BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS
TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN RANAH KOGNITIF PESERTA DIDIK
(Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan Geografi
oleh
Rego Pradana NIM 1302541
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA
PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM
BASED LEARNING
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS
TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN RANAH
KOGNITIF PESERTA DIDIK
(Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)
Oleh Rego Pradana
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Geografi
© Rego Pradana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
REGO PRADANA
PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS
TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN RANAH KOGNITIF PESERTA DIDIK
(Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT NIP. 19640603 198903 1 001
Pembimbing
Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya,M.Si NIP.19610323 198603 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Perbedaan Keberhasilan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap
Peningkatan Ranah Kognitif Peserta Didik
(Studi Quasi Eksperimen Di Kelas X Sma Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)
Oleh: Rego Pradana
Pembimbing:
Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si.
ABSTRAK
Rendahnya hasil belajar masih menjadi masalah dalam dunia pendidikan, terutama pada ranah kognitif. Salah satu SMA Negeri di Indramayu pada mata pelajaran Geografi ditemukan permasalahan, yaitu masih rendahnya hasil belajar peserta didik terutama pada ranah kognitif. Di kelas X dari empat kelas, semua kelas tersebut masih memperoleh nilai ujian tenngah semester dibawah KKM. Oleh karena itu diperlukan suatu perlakuan agar hasil belajar bisa mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan keberhasilan dari model pembelajaran problem based learning dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design dengan desain penelitian nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Perolehan data dilakukan dengan tes ranah kognitif (pretest dan posttest), serta lembar observasi untuk melihat keterlaksaan pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan statistik uji normalitas, homogenitas dan uji T dengan bantuan SPSS Statistic 21. Selain itu penelitian ini menganalisis peningkatan ranah kognitif peserta didik, serta menganalisis keberhasilan model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata nilai pretest pada model pembelajaran problem based learning sebesar 38,3 sedangkan posttest sebesar 66,9. Pada model pembelajaran sains teknologi masyarakat diperoleh nilai pretest sebesar 38,2 dan posttest sebesar 64,0. Dari hasil tersebut terlihat bahawa kedua model dapat meningkatkan ranah kognitif peserta didik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat sama-sama berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik di SMAN 1 Kroya. Akan tetapi Model pembelajaran problem based learning lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik dibandingkan dengan model sains teknologi masyarakat.
Kata kunci: Model pembelajaran problem based learning, Model pembelajaran sains
The Differences Success Learning Model Problem Based Learning with Learning Models of Science Technology Society to Improvement Students Cognitive
(A Quasi Experiment Study in Tenth Grade Students in the State Senior High School 1 of Kroya Indramayu in Atmosphere Subject)
By: Rego Pradana
Supervisors:
Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si.
ABSTRACT
The low of result study still be a problem in education world, especially in cognitive aspect. The state of Senior High School in Indramayu at geographic lesson is found the problem that is the low of result study of students especially in cognitive aspect. In tenth grade from four classes, all of the classes still get score of mid semester under the minimum score criteria. Because of that, it need an action in order to the result study can be improve. This research aims to see differences from learning model problem based learning with learning models of science technology society. The method that is used in this research is quasi experimental design with research design nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. To get the data is done with cognitive test (pretest and posttest), and also observation sheets to see learning activity. Technique of analyzing the data use statistic test normalize, homogeny and test T with helping of SPSS Statistic 21. Besides that, this research analyzes enhance cognitive students, and analyze successful of learning model problem based learning and learning model science technology society. The result of research shows that the average score of pretest in Problem based learning model is 38.3 meanwhile in posttest is 66.9. In science technology society model get pretest is 38.2 and posttest is 64.0. From the result it seen that both of model can improve cognitive aspect of students. The conclusion from this research is learning model problem based learning and learning model science technology society are successful to improve students cognitive in State Senior High School 1 of Kroya. Meanwhile Learning model of problem based learning is more successful to improve students cognitive better than Science technology society model.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Perbedaan Keberhasilan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Peningkatan Ranah Kognitif Peserta Didik (Studi Quasi Eksperimen Di Kelas X Sma Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Oktober 2015 Yang membuat pernyataan,
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, serta shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat nikmat dan karunia itu penulis dapat menyelesaikan tesis. Tesis ini merupakan sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Gografi.
Tesis yang berjudul “Perbedaan Keberhasilan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap
Peningkatan Ranah Kognitif Peserta Didik (Studi Quasi Eksperimen Di Kelas X Sma Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)” ini membahas tentang keberhasilan penggunaan model pembelajaran disekolah. Diharapkan pada pengembangan penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi.
Tesis ini telah dibuat secara maksimal, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khusunya bagi peneliti selanjutnya dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bandung, Oktober 2015
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penyusunan tesis ini, penulis tak lepas dari bantuan, dorongan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga melalui tulisan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si selaku Dosen Pembimbing.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Pendidikan Geografi, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
4. Bapak Kepala Sekolah berserta para pendidik dan staff di SMA Negeri 1 Kroya. 5. Seluruh peserta didik kelas X-1, X-2, dan X-3 di SMA Negeri 1 Kroya.
