• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

LAYANAN RAGAM BIMBINGAN PADA SISWA

SEKOLAH DASAR NEGERI

SE-KECAMATAN PEDAN, KLATEN, JAWA TENGAH

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN PROGRAM

BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Aldian Putranto Hadi 091114068

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan adalah sistem komprehensif yang meliputi fungsi, pelayanan, dan program di sekolah yang didesain untuk membantu

perkembangan pribadi dan kompetensi psikologis peserta didik. Pada konsep

pendidikan, bimbingan tersebut merupakan serangkaian perencanaan pengalaman

bagi peserta didik yang didesain untuk meningkatkan perkembangan dan

outcome pendidikan, sedangkan ditinjau dari pelayanan pendidikan, bimbingan seperti halnya kurikulum pengajaran, konsisten dengan fungsi utamanya yaitu

memfasilitasi peserta didik mencapai kematangan perkembangan (kedewasaan)

dan outcome pendidikan. Oleh karena itu bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh

tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut (Aubrey, 1979).

Layanan bimbingan merupakan tanggung jawab personil sekolah yakni

guru BK, guru mata pelajaran atau kelas dan kepala sekolah. Masing-masing

personil sekolah memiliki peran dalam keterlibatan pada proses bimbingan di

sekolah (Pietrofesa,et.al.,1980). Peran guru BK dalam layanan bimbingan di

Sekolah Dasar yaitu; (a) merencanakan program bimbingan, (b) melaksanakan

(21)

segenap program satuan layanan bimbingan, (c) melaksanakan segenap program

satuan kegiatan pendukung bimbingan, (d) menilai program dan hasil

pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan, (e)

melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan

pendukung bimbingan, (f) mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan

kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakannya, (g)

mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan

secara menyeluruh kepada Kepala Sekolah.

Selanjutnya, Prayitno dkk (2004) menguraikan peran, tugas dan

tanggung jawab guru kelas dan guru mata pelajaran dalam bimbingan yaitu; (a)

membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada peserta didik, (b)

membantu guru pembimbing mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan

layanan bimbingan, (c) serta pengumpulan data tentang peserta didik tersebut, (d)

mengalih tangankan peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan

kepada guru pembimbing, (e) membantu mengembangkan suasana kelas, (f)

membantu kesulitan atau masalah pada peserta didik ketika berada di dalam

proses kegiatan belajar mengajar di kelas, (g) hubungan guru-peserta didik dan

hubungan peserta didik yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan,

(h) membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian

(22)

Kepala Sekolah berperan sebagai Administrator, dan

bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah,

khususnya program layanan bimbingan di sekolah yang dipimpinnya. Karena

posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh

dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan di sekolahnya.

Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan

program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan

bimbingan dan konseling. Ia membantu mengembangkan kebijakan dan

prosedur-prosedur bagi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di

sekolahnya.

Di sisi lain, tidak semua sekolah memiliki tenaga guru BK. Di

Indonesia sendiri saat ini layanan bimbingan di Sekolah Dasar merupakan

tanggung jawab guru dan wali kelas (guru kelas), karena minimnya personil

profesional ke-BKan yang diangkat dan ditugaskan disekolah dasar. Di sisi lain,

guru kelas juga memiliki tugas seperti yang disebutkan dalam Permendiknas No.

17 Th 2007 yaitu membimbing peserta didik sehingga menjadi manusia

berpotensi dan mengaktualisasikan potensi kemanusiaanya secara optimum.

Oleh sebab itu, seperti yang diungkapkan Furqon (2005), bahwa guru

kelas mempunyai fungsi peranan dan kedudukan pokok di dalam keseluruhan

proses pendidikan terutama dalam pendidikan di sekolah. Peranan pokok tersebut

(23)

pembangunan dan pendidikan dewasa ini, yaitu yang berkenaan dengan mutu dan

relevansi pendidikan. Upaya memfasilitasi terwujudnya kebijakan ini, guru

dituntut menampilkan peranan, baik sebagai pengajar maupun pembimbing

secara terpadu dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan kompetensi

yang dituntutnya. Peran guru tersebut sebaiknya direalisasikan dalam kinerja

perilaku yang ditampilkannya dari mulai perencanaan (perumussan pengajaran),

pelaksanaan, sampai evaluasi dan follow up (tindak lanjut). Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, PP No. 19 tahun 2005, dan Permendiknas No. 22 tahun 2006

menegaskan bahwa dalam konteks reformasi pendidikan di sekolah, pelayanan

Bimbingan dan Konseling (BK) sebagai bagian yang integratif dalam sistem

pendidikan di sekolah. Hal ini diperkuat dengan Surat Keputusan Menpan RI No.

84 tahun 1993 (dalam Barus,2011) menegaskan bahwa selain tugas utama guru

mengajar, tugas guru SD ditambah dengan melaksanakan bimbingan. Selain itu,

seperti yang di jelaskan oleh (Depdikbud, 1994 dalam Furqon, 2005) tujuan guru

memberikan bimbingan kepada peserta didik yaitu bahwa tujuan layanan

bimbingan di sekolah dasar adalah untuk membantu peserta didik agar dapat

memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi berbagai aspek ragam

bimbingan seperti aspek pribadi, sosial, belajar dan karir sesuai dengan tuntutan

lingkungan.

Implikasi model ragam bimbingan yang direkomendasikan untuk

(24)

sendi pendidikan di sekolah dasar. Guru kelas atau bidang studi pada umumnya

lebih banyak berinteraksi dengan peserta didik di ruang kelas, melaksanakan

semua instrumen kegiatan belajar mengajar.

Realitas di lapangan, khususnya di Sekolah Dasar, menunjukkan

bahwa peran guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan belum dapat optimal

mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga

tugas memberikan layanan bimbingan kurang membawa dampak positif bagi

peningkatan prestasi belajar peserta didik. Selain melaksanakan tugas pokoknya

menyampaikan semua mata pelajaran, guru kelas juga dibebani seperangkat

administrasi yang harus dikerjakan sehingga tugas memberikan layanan

bimbingan belum dapat dilakukan secara maksimal.

Oleh karena itu guru sekolah dasar memiliki peranan penting dalam

memberikan bimbingan kepada peserta didik sesuai dengan tugas perkembangan

peserta didik dan disesuaikan dengan ragam bimbingan yang dibutuhkan oleh

peserta didik, adapun ragam bimbingan yang ada di Sekolah Dasar (SD) yang

pertama, ragam bimbingan pribadi dalam aspek perkembangan pribadi, layanan

bimbingan membantu peserta didik agar memiliki pemahaman diri,

mengembangkan sikap positif, menghargai orang lain, memiliki rasa

tanggungjawab, mampu menyelesaikan masalah. Kedua, ragam bimbingan sosial

dalam aspek perkembangan sosial, layanan bimbingan membantu peserta didik

(25)

pilihan kegiatan secara sehat. Ketiga, ragam bimbingan belajar, dalam aspek

perkembangan belajar layanan bimbingan membantu peserta didik agar dapat

melaksanakan cara-cara belajar yang benar, menetapkan tujuan dan rencana

pendididkan, memiliki keterampilan untuk menghadapi ujian, dan mencapai

prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuannya. Keempat, ragam

bimbingan karier, dalam aspek perkembangan karir layanan bimbingan

membantu peserta didik agar dapat mengenali macam-macam dan ciri-ciri

berbagai jenis pekerjaan, menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan,

mengeksplorasi arah pekerjaan dan menyesuaikan keterampilan, kemampuan,

dan minat dengan jenis pekerjaan.

