• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREPARASI TiO2-TERSENSITIFKAN AgCl PADA KONDISI pH ASAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MATERIAL ANTIBURAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PREPARASI TiO2-TERSENSITIFKAN AgCl PADA KONDISI pH ASAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MATERIAL ANTIBURAM."

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

i

PREPARASI TiO2-TERSENSITIFKAN AgCl PADA KONDISI pH ASAM DAN APLIKASINYA

SEBAGAI MATERIAL ANTIBURAM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Kimia

Oleh Ratna Novita Sari

12307141008

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,

Maka apabila engkau telah selesai (dari satu urusan), maka kerjakanlah

(urusan yang lain) dengan sungguh-sungguh

(Q.S. Al-Insyirah : 6-7).

Mengapa Lelah?

Sementara Allah SWT selalu menyemangatimu dengan

Hayya’alal falah

Bahwa jarak kemenangan hanya berkisar antara kening dan sajadah

-Ratria Devy-

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang Tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

menyerah”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillaahirobil’alamin...

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan..

Ku persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua saya dan

sahabat saya (Wiwit Mei Anggraeni, Tiara Rahmadini,

Muthia Khadijah) serta untuk orang-orang yang telah

menyayangiku, mendo’akan, mendukung dan

menyemangatiku dengan kesabaran

(7)

vii

PREPARASI TiO2-TERSENSITIFKAN AgCl PADA KONDISI pH ASAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MATERIAL ANTIBURAM

Oleh

Ratna Novita Sari 12307141008

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan perak pada sintesis TiO2@AgCl dalam suasana pH asam terhadap karakter produk yang

dihasilkan dan mengetahui aktivitas fotokatalik TiO2@AgCl sebagai antiburam.

Subjek penelitian ini adalah TiO2-tersensitifkan AgCl dengan 0%; 1,5%;

3%; 6%; dan 9% perak. Objek penelitian ini adalah karakter fisik dan aktivitas antiburam dari material TiO2-tersensitifkan AgCl. TiO2-tersensitifkan Ag

disintesis dengan metode pengendapan teknik refluks dari campuran prekursor TiO2, HNO3 8M, dan AgNO3. Emulsi kemudian direfluks pada 150oC selama 6

jam. Adanya AgCl sebagai sensitiser berasal dari ion Cl- yang terabsorbsi pada permukaan TiO2 dan bereaksi dengan ion Ag+ dari penambahan larutan AgNO3.

Hasil padatan TiO2@AgCl dikarakterisasi dengan X-Ray Diffraction (XRD) dan

Spektrofotometer UV-Vis Diffuse Reflectance. Uji aktivitas antiburam dilakukan dengan membuat lapisan tipis dari TiO2@AgCl pada kaca preparat dengan teknik

deep coating. Pengurangan sudut kontak air diukur di bawah sinar matahari dan sinar ultraviolet.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel TiO2@AgCl dengan 0%;

1,5%; 3%; 6%; dan 9% perak menghasilkan fasa anatas, AgCl (minor) dan fasa rutil (mayor). Penambahan Ag yang semakin banyak meningkatkan komposisi AgCl yang dihasilkan. Sampel 1,3%; 3,4%; 8,3%; dan 15,2 % menunjukkan energi celah pita masing-masing sebesar 3,24; 3,00; 3,09; dan 2,95 eV, sedangkan pada kontrol adalah 3,05 eV. Ukuran kristal semua sampel TiO2@AgCl adalah

5-9 nm (anatas), 5-9-11 nm (rutil), dan 37-60 nm (AgCl). Aktivitas antiburam paling baik pada sinar matahari adalah sampel TiO2@AgCl 6% perak dan pada sinar UV

adalah 3% perak.

(8)

viii

PREPARATION OF AgCl-SENSITIZED TiO2 IN ACID CONDITION AND THE APLICATION FOR ANTI-HAZY MATERIAL

By:

Ratna Novita Sari 12307141008

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of silver addition on the synthesis of AgCl-sensitized TiO2 (TiO2@AgCl) in acid pH to the character of products and

determine the photocatalytic activity of TiO2@AgCl as anti-hazy material.

The subject of this study was AgCl-sensitized TiO2 with 0%; 1,5%; 3%;

6%, and 9% silver. The object of this study is physical character and anti-hazy activity of AgCl-sensitized TiO2 material. AgCl-sensitized TiO2 synthesized by of

precepitation techniques from a mixture TiO2, HNO3 8 M, and AgNO3. The

emulsion then refluxed at of 150oC for 6 hours. The presence of AgCl as sensitizer drived from Cl- ions adsorbed on the surface of TiO2 and react with Ag+

ions the addition of a AgNO3 solution. The result of TiO2@AgCl solids were

characterized by X-Ray Diffraction (XRD) and spectrophotometer UV-Vis Diffuse Reflectance. The activity is studied by thin layer of TiO2@AgCl on glass by

deepcoating. The decreasing of the contact angel of water under the sun and ultraviolet rays were measured.

The results showed that all samples of TiO2@AgCl with 0%; 1.5%; 3%;

6%; and 9% silver produced anatas, rutile, and AgCl phases. The increasing of Ag added increase the composition of AgCl in the products. The samples of 1.3%; 3.4%; 8; 3; and 15.2% Ag showed the band gap energy of 3.24; 3.00; 3.09; and 2.95 eV, while the control was 3.05 eV, respectively. The crystal size in all sample of TiO2@AgCl were 5-9 nm (anatase), 9-11 nm (rutile), and 37-60 nm

(AgCl).The best result on sunlight were TiO2@AgCl with 6% Ag and on the UV

light is 3% Ag.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Preparasi TiO2-Tersensitifkan AgCl Pada

Kondisi pH Asam dan Aplikasinya Sebagai Material Antiburam”.

Tugas akhir Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang

dilaksanakan di Laboratorium Kimia FMIPA UNY. Dengan segala kerendahan

hati penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini tidak

lepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA UNY yang telah memberikan izin

untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Dr. Jaslin Ikhsan, Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia dan

Koordinator Tugas Akhir Skripsi Program Studi Kimia FMIPA Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada kami.

3. Bapak Dr. Hari Sutrisno selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar

memberikan bimbingan, masukan, nasehat, motivasi dan saran dalam

penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

4. Bapak Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D selaku Dosen Penguji Utama yang

telah memberikan saran dan masukannya demi sempurnanya Tugas Akhir

(10)

x

5. Ibu Dr. Cahyorini Kusumawardani, M.Si selaku Dosen Penguji Pendamping

yang telah memberikan saran dan masukannya demi sempurnanya Tugas

Akhir Skripsi.

6. Ibu Dr. Kun Sri Budiasih, M.Si selaku Dosen Sekretaris Penguji yang telah

memberikan saran dan masukannya demi sempurnanya Tugas Akhir

Skripsi.

7. Bapak dan ibu atas do’a, dukungan, motivasi, dan kasih sayangnya.

8. Segenap dosen dan staf Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah banyak membantu selama kuliah.

9. Teman-teman Kimsub 2012 yang selama penelitian dan penyusunan Tugas

Akhir Skripsi selalu membantu, memberikan support dan

nasehat-nasehatnya.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan informasi baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan Tugas Akhir Skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari akan keterbatasan

kemampuan, pengetahuan dan pengalaman, sehingga masih banyak kekurangan.

Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagikita semua.

Yogyakarta, September 2016

Ratna Novita Sari

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

(12)

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori... 8

1. Titanium Dioksida (TiO2)... 8

2. Perak Klorida... 11

3. Fotoaktivitas Titanium Dioksiada... 13

a. Fotokatalis... b. Fotohidrofil... . 13 16 4. Difraksi Sinar X... 5. Spektroskopi UV-Vis... 18 20 B.Penelitian Yang Relevan... C. Kerangka Berpkir... 22 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian... 24

B. Variabel Penelitian... 24

C. Alat dan Bahan... 25

D. Prosedur Penelitian... 26

E. Diagram Alir... 28

F. Teknik Analisis Data... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Preparasi Prekursor TiO2... 32

(13)

xiii

C. Karakterisasi Hasil Sintesis TiO2... 34

D.Uji Aktivitas Antiburam...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

49

A. Kesimpulan... 53

B. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA... 55

LAMPIRAN………... .

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Perbandingan struktur dan sifat Fisik TiO2 rutil & anatas

………... 11

Tabel 2. Data bidang-bidang hkl , puncak difraksi, dan intensitas I/Io

dari berbagai sampel penambahan perak... 39 Tabel 3.

Tabel 4

Nilai parameter kisi dan volume sel TiO2@AgCl berbagai

variasi penambahan perak... Data komposisi sampel TiO2@AgCl berbagai variasi

penambahan perak.………... 37

40 Tabel 5. Ukuran Kristal TiO2@AgCl berbagai variasi penambahan

Perak...………. 42 Tabel 6. Data absorbansi sampel TiO2@AgCl berbagai variasi

penambahan perak... 45 Tabel 7.

Tabel 8.

Data nilai energi celah pita TiO2@AgCl berbagai variasi

penambahan perak... Sudut kemiringan (slope) garis singgung penurunan sudut kontak air sampel TiO2@AgCl dengan berbagai variasi

penambahan perak pada sinar matahari dan sinar UV...

