• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802008601 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802008601 Full text"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUASAN PERKAWINAN PADA ISTRIYANG MENJALANI

PERKAWINAN JARAK JAUH

OLEH

NAOMI WIDYASWORO

802008601

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Individu dalam memasuki sebuah perkawinan mempunyai harapan jika perkawinan yang di bangun berjalan seumur hidup dan bertahan selamanya. Membangun rumah tangga bersama-sama sehingga mendapatkan kebahagian dalam rumah tangga. Namun tidak jarang, Fenomena yang terjadi dalam kehidupan perkawinan saat ini Istri harus berpisah dari suami karena pekerjaan yang diambilnya sebelum menikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan perkawinan pada istri yang sedang menjalani perkawinan jarak jauh. Partisipan penelitian ini adalah wanita yang sudah menikah dan perkawinan di tempuh dalam kondisi jarak jauh dimana suami berada di luar pulau jauh dari keberadaan istri. Karakteristik lain yang terdapat pada partisipan adalah usia perkawinan satu sampai lima tahun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi dengan teknik pengumpulan data menggunakan hasil wawancara dan observasi. penelitian ini menggunakan aspek-aspek kepuasan perkawinan dalam Fowers dan Olson (1989, 1993). Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya ketidak puasaan partisipan dalam hal komunikasi dengan suami yang terkadang membuat masalah dalam rumah tangga, kepercayaan kepada suami membuat keterbukaan, dukungan teman dan keluarga dapat memberi motivasi pada partisipan.

(7)

Someone who enters a marriage has hopes that the marriage they built can last for life

and forever. They hope that they can get happiness in their marriage. In other hands,

the phenomena that occur in life in today's marriages is when wife must be separated

from her husband because her husband took a job before their marriage. This study

aims to determine marital satisfaction on wife who is undergoing a long-distance

marriage. Participants of this study were women who were married and marriage in

distance marriage in a state in which the husband was work outside the island away

from his wife.Data collection techniques will be undertaken using a qualitative method

of interviews and observations. This research uses aspects of marital satisfaction by

Fowers and Olson(1989, 1993). The results of this study indicate dissantisfaction in

communication sometimes create problems in the family, husband’s trust make openess,

the support of friends and family give motivation to the participants.

(8)

PENDAHULUAN

Kehidupan manusia tidak terlepas dari kebergantungan dan saling membutuhkan satu dengan yanglain dan perkawinan merupakan pemersatu antara pria dan wanita dalam sebuah keluarga. Pernikahan merupakan hubungan antara pria dan wanita yang secara sosial diakui dan ditujukan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi dalam membesarkan anak dan membangun pembagian peran antara sesama pasangan menurut Duvall &Miller (dalam Wisnuwardani &Fatmawati, 2012). Keluarga sebagai sebuah sistem memiliki karakteristik yang terkait dengan kemampuan keluarga dalam beradaptasi untuk meraih kepuasan hidup keluarga Henry (dalam Lestari, 2012).

(9)

sebagai orangtua itu sehingga dapat berkomitmen yang dapat menyesuaikan diri dalam proses perkembangan anak (Santrock,2002).

Perkawinan merupakan penyatuan dua orang yang saling merindukan, saling menginginkan kebersamaan, saling membutuhkan, saling memberi dukungan, dorongan dan saling melayani, semuanya diwujudkan dalam kehidupan yang dinikmati secara bersama (Gunarsa, 2003). Dengan adanya kebersamaan dan saling melengkapi, kepuasan perkawinan dapat tercapai sejauh mana kedua pasangan perkawinan dapat memenuhi kebutuhan pasangan masing-masing dan sejauh mana kebersamaan, kebebasan dari hubungan yang mereka ciptakan memberikan peluang bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan dan harapan-harapan yang mereka bawa sebelum perkawinan terlaksana (Sudarjoen dalam Wardani, 2012).

Kepuasan perkawinan adalah komponen dari penyesuaian perkawinan dan asumsinya, seseorang dengan penyesuaian perkawinan yang baik akan menggambarkan kepuasan yang baik, kebalikannya jika seseorang dengan penyesuaian perkawinan yang buruk dapat menggambarkan ketidakpuasan dalam perkawinan menurut (Spainer dalam Rachmawati, 2013). Kepuasan perkawinan menurut Olson dan Fower (1993) adalah evaluasi secara menyeluruh mengenai kehidupan perkawinan, ada 10 aspek kepuasan perkawinan yang di ungkapan oleh Olson dan Fower (1989) yaitu isu kepribadian, kesamaan peran, komunikasi, aktivitas bersama, orientasi agama, pengelolaan keuangan, solusi

(10)

perbedaan harapan. Boettcher (dalam Wismanto, 2012) berpendapat bahwa empati dan keintiman juga menjadi faktor dari kepuasaan perkawinan.

