SKRIPSI
Disusun Oleh :
FUAD ABSIF NPM. 0713010094
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
(Studi Kasus Pada Usaha Warnet di Daerah Surabaya Timur)
Oleh : Fuad Absif ABSTRAK
Usaha warung internet (Warnet) semakin tahun semakin banyak diminati sebagai pilihan usaha yang menguntungkan kondisi ini terlihat dari perkembangan semakin maraknya pengguna jasa warnet. Hal ini dapat dilihat pada tahun 1998 dimana awalnya pengguna dari jasa telekomunikasih ini hanya sebatas browsing dan email saja, itupun hanya kalangan terbatas saja. Pada tahun 2008, dimana internet memiliki peran semakin penting dikarenakan memiliki fungsi lain seperti pemasaran suatu produk, membentuk forum diskusi, sampai digunakan untuk hiburan. Untuk saat ini banyak sekali usaha warnet yang brangkut. Hal ini disebabkan banyaknya persaingan yang terjadi dalam usaha tersebut serta pelayanan dan sistem pengelolahan keuangan yang kurang baik. Berdasarkan fenomena di lapangan menunjukkan bahwa pelaku usaha warnet belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan pencatatan yang sederhana
Peneliti ini bertujuan untuk mengatahui penerapan pencatatan keuangan pada usaha kecil menengah dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha warnet terhadap akuntansi. Metode yang digunakan adalah metode Kualitatif untuk menggali dan menjelaskan penerapan pencatatan keuangn pada usaha kecil menengah,
Berdasarkan observasi bahwa ditemukan adalah pandangan pemahaman pencatatan keuangan oleh pemilik warnet Grand Office ini sudah memahami pencatatan laporan keuangan berdasarkan dengan standart akuntansi, namun untuk warnet yang lain ketika penelitian masih menggunakan pencatatan keuangan sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri. Hal tersebut dilakukan karena mereka berfikir bagaimana usaha mereka bertahan dan untuk berkembang serta menambah pendapatan mereka.
(Studi Kasus Pada Usaha Warnet di Daerah Surabaya Timur) Oleh :
Fuad Absif ABSTRAC
Business internet (warnet) the years more and more popular as a profitable enterprise selection condition can be seen from the increasingly widespread development of service users cafe. It can be seen in 1998 where the first users of telecommunications services is only limited to just browsing and email, and even then only a limited circle only. In 2008, in which the internet has an increasingly important role due to having other functions such as marketing a product, create a forum, to be used for entertainment. For now a lot of cafe business which went insolvent. This is because there is competition going on in the business and service and financial processing systems that are less good. Based on this
phenomenon in the field showed that the cafe business accounting records do not understand about the good and true, they think the record is too complicated to implement and just make a simple spreadsheet.
Researchers are aiming to know the application of financial records in the medium and small businesses to determine the extent of employers' understanding of the accounting cafe. The method used is a qualitative method to explore and explain the application of financial records on small and medium businesses.
Based on the observation that was found is a view of understanding the financial records by the owner of the warnet Grand Office has been to understand the recording of financial statements with accounting standards, but for another cafe when the study was to use the financial records in accordance with the knowledge and understanding. This is done because they think how their business to survive and to grow and increase their income.
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunitas akuntansi internasional dewasa ini menunjukkan perhatian
besar pada usaha kecil. International Accounting Standards Board (IASB) pada
bulan juni 2004 mengeluarkan suatu discussion paper tentang standart akuntansi
untuk usaha kecil dan menengah (Preliminary view on accounting standards for
small and medium sizedentities). AICP juga memberikan perhatian besar bagi
usaha-usaha kecil, terutama dalam hal dampak penetapan suatu standar akuntansi
bagi usaha kecil. Metzler (2005) menyatakan bahwa AICP mempunyai
program-program untuk membantu para akuntansi dalam menyediakan jasa yang
berkualitas tinggi bagi klien usaha kecil.
Di Indonesia, usaha kecil mampu menyerap 88% tenaga kerja,
memberikan kontribusi terhadap produk domestic bruto sebesar 40%, dan
mempunyai potensi sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan ekspor,
khususnya ekspor non-migas (Indonesia Small Busnisess Research center, 2003).