6. Seluruh teman-teman angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Geografi, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
7. Keluarga tercinta atas dorongan moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Titha Sulastri S, S.Pd atas motivasi yang diberikan serta sudah menjadi tempat sharing selama penulis menyelesaikan tesis ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dorongannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
Bandung, Oktober 2015
Ranah Kognitif Peserta Didik
(Studi Quasi Eksperimen Di Kelas X Sma Negeri 1 Kroya-Indramayu Pada Materi Atmosfer)
Oleh: Rego Pradana
Pembimbing:
Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. ABSTRAK
Rendahnya hasil belajar masih menjadi masalah dalam dunia pendidikan, terutama pada ranah kognitif. Salah satu SMA Negeri di Indramayu pada mata pelajaran Geografi ditemukan permasalahan, yaitu masih rendahnya hasil belajar peserta didik terutama pada ranah kognitif. Di kelas X dari empat kelas, semua kelas tersebut masih memperoleh nilai ujian tenngah semester dibawah KKM. Oleh karena itu diperlukan suatu perlakuan agar hasil belajar bisa mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan keberhasilan dari model pembelajaran
problem based learning dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design dengan desain penelitian nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Perolehan data dilakukan dengan tes ranah kognitif (pretest dan posttest), serta lembar observasi untuk melihat keterlaksaan pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan statistik uji normalitas, homogenitas dan uji T dengan bantuan SPSS Statistic 21. Selain itu penelitian ini menganalisis peningkatan ranah kognitif peserta didik, serta menganalisis keberhasilan model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata nilai pretest pada model pembelajaran problem based learning sebesar 38,3 sedangkan posttest sebesar 66,9. Pada model pembelajaran sains teknologi masyarakat diperoleh nilai pretest sebesar 38,2 dan posttest sebesar 64,0. Dari hasil tersebut terlihat bahawa kedua model dapat meningkatkan ranah kognitif peserta didik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran problem
based learning dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat sama-sama
berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik di SMAN 1 Kroya. Akan tetapi Model pembelajaran problem based learning lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik dibandingkan dengan model sains teknologi masyarakat.
Kata kunci: Model pembelajaran problem based learning, Model pembelajaran sains
The Differences Success Learning Model Problem Based Learning with Learning Models of Science Technology Society to Improvement Students
Cognitive
(A Quasi Experiment Study in Tenth Grade Students in the State Senior High School 1 of Kroya Indramayu in Atmosphere Subject)
By: Rego Pradana
Supervisors:
Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. ABSTRACT
The low of result study still be a problem in education world, especially in cognitive aspect. The state of Senior High School in Indramayu at geographic lesson is found the problem that is the low of result study of students especially in cognitive aspect. In tenth grade from four classes, all of the classes still get score of mid semester under the minimum score criteria. Because of that, it need an action in order to the result study can be improve. This research aims to see differences from learning model problem based learning with learning models of science technology societ y. The method that is used in this research is quasi experimental design with research design nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. To get the data is done with cognitive test (pretest and posttest), and also observation sheets to see learning activity. Technique of analyzing the data use statistic test normalize, homogeny and test T with helping of SPSS Statistic 21. Besides that, this research analyzes enhance cognitive students, and analyze successful of learning model problem based learning and learning model science technology society. The result of research shows that the average score of pretest in Problem based learning model is 38.3 meanwhile in posttest is 66.9. In science technology society model get pretest is 38.2 and posttest is 64.0. From the result it seen that both of model can improve cognitive aspect of students. The conclusion from this research is learning model problem based learning and learning model science technology society are successful to improve students cognitive in State Senior High School 1 of Kroya. Meanwhile Learning model of problem based learning is more successful to improve students cognitive better than Science technology society model.
Keywords: Learning model of problem based learning, Learning model of science
Isi Halaman
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPA TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK INDONESIA... iv
ABSTRAK INGGRIS ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 5
D.Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8
A.Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 8
B.Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ... 15
C.Model Pembelajaran Diskusi Kelas ... 20
D.Ranah Kognitif ... 24
E. Penelitian Yang Relevan ... 32
F. Kerangka Berpikir ... 33
G.Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A.Desain Penelitian ... 36
B.Populasi dan Sampel ... 37
C.Definisi Operasional ... 37
D.Instrumen Penelitian ... 38
E. Prosedur Penelitian ... 39
F. Teknik Pengumpulan Data... 40
G.Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A.Deskripsi Hasil Penelitian ... 54
B.Deskripsi Kelas ... 58
D.Analisis Data ... 70
E. Deskripsi Hasil Matched Subject ... 90
F. Pembahasan ... 93
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 99
A.Simpulan ... 99
B.Rekomendasi ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
Tabel Halaman
2.1 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning. ... 16
2.2 Langkah-langkah Guna Penyelenggaraan Diskusi ... 22
3.1 Data Nilai Ujian Tengah Semester Sekolah Semester 2 (Genap) Kelas X Tahun Pembelajaran 2014 -2015... 37
3.2 Interpretasi Ketercapaian Sintaks ... 41
3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 42
3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Pretest... 42
3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Posttest ... 43
3.6 Interpretasi Reliabilitas ... 45
3.7 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes Pretest ... 45
3.8 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes Posttest... 45
3.9 Klasifikasi Tingkat Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 45
3.10 Hasil Analaisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Pretest... 46
3.11 Hasil Analaisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Posttest ... 47
3.12 Klasifikasi Daya Pembeda ... 48
3.13 Daya Pembeda Butir Soal Pretest ... 48
3.14 Daya Pembeda Butir Soal Posttest... 49
3.15 Interpretasi Nilai Rata-Rata Aspek Kognitif ... 51
3.16 Kriteria Peningkatan Penguasaan Konsep Berdasarkan Nilai Gain ... 52
4.1 Batas Wilayah SMA Negeri 1 Kroya ... 54
4.2 Data Jumlah Guru dan Staff ... 57
4.3 Peserta Didik SMA Negeri 1 Kroya tahun 2014/2015 ... 57
4.5 Data Hasil Tes Kelompok Eksperimen Kelas X3 ... 64
4.6 Data Hasil Tes Kelompok Kontrol Kelas X2 ... 65