48

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur kristal rutil dan anatas... 9

Gambar 2. Mekanisme degradasi polutan organik pada AgCl@Ag@TiO2... 12

Gambar 3. Skema fotoeksitasi yang diikuti oleh deeksitasi pada permukaan semikonduktor... 14

Gambar 4. Difraksi sinar-X pada suatu Kristal... 19

Gambar 5. Diagram alir preparasi prekursor TiO2... 28

Gambar 6. Diagram alir sintesis TiO2-tersensitifkan perak klorida.... 29

Gambar 7. Diagram alir uji aktivitas antiburam TiO2 tersensitifkan perak klorida... 29

Gambar 8. Proses refluks TiO2@AgCl... 33

Gambar 9. Pola difraksi XRD sampel TiO2-tersensitifkan AgCl... 35

Gambar 10. Grafik volume sel TiO2@AgCl fasa anatas... 38

Gambar 11. Grafik volume sel TiO2@AgCl fasa rutil... 38

Gambar 12. Grafik volume sel TiO2@AgCl pada AgCl... 38

Gambar 13. Grafik hubungan persentase Ag dan AgCl setelah sintesis... 41

Gambar 14. Grafik ukuran kristal TiO2@AgCl fasa anatas berbagai variasi penambahan perak... 43

Gambar 15. Grafik ukuran kristal TiO2@AgCl fasa rutil berbagai variasi penambahan perak... 43

Gambar 16. Grafik ukuran kristal TiO2@AgCl oada AgCl berbagai variasi penambahan perak... 43

Gambar 17. Grafik absorbansi TiO2@AgCl berbagai variasi penambahan perak... 45

Gambar 18. Grafik energi celah pita TiO2@AgCl berbagai variasi penambahan perak... 47

Gambar 19. Grafik uji aktivitas antiburam sinar matahari... 50

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Perhitungan jumlah Prekursor TiO2 dan AgNO3 yang

digunakan pada sintesis TiO2@AgCl... 61

Lampiran 2. Data Kualitatif dan Kuantitatif TiO2@AgCl Pada

Berbagai Variasi Penambahan Ag... 65 Lampiran 3. Data Standar PDF Fasa Anatas, Rutil, dan AgCl... 91 Lampiran 4. Data Perhitungan Parameter Kisi dengan U-FIT... 95 Lampiran 5. Perhitungan Ukuran Kristal Senyawa TiO2

-Tersensitifkan AgCl Pada Berbagai Variasi Penambahan

Perak... 111 Lampiran 6. Data Absorbansi dan Reflektansi Spektrofotometer

UV-Vis Diffuse Reflectance... 118 Lampiran 7. Uji Aktivitas Antiburam Sinar Matahari dan Sinar UV.... 128 Lampiran 8. Data Tabel Penurunan Sudut Kontak TiO2@AgCl

Berbagai Variasi Penambahan Perak... 140 Lampiran 9. Gradien Kemiringan (Slope) TiO2@AgCl Berbagai

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Saat ini industri-industri kaca berusaha mengembangkan sifat termal, sifat

optik, sifat mekanik, dan sifat elektrik dari material kaca. Mengingat penggunaan

kaca yang semakin meningkat tiap harinya pada berbagai bidang aplikasi, maka

dibutuhkan bahan pelindung atau pembersih kaca dari air yang dapat

meninggalkan efek lengket dan buram pada permukaan kaca tersebut, sehingga

dibutuhkan material pelapis kaca yang memiliki sifat anti air (hidrofobik), salah

satunya dengan pelapisan permukaan menggunakan titanium dioksida (TiO2)

Titanium dioksida merupakan semikonduktor yang memiliki berbagai

keunggulan antara lain, memiliki kestabilan yang tinggi, ketahanan terhadap

korosi, ketersediaan yang melimpah di alam, dan harga yang relatif murah

(Radecka, 2008). Selain itu, bersifat non toksik dan memiliki sifat redoks yaitu

mampu mengoksidasi polutan organik, mereduksi sejumlah ion logam dalam

larutan (Rajh et al.,1996) dan tersedia secara komersial serta preparasinya yang

mudah dilakukan di laboratorium. Adanya berbagai keunggulan tersebut, TiO2

banyak diaplikasikan sebagai pewarna dalam industri cat, kertas, dan plastik

(Chen et al., 2009), degradasi senyawa organik (Chen et al., 2009; Chen et al.,

2012; Dastan & Chaure, 2014), penjernih air (Smith et al., 2010), antibakteri,

fotokatalis (Venckatesh et al., 2012), sel surya (Chekina et al., 2013), biological

(18)

2

atau superfotohidrofil oleh sinar matahari atau ultra violet (Wang et al., 1997;

Wang et al., 1998).

Titanium dioksida (TiO2) umumnya ditemukan dalam tiga jenis struktur

kristal yaitu: rutil (tetragonal), anatas (tetragonal), dan brookit (ortorombik) (Kim

et al., 2005; Chekina et al., 2013). Struktur kristal rutil dan anatas cukup stabil

dan biasa digunakan sebagai bahan fotokatalis. Secara fotokatalitik, struktur

anatas menunjukkan aktivitas yang lebih baik dari segi kereaktifan dibandingkan

dengan struktur rutil (Melemeni et al., 2009). Struktur anatas memiliki luas

permukaan serbuk yang lebih besar serta ukuran partikel yang lebih kecil

dibandingkan dengan struktur rutil (Su et al., 2004). Selain itu, energi celah pita

TiO2 anatas lebih tinggi yaitu 3,2 eV sedangkan rutil sebesar 3,0 eV sehingga

anatas memiliki aktivitas fotokatalitik yang lebih tinggi (Hoffmann et al., 1995).

Harga energi celah pita tersebut berhubungan dengan maksimal serapan panjang

gelombang yang berkisar mulai dari 365 hingga 413 nm (daerah UV). Hal

tersebut menjadi problem yang besar dalam aplikasi spektrum matahari berbasis

TiO2 karena hanya 4 – 5% dari sinar matahari yang teremisi pada daerah UV

sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperbaiki respon TiO2 terhadap sinar

tampak (Anpo & Takeuchi, 2003).

Kinerja TiO2 dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan aktivitas sifat

optik agar terjadi pergeseran respon dari absorpsi sinar UV ke cahaya tampak.

Ada 2 cara untuk merekayasa TiO2 yaitu rekayasa kimia melalui penambahan

pendadah (chemical modification: doping) dan rekayasa kimia permukaan melalui

(19)

3

Mao, 2007). Pada penelitian ini berkaitan dengan rekayasa kimia permukaan

melalui penambahan sensitiser. Sensitiser yang digunakan dalam penelitian ini

adalah perak klorida, karena memiliki konduktivitas yang baik dan stabil secara

kimia (Yeo et al., 2003). Golongan perak halida terkenal sebagai material yang

peka terhadap cahaya dan secara luas digunakan sebagai sumber bahan dalam

fotografis film. Dalam proses fotografis, perak halida menyerap foton

menghasilkan pasangan elektron dan hole. Salah satu senyawa perak halida yang

digunakan yaitu perak klorida. Sangchaya et al. (2012) melaporkan bahwa serbuk

TiO2-AgCl yang disintesis dengan metode sol gel menunjukkan efek fotokatalitik

yang lebih efisien dibawah UV dan sinar tampak untuk degradasi metil biru (MB)

dengan laju reaksi fotokatalitik yang dihasilkan sebesar 0,47 lebih tinggi

dibandingkan dengan TiO2 komersial P25 sebesar 0,12.Hal tersebut menunjukkan

bahwa dengan penambahan perak klorida yang bertindak sebagai sensitiser dapat

meningkatkan aplikasi TiO2 sebagai fotokatalis.

Berbagai metode untuk sintesis TiO2 telah banyak dilakukan antara lain

sol gel, hidrotermal, solvotermal, elektrodeposisi, metal organik, MOCVD (Metal

Organic Chemical Vapor Deposition), sonokimia dan metode pengendapan (Chen

et al., 2005). Penelitian ini menggunakan metode pengendapan dengan teknik

refluks, karena tingkat kemudahan dalam mengontrol temperatur dan tekanan

sehingga struktur dan morfologi pun dapat direkayasa (Ropp, 2003). Teknik

refluks dengan temperatur 83oC selama 15 jam menghasilkan titanium dioksida

fasa brookit dengan kemurnian tinggi dan campuran fasa rutil dan anatas

(20)

4

itu preparasi partikel anatas dan rutil berukuran nano teratur telah dipelajari

dengan metode hidrotermal menggunakan titanium tetraklorida sebagai prekursor

(Cheng et al.,1995). Penelitian tersebut melaporkan bahwa keasaman tinggi yang

berasal dari konsentrasi TiCl4 yang tinggi mempengaruhi pembentukan fasa rutil,

sedangkan larutan dengan kisaran pH 3,4-8,2 menghasilkan fasa anatas.

Pembentukan struktur kristal dalam sintesis TiO2 dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya temperatur kalsinasi, pH larutan, konsentrasi dopan, waktu

reaksi (lama pengadukan) dan banyaknya air yang digunakan (Wang et al., 2007).

