• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PANJANG EKSTRAK ETANOL 70% BIJI ATUNG (Parinarium glaberrimum Hassk.) PADA TIKUS JANTAN GALUR

WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Aloysius Alpha Dewo Suryo Kusharyadi NIM : 138114167

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PANJANG EKSTRAK ETANOL 70% BIJI ATUNG (Parinarium glaberrimum Hassk.) PADA TIKUS JANTAN GALUR

WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Aloysius Alpha Dewo Suryo Kusharyadi NIM : 138114167

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membimbing dan memberi pencerahan

Keluarga tercinta yang senantiasa memberi kasih sayang

Teman-teman serta sahabat yang senantiasa mendukung

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, serta kasih-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang

berjudul “EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PANJANG EKSTRAK ETANOL 70% BIJI ATUNG (Parinarium Glaberrimum Hassk.) PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA” dengan baik sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membimbing dan memberi pencerahan, serta mengajarkan arti bersyukur ketika penulis mengalami kebuntuan.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada penulis.

3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc.,Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji atas semua saran, dan dukungan yang membangun.

5. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini Apt. selaku dosen penguji atas semua saran, dan dukungan yang membangun.

6. Ibu Agustina Setiawati M.Sc.,Apt. serta Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Ibu Dr.Dewi Setyaningsih M.Sc.,Apt. selaku kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan skripsi ini.

(9)

viii 9. Pak Heru, Pak Kayat, Pak Parjiman, Pak Wagiran, dan Pak Mus selaku laboran, serta Mas Sigit (HGT) atas bantuan dan dukungannya kepada penulis saat pengerjaan skripsi 10. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama proses perkuliahan.

11. Keluarga tercinta di rumah, Bapak Fransiskus Xaverius Slamet Kusharyadi S.E., Ibu Agnes Tego Sih Trining Suryani S.H., Adik-adik Gabriella Christina Faradiba Arumdani Wikanthiningtyas, Priscilla Priska Aulia Rahma Dewi Lestari, Rafael Raka Widyatama Surya Kusharyadi, yang senantiasa memberikan cinta, doa, dukungan, perhatian, dan semangat kepada penulis.

12. Teman-teman seperjuangan skripsi ATUNG SQUAD : Willy Juneidi Sine, Gregorius Kevin Besari, Vania Jesica Ongkers, Willy Sandjojo. Tetangga meja sebelah MAN : Meliana Liu, Ajeng Dwi Kartikasari, Masrial Zalukhu. Serta PENUNGGU LAB FF : Theodorus K. Dau, Natasha Q. Ferdinand, Kendhi Swandanu, Titi Estetikaningtyas, Marcellina Dwinanda, Dendi P. Anggomantio, yang senantiasa berjuang bersama dan saling memberikan semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

13. KONTRAKAN BERSINAR : Willy Juneidi Sine, Wendy Felix, Galih Permadi, Yohanes Hastya, Morgan Wahyu Pratama, Benediktus Adi, Edwin Tesalonika, Patric Piere Eswindi, MEDICINE MAN, 石中 萌絵, serta Budi Yuli Selviana, atas waktu,

semangat, motivasi dan penghiburan yang diberikan untuk penulis selama ini.

14. Teman-teman FSM D 2013, FST 2013 dan semua angkatan 2013 yang telah bersama-sama berjuang dalam menjalani berbagai suka dan duka di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

15. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

“Tiada gading yang tak retak”, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu kefarmasian.

Yogyakarta, 8 April 2017

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING…...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………....vi

PRAKATA………..….vii

DAFTAR ISI……….ix

DAFTAR TABEL………..x

DAFTAR GAMBAR……….xi

DAFTAR LAMPIRAN………....xii

ABSTRACT..………xiii

ABSTRAK………...…...xiv

PENDAHULUAN………...1

METODE PENELITIAN………...2

HASIL DAN PEMBAHASAN………..7

KESIMPULAN………....16

SARAN………...….16

DAFTAR PUSTAKA………...17

LAMPIRAN………...…..19

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Komposisi reagen ALT (Diasys®)….………..6 Tabel II. Komposisi reagen AST (Diasys®)….………..6 Tabel III. Perbedaan Kenaikan Aktivitas ALT Setelah Induksi Karbon Tetraklorida

Dosis 2 mL/kgBB pada Pencuplikan Darah Jam ke-0,24, dan 48 jam...10 Tabel IV. Perbedaan Kenaikan Aktivitas AST Setelah Induksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB pada Pencuplikan Darah Jam ke-0,24, dan 48 jam...10 Tabel V. Uji Efek Hepatoprotektif Jangka Panjang Ekstrak Etanol 70% Biji

Parinarium glaberrimum Hassk...11

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Aktivitas ALT Tikus Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB

pada Jam ke-0, 24, dan 48 jam………..………8

Gambar 2. Aktivitas AST Tikus Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB pada Jam ke-0, 24, dan 48 jam………..………9

Gambar 3. Pohon Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)…………...………22

Gambar 4. Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) yang Belum Dikupas…...22

Gambar 5. Serbuk Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)…...22

Gambar 6. Ekstrak Kental Etanol 70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)...22

Gambar 7. Kadar Air Serbuk (Replikasi 1)...26

Gambar 8. Kadar Air Serbuk (Replikasi 2)...26

Gambar 9. Kadar Air Serbuk (Replikasi 3)…...26

Gambar 10.Grafik Purata Aktivitas ALT Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol 70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)...34

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance…...20 Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman Parinarium glaberrimum Hassk...21 Lampiran 3. Bahan Uji Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Biji Atung (Parinarium

glaberrimum Hassk.)...22

(14)

xiii ABSTRACT

Liver is the largest metabolic organ in the body. Liver could be damaged by hepatotoxins, such as carbon tetrachloride (CCl4) which is metabolized by cytochrome P450

enzyme in reticulum endoplasmic of the liver cells and became a radical compound called trichloromethylperoxy that may damage the liver. Therefore, antioxidant has an important role to neutralize free radicals and protect the liver. Atung seed (Parinarium glaberrimum Hassk.) have polifenolic compounds which were used as antioxidant which can neutralize the free radicals. Therefore, atung seed can be used as hepatoprotective agent. The purpose of the research is to prove long-term hepatoprotective effect of atung seed (Parinarium glaberrimum Hassk.) 70% ethanolic extract on carbon tetrachloride-induced wistar male rats.