Informasi akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan
usaha, termasuk bagi usaha kecil menengah (Megginson et al., 2000). Informasi
akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambil keputusan-keputusan
penetapan harga, dan lain-lain. Dalam hubungan usaha kecil dengan pemerintah
dan kreditur (bank), penyediaan informasi akuntansi juga diperlukan. Kewajiban
menyelenggarakan pencatatan akuntansi yang baik bagi usaha kecil menengah di
Indonesia sebenarnya telah tersirat dalam Undang-undang usaha kecil no. 9 tahun
1995 dan dalam undang-undang perpajakan.
Pemerintah maupun komunitas akuntansi telah menegaskan pentingnya
pencatatan dan penyelenggarakan informasi akuntansi bagi usaha kecil menengah,
walaupun dalam kenyataannya desakan hukum (law enforcement) dari regulator
belum memadai. Sedangkan untuk perannya di Industri Kecil dan Rumah Tangga
di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting. Sedangkan pemerintah
tidak menyampingkan (IKRT) sebagai salah satu penggerak kegiatan ekonomi di
Indonesia. Sebaliknya, pemerintah harus turut berperan serta dalam
membedayakan IKRT diantaranya dengan menciptakan kebijakan yang berpihak
pada IKRT.
Usaha pemerintah menyelenggarakan kegiatan untuk melatih
kewirausahaan masyarakat. PKMP mandiri salah satu contoh berbagai saran untuk
melatih warga Indonesia agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri
dengan cara diberi modal pinjaman agar dapat mempunyai usaha sendiri sehingga
secara tidak langsung mendidik masyarakat untuk menjadi wirausahawan.
Menjadi wirausahawan sangatlah diperlukan, tidak hanya untuk kepentingan diri
sendiri, tetapi juga untuk mengabdi kepada Bangsa dan Negara dengan
Kesenjangan antara lapangan pekerjaan dengan kelulusan institusi
pendidikan. Salah satu caranya yaitu dengan mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan yang kita miliki dan menjadikan usaha yang berkah dan bisa
membantu. Oleh sebab itu semua pihak harus berfikir dan mewujudkan karya
nyata dalam mengatasi mengurangi angka pengangguran selama ini.
Salah satu solusi yang tepat untuk mewujudkan karya nyata tersebut yang
berguna mengurangi angka pengangguran salah satunya dengan mendirikan usaha
kecil menengah atau usaha rumahan yaitu warnet. Warung internet atau biasa
disingkat warnet adalah salah satu jenis usaha dimana para wirausahawan tersebut
telah menyediakan serta menawarkan jasa yang berhubungan dengan dunia maya
atau dunia digital. Hal ini juga ditunjang dengan pesatnya informasi yang
berkembang saat ini, dan juga kebutuhan akan update informasi atau browsing
tersebut sekarang menjadi suatu yang primer dibandingkan dengan lima sampai
sepuluh tahun yang lalu, dimana kebutuhan informasi tersebut masih sebatas
pelengkap saja atau dapat dikatakan sebagai kebutuhan tersier.
Internet telah menggantikan posisi perpustakaan ataupun buku yang
merupakan gudang ilmu pengetahuan. Semua informasi dari dulu hingga sekarang
termuat dengan cukup lengkap di internet. Internet adalah singkatan dari
Interconnection Networking, yang secara sederhana bisa diartikan sebagai global
network of computer networks (Randal and Latulipe, 1995). Negara yang
menguasai internet di era milinium dipastikan menjadi Negara yang maju jika
sangat mudah dan efisien terhadap waktu. Internet juga bisa digunakan untuk
memperluas pengetahuan serta memperluas pergaulan kita sebagai makhluk
social.