Faktor-faktor ini juga dapat mempengaruhi ukuran butir, komposisi atau

transformasi fasa, dan kristalinitas dari TiO2. Salah satu faktor yang secara

signifikan berpengaruh adalah pengaturan pH larutan. Berdasarkan penelitian

Wang et al. (2007) menunjukkan bahwa variasi pH larutan menghasilkan

pembentukan fasa yang berbeda dari TiO2. Hal ini dikarenakan semakin rendah

keasaman larutan atau bersifat basa maka struktur fasa yang terbentuk adalah

anatas, sedangkan semakin tinggi keasaman larutan maka fasa yang terbentuk

terarah ke fase rutil. Selain itu, Youji et al. (2008) melaporkan bahwa dalam

keadaan pH rendah (kondisi asam) permukaan TiO2 akan bermuatan positif

sehingga daya tolak antar partikel TiO2 akan semakin besar. Semakin besarnya

daya tolak antar partikel akan mempengaruhi distribusi partikel, dimana partikel

TiO2 dapat terdistribusi secara merata diseluruh permukaan cairan.

Nanopartikel TiO2 biasanya disintesis menggunakan berbagai macam

prekursor titania seperti titanium tetra-iso-propoxide (TTIP) (Nagamine et al.,

(21)

5

(TiCl4) (Lee et al., 2005) disamping senyawa titanium lainnya. Prekursor titanium

dioksida yang digunakan akan mempengaruhi morfologi dari nanopartikel TiO2

yang dihasilkan seperti luas spesifik permukaan, tingkat kristalinitas, dan ukuran

kristalit produk yang akan sangat berpengaruh terhadap sifat dan kinerja TiO2

dalam aplikasi.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Berbagai macam aplikasi senyawa TiO2 dalam kehidupan sehari-hari

seperti: degradasi senyawa organik, fotokatalis, antiburam dan

antibakteri.

2. Zat pensensitif (sensitiser) yang digunakan dalam sintesis TiO2

3. Berbagai macam metode yang digunakan dalam sintesis TiO2.

4. Temperatur sintesis TiO2

5. Waktu sintesis TiO2

6. pH sintesis TiO2.

7. Prekursor yang digunakan.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dikemukaan batasan

(22)

6

1. Aplikasi yang digunakan dalam senyawa TiO2 adalah aktivitas

antiburam.

2. Zat pensensitif (sensitiser) yang digunakan adalah perak klorida

3. Metode yang digunakan dalam sintesis TiO2 ini adalah metode

pengendapan dengan teknik refluks.

4. Temperatur yang digunakan adalah 150oC.

5. Waktu sintesis TiO2 adalah 6 jam.

6. pH sintesis TiO2 dalam kondisi pH asam.

7. Prekursor yang digunakan adalah TiO2.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1.Bagaimana pengaruh penambahan variasi perak pada sintesis TiO2@AgCl

dalam suasana pH asam terhadap karakter produk yang dihasilkan?

2.Bagaimana aktivitas fotokatalis TiO2@AgCl yang dihasilkan dengan

berbagai variasi penambahan perak sebagai material antiburam?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1.Mengetahui pengaruh penambahan variasi perak pada sintesis

TiO2@AgCl dalam suasana pH asam terhadap karakter produk yang

(23)

7

2.Mengetahui aktivitas fotokatalis TiO2@AgCl yang dihasilkan dengan

berbagai variasi penambahan perak sebagai material antiburam.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang sintesis TiO2@AgCl dalam suasana pH

asam pada berbagai variasi penambahan perak terhadap karakter produk

yang dihasilkan.

3.Memberikan informasi tentang aktivitas fotokatalis TiO2@AgCl yang

dihasilkan dengan berbagai variasi penambahan perak sebagai material

(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teori

1. Titanium dioksida (TiO2)

Titanium dioksida (TiO2) merupakan padatan berwarna putih mempunyai

berat molekul 79,90 gram/mol, densitas 4.26 g/cm3, tidak larut dalam HCl, HNO3

dan akuaregia tetapi larut dalam asam sulfat pekat membentuk titanium sulfat

(TiSO4). Titanium (Ti) adalah unsur logam transisi yang dapat membentuk ion

titanium (III) atau (Ti3+) dan titanium (IV) atau (Ti4+). Ion titanium (III) dicirikan

dengan warna lembayung, sedangkan ion titanium (IV) tidak berwarna. Ion Ti(III)

dalam air bersifat kurang stabil dan mudah mengalami oksidasi menjadi titanium

(IV). Ion Ti(IV) berada hanya dalam larutan yang bersifat sangat asam (pH < 2,5)

dan dapat terhidrolisis mula–mula membentuk ion titanil (TiO2+) selanjutnya

membentuk kesetimbangan dengan Ti(OH)22+ dan Ti4+ atau TiO2.nH2O (Cotton et

al., 1999).

Titanium dioksida merupakan material kristalin yang dilaporkan memiliki

tujuh bentuk polimorf, empat bentuk ditemukan di alam dan sisanya sintetik

(Ahonen, 2001). Dari empat bentuk alami tersebut hanya tiga yang terlibat dalam

sintesis anorganik yaitu, anatas, rutil dan brookit. Anatas dan rutil telah secara

luas dipelajari untuk berbagai aplikasi fotokatalis. Brookit tidak begitu dikenal

secara umum dan belum banyak digunakan dalam aplikasi fotokatalis. Anatas dan

rutil mempunyai struktur kristal tetragonal, sedangkan brookit mempunyai

(25)

9

struktur tersusun atas oktahedral TiO62- yang saling berhimpitan antara bagian tepi

dan sudutnya untuk rutilsedangkan anatashanya pada bagian tepinya seperti yang

terlihat pada Gambar 1 (Diebold, 2003).

Gambar 1. Struktur kristal rutil dan anatas

Struktur rutil dan anatas dapat digambarkan dalam rantai TiO62- okahedral.

Kedua struktur berbeda karena distorsi dari masing-masing rantai oktahedron.

Setiap ion Ti4+ dikelilingi oleh oktahedral 6 dan ion O2-. Rantai oktahedral pada

rutil tidak teratur, menunjukkan sedikit distorsi ortorombik sedangkan pada anatas

distorsi orthorombiknya cukup besar sehingga relatif tidak simetri. Distorsi

orthorombik menyebabkan terjadinya perbedaan luasan aktif, karena luasan aktif

anatas lebih besar daripada rutil sehingga memiliki simetri geometris yang lebih

mendukung untuk mengadsorbsi cahaya (Linsebigler et al., 1995). Jarak antara

Ti-Ti anatas lebih besar dibandingkan dengan rutil (3,79 dan 3,04 Å dengan 3,57

(26)

10

dan 1,980 Å dengan 1,949 dan 1,980 Å). Cherepy et al. (1997) menyatakan

bahwa setiap oktahedral pada struktur rutil dikelilingi oleh 10 oktahedron

tetangga, sedangkan pada struktur anatas setiap oktahedronnya dikelilingi 8

oktahedron lainnya.

Perbedaan struktur anatas dan rutil menyebabkan perbedaan massa jenis dan

struktur pita elektroniknya antara dua bentuk titanium (IV) oksida, yaitu anatas

mempunyai daerah aktivasi yang lebih luas dari pada rutil. Hal ini menyebabkan

titanium (IV) oksida jenis anatas lebih reaktif dibandingkan dengan jenis rutil.

Selain itu, menurut Linsebigler et al. (1995) anatas merupakan tipe yang paling

aktif dikarenakan memiliki band gap energi (celah pita energi yang

menggambarkan energi cahaya minimum yang dibutuhkan untuk mengeksitasi

elektron) sebesar 3,2 eV (lebih dekat ke sinar UV, panjang gelombang maksimum

388 nm), sedangkan rutil 3,0 eV (lebih dekat ke sinar tampak, panjang gelombang

maksimum 413 nm). Perbedaan ini membuat letak conduction band (CB : tingkat

energi hasil hibridisasi yang berasal dari kulit 3d titanium) dari anatas lebih tinggi

daripada rutil, sedangkan valence band (VB : tingkat energi hasil hibridisasi dari

kulit 2p oksigen) dari anatas dan rutil sama yang membuat anatas mampu

mereduksi oksigen molekular menjadi superoksida serta mereduksi air menjadi

hidrogen.

Perbandingan struktur dan sifat fisik dari titanium dioksida jenis rutil dan

(27)

11

Tabel 1. Perbandingan struktur dan sifat fisik TiO2 rutil & anatas

Sifat Rutil Anatas

Bentuk kristal Sistem tetragonal Sistem tetragonal

Gugus ruang P42/mnm I41/amd

Konstanta kisi a 4,58 Å 3,78 Å

Konstanta kisi c 2,95 Å 9,49 Å

Berat jenis 4,2 g/cm3 3,9 g/cm3

Indeks bias 2,71 2,52

Kekerasan 6,0-7,0 5,5-6,0

Titik leleh 1858 oC Berubah menjadi rutil pada

temperatur tinggi (>400 oC)

2. Perak Klorida

Perak halida (AgX) terkenal sebagai material yang peka terhadap cahaya

dan secara luas digunakan sebagai fotosensitizer, prekursor logam perak, dan

sumber bahan pada fotografis film. Dalam proses fotografis, perak halida

menyerap foton dan melepaskan elektron serta hole. Salah satu contoh golongan

perak halida yang digunakan adalah perak klorida.