The research is purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total of thirty wistar male rats, age 2-3 months, weights 160-250g, were divided randomly into six groups in the same amount. Group I (hepatotoxin controlled-group) was given carbon tetrachloride 2 mL/kgBW in olive oil with ratio 1:1 through intraperitoneal (i.p) route 24 hours before measuring ALT and AST activities. Group II (negative controlled-group) was given olive oil 2 mL/kgBW through intraperitoneal (i.p) route 24 hours before measuring ALT and AST activities. Group III was given 70% ethanolic extract of atung seed dose 3.0 g/kgBW through peroral (p.o) route within six days continuously, on seventh day blood samples were taken through sinus orbitalis to measure ALT and AST activities. Groups IV-VI was given 70% ethanolic extract of atung seed at three dose series, 1.0 ; 1.73 ; and 3.0 g/kgBW through peroral (p.o) route within six days continuously, on seventh day carbon tetrachloride 2 mL/kgBW was administered through intraperitoneal (i.p) route. After 24 hours, blood samples were taken through sinus orbitalis to measure ALT and AST activities. Data of ALT and AST activities were analyzed using Kolmogorov-Smirnov, One Way ANOVA, then post-hoc LSD.

The result shows that long-term administration of 70% ethanolic extract of atung seed (Parinarium glaberrimum Hassk.) at doses 1.0 ; 1.73 ; and 3.0 g/kgBW have hepatoprotective effects on carbon tetrachloride-induced wistar male rats.

(15)

xiv

ABSTRAK

Hati merupakan organ pemetabolisme terbesar di dalam tubuh. Hati dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh senyawa hepatotoksin. Salah satu senyawa hepatotoksin yaitu karbon tetraklorida (CCl4) dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 dalam retikulum endoplasma sel hati menjadi senyawa radikal triklorometilperoksi yang dapat merusak hati. Diperlukan adanya senyawa antioksidan untuk menangkal senyawa radikal bebas untuk mencegah kerusakan hati. Biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) memiliki kandungan senyawa polifenol yang bersifat sebagai antioksidan sehingga dapat menangkal radikal bebas. Oleh sebab itu, biji atung dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu tikus jantan galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160-250g sebanyak tiga puluh ekor yang dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberikan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB dalam pelarut olive oil dengan perbandingan 1:1 secara

intraperitoneal (i.p) 24 jam sebelum pengukuran aktivitas ALT dan AST. Kelompok II

(kontrol negatif) diberikan olive oil 2 mL/kgBB secara i.p 24 jam sebelum pengukuran aktivitas ALT dan AST. Kelompok III diberikan ekstrak etanol 70% biji atung dosis 3,0 g/kgBB secara peroral (p.o) selama enam hari berturut-turut, kemudian dilakukan pengambilan darah dari sinus orbitalis pada hari ketujuh untuk pengukuran aktivitas ALT dan AST. Kelompok IV-VI diberikan ekstrak etanol 70% biji atung secara p.o dengan tiga peringkat dosis yaitu 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB selama enam hari berturut-turut, kemudian dilakukan pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara i.p. pada hari ketujuh. 24 jam setelah pemberian karbon tetraklorida, dilakukan pengambilan darah dari sinus orbitalis untuk pengukuran aktivitas ALT dan AST. Data aktivitas ALT dan AST dianalisis statistik dengan uji Kolmogorov-Smirnov dilanjutkan dengan One Way ANOVA dan post-hoc LSD.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) dosis 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

(16)

1

PENDAHULUAN

Hati merupakan organ terbesar dengan berat sekitar 2% dari berat tubuh yang berfungsi untuk detoksifikasi racun dan obat yang masuk ke dalam tubuh melalui mekanisme penyerapan zat-zat xenobiotik dengan total sekitar 80% melalui vena porta hepatika (Sibulesky, 2013). Oleh sebab itu, hati rentan mengalami kerusakan. Ada beberapa jenis kerusakan hati, yaitu: steatosis (perlemakan hati), nekrosis (kematian hepatosit), kolestasis (penyumbatan saluran empedu oleh batu empedu), dan sirosis (terbentuknya jaringan parut yang disebabkan oleh adanya kolagen di seluruh bagian hati) (Lu, 1995). Salah satu penyebab kerusakan hati yaitu senyawa radikal bebas yang dapat masuk ke dalam tubuh dimana salah satu senyawa radikal bebas yang dapat masuk melalui rute intraperitoneal dan dapat menyebabkan kerusakan hati yaitu karbon tetraklorida (Friedman dan Keeffe, 2011).

Karbon tetraklorida merupakan senyawa model hepatotoksin dengan tipe kerusakan steatosis pada manusia (Sulistianto, Harini, dan Handajani, 2004). Karbon tetraklorida masuk ke dalam peredaran darah dan masuk ke hati melalui vena porta hepatika, kemudian karbon tetraklorida dioksidasi oleh enzim sitokrom P-450 2E1 di dalam hati menjadi radikal triklorometil (CCl3•) yang apabila berikatan dengan oksigen, maka akan membentuk radikal triklorometilperoksi (CCl3O2•) yang reaktivitasnya tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan radikal triklorometil sehingga menyebabkan steatosis hati dan enzim ALT dan AST akan keluar dari dalam hepatosit menuju aliran darah (Timbrell, 2008). Untuk menghentikan aktivitas radikal bebas dari karbon tetraklorida, maka diperlukan antioksidan yang dapat berikatan dengan senyawa radikal bebas yang reaktif dan mengubah senyawa radikal bebas menjadi bentuk yang kurang reaktif dan tidak mudah merusak hepatosit (Rahman et al., 2012). Dari sekitar 10.000 senyawa yang dapat ditemukan di dalam tanaman, beberapa diantaranya memiliki aktivitas antioksidan (Zhang et al., 2015). Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan dan diduga memiliki efek hepatoprotektif (melindungi hati) yaitu tanaman atung (Parinarium glaberrimum Hassk).

Menurut Sarastani et al., (2002), ekstrak etanol biji atung memiliki aktivitas antioksidan yang berasal dari senyawa fenolik yang terkandung di dalamnya. Senyawa fenolik memiliki gugus hidroksil dan gugus benzena di dalamnya yang dapat berperan sebagai antioksidan karena gugus hidroksil pada senyawa fenolik bersifat sebagai Hydrogen

(17)

2

Reactive Nitrogen Species (RNS) pada reaksi terminasi, sehingga dapat memutus rantai

pembentukan radikal bebas dan mencegah terjadinya kerusakan hati (Pereira et al., 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan yaitu tikus jantan galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160-250 gram, biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.), karbon tetraklorida (Merck®), olive oil (Bertolli), CMC-Na 1%, aqua bidestilata, reagen ALT (Diasys®) dan reagen AST (Diasys®). Alat yang digunakan yaitu oven (Memmert®), mesin penyerbuk, ayakan, orbital shaker, rotary evaporator (Buchi®), waterbath (Memmert®), erlenmeyer, labu alas bulat, corong Buchner, cawan porselen, stopwatch, vacuum, gelas beker, gelas ukur, tabung reaksi, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, mikropipet, blue

tip, pipet 1 mL, glasfirn, timbangan analitik (Ohaus®), sentrifuge, spuit injeksi p.o dan

syringe, spuit i.p dan syringe, pipa kapiler hematokrit (Merck®), tabung effendorf, vortex (Genie®), mortir-stamper, moisture balance (Kern®), microlab 200 (Merck®).

