BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Investasi
2.1.1.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan
tambahan dana pada masa yang akan datang (Francis, 1991:1).
Menurut Jones (2004:3) investasi adalah komitmen menanamkan
sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa
mendatang.
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang (Tandelilin, 2001:3).
Sebagai contoh, seorang investor membeli sejumlah saham saat ini
dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun
sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan
risiko yang terkait dengan investasi tersebut.
Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas.
Menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin, atau
bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi). Dalam
penelitian ini yang akan dibahas adalah investasi dalam aset finansial yaitu
2.1.1.2 Tujuan investasi
Pada dasarnya, tujuan orang melakukan investasi adalah untuk
menghasilkan sejumlah uang. Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan
mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek
lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai
kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian
fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada
bidang-bidang usaha tertentu.
2.1.1.3 Return dan Risiko
Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor
berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung
Disamping memperhitungkan return, investor juga perlu
mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan
keputusan investasi. Risiko adalah kemungkinan perbedaan antara return aktual
yang diterima dengan return yang diharapkan (Tandelilin, 2001:48).
2.1.2 Deposito
2.1.2.1 Pengertian deposito
Deposito merupakan salah satu dari aktivitas investasi yang dilakukan
untuk memperoleh keuntungan. Deposito ini merupakan salah satu kegiatan
menghimpun dana yang dilakukan oleh perbankan, selain tabungan dan giro.Bank
memerlukan dana yang besar untuk kelangsungan hidup perbankan yaitu dengan
menghimpun dana melalui simpanan deposito, kemudian dana tersebut dapat
disalurkan kembali sehingga bank memperoleh pendapatan melalui bunga.
Pengertian deposito menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Deposito berbeda dengan tabungan dan giro, seperti pengertian diatas
bahwa deposito memiliki jangka waktu (jatuh tempo) penarikan. Begitu juga
dengan suku bunga yang dimiliki oleh deposito lebih besar bila dibandingkan
dengan dua jenis simpanan tadi. Jatuh tempo artinya masa berakhirnya simpanan
deposito, artinya apabila nasabah menyimpan uangnya ke bank dalam bentuk
deposito untuk jangka waktu tiga bulan, maka uang tersebut dapat dicairkan
2.1.2.2 Deposito Berjangka
Deposito berjangka (time deposit) merupakan deposito yang diterbitkan
dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka biasanya
bervariasi mulai dari 1, 3, 6, 12, 18 sampai dengan 24 bulan. Penarikan bunga
deposito berjangka dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo atau
sesuai jangka waktunya. Penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun
pemindahbukuan dan setiap bunga deposito dikenakan pajak dari jumlah bunga
yang diterimanya. Bunga yang diperoleh dari deposito tersebut merupakan return
(pendapatan) yang diperoleh karena telah menanamkan sejumlah dana dalam
suatu bank.
Untuk menarik minat masyarakat, pihak bank dapat memberikan
berbagai insentif atau rangsangan. Insentif biasanya diberikan untuk jumlah
nominal yang besar, baik berupa bunga khusus (special rate) maupun insentif,
seperti hadiah atau cendera mata lainnya. Insentif juga dapat diberikan kepada
nasabah yang loyal terhadap bank tersebut. Artinya, deposito berjangka dengan
nominal besar dan terus dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif lama.
2.1.3 Inflasi
2.1.3.1 Pengertian Inflasi
Tujuan pokok kebijakan moneter yang juga merupakan tujuan tunggal
Bank Indonesia berdasarkan Undang-undang no. 23 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Dasar pemikiran dari tujuan tunggal Bank Indonesia
inflasi yang rendah merupakan dasar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan dalam jangka panjang.
Kestabilan harga merupakan hal yang sangat penting baik bagi kalangan
rumah tangga terutama masyarakat yang berpendapatan tetap, maupun bagi sektor
usaha. Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan turunnya kemampuan daya
beli masyarakat. Demikian pula bagi sektor usaha, inflasi yang tinggi menyulitkan
melakukan perencanaan yang baik yang pada gilirannya akan mempengaruhi
pengelolaan perusahaan dan secara jangka panjang akan memperburuk kegiatan
perekonomian.