Perak klorida (AgCl) diendapkan dari larutan perak nitrat dengan ion

klorida. Perak klorida memiliki direct band gap sebesar 5,6 eV dan inderect band

gap sebesar 3,25 eV (Tejeda et al., 1975), sehingga diakui secara luas sebagai

material fotosensitif dan sumber bahan pada fotografis film. Selain itu, beberapa

(28)

12

menunjukkan peningkatan aktivitas fotokatalisnya di bawah cahaya tampak untuk

degradasi polutan organik (Gao et al., 2011).

Mekanisme reaksi yang diusulkan dalam fotokatalis AgCl@Ag@TiO2

untuk degradasi polutan organik (atau bakteri) digambarkan secara skematis pada

Gambar 2 (Marimoto et al., 2007).

Gambar 2. Mekanisme degradasi polutan organik pada AgCl@Ag@TiO2

Berdasarkan Gambar 2 terjadi iradiasi dibawah cahaya tampak, sehingga

Ag NPs menghasilkan elektron dan hole yang dapat dipisahkan oleh medan

electromagnetik. Menurut penelitian Marimoto et al. (2007), tepi pita konduksi

dan pita valensi dari AgCl (-3,3eV dan -6,6 eV) lebih tinggi dibandingkan TiO2

(-4,0 eV dan -7,2 eV). Hal ini karena kesesuaian tingkat energi CB dan VB dari

AgCl dan TiO2. Terbentuknya elektron akibat iradiasi cahaya tampak ditransfer ke

TiO2 sementara hole ditransfer ke AgCl, dengan demikian, elektron dan hole

dapat dipisahkan. Selanjutnya, elektron terperangkap dan diserap oleh O2

(29)

13

*

OH / atau radikal Clo. Semua spesises *O2-, *OH, dan Clo reaktif untuk degrdasi

polutan organik (atau bakteri).

3. Fotoaktivitas Titanium Dioksida a. Fotokatalis

Fotokatalis merupakan suatu proses kombinasi antara proses fotokimia dan

katalisis, yaitu suatu proses secara kimiawi dengan melibatkan cahaya sebagai

pemicu dan katalis sebagai pemercepat proses transformasi tersebut (Slamet dkk.,

2007). Berdasarkan jenis katalis yang digunakan, proses fotokatalik terdiri dari

fotokatalitik homogen dan fotokatalitik heterogen. Fotokatalik homogen adalah

fotokatalis yang berlangsung pada suatu sistem dalam satu fasa dan biasanya

dengan bantuan zat pengoksidasi seperti ozon dan hidrogen peroksida, sedangkan

pada proses fotokatalitik heterogen, katalis tidak berada pada satu fasa dengan

medium dan reaktan. Konsep degradasi fotokatalis ini cukup sederhana, yaitu

iradiasi padatan semikonduktor yang stabil menstimulasi reaktan antara fasa

permukaan padat atau larutan (Vora et al., 2009).

Secara umum, fenomena fotokatalitik pada permukaan semikonduktor dapat

dilihat pada Gambar 3 ((Linsebigler et al., 1995). Jika suatu semikonduktor tipe n

dikenai cahaya () dengan energi yang sesuai, maka electron (e-) pada pita valensi akan pindah ke pita konduksi dan meninggalkan lubang positif (hole

disingkat sebagai h+) pada pita valensi. Sebagian besar pasangan e- dan h+ ini

akan berekombinasi kembali, baik di permukaan (jalur A) atau di dalam bulk

partikel (jalur B). Sementara itu sebagian pasangan e- dan h+ dapat bertahan

sampai pada permukaan semikonduktor (jalur C dan D). Pada jalur C elektron

(30)

14

organik/anorganik, sehingga spesies tersebut mengalami reduksi. Pada jalur D

lubang positif pergi ke permukaan semikonduktor dan berikatan dengan spesies

donor elektron, sehingga spesies tersebut mengalami oksidasi. Sehingga h+

menginisiasi reaksi oksidasi dan e- akan menginisiasi reaksi reduksi zat kimia

[image:30.595.220.447.228.377.2]

yang ada di sekitar permukaan semikonduktor (Gunlazuardi, 2001).

Gambar 3. Skema fotoeksitasi yang diikuti oleh deeksitasi pada permukaan semikonduktor

Mekanisme migrasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi dan setelah

mengalami eksitasi, elektron bermigrasi menuju logam dan terperangkap dalam

logam, sehingga rekombinasi electron-hole dapat ditekan dan h+ akan leluasa

berdifusi ke permukaan semikonduktor. Pada permukaan tersebut akan terjadi

oksidasi senyawa-senyawa yang digedrasi. Pada prinsipnya, reaksi oksidasi pada

permukaan semikonduktor dapat berlansung melalui donasi elektron dari substrat

ke h+ (menghasilkan radikal pada substrat yang akan menginisiasi reaksi

berantai). Apabila potensial oksidasi yang dimiliki oleh h+ pada pita valensi ini

cukup besar untuk mengoksidasi air dan gugus hidroksil pada permukaan partikel

(31)

15

Secara umum, reaksi fotokatalik terbagi atas empat tahapan (Hoffmann et

al., 1995) yaitu:

1) Reaksi pembentukan pembawa muatan (e-cb, h

+

vb) oleh foton

TiO2 +  h+vb + e-cb

2) Reaksi penjebakan pembawa muatan. Hole pada pita valensi terjebak

dalam gugus titanol

h+vb + >TiIVOH  {>TiIVOH•}+

Elektron pada pita konduksi terjebak pada permukaan metastabil

e-cb + >TiIVOH  {>TiIIIOH}

e-cb + >TiIV  >TiIII

3) Rekombinasi pembawa muatan dengan membebaskan energi dalam

bentuk panas

e-cb + {>TiIVOH•}+  >TiIVOH

h+vb + {>TiIIIOH•}  >TiIVOH

4) Transfer muatan antar muka

Reaksi oksidasi oleh hole pada pita valensi

{TiIVOH•}+ +  >TiIVOH+Red•+

Reaksi reduksi oleh elektron pada pita konduksi

e-tr + Oks  >TiIVOH + Oks•-

Keterangan :

>TiOH : permukaan TiO2 dalam keadaan terhidrat

e-cb : elektron pada pita konduksi

h+vb : lubang (hole) positif pada pita valensi

e-tr : elektron pada pita konduksi yang terjebak

(32)

16

{TiIIIOH} : elektron pita konduksi yang terjebak di permukaan

Red : donor elektron

Oks : akseptor elektron

b. Fotohidrofil

Film tipis TiO2 dapat mengurai air menjadi butiran-butiran kecil yang

ditandai dengan berkurangnya sudut kontak air-permukaan film tipis TiO2 dengan

kehadiran sinar ultra violet. Fenomena ini ditemukan pertama kali oleh Grup

Fujishima (Wang et al., 1998) yang dikenal sebagai fotohidrofilisitas yaitu

perubahan sifat hidrofob-hidrofil dari partikel TiO2 akibat sinar UV. Proses

fotohidrofil pada permukaan film TiO2 berlangsung cepat sehingga sering

dikatakan sebagai superfotohidrofil.

Berdasarkan karakter superfotohidrofil tersebut, lapisan tipis TiO2

dimanfaatkan untuk proses degradasi zat organik, salah satunya pada permukaan

kaca (Guan, 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Feng

(2004) bahwa fotokatalis TiO2 memiliki sifat swa-bersih dan anti-kabut yang

dibuktikan dengan kemampuan TiO2 untuk membersihkan polutan dengan

sendirinya. Selain itu, TiO2 secara luas juga digunakan sebagai fotokatalis untuk

konversi energi matahari dan material antiburam. Secara teoritik material

antiburam terjadi sebagai akibat proses fotokatalis yang menyebabkan permukaan

lapis tipis TiO2 bersifat polar atau hidrofilik (suka air). Sifat hidrofilik dan

hidrofobik salah satunya ditandai dengan ukuran sudut kontak butiran air pada

permukaan lapisan tipis TiO2 (Wang et al., 1997).

Sudut kontak air pada lapis tipis TiO2 di permukaan benda sekitar puluhan

(33)

17

menyebar rata pada permukaan bahan daripada membentuk partikel-partikel

berupa butiran. Akhirnya sudut kontak air akan mendekati 0o dan pada keadaan

ini permukaan bahan menjadi sama sekali tidak menolak air dan berada dalam

keadaan superhidrofilik ( sangat suka dengan air). Bahan tersebut akan bertahan

beberapa jam dengan sifat tersebut meskipun sinar UV dipadamkan. Perlahan

dalam keadaan gelap permukaan tersebut akan bersifat hidrofobik lagi, namun

sifat superhidrofilik dapat diperoleh kembali dengan bantan sinar UV (Fujishima

et al., 1999).