(http://mr-freeman-blog.blogspot.com/2010/02/statistik-internet-dunia.html)
Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pengguna internet yang dimulai
pada tahun 1998 dimana awal pengguna dari jasa telekomunikasi ini hanya
sebatas browsing dan emaii saja, itupun hanya kalangan terbatas saja. Pada tahun
2008, dimana internet memiliki peranan semakain penting dikarenakan memiliki
fungsi lain seperti pemasaran suatu produk, membentuk forum diskusi, sampai
digunakan untuk hiburan. Berikut ini data pertumbuhan pengguana internet secara
global atau lingkup Asia, dimana untuk wilayah Asia sendiri memilki presentase
sebesar 56,3% dari total pengguna internet di seluruh dunia yang dikutip dari
www.internetworldstats.com .
Gambar 1.1 Statistik Internet Dunia
Berdasarkan laporan yang diambil dari situs http://www.internet
worldstats.com/, ternyata hingga bulan Desenber 2009 jumlah pengguna internet
di Dunia sudah mencapai angka 1.733,993,741. Bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk dunia sebesar 6,767,805,208. Maka jumlah pengguna internet ini
mencapai angka 25.6 % pertumbuhan pengguna internet untuk jangka waktu
tahun 2000 hingga 2009 mencapai angka 380.3 %. Artinya dibandingkan dengan
kondisi 9 tahun lalu, maka pengguna internet di seluruh dunia baik hampir empat
kali lipatnya.
Sementara itu berdasarkan statistik demografi pengguna internet di
Wilayah Asia menduduki prosentase tertinggi. Angkanya mencapai 42.6 %.
Prosentase ini adalah serta dengan jumlah pengguna sekitar 738,257,230 orang.
Mengacu pada data bulan Desember 2009, maka diantara Negara-negara Asia,
China mendominasi dalam hal jumlah pengguna internet. Angka mencapai
360,000,000 orang. Indonesia sendiri ada diurutan ke lima dengan jumlah
pengguna sebesar 30,000,000.
Untuk Negara Indonesia sendiri, angka sebesar 30.000.000 pengguna
internet pada bulan Desenber 2009 tersebut adalah sebuah prestasi peningkatan,
karena bila dibandingkan dengan delapan tahun yang lalu, maka pertumbuhan
pengguna internet di Indonesia mencapai angka 1,150.0 %. Cukup fantastis
pertumbuhannya. Namun tentunya bila dibandingkan dengan populasi penduduk
Indonesia itu sendiri, pengguna internet di Indonesia masih di angka 12.5 %
sementara bila dibandingkan penduduk asia secara keseluruhan, pengguna internet
di Indonesia adalah sekitar 4.1 %. Penetrasi pengguna internet tertinggi di Asia di
pegang oleh Korea Selatan sebanyak 77.3 %. Artinya lebih dari ¾ penduduk
Korea Selatan sudah bersinggungan dengan internet. Bandingkan dengan
Indonesia yang baru mencapai angka 12.5 %.
Untuk wilayah Asia Tenggara sendiri, Singapura menduduki tempat
teratas dalam hal penetrasi pengguna internetnya, angkanya mencapai 72.4 %.
Dibawah Singapura adalah Malaysia, Brunei, Vietnam, Philipina kemudian
Thailand. Berikutnya barulah Indonesia diikuti oleh Laos dan terakhir Myanmar.
Jadi memang benar kalau Indonesia kalau jauh dengan Vietnam dalam hal
penetrasi pengguna internet ini. Yang agak luar biasa adalah negara India. Negara
ini dikenal sebagai salah satu macan TI di dunia. Terkenal dengan kualitas SDM
TI-nya. Namun ternyata penetrasi pengguna internetnya hanya sekitar 7.0 %.
Barangkali yang 7.0 % ini adalah pengguna internet di negara India sendiri,
karena kalau kita lihat distribusi SDM TI warga negara India ternyata ada di
manajemen SDM TI-nya. Walaupun penetrasi pengguna internetnya sedikit,
namun punya kualitas untuk menguasai dunia.
Dari data diatas Indonesia menempati posisi ke lima ini dikarenakan
antusias penduduk Indonesia sudah semakin meningkat dan sadar akan
kepentingan dari pengguna internet tersebut, bahkan hingga awal tahun 2009.