4.7 Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest ... 66
4.8 Rata-Rata Nilai Gain ... 68
4.9 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 69
4.10 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ... 69
4.11 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konvensional ... 70
4.12 Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Eksperimen 1 ... 71
4.13 Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Eksperimen 2 ... 71
4.14 Hasil Uji Normalitas Pada Kelompok Kontrol ... 71
4.15 Hasil Uji Homogenitas ... 72
4.16 Hasil Uji Perbedaan nilai pretest dan nilai posttest Kelas Eksperimen 1 Kelas X1 ... 73
4.17 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 1 ... 73
4.18 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject nilai Pretest dan Nilai Posttest Kelas Eksperimen 1 Kelas X1 ... 74
4.19 Perbedaan Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 1 ... 75
4.20 Hasil Uji Perbedaan Nilai Pretest dan Nilai Posttest pada Kelas Eksperimen 2 Kelas X3 ... 76
4.21 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 2 ... 76
4.22 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject nilai Pretest dan Nilai Posttest Kelas Eksperimen 2 Kelas X3 ... 77
4.23 Perbedaan Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 78
4.24 Hasil Uji Perbedaan pada Kelas Kontrol Kelas X2 ... 79
4.27 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas
Kontrol ... 81
4.28 Perbedaan Hasil Uji Perbedaan Keberhasilan Model PBL dengan Model STM ... 82
4.29 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 82
4.30 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject Keberhasilan Model PBL dengan Model STM ... 83
4.31 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dengan Kelas Eksperimen 2 ... 83
4.32 Hasil Uji Perbedaan Keberhasilan Model STM dengan Model Konvensional ... 85
4.33 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject Keberhasilan Model STM dengan Model Konvensional ... 85
4.34 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Kontrol ... 86
4.35 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain kelas eksperimen 2 degan kelas kontrol ... 86
4.36 Hasil Uji Perbedaan Keberhasilan Model PBL dengan Model Konvensional ... 88
4.37 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Kontrol ... 88
4.38 Hasil Uji Perbedaan Matched Subject Keberhasilan Model PBL dengan Model Konvensional... 89
4.39 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain kelas eksperimen 2 degan kelas kontrol... 89
4.40 Matched Subject Nilai Pretest ... 91
4.41 Matched Subject Nilai Posttest ... 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ... 18 3.1 Pretest-Posttest Control Group Design ... 36 4.1 Peta Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Kroya ... 55 4.2 Perbandingan rata-rata nilai pretest dan posttest kelas eksperimen 1, kelas
eksperimen 2, dan kelas kontrol ... 67 4.3 Perbandingan Nilai Rata-Rata Gain pada Kelas Eksperimen 1, Kelas
Eksperimen 2 dan Kelas Kontrol ... 68 4.4 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 1 ... 74 4.5 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen 1 ... 75 4.6 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen 2 ... 77 4.7 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen 2 ... 78 4.8 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 80 4.9 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Pretest dan Nilai Posttest
pada Kelas Kontrol ... 71 4.10 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan kelas
Eksperimen 2 ... 82 4.11 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1
dan kelas Eksperimen 2 ... 84 4.12 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 2 dan Kelas Kontrol . 85 4.13 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 2
dan Kelas Kontrol ... 87 4.14 Perbedaan Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan kelas Kontrol .. 88 4.15 Perbedaan Matched Subject Rata-Rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Instrumen Penelitian ... 106
B. Hasil Uji Coba Instrumen Test ... 220
C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 237
A.Latar Belakang
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam tersebut harus dikelola dengan baik, sehingga sumber daya alam tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meninggkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam UU no.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan adalah disarankannya Kurikulum 2013. Berdasarkan Permendikbud Tahun 2014 no.103 kurikulum 2013 ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia. Sehingga kegiatan pembelajaran harus disesuaikan untuk mencapai tujuan tersebut. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus kegiatan pembelajaran yang berbasis aktivitas dan karakteristik. Dengan kegiatan pembelajaran itu peserta didik akan lebih aktif dan lebih bermakna.
2
Penilaian hasil belajar merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil belajar tersebut dapat dijadikan acuan oleh pendidik untuk memantau proses pembelajaran, kemajuan belajar, kemampuan peserta didik terutama pada ranah kognitif. Sehingga setelah pendidik mengetahui hasil belajar peserta didik, pendidik bisa melakukan perubahan kegiatan pembelajaran jika masih terdapat peserta didik yang belum mencapai hasil yang diharapkan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di salah satu SMA di Indramayu, kegiatan pembelajaran di kelas masih menggunakan model konvensional. Peserta didik tidak mengalami aktivitas yang dapat merangsang menjadi lebih aktif dan kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Selain hal tersebut diperoleh data nilai ujian tengah semester.
Tabel 1.1 Nilai Ujian Tengah Semester Genap Mata Pelajaran Geografi Kelas X
No Kelas Data Statistika UTS Kelas X
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata
1 X1 73.33 36.67 53.87
2 X2 76.67 56.67 66.27
3 X3 76.67 36.67 52.63
4 X4 76.67 23.33 41.51
Jumlah Rata-Rata 53.57
Sumber: Data Kurikulum SMAN 1 Kroya, 2015.
Tabel 1.1 merupakan gambaran hasil belajar peserta didik mata pelajaran geografi pada ranah kognitif. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sebesar 70, maka rata-rata peserta didik belum terjadi peningkatan. Persentase nilai peserta didik yang di bawah dan di atas KKM pada kelas X sebagai berikut.
Tabel 1.2 Nilai UTS Genap Mata Pelajaran Geografi Berdasarkan KKM Kelas Jumlah
Peserta Didik
Nilai Peserta Didik yang di Bawah KKM (%)
Nilai Peserta Didik yang di Atas KKM (%)
X1 37 97 3
X2 34 68 32
X3 33 94 6
Sumber: Data Kurikulum SMAN 1 Kroya, 2015.
Berdasarkan tabel 1.2 diperoleh informasi bahwa peserta didik yang dibawah KKM masih sangat banyak, terdapat persentase sebesar 97% artinya pada kelas tersebut hamper semua peserta didik belum mencapai nilai KKM. Secara keseluruhan hasil belajar pada ranah kognitif peserta didik masih rendah. Karena itu perlu adanya usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Terdapat model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses kegiatan pembelajaran supaya peserta didik dapat belajar bermakna dan lebih aktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelaaran. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat, model pembelajaran problem based learning dan sebagainya. Model-model tersebut memiliki persamaan yaitu dalam proses kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga peserta didik dapat berkontibusi di masyarakat.
Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik terentu. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat menurut Poedjiadi (2010, hlm. 126) bahwa kekhasan dari model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pendahuluan dikemukakan isu-isu atau masalah di manyarakat yang dapat digali dari peserta didik. Model sains teknologi masyarakat memiliki keunggulan dan kelemahan.
4
Sedangkan untuk model pembelajaran problem based learning Amir (2013, hlm. 23) menyatakan bahwa model pembelajaran ini fokusnya adalah bagaimana pembelajar mengidentifikasi isu pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah. Setelah memecahkan masalah tersebut siswa dapat memahami konsep yang sedang diberikan dalam proses pembelajaran. Salah satu manfaat dari model pembelajaran problem based learning menurut Sumarmi (2012, hlm. 159) adalah mengembangkan kemampuan berpikir para siswa sehingga tidak hanya berpikir ketika pengetahuan bertambah, namun disini proses berpikir merupakan serentetan keterampilan seperti mengumpulkan informasi/data, membaca data, dan lain-lain yang penerapannya membutuhkan latihan dan pembiasaan.
Model pembelajaran problem based learning menurut Amir (2013, hlm. 32) memilki keunggulan yaitu punya keaslian seperti dunia kerja, dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya, membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif, meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran, serta satuan acara perkuliahan yang seharusnya menjadi sasaran mata kuliah tetap dapat terliputi dengan baik. Akan tetapi model pembelajaran ini juga memilki kelemahan yaitu seperti apa profil umum pemelajar, sejauh mana karakteristik masalah yang ingin dibuat, sejauh mana tingkat konstektualnya, serta sumber-sumber pembelajaran, sejauh mana mendukungnya.
Kedua model tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, tetapi kita perlu mengetahui tingkat keberhasilan masing-masing model tersebut. Sehingga kita dapat menentukan model mana yang paling tepat digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran terutama untuk menjawab permasalah lingkungan saat ini. Permasalahan yang sedang menjadi pembicaraan saat ini mengenai pemanasan global. Jika ditinjau dalam pembelajaran geografi, materi yang mengkaji mengenai pemanasan global yaitu materi atmosfer. Di dalam materi tersebut peserta didik akan mengnalisis mengenai atmosfer, peristiwa yang terjadi di atmosfer, dan pemanasan global.
kegiatan pembelajaran adalah penilaian pada ranah kognitif. Menurut Sudjana (2014, hlm. 22) ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Sehingga peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul perbedaan keberhasilan model problem based learning dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat terhadap peningkatan kognitif peserta didik.
B.Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka dirumuskanlah masalah diantaranya:
1. Adakah peningkatan ranah kognitif peserta didik setelah menggunakan model problem based learning?
2. Adakah peningkatan ranah kognitif peserta didik setelah menggunakan model sains teknologi masyarakat?
3. Adakah peningkatan ranah kognitif peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran diskusi kelas?
4. Adakah perbedaan keberhasilan model pembelajaran model problem based
learning dengan sains teknologi masyarakat terhadap peningkatan ranah
kognitif peserta didik?
5. Adakah perbedaan keberhasilan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dengan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan ranah kognitif peserta didik?
6. Adakah perbedaan keberhasilan model problem based learning dengan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan ranah kognitif peserta didik?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
6
2. Menganalisis peningkatan ranah kognitif peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat.
3. Menganalisis peningkatan ranah kognitif peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran diskusi kelas.
4. Menganalisis perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem based
learning dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat terhadap
peningkatan ranah kognitif peserta didik.
5. Menganalisis perbedaan keberhasilan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan ranah kognitif peserta didik.
6. Menganalisis perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem based
learning dengan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan
ranah kognitif peserta didik.
D.Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang bermanfaat diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Secara teoritis dapat menambah ilmu tentang pentingnya meningkatkan ranah kognitif peserta didik.
2. Secara praktis memberikan informasi tentang proses keberhasilan masing-masing model pembelajaran sains teknologi masyarakat, model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran konvensional.
3. Secara aksi sosial memberikan pencerahan kepada guru geografi tentang pentingnya memakai variasi model pembelajaran dalam rangka peningkatan ranah kognitif peserta didik.
E. Struktur Organisasi
Sturktur organisasi dari penelitian ini merujuk kepada pedoman penulisan karya ilmiah UPI 2014 dengan sistem penulisan American
Psychological Assosiation (APA). Adapun struktur organisasi tesis ini adalah
1. Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.
2. Bab II Kajian Teori terdiri dari teori model pembelajaran problem based
learning, model pembelajaran sains teknologi masyarakat, dan model
pembelajaran konvensional, ranah kognitif, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.
3. Bab III Metodologi Penelitian terdiri dari metode dan desain penelitian, populasi dan sample, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari deskripsi hasil penelitian, deskripsi kelas, data hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan.
Rego Pradana, 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, yaitu tentang perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem based learning dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat terhadap peningkatan ranah kognitif peserta didik SMA, maka penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen.
Sanjaya (2013, hlm. 87) mengatakan bahwa desain eksperimen adalah rancangan yang sistematis yang disusun terlebih dahulu yang dapat digunakan oleh peneliti sebagai pedoman dalam melaksanakan eksperimen itu sendiri.sehingga data yang diperoleh benar-benar meyakinkan untuk dapat dijadikan bahan untuk merumuskan suatu generalisasi.
Desain eksperimen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain quasi experimental design. Bentuk desain eksperimen yang diambil yaitu nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design, desain eksperimen dapat dilihat seperti gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Pretest-Posttest Control Group Design
Pretest Perlakuan Posttest
R O1 X O2
R O3 O4
Sumber: Sugiyono (2009, hlm. 116)
Keterangan: R = responden
O = tes awal sebelum treatment (Pretest) O = tes akhir setelah treatment (Posttest) O = tes awal pada kelas kontrol (Pretest) O = tes akhir pada kelas kontrol (Posttest) X = perlakuan (treatment)
Rego Pradana, 2015
Perlakuan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat, untuk kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Kroya di Kabupaten Indramayu.