Turunnya sudut kontak air di permukaan TiO2 disebabkan oleh terbentuknya

pasangan elektron-lubang positif (hole), dimana elektron mereduksi Ti(IV)

menjadi Ti(III), sedangkan kekosongan (h+) mengoksidasi O2- menjadi O2

menghasilkan kekosongan oksigen dipermukaan (Carp et al., 2004). Adanya

kekosongan oksigen (oxygen vacancies) tersebut, permukaan menjadi lebih

hidrofilik karena dapat dengan mudah mengisi tempat kosong dan menghasilkan

grup OH teradsorpsi. Dengan adanya gaya Van der Waals dan ikatan hidrogen

maka gugus OH teradsorpsi dapat berikatan dengan air yang datang ke permukaan

(Guan, 2005). Kondisi ini akan menyebabkan air tidak berbentuk butiran

melainkan terdispersi sehingga mencegah terjadinya pembentukan kabut (anti

fogging). Air yang terdispersi sewaktu turun akan dengan mudah membawa serta

partikel-partikel debu yang menempel di permukaan fotokatalis serta spesi-spesi

(34)

18

4. Difraksi Sinar-X

Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang

pendek sebesar 0,7 sampai 2,0 Å yang dihasilkan dari penembakan logam dengan

e- berenergi tinggi kemudian e- ini mengalami pengurangan kecepatan dengan

cepat dan energinya diubah menjadi energi foton sehingga energinya besar (lebih

besar daripada energi sinar UV-Vis) dan tidak mengalami pembelokkan pada

medan magnet (Jenkins, 1988).

Teknik difraksi sinar-X merupakan salah satu metoda karakterisasi material

yang digunakan untuk menganalisis struktur kristal dalam material dengan cara

menentukan parameter kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel dengan

mempelajari keteraturan atom atau molekul dalam suatu struktur tertentu. Apabila

dalam analisis pola difraksi unsur diketahui maka unsur tersebut dapat ditentukan

(Smallman & Bishop, 2000).

Prinsip dasar dari XRD adalah hamburan elektron yang mengenai permukaa

kristal. Bila sinar-X dilewatkan ke permukaan kristal, sebagian sinar tersebut akn

dihamburkan dan sebagian lagi akan berinteraksi secara konstruktif (menguatkan)

dan destruktif (melemahkan) ((Vlack, 2004). Hamburan sinar yang berinteraksi

konstruktif inilah yang digunakan untuk analisis. Interferensi konstruktif terjadi

apabila berkas sinar-X yang dihamburkan berada dalam keadaan satu fasa seperti

terlihat pada Gambar 4. Interferensi konstruktif terjadi sesuai dengan Hukum

Bragg berikut ini :

(35)

19

dimana, n= urutan difraksi, λ= panjang gelombang sinar-X, d= jarak antar bidang

[image:35.595.206.388.143.258.2]

kristal, dan θ= sudut difraksi.

Gambar 4. Difraksi sinar-X pada suatu kristal

Ukuran kisi kristal juga dapat ditentukan dari difraksi sinar-X yaitu dengan

menggunakan persamaan Scherrer (Manorama et al., 2002) :

D=

... (2)

Keterangan :

D = Rata-rata ukuran kristal (nm)

K = konstanta (0,94)

λ = Panjang gelombang sinar-X (nm)

β= Lebar puncak pada setengah intensitas

θ = sudut Bragg.

Difraksi sinar-X sangat penting pada identifikasi senyawa kristalin.

Kekuatan dari cahaya yang terdifraksi tergantung pada kuantitas material kristalin

yang sesuai di dalam sampel sehingga sangat mungkin mendapatkan analisa

(36)

20

5. Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

panjang gelombang dan intensitas penyerapan sinar-UV serta cahaya tampak.

Eksitasi elektron dalam orbital molekul dari tingkat energi dasar ke tingkat energi

yang lebih tinggi dapat terjadi akibat penyerapan sinar tampak atau ultraviolet

oleh molekul tersebut. Hasil pengukuran UV-Vis berupa hubungan antara panjang

gelombang terhadap transmisi spektrum absorbansi yang dapat digunakan sebagai

pengukuran awal untuk menentukan besarnya energi celah pita.

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang

kontinu, monokromator sel pengadsorpsi untuk sampel atau blanko dan suatu alat

untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko atau pembanding

(Khopkar, 1990). Prinsip dasar spektrofotometer UV-Vis yaitu jika suatu material

disinari dengan gelombang elektromagnetik maka cahaya akan diserap oleh

elektron dalam material sehingga menyebabkan elektron akan meloncat ke tingkat

energi yang lebih tinggi. Elektron tidak sanggup meloncat dari pita valensi jika

energi cahaya yang diberikan kurang dari lebar celah pita energi. Jika energi

cahaya yang diberikan lebih besar maka elektron akan meloncat ke pita konduksi.

Besarnya energi gap dapat ditentukan dengan metode spektrofotometer

UV-Vis Difusi Reflektensi. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas UV-UV-Vis

yang direfleksikan oleh sampel. Reflektansi yang terukur merupakan reflektansi

standar dan di nyatakan dalam persamaan (3):

... (3)

(37)

21

... (4)

Dimana, F(R) adalah faktor Kubelka-Munk, k adalah koefisien absorbansi, s

adalah koefisien scattering, dan R adalah nilai reflektansi (Ilyas, 2011).

Persamaan ini memiliki hubungan dengan parameter k dan s, F(R’ ) = k/s,

sehingga persamaan (5) dapat ditulis:

... (5)

Spektrum UV-Vis Difusi Reflektansi berupa kurva hubungan antara k/s

melawan panjang gelombang (λ) atau absorbansi (A) melawan panjang

gelombang (λ) (Morales, 2007). Hubungan absorbansi (A) dengan reflektansi

dinyatakan dalam persamaan (6) di bawah ini:

log

= A ... (6)

Perhitungan dilakukan pada setiap sampel dengan menggunakan metode

Kubelka Munk dimana energi gap diperoleh dari grafik hubungan antara hv (eV)

vs (F(R’ )hv)1/2. Nilai hv (eV) ditentukan dengan persamaan berikut:

Eg= hν = ... (7)

Dimana, Eg adalah energi celah pita (eV), h adalah ketetapan Planck (6,624

x 10-34 Js atau 4,14 x10-15 eV.s), c adalah kecepatan cahaya di udara (3 x 108 m/s),

dan λ adalah panjang gelombang (nm). Energi celah pita semikonduktor adalah

besarnya hν pada saat (F(R’ )hν)1/2

= 0, yang diperoleh dari persamaan regresi

(38)

22

B.Penelitian Yang Relevan

Titanium dioksida berbasisi medium air berhasil disintesis dengan metode

sol-gel dan etilen glikol sebagai surfaktan pada berbagai pH 1,5; 2,7; dan 5,0

selama 2 jam pada temperatur 170oC, dan dilanjutkan dengan variasi waktu

refluks pH 1,5 yaitu 8, 16, dan 24 jam menghasilkan TiO2 berbentuk anatas

dengan ukuran kristal sebesar 2-5 nm serta kristalinitas paling tinggi dari pola

XRD ditunjukkan pada pH 1,5 dengan waktu refluks 16 jam (Hendra Adi

Pratama, 2010).

Sangchaya et al. (2012) berhasil mensintesis serbuk TiO2-AgCl dengan

metode sol gel untuk degradasi fotokatalis metil biru (MB) dengan

membandingkan pada TiO2 komersial P25. Hasil menunjukkan bahwa aktifitas

fotokatalik serbuk TiO2-AgCl lebih efisien untuk degradasi fotokatalis metil biru

dibawah UV dan sinar tampak dengan laju reaksi fotokatalitik yang dihasilkan

sebesar 0,47 lebih tinggi dibandingkan dengan TiO2 komersial P25 sebesar 0,12.

Beberapa peneliti yang lainnya seperti Cao et al. (2011) mensintesis

AgI/AgCl/TiO2 dengan metode pertukaran ion menunjukkan bahwa TiO2

memiliki energi celah pita (Eg=3,12 eV), disisi lain EVB dari AgCl@TiO2 yaitu

2,87 eV terjadi ketika h+ berpindah dari VB AgCl ke TiO2.

Titanium dioksida yang dikontrol dengan poli-etilen glikol (PEG)

mempunyai sifat superhidrofil. Pada percobaan tetes air pada kaca preparat yang

dilapisi dengan suspensi TiO2 menunjukkan terjadinya penurunan sudut kontak air

(39)

23

satu bulan sudut kontak air kembali menurun dengan cepat ke sudut 0o, disis lain

sudut kontak pada kaca yang tidak dilapisi masih 30o (Gan et al., 2007).

C.Kerangka Berfikir

Titanium tetraklorida yang direaksikan dengan H2O2 akan menghasilkan

prekursor TiO2. Prekursor TiO2 yang terbentuk masih mengandung ion Cl- yang

terabsorbsi pada permukaan TiO2. Ion Cl- yang terabsorbsi pada permukaan TiO2

ini berasal dari hasil samping reaksi TiCl4 dengan H2O2 pada saat pembuatan

prekursor. Preparasi AgCl di permukaan TiO2 dilakukan dengan penambahan

AgNO3 sebagai sumber perak dengan pengontrolan pH asam menggunakan

larutan HNO3. Adanya ion Ag+ dari AgNO3 akan berikatan dengan ion Cl- yang

terabsorbsi pada permukaan TiO2 membentuk AgCl yang dapat bertindak sebagai

sensitiser. Sensitiser AgCl diharapkan dapat menggeser respon absorbsi TiO2 dari

sinar UV ke sinar tampak. Adanya Penambahan variasi persen mol perak 1,5%,

3%, 6%, 9% dan TiO2 tanpa perak sebagai kontrol sangat diperlukan untuk

mengetahui kemampuan optimum dari ion Cl- yang dapat bereaksi dengan ion

(40)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah padatan TiO2-tersensitifkan

perak klorida (TiO2@AgCl).