Dalam suatu perkawinan menurut Tylor (dalam Wardani, 2012) dibutuhkan komunikasi yang baik diantara pasangan suami istri.Luasnya komunikasi yang intim bagi kedua pasangan memberikan efek yang signifikan pada kedua pasangan dalam tingkat kepuasan relasi mereka.Selain komunikasi yang baik, keintiman dan kedekatan, seksualitas, kejujuran dan kepercayaan, semuanya itu menjadi sangat penting untuk menjalin relasi perkawinan yang memuaskan.

Setiap kehidupan rumah tangga tidak selalu akan berjalan dengan mulus seperti yang seringkali didambakan setiap pasangan. Ada saja kendala yang dialami oleh pasangan. Menurut Hurlock (1997) kehidupan perkawinan pada awal tahun pertama dan kedua merupakan masa-masa pasangan menyesuaikan satu sama lain. Pasangan suami istri sering kali mengalami permasalahan yang terkadang menimbulkan ketegangan emosional. Dalam kehidupan perkawinan pasangan akan mengalami konflik dan masalah yang harus mereka hadapi dan selesaikan secara bersama sama.

(11)

tinggal terpisah, mereka yang menjalani perkawinan jarak jauh misal suami di mutasi atau dipindahkan kekota lain oleh tempat kerjanya namun istri tetap tinggal di kota asalnya karena tidak memungkinkan untuk ikut hal ini di kemukakan oleh (Wardani dkk, 2013).

Pasangan yang menjalani perkawinan jarak jauh (long distance marriage) tentu saja akan menghadapi masalah yang berbeda dengan pasangan yang tinggal bersama. Masalah utama dilihat dalam komunikasi jika dibanding dengan pasangan yang tinggal serumah (Rachmawati dan Endah, 2013) selain masalah komunikasi, pengambilan keputusan, kelelahan terhadap peran, kurangnya kebersamaan seringkali menjadi masalah dalam menjalani perkawinan jarak jauh.

Pasangan yang melakukan perkawinan jarak jauh akan jarang bertemu sehingga ini memungkinkan menimbulkan permasalahan pada pasangan.Menurut Ibrahim (dalam Handayani, 2008) masalah rumah tangga umumnya terjadi karena lunturnya tingkat kepercayaan. Pernikahan yang berkisar 5-10 tahun adalah pernikahan yang rawan karena beradaptasi dengan pasangannya.Pernikahan jarak jauh semakin marak dilakukan oleh pasangan suami istri dan pemenuhan kebutuhan terkadang menjadi alasan utama menjalani pernikahan jarak jauh. Pada hubungan jarak jauh ini terkendala jarak sehingga komunikasi merupakan hal yang penting bagi pasangan.

(12)

sebuah kapal pesiar. Ketika anaknya sakit, Nova kewalahan dan sangat membutuhkan suami. Sebagai istri yang juga harus bekerja ia harus mengasuh anak yang menjadi tanggung jawab seorang istri. Menurut Santrock (2002) dalam pengasuhan anak menuntut komitmen sebagai orang tua meliputi suami dan istri, memahami peran sebagai orangtua dan mengetahui perkembangan anak secara bertahap, juga menyatakan bahwa tugas-tugas berkaitan pekerjaan dan kehidupan keluarga merupakan tugas yang sangat banyak, sangat penting dan sangat sulit diatasi.

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyaningrum (2006) pada partisipan istri pelaut, mengatakan bahwa keharmonisan hubungan rumah tangga sangat diperlukan untuk menunjang kepuasan dalam pernikahan.Karena kurangnya waktu bertemu yang dialami oleh istri pelaut, maka istri harus pandai menjaga komunikasi dengan suaminya, harus menjaga hubungan dengan mertua dan ipar selain itu juga harus ada penyesuaian seksual yang baik dan penyesuaian keuangan yang mencukupi.