B.Populasi dan Sampel 1. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah peserta didik kelas X SMAN 1 Kroya di Kabupaten Indramayu tahun pembelajaran 2014/2015.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ditentukan sebagai objek yang mewakili dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah tiga kelas, yaitu kelas X dengan jumlah peserta didik 104 orang. Berikut adalah skor nilai yang dijadikan dasar sebagai penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian, dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data Nilai Ujian Tengah Semester Sekolah Semester 2 (Genap) Kelas X Tahun Pembelajaran 2014 -2015
No Kelas Jumlah Peserta Didik Nilai Rata – rata Kelas
1 X-1 37 53.87 Eksperimen
2 X-2 34 66.27 Kontrol
3 X-3 33 52.63 Eksperimen
4 X-4 31 41.51
Sumber: Data Guru Geografi Kelas X SMA N 1 Kroya
Dari data tersebut diperoleh nilai rata-rata setiap kelas, kemudian diidentifikasi homogenitas dari dua kelas yang memiki karakteristik nilai yang sama, yaitu X-1, X-2, dan X-3 dengan rata-rata nilai masing-masing 52.63 – 66.27.
C.Definisi Operasional
38
Rego Pradana, 2015
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ini memiliki lima tahapan pembelajaran.
2. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat adalah model pembelajaran yang diawali dengan isu-isu yang beredar di masyarakat. Model pembelajaran sains teknologi masyarakat yang digunakan adalah model pembelajaran ini memiliki enam tahapan pembelajaran.
3. Model konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, karena guru dalam kegiatan pembelajaran lebih aktif dibandingkan dengan peserta didik.
4. Ranah Kognitif meliputi enam aspek diantaranya pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam penelitian ini yang dilihat hanya sampai ranah kognitif aspek analisis. Hal tersebut disesuaikan dengan karakter peserta didik di Indramayu.
D.Instrumen Penelitian
Riduwan (2010, hlm. 80) mengemukakan bahwa instrumen penelitian menjelaskan semua alat pengambilan data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrumen (validitas dan reabilitas). Kalau instrumen tidak valid dan tidak reliable, maka data hasil penelitian juga kurang baik dan tidak ada gunanya. Karena itu instrumen penelitian sebelum digunakan untuk mengambil data terlebih dahulu harus diuji cobakan terhadap sebagian anggota dari populasi penelitian. Adapun instrumen yang akan digunakan:
1. Lembar Observasi
Rego Pradana, 2015
2. Soal Tes Ranah Kognitif
Tes dalam penelitian ini berbentuk tertulis, yang disusun berdasarkan
kompetensi dasar materi pembelajaran geografi semester genap. Tes ranah kognitif yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda, dengan pilihan ganda lima opsi (A, B, C, D dan E). Tes ranah kognitif dilaksanakan dikelas ekseperimen dan kelas kontrol.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, data yang relevan. Alat dokumentasi yang digunakan yaitu camera digital.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap tersebut, dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi kajian tentang kesulitan belajar dan menganalisis dokumen hasil belajar peserta didik.
b. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. c. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
d. Melakukan validasi instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan soal pretest sebelum melakukan perlakuan (menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat, model pembelajaran
problem based learning) dan kelas kontrol model pembelajaran
konvensional.
b. Melakukan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran problem
based learning pada kelas eksperimen.
40
Rego Pradana, 2015
d. Melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
e. Melakukan pengamatan tentang model pembelajaran problem based
learning, keterlaksanaan model pembelajaran sains teknologi masyarakat,dan model pembelajaran konvensional.
f. Setelah diberikan perlakuan peserta didik diberikan soal posttest.
3. Tahap pengolahan dan analisis data
Pada tahapan selanjutnya yaitu melakukan pengolahan dan analisis data. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kognitif peserta didik dengan menggunakan model sains teknologi masyarakat, model pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran konvensional dilakukan perhitungan gain yang dinormalisasi untuk melihat peningkatan ranah kognitif peserta didik, selain itu dilakukan t-test untuk menguji perbedaan keberhasilan dari setiap model pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan ranah kognitif.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian diperoleh dari sejak sebelum penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang terdapat pada sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Informasi tersebut berupa hasil belajar pada ranah kognitif peserta didik serta proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Teknik pengumpulan data terakhir diperoleh dari hasil jawaban peserta didik terhadap tes ranah kognitif baik sebelum kegiatan pembelajaran maupun sesudah kegiatan pembelajaran. selain hasil tes, diperoleh juga data hasil observasi terhadap keterlaksanaan setiap model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Selama kegiatan penelitian diperoleh dokumentasi, untuk merekam kegiatan pembelajaran.
G.Analisis Data
Rego Pradana, 2015
analisis data ini berkenaan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan.
1. Data Observasi
Hasil yang diperoleh dari berdasarkan observasi kemudian dihitung persentase keterlakanaan model pembelajaran, yaitu menggunakan rumus:
% � �� =� � � � � � � � ℎ � × %
Kemudian diinterpretasikan ke dalam kategori ketercapaian pembelajaran pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Interpretasi Ketercapaian Sintaks Persentase (%) Keterangan
80 – 100 Baik sekali 66 – 79 Baik 56 – 65 Cukup 40 – 55 Kurang 30 – 39 Gagal
Sumber: Arikunto (2009, hlm. 245)
2. Tes
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis (Arikunto, 2009, hlm. 89).
a) Validitas Butir soal
42
Rego Pradana, 2015
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan. X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah peserta didik.
Nilai koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan tabel nilai r product moment (Arikunto, 2009, hlm. 110).