2. Objek Penelitian

Objek penelitian pada penilitian ini adalah karakteristik fisik dan aktivitas

antiburam TiO2-tersensitifkan perak klorida (TiO2@AgCl).

B.Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah TiO2-tersensitifkan perak

klorida dengan variasi penambahan persen mol perak yaitu: 0% (P1); 1,5% (P2); 3% (P3); 6% (P4); dan 9% (P5).

b. Uji aktivitas antiburam dengan perlakuan sinar matahari dan sinar ultraviolet.

2. Variabel Terkontrol

Variasi terkontrol dalam penelitian ini adalah :

a. Temperatur sintesis 150°C

b. Waktu refluks selama 6 jam

(41)

25

3. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penilitian ini adalah:

a. Variabel terikat pada penelitian ini adalah karakter fisik (struktur kristal,

ukuran kristal dan daerah serapan) padatan TiO2-tersensitifkan perak

klorida pada berbagai variasi penambahan persen mol perak.

b. Uji aktivitas antiburam pada kaca preparat dengan gradien penurunan

sudut kontak dalam waktu tertentu (t=0-40 menit).

C.Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan

a. Peralatan Gelas

b. Seperangkat Alat Refluks

c. Neraca Analitik

d. Magnetic Stirrer

e. Pemanas

f. pH meter

g. Termometer

h. Kaca Preparat

i. Kamera

j. XRD Rigaku Multiflek merk S-6000

(42)

26

2. Bahan yang digunakan

a. TiCl4 (Merck)

b. AgNO3 (Merck)

c. H2O2 (Merck)

d. Akuades

e. HNO3

f. Minyak Parafin

g. Tetrametilammonium Hidroksida

h. Aseton

i. Etanol

D.Prosedur Penelitian 1. Preparasi prekursor TiO2

a. Titanium tetraklorida (TiCl4) sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam gelas

ukur 250 ml.

b. Di dalam lemari asam, larutan H2O2 dipersiapkan dalam buret.

c. Kemudian larutan H2O2 ditambahkan tetes demi tetes ke dalam gelas ukur

yang berisi larutan TiCl4 hingga terbentuk endapan berwarna kuning.

d. Proses penyaringan dilakukan setelah endapan terbentuk dan mengeringkan

(43)

27

2. Sintesis TiO2 tersensitifkan perak klorida

a. Sebanyak5gram TiO2 dimasukkan ke dalam gelas ukur berukuran 250 ml.

Ke dalam gelas ukur, dimasukkan akuades sebanyak 50 ml dan diaduk

selama 1 jam dengan pengaduk magnet sebagai larutan (a).

b. Larutan (a) dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan ditambahkan akuades

serta larutan HNO3 tetes demi tetes hingga diperoleh pH 1,2 sebagai larutan

(b)

c. Sejumlah gram AgNO3 (variasi penambahan persen mol perak yaitu: P1, P2,

P3, P4, dan P5) dilarutkan dengan akuades pada gelas ukur yang kemudian

ditambahkan tetrametil ammonium hodroksida, sebagai larutan (c)

d. Larutan (c) dicampurkan ke dalam larutan (b) hingga volume total larutan

sebanyak 100 ml.

e. Larutan campuran (larutan c dan b) diaduk dengan pengaduk magnet dan

direfluks pada temperatur 150oC selama 6 jam.

f. Larutan hasil refluks selanjutnya didinginkan dan didekantasi, kemudian

dikeringkan dengan menggunakan oven pada temperatur 110oC.

g. Kristal yang terbentuk dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan

spektrofotometer UV-Vis Diffuse Reflectance.

3. Uji aktivitas antiburam larutan pada TiO2 tersensitifkan perak klorida

a. TiO2@AgCl dengan variasi penambahan persen mol perak P1, P2, P3, P4,

dan P5 ditimbang sebanyak 0,03 gram kemudian dimasukkan ke dalam

(44)

28

b. Akuades sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur sambil diaduk

hingga terbentuk suspensi TiO2-tersensitifkan perak klorida.

c. Lima buah kaca preparat dicelupkan ke dalam masing-masing suspensi TiO2

dengan varisasi penambahan persen mol perak P1, P2, P3, P4, dan P5

sedangakan satu kaca preparat tanpa dilakukan pencelupan dengan suspensi

TiO2 sebagai kontrol.

d. Enam kaca preparat selanjutnya dikeringkan pada temperatur kamar.

e. Ditetesi satu tetes air pada masing-masing kaca preparat.

f. Enam kaca preparat disinari dengan sinar UV.

g. Diamati pengurangan sudut kontak air dengan permukaan kaca preparat

menggunakan kamera berdasarkan berjalannya waktu hingga sudut kontak

air berkurang , untuk pertama penetesan air dihitung t=0 menit sampai t=40

menit.

h. Langkah diatas diulangi untuk perlakuan dengan sinar matahari.

E. Diagram Alir

1. Preparasi Prekursor TiO2

+

Gambar 5. Diagram alir preparasi prekursor TiO2

100 ml TiCl4

H2O2

pekat

Saring dan keringkan dalam oven pada suhu 80oC sampai kering

(45)

29 2. Sintesis TiO2 Tersensitifikasi Perak Klorida

[image:45.595.119.500.108.435.2]

+

Gambar 6. Diagram alir sintesis TiO2-tersensitifkan perak klorida

3. Uji Aktifitas Antiburam TiO2 Tersensitifkan Perak Klorida

[image:45.595.113.549.467.687.2]

+

Gambar 7. Diagram alir uji aktivitas antiburam TiO2

tersensitifkan perak klorida 5 gram TiO2

+ 50 ml aquades

HNO3 + % AgNO3

(P1, P2, P3, P4, P%) + tetrametil ammonium hidroksida

Diaduk selama 1 jam

Refluks temperatur 150oC selama 6 jam

Didinginkan dan didekantasi

Dikeringkan dalam oven pada temperatur 110oC

XRD (X-Ray Diffraction)

Spektrofotometer UV-Vis Diffuse

Reflectance

0,03 gram TiO2

(variasi perak P1, P2, P3, P4, P5)

50 ml akuades

Aduk sampai terbentuk suspensi

Keringkan dalam suhu kamar

Tetesi air di atas permukaan kaca

preparat Sinari dengan sinar

UV dan matahari. Foto sudut kontak air pada

permukaan setiap 4 menit sekali selama 40 menit

Celupkan kaca preparat dalam suspensi TiO2

(46)

30

F. Teknik Analisis Data

1. Penentuan Struktur, Ukuran dan Parameter Kisi dengan X-Ray

Diffraction (XRD)

Penentuan difraktogram TiO2 direkam dengan difraktometer sinar-x Merk

Rigaku Multiflek S-6000 dengan radiasi Cu Kα (1,5405981 Å) dari daerah 2θ=

20o-80o dengan interval 0,02o. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan

ukuran kristal dengan menggunakan persamaan Scherrer :

D=

... (8)

dimana K adalah konstanta Scherrer = 0,94; λ merupakan panjang gelombang

sinar-X yang digunakan (λ Cu = 0,15406 nm); β adalah puncak pada setengah

tinggi intensitas (FWHM = Full Width at a Half Maximum); dan θ adalah sudut

difraksi.

2. Penetapan Energi Celah Pita Berbagai Fasa TiO2 Terhadap Sinar Tampak.

Besarnya energi celah pita dapat ditentukan dengan metode

spektrofotometer UV-Vis Difusi Reflektansi. Metode ini didasarkan pada

pengukuran intensitas UV-Vis yang direfleksikan pada sampel. Perhitungan

dilakukan pada setiap sampel dengan menggunakan metode Kubelka Munk

dimana energi celah pita diperoleh dari grafik hubungan antara hν (eV) vs

(F(R’ hν)1/2

. Persamaan Kubelka-Munk dapat dituliskan sebagai berikut:

(47)

31

3. Uji Antiburam TiO2@AgCl Hasil Sintesis

Teknik analisa data uji aktivitas antiburam dilakukan dengan cara mengukur

sudut kontak air pada permukaan kaca preparat menggunakan program corel draw

dengan Angular Dimension Tool. Hasil pengukuran sudut kontak air selanjutnya

dibuat grafik hubungan antara sudut kontak dengan waktu (menit) untuk

mengetahui perbedaan kecepatan penurunan sudut kontak dari masing-masing

(48)

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Preparasi Prekursor TiO2

Pembuatan prekursor menjadi langkah awal dalam sintesis titanium dioksida

(TiO2). Prekursor dapat diperoleh dengan cara meneteskan sedikit demi sedikit

larutan hidogen peroksida (H2O2) yang berlebih ke dalam larutan titanium

tetraklorida (TiCl4). Menurut Gao et al. (2007) titanium tetraklorida dapat

tereduksi oleh H2O2 membentuk Ti(O2)-O.2H2O. Akan tetapi, dalam penelitian ini

prekursor yang terbentuk adalah TiO2 fasa rutil dengan difraktogram XRD yang

diperoleh dapat dilihat pada penelitian Vina Ayu Mu’izayanti (2016). Berdasarkan

penelitian Cheng et al. (1995) bahwa keasaman tinggi yang berasal dari

konsentrasi TiCl4 yang tinggi mempengaruhi pembentukan fasa rutil, sedangkan

larutan dengan kisaran pH 3,4-8,2 menghasilkan fasa anatas. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa setelah ditambahkan H2O2 tetes demi tetes terbentuk

endapan berwarna kuning serta mengeluarkan gas berwarna putih. Endapan yang

terbentuk kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven pada temperatur 80oC

untuk mengurangi kadar air yang terikat di dalam endapan. Endapan yang semula

berwarna kuning berubah menjadi putih.