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meinatun (2013) penelitian ini mengungkapkan bahwa 1 dan 3 subjek merasakan kepuasan pernikahan ditunjukkan dengan komunikasi, kepercayaan dan kesetiaan, saling pengertian, kerjasama mengasuh anak, pemenuhan materi dan rasa empati. Subjek 2 merasakan kurang puas dengan pernikahannya karena kasih sayang yang diberikan suami kurang dan perasaan kecewa terhadap suami yang kurang peka terhadap subjek, serta kualitas kebersamaan kurang optimal dan juga ada campur tangan keluarga suami dalam rumah tangga subjek.

(13)

mewujudkan kepuasan dalam mencapai pernikahan.Oleh karena itu penelitian tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul kepuasan perkawinan pada istri yang menjalani perkawinan jarak jauh.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian mengunakan penelitian kualitatif fenomonologi menurut Smith & Osborn (2007) fenomonologi adalah metode pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang ada dengan langkah-langkah

logis, sistematis kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak dogmatis.

Teknik PengumpulanData

(14)

Teknik Analisis

Teknik analisis Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) menurut Smith & Osborn (2007)mengunakan tahapan sebagai berikut reading and reading , initial noting, developing emergent Themes, Searching for connection a cross emergent themes, Moving the next case, Looking for pattern accross area.

Gambaran Umum Partisipan

Partisipan 1 lahir di Salatiga 15 Januari 1986, partisipan 1 adalah orang asli Salatiga, pendidikan terakhir partisipan 1 adalah SMK, partisipan adalah seorang wiraswasta yang sehari-hari membuka salon. Partisipan 1 sudah menikah selama 3 tahun dan sudah dikaruniai seorang putri yang berumur 2,5 tahun. Suami partisipan 1 bekerja di pertambangan Kalimantan sejak mereka masih berpacaran.perbedaan usia suami dan partisipan 1 adalah 3 tahun. Setelah menikah dengan suami partisipan 1 tinggal dengan mertuanya di Salatiga.

(15)

HASIL PENELITIAN

Isu Kepribadian

Berdasarkan hasil penelitian partisipan 1, terlihat komunikasi yang cukup lancar antara partisipan 1 dan suami yang bekerja diluar pulau, karena dilakukan setiap hari melalui telepon. Meskipun demikian seringkali terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi tersebut. Yang terjadi adalah suami merasa jengkel dengan beberapa perilaku istri misalnya pada saat istri tidak mengangkat telpon darinya karena sedang sibuk bekerja atau sedang mengurus anak atau ketika maksud dari suami tidak dapat ditangkap baik oleh istri. Hal ini membuat istri merasa tidak puas dengan sikap suami yang cenderung ingin di perhatikan terus menerus dan tidak sabaran saat menjalani perkawinan jarak jauh.

Ya kadang ada sih mbak, kalo misal saat suami ngomong dia gak denger atau saat dia ngomong akunya gak denger karena ngurus anak gitu kan sering salah paham (106-109 P1 W1)

Pada partisipan 2 terlihat komunikasi yang kurang baik antara ia dan suami. Suami jarang sekali menghubungi partisipan 2. Komunikasi hanya terjadi pada saat suami akan mengirim uang dan apabila suami ingin menanyakan kondisi anak saja hal ini di sebabkan karena suami kesal dengan istri yang selalu mengeluh dengan kondisinya yang capek setelah bekerja atau mengurus anak. Hal tersebut membuat istri merasa jengkel dan tidak mengalami kepuasan dalam perkawinannya khususnya pada sikap dan perilaku suami yang tidak memperdulikan partisipan 2.

“aku pengennya itu namanya orang berumah tangga kan dimanapun kapanpun

(16)

menghubungi , bok ya tanya kabarku atau kabar anak tpi kan suamiku tanggapannya lain gitu (P2 W2 77-79)

Kesamaan Peran

Selama menjalani perkawinan jarak jauh partisipan 1 melakukan peran ganda yang membuat ia sangat membutuhkan kehadiran suami khususnya pada saat ia mengalami kerepotan dalam bekerja di salon, megerjakan pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak dan ketika anak sedang dalam keadaan sakit. Ia merasa puas pada saat suami pulang dan membantunya mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menemani anak bermain, membantu dalam memasak dan juga mengantar jemput anak dan menemani anak saat ia harus bekerja di salon.