Inflasi (inflation), yaitu kenaikan tingkat harga yang terjadi secara
terus-menerus, memengaruhi individu, pengusaha, dan pemerintah (Mishkin,
2008:12).
Defenisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga
untuk menaik secara umum dan terus menerus (Boediono, 2001: 155).
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:381), inflasi terjadi ketika
tingkat harga umum naik.
Dari defenisi-defenisi inflasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
inflasi merupakan kecenderungan naiknya tingkat harga secara umum yang terjadi
secara terus-menerus dan mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga
diingat. Kenaikan harga-harga karena, misalnya, musiman, menjelang hari-hari
besar, atau yang terjadi sekali saja tidak disebut inflasi.
2.1.3.2 Macam-macam inflasi
Ada berbagai cara untuk menggolongkan inflasi, yaitu terdiri dari:
a. Berdasarkan parah tidaknya inflasi tersebut. Inflasi dibedakan menjadi
beberapa macam:
- Inflasi ringan( dibawah 10% setahun)
- Inflasi sedang ( antara 10-30%)
- Inflasi berat ( antara 30-100% setahun)
- Hiperinflasi ( diatas 100% setahun)
b. Berdasarkan sebab akibat awal dari inflasi. Inflasi dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:
- Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang
terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation.
- Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Ini disebut cost
inflation.
c. Berdasarkan asal dari inflasi, dibedakan menjadi:
- Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi ini
timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetkan
uang baru, panen yang gagal, dsb.
- Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi ini
timbul karena kenaikan harga-harga diluar negeri atau di negara-negara
2.1.3.3 Teori inflasi
Beberapa teori mengenai inflasi:
a. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang
beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan
harga-harga . inti dari teori ini adalah yang pertama, inflasi hanya bisa terjadi
jika ada penambahan volume uang yang beredar baik itu uang kartal
ataupun uang giral. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar,
kejadian seperti misalnya, gagal panen hanya akan menaikkan
harga-harga untuk sementara waktu saja. Yang kedua, laju inflasi ditentukan
oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh psikologi (harapan)
masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.
b. Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di
luar batas kemampuan ekonominya yang akhirnya terjadi keadaan
dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi
jumlah barang-barang yang tersedia(timbulnya inflationary gap).
Inflationary gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat
tersebut berhasil menterjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan
yang efektif akan barang-barang. Golongan masyarakat ini mungkin
adalah pemerintah sendiri, yang berusaha menjalankan defisit dalam
anggaran belanjanya yang dibiayai dengan mencetak uang baru.
melakukan investasi-investasi baru dan memperoleh dana
pembiayaannya dari kredit bank. Golongan tersebut bisa pula serikat
buruh yang berusaha memperoleh kenaikan gaji bagi
anggota-anggotanya melebihi kenaikan produktivitas buruh. Apabila jumlah dari
permintaan-permintaan dari semua golongan masyarakat tersebut
melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang bisa dihasilkan oleh
masyarakat maka inflationary gap timbul. Karena permintaan total
melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga-harga akan naik.
c. Teori Strukturalis
Teori strukturalis adalah teori inflasi “jangka panjang” karena menyoroti
sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi,
khususnya ketegaran suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor.
Karena sebab-sebab struktural pertambahan produksi barang-barang ini
terlalu lambat dibandingkan dengan perumbuhan kebutuhannya,
sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa.
Akibat selanjutnya, adalah kenaikan harga-harga lain, sehungga terjadi
inflasi. Inflasi semacam ini tidak bisa diobati hanya dengan mengurangi
jumlah uang beredar, tetapi harus diatasi dengan pembangunan sektor
2.1.4 BI-rate
2.1.4.1 Pengertian BI-rate
BI-rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik.