Jika harga rhitung > rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid. Selain
itu juga digunakan interpretasi berdasarkan kategori sesuai tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Kriteria
1,00 Sempurna
0,80-0,99 Sangat Tinggi
0,60-0,79 Tinggi
0,40-0,59 Cukup
0,20-0,39 Rendah
0,00-0,19 Sangat Rendah
Sumber: Arikunto (2009, hlm. 75)
Validitas instrument yang diukur yaitu validitas instrument tes kognitif peserta didik baik pretest maupun posttest. Validitas ini telah diujikan kepada peserta didik di salah satu SMA Negeri di Bandung pada kelas X IPS, yang mana peserta didik tersebut telah menerima materi tentang dinamika atmosfer.
Setelah diujikan kepada peserta didik kemudian soal dihitung validitasnya dengan bantuan software ANATES versi 4.0.9. soal dinyatakan Valid jika nilai hitung > 2.72 . Hasil perhitungan uji validitas tersebut seperti pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Pretest
No Nilai Kriteria No Nilai Kriteria
1 0.04 Diperbaiki 26 0.53 Valid
2 0.39 Valid 27 0 Diperbaiki
3 0.48 Valid 28 0 Diperbaiki
4 0.52 Valid 29 0.24 Diperbaiki 5 0.11 Diperbaiki 30 0.06 Diperbaiki
6 0.24 Diperbaiki 31 0.03 Diperbaiki
Rego Pradana, 2015
No Nilai Kriteria No Nilai Kriteria
9 0.29 Valid 34 0.21 Diperbaiki
10 0.53 Valid 35 0.53 Valid
11 0.67 Valid 36 0 Diperbaiki
12 0.63 Valid 37 0.53 Diperbaiki 13 0.34 Valid 38 0.03 Diperbaiki
14 0.19 Diperbaiki 39 0 Diperbaiki
15 0.64 Valid 40 0.56 Valid
16 0.29 Valid 41 -0.53 Dibuang
17 0.09 Diperbaiki 42 -0.05 Dibuang
18 0 Diperbaiki 43 0.85 Valid 19 0.49 Diperbaiki 44 0.23 Diperbaiki 20 0.35 Diperbaiki 45 0.25 Diperbaiki
21 0.04 Diperbaiki 46 0.39 Valid 22 0.81 Diperbaiki 47 0.06 Diperbaiki
23 0.59 Diperbaiki 48 0.53 Valid 24 0.14 Diperbaiki 49 0.36 Diperbaiki 25 0.14 Diperbaiki 50 0.18 Diperbaiki
Sumber: Hasil penelitian, 2015.
Dari tabel 3.4 hasil uji validitas instrument tes pretest menunjukan bahwa dari 50 soal yang dinyatakan valid sejumlah 19 butir soal terdiri dari nomer 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 12, 13 , 15, 16, 22, 23, 26, 35, 40, 43, 46, 48. Jumlah soal yang diperbaiki berjumlah 28 butir soal dan 2 butir soal dibuang.
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Posttest No Nilai Kriteria No Nilai Kriteria
1 0.03 Diperbaiki 26 0.30 Valid
2 0.30 Valid 27 0.32 Valid
44
Rego Pradana, 2015
No Nilai Kriteria No Nilai Kriteria
Sumber: Hasil penelitian 2015.
Dari tabel 3.5 hasil uji validitas instrument tes posttest menunjukan bahwa dari 50 soal yang dinyatakan valid sejumlah 19 butir soal terdiri dari nomer 2, 5, 7, 9, 13, 14, 16, 18, 20, 21, 26, 27, 33, 36, 38, 39, 44, 47, 50. Jumlah soal yang diperbaiki berjumlah 28 butir soal dan 2 butir soal dibuang.
b) Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Arikunto (2009, hlm. 113) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half
method) ganjil-genap (Arikunto, 2009. hlm. 312).
Rumus pembelahan ganjil-genap tersebut adalah:
r11 =
1 yaitu korelasi antara
Rego Pradana, 2015
derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh digunakan tabel 3.6 seperti berikut ini.
Tabel 3.6 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81 r 1,00 sangat tinggi 0,61 r 0,80 Tinggi 0,41 r 0,60 Cukup 0,21 r 0,40 Rendah 0,00 r 0,20 sangat rendah
Sumber: Arikunto, (2009. hlm. 312)
Dalam penelitian ini untuk menghitung reabilitas tes menggunakan bantuan software ANATES 4.0.9. hasil perhitungan uji reabilitas dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes Pretest
Soal r Kriteria Keterangan Rendah Cukup Tinggi
Pretest 0,6 √ Reliabel
Sumber: Hasil penelitian 2015.
Dari tabel 3.7 diperoleh nilai koefisien reabilitasnya sebesar 0.6 berarti instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini cukup baik.
Tabel 3.8 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes Posttest
Soal r Kriteria Keterangan Rendah Cukup Tinggi
Pretest 0.29 √ Reliabel
Sumber: Hasil penelitian 2015.
Dari tabel 3.8 hasil uji reabilitas instrumen posttest diperoleh nilai koefisien reabilitasnya 0.29 berarti instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini rendah.
c) Tingkat Kesukaran
46
Rego Pradana, 2015
P =
��
Tabel 3.9 Klasifikasi Tingkat Tingkat Kesukaran Butir Soal
P Klasifikasi
0,00 – 0,29 Sukar 0,30 – 0,69 Sedang 0,70 – 1,00 Mudah
Sumber: Arikunto (2009, hlm. 210)
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar Js = jumlah peserta didik peserta tes
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dilakukan pengujian dengan menggunakan software ANATES versi. 4.0.9. hasil pengujian disajikan pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Hasil Analaisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Pretest
Rego Pradana, 2015
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 3.10 tersebut, diketahui bahwa tingkat kesukaran soal yang diperoleh yaitu 27 butir soal berada pada taraf mudah, 15 butir soal berada pada taraf sedang dan 8 butir soal berada pada taraf sukar.