Pengguna internet sudah mulai berubah sesuai dengan kebutuhan serta
kepentingan penggunanya, untuk berkembang di Indonesia sendiri sejak tahun
1998 hingga tahun 2007 dapat dilihat pada table berikut:
Table 1.1: Perkembangan Internet Indonesia
Terbukti dari data statistik Asosiasi penyelenggaraan Jasa Internet
Indonesia (APJII) mengenai jumlah pengguna internet di Indonesia yang terus
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, mulai dari 512.000 di tahun 1998
menjadi 4.500.000 di tahun 2002. Bahkan sampai di akhir tahun 2007, jumlah
pengguna internet di Indonesia mencapai angka 25.000.000. Sedangkan untuk
perkembangan internet pada tahun 2010 comscore telah merilis laporan lengkap
mereka tentang keadaan internet pada tahun 2010 di Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia. Di laporan tersebut terdapat poin-poin yang menarik tentang
perkembangan Internet di Indonesia, berikut adalah poin-poin tersebut:
a. Indonesia mengalami peningkatan pengguna Internet sebesar 32 % pada
tahun 2010, paling tinggi perkembangannya di antara negara Asia
Tenggara lainnya.
b. Total pengguna Internet di Indonesia pada Desember 2010 adalah
sebanyak 8,6 juta pengguna.
c. Pengguna Internet di Indonesia kebanyakan adalah pengguna berumur 15-
25 tahun (40% total pengguna Internet di Indonesia).
d. Lama penggunaan Internet per pengguna di Indonesia adalah 14,8 jam,
paling rendah di antara negara Asia Tenggara lainnya.
perempuan di Indonesia (dengan perempuan menguasai 36% pasar
Internet Indonesia).
f. Penetrasi jejaring sosial (terutama FaceBook) di Indonesia mencapai 90%.
g. Indonesia adalah negara ke-8 tertinggi untuk penetrasi FaceBook di dunia.
h. 21% pengguna Internet di Indonesia mengakses website Twitter pada
Januari 2011, menempati urutan ke-4 di dunia untuk penggunaan Twitter.
i. Pengakses website yang menyajikan fitur sharing foto (terutama
FaceBook) mencapai 90% di Indonesia.
j. Penetrasi situs travel di Indonesia sebesar 22% di tahun 2010 (meningkat
42% dibanding tahun 2009).
k. Penetrasi situs ritel di Indonesia sebesar 50% di tahun 2010 (meningkat
20% dibanding tahun 2009).
l. Pengguna online banking di Indonesia meningkat 72% pada tahun 2010
(mencapai 749 ribu pengguna unik).
m. Online banking yang paling banyak diakses di Indonesia adalah:
bankmandiri.co.id, bni.co.id, dan citigroup.
o. Penetrasi situs blog di Indonesia mencapai 68% pada tahun 2010,
meningkat 8% dibanding tahun 2009 dan merupakan penetrasi paling
besar di antar negara Asia Tenggara lainnya.
p. Pangsa pasa Google search di Indonesia mencapai 85% dan rata-rata
search per pengguna di Indonesia mencapai 91,4.
Kategori-kategori utama untuk penggunaan Internet di Indonesia pada
tahun 2010 adalah sebagai berikut :
Gambar 1.3 Perkembangan Internet di Indonesia pada tahun 2010
Dengan Informasi yang telah ada menunjukan betapa besar peminat
masyarakat Indonesia dalam penggunaan Internet. Di samping itu, dapat dilihat
juga fenomena makin meluasnya fasilitas-fasilitas yang menyediakan akses
internet di kota-kota besar Indonesia saat ini, dimana tempat akses internet tidak
hanya bisa ditemui di warung internet saja yang dalam bentuk pc, tetapi juga di
sekolah, perpustakaan-perpustakaan, bahkan di area public yang telah memasang
hotspot wifi (wireless fidelity).