2.1.4.2 Fungsi BI-rate
BI-rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas
di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran
operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar
Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini
diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada
gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula
faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan
BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi
ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
2.1.4.3 Jadwal penetapan
Pada dasarnya perubahan BI-rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia
terhadap prakiraan inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran inflasi yang
Menurut Bank Indonesia, penetapan respons (stance) kebijakan moneter
dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG(Rapat Dewan Gubernur)
Bulanan dengan cakupan materi bulanan:
a) Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan
RDG berikutnya
b) Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan
memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy)
dalam memengaruhi inflasi.
c) Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan
stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum
melalui RDG Mingguan.
2.1.5 Pertumbuhan Ekonomi
2.1.5.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan tersebut selalu
dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada suatu
tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Terdapat beberapa
defenisi pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi menggambarkan ekspansi GDP potensial atau output
nasional negara (Samuelson dan Nordhaus, 2004:249).
Menurut Kuznets (1996), pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan
semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah
sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan
ideologis yang di perlukan.
Pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya pertambahan/perubahan
pendapatan nasional (produksi nasional/GDP/GNP) dalam satu tahun
tertentu, tanpa memperhatikan pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya
(Mahyudi, 2004:1).
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari
berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi (Sirojuzilam,
2015:10).
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan perubahan kemampuan suatu negara dalam satu tahun tententu untuk
menyediakan barang kepada penduduknya dalam berbagai sektor ekonomi.
Pendapatan nasional adalah nilai barang dan jasa yang diproduksikan
dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu dan secara konseptual nilai tersebut
dinamakan produk domestik bruto (PDB). Nilai tersebut dapat dihitung menurut
harga yang berlaku (yaitu pada harga-harga yang berlaku pada tahun dimana PDB
dihitung) dan menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku pada
tahun dasar (bese year).
Rumus menghitung laju pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut:
g = ��� 1−��� 0
2.1.5.2 Pandangan Adam Smith
Adam Smith merupakan ahli ekonomi pertama yang banyak
menumpahkan perhatian kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith,
kebijakan sistem mekanisme pasar akan memaksimalkan tingkat pembangunan
ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu masyarakat. Mengenai faktor yang
menentukan pembangunan, Smith berpendapat bahwa perkembangan penduduk
akan mendorong pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan
memperluas pasar dan perluasan pasar akan meninggikan tingkat spesialisasi
dalam perekonomian tersebut.
Mengenai corak proses pertumbuhan ekonomi, Smith mengatakan bahwa
apabila pembangunan sudah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus
berlangsung secara kumulatif dan pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan
produktivitas. Kenaikan pendapatan nasional yang disebabkan oleh perkembangan
tersebut dan perkembangan penduduk dari masa ke masa, yang terjadi
bersama-sama dengan kenaikan dalam pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan
menciptakan tabungan yang lebih banyak.
2.1.5.3 Pengukuran Pendapatan Nasional Dengan Tiga Metode
a. Metode Pengeluaran
Metode pengeluaran adalah keseluruhan pengeluaran agregat, berupa
penjumlahan dari konsumsi nasional (C), investasi nasional (I),
government expenditure (G), export (X), import (M).
Metode penerimaan adalah keseluruhan penerimaan setiap warga negara
pemilik faktor produksi tanah, tenaga kerja, modal,
keahlian/kewirausahaan yang berupa kompensasi sewa, upah, bunga,
laba pada tahun tertentu.
c. Metode Produksi
Metode produksi adalah pengukuran keseluruhan produksi nasional
dengan menjumlahkan seluruh nilai tambah (value added), biasanya
terdiri atas 10 s/d 11 sektor/ lapangan usaha pada waktu tertentu.
2.1.6 Suku Bunga LIBOR
ICE LIBOR is designed to reflect the short term funding costs of major
banks active in London, the world’s most important wholesale financial market.