Metode

Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar (usia 2-3 bulan, berat 160-250 g) sebagai hewan uji yang diperoleh dari UD.Wistar, Bantul. Sedangkan biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) yang belum dikupas diperoleh dari Universitas Pattimura, Ambon 3 bulan setelah jatuh dari pohon.

Pembuatan Ethical Clearance

(18)

3

Determinasi tanaman atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)

Determinasi tanaman atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) dilakukan di Laboratorium Sistematika Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pengumpulan, pengeringan, dan pembuatan ekstrak

Buah atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) yang sudah tua (3-4 bulan setelah jatuh dari pohon, kering, dan berwarna kecoklatan) dipecahkan menggunakan pemecah biji, kemudian bijinya diiris tipis dan dikeringan menggunakan oven (50oC, 148 jam). Setelah kering, kemudian diserbuk menggunakan mesin penyerbuk. Kemudian dilakukan maserasi dengan menimbang 10 g serbuk biji atung dalam 100 mL etanol 70% di atas orbital shaker selama 3 hari dengan kecepatan 140 rpm. Hasil maserasi kemudian disaring dan filtratnya dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator, kemudian diuapkan di atas waterbath menggunakan cawan porselen hingga bobot tetap, dimana menurut Kustantinah et al. (2008), bobot tetap didapatkan apabila perbedaan dua kali penimbangan setelah dikeringkan selama 1 jam tidak melebihi 0,5 mg pada timbangan analitik.

Pembuatan CMC-Na 1%

CMC-Na 1% digunakan untuk mendipersikan ekstrak etanol 70% biji atung sebelum diberikan pada hewan uji. Pembuatan CMC-Na 1% dilakukan dengan cara sebanyak satu gram CMC-Na didispersikan dalam 100 mL aquadest (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).

Penetapan kadar air

Sebanyak 200 mg sampel serbuk biji atung dimasukkan ke dalam piringan Moisture

Balance, diratakan, dipanaskan hingga 120oC dan didiamkan selama satu menit terhitung dari saat suhu mencapai 120oC. Kemudian kadar air akan langsung ditetapkan oleh Moisture

Balance. Penetapan kadar air dilakukan dengan tiga kali replikasi.

Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50% dan penetapan dosis ekstrak

(19)

4 Pada penetapan dosis ekstrak, bobot tertinggi tikus yang digunakan yaitu 250 g dan volume pemberian maksimum peroral yaitu 5 mL. Konsentrasi tertinggi ekstrak yang dapat dispuit dan tidak menyebabkan kematian digunakan sebagai dosis tertinggi, sedangkan konsentrasi terendah ekstrak yang masih dapat menurunkan aktivitas ALT dan AST digunakan sebagai dosis terendah. konsentrasi tertinggi dan terendah yang didapatkan secara berturut-turut yaitu 15% dan 5% sehingga dosis tertinggi dan terendah ekstrak secara berturut-turut yaitu 3,0 g/kgBB dan 1,0 g/kgBB. Kemudian dosis tengah ditentukan menggunakan faktor pengali dengan rumus:

� = √�−1 � � ����ℎ Penentuan volume pemberian menggunakan rumus: Dosis (g/kgBB) x Berat Badan (kgBB) = Konsentrasi Ekstrak (g/mL) x Volume Pemberian (mL).

Uji pendahuluan

Dosis hepatotoksin karbon tetraklorida untuk menginduksi kerusakan hati tikus jantan galur Wistar adalah 2 mL/kgBB dengan perbandingan volume CCl4 dan olive oil yaitu 1:1. (Janakat dan Al-Merie, 2002).

Penetapan waktu pencuplikan darah menggunakan sembilan ekor tikus yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan. Kelompok I diambil darahnya dari sinus orbitalis pada jam ke-0, sedangkan kelompok II dan III diambil darahnya dari sinus orbitalis secara berturut-turut pada jam ke-24 dan 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida secara intraperitoneal. Setelah darah diambil, kemudian dilakukan pengukuran aktivitas ALT dan AST di Laboratorium Biokimia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

(20)

5 darah dari sinus orbitalis untuk penetapan kadar ALT dan AST. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal 24 jam sebelum pengambilan darah dari sinus orbitalis untuk penetapan kadar ALT dan AST. Kelompok III (kontrol ekstrak) diberi ekstrak etanol 70% biji atung dosis tertinggi (3,0 g/kgBB) secara peroral selama enam hari, kemudian pada hari ketujuh dilakukan pengambilan darah dari sinus orbitalis untuk penetapan kadar ALT dan AST. Kelompok IV-VI (kelompok ekstrak) diberi dosis 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB secara peroral selama enam hari, kemudian pada hari ketujuh diberi induksi CCl4 dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal. Setelah 24 jam, dilakukan pengambilan darah dari sinus orbitalis untuk penetapan kadar ALT dan AST.

Penetapan kadar ALT dan AST

Darah diambil dari sinus orbitalis dan ditampung dalam tabung Eppendorf, kemudian di-sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 8000 rpm. Supernatant diambil 100µ L menggunakan mikropipet dan ditampung dalam tabung reaksi. Untuk pengukuran kadar ALT, 100 µL serum dicampurkan dengan 1000 µL reagen I, divortex 5 detik, kemudian didiamkan 5 menit lalu dicampur dengan 250 µL reagen II dan divortex selama 5 detik, kemudian dibaca serapannya menggunakan Microlab 200 pada λ = 340 nm (Norutama, 2015).

Sedangkan untuk pengukuran kadar AST, 100 µL serum dicampurkan dengan 1000 µL reagen I, divortex 5 detik, kemudian didiamkan 5 menit lalu dicampur dengan 250 µL reagen II dan divortex selama 5 detik, kemudian dibaca serapannya menggunakan Microlab

(21)

6

Tabel I. Komposisi reagen ALT (Diasys®)

Tabel II. Komposisi reagen AST (Diasys®)

(Wardani, 2014)

Tata cara analisis hasil

Data ALT dan AST dianalisis statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat normalitas distribusi data, dilanjutkan dengan One Way ANOVA dan post-hoc LSD untuk melihat homogenitas varians dan perbandingan antar kelompok. Persen efek hepatoprotektif dihitung dengan rumus :

ALT = − [ � � � � � � − � � � � � ]

� � � ℎ � � − � � � � � × %

AST = − [ � � � � � − � � � � ]

� � ℎ � � − � � � � × %

(Wijaya, 2013) Komposisi reagen ALT Konsentrasi

Reagen I (pH 7,15) :

(22)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi tanaman

Tujuan determinasi tanaman yaitu membuktikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar merupakan tanaman atung (Parinarium glaberrimum Hassk.). Hasil membuktikan bahwa tanaman yang digunakan benar merupakan tanaman atung dengan nama Latin Parinarium glaberrimum Hassk. (Lampiran 2).