Warnet merupakan suatu organisasi dimana dia harus memperhitungkan
bahwa output lebih besar dari pada input sehingga dia menghasilkan keuntungan
atau laba dimana setiap perusahaan ingin mengetahui keberhasilan usahanya yang
diukur dari kinerja perusahaan tersebut karena kinerja perusahaan merupakan
salah satu informasi akuntansi. Oleh karena itu informasi akuntansi mempunyai
pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi
industry kecil. Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan dapat menjadi
modal dasar bagi industry kecil untuk mengambil keputusan-keputusan dalam
mengelolaan industri kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar,
pengembangan harga, dan lain-lain. Serta bermanfaat untuk mengintegrasikan
keseluruhan aktivitas yang berhubungan dengan proses administrasi dan keuangan
yang terjadi ke dalam suatu system informasi akuntansi, sehingga dapat
memberikan peningkatan control terhadap data keuangan perusahaan dan
perbaikan tingkat keandalan informasi akuntansi.
dalam pinasti 2007) informasi akuntansi keuangan berhubungan dengan data
akuntansi atas transaksi-transaksi dari suatu unit organisasi yang bergerak dalam
bidang usaha jasa, dagang, maupun industri, agar informasi tersebut disusun
dalam bentuk-bentuk sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Hal-hal diatas yang berhubungan dengan seharusnya profesi akuntan
tersebut tidak terlaksana, dan bahkan beberapa dari pengusaha kecil melakukan
usaha tersebut dengan seadanya karena adanya anggapan kegiatan tersebut terlalu
menyulitkan. Jika mereka mengerti pencatatan dan pengikhtisiran transaksi sesuai
dengan ketentuan dan penafsiran suatu transaksi maka mereka dapat bertindak
sesuai dengan ketentuan atau aturan dalam mengukur, prosedur, mengumpulkan,
dan melaporkan informasi yang berguna tentang kegiatan dan tujuan yang
menyangkut keuangan dalam suatu organisasi.
Dari uraian diatas jelas bahwa pengusaha kecil masih banyak mengalami
kesulitan dalam memahami informasi keuangan dengan baik. Semakin ketatnya
persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki
berbagai keunggulan kompetitif yang mampu memenangkan persaingan. Oleh
karena itu, penelitian mengangkat tema tentang usaha kecil menengah pada jasa
warnet agar pengusah kecil dapat mengenai permasalahan yang berkaitan dengan
pencatatan keuangan yang sesuia dengan ketentuan akuntansi sehingga usaha
mereka dapat bertahan dan terus berkembang yang tentunya hal tersebut dapat
1.2 Fokus Penelitian
Setelah melakukan observasi secara umum pada industri kecil (studi kasus
warnet), maka objek yang diterapkan sebagai tempat penelitian berjumlah empat
unit industri kecil (studi kasus warnet).
Kempat unit industri kecil tersebut dipilih oleh peneliti karena
masing-masing tempat penelitian memiliki kondisi yang berbeda, pada tempat atau
lingkungan dimana unit usaha tersebut berdiri, kemudian beberapa lama unit
usaha tersebut telah lama dalam usaha warnet, lalu latar belakang dari sang
pemilik dan pegawai yang melakukan pencatatan pendapatan serta jenis jasa yang
ditawarkan untuk melayani pelanggan.
Fokus penelitian diarahkan pada:
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, hal-hal yang menjadi
fokus penelitian sebagai berikut :
1. Pencatatan keuangan pada masing-masing warnet tersebut.
2. Penyisihan biaya promosi yang digunakan menarik pelanggan.
3. Jenis transaksi di masing-masing warnet.
1.3 Permasalahan
Bagaimana penerapan pencatatan keuangan pada usaha kecil menengah
(UKM) pada usaha warnet ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
pencatatan keuangan pada usaha warnet dan untuk mengetahui sampai sejauh
mana pemahaman pengusaha warnet terhadap akuntansi.
1.5 Manfaat Penelitian
Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka hasil
penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.
a. Manfaat Praktis
Studi penerapan pencatatan akuntansi telah dilakukan dengan baik, maka
akan bermanfaat untuk menelusuri lebih detail lagi dari aktifitas yang
mendatangkan keuntungan sehingga dapat meningkatkan mutu layanan yang
ditawarkan tersebut, dengan kata lain penelitian berharap pengelola dapat
mengelola unit usaha menjadi lebih prefesional.
b. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu
akuntansi terutama pada aspek, pencatatan transaksi di industry kecil rumahan
1.6 Sistematika Penulisan.
Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan disajikan dalam enam bab
dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, fokus penelitian,
permasalahan, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan pembuatan tugas akhir ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan tentang teori-teori pemecahan masalah
yang berhubungan dan digunakan untuk mendukung dalam
pembuatan tugas akhir ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang jenis penelitian, Acknowledge,
data, teknik analisis dan pengujian kredibilitas data.
BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan tentang pendahuluan yang menyangkut
tentang penelitian usaha warnet, sejarah, perkembangan usaha
warnet, permasalahan pada usaha, pencatatan keuangan usaha dan
penentuan tarif.
BAB V HASIL PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang pemahaman usaha warnet dalam
pencatatan keuangan usaha dan keterbatasan penelitian.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini dibahas mengenai uraian kesimpulan tentang
pencatatan keuangan dalam usaha warnet beserta saran yang dapat
digunakan untuk penyempurnaan dan pengembangan usaha
2.1 Hasil-Hasil Penelitan Terdahulu
Dalam menunjang penelitian ini, maka di dukung oleh penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian ini, penulis :
1. Margani Pinasti (2007)
“ Pengaruh Penyelenggaraan dan Pengguna Informasi Akuntansi Terhadap
Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen “
a. Permasalahan
Apakah penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi berpengaruh
terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi?
b. Tujuan
Untuk menguji pengaruh penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi
terhadap persepsi pengusaha kecil dan informasi akuntansi melalui metode
eksperimen.
c. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan bahwa penyelenggaraan dan pengguna informasi
2. Herri dan Irda (2005)
“ Sifat Kewirausahawan dan Prestasi Usaha Kecil dan Menengah Sumatra Barat “
a. Permasalahan
1. Adakah pengaruh karakteristik entrepreneurial dan perusahaan terhadap prestasi
UKM Sumatra Barat?
2. Adakan UKM yang prestasi tinggi memiliki karakteristik entrepreneurial UKM
yang berbeda disbanding UKM yang beprestasi rendah?
b. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara empiris karakteristik jiwa kewirausahawan manajer atau
pemilik dan karakteristik UKM di Sumatra Barat.
2. Untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik entrepreneurial dan
perusahaan terhadap prestasi UKM.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan karakteristik antara UKM yang
berprestasi dengan yang berprestasi rendah.
c. Kesimpulan
1. Modal dasar pendirian UKM umumnya berasal dari tabungan, hal ini bisa
menunjukkan bahwa terbatasnya modal usaha dalam membuka usaha. Oleh
karena itu untuk mendorong lainnya pengusaha atau entrepreneur maka tidak
2. Walaupun tidak ditemui adanya pengaruh peluasan daerah pemasaran dengan
prestasi UKM. Namun terlihat adanya kecenderungan bahwa UKM yang
memasarkan produknya pada lingkungan pasar yang lebih luas seperti keluar
provinsi dan ekspor memiliki prestasi yang lebih tinggi disbanding UKM yang
hanya memasarkan produknya di daerah sekitar.
Penelitian terdahulu yang telah diulas memiliki kesamaan dalam bentuk
metedologinya, yaitu penelitian-penelitian tersebut menggunakan metode
penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilakukan sekarang ini beda dengan
penelitian terdahulu, yaitu terletak pada waktu, sample, dan metodelogi penelitian.
Oleh karena itu, penelitian sekarang bukan replikasi dari penelitian terdahulu.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Usaha Kecil Menengah
a. Menurut Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1995 pasal 5 tentang kriteria
usaha kecil :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua
ratu juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung
maupun idak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.
5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, termasuk koperasi.
b. Kementrian Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Menegkop dan UKM) : (www.google.co.id) diunduh pada tanggal 20
desember 2011.
Bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk usaha Mikro
(UM), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
dan memilki penjualan tahunan banyak Rp. 1000.000.000. Sementara itu,
Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga Negara
Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000
sampai dengan Rp. 10.000.000.000 termasuk tanah dan bangunan.
c. Badan Pusat Statistik (BPS): (www.google.co.id) diunduh pada
tanggal 21 desember 2011.
Memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha
kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai
dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang
d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27
Juni 1994 : (www.google.co.id) diunduh pada tanggal 21 desember
2011.
Usaha kecil didefinisikan sebagai perseorangan atau badan usaha yang
telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset pertahun
setinggi-tingginya Rp. 600.000.000 (diluar tanah dan bangunan yang ditepati)
terdiri dari :
1. Badan usaha (Fa, CV, PT dan koperasi) dan
2. Perorangan (pengrajinan/industry rumah tangga, petani, peternak, nelayan,
perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).
e. Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan
menengah. (www.google.co.id) diunduh pada tanggal 21 desember 2011.
Pengertian Usaha Kecil Menengah: Undang undang tersebut membagi
kedalam dua pengertian yakni:
Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :
- Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
- Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah).
- Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua miliar
lima ratus juta rupiah).
Kriteria Usaha Menengah sebagai berikut:
- Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua miliar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000
(lima puluh miliar rupiah).
2.2.2 Kekuatan dan kelemahan Usaha Kecil
2.2.2.1 Kekuatan usaha kecil
Tidak dapat dipungkiri bahwa asal-usul hampir semua pengusaha
nasional yang tangguh dan berumur panjang saat ini telah dimulai dari
usaha kecil menengah yang sukses karena berbagai factor kejelian,
situasi, tekun, hemat, tanggap terhadap pembaharuan, pembinaan
karyawan yang terus menerus, mengikuti pendidikan dan dalam hal
tersebut juga karena “nasib baik”.
Kalau hal ini kita telusuri pada perusahaan kecil maka kita dapat
menjelaskan berbagai kekuatan perusahaan kecil di Indonesia antara lai
disebabkan karena:
1. Pengalaman bisnis sederhana
Bagaimana setiap pengusaha kecil telah telah mampunyai
pengalaman suka duka betapa “enaknya” dan “susahnya” berusaha dalam
suasana Indonesia yang terus berubah.
2. Tidak birokrasi atau mandiri
Karena dari naturnya (asal-usulnya) perusahaan kecil kebanyakan
“one man show” (pemain tunggal) atau bersama beberapa orang
pembantu tetap atau musiman, maka segala prosedur keputusan dapat
dilakukan dengan cepat dan mungkin tepat.
3. Cepat tanggap dan fleksibel
Kehidupan pengusaha kecil yang relative dinamis dan terus
menerus berhubungan dengan penjual dan pembeli biasanya memudahkan
mereka untuk cepat tanggap terhadap situasi dan serta merta mengambil
langkah-langkah yang perlu. Mereka juga sangat tanggap dan fleksibel
4. Cukup dinamis dan ulet
Rata-rata pengusaha kecil cukup dinamis menanggapi
perkembangan suplai dan selera pembeli. Memang, nampaknya mereka
seakan-akan meniru saja, tetapi berkat pangalaman dan ketajaman mereka
sangat cepat dapat menyesuaikan diri dengan perkembang keadaan.
Adalah juga merupakan fakta konkret bahwa rata-rata mereka yang
bergerak di perusahaan kecil bekerja lebih lama, lebih tekun disbanding
dengan pegawai negeri atau swasta. (Marbun B,N,1986).
2.2.2.2 Kelemahan perusahaan kecil
Dalam urain di depan sudah terungkap juga bahwa setipa tahun
beribu-ribu pengusaha kecil bangkrut dan gagal. Adapun sebab-sebab
kegagalan itu biasanya bermuara pada segi kelemahan perusahaan kecil itu
sendiri disamping faktor ekstern yang berbeda di luar jangkauan atau
kemampuannya.
Kalau kita menganalisis pengalaman perusahaan kecil selama ini
akan segera nampak dan menonjol segudang kelemahan disamping
kekuatannya,
Adapun berbagai kelemahan ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
Memang mungkin agak berlebihan kalau kita gampang saja
menuduh perusahaan kecil tidak memiliki perencanaan usaha. Karena
dalam prakteknya, juga banyak perusahaan menengah atau besar, terutama
perusahaan yang dikelola keluarga, ternyata tidak memiliki jangka
perencanaan usaha, baik jangka panjang, tahunan ataupun semester.