Apabila keempat ragam bimbingan tersebut terlaksana, akan

berdampak pada terpenuhinya tugas-tugas perkembangan peserta didik, sehingga

penyelesaian tugas perkembangan peserta didik dapat terpenuhi secara maksimal

dan tidak menimbulkan masalah di dalam diri peserta didik. Namun apabila

keempat ragam bimbingan tersebut tidak dapat terlaksana maka akan berdampak

pada tidak terpenuhinya tugas-tugas perkembangan peserta didik secara

maksimal, dan hal ini akan menimbulkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan

tugas perkembangan peserta didik tersebut. Guna mewujudkan tujuan diatas

perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah

(26)

Dari realita di lapangan di atas peneliti tertarik untuk meneliti

keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan pada peserta

didik Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka persoalan mendasar yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam

bimbingan pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan?

2. Berdasarkan analisis uji butir ragam bimbingan mana sajakah yang perlu

ditingkatkan dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan

ragam bimbingan pada Sekolah Dasar Negeridi Kecamatan Pedan.

2. Mengetahui item ragam bimbingan mana sajakah yang perlu ditingkatkan dan

(27)

D. Manfaat Penelitian

Beberapa kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam

pemberian layanan ragam bimbingan dalam proses belajar mengajar di kelas

khusunya di Sekolah Dasar, hal ini bertujuan untuk membantu mengatasi

masalah pada peserta didik khususnya dalam belajar dan menyesuaikan diri

dengan lingkungan di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

1) Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kualitas layanan

ragam bimbingan di sekolah

2) Sebagai bahan pertimbangan untuk pemberian layanan ragam

bimbingan di sekolah.

b. Bagi Guru Kelas

Bahan evaluasi dalam pemberian layanan ragam bimbingan yang

(28)

c. Bagi Peserta Didik

Mendapatkan layanan bimbingan secara maksimal dari guru kelas

sehingga tugas perkembangan peserta didik dapat terpenuhi secara

optimal.

E. Batasan Istilah

Guna memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, dan

menghindari adanya kemungkinan yang terjadi, maka perlu adanya pembatasan

atau definisi operasional sebagai berikut :

1. Keterlaksanaan adalah tolak ukur suatu pencapaian yang sudah direcanakan

yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

2. Layanan Ragam Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu

secara berkesinambungan pada bidang kehidupan individu seperti Pribadi,

Sosial, Belajar, Karier sebagai pemenuhan tugas perkembangan individu

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini landasan teori dijadikan dasar untuk mendapatkan kebenaran.

Sesuai dengan judul penelitian maka dalam bab ini peneliti akan mengemukakan

beberapa teori yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu :

A. Landasan Bimbingan di Sekolah Dasar

1. Pengertian Bimbingan di Sekolah Dasar

Menurut Depdikbud (1994), bimbingan di sekolah dasar adalah

bantuan yang diberikan kepada siswa yang bertujuan untuk membantu siswa

agar dapat memenuh tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial,

pribadi, akademik, dan karier. Bimbingan adalah bagian dari aspek

pendidikan yang berfokus pada upaya membantu individu memenuhi

kebutuhan, memahami potensi, dan mengembangkan tujuan kehidupan. Hal

ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan ini adalah

merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian

dan potensi-potensinya meliputi bakat, minat, kemampuannya, menurut

Jones & Hand, 1983 (dalam Furqon,2005)

Menurut Hamalik (2000) bimbingan adalah bantuan yang

diberikan kepada individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu

itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi

(30)

di dalam kehidupannya. Menurut Tim Pengembangan MKDK IKIP

Semarang (1990), bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus untuk

membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan

kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang

sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Hal sama juga

diungkapkan oleh (Bimo Walgito, 1995) mengemukakan bahwa bimbingan

adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau

kelompok dalam mengatasi kesulitan didalam hidupnya, agar dapat

mencapai kesejahteraan hidupnya.

Dari berbagai pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh

banyak ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan di Sekolah Dasar

merupakan proses yang berkesinambungan yang dilakukan secara berkala

dan intensif kepada peserta didik. Bimbingan di Sekolah Dasar bertujuan

membantu peserta didik agar dapat mengarahkan dan mengembangkan

dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan dan potensinya. Layanan

bimbingan sangat dibutuhkan agar para peserta didik di Sekolah Dasar yang

mempunyai masalah dapat terbantu sehingga mereka dapat belajar dengan

lebih baik. Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan

bimbingan di Sekolah Dasar adalah membantu mengatasi berbagai macam

kesulitan yang dihadapi peserta didik di Sekolah Dasar sehingga terjadi

(31)

2. Fungsi Bimbingan di Sekolah Dasar

Sugiyo, dkk (1987) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan di

Sekolah Dasar, yaitu:

1. Fungsi adaptasi ( adaptif )

Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu

peserta didik staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan

program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi

peserta didik-peserta didik. Fungsi adaptasi membantu peserta

didik agar dapat menyesuaikan program-program yang ada di

sekolah maupun program-program yang digunakan guru dalam

memberikan materi pelajaran didalam kelas sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki peserta didik.

2. Fungsi penyesuaian ( adjustif )

Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu

peserta didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat

jasmani maupun rohani. Ada berbagai teknik bimbingan

khususnya dalam teknik konseling, peserta didik dibantu

menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan

kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu peserta didik dalam usaha

(32)

3. Fungsi penyaluran ( distributif )

Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu

menyalurkan peserta didik-peserta didik dalam memilih

program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan

sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja

yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri

kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan

untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu

menempatkan peserta didik dalam kelompok belajar, dan lain-lain.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Yusuf (2009), bahwa fungsi

bimbingan meliputi:

1. Fungsi Pemahaman

Fungsi pencegahan membantu peserta didik agar memiliki

pemahaman tentang potensi yang ada dalam diri peserta didikdan

pemahaman akan lingkungannya seperti pendidikan, cita-cita masa

depannya.

2. Fungsi Pencegahan (Preventif)

Fungsi pencegahan senantiasa mengantisipasi berbagai masalah

yang mungkin dialamai peserta didik dan berupaya untuk

mencegahnya, supaya masalah-masalah tersebut tidak dialami oleh

(33)

3. Fungsi Pengembangan

Fungsi pengembangan dalam membantu peserta didik dalam

mencapai tugas-tugas perkembangannya, melalui teknik-teknik

bimbingan yang diberikan oleh guru maupun pembimbing, adapun

teknik yang digunakan seperti layanan informasi, tutorial, diskusi

kelompok dan lain sebagainya.

4. Fungsi Perbaikan

Fungsi perbaikan ini bertujuan membantu peserta didik yang telah

mengalami masalah baik menyangkut masalah pribadi, sosial,

belajar, maupun karir.

5. Fungsi Penyaluran

Fungsi penyaluran membantu peserta didik dalam memilih

kegiatan ekstrakulikuler, minat dan bakat yang sesuai dengan diri

peserta didik yang dibantu dengan kerjasama dengan pendidik

lainnya maupun di luar lembaga pendidikan.

6. Fungsi Adaptasi

Fungsi adaptasi membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan

program-program yang ada di sekolah maupun program-program

yang digunakan guru dalam memberikan materi pelajaran didalam

(34)

7. Fungsi Penyesuaian

Fungsi bimbingan penyesuaian membantu peserta didik agar dapat

menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap

lingkungan sekitarnya baik lingkungan sekolah maupun

lingkungan hidup bermasyarakat dan beragama.