Pengumpulan, pengeringan, dan pembuatan ekstrak

Pada pengumpulan biji atung, biji yang dikumpulkan yaitu biji atung yang sudah tua (3-4 bulan setelah jatuh dari pohon, kering, dan berwarna kecoklatan). Hal ini disebabkan karena terdapat kandungan polifenol yang maksimal pada biji atung yang sudah tua (Moniharapon, 1998).

Pengeringan menggunakan oven pada suhu 50oC bertujuan agar simplisia yang digunakan dapat lebih tahan lama saat disimpan, dan menurut Kustantinah et al. (2008), simplisia dikeringkan pada suhu kurang dari 60oC.

Pada pembuatan ekstrak etanol 70% biji atung, metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi dengan pelarut etanol 70%. Menurut Mojzer (2016) pada umumya senyawa polifenol dapat diekstraksi dengan maserasi mengunakan pelarut etanol yang disebabkan karena polifenol memiliki gugus –OH yang dapat berikatan dengan gugus –OH pada etanol (prinsip like dissolve like), sehingga senyawa polifenol dapat diekstraksi.

Penggunaan rotary evaporator pada pembuatan ekstrak etanol 70 % biji atung bertujuan untuk memekatkan ekstrak cair dengan prinsip: (1). menguapkan pelarut pada tekanan rendah sehingga titik didih pelarut menjadi lebih rendah sehingga pelarut lebih mudah diuapkan, (2). memutar labu alas bulat agar panas yang dihasilkan lebih merata pada setiap bagian ekstrak, (3). pemanasan untuk menguapkan pelarut ekstrak (Hunt, 2013).

Penggunaan waterbath pada pembuatan ekstrak etanol 70 % biji atung bertujuan untuk menguapkan pelarut yang masih tersisa dalam ekstrak hingga benar-benar kering.

Pembuatan CMC-Na 1%

(23)

8 diberikan kepada hewan uji karena CMC-Na 1% dapat berfungsi sebagai suspending agent yang dapat mendispersikan ekstrak (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).

Penetapan kadar air

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam serbuk biji atung agar memenuhi standar persyaratan serbuk yang baik yaitu kurang dari 10% (Kustantinah et

al., 2010). Kadar air yang diperoleh sebesar 6,52% sehingga memenuhi persyaratan serbuk

yang baik (Lampiran 7).

Uji pendahuluan

Tujuan uji pendahuluan yaitu menetapkan waktu pencuplikan darah hewan uji dan menetapkan dosis ekstrak biji atung. Data aktivitas ALT dan AST pada penetapan waktu pencuplikan darah dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Aktivitas ALT Tikus Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB pada Jam ke-0, 24, dan 48 jam.

Keterangan: SE = Standar Error

(24)

9

Gambar 2. Aktivitas AST Tikus Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB pada Jam ke-0, 24, dan 48 jam.

Keterangan: SE = Standar Error

n = 9 ekor tikus dibagi dalam tiga kelompok sama banyak

(25)

10

Tabel III. Perbedaan Kenaikan Aktivitas ALT Setelah Induksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/KgBB pada Pencuplikan Darah Jam ke-0, 24, dan 48 jam

ALT Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

0 BB BTB

24 BB BB

48 BTB BB

Keterangan : BB = Berbeda Bermakna (p<0,05) BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)

Data aktivitas ALT dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan distribusi normal (p>0,05), kemudian dilanjutkan dengan levene test dan didapatkan varians homogen (p=0,224), dilanjutkan dengan uji LSD yang menunjukan perbedaan antar kelompok perlakuan. Hasilnya menunjukan bahwa pada jam ke-24 aktivitas ALT menjadi lebih tinggi, berbeda bermakna terhadap jam ke-0 dan jam ke-48. Sedangkan pada jam ke-0 dan jam ke-48 aktivitas ALT memiliki aktivitas yang hampir sama sebab pada jam ke-48 terjadi penurunan aktivitas ALT hingga mendekati nilai normal. Sehingga, pada hasil statistik aktivitas ALT pada tabel II, kerusakan hati paling tinggi terjadi pada jam ke-24 yang ditandai dengan puncak tertinggi aktivitas ALT pada jam ke-ke-24 dibandingkan dengan jam ke-0 dan jam ke-48.

Tabel IV. Perbedaan Kenaikan Aktivitas AST Setelah Induksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB pada Pencuplikan Darah Jam ke-0, 24, dan 48 jam

AST Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

0 BB BTB

24 BB BB

48 BTB BB

Keterangan : BB = Berbeda Bermakna (p<0,05) BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)

(26)

11 pada jam ke-24 yang ditandai dengan puncak tertinggi aktivitas AST pada jam ke-24 dibandingkan dengan jam ke-0 dan jam ke-48. Dari hasil analisis data aktivitas ALT dan AST tersebut maka jam ke-24 ditetapkan sebagai waktu pencuplikan darah hewan uji yang dilakukan pada perlakuan selanjutnya.

Tujuan penetapan dosis ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk yaitu menentukan peringkat dosis yang digunakan dalam penelitian ini. Penetapan dosis ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk berdasarkan berat badan maksimal tikus yang digunakan (250 g), konsentrasi maksimal ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk (15%) dan volume pemberian maksimal pada tikus (5 mL). Didapatkan dosis tertinggi ekstrak biji

Parinarium glaberrimum Hassk yaitu 3,0 g/kgBB dan dosis terendah ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk sebesar 1,0 g/kgBB. Sedangkan dosis tengah didapatkan menggunakan

faktor pengali dan didapatkan dosis tengah sebesar 1,73 g/kgBB. Sehingga diperoleh tiga peringkat dosis yaitu 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB.

Uji efek hepatoprotektif

Tabel V. Uji Efek Hepatoprotektif Jangka Panjang Ekstrak Etanol 70% Biji

Parinarium glaberrimum Hassk.