Tabel 3.11 Hasil Analaisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Posttest Nomor
48
Rego Pradana, 2015
Berdasarkan tabel 3.11 tersebut, diketahui bahwa tingkat kesukaran soal yang diperoleh yaitu 3 butir soal berada pada taraf mudah, 17 butir soal berada pada taraf sedang dan 30 butir soal berada pada taraf sukar. d) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif:
� = � −� = � − �
Tabel 3.12 Klasifikasi Daya Pembeda Tingkat Kesukaran (%) Tafsiran
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik Sekali
Negatif Tidak Baik, Harus Dibuang
Sumber: Arikunto (2009, hlm. 218)
Lalu untuk mengetahui daya pembeda disajikan pada tabel 3.13 berikut. Tabel 3.13 Daya Pembeda Butir Soal Pretest
Rego Pradana, 2015
50
Rego Pradana, 2015
Berdasarkan tabel 3.13 tersebut hasil perhitungan dari 50 butir soal terdapat 7 soal yang memiliki daya pembeda baik sekali, 10 soal dengan kriteria baik, 13 soal dengan kriteria cukup, 12 soal dengan kriteria jelek, dan 8 soal dengan kriteria dibuang.
Tabel 3.14 Daya Pembeda Butir Soal Posttest
Rego Pradana, 2015
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 3.14 tersebut hasil perhitungan dari 50 butir soal terdapat 4 soal dengan kriteria baik, 18 soal dengan kriteria cukup, 23 soal dengan kriteria jelek, dan 5 soal dengan kriteria dibuang.
Hasil penilaian atau validasi terhadap instrumen digunakan sebagai dasar untuk penelitian sedangkan instrumen penelitian yang kurang memadai diperbaiki. Setelah diperbaiki maka dapat digunakan sebagai patokan dalam melaksanakan penelitian.
e) Perhitungan Hasil Belajar Ranah Kognitif
Skor setiap peserta didik ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Proses penskoran ini dilakukan baik pada
pretest maupun pada posttest, kemudian dari masing-masing data skor
pretest dan posttest tersebut dihitung nilai rata-ratanya.
Menentukan nilai � pada setiap aspek kognitif dengan menggunakan persamaan:
�=� � � � � � �� �
Menginterpretasikan nilai yang diperoleh dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.15 berikut ini.
Tabel 3.15 Interpretasi Nilai Aspek Kognitif Persentase (%) Keterangan
52
Rego Pradana, 2015
40 – 55 Kurang 30 - 39 Gagal
Sumber: Arikunto (2009, hlm. 245)
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diterapkan sintaks model pembelajaran dilakukan dengan cara menganalisis terhadap gain ternormalisasi dari hasil skor pretest dan posttest. Nilai gain ternormalisasi dihitung dengan menggunakan rumus:
= −−
Keterangan:
posttest = nilai rata − rata kelompok
pretest = nilai rata − rata kelompok
Menurut Hake (1999), hasil perhitungan gain ternormalisasi dibagi ke dalam tiga kategori pada tabel 3.16.
Tabel 3.16 Kriteria Peningkatan kognitif Berdasarkan Nilai Gain
Nilai Kategori 0,00 < (<g>) < 0,30 Rendah 0,30 ≤ (<g>) < 0,70 Sedang 0,70 ≤ (<g>) Tinggi
Sumber: Hake (1999. hlm. 1)
f) Uji Normalitas
UJi normalitas data bermaksud untuk melihat bahwa data sample berasala dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS. Penelitian ini menggunakan program SPSS 21. Data yang diperoleh diujikan lalu nilai probabilitas (sig) dibandingkan dengan nilai alpha.
Jika nilai probabilitas > alpha maka hasil tes berdistribusi normal, lalu jika nilai probabilitas < alpha maka hasil tes tidak berdistribusi normal.
g) Uji Homogenitas
Rego Pradana, 2015
menggunakan program SPSS. Penelitian ini menggunakan program SPSS 21. Data yang diperoleh diujikan lalu nilai probabilitas (sig) dibandingkan dengan nilai alpha.
Jika nilai probabilitas > alpha maka hasil tes berdistribusi normal, lalu jika nilai probabilitas < alpha maka hasil tes tidak berdistribusi normal
h) Uji Hipotesis
Uji Hipotesis bermaksud untuk menguji hipotesis yang telah disusun sebelum penelitian. Untuk pengujian hipotesis ini menggunakan bantuan program SPSS 21. Untuk menguji hipotesis sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik parametrik, yaitu paired sample
test dan independent t-test.
Jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non parametrik yaitu Wilcoxon Sign Test dan Mann-Whitney U.
Dasar pengambilan keputusan adalah jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.
Rego Pradana, 2015
PERBED AAN KEBERHASILAN MOD EL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING D ENGAN BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan analisis data dapat ditarik beberapa simpulan, antara lain, ranah kognitif peserta didik pada kelas eksperimen 1 yaitu kelas X1 telah berhasil mengalami peningkatan sesudah diberikan perlakuan dibandingkan sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Peningkatan ranah kognitif tersebut dilihat dari adanya perbedaan nilai pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah diberikan perlakuan, kegiatan pembelajaran yang diberikan melalui model pembelajaran problem based
learning lebih membuat aktif peserta didik sehingga peserta didik belajar
lebih bermakna, mereka mencari sendiri semua pengetahuan yang diberikan oleh guru. Selain itu dengan model pembelajaran problem based learning peserta didik dapat memecahkan masalah yang dapat melatih minat peserta didik untuk belajar terus menerus sehingga ketika ada tes tidak merasa kesulitan.
Ranah kognitif peserta didik pada kelas kontrol yaitu kelas X2 telah berhasil mengalami peningkatan sesudah diberikan perlakuan dibandingkan sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional. Peningkatan ranah kognitif tersebut dilihat dari adanya perbedaan nilai pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah diberikan perlakuan. Dengan model konvensional dalam kegiatan pembelajaran peserta didik mengingat semua materi yang diberikan guru, semua informasi diberikan oleh guru. Sehingga peserta didik dapat memperoleh materi secara keseluruhan dengan mudah, akan tetapi terkadang peserta didik tidak dapat secara maksimal karena peserta didik tidak mengalami sendiri.