“jadi pas anakku lepas ASI itu dia kan mengalami tantrum mbak, marah-marah sendiri terus nangis gitu kan repot banget mbak, tak gendong aku kan juga capek to, ya tapi mau gimana suami jauh dari rumah gak bisa bantu, ya aku urus sendiri tapi lama-lama ya terbisa to mbak gak nangis lagi (P1 W2 199-203)”

Tidak hanya dalam mengasuh anak saja partisipan sangat mengharapkan kehadiran suami untuk mendampinginya melalui masa-masa sulit mengatasi anak yang tantrum akibat lepas ASI. Namun jarak yang jauh membuat suami hanya dapat menunjukkan dukungannya dengan mendengarkan, menghibur dan memotivasi istri untuk lebih sabar menghadapi anak.

(17)

kehadiran suami. Karena kelelahan fisik, maka partisipan 2 memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus pada mengasuh anak. Partisipan 2 merasa tidak puas karena tidak ada keterlibatan suami dalam mengurus anak mereka.

Komunikasi

Partisipan 1 menggunakan media telepon dalam berkomunikasi dengan suami yang berada diluar pulau. Komunikasi melalui telepon ini dilakukan setiap hari. Suami sering menghubungi istri saat ia sedang tidak bekerja dan selalu memperhatikan keadaan istri, sebaliknyapun demikian partisipan 1 juga selalu menanyakan keadaan suami dan pekerjaannya disana. Ada keterbukaan yang terjadi antara suami dan partisipan 1. Setiap kali berkomunikasi partisipan 1 selalu menceritakan segala sesuatu yang ia alami, baik itu masalah yang ia hadapi dengan mertua maupun anak mereka, sebaliknya suami pun selalu menceritakan keadaannya dengan terbuka mengenai masalah pekerjaan yang sedang di hadapi. Keterbukaan antara partisipan 1 dengan suami dirasa semakin berkembang semenjak pacaran sehingga partisipan 1 makin mengenal suami. Keterbukaan dengan suami juga membuat partisipan 1 merasa dekat dengan suaminya walaupun mereka terpisah jarak. Keterbukaan ini menimbulkan kepuasanan partisipan 1 dalam perkawinannya.

(18)

11 Pada partisipan 2, tidak terlihat komunikasi yang baik antara ia dan suami, hal ini tampak dalam jarangnya komunikasi yang terjadi antara suami dan partisipan 2. Ada masalah yang melatarbelakanginya, yaitu saat sebelum suami kembali untuk bekerja ke luar pulau, didapati suami masih menghubungi mantan pacarnya, hal ini memicu kemarahan besar partisipan 2, namun tidak keluar sedikitpun penjelasan dari sang suami. Masalah yang tidak terselesaikan ini membuat hubungan partisipan 2 dan suami kurang harmonis, setiap berkomunikasi hanya berakhir dengan pertengkaran sehingga membuat suami enggan untuk berkomunikasi dengan istri. Partisipan 2 menyadari hal tersebut namun suami sudah tidak mau lagi berkomunikasi dengannya. Komunikasi seperti ini membuat partisipan 2 merasa tidak puas dengan keadaannya.

“gak puas to mbak, pastinya kan kalo kelurga ada kerja capek, dia walaupun gak sama suami, suami masih menanyakan, ya gak usah nanyakan istri nanyakan anak aja aku dah seneng mbak, gimana kabarnya gimana kabar kondisi anak. Gak usah dia itu mau atau egois, tapi kan dia yang di timbulkan egois, ya istri kan juga jengkel mbak (P2 W2 160-163)”

Aktivitas Bersama

(19)

“Paling main gitu bareng-bareng, kalo bertiga aja biasanya makan gitu, gak sering ngajak-ngajak gitu, biasanya bertiga seringnya makan atau waktu belanja begitu. (176-178) “

Pada partisipan 2, partisipan tidak mengetahui kegiatan suami yang tinggal terpisah darinya karena suami tidak pernah menceritakan mengenai pekerjaannya dan aktivitas apa saja yang ia lakukan disana. Kegiatan bersama partisipan 2 dalam menghabiskan waktu luang di lakukan bersama kakak dan anaknya seperti berjalan-jalan bersama. Kondisi ini membuat partisipan 2 tidak mengalami kepuasan terhadap aktivitas yang sedang di jalani suaminya.