I : Kelompok kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 mL/kgBB) II : Kelompok kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB)

III : Kelompok kontrol ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk 3,0 g/kgBB IV : Kelompok perlakuan dosis 1,0 g/kgBB 6 hari + CCl4 2 mL/kgBB

(27)

12

Tabel VI. Perbandingan Aktivitas ALT Kelompok Kontrol dan Perlakuan Jangka Panjang Ekstrak Etanol 70% Biji Parinarium glaberrimum Hassk pada Tiga

Peringkat Dosis

Tabel VII. Perbandingan Aktivitas AST Kelompok Kontrol dan Perlakuan Jangka Panjang Ekstrak Etanol 70% Biji Parinarium glaberrimum Hassk pada Tiga

Peringkat Dosis

I : Kelompok kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 mL/kgBB) II : Kelompok kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB)

III : Kelompok kontrol ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk 3,0 g/kgBB IV : Kelompok perlakuan dosis 1,0 g/kgBB 6 hari + CCl4 2 mL/kgBB

V : Kelompok perlakuan dosis 1,73 g/kgBB 6 hari + CCl4 2 mL/kgBB VI : Kelompok perlakuan dosis 3,0 g/kgBB 6 hari + CCl4 2 mL/kgBB BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)

BB : Berbeda Bermakna (p<0,05)

(28)

13 lebih stabil (khususnya pada sekresi enzim dan hormonal) karena tidak adanya ketersediaan makanan di dalam saluran gastrointestinal selama 24 jam pertama. Sehingga variasi pada kondisi patofisiologis tikus akan berkurang.

Tujuan pengukuran aktivitas ALT dan AST kelompok kontrol negatif (Kelompok II) untuk melihat apakah olive oil sebagai pelarut hepatotoksin memberikan pengaruh terhadap aktivitas ALT dan AST. Berdasarkan hasil penelitian Yulise (2015), pemberian olive oil secara intraperitoneal yang digunakan sebagai pelarut hepatotoksin tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas ALT dan AST sebab terdapat perbedaan tidak bermakna (p>0,05) antara nilai aktivitas ALT dan AST pada jam ke-0 dan jam ke-24. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian olive oil sebagai pelarut hepatotoksin tidak berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas ALT dan AST, sehingga kelompok kontrol negatif (olive oil) dapat digunakan sebagai patokan pada penelitian ini untuk dibandingkan terhadap kelompok lainnya.

Tujuan pengukuran aktivitas ALT dan AST pada kelompok kontrol hepatotoksin (kelompok I) yaitu mengetahui pengaruh pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB terhadap aktivitas ALT dan AST. Hasil pengukuran aktivitas ALT pada kelompok kontrol hepatotoksin yaitu 193,40 ± 7,81 U/L memberikan perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB) yaitu 42,00 ± 2,43 U/L. Hasil pengukuran aktivitas AST pada kelompok kontrol hepatotoksin yaitu 554,60 ± 15,39 U/L memberikan perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB) yaitu 110,60 ± 5,78 U/L. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa pemejanan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara intraperitoneal memiliki efek hepatotoksin. Hal ini disebabkan karena karbon tetraklorida dioksidasi oleh enzim sitokrom P-450 2E1 di dalam hati menjadi radikal triklorometil (CCl3•) yang apabila berikatan dengan oksigen, maka akan membentuk radikal triklorometilperoksi (CCl3O2•) yang reaktivitasnya tiga kali lipat lebih besar dibandingkan radikal triklorometil (Timbrell, 2008)

(29)

14 aktivitas AST Kelompok III yaitu 115,60 ± 3,75 U/L yang secara statistik memiliki perbedaan tidak bermakna (p>0,05) terhadap kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB) yaitu 110,60 ± 5,78. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% biji

Parinarium glaberrimum Hassk dosis tertinggi (3,0 g/kgBB) sebagai kontrol ekstrak tidak

memberikan pengaruh terhadap aktivitas ALT dan AST.

Hasil pengukuran aktivitas ALT kelompok IV yaitu 90,20 ± 4,97 U/L yang secara statistik berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol hepatotoksin (193,40 ± 7,81 U/L) dan berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kontrol negatif (42,00 ± 2,43). Sedangkan hasil pengukuran aktivitas AST nya yaitu 268,20 ± 23,77 U/L yang secara statistik berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol hepatotoksin (554,60 ± 15,39 U/L) dan berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kontrol negatif (110,60 ± 5,78). Sehingga perlakuan ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk dosis 1,0 g/kgBB memberikan efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT dan AST namun belum mendekati nilai normal. Persen efek hepatoprotektif yang diperoleh dari kelompok IV yaitu 68,16% untuk aktivitas ALT dan 64,51% untuk aktivitas AST.

Hasil pengukuran aktivitas ALT kelompok V yaitu 68,00 ± 5,19 U/L yang secara statistik berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol hepatotoksin (193,40 ± 7,81 U/L) dan berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kontrol negatif (42,00 ± 2,43). Sedangkan hasil pengukuran aktivitas AST nya yaitu 200,40 ± 11,89 U/L yang secara statistik berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol hepatotoksin (554,60 ± 15,39 U/L) dan berbeda bermakna (p<0,05) terhadap kontrol negatif (110,60 ± 5,78). Sehingga perlakuan ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk dosis 1,73 g/kgBB memberikan efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT dan AST namun belum mendekati nilai normal. Persen efek hepatoprotektif yang diperoleh dari kelompok V yaitu 82,83% untuk aktivitas ALT dan 79,78% untuk aktivitas AST.

(30)

15 perlakuan ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk dosis 3,0 g/kgBB memberikan efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT dan AST hingga mendekati nilai normal. Persen efek hepatoprotektif yang diperoleh dari kelompok VI yaitu 92,21% untuk aktivitas ALT dan 92,07% untuk aktivitas AST.

Pada penelitian ini, ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk yang digunakan untuk uji efek hepatoprotektif memiliki berbagai macam senyawa polifenol yang terdapat di dalamnya namun masih belum diketahui senyawa polifenol manakah yang poten dan dapat berperan sebagai agen hepatoprotektif dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, diperlukan adanya penelitian lanjutan berupa isolasi dan identifikasi struktur senyawa fenolik yang terdapat dalam ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk) untuk mengetahui adanya senyawa polifenol yang poten dan dapat berperan sebagai agen hepatoprotektif.

Uji yang digunakan untuk menentukan kerusakan hati pada penelitian ini yaitu berupa pengujian aktivitas ALT dan AST. Namun, uji aktivitas ALT dan AST hanya dapat menentukan jenis kerusakan hati melalui perubahan secara biokimia saja, dan tidak dapat diketahui derajat kerusakan hati dari perubahan secara struktural. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan berupa uji histopatologi hati hewan uji untuk mengetahui derajat kerusakan hati dari perubahan secara struktural.

(31)

16 aktivitas senyawa fenolik juga naik seiring dengan kenaikan konsentrasi ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk dan dapat menurunkan aktivitas ALT dan AST. Senyawa fenolik adalah senyawa antioksidan yang tersusun atas gugus hidroksil (-OH) dan gugus fenil (benzene) dan dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor, karena gugus hidroksil pada senyawa fenolik bersifat sebagai hydrogen donor yang baik dan dapat bereaksi dengan oksigen reaktif pada radikal triklorometilperoksi (CCl3O2• , hasil metabolisme karbon tetraklorida oleh enzim sitokrom P-450 2E1), sehingga dapat memutus rantai pembentukan radikal bebas pada reaksi terminasi dan menurunkan reaktivitas radikal bebas (Pereira et al, 2009).