3. Ragam Bimbingan di Sekolah Dasar

Ragam bimbingan menunjuk pada aspek perkembangan tertentu yang

menjadi fokus perhatian dalam layanan bimbingan. Isi layanan bimbingan

mengenai hal-hal yang menyangkut bidang pribadi, bidang sosial, bidang

belajar dan bidang karir, dengan demikian terdapat empat ragam bimbingan

menurut (Yusuf, 2009) antara lain:

a. Ragam Bimbingan Pribadi

Ragam bimbingan pribadi merupakan proses bantuan untuk

memfasilitasi peserta didik agar memiliki pemahaman tentang

karakteristik diri peserta didik, kemampuan mengembangkan

potensi diri dan memecahkan maslah-masalah yang dialami

peserta didik. Bimbingan pribadi meliputi pemahaman diri,

mengembangkan sikap diri yang positif, memiliki rasa tanggung

jawab, menentukan keputusan secara baik dan kemampuan

(35)

merupakan layanan yang mengarah kepada pencapaian pribadi

yang mantab, dengan memperhatikan keunikan karakteristik

pribadi serta ragam permasalahan yang dialamai oleh peserta

didik.

Menurut Yusuf (2009), bimbingan pribadi bertujuan

membantu peserta didik agar mampu mengembangkan

kompetensinya sebagai berikut:

a. Memiliki komitmen untuk mengamalkan nilai-nilai keimanan

dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, seperti halnya

membiasakan diri untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan.

b. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, seperti halnya

percaya dengan kemampuan diri sendiri saat mengerjakan ujian

maupun tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

c. Memiliki pemahaman tentang potensi diri dan kemampuan

untuk mengembangkannya melalui kegiatan-kegiatan yang

kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari

maupun untuk peranannya di masa depan, seperti halnya

mengikuti ekstrakulikuler sesuai dengan hobi yang digemari.

d. Memiliki kemampuan untuk merawat dan memelihara diri,

(36)

halnya mandi dua kali sehari, rajin gosok gigi sebelum tidur

dan sesudah makan.

Apabila ragam bimbingan pribadi ini tidak terlaksana maka tidak

menutup kemungkinan akan menimbulkan masalah pada tugas

perkembangan peserta didik mengenai sikap diri sendiri sebagai

mahkluk yang sedang tumbuh, pengertian-pengertian yang diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari, mencapai kebebasan pribadi dan

nilai-nilai kehidupan.

b. Ragam Bimbingan Sosial

Ragam bimbingan sosial adalah proses bantuan untuk

menfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan

pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial dan memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik. Bimbingan sosial

meliputi mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi,

mampu menghargai orang lain, membuat kegiatan secara sehat,

dapat menyelesaikan masalah secara tepat. Bimbingan sosial

diberikan dengan cara menciptakan lingkungan sosial sekolah

yang kondusif dan membangun interaksi pendidikan atau proses

(37)

Menurut Yusuf (2009) bimbingan sosial bertujuan untuk

membantu peserta didik agar mampu mengembangkan

kompetensinya sebagai berikut:

a. Bersikap peduli terhadap orang lain, menghormati atau

menghargai orang lain.

b. Memiliki rasa tanggung jawab, yang di wujudkan dalam bentuk

berbagai kewajibannya seperti mengerjakan tugas rumah dan

perintah dari guru.

c. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (Human Relationship), yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan dengan teman sebaya.

d. Memiliki kemampuan untuk bertanggungjawab untuk

menyelesaikan masalah atau konflik dengan orang lain.

e. Memiliki kemampuan mengambil keputusan bersama secara

efektif.

Apabila ragam bimbingan sosial ini tidak terlaksana maka tidak

menutup kemungkinan akan menimbulkan masalah pada tugas

perkembngan peserta didik mengenai keterampilan fisik yang

diperlukan untuk bermain, penyesuaian diri dengan teman sebaya,

(38)

pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan

lembaga-lembaga sosial.

c. Ragam Bimbingan Belajar

Ragam bimbingan belajar merupakan proses bantuan untuk

menfasilitasi peserta didik agar memiliki pemahaman tentang

karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan potensi

dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya.

Bimbingan belajar meliputi cara-cara belajar yang tepat,

menetapkan tujuan dan rencana pendidikan, mencapai prestasi

belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuan, dan memiliki

keterampilan untuk menghadapi ujian. Bimbingan belajar

dilaksanakan oleh guru pembimbing atau guru kelas melalui

layanan bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, layanan

konseling.

Menurut Yusuf (2009) bimbingan belajar bertujuan agar

peserta didik memiliki kompetensi sebagai berikut:

a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif seperti

kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar dan aktif

(39)

b. Memiliki cara atau teknik belajar yang efektif, seperti halnya

rajin mengerjakan kumpulan soal-soal yang ada di buku

maupun sumber yang lain.

c. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan

perencanaan pendidikan seperti membuat jadwal belajar,

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Apabila ragam bimbingan belajar ini tidak terlaksana maka tidak

menutup kemungkinan akan menimbulkan masalah pada tugas

perkembngan peserta didik mengenai keterampilan-keterampilan dasar

untuk membaca, menulis, dan berhitung.

d. Ragam Bimbingan Karir

Ragam bimbingan karir yaitu proses bantuan untuk

memfasilitasi peserta didik dalam perencanaan, pengembangan dan

pemecahan masalah-masalah karir, seperti: pemahaman akan cita-cita

masa depan, pemahaman kondisi serta kemampuan diri dan

pemecahan masalah-masalah dalam mewujudkan cita-cita yang ingin

digapai. Bimbingan karir meliputi persiapan diri mengahadapi dunia

pekerjaan atau profesi tertentu serta membekali diri supaya siap

menghadapi dunia pekerjaan dan mempu menyesuaikan diri dengan

berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang ada disekitarnya.

(40)

dapat mengenal dan memahami diri, mengenal pendidikan lanjutan

dan dunia kerja dan mengembangkan masa depannya sesuai dengan

cita-cita yang diharapkan. Lebih lanjut dengan ragam bimbingan karir

peserta didik mampu menentukan dan mengambil keputusan secara

tepat dan bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya sehingga

mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.

Menurut Yusuf (2009) bimbingan karir bertujuan membantu

peserta didik agar mampu mengembangkan kompetensinya sebagai

berikut:

a. Memiliki kesadaran untuk mengikuti kegiatan belajar diluar sekolah,

seperti mengikuti berbagai macam les mata pelajaran sebagai

tambahan mendapatkan ilmu selain di sekolah.

b. Mampu mengenal keterampilan, kemampuan dan minat sesuai dengan

diri peserta didik, seperti mengikuti berbagai les menari, piano untuk

mengasah bakat dan kemampuan diri.

Apabila ragam bimbingan karier ini tidak terlaksana maka tidak

menutup kemungkinan akan menimbulkan masalah pada tugas

perkembangan peserta didik mengenai kemampuaan peserta didik

dalam mencapai cita-cita yang diharapkan, pencapaian kebebasan

(41)

B. Prinsip-prinsip Ragam Bimbingan di Sekolah Dasar

Prinsip merupakan perpaduan dari hasil kegiatan teoretik dan telaah

lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang

dimaksudkan. Menurut Prayitno (1997) prinsip-prinsip ragam bimbingan yang

dirangkum dari sejumlah sumber, sebagai berikut:

a. Sikap dan tingkah laku peserta didik sebagai pencerminan dari

segala kejiwaannya adalah unik dan khas. Keunikan ini

memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian peserta didik.

Prinsip ragam bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap

dan tingkah laku peserta didik, dalam memberikan layanan perlu

menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.

b. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya

tugas dan tanggung jawab pembimbing saja melainkan juga tugas

guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork dalam

proses bimbingan.

c. Bimbingan bertanggung jawab untuk mengembangkan kesadaran

peserta didik akan lingkungan (dunia di luar dirinya) dan

mempelajarinya secara efektif.

d. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang

pada akhirnya peserta didik yang dibantu mampu menghadapi dan

(42)

e. Pada suatu proses bimbingan, peserta didik yang dibimbing harus

aktif, dan mempunyai banyak inisiatif.