B.Sintesis TiO2-Tersensitifkan Perak Klorida

Titanium dioksida tersensitifkan perak klorida dapat disintesis dengan

metode pengedapan teknik refluks. Teknik ini dilakukan dengan beberapa

(49)

33

TiO2 yang mengabsorbsi ion Cl- yang berasal dari hasil samping reaksi antara

TiCl4 dengan H2O2 pada saat pembuatan prekursor dalam 50 ml akuades dan

dilakukan pengadukan selama 1 jam. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam

labu destilasi untuk dilakukan pengecekan pH awal prekursor, selanjutnya

menambahkan perak nitrat (AgNO3) sebagai sumber Ag dengan berbagai variasi

penambahan persen mol yaitu: P2, P3, P4, P5 dan TiO2 sebagai kontrol ke dalam

larutan. Adanya penambahan perak nantinya dapat mempengaruhi sintesis TiO2,

dikarenakan perak akanbereaksi dengan ion Cl- yang terabsorbsi pada permukaan

TiO2 membentuk AgCl. Pada penelitian ini dilakukan penambahan larutan HNO3

pekat tetes demi tetes untuk mengontrol pH dalam kondisi asam, seperti penelitian

Sangchaya et al. (2012) yang melakukan sintesis TiO2-AgCl dengan

menambahkan HNO3 2M sebagai pengontrol pH pada rentang pH 1-2. Kemudian

merefluks emulsi tersebut pada temperatur 150oC selama 6 jam pada pH 1,2

[image:49.595.218.395.471.676.2]

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Proses refluks TiO2@AgCl

R (110)

(50)

34

Langkah kedua yaitu mendinginkan emulsi hasil refluks dan menuangkan

dalam cawan porselin. Emulsi tersebut didiamkan selama ± 24 jam untuk

memperoleh endapan. Selanjutnya dilakukan pengukuran pH setelah refluks untuk

memastikan pH dalam kondisi asam dan diperoleh pH sebesar 1,2 baik sesudah

maupun sebelum proses refluks. Endapan yang terbentuk kemudian didekantasi

dan dikeringkan di dalam oven pada temperatur 110oC sampai kering untuk

menghilangkan kadar air yang ada dalam endapan. Setelah kering endapan digerus

untuk mendapat serbuk TiO2.

Serbuk titanium dioksida hasil sintesis dikarakterisasi dengan

menggunakan XRD untuk mengetahui struktur kristal, ukuran kristalinitas dari

TiO2 hasil sintesis dan UV-Vis Diffuse Reflectance untuk mengetahui daerah

serapan dan energi celah pita.

C.Karakterisasin Hasil Sintesis TiO2 1. Analisis XRD

a. Data Kualitatif XRD

Analisa difraksi sinar-X dari TiO2 hasil sintesis dilakukan menggunakan

X-Ray Diffraction (XRD) pada kisaran daerah 20o-80o dengan sumber radiasi Cu-Kα

yang memiliki panjang gelombang karakterisasi radiasi Kα=1,54060Å. Pola

difraksi yang dihasilkan dari XRD kemudian dianlisis lebih lanjut dengan

membandingkan pola difraksi dengan pola standar pada data Powder Diffraction

File (PDF). Pola difraksi sinar-X dari semua sampel dengan variasi penambahan

(51)

35

penghalusan (smoothing) pada program Winplotr yang dapat dilihat pada Gambar

[image:51.595.147.455.132.352.2]

9.

Gambar 9. Pola difraksi XRD sampel TiO2-tersensitifkan AgCl

Berdasarkan Gambar 9 menunjukkan adanya 3 fasa campuran yaitu anatas

rutil, dan AgCl pada sampel TiO2 dengan variasi penambahan perak P1, P2, P3,

P4, dan P5. Fasa rutil ditandai dengan puncak difraksi 2θ= 27,20o; 35,74o; 40,90o;

dan 68,24o dengan bidang hkl masing-masing (110), (101), (111), dan (301) yang

sesuai dengan data standar Sugiyama et al. (1991) PDF card no: 01-076-0322,

sedangkan pada fasa anatas didukung dengan munculnya puncak-puncak difraksi

pada daerah 2θ= 25,23o

; 53,90o; 62,63o; dan 70,30o dengan bidang hkl

masing-masing (101), (105), (204), dan (220) sesuai dengan data standar Khitrova et al.

(1977) PDF card no: 01-083-2243. Selain itu, pada sampel TiO2@AgCl dengan

variasi penambahan persen mol perak P2, P3, P4, dan P5 menunjukkan adanya

puncak difraksi tambahan pada daerah 2θ=27,85o

; 32,23o; 46,23o; 54,81o; 57,41o;

(52)

36

dan (420) yang sesuai dengan data standar Swanson PDF card no: 01-085-1355.

Adanya puncak-puncak difraksi tersebut mengindikasikan spesies AgCl dalam

struktur TiO2 hasil sintesis. Puncak difraksi ini adalah tajam dan intens yang

menunjukkan tingkat kristalinitas tinggi dari spesies AgCl. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan oleh Tian & Zhang (2012) bahwa pada sampel AgCl,

Ag@AgCl, AgCl@TiO2, dan AgCl@Ag@TiO2 yang dikarakterisasi dengan XRD

menunjukkan adanya puncak difraksi yang identik dengan penilitian ini yaitu

2θ=27,80o

; 32,20o; 46,20o; 54,80o; 57,50o, dan 76,70o yang mengindikasikan

puncak dari AgCl.

Selain itu, adanya pengontrolan pH asam sebelum dan setelah refluks juga

mempengaruhi hasil dari masing-masing sampel TiO2 tersensitifkan AgCl dengan

variasi penambahan perak P1, P2, P3, P4, dan P5. Terlihat pada Lampiran 2

menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan HNO3 sebagai pengontrol pH

asam menghasilkan fasa rutil yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa

anatas dan AgCl. Sesuai dengan laporan penelitian dari (Wang et al., 2007; dan

Bae et al., 2003) yang menunjukkan bahwa adanya variasi pH larutan

menghasilkan pembentukan fasa yang berbeda dari TiO2. Hal ini dikarenakan

semakin rendah keasaman larutan atau bersifat basa maka struktur fasa yang

terbentuk adalah anatas, sedangkan semakin tinggi keasaman larutan maka fasa

yang terbentuk terarah ke fasa rutil. Hal ini ditandai dengan intensitas relatif fasa

rutil yang lebih tinggi. Variasi tinggi intensitas relatif tersebut juga menandai

(53)

37

Identifikasi bidang-bidang (hkl) dilakukan dengan mencocokan data

puncak difraksi dan intenistas I/Io dari percobaan dengan data standar PDF card

no: 01-076-0322 (rutil), 01-083-2243 (anatas), dan 01-085-1355 (AgCl) pada

setiap sampel TiO@AgCl dengan variasi penambahan perak P1, P2, P3, P4, dan

P5 yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Analisis lebih lanjut dari data Tabel 2 dengan menggunakan bantuan

program U-FIT dapat ditentukan nilai parameter kisi dari masing-masing sampel

yang disajikan pada Tabel 3. Perhitungan nilai parameter kisi dan volume sel pada

program U-FIT dilakukan dengan mencocokkan data puncak difraksi dan

intensitas I/Io dari percobaan dengan data puncak difraksi teori yang telah ada

dalam program U-FIT dari masing-masing fasa kristal rutil, anatas, dan AgCl.

Tabel 3. Nilai parameter kisi (Å) dan volume sel TiO2@AgCl berbagai variasi

penambahan perak

Fasa Kristal

Group Ruang

Senyawa TiO2@AgCl

P1 P2 P3 P4 P5

Anatas I

a =3,7781 a =3,7785 a = 3,7793 a =3,7831 a =3,7795

c =9,4986 c =9,5164 c =9,4965 c =9,5035 c =9,4964

V=135,5804 V=136,5836 V=135,6403 V=136,0105 V=135,6496

Rutil P

a =4,6366 a =4,6393 a =4,6349 a =4,6334 a =4,6378

c =2,9763 c =2,9826 c =2,9876 c =2,9913 c =2,98921

V=63,988 V=64,1912 V=64,1822 V=64,2160 V=64,294

AgCl F a = - a =5,5520 a =5,5499 a =5,5515 a =5,5498

V= - V=171,1339 V=170,9512 V=171,0875 V=170,9374

Hasil parameter kisi dan volume sel pada Tabel 3 identik dengan data

penelitian yang telah dipaparkan oleh Khitrova et al. (1977) yaitu a=b= 3,7800 Å

dan c= 9,5100 Å dengan volume sel sebesar 135,883 untuk fasa anatas yang

memiliki grup ruang I41/amd. Menurut Sugiyama et al. (1991), pada fasa rutil

[image:53.595.85.517.427.565.2]
(54)

38

volume sel sebesar 64,258 , sedangkan pada penelitian Swanson fasa AgCl yang

menunjukkan bahwa a= 5,5490 Å dengan volume sel sebesar 170,861 memiliki

grup ruang Fm3m. Nilai volume sel pada masing- masing sampel disajikan dalam

bentuk grafik hubungan antara variasi Ag dengan volume sel yang dapat dilihat

pada Gambar 10, 11, dan 12.