KESIMPULAN

Pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) dosis 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida memiliki efek hepatoprotektif.

SARAN

1. Diperlukan adanya isolasi dan identifikasi struktur senyawa fenolik dalam ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk).

(32)

17

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, D. et al., 1999, Environmetal Health Criteria 208: Carbon Tetrachloride, World Health Organization, Geneva, 45.

Escobar, C., et al., 1998, Persistence of Metabolic Rhythmicity During Fasting and Its Entrainment by Restricted Feeding Schedules in Rats, American Journal of Physiology, 1309–1315.

Friedman, L.S. dan Keeffe, E.B., 2011, Handbook of Liver Disease, 3rd Edition, Elsevier Saunders, Philadelphia, 122, 133-134.

Hau, J. dan Hoosier, G. L.V., 2003, Handbook of Laboratory Animal Science, 2nd Edition, Volume I, CRC Press, USA, 308-310.

Hunt, I.R., 2013, Organic Laboratory Technique 8: Rotary Evaporation, Department of Chemistry, 1.

Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002, Optimization of the Dose and Route of Injection, and Characterization of the Time Course of Carbon Tetrachloride-Induced Hepatotoxicity in the Rat, Journal Pharmacology Toxicology Methods, 48, 41-44.

Kustantinah, et al., 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, xxv, xxviii, xxix.

Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology Fundamental Target Organ and Risk Assessment, Edisi 2, alih Bahasa oleh : Nugroho Adi, UI Press, Jakarta, 85-97.

Mojzer, E.B., et al., 2016, Polyphenols: Extraction Method, Antioxidative Action, Bioavailability, and Anticarcinogenic Effects, Molecules Journal, 26-28.

Moniharapon, T., 1998, Kajian Fraksi Bioaktif dari Buah Atung (Parinarium Glaberimum Hassk.) Sebagai Bahan Pengawet Pangan, Disertasi, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 3-8. Nastiandari, J.D., 2016, Pengaruh Air Rebusan Daun Pandan Wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan Galur Wistar yang

Terbebani Glukosa, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 26.

Norutama, E.E., 2015, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol 30% Daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) Terhadap Kadar Alanin Aminotransferase dan Aspartat Aminotransferase pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 36.

Pereira, D.M. et al., 2009, Phenolics: From Chemistry to Biology, Molecules Journal, Volume 14, 2203.

Rahman, T., et al,2012, Oxidative Stress and Human Health, Advances in Bioscience and

Biotechnology Journal, 997-1000.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Owen, S.C., 2006, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5th Edition, Pharmaceutical Press, London, 120-123.

Sarastani et al., 2002, Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Biji Atung (Parinarium

(33)

18 Sibulesky, L., 2013, Normal Liver Anatomy, Clinical Liver Disease Journal, Volume 2, 1. Sulistianto, D.E., Harini, M., Handajani, N.S., 2004, Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.] terhadap Struktur Histologis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) setelah Perlakuan dengan Karbon Tetraklorida (CCl4) secara Oral, Jurnal Biosmart, Volume VI, No.2, 93-94.

Timbrell, J.A., 2008, Principles of Biochemical Toxicology, 4th Edition, Informa Healthcare, USA, 308-311.

Wardani, B.B.P., 2014, Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Etanol Kulit Persea

Americana Mill. Terhadap Aktivitas ALT-AST pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 25-26.

Wijaya, L.S., 2013, Efek Antihepatotoksik Infusa Herba Mimosa pigra L. Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 43.

Yulise, B., 2015, Efek Hepatoprotektif Pemberian Jangka Pendek Infusa Herba Sonchus

arvensis L. Terhadap Aktivitas AST-ALT pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi

Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 37-38

(34)
(35)
(36)
(37)

22 Lampiran 3. Bahan Uji Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Biji Atung (Parinarium

glaberrimum Hassk.)

Gambar 3. Pohon Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)

Gambar 4. Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) yang Belum Dikupas

Gambar 5. Serbuk Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)

(38)
(39)
(40)

25 Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol 70% Biji Parinarium glaberrimum

Hassk. Bobot Cawan (g)

Bobot Cawan + Ekstrak (g)

Ekstrak (g)

Bobot Serbuk (g)

Persen Rendemen Replikasi 1 64,7534 67,3208 2,5674 10,0032 25,6658 % Replikasi 2 74,6248 77,4533 2,8285 10,0125 28,2497 % Replikasi 3 73,4196 76,4212 3,0016 10,0001 30,0157 %

Total ekstrak yang didapatkan 8,3975 �̅ =

(41)

26 Lampiran 7. Penetapan Kadar Air Serbuk Biji Parinarium glaberrimum Hassk.

Gambar 7. Kadar Air Serbuk (Replikasi 1)

Gambar 8. Kadar Air Serbuk (Replikasi 2)

Gambar 9. Kadar Air Serbuk (Replikasi 3)

(42)

27 Lampiran 8. Perhitungan Penetapan Peringkat Dosis Ekstrak Etanol 70% Biji Atung

(Parinarium glaberrimum Hassk.) Bobot maksimal tikus = 250 g = 0,25 kg

Volume pemberian maksimal = 5 mL

Konsentrasi ekstrak yang digunakan = 15% (15g/100mL, konsentrasi tertinggi) dan 5% (5g/100mL, konsentrasi terendah)

D x BB = C x V Dosis tertinggi

D x 0,25 kg = 15g/100mL x 5 mL D = 3,0 g/kgBB

Dosis terendah

D x 0,25 kg = 5g/100mL x 5 mL D = 1,0 g/kgBB

Dosis tengah

Menggunakan rumus faktor pengali :

� = √�−1 � �ℎ

� = √3−1 , /, / = 1,73

(43)

28 Lampiran 9. Analisis Statistik ALT dan AST Waktu Pencuplikan Darah

1. ALT

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ALT

N 9

Normal Parametersa,b Mean 91,6667

Std. Deviation 76,33970

Asymp. Sig. (2-tailed) ,512

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Descriptives ALT

N Mean Std.

Deviation

Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

jam ke-0 3 47,0000 20,80865 12,01388 -4,6916 98,6916 34,00 71,00

jam ke-24 3 184,0000 59,50630 34,35598 36,1782 331,8218 125,00 244,00

jam ke-48 3 44,0000 12,16553 7,02377 13,7792 74,2208 36,00 58,00

Total 9 91,6667 76,33970 25,44657 32,9868 150,3466 34,00 244,00

Test of Homogeneity of Variances ALT

Within Groups 8244,000 6 1374,000

(44)

29 2. AST

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AST

N 9

Normal Parametersa,b Mean 177,7778

Std. Deviation 85,91097

Asymp. Sig. (2-tailed) ,605

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Test of Homogeneity of Variances AST

Levene Statistic df1 df2 Sig.