Program bimbingan di sekolah harus sejalan dengan program

pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan

karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalannya

proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Namun apabila

jalannya proses tersebut tidak bias terselesaikan atau guru yang bersangkutan

merasa sudah tidak mampu menangani permasalahan tesebut, guru dapat

melasanakan prisip referal atau pelimpahan. Penanganan masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.

C. Karakteristik Bimbingan di Sekolah Dasar

Pemerintah secara formal telah memberikan dasar acuan pelaksanaan

bimbingan di Sekolah Dasar dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

1990, sebagai kelanjutan dan penyempurnaan aturan-aturan yang sebelumnya,

seperti kurikulum 1975 buku IIIC dan Pedoman Pelaksaan Bimbingan di Sekolah

Dasar Tahun 1987. Hal ini dilakukan karena pelaksaan bimbingan di Sekolah

Dasar pada kenyataannya berbeda dengan pelaksaan pada sekolah menengah,

baik SLTP maupun SMU terutama yang berkaitan dengan fungsi guru sebagai

(43)

Beberapa faktor penting yang membedakan bimbingan di Sekolah

Dasar dengan sekolah menengah, dikemukakan oleh Dinkmeyer dan Caldwell

(dalam Suherman AS, 2000) yaitu:

1. Bimbingan di Sekolah Dasar lebih menekankan pada peranan guru

dalam fungsi bimbingan.

2. Fokus bimbingan di Sekolah Dasar lebih menekan pada

pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dan

kemampuan hubungan secara efektif dengan orang lain.

3. Bimbingan di Sekolah Dasar lebih banyak melibatkan orang tua

peserta didik, mengingat pentingnya pengaruh orang tua dalam

kehidupan peserta didik selama di Sekolah Dasar.

4. Bimbingan di Sekolah Dasar hendaknya memahami kehidupan

peserta didik secara unik sesuai dengan kebutuhan dan

karakteristik peserta didik tersebut.

5. Program Bimbingan di Sekolah Dasar hendaknya peduli pada

kabutuhan dasar peserta didik, seperti kebutuhan untuk matang

dalam pemahaman dan penerimaan diri, serta menerima kelebihan

dan kekurangannya.

Program bimbingan di Sekolah Dasar meyakini bahwa usia Sekolah

Dasar merupakan tahapan yang sangat penting dalam tahapan perkembangan

(44)

konsekuensi logis dari karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik

Sekolah Dasar itu sendiri. Oleh karena itu, memahami karakteristik murid

Sekolah Dasar merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan dan

meningkatkan kualitas dan layanan bimbingan secara keseluruhan. Begitu pula

sentral layanan bimbingan akan terpusat pada pemberdayaan kualitas fungsi guru

sebagai pembimbingnya.

Pada masa peserta didik Sekolah Dasar, penugasan tugas-tugas

perkembangan tidak lagi sepenuhnya menjadi tanggungjawab orang tua seperti

masa sebelum sekolah. Tetapi sekarang peguasaan ini pun menjadi tanggung

jawab guru-guru dan sebagian kecil menjadi tanggung jawab teman-teman

sebayanya. Ada tiga karakteristik utama masa peserta didik yang mampu

menunjukan perbedaan dengan masa sebelumnya (Hurlock, 1997) yaitu:

1. Dorongan peserta didik untuk masuk kedalam dunia permainan

dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan otot-otot.

2. Dorongan peserta didik untuk keluar dari lingkungan rumah dan

masuk kedalam kelompok sebaya (peer group).

3. Dorongan mental untuk mematuhi dunia konsep-konsep logika,

simbol, dan komunikasi secara dewasa.

Selain tiga ciri utama tersebut, Havighurst (1961:28) mengemukakan

sejumlah tugas perkembangan yang harus dipenuhi peserta didik Sekolah Dasar

(45)

1. Mempelajari keterempilan fisik yang diperlukan untuk bermain.

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai

makhluk yang sedang tumbuh.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.

4. Mulai mengembangkan peran sosial sebagai pria dan wanita.

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk

membaca, menulis, dan berhitung.

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari.

7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai kehidupan.

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok dan

lembaga-lembaga sosial.

9. Mencapai kebebasan pribadi.

D. Karakteristik Peserta didik di Sekolah Dasar

Kowitz (1959), mengemukakan bahwa beberapa permasalahan yang

muncul di Sekolah Dasar pada umumnya disebabkan oleh karakteristik peserta

didik itu sendiri. Permasalahan tersebut bisa dikarenakan belum siapnya peserta

didik memasuki sekolah, keterampilan akademik yang belum optimal untuk

(46)

berkembang secara optimal, dan harapan-harapan orangtua, kelompok dan

sekolah itu sendiri terlalu tinggi, sehingga tidak realistis.

Pada bukunya Kowitz (1959), mengemukakan permasalahan yang

dihadapi peserta didik-peserta didik sekolah sebagai berikut:

1. Masalah Pribadi

Permasalahan pribadi peserta didik-peserta didik usia Sekolah

Dasar terutama berkenaan dengan kemampuan intelektual, kondisi

fisik, kesehatan dan kebiasaan-kebiasaanya. Munculnya gejala

perilaku malas untuk belajar, malas datang ke sekolah, merupakan

akibat dari kurangnya pelayanan individual yang dilakukan pihak

sekolah yang didasarkan atas kemampuan intelektual peserta didik.

2. Masalah Penyesuaian Sosial

Proses mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial, baik

dengan teman-teman maupun dengan guru, peserta didik-peserta

didik banyak mengalami permasalahan, seperti halnya kurang

percaya diri, iri hati, perkelahian, ketergantungan pada teman,

terbentuknya grup-grup pertemanan dan lain sebaginya. Sedangkan

permasalahan sosial peserta didik dengan guru misalnya tidak

menyenangi guru, ketergantungan pada guru, tidak ada gairah atau

semangat belajar. Gejala perilaku di atas muncul sebagai akibat

(47)

ekonomi, sosial budaya keluarga, atau adanya penyimpangan

kepribadian peserta didik.

3. Masalah Akademik

Permasalahan akademis bisa berupa tidak dikuasainya kemampuan

atau materi yang ditargetkan sebagai tujuan pengajaran, peserta

didik-peserta didik yang seperti ini dikenal sebagai peserta didik

yang berprestasi rendah, baik karena lambat belajar (slow leaner) maupun prestasinya dibawah kemampuan yang dimilikinya (under achiever). Ketidak keberhasilan mereka dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi bukan hanya disebabkan oleh kecerdasaan saja,

tetapi mungkin juga sebagai akibat dari kesalahan dalam cara

belajar, kurang motivasi belajar, kurangnya fasilitas dan dukungan

orangtua atau karena kesalahan-kesalahan guru dalam cara

mengajarnya sebagai akibat dari kurang memahami materi

ajarannya, pendekatan yang harus digunakan atau kurangnya

pemahaman terhadap karakteristik peserta didik-peserta didiknya.

E. Peran Guru Kelas dalam Layanan Ragam Bimbingan di Sekolah Dasar

Di Sekolah Dasar, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah

melaksanakan kegiatan pembelajaran peserta didik, namun demikian bukan

(48)

konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan

efektivitas dan efisien pelayanan bimbingan di Sekolah Dasar. Berdasarkan SK

Menpan No. 83/1993 (dalam Furqon, 2005) dijelaskan bahwa guru mempunyai

tugas ganda, yaitu sebagai guru kelas yang memberikan materi pelajaran dan

melaksanakan program bimbingan di kelas yang diampunya. Hal yang sama

juga diungkapkan Senjaya (2006) yang menyebutkan bahwa salah satu peran

yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi

pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang peserta didik yang

sedang dibimbingnya.