Gambar 10. Grafik volume sel TiO2@AgCl fasa anatas

[image:54.595.141.490.214.688.2]

Gambar 11. Grafik volume sel TiO2@AgCl fasa rutil

Gambar 12. Grafik volume sel TiO2@AgCl pada AgCl 135,4 135,6 135,8 136 136,2 136,4 136,6

0 2 4 6 8 10

V olum e S el % Ag 63,9 64 64,1 64,2 64,3 64,4

0 2 4 6 8 10

V olum e sel % Ag 170,9 170,95 171 171,05 171,1 171,15

0 2 4 6 8 10

V

olum

e S

el

(55)

39

Tabel 2. Data bidang-bidang hkl , puncak difraksi, dan intensitas I/Io dari berbagai sampel penambahan Ag

Percobaan Teori

Hasil TiO2@AgCl (0%) TiO2@AgCl (1,5%) TiO2@AgCl (3%) TiO2@AgCl (6%) TiO2@AgCl

(9%) Anatas Rutil AgCl

I/Io I/Io I/Io I/Io I/Io I/Io I/Io I/Io hkl

25,25 24,5 25,23 14,5 25,23 12,1 25,28 3,9 25,21 3,7 25,23 100,0 - - - - A (101)

27,15 100,0 27,19 100,0 27,19 100,0 27,20 63,0 27,21 30,4 - - 27,19 100,0 - - R (110)

- - - - 27,85 96,4 27,85 44,0 27,85 45,6 - - - - 27,83 49,6 AgCl (111)

- - 32,23 27,4 32,23 68,5 32,23 100,0 32,24 100,0 32,24 100,0 AgCl (200)

35,80 58,4 35,81 74,6 35,74 30,9 35,74 46,4 35,75 21,1 - - 35,69 44,9 - - R (101)

- - - 37,81 7,9 37,81 0,9 37,81 6,3 - - - A (004)

- - 38,64 2,5 - - 38,81 5,2 - - 38,61 11,8 38,83 6,3 - - A (112) /

R (200)

40,90 27,2 40,90 35,0 40,83 6,7 40,90 23,4 40,92 10,3 - - 40,81 17,2 - - R (111)

43,63 8,1 43,61 5,7 43,63 56,7 43,65 4,0 43,69 2,3 - - 43,61 6,2 - - R (210)

- - 46,17 16,1 46,23 5,1 46,17 60,3 46,18 68,4 - - - - 46,24 61,4 AgCl (220)

48,05 4,2 48,03 2,9 48,08 66,2 48,08 3,0 48,09 2,1 48,10 21,1 - - - - A (200)

53,93 2,6 53,90 74,2 53,90 18,7 53,90 47,1 53,85 22,1 53,92 11,3 - - - - A (105)

- - - 54,81 20,2 - - - - 54,83 19,0 AgCl (311)

56,05 61,3 56,13 4,1 56,13 15,1 56,13 13,5 56,13 5,5 - - 56,08 11,7 - - R (220)

- - 57,44 20,4 57,31 12,2 57,41 20,1 - - - - 57,49 18,2 AgCl (222)

62,63 17,1 62,60 23,7 62,68 11,2 62,65 12,6 62,66 7,0 62,75 4,4 - - - - A (204)

63,38 19,3 - - - 63,42 5,2 - - R (310)

- - - - 67,44 7,1 67,44 4,6 67,45 8,8 - - - - 67,46 7,4 AgCl (400)

68,27 2,2 68,24 13,5 68,24 14,1 - - 68,27 5,7 68,28 12,4 R (301)

70,31 16,9 70,23 19,3 70,30 3,0 - - 70,30 6,0 70,39 4,5 - - - - A (220)

- - - 68,94 15,1 - - - - 68,95 6,8 - - R (112)

- - 74,13 13,0 74,14 3,5 74,14 5,3 74,10 1,6 - - - - A (107)

76,15 16,5 - - - 76,15 2,1 - - - - A (301)

(56)

40

b. Data Kuantitatif XRD

Dari hasil analisis XRD dengan metode Reference Intensity Ratio (RIR)

diperoleh data kuantitatif berupa komposisi berat fasa anatas, rutil, dan AgCl

dengan penambahan variasi Ag (P1, P2, P3, P4, dan P5) yang dapat dilihat pada

Tabel 4 dan Lampiran 2. Metode Reference Intensity Ratio ( RIR) merupakan

metode yang digunakan untuk analisis kuantitatif dengan menggunakan

perbandingan nilai intesitas difraksi sampel dengan intensitas difraksi material

referensi. Metode Reference Intensity Ratio (RIR) menggunakan pengukuran

rasio area puncak untuk menetukan komposisi berat tiap fasa yang terkandung

[image:56.595.139.500.399.501.2]

dalam sampel yang diuji.

Tabel 4. Data komposisi berat sampel TiO2@AgCl berbagai

variasi penambahan Ag

Senyawa Ag

(%)

Rutil (%)

Anatas (%)

AgCl (%)

TiO2@AgCl

P1 81,0 19,0 0,0

P2 89,0 10,0 1,3

P3 92,0 4,2 3,4

P4 87,0 4,4 8,3

P5 82,0 3,2 15,2

Berdasarkan data Tabel 4 menunjukkan bahwa sampel TiO2 dengan variasi

penambahan perak (P1, P2, P3, P4, dan P5) menghasilkan komposisi berat fasa

rutil yang lebih dominan dibandingkan dengan anatas dan AgCl. Hal ini

dipengaruhi oleh kondisi pH asam pada saat sintesis TiO2 tersensitifkan perak

klorida bahwa dengan adanya keasaman larutan yang tinggi maka fasa yang

terbentuk akan terarah ke fasa rutil. Akan tetapi, adanya penambahan Ag yang

(57)

masing-41

masing sampel TiO2 dengan variasi penambahan persen mol perak (P1, P2, P3,

P4, dan P5) dan fasa rutil pada sampel TiO2 dengan varisai penambahan perak (P4

dan P5) yang disebabkan semakin meningkatnya intensitas dari AgCl pada

masing-masing sampel.

Intensitas AgCl yang tinggi dengan variasi penambahan Ag yang semakin

banyak menandakan adanya perbedaan komposisi berat pada masing-masing

sampel. Semakin tinggi intensitas AgCl maka semakin besar pula komposisi AgCl

[image:57.595.148.477.304.483.2]

yang diperoleh, yang dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Grafik hubungan persentase Ag dan AgCl setelah sintesis

c. Ukuran Kristal TiO2@AgCl

Ukuran kristal (Apparent Crystal Size) dari kelima sampel TiO2@AgCl

variasi penambahan Ag (P1, P2, P3, P4, dan P5) diperoleh dari data XRD yang

dapat dihitung dengan persamaan Debye Scheerer. Melalui perhitungan kuantitatif

menggunakan persamaan (2) dan (8), dengan nilai β yang digunakan adalah nilai

puncak-puncak maksimum yang dimiliki oleh fasa anatas pada orientasi bidang

0 2 4 6 8 10 12 14 16

0 2 4 6 8 10

%

Ag

C

l

(58)

42

(101,

Gambar

Gambar 1. Struktur kristal rutil dan anatas
Tabel 1. Perbandingan struktur dan sifat fisik TiO2 rutil & anatas
Gambar 2  (Marimoto et al., 2007).
Gambar 3. Skema fotoeksitasi yang diikuti oleh deeksitasi pada   permukaan semikonduktor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pembuatan web ini menyediakan aplikasi penjualan kaos, jacket, action figure, anime stuff, komik dll betemakan anime/kartun yang terhubung langsung ke

Pemberian madu peroral dosis bertingkat tidak memberikan perbedaan yang bermakna pada gambaran mikroskopis hepar tikus wistar jantan yang diinduksi MSG yang menunjukkan

Bahan baku yang digunakan oleh PT GALERI JEPARA UTAMA seluruhnya berasal dari pemasok domestik, tidak ada yang berasal dari kayu impor, sehingga verifier ini

Untuk menjawab “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS kelas V SDN Wonokromo III/392

sanksi yang bersifat langsung dan segera dapat dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri atau Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia terhadap Ormas yang asas dan

Berdasarkan sign test yang membandingkan antara LAD (S2) dan M2 didapatkan nilai p yang tidak bermakna (p=0,479) untuk gambaran makroskopis maupun mikroskopis, maka

Selain fungsi rangkaian yang telah dipaparkan di atas, terdapat bidir yang fungsinya pada rangkaian seven segment diatas adalah untuk penyambung antara port mikrokontroler

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan penyakit salah satunya dengan konsultasi ke dokter, klinik bahkan rumah sakit,