4,485 2 6 ,064

Multiple Comparisons

Dependent Variable: ALT

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LSD

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Descriptives AST

N Mean Std.

Deviation

Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

(45)

30

ANOVA AST

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 52089,556 2 26044,778 22,465 ,002

Within Groups 6956,000 6 1159,333

Total 59045,556 8

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

LSD

jam ke-0 jam ke-24 -163,66667

* 27,80088 ,001 -231,6930 -95,6404

jam ke-48 -4,66667 27,80088 ,872 -72,6930 63,3596

jam ke-24 jam ke-0 163,66667

* 27,80088 ,001 95,6404 231,6930

jam ke-48 159,00000* 27,80088 ,001 90,9737 227,0263

(46)

31 Lampiran 10. Analisis Statistik ALT dan AST Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol 70%

Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ALT AST

N 30 30

Normal Parametersa,b Mean 82,5000 232,5333

Std. Deviation 53,86493 158,89396

Most Extreme Differences Absolute ,233 ,230

Positive ,233 ,230

Negative -,189 -,200

Kolmogorov-Smirnov Z 1,278 1,262

Asymp. Sig. (2-tailed) ,076 ,083

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Within Groups 2890,000 24 120,417

Total 84141,500 29

AST Between Groups 710477,067 5 142095,413 157,197 ,000

Within Groups 21694,400 24 903,933

Total 732171,467 29

Lower Bound Upper Bound

ALT CCl4 Olive Oil 151,40000* 6,94022 ,000 137,0761 165,7239

Kontrol Ekstrak 145,80000* 6,94022 ,000 131,4761 160,1239

Ekstrak 5% (1,0 g/kgBB)

103,20000* 6,94022 ,000 88,8761 117,5239

Ekstrak 8,5% (1,73 g/kgBB)

125,40000* 6,94022 ,000 111,0761 139,7239

Ekstrak 15% (3,0 g/kgBB)

139,60000* 6,94022 ,000 125,2761 153,9239

Olive Oil CCl4 -151,40000* 6,94022 ,000 -165,7239 -137,0761

Kontrol Ekstrak -5,60000 6,94022 ,428 -19,9239 8,7239

Ekstrak 5% (1,0 g/kgBB)

(47)

32

Kontrol Ekstrak 42,60000* 6,94022 ,000 28,2761 56,9239

Ekstrak 8,5%

Kontrol Ekstrak 20,40000* 6,94022 ,007 6,0761 34,7239

Ekstrak 5% (1,0

Kontrol Ekstrak 6,20000 6,94022 ,381 -8,1239 20,5239

Ekstrak 5% (1,0

Kontrol Ekstrak 439,00000* 19,01508 ,000 399,7548 478,2452

Ekstrak 5% (1,0 g/kgBB)

286,40000* 19,01508 ,000 247,1548 325,6452

Ekstrak 8,5% (1,73 g/kgBB)

354,20000* 19,01508 ,000 314,9548 393,4452

Ekstrak 15% (3,0 g/kgBB)

408,80000* 19,01508 ,000 369,5548 448,0452

Olive Oil CCl4 -444,00000* 19,01508 ,000 -483,2452 -404,7548

Kontrol Ekstrak -5,00000 19,01508 ,795 -44,2452 34,2452

Ekstrak 5% (1,0 g/kgBB)

-157,60000* 19,01508 ,000 -196,8452 -118,3548

Ekstrak 8,5% (1,73 g/kgBB)

-89,80000* 19,01508 ,000 -129,0452 -50,5548

Ekstrak 15% (3,0 g/kgBB)

-35,20000 19,01508 ,076 -74,4452 4,0452

Kontrol Ekstrak

CCl4 -439,00000* 19,01508 ,000 -478,2452 -399,7548

(48)

33

Ekstrak 5% (1,0 g/kgBB)

-152,60000* 19,01508 ,000 -191,8452 -113,3548

Ekstrak 8,5% (1,73 g/kgBB)

-84,80000* 19,01508 ,000 -124,0452 -45,5548

Ekstrak 15% (3,0

CCl4 -286,40000* 19,01508 ,000 -325,6452 -247,1548

Olive Oil 157,60000* 19,01508 ,000 118,3548 196,8452

Kontrol Ekstrak 152,60000* 19,01508 ,000 113,3548 191,8452

Ekstrak 8,5% (1,73 g/kgBB)

67,80000* 19,01508 ,002 28,5548 107,0452

Ekstrak 15% (3,0 g/kgBB)

122,40000* 19,01508 ,000 83,1548 161,6452

Ekstrak 8,5% (1,73 g/kgBB)

CCl4 -354,20000* 19,01508 ,000 -393,4452 -314,9548

Olive Oil 89,80000* 19,01508 ,000 50,5548 129,0452

Kontrol Ekstrak 84,80000* 19,01508 ,000 45,5548 124,0452

Ekstrak 5% (1,0 g/kgBB)

-67,80000* 19,01508 ,002 -107,0452 -28,5548

Ekstrak 15% (3,0

CCl4 -408,80000* 19,01508 ,000 -448,0452 -369,5548

Olive Oil 35,20000 19,01508 ,076 -4,0452 74,4452

Kontrol Ekstrak 30,20000 19,01508 ,125 -9,0452 69,4452

Ekstrak 5% (1,0 g/kgBB)

-122,40000* 19,01508 ,000 -161,6452 -83,1548

Ekstrak 8,5% (1,73g/kgBB)

-54,60000* 19,01508 ,008 -93,8452 -15,3548

(49)

34 Lampiran 11. Grafik Purata Aktivitas ALT dan AST Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol

70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)

Gambar 10. Grafik Purata Aktivitas ALT Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol 70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)

(50)

35 Lampiran 12. Perhitungan Persen Hepatoprotektif

ALT = − [ � � � � � � − � � � � � ]

� � � ℎ � � − � � � � � × %

AST = − [ � � � � � − � � � � ]

� � ℎ � � − � � � � × %

Kelompok dosis 3,0 g/kgBB

ALT =

[ , ± , − , ± , ]

, ± , − , ± ,

×

%

= 92,21%

AST =

[ , ± , − , ± , ]

, ± , − , ± ,

×

%

= 92,07%

Kelompok dosis 1,73 g/kgBB

ALT =

[ , ± , − , ± , ]

, ± , − , ± ,

×

%

= 82,83%

AST =

[ , ± , − , ± , ]

, ± , − , ± ,

×

%

= 79,78%

Kelompok dosis 1,0 g/kgBB

ALT =

[ , ± , − , ± , ]

, ± , − , ± ,

×

%

= 68,16%

AST =

[ , ± , − , ± , ]

(51)