“pergi sama anak refreshing ya mainlah sama anak supaya gak sumpek gitu terus anak ya dapet pemandangan hawa yang segar, sama kakak sama keluarga ya gitu (P1 W2 370-372)”

Orentasi Agama

Partisipan 1 merasa bahwa suaminya bukan orang yang dalam mempelajari agama terlalu dalam namun suami partisipan 1 punya kemauan mempelajari aturan-aturan yang ada didalam agama yang mereka anut. Saat partisipan 1 memutuskan untuk berhijab, suaminya pun mendukung dalam beragama. Suami tidak pernah melarang keputusan partisipan 1 sebaliknya suami mencarikan informasi apa-apa saja yag harus dilakukan dalam proses berhijab sehingga istri merasa puas dengan dukungan yang diberikan suaminya dalam melakukan aturan agamanya.

(20)

awal nah kan ada prosesnya ya InsaAllah lah nanti bisa lebih dalam lagi, suamiku juga kayak gitu disana juga mencoba lebih baik lagi (P1 W2 145-150)”

Sedangkan pada partisipan 2, ia merasa bahwa suaminya belum dapat menjadi imam dalam rumah tangga dan teladan yang baik. Hal ini disebabkan suami tidak pernah menuntun istrinya melakukan hal yang benar dan tidak dapat menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Dalam hal ini partisipan 2 merasa tidak puas dengan apa yang di lakukan oleh suaminya karena ketidakadaan dukungan suami dalam.

“kurang baik mbak bagi aku soalnya belum jadi imam yang baik gitu low (287-288 P2 W2)”

Penglolaan Keuangan

(21)

“jadi ya ini kan gaji suami nah gaji suami sudah ada pos-pos nya sendiri mbak ini buat ibu ,buat anak ku, sama buat nabung sama ini sisanya buat pengeluaran buat ini kita kan ada tanggungan di bank juga (P1 W1134-136)”

Berbeda dengan partisipan 1, partisipan 2 tidak merasa puas dengan pembagian keuangan dalam rumah tangga karena walaupun suami memberi nafkah setiap bulan, namun yang di berikan suami tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan partisipan 2 dan anaknya, sehingga partisipan 2 harus mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga ditengah kesibukannya mengurus anak sedangkan membagi perhatian kepada pekerjaan dan anak bukan hal yang mudah bagi partisipan 2. Ia pun merasa suami tidak menunjukkan kepeduliannya terhadap kesulitan yang ia hadapi. Pengaturan keuangan dilakukannya sendiri tanpa ada pembicaraan dengan suami.

“kalo pemberian suami secara finansial ya pastilah kurang mbak, untuk memenuhi kebutuhan susu anak, belum lagi kita hidup bermasyarakat ada sosialisasi ada segala hal yang tidak kita tahu secara tiba-tiba (P2 W2 134-136”

Solusi Masalah

(22)

antara partisipan dan suami adalah dalam proses pembangunan rumah. Seringkali partisipan 1 tidak menangkap dengan baik keinginan suami mengenai rumah mereka, sehingga ia tidak dapat menyampaikan dengan jelas kepada tukang yang mengerjakan. Kondisi seperti ini seringkali menimbulkan pertengkaran antara partisipan 1 dan suami. Namun pertengkaran mereka tidak berlangsung lama karena setelah itu selalu dibicarakan dan diselesaikan. Partisipan 1 merasa puas karena walaupun mereka menjalani perkawinan jarak jauh masalah yang terjadi antara mereka selalu dapat diselesaikan dengan baik karena selalu dibicarakan bersama.

“iya puas sie mbak, soalnyakan suamiku nanyain aku gantian gitu loh mbak, kalo gini terus gimana kalo sedang ada masalah, dia keberatan apa gak, dia selalu menanyakan nah kalo misal aku keberatan dia selalu menawarkan enaknya gimana. Yang penting kita mencari solusi bersama-sama (172-176)” Dalam hal penyelesaian masalah partisipan 2 tidak mendapatkan kepuasan dari suami dalam hal penyelesaian konflik yang sedang mereka alami, karena suami tidak mau terbuka dengan masa lalu nya saat sebelum menikah dengan partisipan 2, sehingga saat partisipan 2 tahu bahwa suaminya masih menghubungi mantan pacar partisipan 2 marah namun suami partisipan tidak mau menyelesaikan atau menjelaskan untuk menyelesaikan masalah. Yang di lakukan suami partisipan 2, suami meminta partisipan 2 mengurus perceraian mereka untuk penyelesaian masalah namun partisipan 2 menolak untuk bercerai. Permintaan suami yang meminta partisipan 2 untuk mengurus surat perceraian di benarkan oleh teman partisipan 2 yang mengatakan hal yang sama.