“ICE LIBOR dirancang untuk mencerminkan biaya pendanaan jangka
pendek dari bank-bank besar yang aktif di London, seluruh pasar keuangan
terpenting di dunia.”
London Interbank Offered Rate (LIBOR) adalah tingkat bunga rata-rata
dimanabankterkemuka meminjam dana dengan jumlah yang cukup besar dari
bank lain di pasar London. LIBOR adalah patokan atau suku bunga acuan yang
paling banyak digunakan untuk suku bunga jangka pendek.
Suku bunga rata- rata LIBOR dihitung dari biaya dana (cost of funds)
dana jangka pendek tanpa agunan (unsecured) yang harus dibayar bank anggota
asosiasi perbankan Inggris untuk memperoleh dana jangka pendek dari bank-bank
lain. Cost of Fund (biaya dana) adalah suku bunga yang dipikul atas dana yang
LIBOR digunakan sebagai referensi (benchmark) untuk suku bunga
jangka pendek praktis di seluruh dunia. Kebanyakan produk-produk finansial,
derivatif, dan bermacam-macam sekuritas, kontrak-kontrak keuangan, seperti
kartu kredit, pinjaman, hipotek, dan sebagainya, menggunakan LIBOR sebagai
acuan.
Setiap hari bank-bank terpilih ini menyerahkan laporan perkiraan cost of
funds masing-masing. Kelompok ini beranggotakan 16 bank raksasa, seperti
Norinchukin (Jepang), West LB (Jerman), UBS (Swiss), RBS (Inggris), RBC
(Kanada), Rabobank (Belanda), JP Morgan (AS), HBOS (Inggris), HSBC
(Inggris), Lloyds (Inggris), Deutsche Bank (Jerman), Credit Suisse (Swiss),
Citibank (AS), Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (BTMU) dari Jepang, Bank of
America, dan Barclays (Inggris).
2.1.7 ROA (Return On Asset)
ROA (Return On Asset) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak
selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang
sama atau dihitung dengan rumus:
���= ����������������
��������� � 100 %
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
menghasilkan income dari pengelolaan aset. Semakin besar ROA suatu bank,
maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
penilaian kesehatan bank, BI akan memberi skor maksimum 100 apabila bank
memiliki ROA sebesar 1,50 %.
2.1.8 LDR ( Loan To Deposit Ratio)
LDR ( Loan To Deposit Ratio) adalah suatu pengukuran tradisional yang
menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan
dalam memenuhi permohonan pinjaman nasabahnya.
Besarnya LDR menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%.
Rumus untuk mencari LDR adalah sebagai berikut:
���= ����������
������������ � 100 %
Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh
dananya (loan up) sehingga bank tidak likuid dan akan kesulitan dalam
membiayai operasional dan juga bank akan kesulitan menghadapi nasabah yang
akan dibayarkan bunga simpanannya. Oleh karena itu, bank menaikkan tingkat
suku bunga deposito agar bank mendapat dana segar. Sebaliknya, rasio yang
rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap
untuk dipinjamkan. Dengan tersedianya dana yang siap untuk dipinjamkan
tersebut, maka bank harus mengontrol tingkat bunga yaitu dengan menurunkan
tingkat suku bunga deposito agar tidak terlalu banyak masyarakat yang
menyimpan uangnya dalam bentuk deposito. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat
untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi
Perlu digaris bawahi kata relatif diatas, dalam menilai dan menafsirkan
angka LDR suatu bank sebetulnya tidak perlu mempersoalkan nilai LDR itu
dibawah 100%, sama dengan 100%, ataupun diatas 100%. Yang paling penting
kita perlu melihat unsur-unsur apa yang digunakan dalam perhitungan itu. Untuk
itu kita perlu tahu apa sebetulnya tujuan penghitungan LDR. Tujuan penghitungan
LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh suatu bank
memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya.
Dengan kata lain LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk menngetahui
tingkat kerawanan suatu bank.