36 Lampiran 13. Perhitungan Konversi Dosis untuk Manusia

Nilai konversi dosis tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,0

Dosis untuk manusia 70 kg = dosis untuk tikus 200g x nilai konversi Ekstrak etanol 70% biji atung dosis 3,0 g/kgBB pada tikus :

Dosis untuk tikus 200 g = 3,0 g/kgBB x 0,2 = 0,6 g Dosis untuk manusia 70 kg = 0,6 g x 56,0 = 33,6 g Dosis untuk manusia = 33,6 g/70 kgBB = 0,48 g

Ekstrak etanol 70% biji atung dosis 1,73 g/kgBB pada tikus : Dosis untuk tikus 200 g = 1,73 g/kgBB x 0,2 = 0,34 g

Dosis untuk manusia 70 kg = 0,34 g x 56,0 = 19,04 g Dosis untuk manusia = 19,04 g/70 kgBB = 0,27 g

Ekstrak etanol 70% biji atung dosis 1,0 g/kgBB pada tikus : Dosis untuk tikus 200 g = 1,0 g/kgBB x 0,2 = 0,2 g

(52)

37

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul “Efek Hepatoprotektif Jangka Panjang

Ekstrak Etanol 70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon

Tetraklorida” bernama lengkap Aloysius Alpha Dewo Suryo

(53)

ABSTRACT

Liver is the largest metabolic organ in the body. Liver could be damaged by hepatotoxins, such as carbon tetrachloride (CCl4) which is metabolized by cytochrome P450

enzyme in reticulum endoplasmic of the liver cells and became a radical compound called trichloromethylperoxy that may damage the liver. Therefore, antioxidant has an important role to neutralize free radicals and protect the liver. Atung seed (Parinarium glaberrimum Hassk.) have polifenolic compounds which were used as antioxidant which can neutralize the free radicals. Therefore, atung seed can be used as hepatoprotective agent. The purpose of the research is to prove long-term hepatoprotective effect of atung seed (Parinarium glaberrimum Hassk.) 70% ethanolic extract on carbon tetrachloride-induced wistar male rats.

The research is purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total of thirty wistar male rats, age 2-3 months, weights 160-250g, were divided randomly into six groups in the same amount. Group I (hepatotoxin controlled-group) was given carbon tetrachloride 2 mL/kgBW in olive oil with ratio 1:1 through intraperitoneal (i.p) route 24 hours before measuring ALT and AST activities. Group II (negative controlled-group) was given olive oil 2 mL/kgBW through intraperitoneal (i.p) route 24 hours before measuring ALT and AST activities. Group III was given 70% ethanolic extract of atung seed dose 3.0 g/kgBW through peroral (p.o) route within six days continuously, on seventh day blood samples were taken through sinus orbitalis to measure ALT and AST activities. Groups IV-VI was given 70% ethanolic extract of atung seed at three dose series, 1.0 ; 1.73 ; and 3.0 g/kgBW through peroral (p.o) route within six days continuously, on seventh day carbon tetrachloride 2 mL/kgBW was administered through intraperitoneal (i.p) route. After 24 hours, blood samples were taken through sinus orbitalis to measure ALT and AST activities. Data of ALT and AST activities were analyzed using Kolmogorov-Smirnov, One Way ANOVA, then post-hoc LSD.

The result shows that long-term administration of 70% ethanolic extract of atung seed (Parinarium glaberrimum Hassk.) at doses 1.0 ; 1.73 ; and 3.0 g/kgBW have hepatoprotective effects on carbon tetrachloride-induced wistar male rats.

(54)

ABSTRAK

Hati merupakan organ pemetabolisme terbesar di dalam tubuh. Hati dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh senyawa hepatotoksin. Salah satu senyawa hepatotoksin yaitu karbon tetraklorida (CCl4) dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 dalam retikulum endoplasma sel hati menjadi senyawa radikal triklorometilperoksi yang dapat merusak hati. Diperlukan adanya senyawa antioksidan untuk menangkal senyawa radikal bebas untuk mencegah kerusakan hati. Biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) memiliki kandungan senyawa polifenol yang bersifat sebagai antioksidan sehingga dapat menangkal radikal bebas. Oleh sebab itu, biji atung dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu tikus jantan galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160-250g sebanyak tiga puluh ekor yang dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberikan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB dalam pelarut olive oil dengan perbandingan 1:1 secara

intraperitoneal (i.p) 24 jam sebelum pengukuran aktivitas ALT dan AST. Kelompok II

(kontrol negatif) diberikan olive oil 2 mL/kgBB secara i.p 24 jam sebelum pengukuran aktivitas ALT dan AST. Kelompok III diberikan ekstrak etanol 70% biji atung dosis 3,0 g/kgBB secara peroral (p.o) selama enam hari berturut-turut, kemudian dilakukan pengambilan darah dari sinus orbitalis pada hari ketujuh untuk pengukuran aktivitas ALT dan AST. Kelompok IV-VI diberikan ekstrak etanol 70% biji atung secara p.o dengan tiga peringkat dosis yaitu 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB selama enam hari berturut-turut, kemudian dilakukan pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara i.p. pada hari ketujuh. 24 jam setelah pemberian karbon tetraklorida, dilakukan pengambilan darah dari sinus orbitalis untuk pengukuran aktivitas ALT dan AST. Data aktivitas ALT dan AST dianalisis statistik dengan uji Kolmogorov-Smirnov dilanjutkan dengan One Way ANOVA dan post-hoc LSD.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) dosis 1,0 ; 1,73 ; dan 3,0 g/kgBB memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

Gambar

Tabel I.  Komposisi reagen ALT (Diasys®)….………………………………………..6
Tabel II. Komposisi reagen AST (Diasys®)
Gambar 1. Aktivitas ALT Tikus Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB pada Jam ke-0, 24, dan 48 jam
Gambar 2. Aktivitas AST Tikus Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB pada Jam ke-0, 24, dan 48 jam
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

pekerjaan pada organisasi lain. Jika karyawan sudah mulai sering.. berpikir untuk keluar dari pekerjaannya karyawan tersebut akan.. mencoba mencari pekerjaan di

Dari aspek irigasi, cara konvensional lahan sawah yang siap tanam mempunyai ketebalan air (genangan) sekitar 1-10 cm. Sedangkan sistem SRI lahan siap tanam

rL lji Dnnd,DrctrN,rdstrrjlr

[r]

[r]

“ Kalau Ramadhan sudah pasti ya, puasa Ramadhan wajib. Jadi kalau puasa sunnah ya itu, kendala anak, satu belum terbiasa, kemudian males, tergoda sama temennya yang

tambahan (oveldr), pelebaran jalan (rile,i,s), dimensi salumr drainase, dan rencana anggaran biaya. Pada lugas akhjr ini pe:rulis juga merencanakan jalan alternatif