(23)

surat-suratnya dulu nanti waktu aku pulang tinggal kita urus, nah itu mbak penyelesaiannya dia ingin pisah tapi aku gak ada niat (P2 W2 290-293)”

Orentasi Seksual

Dalam membangun hubungan seksual partisipan 1 dan suami, selalu membicarakan mengenai hal tersebut bersama. Terkadang suami meminta foto istri ataupun menyatakan kerinduannya pada istri. Partisipan 1 percaya penuh pada suami dan tidak mencurigai apapun yang dilakukan suami disana.

“kalo pas kita telpon ya di bahas itu hahaha... ya gitupuas aja sie mbak selama ini dalam menjalani hubungan intim hehehe (P1 W2 323)”

Sedangkan pada partisipan 2, waktu suami ada di didekatnya, ia masih merasakan kehangatan suami, juga dalam hubungan seksual partisipan 2 masih melakukan kewajibannya sebagai istri. Namun setelah ada konflik yang terjadi dan tidak terselesaikan itu partisipan 2 menolak permintaan seksual suami walaupun partisipan 2 pun membutuhkannya. Setelah suami pergi partisipan 2 tidak pernah merasakan relasi seksual dalam bentuk apapun. Partisipan 2 berusaha mengalihkannya dengan menyibukkan diri bekerja dan mengurus anak. Partisipan 2 merasa tidak puas dengan relasi seksualnya dengan suami khususnya pada saat suami pergi kembali bekerja di Batam.

“baik-baik aja mbak biasa aja gitu sewaktu dirumah biasa sewajibnya istri

(24)

Anak dan Orangtua

Dari hasil penelitian pada partisipan 1, terlihat suami berperan dengan baik, suami dirasa bertanggung jawab dengan perkembangan anak. Hal ini terlihat dari kesediaan suami untuk berdiskusi dengan partisipan 1 mengenai pertumbuhan, masa depan sekolahnya pada saat putri mereka akan masuk PAUD mereka membicarakan bersama dan cara yang tepat dalam mendidik anak. Dalam hal ini partisipan 1 merasa suami melakukan perannya dengan bertanggung jawab sebagai seorang ayah dan suami yang baik sehingga walaupun mereka menjalani perkawinan jarak jauh istri tetap merasa puas.

“aku sering mengkomunikasikan itu sama suami, misal kayak rencana mau sekolah gitu. Aku membicarakan dulu, kan anak ku baru masih 2 tahun ya udah tak masukin PAUD, 2 tahun lebih mbak dia masuk PAUD karena udah mau tiga tahun. (P1 W2 226-229)”

(25)

rumah tangga mereka semakin membuat partisipan 2 menjadi tidak puas dengan peran suami perkawinannya. Hal inipun dibenarkan oleh teman partisipan 2 bahwa suami partisipan 2 mempunyai wanita lain selain dia.

“gak ada mbak cuman kasih nafkah yang di jatahnya aja udah itu aja, namanya

hubungan apa tanya apa apa enggak gak pernah sama sekali gak ada mbak. Malah dia dapatnya dari omnya dari kakakku gitu dianggap seperti anaknya sendiri to, jadi dia tahunya kakaku itu papahnya ayahnya (252-256 P2 W2)”

Keluarga dan Teman

Kebutuhan yang kecil akan teman dan keluarga pada partisipan 1 dikarenakan kedekatan dan keterbukaan dengan suami sehingga partisipan 1 lebih suka menceritakan segala sesuatu pada suaminya. Kesenangan akan kehadiran teman dan keluarga pada partisipan 2 sangat membantu membuat partisipan 2 tetap bertahan dan ingin mempertahankan rumah tangganya. Keluarga menyerahkan semua keputusan kepada partisipan 2 namun keluarga dan teman ingin partisipan 2 tetap menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan di bicarakan baik-baik demi anak mereka. Hal tersebut di benarkan oleh teman sekat wanita partisipan 2 yang menjadi teman cerita bagi partisipan 2 selama ini.