Sebagai contoh, jika dana deposito pada suatu bank dalam jumlah relatif
besar hanya dimiliki oleh seorang atau beberapa orang tertentu, hal ini dapat
membahayakan posisi likuiditas bank tersebut, sekalipun LDR bank yang
bersangkutan di bawah 100%.
2.1.9 CAR (Capital Adequacy Ratio)
CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, penyediaan modal
minimum ditetapkan paling rendah sebagai berikut:
a. 8% (delapan persen) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko
b. 9% (sembilan persen) sampai dengan kurang dari 10% (sepuluh persen)
dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 2 (dua);
c. 10% (sepuluh persen) sampai dengan kurang dari 11% (sebelas persen)
dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 3 (tiga); atau
d. 11% (sebelas persen) sampai dengan 14% (empat belas persen) dari
ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 4 (empat) atau
peringkat 5 (lima).
Ketentuan CAR tersebut secara tidak langsung juga mempengaruhi
volume uang dan kredit yang beredar di masyarakat. Sebab jika bank harus
memenuhinya maka dana yang seharunya dapat dipakai oleh masyarakat harus
diendapkan menjadi bagian dari modal/aset.
Untuk menghitung CAR, dapat digunakan rumus berikut ini:
���= ����������
��������� � 100% Keterangan:
Total ATMR: Total Aset Tertimbang Menurut Resiko
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang tingkat suku bunga deposito berjangka,
antara lain:
a. Yacob, Kumaat, Niode (2015) meneliti pengaruh LDR, ROA, dan inflasi
terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka di Sulawesi Utara.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito
berjangka dan variabel bebas adalah LDR, ROA, dan inflasi. Hasil
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito.
Sedangkan secara parsial, LDR dan ROA berpengaruh secara negatif
signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka dan inflasi
berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat suku bunga
deposito berjangka.
b. Tambunan (2007) meneliti analisis pengaruh suku bunga libor, suku
bunga SBI, dan inflasi terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka
pada bank umum. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat
suku bunga deposito dan variabel bebas adalah suku bunga libor, suku
bunga SBI, dan inflasi. Hasil dari penelitian ini adalah suku bunga libor,
suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh secara positif signifikan
terhadap tingkat suku bunga deposito.
c. Almilia Dan Utomo (2006) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di indonesia.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito
berjangka dan variabel bebas adalah CAR, ROA, LDR, inflasi,
pertumbuhan ekonomi, likuiditas perekonomian. Hasil dari penelitian ini
adalah secara simultan CAR, ROA, LDR, inflasi, pertumbuhan ekonomi,
likuiditas perekonomian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat suku bunga deposito 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Tetapi secara
parsial pada tingkat suku bunga deposito 3 bulan, inflasi, ROA, dan LDR
berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito sedangkan, pada
bunga deposito, dan pada tingkat bunga 12 bulan, ROA dan LDR
berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito.
d. Sianipar (2006) meneliti determinan tingkat suku bunga deposito
berjangka pada bank umum di indonesia. Variabel terikat pada penelitian
ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka dan variabel bebas
adalah tingkat suku bunga LIBOR, tingkat suku bunga SBI, dan inflasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan tingkat
suku bunga LIBOR, tingkat suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito. Secara parsial
tingkat suku bunga LIBOR, tingkat suku bunga SBI, dan inflasi
berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat suku bunga
deposito berjangka.
e. Simanullang (2006) meneliti analisis pengaruh tingkat suku bunga SBI
dan inflasi terhadap tingkat suku bunga deposito bank-bank umum di
Indonesia. Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat suku bunga
deposito dan variabel bebas adalah tingkat suku bunga SBI dan inflasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI dan
inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat suku bunga
Tabel 2.1 deposit ratio) terhadap inflasi, SBI, ROA,
dan LDR berpengaruh
terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. Secara parsial inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito, SBI berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito, ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka, dan LDR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka.