Prayitno ( 2003 ) mengungkapkan peran, tugas dan tanggung jawab

guru mata mata pelajaran dalam layanan ragam bimbingan:

a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada peserta didik.

b. Membantu guru pembimbing atau konselor mengidentifikasi peserta

didik-peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan, serta pengumpulan data

tentang peserta didik-peserta didik tersebut.

c. Mengalih tangankan peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan

kepada guru pembimbing atau konselor.

d. Menerima peserta didik alih tangan dari guru pembimbing atau konselor,

yaitu peserta didik yang menuntut guru pembimbing atau konselor

memerlukan pelayanan pengajar atau latihan khusus (seperti pengajaran,

(49)

e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru ke peserta didik

dan hubungan peserta didik ke peserta didik yang menunjang pelaksanaan

pelayanan bimbingan.

f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peserta didik yang

memerlukan layanan atau kegiatan bimbingan untuk mengikuti atau menjalani

layanan dan kegiatan yang dimaksudkan.

g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah peserta didik,

seperti konferensi kasus.

h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian

pelayanan bimbingan serta upaya tindak lanjutnya.

Berdasarkan pendapat Slameto (2010), sebagai pembimbing dalam

kegiatan pembelajaran, guru diharapkan mampu: (1) mengenal dan memahami

setiap peserta didik secara individu maupun kelompok, (2) memberikan

penjelasan pada peserta didik mengenai hal-hal yang diperlukan dalam belajar,

(3) memberikan kesempatan yang memadai agar setiap peserta didik dapat

belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya, (4) membantu peserta didik dalam

mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya, (5) menilai hasil dari

(50)

Implementasi kegiatan bimbingan dalam pelaksanaan kurikulum di

sekolah sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena

itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan sangat penting

dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Dari berbagai macam-macam peran guru dalam layanan ragam

bimbingan yang diungkapkan para ahli di atas, dapat disimpulkan berbagai

rincian peran guru dalam layanan bimbingan sebagai berikut :

a. Guru sebagai informator, yaitu guru sebagai penyedia, pelaksana suatu kegiatan penyampaian informasi dan sebagai sumber informasi kegiatan

layanan bimbingan.

b. Guru sebagai organisator, yaitu sebaga pencipta suasana suatu lingkungan, selain itu sebagai pemimpin penggerak, dan pengarah suatu kegiatan secara

bijaksana dan manusiawi selama proses bimbingan itu berlangsung.

c. Guru sebagai motivator, yaitu sebagai pendorong serta sebagai pembangkit tumbuh dan kembangnya potensi peserta didik guna menciptakan kreativitas

dan aktivitas peserta didik sehingga terwujudnya dinamika dalam proses

layanan bimbingan.

(51)

kriteria yang telah ditetapkan baik mengenai aspek keefektifan proses maupun

(52)

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian,

antara lain jenis penelitian, subyek penelitian, intrumen penelitian, dan teknik

pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian yang dilakukan tergolong penelitian deskriptif dengan metode survei.

Furchan (2005) mengatakan bahwa penelitian deskriptif dengan metode survei

dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif

terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.

Penelitian deskriptif dengan metode survei dalam penelitian ini dimaksudkan

untuk mengumpulkan data guna memperoleh gambaran tentang keterlaksanaan

peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan pada siswa Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah 42 Guru Sekolah Dasar Negeri di

Kecamatan Pedan. Peneliti hanya mengambil sebagian dari Sekolah Dasar yang

ada di Kecamatan Pedan hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti dalam bentuk

waktu dan biaya, adapun 11 Sekolah dasar yang peneliti pakai untuk uji coba dan

untuk penelitian yaitu:

(53)

No Sekolah Jumlah Guru

Uji Coba Penelitian

1 SDN 1 BENDO 4 3

2 SDN 2 BENDO 3 4

3 SDN 1 KEDEN 3 4

4 SDN 3 KEDEN 3 4

5 SDN 1 TAMBAKBOYO 3 4

6 SDN 2 TAMBAKBOYO 3 4

7 SDN 1 TEMUWANGI 3 4

8 SDN 2 JETISWETAN 4 3

9 SDN 1 KEDUNGAN 3 4

10 SDN 1 SOBAYAN 3 4

11 SDN 2 NGAREN 3 4

Jumlah 35 42

Subjek penelitian diambil secara sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Alasan

peneliti mengambil subjek penelitian secara sampel karena subjek penelitiannya

terlalu banyak dan keterbatasan waktu. Pengambilan sampel dilakukan melalui

random sampling, yaitu dengan cara pengambilan sampel secara acak (random),

di mana semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk

dipilih menjadi anggota sampel (Arifin, 2011). Pertimbangan peneliti mengambil

11 sekolah yaitu terkait dengan jarak, waktu dan biaya, oleh karena itu peneliti

hanya mengambil subjek sebanyak 11 sekolah diatas.

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner

(54)

untuk pertanyaan/pernyataan tersebut (Furchan, 2005). Kuesioner yang

disusun oleh peneliti memuat aspek-aspek ragam bimbingan menurut Yusuf

(2009) yaitu Ragam Bimbingan Pribadi; pemahaman diri, mengembangkan

sikap diri yang positif, memiliki rasa tanggung jawab, menentukan keputusan

secara baik dan kemampuan mengatasi masalah-masalah pribadi. Ragam

Bimbingan Sosial; mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi,

mampu menghargai orang lain, membuat kegiatan secara sehat, dapat

menyelesaikan masalah secara tepat. Ragam Bimbingan Belajar; cara-cara

belajar yang tepat, menetapkan tujuan dan rencana pendidikan, mencapai

prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuan, dan memiliki

keterampilan untuk menghadapi ujian. Ragam Bimbingan Karier; persiapan

diri menghadapi dunia pekerjaan atau profesi tertentu serta membekali diri

supaya siap menghadapi dunia pekerjaan dan mempu menyesuaikan diri

dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang ada disekitarnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

penskor-an/metode skoring dari Skala Likert, yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial (Sugiyono, 2011). Pada Skala Likert terdapat 4 (empat) alternatif

jawaban yang disediakan yaitu Selalu (SL), Sering (S), kadang-kadang (KD),

dan Tidak Pernah (TP). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 4 (empat)

alternatif jawaban yang telah peneliti modifikasi yang sesuai dengan

(55)

Sesuai (STS).

Pernyataan dalam kuesioner keterlaksanaan layanan ragam

bimbingan di Sekolah Dasar, ini terdiri dari dua bagian, yang pertama

identitas, pengantar dan petunjuk pengisian kuesioner dan bagian kedua

pernyataan itu sendiri, yang berisi pernyataan positif atau favorabel dan

pernyataan negatif atau unfavorabel. Pernyataan positif atau favorabel

merupakan konsep yang sesuai atau mendukung variabel yang diukur.

Pernyataan favorabel yaitu pernyataan yang menggambarkan keterlaksanaan

layanan ragam bimbingan di Sekolah Dasar yang dilakukan oleh guru kelas

pada setiap memberikan pelajaran di kelas. Lain halnya dengan pernyataan

negatif atau unfavorabel yaitu konsep yang tidak sesuai/ tidak mendukung

variabel yang diukur. Pernyataan unfavorabel merupakan pernyataan yang

menggambarkan tidak terlaksananya layanan ragam bimbingan di Sekolah

Dasar yang dilakukan oleh guru kelas pada setiap memberikan pelajaran di

kelas. Skoring untuk setiap jawaban dalam kuesioner dilakukan dengan

memberi nilai pada setiap alternatif jawaban. Skoring dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 2

Skoring/Penilaian Kuesioner Keterlaksanaan Layanan Ragam Bimbingan

No. Pernyataan

Alternatif Jawaban Sangat Sesuai

(S) Sesuai (S) Tidak Sesuai ( TS ) Sangat Tidak Sesuai (STS)

1. Favorabel 4 3 2 1

(56)

Kuesioner keterlaksanaan layanan ragam bimbingan di Sekolah Dasar dengan

memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan menggunakan tanda

centang (). Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden

pada masing-masing item. Konstruk atau kisi-kisi instrumen penelitian yang telah

(57)

dalam Layanan Ragam Bimbingan Pada Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah

No Aspek

Ragam Bimbingan Indikator Faforable Unfaforable No item

1 Pribadi 1. Guru melatih peserta didik

memahami diri 8,12 1,18

2. Guru melatih peserta didik mengembangkan sikap diri yang positif

2,10

3. Guru melatih peserta didik

membangun rasa tanggung jawab 3 24

4. Guru melatih peserta didik dalam

menentukan keputusan secara baik 9,16

5. Guru melatih peserta didik dalam

mengatasi masalah-masalah 17,30 2 Sosial 1. Guru melatih peserta didik dalam

mengembangkan keterampilan antar pribadi

15,32 4

2. Guru membangun sikap peserta

didik dalam menghargai orang lain. 7,14 20,34

3. Guru melatih peserta didik dalam

menyelesaikan masalah secara tepat 39,45 3 Belajar 1. Guru membantu menentukan

cara-cara belajar yang tepat terhadap peserta didik

19,37 21,44

2. Guru membantu peserta didik dalam menetapkan tujuan dan rencana pendidikan selanjutnya

26,35 13,40

3. Guru membantu peserta didik dalam mencapai prestasi secara optimal sesuai bakat dan kemampuan peserta didik.

5,11 22

4. Guru membekali keterampilan peserta didik dalam menghadapi ujian

31 38,41

4 Karier 1. Guru mampu membekali peserta

didik dalam persiapan diri menghadapi berbagai pekerjaan yang akan dating

6,29 23,43

2. Guru selalu membekali diri peserta didik agar siap menghadapi dunia pekerjaan

25 27,36

3. Guru membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lingkungan pekerjaan yang ada disekitarnya.

33,42 28

(58)

a. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011). Valid

berarti intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (Sugiyono, 2011). Validitas yang digunakan dalam

penelitian ini validitas isi (content validity). Validitas isi adalah validitas

yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan

tujuan dan deskripsi masalah yang akan diteliti (Nurgiyantoro, 2009).

Instrumen yang valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur

variabel yang akan diteliti.

Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada

pertimbangan yang dilakukan oleh seorang ahli (expert judgement), guna

menelaah secara logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir

pernyataan kuesioner agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan

aspek tujuan dan isi indikator atributnya sebagaimana dikonstruk dalam

kisi-kisi instrumen, sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro, 2009).

Pengujian validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah

dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis

dengan analisis item atau uji beda. Hasil konsultasi dan telaah yang

dilakukan oleh ahli dilengkapi dengan mengkorelasikan skor-skor setiap

item instrumen terhadap skor-skor setiap aspek melalui pendekatan

(59)

 

N

X2 

X 2

N

Y2 

 

Y 2

Keterangan :

XY

r = Korelasi skor butir/ item dengan skor aspek

N = Jumlah subyek

X = Skor item atau butir

Y = Skor total per aspek

XY= hasil perkalian antara X dan Y

Hasil perhitungan tersebut diperiksa konsistensinya dengan

menggunakan program komputer SPSS for windows release 15.00. Syarat

minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 (Azwar,

2011: 103). Bila harga korelasi di bawah 0,30 maka dapat disimpulkan

bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau

dibuang (Azwar,2011:103). Namun apabila peneliti merasa item yang

dibutuhkan kurang memenuhi jumlah item yang di inginkan, oleh karen itu

peneliti diperbolehkan untuk menurunkan harga korelasi item tersebut dari

0,3 menjadi 0,25 (Azwar,2011:66)

b. Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran

(60)

(Azwar, 2011). Menurut Azwar (2011) konsep reliabilitas dalam arti

reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error

of measurement), sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil

ukur erat berkaitan dengan eror dalam pengambilan sampel (sampling

error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran

dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda.

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner menggunakan program

SPSS yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan koefisien Alpha

Cronbach (α). Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α)

adalh sebagai berikut :

α =

2[1-

S 2 2 S + 2 S

x i x

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : varians skor skala

Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (dalam

(61)

NO Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91-1,00 Sangat tinggi

2. 0,71-0,90 Tinggi

3. 0,41-0,70 Cukup

4. 0,21-0,40 Rendah

5. Negatif-0,20 Rendah Sekali

3. Telaah Ahli (Expert Judgement) terhadap Kuesioner

Penelaahan butir-butir pada instrumen telah dilakukan oleh Kepala

Sekolah dan Guru Kelas yaitu :

1. Ibu Sri Hartati S.Pd SD (Kepala Sekolah SDN 1 Temuwangi)

2. Bapak Dwi Sunarko, S.Pd SD (Guru SDN 2 Gondang)

Setelah dilakukan penelaahan terhadap instrumen, hasil yang

didapat yaitu perlu dilakukannya perbaikan pada butir-butir instrumen agar

setiap butir pernyataan yang dibuat secara logis tepat/sesuai dengan

konstruk kisi-kisinya.

4. Uji Empirik terhadap Kuesioner

a. Validitas Kuesioner

Pelaksanaan uji coba terhadap instrumen (uji empirik)

dilakukan pada tanggal 11 September 2013 diperoleh hasil

perhitungan konsistensi internal butir pada setiap aspek menggunakan

(62)

SPSS 15 dengan syarat r = 0,30 (Azwar,2011). Bila harga korelasi di

bawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut

tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2010).

Namun apabila peneliti merasa item yang dibutuhkan kurang

memenuhi jumlah item yang di inginkan, oleh karena itu peneliti

diperbolehkan untuk menurunkan harga korelasi item tersebut dari 0,3

menjadi 0,25 (Azwar,2011). Setelah di konsultasikan dengan dosen

pembimbing akhirnya peneliti memutuskan untuk menggunakan

harga korelasi item sebesar 0,25, hal ini dilakukan karena apabila

menggunakan harga korelasi dengan melihat table r dengan N 35 dan

taraf signifikan 5% yaitu 0,334 dan 1% yaitu 0,430, item peneliti

dirasa kurang memenuhi untuk di gunakan sebagai alat penelitian

karena peneliti merasa jumlah item kurang memenuhi persyaratan

untuk suatu penelitian.

Oleh karena itu dari hasil pemeriksaan konsistensi butir yang

terdiri dari empat aspek diperoleh 15 dari 60 butir kuesioner yang

dinyatakan tidak valid. Butir kuesioner yang tidak valid didrop atau

dibuang. Data hasil uji konsistensi internal dapat dilihat pada tabel

(63)

No Aspek 2. Guru melatih peserta didik

mengembangkan sikap diri yang positif

3. Guru melatih peserta didik membangun rasa tanggung jawab

4. Guru melatih peserta didik dalam menentukan keputusan secara baik

5. Guru melatih peserta didik dalam mengatasi masalah-2. Guru membangun sikap

peserta didik dalam menghargai orang lain.

3. Guru melatih peserta didik dalam menyelesaikan masalah secara tepat 3 Belajar 1. Guru membantu

menentukan cara-cara belajar yang tepat terhadap peserta didik 2. Guru membantu peserta

didik dalam menetapkan tujuan dan rencana pendidikan selanjutnya

3. Guru membantu peserta didik dalam mencapai 2. Guru selalu membekali diri

peserta didik agar siap menghadapi dunia pekerjaan 3. Guru membantu peserta

(64)

Dari hasil data uji coba (empirik) kepada Guru Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Pedan pada tanggal 11 September 2013 dengan

menggunakan SPSS 15.0 For Window dan diperoleh perhitungan

koefisien relibabilitas seluruh instrumen dengan menggunakan rumus

koefisien Alpha (α)yaitu 0,841.

Tabel 6

Koefisien Reliabilitas Keterlaksanaan Layanan Ragam Bimbingan

Koefisien Alpha

Cronbach N item N Subjek

0,841 45 42

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Persiapan dan Pelaksanaan

Berikut ini tahap-tahap yang digunakan dalam pengolahan data:

a. Menyusun kuesioner/skala tentang keterlaksanaan layanan ragam

bimbingan di Sekolah Dasar

b. Menentukan subjek, yaitu para Guru Sekolah Dasar Negeri di

Kecamatan Pedan.

c. Pengujian instrumen oleh ahli yang dilakukan oleh Guru kelas

(65)

yang dilakukan kepada Guru di 11 Sekolah Dasar Negeri

se-Kecamatan Pedan.

e. Menganalisis data uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas

kuesioner menggunakan SPSS for windows 15.00.

f. Pengambilan data yang dilakukan kepada Guru di 11 Sekolah

Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan. Pelaksanaan penelitian

dilakukan Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan .

Jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian adalah sebagai

berikut:

Tabel 7

Jadwal Pengumpulan Data Penelitian

No Tanggal Sekolah Jumlah Guru

1 19 September 2013 SDN 1 BENDO 3

2 19 September 2013 SDN 2 BENDO 4

3 19 September 2013 SDN 1 KEDEN 4

4 19 September 2013 SDN 3 KEDEN 4

5 19 September 2013 SDN 1 TAMBAKBOYO 4

6 19 September 2013 SDN 2 TAMBAKBOYO 4

7 19 September 2013 SDN 1 TEMUWANGI 4

8 19 September 2013 SDN 2 JETISWETAN 3

9 19 September 2013 SDN 1 KEDUNGAN 4

10 19 September 2013 SDN 1 SOBAYAN 4

11 19 September 2013 SDN 2 NGAREN 4

Jumlah 42

(66)

a. Memeriksa keabsahan administratif hasil jawaban subjek untuk

diolah lebih lanjut.

b. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban, Sangat

Sesuai=4, Sesuai=3, Tidak Sesuai=2, dan Sangat Tidak Sesuai=1

untuk penyataan positif dan sebaliknya untuk pernyataan negatif.

c. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing

item kuesioner dan skor rata-rata subyek maupun rata-rata butir.

d. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner keterlaksanaan

layanan ragam bimbingan di Sekolah Dasar dengan cara:

1) Menghitung koefisien validitas keterlaksanaan layanan

ragam bimbingan di Sekolah Dasar menggunakan Producy

Moment dari Pearson dengan menggunakan program

komputer SPSS for windows release 15.00.

2) Menghitung koefisien reliabilitas keterlaksanaan layanan

ragam bimbingan di Sekolah Dasar dengan menggunakan

rumus Alpha Cornbach pada program komputer SPSS for

windows release 15.00.

3) Mengkategorisasikan frekuensi keterlaksanaan layanan

ragam bimbingan menurut Aswar (2009 : 107-108) dengan

(67)

Keterlaksanaan Layanan Ragam Bimbingan

No Formula Kriteria Kategori

1. X < [µ-1,0. σ ] Rendah

2. [µ-1,0. σ ] < X < [µ+1,0. σ ] Sedang

3. [µ+1,0. σ ] < X Tinggi

Keterangan :

X maksimum teoritik : Rata-rata Skor total tertinggi

X minimum teoritik : Rata-rata skor total terendah

σ : Standar deviasi,yaitu luas jarak

rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran

µ : Mean teoritik, yaitu rata-rata teoritis

dari skor maxsimum

Kategori tersebut menjadi patokan dalam menentukan tinggi

rendahnya keterlaksanaan layanan ragam bimbingan. Kategorisasi

Subjek penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah

Item 45) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik : 45 x 4 = 180

X minimum teoritik : 45 x 1 = 45

Luas Jarak : 180 – 45 = 135

(68)

113

Penentuan kategorisasi setelah dilakukan penghitungan dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 9

Kategori Keterlaksanaan Layanan Ragam Bimbingan

No Formula Kriteria Rerata Skor Kategori

1. X < [µ-1,0. σ ] X < 90 Rendah

2. [µ-1,0. σ ] < X < [µ+1,0. σ ] 90 < x < 136 Sedang

3. [µ+1,0. σ ] < X 136 < X Tinggi

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam

mengelompokan skor Subjek dalam kategorisasi atau skala

keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam

bimbingan di Sekolah Dasar.

Selanjutnya kategorisasi butir-butir item penelitian diperoleh

melalui perhitungan (dengan jumlah Subjek 42) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik : 42 x 4 = 168

X minimum teoritik : 42 x 1 = 42

Luas Jarak : 168 – 42 = 126

σ : 126 : 6 = 21

µ : (168 + 42) : 2 = 105

Penentuan kategorisasi setelah dilakukan penghitungan dapat

(69)

No Formula Kriteria Rerata Skor Kategori

1. X < [µ-1,0. σ ] X < 84 Rendah

2. [µ-1,0. σ ] < X < [µ+1,0. σ ] 84 < x < 126 Sedang

3. [µ+1,0. σ ] < X 126 < X Tinggi

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam

mengelompokan skor Item dalam kategorisasi atau skala

keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam

(70)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan

mengikuti sistematika rumusan masalah pada Bab I, yaitu (1) bagaimana

keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan pada

Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah dan(2)

berdasarkan analisi uji butir ragam bimbingan mana sajakah yang perlu

ditingkatkan dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Secara Umum Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas

dalam Layanan Ragam Bimbingan Pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi

keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan

pada Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan, klaten, Jawa Tengah

dan berdasarkan hasil analisis butir-butir instrumen layanan ragam

bimbingan di Sekolah Dasar yang teridentifikasi pada kategori rendah,

topik-topik bimbingan apa yang implikatif disusun sebagai usulan

program bimbingan di Sekolah Dasar di Kecamatan Pedan. Pada

penelitian ini terdapat tiga (3) kategori penggolongan keterlaksanaan

peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan pada Sekolah

(71)

dari skor total yaitu kategori kategori tinggi, kategori sedang, kategori

rendah. Berikut ini disajikan tabel deskripsi gambaran umum

penggolongan subjek keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan

ragam bimbingan pada Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan,

Klaten, Jawa Tengah dalam 3 kategori, sebagai berikut

Tabel 11

Penggolongan Subjek dalam tiga (3) Kategori

Berdasarkan tabel di atas dan sesuai dengan kategorisasi yang

dirumuskan oleh Azwar (2009), Terlihat bahwa terdapat 34 Guru

(80,95%) masuk dalam kategori tinggi, 8 Guru (19,05%) masuk dalam

kategori Sedang, dan pada kategori rendah tidak ada guru yang

menempati alias 0 (0%)

No Skor Kategori No Subjek Jumlah

Subjek Persentase

1. X < 90 Rendah - 0 0%

2. 90 < x < 136 Sedang 2,3,4,21,26,27,40,4

1 8 19,05%

3. 136 < X Tinggi 1,5,6,7,8,9,10,11,12

,13,14, 15,16,17,18,19,20, ,22,23,24,25,28,29,

30,31,32,33 34,34,36,37,38,38,3

9,42

34 80,95%

(72)

lebih jelas mengenai capaian skor rata-rata keterlaksanaan layanan

ragam bimbinganpada subjek.

Grafik 1

Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas dalam Layanan Ragam Bimbingan pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan

0

Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas dalam Layanan

Ragam Bimbingan Pada Sekolah Dasar di Kecamatan

Pedan

Dari tabel di atas terlihat bahwa :

1. Ada 34 atau 80,95 % Guru yang termasuk dalam kategori

tinggi

2. Ada 8 atau 19,05 % Guru yang masuk dalam kategori

sedang

3. Tidak ada guru yang menempati kategori rendah

Dari hasil penelitian tersebut peneliti dapat menyimpulkan

bahwa keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam

34 ( 80,95 %)

8 (19,05% )

(73)

pada kategori tinggi.

2. Butir-butir Instrumen Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas dalam

Layanan Ragam Bimbingan pada Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah

Berdasarkan perhitungan skor total pada butir instrumen

layanan ragam bimbingan sesuai dengan kategori yang dirumuskan

oleh Azwar (2009:107-109) hasil yang diperoleh yaitu pada butir item

yang termasuk dalam kategori rendah tidak ada. Butir item sebagian

besar masuk dalam kategori tinggi. Butir item juga sebagian kecil

masuk dalam kategori sedang. Kategori butir-butir tersebut adalah

sebagai berikut :

Tabel 12

Penggolongan Butir-butir Item dalam tiga (3) Kategori

No Skor Kategori No Item Jumlah

Item Persentase

1. X < 84 Rendah - 0 0%

2. 84 < x < 126 Sedang 6,9,16,21,23,25,33,35

,36,38,42,44 12 26,66%

3. 126 < X Tinggi 1,2,3,4,5,7,8,10,11,12,

13,14,15,17,18,19,20 ,22,24,26,27,28,28, 30,31,32,34,37,39,41

40,43,45

33 73,34%

Jumlah 45 100%

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa terdapat 33 item (

73,34%) masuk dalam kategori tinggi dan 12 item (26,66%) masuk

dalam kategori sedang, sedangkan pada kategori rendah tidak ada item

(74)

lebih jelas mengenai capaian skor item keterlaksanaan layanan ragam

bimbingan.

Grafik 2

Penggolongan Butir-butir item

Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas dalam Layanan Ragam Bimbingan pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan

0

Dari tabel di atas telihat bahwa :

1. Ada 34 Guru atau 73,34% yang termasuk dalam kategori

tinggi

2. Ada 8 Guru atau 26,66% yang masuk dalam kategori

sedang

3. Tidak ada guru atau 0% yang menempati kategori rendah

Dari hasil penelitian butir-butir item, peneliti menyimpulkan

bahwa masih ada sebagian butir item yang masuk dalam kategori

sedang, sehingga masih perlu peningkatan dalam pemberian materi

yang menyangkut isi dari item-item tersebut, oleh karena itu beberapa

33 ( 73,34 %)

12 ( 26,66 %)

(75)

sebagai dasar dalam pemberian usulan-usulan program-program

Bimbingan di Sekolah Dasar.

Rumusan pernyataan butir-butir item yang termasuk pada

kategori sedang adalah sebagai berikut :

Tabel 13

Butir-butir item Kuesioner yang masuk kategori sedang dan kurang tercapai pada Guru

No Aspek Indikator Butir Rumusan Pernyataan Skor Peri

ngk at 1 Pribadi Guru Melatih Peserta didik dalam

menentukan keputusan secara baik

9 Saya membiarkan peserta didik membuat keputusan

mengenai permasalaan dirinya 88 5

2 16 Saya membebaskan peserta didik menentukan apa yang

dia kehendaki tanpa saya memberikan saran kepada mereka.

98 12

3 Belajar Guru membantu menentukan cara-cara belajar yang tepat terhadap peserta didik

21 Saya menggunakan metode ceramah saat memberikan

materi pelajaran di kelas. 72 1

4 44 Saya membiarkan peserta didik mencari gaya belajar

yang sesuai dengan diri mereka sendiri. 79 2

5 Guru membekali keterampilan

peserta didik dalam menghadapi ujian

38 Saya memberikan gambaran terburuk kepada peserta

didik sebelum mereka menghadapi ujian. 81 3

6 Guru membantu pessrta didik

dalam menetapkan tujuan dan rencana pendidika selanjutnya

35 Saya memberikan berbagai informasi mengenai sekolah

lanjutan pada waktu senggang kepada peserta didik 92 6

7 Karier Guru mampu membekali peserta didik dalam persiapan diri menghadapi berbagai profesi pekerjaan yang akan datang,

23 Saya hanya memberikan informasi mengenai dunia

pekerjaan hanya ketika peserta didik bertanya saja. 97 11

8 6 Saya mengajak siswa untuk berkunjung ke

industri-industri yang terdekat dari sekolah agar peserta didik memahami bagaimana kondisi setiap pekerjaan tersebut.

93 7

9 25 Saya memberikan berbagai informasi kepada peserta

didik tentang profesi pekerjaan yang ada dilingkungan sekitarnya.

96 10

10 36 Saya membiarkan peserta didik menerima secara

langsung informasi dari orang-orang sekitarnya tanpa menjelaskan lebih dalam.

94 8

11 Guru membantu peserta didik

dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lingkungan profesi pekerjaan yang ada disekitarnya.

33 Saya menginformasikan berbagai persyaratan mengenai dunia profesi pekerjaan yang ada disekitar peserta didik bila ada waktu senggang.

85 4

12 42 Saya menginformasikan berbagai tuntutan yang

dibutuhkan dalam dunia pekerjaan kepada peserta didik melalui materi pelajaran yang diberikan di kelas.

Gambar

Tabel 1   Rincian Jumlah Subyek Sekolah dan Guru
Tabel 2 Skoring/Penilaian Kuesioner Keterlaksanaan Layanan Ragam Bimbingan
Tabel 3 Konstruk atau Kisi-kisi Instrumen Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas
Tabel 4 Kriteria Guilford
+7

Referensi

Dokumen terkait

฀ Validating the NIEM (Version 3.0) technical architecture related to the IC Data Encoding Specifications (i.e. ISM, NTK, and TDF) aligned to OGC Web Services, Phase 9 (OWS-9)

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata

Lebih lanjut terkait UU Perkawinan, ketentuan tersebut nyata-nyata bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 dan bersifat diskriminatif secara hukum, karena

virus Seoul asal Semarang mengelompok menjadi satu, hal tersebut menunjukkan bahwa kelima isolat asal Semarang mempunyai kekerabatan yang lebih dekat dan homologi yang lebih tinggi

Pengasuhan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin dari dinas sosial kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi dari hasil Asesmen Pekerja Sosial

Penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman, dkk.(1991) juga menemukan hubungan positif dan signifikan antara persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan

Terciptanya kerjasama pembangunan dengan pihak pemerintah daerah lain, instansi pusat dan pihak lain dalam rangka menunjang pengembangan pembangunan di Kabupaten OKU TIMUR

Pada penelitian ini terdapat 119 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang dirawat inap serta rawat jalandi RSUP Haji Adam Malik Medan.Pasien