(26)

PEMBAHASAN

Perkawinan jarak jauh membuat ketidak hadiran suami di tengah keluarga sehingga tanggung jawab partisipan sebagai istri dalam menjalani perannya menjadi lebih besar. Peran ganda merupakan hal yang harus di jalani partisipan selain mengurus rumah tangga, partisipan juga mempunyai tanggung jawab dalam membesarkan dan mengurus anak di saat suami tidak ada dirumah karena harus bekerja di luar rumah. peran ganda bukanlah sesuatu yang mudah karena selain bekerja di luar rumah partisipan masih mempunyai tanggung jawab dalam mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah sehingga partisipan sangat membutuhkan kehadiran suami dalam pembagian peran.

(27)

bersama-sama diasumsikan akan merasakan kebahagiaan dalam perkawinannya karena mereka akan saling lebih memahami satu sama lain. Pada saat suami partisipan pulang kerumah mereka bersama-sama menghabiskan waktu seperti berbelanja kebutuhan rumah tangga, makan bersama dan ngobrol bersama sehingga partisipan dan suami merasakan adanya kebersamaan bersama yang membuat partisipan menjadi puas dengan kehadiran suami.

Keterbukaan komunikasi pada pasangan suami istri sangat di perlukan dalam menjalani perkawinan jarak jauh karena dari keterbukaan pada pasangan dapat menumbuhkan rasa percaya kepada pasangan saat pasangan tidak berada di rumah. Menurut Simanjuntak (2012) mengkomunikasikan permasalahan ataupun kegiatan sehari-hari merupakan wujud dari keterbukaan pada pasangan, keterbukaan dalam komunikasi membuat partisipan merasa semakin dekat dengan suami, sehingga relasi dapat terjaga, dengan adanya kejujuran dan keterbukaan merupakan suatu cara untuk dapat mengerti pasangan.

(28)

membuat hubungan keduanya menjadi lemah. Berbeda dengan partisipan 2 minimnya komunikasi dengan suami membuat masalah yang ada cenderung tidak terselesaikan dan membuat masalah baru dalam rumah tangga, sehingga membuat partisipan menjadi tidak puas dikarenakan tidak adanya inisiatif dari suami untuk menyelesaikan masalah membuat komunikasi partisipan 2 semakin memburuk. Sehingga pada perkawinan jarak jauh dibutuhkan rasa saling terbuka dan percaya dalam mengkomunikasikan segala sesuatu sehingga dapat terwujud kepuasan dalam perkawinan.

(29)
(30)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Adanya kehadiran pasangan menentukan ada tidaknya peran ganda yang di jalani oleh istri sehingga hal ini membuat kepuasan perkawinan ada istri yang menjalani perkawinan jarak jauh.

2. Ketaatan pada agama menentukan ada tidaknya inisiatif dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Sehingga keputusan dalam rumah tangga dapat di bicarakan bersama yang membuat istri merasa puas.

3. Keterbukaan membuat pasangan saling percaya dan dapat mengkomunikasikan masalah secara bersama-sama dapat menjadi hal yang membuat istri merasa puas dalam menjalani perkawinan jarak jauh.

4. Kehadiran keluarga dan temandapat memberikan dukungan dan dorongan bagi istri yang sedang menjalani perkawinan jarak jauh

Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti mengenai bagaimana gambaran kepuasan perkawinan pada suami yang menjalani perkawinan jarak jauh. 2. Untuk pasangan yang akan menjalani perkawinan jarak jauh, perlu

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Fower, B. J., & Olson, D. H. (1989). ENRICH marital inventory: A discriminate validity and cross-validity assessment. Journal of Marital and Family Therapy, 13, 65-79.

http://www.prepare-erich.com/pe_main_site_content/pdf/research/study3.pdf. Diunduh tanggal 13 Agustus 2013

Fower, B. J., & Olson, D. H. (1993). ENRICH marital satisfaction scale: A brief research and clinical tool. Jurnal of Family Psychology, 7, 176-185.

http://citesserx.ist.psu.edu/viewdoc/summary?doi=10.1.1.201.2.Diunduh tanggal 14 Agustus 2013

Gunarsa, D. S. (2003).Psikologi untuk keluarga. Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia. Handayani, H . M. (2009). Kualitas cinta pada perkawinan jarak jauh ditinjau dari

teori segitiga cinta sternberg. Sekripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi UKSW.

