinya, semakin

Dengan diterapkanya manajemen pendidikan kecakapan hidup vokasional ( life skill vocational ) agar pesantren Baitul Hidayah Bandung mampu memberikan bekal dasar dan