Peningkatan ranah kognitif pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran problem based learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai gain yang diperoleh dari masing-masing kelas. Karena itu model pembelajaran problem
based learning lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik
dibandingkan dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat. Dengan model pembelajaran problem based learning peserta didik lebih terbiasa dalam memecahkan masalah, sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka miliki. Berbeda dengan model pembelajaran sains teknologi masyarakat yang mengangkat isu masalah dalam kehidupan sehari-hari peserta didik kadang mengalami kesulitan untuk menggabungkan pengetahuan lama dengan yang baru.
101
mandiri dalam mengumpulkan informasi untuk menjawab semua isu, sedangkan model konvensional guru yang berperan aktif sehingga peserta didik tidak belajar lebih bermakna yang menyebabkan cepat lupa akan materi yang sudah disampaikan.
Peningkatan ranah kognitif pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan model problem based learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai gain yang diperoleh dari masing-masing kelas. Karena itu model pembelajaran problem based learning lebih berhasil meningkatkan ranah kognitif peserta didik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dengan model pembelajaran problem based learning peserta didik terbiasa memecahkan permasalahan, lebih aktif, lebih mandiri, sehingga peserta didik dapat mentransfer pengetahuan untuk memahami semua materi pelajaran yang sedang diberikan.
B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab
sebelumnya, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut.
1. Model pembelajaran problem based learing dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam mengembangkan ranah kognitif peserta didik. pada materi atmosfer.
2. Penerapan model sains teknologi masyarakat harus disesuaikan dengan materi dalam pengambilan masalah atau isu dimasyarakat, selain itu peserta didik harus terbiasa belajar dengan mengaitkan isu di mayarakat dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
3. Guru yang menerapkan model pembelajaran problem based learing dan model pembelajaran sains teknologi masyarakat harus memperhatikan tahapannya agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M.T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar Di Era Pengetahuan.
Jakarta: Kencana.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Metodologi Penelitian (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, S. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Creswell, J.W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta Pustaka belajar.
Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Darsiharjo. (2007). Metode Penelitian Geografi. Bandung: Jurusan Pendidikan
Geografi.
Gunawan, M.A. (2013). Statistik Untuk Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Parama Publishing.
Hadi, S. (1987). Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Gadjah Mada.
Hadi, S. (1987). Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Hadi, S. (1988). Metodologi Research Jilid IV. Yogyakarta: Andi. Hadi, S. (1989). Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: Andi.
Hake, R.R. (1999). Analyzing Cange/Gain Scores †. Hatteras Street,Woodland Hills, CA, 91367 USA : Dept. of Physics Indina University.
Ibrahim, M., Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya. University Press.
Mulyasa, E. (2013). Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi
Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.
Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat (Model Pembelajaran
103
Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sadirman, A.M. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana.
Siagian, S.P. (2012). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Silalahi, U. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Soetopo, H. (2010). Perilaku Organisasi (Teori dan Praktik di Bidang
Pendidikan). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Statistik untuk Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.
Sukyadi, D. (2013). Petunjuk Teknis Pencegahan Plagiat Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis
Keruangan. Bandung: Alumni.
Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumarmi. (2012). Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media. Sumarsono, S. (2004). Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Jogjakarta: Az-Ruzz Media.
Sutrisno, E. (2013). Manajemen Sumber Daya Daya Manusia. Jakarta: Kencana. Tika, M.P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumiaksara.
Trianto. (2013). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Trihendradi, C. (2013). Step By Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik . Yogyakarta: Andi.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.
Usman, M.U. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yager. (1993). “Science-Techology-Society As Reform”. In Yager, R. E. (Ed.), 1992a, The Status Of Science-Technology-Society Reform Efforts Around The World. Virginia: ICASE Yearbook.
Sumber Perundang-undangan
Visimedia, Tim. (2008). UU Nomor 20 Tahun 2003 & UU No.14 th 2005. Jakarta: Visimedia
Sumber Tesis
Alam, F.S. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
dalam Pokok Bahasan Kalor untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Fauziansyah, Y.A. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat terhadap Keterampilan Berpikir Kritis (Studi Eksperimen di Kelas XI SMAN 1 Dakupuntang Kabupaten Cirebon). (Tesis). Sekolah
Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Mulyana, E. (2015). Perbandingan Efektifitas Pembelajaran Cooperative
Integrated Reading And Composition, Group Investigation, Dan Team Games Tournament Terhadap Pemahaman Konsep IPS. (Tesis). Sekolah
Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Rozayani. (2011). Pengaruh Penggunaan Sains Teknologi Masyarakat Dalam
105
Eksperimen Di MTsN Model Meulaboh-1 Kabupaten Aceh Barat). (Tesis).
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sumber Jurnal
Dewi, dkk. (2014). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Melalui Pengendalian Bakat Numerik Siswa Smp. e-Journal (Volume 4 Tahun 2014) Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Singaraja.
Sudewi, dkk. (2014). Studi Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (Pbl) Dan Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Terhadap Hasil Belajar Berdasarkan Taksonomi Bloom. e-Journal
(Volume 4 Tahun 2014) Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Singaraja.
Sumber Internet
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN POSTTEST
Jenis Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Geografi
Kelas : X
Tahun Pembelajaran : 2014/2015
Standar Kompetensi : 3. Menganalisis unsur-unsur geosfer
Kompetensi Dasar : 3.2 Menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi Indikator : 3.2.1 Menganalisis ciri-ciri Atmosfer dan pemanfaatnya
3.2.2 Menganalisis dinamika unsur-unsur cuaca dan iklim 3.2.3 Menganalisis perubahan iklim global
No Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi
Pokok Indikator Soal
Dimensi Kognitif
Kehidupan di bumi dapat terus berlangsung oleh keberadaan atmosfer. Hal ini karena atmosfer memiliki fungsi sebagai….