Hurlock, E. B. (1997). Psikologi perkembangan: suatu sendekatan sepanjangrentang kehidupan. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Julinda, (2009).Gambaran kepuasan pernikahan istripada pasangan commuter marriage.

http://fpsi.www.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/.../Jurnal-Liza-Julinda-2.pd.Diunduh tanggal 26 Januari 2014

Lestari, S. (2012).Psikologi keluarga. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group

Maleong, L. J. (2010). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Meinatun, M. (2013) kepuasan pernikahan pada istri yang menjalani mernikahan jarak

jauh (long distance marriage).

http://www.eprints.undip.ac.id/38260/. Diunduh tanggal 3 Januari 2014

Rahmawati, D., & Endah, M. (2013).Perbedaan tingkat kepuasan perkawinan ditinjau dari tingkat penyesuaian perkawinan pada istri brigif, marinir TNI-AL menjalani long distance marriage.Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan.Vol 02, No. 01.

(32)

Santrock, J. W. (2002). Life-Span development perkembangan masa hidup. Alih bahasa : Ahmad Chuisairi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Scott, A.T. (2002) Communication characterizing successful long distance marriages.(Tesis, Louisiana State University).

http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-0416102-172102/unrestricted/Scott_dis.pdf. Diunduh tanggal 11 Desember 2013

Setyaningrum,V. (2006). Kepuasaan perkawinan istri pelaut.

http://www.ebookbrowsee.net/gunadarma-10599233-skripsi-fpsi-pdf-d1570846. Diunduh tanggal 15 September 2014

Simanjuntak, J.,& Roswitha, D. (2012). Keterampilan perkawinanseni merawat cinta dan mewariskan pernikahan. Jakarta: Yayasan Perduli Konseling Nusantara (PELIKAN).

Smith, J. A., & Osbron Mike (2007). Qualitative psychology: Interpretative phenomenological analysis. 53-80

http://www. sagepub.com/..../17418_04_smith_2e_ch_04.pdf. Diunduh tanggal 23 September 2015

Srisusanti, S. (2013) Studi deskriptif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan pada istri. Jurnal Universitas Gunadarma,7(6)

http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/9039/studi-deskriptif-mengenai-faktor-faktoryang-mempengaruhi-kepuasan-perkawinan-pada-istri.html/. Diunduh pada 20 September 2015

Wardani, N. A. K. (2012). Self Disclosure dan Kepuasan Perkawinan Pada Usia Awal Perkawinan

http://www.journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/55.Diunduh tanggal 23 September 2014

Wardani, Zulputri, Rina. M., & Ifani C. (2013) Gambaran trust pada istri yang menjalani commuter marriage

http://www.sisfo.upiyptk.ac.id/ejournal/ourwork.php. diunduh pada 14 agustus 2014

Wismanto, B. Y. (2012, Oktober).Multi faktor yang mempengaruhi kepuasan pasangan perkawinan jawa tengah.National Conference 30 tahun Fakultas Psikologi, Surabaya 3-4 Oktober 2012.

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen kualifikasi perusahaan asli yang diupload atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan menyerahkan 1 (satu) rangkap rekaman (foto copy).

Kepada Puskesmas yang berdekatan dengan SD Budi Murni 1 Medan perlu bekerja sama dalam memberikan informasi mengenai pentingnya minum susu untuk memperbaharui kesehatan anak

Dengan menggunakan model tersebut investor mampu mengetahui komposis saham pada portofolio yang optimal beserta tingkat keuntungan harapan yang diperoleh dari

Dalam skripsi ini, penyusun menyajikan pembahasan masalah yang meliputi hal- hal sebagai berikut: analisis komparasi tentang bentuk dan mekanisme akad serta sistem pengambilan

Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang menyebabkan oleh virus dengue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknologi pembuatan kertas seni dengan menggunakan limbah rumput laut murni (100%) dengan filler tertentu, serta

Berdasarkan hasil skor yang diperoleh melalui angket penelitian dari implementasi pelaksanaan kegiatan usaha kesehatan dalam bidang lingkungan kehidupan yang sehat

Untuk mengakomodir hal ini, maka terhadap dua skenario pengelolaan yang ditawarkan (pengelolaan per wahana dan pengelolaan tiket terusan) akan dianalisis sensitivitasnya. Bila