Dewi (2012) Analisis pengaruh tingkat suku bunga deposito. secara
parsial CAR
Cetral Asia, Tbk. tahun 2001-2010)
terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka, dan ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka.
Secara simultan inflasi, LDR, ROA berpengaruh
signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito. Secara parsial, LDR dan ROA berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka
dan inflasi berpengaruh secara
positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka.
Suku bunga libor, suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito bunga deposito
Ekonomi - Likuiditas Perekonomian
12 bulan. Secara parsial:
Bunga 3 bulan, inflasi, ROA, dan LDR berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito sedangkan, bunga 6 bulan, ROA dan LDR berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito, dan bunga 12 bulan, ROA dan LDR berpengaruh
terhadap tingkat suku bunga deposito. Simanullang
Tingkat suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito. tingkat suku bunga LIBOR, tingkat suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito.
2.3 Kerangka Konseptual
Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variabel-variabel yang
mempengaruhi dan dipengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual, dimana
variabel yang dipengaruhi (terikat) adalah tingkat suku bunga deposito. Variabel
yang mempengaruhi (bebas) merupakan faktor eksternal dan faktor internal,
dimana faktor eksternal adalah inflasi, BI-Rate, pertumbuhan ekonomi, dan
LIBOR, sedangkan faktor internal adalah ROA, LDR, CAR. Dalam kesempatan
ini, peneliti akan menjelaskan bagaimana hubungan antara variabel-variabel bebas
dengan variabel terikat:
1. Pengaruh faktor eksternal terhadap tingkat suku bunga deposito
berjangka.
Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian
terdahulu, diantaranya penelitian Amilia dan Utomo (2006) dalam
penelitiannya yang mengambil judul faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia.
Penelitian luciana dan anton menyimpulkan bahwa tingkat inflasi
memiliki pengaruh yang signifikan pada deposito dengan jangka waktu 3
bulan, tetapi pada jangka waktu 6 dan 12 bulan, tingkat inflasi kurang
memiliki pengaruh secara nyata. Menurut Bank Indonesia BI-Rate
tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan
sasaran operasional kebijakan moneter, pergerakan di suku bunga Pasar
Uang Antar Bank (PUAB) ini diharapkan akan diikuti oleh
bahwa BI-rate memiliki pengaruh terhadap penetapan suku bunga
deposito berjangka. Menurut penelitian Sianipar (2006), yang melakukan
penelitian dengan judul determinan tingkat suku bunga deposito
berjangka pada bank umum di Indonesia. Variabel dependen adalah
tingkat suku bunga deposito dan variabel independen adalah SBI,
LIBOR, dan Inflasi. Hasil dari penelitiannya menyimpulkan bahwa SBI,
LIBOR, dan Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di indonesia.
2. Pengaruh faktor internal terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka
Menurut penelitian Amilia dan Utomo (2006), menyimpulkan bahwa
faktor internal yang paling berpengaruh terhadap penetapan suku bunga
deposito berjangka adalah ROA dan LDR, dimana kedua variabel
tersebut mempengaruhi secara signifikan tingkat suku bunga deposito 3
bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Sedangkan CAR menurut penelitian luciana
dan anton kurang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka.
Dari penjelasan diatas, maka dapat digambarkan hubungan antara
Faktor Eksternal:
Faktor Intenal:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan hasil pemikiran rasional yang dilandasi oleh teori,
dalil, hukum, dan sebagainya yang sudah ada sebelumnya yang kebenarannya
masih diragukan. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Inflasimemiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga
deposito 3 bulan.
b. BI-rate memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga
deposito 3 bulan.
c. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
suku bunga deposito 3 bulan.
Tingkat suku bunga deposito 3
bulan.
Inflasi
BI-rate
Pertumbuhan Ekonomi
LIBOR
ROA
LDR
d. LIBORmemiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga
deposito 3 bulan.
e. ROA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga
deposito 3 bulan.
f. LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga
deposito 3 bulan.
g. CAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga