LAYANAN RAGAM BIMBINGAN PADA SISWA
SEKOLAH DASAR NEGERI
SE-KECAMATAN PEDAN, KLATEN, JAWA TENGAH
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN PROGRAM
BIMBINGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Aldian Putranto Hadi 091114068
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan adalah sistem komprehensif yang meliputi fungsi, pelayanan, dan program di sekolah yang didesain untuk membantu
perkembangan pribadi dan kompetensi psikologis peserta didik. Pada konsep
pendidikan, bimbingan tersebut merupakan serangkaian perencanaan pengalaman
bagi peserta didik yang didesain untuk meningkatkan perkembangan dan
outcome pendidikan, sedangkan ditinjau dari pelayanan pendidikan, bimbingan seperti halnya kurikulum pengajaran, konsisten dengan fungsi utamanya yaitu
memfasilitasi peserta didik mencapai kematangan perkembangan (kedewasaan)
dan outcome pendidikan. Oleh karena itu bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh
tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut (Aubrey, 1979).
Layanan bimbingan merupakan tanggung jawab personil sekolah yakni
guru BK, guru mata pelajaran atau kelas dan kepala sekolah. Masing-masing
personil sekolah memiliki peran dalam keterlibatan pada proses bimbingan di
sekolah (Pietrofesa,et.al.,1980). Peran guru BK dalam layanan bimbingan di
Sekolah Dasar yaitu; (a) merencanakan program bimbingan, (b) melaksanakan
segenap program satuan layanan bimbingan, (c) melaksanakan segenap program
satuan kegiatan pendukung bimbingan, (d) menilai program dan hasil
pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan, (e)
melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan, (f) mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakannya, (g)
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan
secara menyeluruh kepada Kepala Sekolah.
Selanjutnya, Prayitno dkk (2004) menguraikan peran, tugas dan
tanggung jawab guru kelas dan guru mata pelajaran dalam bimbingan yaitu; (a)
membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada peserta didik, (b)
membantu guru pembimbing mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan
layanan bimbingan, (c) serta pengumpulan data tentang peserta didik tersebut, (d)
mengalih tangankan peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan
kepada guru pembimbing, (e) membantu mengembangkan suasana kelas, (f)
membantu kesulitan atau masalah pada peserta didik ketika berada di dalam
proses kegiatan belajar mengajar di kelas, (g) hubungan guru-peserta didik dan
hubungan peserta didik yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan,
(h) membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
Kepala Sekolah berperan sebagai Administrator, dan
bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah,
khususnya program layanan bimbingan di sekolah yang dipimpinnya. Karena
posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh
dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan di sekolahnya.
Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan
program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan
bimbingan dan konseling. Ia membantu mengembangkan kebijakan dan
prosedur-prosedur bagi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolahnya.
Di sisi lain, tidak semua sekolah memiliki tenaga guru BK. Di
Indonesia sendiri saat ini layanan bimbingan di Sekolah Dasar merupakan
tanggung jawab guru dan wali kelas (guru kelas), karena minimnya personil
profesional ke-BKan yang diangkat dan ditugaskan disekolah dasar. Di sisi lain,
guru kelas juga memiliki tugas seperti yang disebutkan dalam Permendiknas No.
17 Th 2007 yaitu membimbing peserta didik sehingga menjadi manusia
berpotensi dan mengaktualisasikan potensi kemanusiaanya secara optimum.
Oleh sebab itu, seperti yang diungkapkan Furqon (2005), bahwa guru
kelas mempunyai fungsi peranan dan kedudukan pokok di dalam keseluruhan
proses pendidikan terutama dalam pendidikan di sekolah. Peranan pokok tersebut
pembangunan dan pendidikan dewasa ini, yaitu yang berkenaan dengan mutu dan
relevansi pendidikan. Upaya memfasilitasi terwujudnya kebijakan ini, guru
dituntut menampilkan peranan, baik sebagai pengajar maupun pembimbing
secara terpadu dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan kompetensi
yang dituntutnya. Peran guru tersebut sebaiknya direalisasikan dalam kinerja
perilaku yang ditampilkannya dari mulai perencanaan (perumussan pengajaran),
pelaksanaan, sampai evaluasi dan follow up (tindak lanjut). Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, PP No. 19 tahun 2005, dan Permendiknas No. 22 tahun 2006
menegaskan bahwa dalam konteks reformasi pendidikan di sekolah, pelayanan
Bimbingan dan Konseling (BK) sebagai bagian yang integratif dalam sistem
pendidikan di sekolah. Hal ini diperkuat dengan Surat Keputusan Menpan RI No.
84 tahun 1993 (dalam Barus,2011) menegaskan bahwa selain tugas utama guru
mengajar, tugas guru SD ditambah dengan melaksanakan bimbingan. Selain itu,
seperti yang di jelaskan oleh (Depdikbud, 1994 dalam Furqon, 2005) tujuan guru
memberikan bimbingan kepada peserta didik yaitu bahwa tujuan layanan
bimbingan di sekolah dasar adalah untuk membantu peserta didik agar dapat
memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi berbagai aspek ragam
bimbingan seperti aspek pribadi, sosial, belajar dan karir sesuai dengan tuntutan
lingkungan.
Implikasi model ragam bimbingan yang direkomendasikan untuk
sendi pendidikan di sekolah dasar. Guru kelas atau bidang studi pada umumnya
lebih banyak berinteraksi dengan peserta didik di ruang kelas, melaksanakan
semua instrumen kegiatan belajar mengajar.
Realitas di lapangan, khususnya di Sekolah Dasar, menunjukkan
bahwa peran guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan belum dapat optimal
mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga
tugas memberikan layanan bimbingan kurang membawa dampak positif bagi
peningkatan prestasi belajar peserta didik. Selain melaksanakan tugas pokoknya
menyampaikan semua mata pelajaran, guru kelas juga dibebani seperangkat
administrasi yang harus dikerjakan sehingga tugas memberikan layanan
bimbingan belum dapat dilakukan secara maksimal.
Oleh karena itu guru sekolah dasar memiliki peranan penting dalam
memberikan bimbingan kepada peserta didik sesuai dengan tugas perkembangan
peserta didik dan disesuaikan dengan ragam bimbingan yang dibutuhkan oleh
peserta didik, adapun ragam bimbingan yang ada di Sekolah Dasar (SD) yang
pertama, ragam bimbingan pribadi dalam aspek perkembangan pribadi, layanan
bimbingan membantu peserta didik agar memiliki pemahaman diri,
mengembangkan sikap positif, menghargai orang lain, memiliki rasa
tanggungjawab, mampu menyelesaikan masalah. Kedua, ragam bimbingan sosial
dalam aspek perkembangan sosial, layanan bimbingan membantu peserta didik
pilihan kegiatan secara sehat. Ketiga, ragam bimbingan belajar, dalam aspek
perkembangan belajar layanan bimbingan membantu peserta didik agar dapat
melaksanakan cara-cara belajar yang benar, menetapkan tujuan dan rencana
pendididkan, memiliki keterampilan untuk menghadapi ujian, dan mencapai
prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuannya. Keempat, ragam
bimbingan karier, dalam aspek perkembangan karir layanan bimbingan
membantu peserta didik agar dapat mengenali macam-macam dan ciri-ciri
berbagai jenis pekerjaan, menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan,
mengeksplorasi arah pekerjaan dan menyesuaikan keterampilan, kemampuan,
dan minat dengan jenis pekerjaan.
Apabila keempat ragam bimbingan tersebut terlaksana, akan
berdampak pada terpenuhinya tugas-tugas perkembangan peserta didik, sehingga
penyelesaian tugas perkembangan peserta didik dapat terpenuhi secara maksimal
dan tidak menimbulkan masalah di dalam diri peserta didik. Namun apabila
keempat ragam bimbingan tersebut tidak dapat terlaksana maka akan berdampak
pada tidak terpenuhinya tugas-tugas perkembangan peserta didik secara
maksimal, dan hal ini akan menimbulkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan
tugas perkembangan peserta didik tersebut. Guna mewujudkan tujuan diatas
perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah
Dari realita di lapangan di atas peneliti tertarik untuk meneliti
keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan pada peserta
didik Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka persoalan mendasar yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam
bimbingan pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan?
2. Berdasarkan analisis uji butir ragam bimbingan mana sajakah yang perlu
ditingkatkan dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan
ragam bimbingan pada Sekolah Dasar Negeridi Kecamatan Pedan.
2. Mengetahui item ragam bimbingan mana sajakah yang perlu ditingkatkan dan
D. Manfaat Penelitian
Beberapa kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam
pemberian layanan ragam bimbingan dalam proses belajar mengajar di kelas
khusunya di Sekolah Dasar, hal ini bertujuan untuk membantu mengatasi
masalah pada peserta didik khususnya dalam belajar dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
1) Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kualitas layanan
ragam bimbingan di sekolah
2) Sebagai bahan pertimbangan untuk pemberian layanan ragam
bimbingan di sekolah.
b. Bagi Guru Kelas
Bahan evaluasi dalam pemberian layanan ragam bimbingan yang
c. Bagi Peserta Didik
Mendapatkan layanan bimbingan secara maksimal dari guru kelas
sehingga tugas perkembangan peserta didik dapat terpenuhi secara
optimal.
E. Batasan Istilah
Guna memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, dan
menghindari adanya kemungkinan yang terjadi, maka perlu adanya pembatasan
atau definisi operasional sebagai berikut :
1. Keterlaksanaan adalah tolak ukur suatu pencapaian yang sudah direcanakan
yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
2. Layanan Ragam Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu
secara berkesinambungan pada bidang kehidupan individu seperti Pribadi,
Sosial, Belajar, Karier sebagai pemenuhan tugas perkembangan individu
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini landasan teori dijadikan dasar untuk mendapatkan kebenaran.
Sesuai dengan judul penelitian maka dalam bab ini peneliti akan mengemukakan
beberapa teori yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu :
A. Landasan Bimbingan di Sekolah Dasar
1. Pengertian Bimbingan di Sekolah Dasar
Menurut Depdikbud (1994), bimbingan di sekolah dasar adalah
bantuan yang diberikan kepada siswa yang bertujuan untuk membantu siswa
agar dapat memenuh tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial,
pribadi, akademik, dan karier. Bimbingan adalah bagian dari aspek
pendidikan yang berfokus pada upaya membantu individu memenuhi
kebutuhan, memahami potensi, dan mengembangkan tujuan kehidupan. Hal
ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan ini adalah
merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian
dan potensi-potensinya meliputi bakat, minat, kemampuannya, menurut
Jones & Hand, 1983 (dalam Furqon,2005)
Menurut Hamalik (2000) bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu
itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
di dalam kehidupannya. Menurut Tim Pengembangan MKDK IKIP
Semarang (1990), bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus untuk
membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan
kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Hal sama juga
diungkapkan oleh (Bimo Walgito, 1995) mengemukakan bahwa bimbingan
adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau
kelompok dalam mengatasi kesulitan didalam hidupnya, agar dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya.
Dari berbagai pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh
banyak ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan di Sekolah Dasar
merupakan proses yang berkesinambungan yang dilakukan secara berkala
dan intensif kepada peserta didik. Bimbingan di Sekolah Dasar bertujuan
membantu peserta didik agar dapat mengarahkan dan mengembangkan
dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan dan potensinya. Layanan
bimbingan sangat dibutuhkan agar para peserta didik di Sekolah Dasar yang
mempunyai masalah dapat terbantu sehingga mereka dapat belajar dengan
lebih baik. Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan
bimbingan di Sekolah Dasar adalah membantu mengatasi berbagai macam
kesulitan yang dihadapi peserta didik di Sekolah Dasar sehingga terjadi
2. Fungsi Bimbingan di Sekolah Dasar
Sugiyo, dkk (1987) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan di
Sekolah Dasar, yaitu:
1. Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu
peserta didik staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan
program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi
peserta didik-peserta didik. Fungsi adaptasi membantu peserta
didik agar dapat menyesuaikan program-program yang ada di
sekolah maupun program-program yang digunakan guru dalam
memberikan materi pelajaran didalam kelas sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki peserta didik.
2. Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu
peserta didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat
jasmani maupun rohani. Ada berbagai teknik bimbingan
khususnya dalam teknik konseling, peserta didik dibantu
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan
kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu peserta didik dalam usaha
3. Fungsi penyaluran ( distributif )
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu
menyalurkan peserta didik-peserta didik dalam memilih
program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan
sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja
yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri
kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan
untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu
menempatkan peserta didik dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Yusuf (2009), bahwa fungsi
bimbingan meliputi:
1. Fungsi Pemahaman
Fungsi pencegahan membantu peserta didik agar memiliki
pemahaman tentang potensi yang ada dalam diri peserta didikdan
pemahaman akan lingkungannya seperti pendidikan, cita-cita masa
depannya.
2. Fungsi Pencegahan (Preventif)
Fungsi pencegahan senantiasa mengantisipasi berbagai masalah
yang mungkin dialamai peserta didik dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya masalah-masalah tersebut tidak dialami oleh
3. Fungsi Pengembangan
Fungsi pengembangan dalam membantu peserta didik dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya, melalui teknik-teknik
bimbingan yang diberikan oleh guru maupun pembimbing, adapun
teknik yang digunakan seperti layanan informasi, tutorial, diskusi
kelompok dan lain sebagainya.
4. Fungsi Perbaikan
Fungsi perbaikan ini bertujuan membantu peserta didik yang telah
mengalami masalah baik menyangkut masalah pribadi, sosial,
belajar, maupun karir.
5. Fungsi Penyaluran
Fungsi penyaluran membantu peserta didik dalam memilih
kegiatan ekstrakulikuler, minat dan bakat yang sesuai dengan diri
peserta didik yang dibantu dengan kerjasama dengan pendidik
lainnya maupun di luar lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi
Fungsi adaptasi membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan
program-program yang ada di sekolah maupun program-program
yang digunakan guru dalam memberikan materi pelajaran didalam
7. Fungsi Penyesuaian
Fungsi bimbingan penyesuaian membantu peserta didik agar dapat
menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap
lingkungan sekitarnya baik lingkungan sekolah maupun
lingkungan hidup bermasyarakat dan beragama.
3. Ragam Bimbingan di Sekolah Dasar
Ragam bimbingan menunjuk pada aspek perkembangan tertentu yang
menjadi fokus perhatian dalam layanan bimbingan. Isi layanan bimbingan
mengenai hal-hal yang menyangkut bidang pribadi, bidang sosial, bidang
belajar dan bidang karir, dengan demikian terdapat empat ragam bimbingan
menurut (Yusuf, 2009) antara lain:
a. Ragam Bimbingan Pribadi
Ragam bimbingan pribadi merupakan proses bantuan untuk
memfasilitasi peserta didik agar memiliki pemahaman tentang
karakteristik diri peserta didik, kemampuan mengembangkan
potensi diri dan memecahkan maslah-masalah yang dialami
peserta didik. Bimbingan pribadi meliputi pemahaman diri,
mengembangkan sikap diri yang positif, memiliki rasa tanggung
jawab, menentukan keputusan secara baik dan kemampuan
merupakan layanan yang mengarah kepada pencapaian pribadi
yang mantab, dengan memperhatikan keunikan karakteristik
pribadi serta ragam permasalahan yang dialamai oleh peserta
didik.
Menurut Yusuf (2009), bimbingan pribadi bertujuan
membantu peserta didik agar mampu mengembangkan
kompetensinya sebagai berikut:
a. Memiliki komitmen untuk mengamalkan nilai-nilai keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, seperti halnya
membiasakan diri untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan.
b. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, seperti halnya
percaya dengan kemampuan diri sendiri saat mengerjakan ujian
maupun tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
c. Memiliki pemahaman tentang potensi diri dan kemampuan
untuk mengembangkannya melalui kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun untuk peranannya di masa depan, seperti halnya
mengikuti ekstrakulikuler sesuai dengan hobi yang digemari.
d. Memiliki kemampuan untuk merawat dan memelihara diri,
halnya mandi dua kali sehari, rajin gosok gigi sebelum tidur
dan sesudah makan.
Apabila ragam bimbingan pribadi ini tidak terlaksana maka tidak
menutup kemungkinan akan menimbulkan masalah pada tugas
perkembangan peserta didik mengenai sikap diri sendiri sebagai
mahkluk yang sedang tumbuh, pengertian-pengertian yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, mencapai kebebasan pribadi dan
nilai-nilai kehidupan.
b. Ragam Bimbingan Sosial
Ragam bimbingan sosial adalah proses bantuan untuk
menfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan
pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial dan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik. Bimbingan sosial
meliputi mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi,
mampu menghargai orang lain, membuat kegiatan secara sehat,
dapat menyelesaikan masalah secara tepat. Bimbingan sosial
diberikan dengan cara menciptakan lingkungan sosial sekolah
yang kondusif dan membangun interaksi pendidikan atau proses
Menurut Yusuf (2009) bimbingan sosial bertujuan untuk
membantu peserta didik agar mampu mengembangkan
kompetensinya sebagai berikut:
a. Bersikap peduli terhadap orang lain, menghormati atau
menghargai orang lain.
b. Memiliki rasa tanggung jawab, yang di wujudkan dalam bentuk
berbagai kewajibannya seperti mengerjakan tugas rumah dan
perintah dari guru.
c. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (Human Relationship), yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan dengan teman sebaya.
d. Memiliki kemampuan untuk bertanggungjawab untuk
menyelesaikan masalah atau konflik dengan orang lain.
e. Memiliki kemampuan mengambil keputusan bersama secara
efektif.
Apabila ragam bimbingan sosial ini tidak terlaksana maka tidak
menutup kemungkinan akan menimbulkan masalah pada tugas
perkembngan peserta didik mengenai keterampilan fisik yang
diperlukan untuk bermain, penyesuaian diri dengan teman sebaya,
pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan
lembaga-lembaga sosial.
c. Ragam Bimbingan Belajar
Ragam bimbingan belajar merupakan proses bantuan untuk
menfasilitasi peserta didik agar memiliki pemahaman tentang
karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan potensi
dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya.
Bimbingan belajar meliputi cara-cara belajar yang tepat,
menetapkan tujuan dan rencana pendidikan, mencapai prestasi
belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuan, dan memiliki
keterampilan untuk menghadapi ujian. Bimbingan belajar
dilaksanakan oleh guru pembimbing atau guru kelas melalui
layanan bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, layanan
konseling.
Menurut Yusuf (2009) bimbingan belajar bertujuan agar
peserta didik memiliki kompetensi sebagai berikut:
a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif seperti
kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar dan aktif
b. Memiliki cara atau teknik belajar yang efektif, seperti halnya
rajin mengerjakan kumpulan soal-soal yang ada di buku
maupun sumber yang lain.
c. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan
perencanaan pendidikan seperti membuat jadwal belajar,
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Apabila ragam bimbingan belajar ini tidak terlaksana maka tidak
menutup kemungkinan akan menimbulkan masalah pada tugas
perkembngan peserta didik mengenai keterampilan-keterampilan dasar
untuk membaca, menulis, dan berhitung.
d. Ragam Bimbingan Karir
Ragam bimbingan karir yaitu proses bantuan untuk
memfasilitasi peserta didik dalam perencanaan, pengembangan dan
pemecahan masalah-masalah karir, seperti: pemahaman akan cita-cita
masa depan, pemahaman kondisi serta kemampuan diri dan
pemecahan masalah-masalah dalam mewujudkan cita-cita yang ingin
digapai. Bimbingan karir meliputi persiapan diri mengahadapi dunia
pekerjaan atau profesi tertentu serta membekali diri supaya siap
menghadapi dunia pekerjaan dan mempu menyesuaikan diri dengan
berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang ada disekitarnya.
dapat mengenal dan memahami diri, mengenal pendidikan lanjutan
dan dunia kerja dan mengembangkan masa depannya sesuai dengan
cita-cita yang diharapkan. Lebih lanjut dengan ragam bimbingan karir
peserta didik mampu menentukan dan mengambil keputusan secara
tepat dan bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya sehingga
mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.
Menurut Yusuf (2009) bimbingan karir bertujuan membantu
peserta didik agar mampu mengembangkan kompetensinya sebagai
berikut:
a. Memiliki kesadaran untuk mengikuti kegiatan belajar diluar sekolah,
seperti mengikuti berbagai macam les mata pelajaran sebagai
tambahan mendapatkan ilmu selain di sekolah.
b. Mampu mengenal keterampilan, kemampuan dan minat sesuai dengan
diri peserta didik, seperti mengikuti berbagai les menari, piano untuk
mengasah bakat dan kemampuan diri.
Apabila ragam bimbingan karier ini tidak terlaksana maka tidak
menutup kemungkinan akan menimbulkan masalah pada tugas
perkembangan peserta didik mengenai kemampuaan peserta didik
dalam mencapai cita-cita yang diharapkan, pencapaian kebebasan
B. Prinsip-prinsip Ragam Bimbingan di Sekolah Dasar
Prinsip merupakan perpaduan dari hasil kegiatan teoretik dan telaah
lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan. Menurut Prayitno (1997) prinsip-prinsip ragam bimbingan yang
dirangkum dari sejumlah sumber, sebagai berikut:
a. Sikap dan tingkah laku peserta didik sebagai pencerminan dari
segala kejiwaannya adalah unik dan khas. Keunikan ini
memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian peserta didik.
Prinsip ragam bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap
dan tingkah laku peserta didik, dalam memberikan layanan perlu
menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.
b. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya
tugas dan tanggung jawab pembimbing saja melainkan juga tugas
guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork dalam
proses bimbingan.
c. Bimbingan bertanggung jawab untuk mengembangkan kesadaran
peserta didik akan lingkungan (dunia di luar dirinya) dan
mempelajarinya secara efektif.
d. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang
pada akhirnya peserta didik yang dibantu mampu menghadapi dan
e. Pada suatu proses bimbingan, peserta didik yang dibimbing harus
aktif, dan mempunyai banyak inisiatif.
Program bimbingan di sekolah harus sejalan dengan program
pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan
karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalannya
proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Namun apabila
jalannya proses tersebut tidak bias terselesaikan atau guru yang bersangkutan
merasa sudah tidak mampu menangani permasalahan tesebut, guru dapat
melasanakan prisip referal atau pelimpahan. Penanganan masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.
C. Karakteristik Bimbingan di Sekolah Dasar
Pemerintah secara formal telah memberikan dasar acuan pelaksanaan
bimbingan di Sekolah Dasar dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1990, sebagai kelanjutan dan penyempurnaan aturan-aturan yang sebelumnya,
seperti kurikulum 1975 buku IIIC dan Pedoman Pelaksaan Bimbingan di Sekolah
Dasar Tahun 1987. Hal ini dilakukan karena pelaksaan bimbingan di Sekolah
Dasar pada kenyataannya berbeda dengan pelaksaan pada sekolah menengah,
baik SLTP maupun SMU terutama yang berkaitan dengan fungsi guru sebagai
Beberapa faktor penting yang membedakan bimbingan di Sekolah
Dasar dengan sekolah menengah, dikemukakan oleh Dinkmeyer dan Caldwell
(dalam Suherman AS, 2000) yaitu:
1. Bimbingan di Sekolah Dasar lebih menekankan pada peranan guru
dalam fungsi bimbingan.
2. Fokus bimbingan di Sekolah Dasar lebih menekan pada
pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dan
kemampuan hubungan secara efektif dengan orang lain.
3. Bimbingan di Sekolah Dasar lebih banyak melibatkan orang tua
peserta didik, mengingat pentingnya pengaruh orang tua dalam
kehidupan peserta didik selama di Sekolah Dasar.
4. Bimbingan di Sekolah Dasar hendaknya memahami kehidupan
peserta didik secara unik sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik tersebut.
5. Program Bimbingan di Sekolah Dasar hendaknya peduli pada
kabutuhan dasar peserta didik, seperti kebutuhan untuk matang
dalam pemahaman dan penerimaan diri, serta menerima kelebihan
dan kekurangannya.
Program bimbingan di Sekolah Dasar meyakini bahwa usia Sekolah
Dasar merupakan tahapan yang sangat penting dalam tahapan perkembangan
konsekuensi logis dari karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik
Sekolah Dasar itu sendiri. Oleh karena itu, memahami karakteristik murid
Sekolah Dasar merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas dan layanan bimbingan secara keseluruhan. Begitu pula
sentral layanan bimbingan akan terpusat pada pemberdayaan kualitas fungsi guru
sebagai pembimbingnya.
Pada masa peserta didik Sekolah Dasar, penugasan tugas-tugas
perkembangan tidak lagi sepenuhnya menjadi tanggungjawab orang tua seperti
masa sebelum sekolah. Tetapi sekarang peguasaan ini pun menjadi tanggung
jawab guru-guru dan sebagian kecil menjadi tanggung jawab teman-teman
sebayanya. Ada tiga karakteristik utama masa peserta didik yang mampu
menunjukan perbedaan dengan masa sebelumnya (Hurlock, 1997) yaitu:
1. Dorongan peserta didik untuk masuk kedalam dunia permainan
dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan otot-otot.
2. Dorongan peserta didik untuk keluar dari lingkungan rumah dan
masuk kedalam kelompok sebaya (peer group).
3. Dorongan mental untuk mematuhi dunia konsep-konsep logika,
simbol, dan komunikasi secara dewasa.
Selain tiga ciri utama tersebut, Havighurst (1961:28) mengemukakan
sejumlah tugas perkembangan yang harus dipenuhi peserta didik Sekolah Dasar
1. Mempelajari keterempilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai
makhluk yang sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial sebagai pria dan wanita.
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk
membaca, menulis, dan berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai kehidupan.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok dan
lembaga-lembaga sosial.
9. Mencapai kebebasan pribadi.
D. Karakteristik Peserta didik di Sekolah Dasar
Kowitz (1959), mengemukakan bahwa beberapa permasalahan yang
muncul di Sekolah Dasar pada umumnya disebabkan oleh karakteristik peserta
didik itu sendiri. Permasalahan tersebut bisa dikarenakan belum siapnya peserta
didik memasuki sekolah, keterampilan akademik yang belum optimal untuk
berkembang secara optimal, dan harapan-harapan orangtua, kelompok dan
sekolah itu sendiri terlalu tinggi, sehingga tidak realistis.
Pada bukunya Kowitz (1959), mengemukakan permasalahan yang
dihadapi peserta didik-peserta didik sekolah sebagai berikut:
1. Masalah Pribadi
Permasalahan pribadi peserta didik-peserta didik usia Sekolah
Dasar terutama berkenaan dengan kemampuan intelektual, kondisi
fisik, kesehatan dan kebiasaan-kebiasaanya. Munculnya gejala
perilaku malas untuk belajar, malas datang ke sekolah, merupakan
akibat dari kurangnya pelayanan individual yang dilakukan pihak
sekolah yang didasarkan atas kemampuan intelektual peserta didik.
2. Masalah Penyesuaian Sosial
Proses mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial, baik
dengan teman-teman maupun dengan guru, peserta didik-peserta
didik banyak mengalami permasalahan, seperti halnya kurang
percaya diri, iri hati, perkelahian, ketergantungan pada teman,
terbentuknya grup-grup pertemanan dan lain sebaginya. Sedangkan
permasalahan sosial peserta didik dengan guru misalnya tidak
menyenangi guru, ketergantungan pada guru, tidak ada gairah atau
semangat belajar. Gejala perilaku di atas muncul sebagai akibat
ekonomi, sosial budaya keluarga, atau adanya penyimpangan
kepribadian peserta didik.
3. Masalah Akademik
Permasalahan akademis bisa berupa tidak dikuasainya kemampuan
atau materi yang ditargetkan sebagai tujuan pengajaran, peserta
didik-peserta didik yang seperti ini dikenal sebagai peserta didik
yang berprestasi rendah, baik karena lambat belajar (slow leaner) maupun prestasinya dibawah kemampuan yang dimilikinya (under achiever). Ketidak keberhasilan mereka dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi bukan hanya disebabkan oleh kecerdasaan saja,
tetapi mungkin juga sebagai akibat dari kesalahan dalam cara
belajar, kurang motivasi belajar, kurangnya fasilitas dan dukungan
orangtua atau karena kesalahan-kesalahan guru dalam cara
mengajarnya sebagai akibat dari kurang memahami materi
ajarannya, pendekatan yang harus digunakan atau kurangnya
pemahaman terhadap karakteristik peserta didik-peserta didiknya.
E. Peran Guru Kelas dalam Layanan Ragam Bimbingan di Sekolah Dasar
Di Sekolah Dasar, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran peserta didik, namun demikian bukan
konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan
efektivitas dan efisien pelayanan bimbingan di Sekolah Dasar. Berdasarkan SK
Menpan No. 83/1993 (dalam Furqon, 2005) dijelaskan bahwa guru mempunyai
tugas ganda, yaitu sebagai guru kelas yang memberikan materi pelajaran dan
melaksanakan program bimbingan di kelas yang diampunya. Hal yang sama
juga diungkapkan Senjaya (2006) yang menyebutkan bahwa salah satu peran
yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi
pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang peserta didik yang
sedang dibimbingnya.
Prayitno ( 2003 ) mengungkapkan peran, tugas dan tanggung jawab
guru mata mata pelajaran dalam layanan ragam bimbingan:
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada peserta didik.
b. Membantu guru pembimbing atau konselor mengidentifikasi peserta
didik-peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan, serta pengumpulan data
tentang peserta didik-peserta didik tersebut.
c. Mengalih tangankan peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan
kepada guru pembimbing atau konselor.
d. Menerima peserta didik alih tangan dari guru pembimbing atau konselor,
yaitu peserta didik yang menuntut guru pembimbing atau konselor
memerlukan pelayanan pengajar atau latihan khusus (seperti pengajaran,
e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru ke peserta didik
dan hubungan peserta didik ke peserta didik yang menunjang pelaksanaan
pelayanan bimbingan.
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peserta didik yang
memerlukan layanan atau kegiatan bimbingan untuk mengikuti atau menjalani
layanan dan kegiatan yang dimaksudkan.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah peserta didik,
seperti konferensi kasus.
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan serta upaya tindak lanjutnya.
Berdasarkan pendapat Slameto (2010), sebagai pembimbing dalam
kegiatan pembelajaran, guru diharapkan mampu: (1) mengenal dan memahami
setiap peserta didik secara individu maupun kelompok, (2) memberikan
penjelasan pada peserta didik mengenai hal-hal yang diperlukan dalam belajar,
(3) memberikan kesempatan yang memadai agar setiap peserta didik dapat
belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya, (4) membantu peserta didik dalam
mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya, (5) menilai hasil dari
Implementasi kegiatan bimbingan dalam pelaksanaan kurikulum di
sekolah sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena
itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan sangat penting
dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Dari berbagai macam-macam peran guru dalam layanan ragam
bimbingan yang diungkapkan para ahli di atas, dapat disimpulkan berbagai
rincian peran guru dalam layanan bimbingan sebagai berikut :
a. Guru sebagai informator, yaitu guru sebagai penyedia, pelaksana suatu kegiatan penyampaian informasi dan sebagai sumber informasi kegiatan
layanan bimbingan.
b. Guru sebagai organisator, yaitu sebaga pencipta suasana suatu lingkungan, selain itu sebagai pemimpin penggerak, dan pengarah suatu kegiatan secara
bijaksana dan manusiawi selama proses bimbingan itu berlangsung.
c. Guru sebagai motivator, yaitu sebagai pendorong serta sebagai pembangkit tumbuh dan kembangnya potensi peserta didik guna menciptakan kreativitas
dan aktivitas peserta didik sehingga terwujudnya dinamika dalam proses
layanan bimbingan.
kriteria yang telah ditetapkan baik mengenai aspek keefektifan proses maupun
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian,
antara lain jenis penelitian, subyek penelitian, intrumen penelitian, dan teknik
pengumpulan data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian yang dilakukan tergolong penelitian deskriptif dengan metode survei.
Furchan (2005) mengatakan bahwa penelitian deskriptif dengan metode survei
dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif
terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.
Penelitian deskriptif dengan metode survei dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk mengumpulkan data guna memperoleh gambaran tentang keterlaksanaan
peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan pada siswa Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah 42 Guru Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Pedan. Peneliti hanya mengambil sebagian dari Sekolah Dasar yang
ada di Kecamatan Pedan hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti dalam bentuk
waktu dan biaya, adapun 11 Sekolah dasar yang peneliti pakai untuk uji coba dan
untuk penelitian yaitu:
No Sekolah Jumlah Guru
Uji Coba Penelitian
1 SDN 1 BENDO 4 3
2 SDN 2 BENDO 3 4
3 SDN 1 KEDEN 3 4
4 SDN 3 KEDEN 3 4
5 SDN 1 TAMBAKBOYO 3 4
6 SDN 2 TAMBAKBOYO 3 4
7 SDN 1 TEMUWANGI 3 4
8 SDN 2 JETISWETAN 4 3
9 SDN 1 KEDUNGAN 3 4
10 SDN 1 SOBAYAN 3 4
11 SDN 2 NGAREN 3 4
Jumlah 35 42
Subjek penelitian diambil secara sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Alasan
peneliti mengambil subjek penelitian secara sampel karena subjek penelitiannya
terlalu banyak dan keterbatasan waktu. Pengambilan sampel dilakukan melalui
random sampling, yaitu dengan cara pengambilan sampel secara acak (random),
di mana semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel (Arifin, 2011). Pertimbangan peneliti mengambil
11 sekolah yaitu terkait dengan jarak, waktu dan biaya, oleh karena itu peneliti
hanya mengambil subjek sebanyak 11 sekolah diatas.
C. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner
untuk pertanyaan/pernyataan tersebut (Furchan, 2005). Kuesioner yang
disusun oleh peneliti memuat aspek-aspek ragam bimbingan menurut Yusuf
(2009) yaitu Ragam Bimbingan Pribadi; pemahaman diri, mengembangkan
sikap diri yang positif, memiliki rasa tanggung jawab, menentukan keputusan
secara baik dan kemampuan mengatasi masalah-masalah pribadi. Ragam
Bimbingan Sosial; mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi,
mampu menghargai orang lain, membuat kegiatan secara sehat, dapat
menyelesaikan masalah secara tepat. Ragam Bimbingan Belajar; cara-cara
belajar yang tepat, menetapkan tujuan dan rencana pendidikan, mencapai
prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuan, dan memiliki
keterampilan untuk menghadapi ujian. Ragam Bimbingan Karier; persiapan
diri menghadapi dunia pekerjaan atau profesi tertentu serta membekali diri
supaya siap menghadapi dunia pekerjaan dan mempu menyesuaikan diri
dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang ada disekitarnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penskor-an/metode skoring dari Skala Likert, yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial (Sugiyono, 2011). Pada Skala Likert terdapat 4 (empat) alternatif
jawaban yang disediakan yaitu Selalu (SL), Sering (S), kadang-kadang (KD),
dan Tidak Pernah (TP). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 4 (empat)
alternatif jawaban yang telah peneliti modifikasi yang sesuai dengan
Sesuai (STS).
Pernyataan dalam kuesioner keterlaksanaan layanan ragam
bimbingan di Sekolah Dasar, ini terdiri dari dua bagian, yang pertama
identitas, pengantar dan petunjuk pengisian kuesioner dan bagian kedua
pernyataan itu sendiri, yang berisi pernyataan positif atau favorabel dan
pernyataan negatif atau unfavorabel. Pernyataan positif atau favorabel
merupakan konsep yang sesuai atau mendukung variabel yang diukur.
Pernyataan favorabel yaitu pernyataan yang menggambarkan keterlaksanaan
layanan ragam bimbingan di Sekolah Dasar yang dilakukan oleh guru kelas
pada setiap memberikan pelajaran di kelas. Lain halnya dengan pernyataan
negatif atau unfavorabel yaitu konsep yang tidak sesuai/ tidak mendukung
variabel yang diukur. Pernyataan unfavorabel merupakan pernyataan yang
menggambarkan tidak terlaksananya layanan ragam bimbingan di Sekolah
Dasar yang dilakukan oleh guru kelas pada setiap memberikan pelajaran di
kelas. Skoring untuk setiap jawaban dalam kuesioner dilakukan dengan
memberi nilai pada setiap alternatif jawaban. Skoring dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 2
Skoring/Penilaian Kuesioner Keterlaksanaan Layanan Ragam Bimbingan
No. Pernyataan
Alternatif Jawaban Sangat Sesuai
(S) Sesuai (S) Tidak Sesuai ( TS ) Sangat Tidak Sesuai (STS)
1. Favorabel 4 3 2 1
Kuesioner keterlaksanaan layanan ragam bimbingan di Sekolah Dasar dengan
memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan menggunakan tanda
centang (). Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden
pada masing-masing item. Konstruk atau kisi-kisi instrumen penelitian yang telah
dalam Layanan Ragam Bimbingan Pada Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah
No Aspek
Ragam Bimbingan Indikator Faforable Unfaforable No item
1 Pribadi 1. Guru melatih peserta didik
memahami diri 8,12 1,18
2. Guru melatih peserta didik mengembangkan sikap diri yang positif
2,10
3. Guru melatih peserta didik
membangun rasa tanggung jawab 3 24
4. Guru melatih peserta didik dalam
menentukan keputusan secara baik 9,16
5. Guru melatih peserta didik dalam
mengatasi masalah-masalah 17,30 2 Sosial 1. Guru melatih peserta didik dalam
mengembangkan keterampilan antar pribadi
15,32 4
2. Guru membangun sikap peserta
didik dalam menghargai orang lain. 7,14 20,34
3. Guru melatih peserta didik dalam
menyelesaikan masalah secara tepat 39,45 3 Belajar 1. Guru membantu menentukan
cara-cara belajar yang tepat terhadap peserta didik
19,37 21,44
2. Guru membantu peserta didik dalam menetapkan tujuan dan rencana pendidikan selanjutnya
26,35 13,40
3. Guru membantu peserta didik dalam mencapai prestasi secara optimal sesuai bakat dan kemampuan peserta didik.
5,11 22
4. Guru membekali keterampilan peserta didik dalam menghadapi ujian
31 38,41
4 Karier 1. Guru mampu membekali peserta
didik dalam persiapan diri menghadapi berbagai pekerjaan yang akan dating
6,29 23,43
2. Guru selalu membekali diri peserta didik agar siap menghadapi dunia pekerjaan
25 27,36
3. Guru membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lingkungan pekerjaan yang ada disekitarnya.
33,42 28
a. Validitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011). Valid
berarti intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono, 2011). Validitas yang digunakan dalam
penelitian ini validitas isi (content validity). Validitas isi adalah validitas
yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan
tujuan dan deskripsi masalah yang akan diteliti (Nurgiyantoro, 2009).
Instrumen yang valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur
variabel yang akan diteliti.
Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada
pertimbangan yang dilakukan oleh seorang ahli (expert judgement), guna
menelaah secara logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir
pernyataan kuesioner agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan
aspek tujuan dan isi indikator atributnya sebagaimana dikonstruk dalam
kisi-kisi instrumen, sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro, 2009).
Pengujian validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah
dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis
dengan analisis item atau uji beda. Hasil konsultasi dan telaah yang
dilakukan oleh ahli dilengkapi dengan mengkorelasikan skor-skor setiap
item instrumen terhadap skor-skor setiap aspek melalui pendekatan
N
X2
X 2
N
Y2
Y 2
Keterangan :
XY
r = Korelasi skor butir/ item dengan skor aspek
N = Jumlah subyek
X = Skor item atau butir
Y = Skor total per aspek
XY= hasil perkalian antara X dan Y
Hasil perhitungan tersebut diperiksa konsistensinya dengan
menggunakan program komputer SPSS for windows release 15.00. Syarat
minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 (Azwar,
2011: 103). Bila harga korelasi di bawah 0,30 maka dapat disimpulkan
bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau
dibuang (Azwar,2011:103). Namun apabila peneliti merasa item yang
dibutuhkan kurang memenuhi jumlah item yang di inginkan, oleh karen itu
peneliti diperbolehkan untuk menurunkan harga korelasi item tersebut dari
0,3 menjadi 0,25 (Azwar,2011:66)
b. Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran
(Azwar, 2011). Menurut Azwar (2011) konsep reliabilitas dalam arti
reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error
of measurement), sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil
ukur erat berkaitan dengan eror dalam pengambilan sampel (sampling
error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran
dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda.
Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner menggunakan program
SPSS yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan koefisien Alpha
Cronbach (α). Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α)
adalh sebagai berikut :
α =
2[1-
S 2 2 S + 2 Sx i x
]
Keterangan rumus :
S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
Sx2 : varians skor skala
Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (dalam
NO Koefisien Korelasi Kualifikasi
1. 0,91-1,00 Sangat tinggi
2. 0,71-0,90 Tinggi
3. 0,41-0,70 Cukup
4. 0,21-0,40 Rendah
5. Negatif-0,20 Rendah Sekali
3. Telaah Ahli (Expert Judgement) terhadap Kuesioner
Penelaahan butir-butir pada instrumen telah dilakukan oleh Kepala
Sekolah dan Guru Kelas yaitu :
1. Ibu Sri Hartati S.Pd SD (Kepala Sekolah SDN 1 Temuwangi)
2. Bapak Dwi Sunarko, S.Pd SD (Guru SDN 2 Gondang)
Setelah dilakukan penelaahan terhadap instrumen, hasil yang
didapat yaitu perlu dilakukannya perbaikan pada butir-butir instrumen agar
setiap butir pernyataan yang dibuat secara logis tepat/sesuai dengan
konstruk kisi-kisinya.
4. Uji Empirik terhadap Kuesioner
a. Validitas Kuesioner
Pelaksanaan uji coba terhadap instrumen (uji empirik)
dilakukan pada tanggal 11 September 2013 diperoleh hasil
perhitungan konsistensi internal butir pada setiap aspek menggunakan
SPSS 15 dengan syarat r = 0,30 (Azwar,2011). Bila harga korelasi di
bawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut
tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2010).
Namun apabila peneliti merasa item yang dibutuhkan kurang
memenuhi jumlah item yang di inginkan, oleh karena itu peneliti
diperbolehkan untuk menurunkan harga korelasi item tersebut dari 0,3
menjadi 0,25 (Azwar,2011). Setelah di konsultasikan dengan dosen
pembimbing akhirnya peneliti memutuskan untuk menggunakan
harga korelasi item sebesar 0,25, hal ini dilakukan karena apabila
menggunakan harga korelasi dengan melihat table r dengan N 35 dan
taraf signifikan 5% yaitu 0,334 dan 1% yaitu 0,430, item peneliti
dirasa kurang memenuhi untuk di gunakan sebagai alat penelitian
karena peneliti merasa jumlah item kurang memenuhi persyaratan
untuk suatu penelitian.
Oleh karena itu dari hasil pemeriksaan konsistensi butir yang
terdiri dari empat aspek diperoleh 15 dari 60 butir kuesioner yang
dinyatakan tidak valid. Butir kuesioner yang tidak valid didrop atau
dibuang. Data hasil uji konsistensi internal dapat dilihat pada tabel
No Aspek 2. Guru melatih peserta didik
mengembangkan sikap diri yang positif
3. Guru melatih peserta didik membangun rasa tanggung jawab
4. Guru melatih peserta didik dalam menentukan keputusan secara baik
5. Guru melatih peserta didik dalam mengatasi masalah-2. Guru membangun sikap
peserta didik dalam menghargai orang lain.
3. Guru melatih peserta didik dalam menyelesaikan masalah secara tepat 3 Belajar 1. Guru membantu
menentukan cara-cara belajar yang tepat terhadap peserta didik 2. Guru membantu peserta
didik dalam menetapkan tujuan dan rencana pendidikan selanjutnya
3. Guru membantu peserta didik dalam mencapai 2. Guru selalu membekali diri
peserta didik agar siap menghadapi dunia pekerjaan 3. Guru membantu peserta
Dari hasil data uji coba (empirik) kepada Guru Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Pedan pada tanggal 11 September 2013 dengan
menggunakan SPSS 15.0 For Window dan diperoleh perhitungan
koefisien relibabilitas seluruh instrumen dengan menggunakan rumus
koefisien Alpha (α)yaitu 0,841.
Tabel 6
Koefisien Reliabilitas Keterlaksanaan Layanan Ragam Bimbingan
Koefisien Alpha
Cronbach N item N Subjek
0,841 45 42
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Persiapan dan Pelaksanaan
Berikut ini tahap-tahap yang digunakan dalam pengolahan data:
a. Menyusun kuesioner/skala tentang keterlaksanaan layanan ragam
bimbingan di Sekolah Dasar
b. Menentukan subjek, yaitu para Guru Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Pedan.
c. Pengujian instrumen oleh ahli yang dilakukan oleh Guru kelas
yang dilakukan kepada Guru di 11 Sekolah Dasar Negeri
se-Kecamatan Pedan.
e. Menganalisis data uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas
kuesioner menggunakan SPSS for windows 15.00.
f. Pengambilan data yang dilakukan kepada Guru di 11 Sekolah
Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan. Pelaksanaan penelitian
dilakukan Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan .
Jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian adalah sebagai
berikut:
Tabel 7
Jadwal Pengumpulan Data Penelitian
No Tanggal Sekolah Jumlah Guru
1 19 September 2013 SDN 1 BENDO 3
2 19 September 2013 SDN 2 BENDO 4
3 19 September 2013 SDN 1 KEDEN 4
4 19 September 2013 SDN 3 KEDEN 4
5 19 September 2013 SDN 1 TAMBAKBOYO 4
6 19 September 2013 SDN 2 TAMBAKBOYO 4
7 19 September 2013 SDN 1 TEMUWANGI 4
8 19 September 2013 SDN 2 JETISWETAN 3
9 19 September 2013 SDN 1 KEDUNGAN 4
10 19 September 2013 SDN 1 SOBAYAN 4
11 19 September 2013 SDN 2 NGAREN 4
Jumlah 42
a. Memeriksa keabsahan administratif hasil jawaban subjek untuk
diolah lebih lanjut.
b. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban, Sangat
Sesuai=4, Sesuai=3, Tidak Sesuai=2, dan Sangat Tidak Sesuai=1
untuk penyataan positif dan sebaliknya untuk pernyataan negatif.
c. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing
item kuesioner dan skor rata-rata subyek maupun rata-rata butir.
d. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner keterlaksanaan
layanan ragam bimbingan di Sekolah Dasar dengan cara:
1) Menghitung koefisien validitas keterlaksanaan layanan
ragam bimbingan di Sekolah Dasar menggunakan Producy
Moment dari Pearson dengan menggunakan program
komputer SPSS for windows release 15.00.
2) Menghitung koefisien reliabilitas keterlaksanaan layanan
ragam bimbingan di Sekolah Dasar dengan menggunakan
rumus Alpha Cornbach pada program komputer SPSS for
windows release 15.00.
3) Mengkategorisasikan frekuensi keterlaksanaan layanan
ragam bimbingan menurut Aswar (2009 : 107-108) dengan
Keterlaksanaan Layanan Ragam Bimbingan
No Formula Kriteria Kategori
1. X < [µ-1,0. σ ] Rendah
2. [µ-1,0. σ ] < X < [µ+1,0. σ ] Sedang
3. [µ+1,0. σ ] < X Tinggi
Keterangan :
X maksimum teoritik : Rata-rata Skor total tertinggi
X minimum teoritik : Rata-rata skor total terendah
σ : Standar deviasi,yaitu luas jarak
rentangan yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran
µ : Mean teoritik, yaitu rata-rata teoritis
dari skor maxsimum
Kategori tersebut menjadi patokan dalam menentukan tinggi
rendahnya keterlaksanaan layanan ragam bimbingan. Kategorisasi
Subjek penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah
Item 45) sebagai berikut:
X maxsimum teoritik : 45 x 4 = 180
X minimum teoritik : 45 x 1 = 45
Luas Jarak : 180 – 45 = 135
113
Penentuan kategorisasi setelah dilakukan penghitungan dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 9
Kategori Keterlaksanaan Layanan Ragam Bimbingan
No Formula Kriteria Rerata Skor Kategori
1. X < [µ-1,0. σ ] X < 90 Rendah
2. [µ-1,0. σ ] < X < [µ+1,0. σ ] 90 < x < 136 Sedang
3. [µ+1,0. σ ] < X 136 < X Tinggi
Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam
mengelompokan skor Subjek dalam kategorisasi atau skala
keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam
bimbingan di Sekolah Dasar.
Selanjutnya kategorisasi butir-butir item penelitian diperoleh
melalui perhitungan (dengan jumlah Subjek 42) sebagai berikut:
X maxsimum teoritik : 42 x 4 = 168
X minimum teoritik : 42 x 1 = 42
Luas Jarak : 168 – 42 = 126
σ : 126 : 6 = 21
µ : (168 + 42) : 2 = 105
Penentuan kategorisasi setelah dilakukan penghitungan dapat
No Formula Kriteria Rerata Skor Kategori
1. X < [µ-1,0. σ ] X < 84 Rendah
2. [µ-1,0. σ ] < X < [µ+1,0. σ ] 84 < x < 126 Sedang
3. [µ+1,0. σ ] < X 126 < X Tinggi
Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam
mengelompokan skor Item dalam kategorisasi atau skala
keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan
mengikuti sistematika rumusan masalah pada Bab I, yaitu (1) bagaimana
keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan pada
Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah dan(2)
berdasarkan analisi uji butir ragam bimbingan mana sajakah yang perlu
ditingkatkan dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Secara Umum Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas
dalam Layanan Ragam Bimbingan Pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi
keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan
pada Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan, klaten, Jawa Tengah
dan berdasarkan hasil analisis butir-butir instrumen layanan ragam
bimbingan di Sekolah Dasar yang teridentifikasi pada kategori rendah,
topik-topik bimbingan apa yang implikatif disusun sebagai usulan
program bimbingan di Sekolah Dasar di Kecamatan Pedan. Pada
penelitian ini terdapat tiga (3) kategori penggolongan keterlaksanaan
peranan guru kelas dalam layanan ragam bimbingan pada Sekolah
dari skor total yaitu kategori kategori tinggi, kategori sedang, kategori
rendah. Berikut ini disajikan tabel deskripsi gambaran umum
penggolongan subjek keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan
ragam bimbingan pada Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan,
Klaten, Jawa Tengah dalam 3 kategori, sebagai berikut
Tabel 11
Penggolongan Subjek dalam tiga (3) Kategori
Berdasarkan tabel di atas dan sesuai dengan kategorisasi yang
dirumuskan oleh Azwar (2009), Terlihat bahwa terdapat 34 Guru
(80,95%) masuk dalam kategori tinggi, 8 Guru (19,05%) masuk dalam
kategori Sedang, dan pada kategori rendah tidak ada guru yang
menempati alias 0 (0%)
No Skor Kategori No Subjek Jumlah
Subjek Persentase
1. X < 90 Rendah - 0 0%
2. 90 < x < 136 Sedang 2,3,4,21,26,27,40,4
1 8 19,05%
3. 136 < X Tinggi 1,5,6,7,8,9,10,11,12
,13,14, 15,16,17,18,19,20, ,22,23,24,25,28,29,
30,31,32,33 34,34,36,37,38,38,3
9,42
34 80,95%
lebih jelas mengenai capaian skor rata-rata keterlaksanaan layanan
ragam bimbinganpada subjek.
Grafik 1
Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas dalam Layanan Ragam Bimbingan pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan
0
Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas dalam Layanan
Ragam Bimbingan Pada Sekolah Dasar di Kecamatan
Pedan
Dari tabel di atas terlihat bahwa :
1. Ada 34 atau 80,95 % Guru yang termasuk dalam kategori
tinggi
2. Ada 8 atau 19,05 % Guru yang masuk dalam kategori
sedang
3. Tidak ada guru yang menempati kategori rendah
Dari hasil penelitian tersebut peneliti dapat menyimpulkan
bahwa keterlaksanaan peranan guru kelas dalam layanan ragam
34 ( 80,95 %)
8 (19,05% )
pada kategori tinggi.
2. Butir-butir Instrumen Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas dalam
Layanan Ragam Bimbingan pada Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah
Berdasarkan perhitungan skor total pada butir instrumen
layanan ragam bimbingan sesuai dengan kategori yang dirumuskan
oleh Azwar (2009:107-109) hasil yang diperoleh yaitu pada butir item
yang termasuk dalam kategori rendah tidak ada. Butir item sebagian
besar masuk dalam kategori tinggi. Butir item juga sebagian kecil
masuk dalam kategori sedang. Kategori butir-butir tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 12
Penggolongan Butir-butir Item dalam tiga (3) Kategori
No Skor Kategori No Item Jumlah
Item Persentase
1. X < 84 Rendah - 0 0%
2. 84 < x < 126 Sedang 6,9,16,21,23,25,33,35
,36,38,42,44 12 26,66%
3. 126 < X Tinggi 1,2,3,4,5,7,8,10,11,12,
13,14,15,17,18,19,20 ,22,24,26,27,28,28, 30,31,32,34,37,39,41
40,43,45
33 73,34%
Jumlah 45 100%
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa terdapat 33 item (
73,34%) masuk dalam kategori tinggi dan 12 item (26,66%) masuk
dalam kategori sedang, sedangkan pada kategori rendah tidak ada item
lebih jelas mengenai capaian skor item keterlaksanaan layanan ragam
bimbingan.
Grafik 2
Penggolongan Butir-butir item
Keterlaksanaan Peranan Guru Kelas dalam Layanan Ragam Bimbingan pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pedan
0
Dari tabel di atas telihat bahwa :
1. Ada 34 Guru atau 73,34% yang termasuk dalam kategori
tinggi
2. Ada 8 Guru atau 26,66% yang masuk dalam kategori
sedang
3. Tidak ada guru atau 0% yang menempati kategori rendah
Dari hasil penelitian butir-butir item, peneliti menyimpulkan
bahwa masih ada sebagian butir item yang masuk dalam kategori
sedang, sehingga masih perlu peningkatan dalam pemberian materi
yang menyangkut isi dari item-item tersebut, oleh karena itu beberapa
33 ( 73,34 %)
12 ( 26,66 %)
sebagai dasar dalam pemberian usulan-usulan program-program
Bimbingan di Sekolah Dasar.
Rumusan pernyataan butir-butir item yang termasuk pada
kategori sedang adalah sebagai berikut :
Tabel 13
Butir-butir item Kuesioner yang masuk kategori sedang dan kurang tercapai pada Guru
No Aspek Indikator Butir Rumusan Pernyataan Skor Peri
ngk at 1 Pribadi Guru Melatih Peserta didik dalam
menentukan keputusan secara baik
9 Saya membiarkan peserta didik membuat keputusan
mengenai permasalaan dirinya 88 5
2 16 Saya membebaskan peserta didik menentukan apa yang
dia kehendaki tanpa saya memberikan saran kepada mereka.
98 12
3 Belajar Guru membantu menentukan cara-cara belajar yang tepat terhadap peserta didik
21 Saya menggunakan metode ceramah saat memberikan
materi pelajaran di kelas. 72 1
4 44 Saya membiarkan peserta didik mencari gaya belajar
yang sesuai dengan diri mereka sendiri. 79 2
5 Guru membekali keterampilan
peserta didik dalam menghadapi ujian
38 Saya memberikan gambaran terburuk kepada peserta
didik sebelum mereka menghadapi ujian. 81 3
6 Guru membantu pessrta didik
dalam menetapkan tujuan dan rencana pendidika selanjutnya
35 Saya memberikan berbagai informasi mengenai sekolah
lanjutan pada waktu senggang kepada peserta didik 92 6
7 Karier Guru mampu membekali peserta didik dalam persiapan diri menghadapi berbagai profesi pekerjaan yang akan datang,
23 Saya hanya memberikan informasi mengenai dunia
pekerjaan hanya ketika peserta didik bertanya saja. 97 11
8 6 Saya mengajak siswa untuk berkunjung ke
industri-industri yang terdekat dari sekolah agar peserta didik memahami bagaimana kondisi setiap pekerjaan tersebut.
93 7
9 25 Saya memberikan berbagai informasi kepada peserta
didik tentang profesi pekerjaan yang ada dilingkungan sekitarnya.
96 10
10 36 Saya membiarkan peserta didik menerima secara
langsung informasi dari orang-orang sekitarnya tanpa menjelaskan lebih dalam.
94 8
11 Guru membantu peserta didik
dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lingkungan profesi pekerjaan yang ada disekitarnya.
33 Saya menginformasikan berbagai persyaratan mengenai dunia profesi pekerjaan yang ada disekitar peserta didik bila ada waktu senggang.
85 4
12 42 Saya menginformasikan berbagai tuntutan yang
dibutuhkan dalam dunia pekerjaan kepada peserta didik melalui materi pelajaran yang diberikan di kelas.