Besar kemungkinan sinyalemen ini sangat susah diterima begitu saja oleh
pengusaha kecil dengan argumentasi: sasaran perencanaan mereka cukup
“dikepala” dan hasil akhir ukurannya adalah “laba”.
2. Tidak berorientasi ke masa depan, melainkan kepada hari kemarin atau
hari kemarin atau hari ini.
Bukan rahasia lagi bahwa kebanyakan pengusaha kecil memulai
usahanya karena lihat usaha orang lain maju, atau sekedar mencoba atau
asal jalan karena tidak ada kegiatan lain. Umumnya, orientasi mereka ialah
barang atau usaha yang laku kemarin atau saat ini. Umumnya kurang
pengalaman, kurang bimbingan dan kurang pendidikan.
3. Tidak memiliki pedidikan yang relevan
Pada awalnya mugkin kurang tepat menuntut mereka yang
berusaha di perusahaan kecil harus memiliki pendidikan yang tepat atau
relevan dengan bidang usaha yang hendak mereka geluti. Setelah 40 tahun
kemerdekaan, anehnya mereka yang sempat menikmati pendidikan
kejuruan apakah itu SMP, SMA, STM, Pertanian, Akuntansi dan lain-lain,
Dari kenyataan ini menjadikan tidak aneh bahwa mereka yang terjun di
perusahaan kecil umumnya tanpa pendidikan yang relevan dan sering
bukan anak terpandai di antara anggota keluarga mereka.
4. Tanpa pembukuan yang teratur dan tanpa neraca rugi-laba
Akibat tanpa perencanaan tertulis dan kurang pendidikan serta
karena tidak ada pelaksanaan pemerintah (pajak), umumnya perusahaan
kecil tidak memiliki san tidak mempraktekkan pembukuan yang teratur.
Paling banter hanya mempunyai catatan tercecer beberap yang laku hari
ini. Umumnya, perusahaan kecil juga tidak memiliki neraca rugi-laba baik
karena tidak mempunyai keahlian juga karena tidak atau belum merasa
memerlukan. Akibatnya dapat diduga bahwa mereka pada setiap akhir
tahun atau tahun buku tidak tidak dapat mengetahui berapa sebenarnya
laba atau rugi yang mereka dapat dan alami pada tahun ini.
5. Tidak mempunyai atau tidak mengadakan analisis pasar yang “up to date”
atau tepat waktu dan mutakhir.
Tidak adanya perencanaan dan pendidikan yang relevan ditambah
lagi tanpa pembukuan yang teratur, umumnya perusahaan kecil juga tidak
memiliki anlisa pasar yang relevan, pengusaha kecil hanya mengira-ngira
dan bertumpu pada pengalaman hari kemarin. Mereka tidak tahu pasti
berapa besar potensi pasar, berapa pesaing, apa kekuatan dan kelemahan
pesaing, bagaiman kecenderungan selera pembeli, bagaimana
Kelemahan perencanaan atau tidak adanya peramalan (forecasting)
yang relevan menjadikan posisi pengusaha kecil terserah “nasib”.
Ketidakadaan analisis pasar automatis menghambat spesialisasi atau
difersifikasi yang dalam beberapa hal merupakan keharusan. Akibatnya
dapat diramalkan, hampir semua pengusaha kecil di daerah atau lokasi
tertentu menjual barang atau membuat produk yang sama, baik ukuran,
warna, ataupun rasa.
7. Jarang mengadakan pembaharuan (inovasi)
Terkadang kita merasa aneh mengamati bahwa jenis barang yang
dijual, tata letak barang, lemari, jenis penerangan dari beberapa perusahan
kecil tetap sama setelah sekian lama. Demikian juga, beberapa perusahaan
pembuat barang tidak mengalami perubahan atau perubahan setelah sekian
tahun atau, setelah berubah generasi, tetap membuat barang yang sama dan
peralatannya menua sejalan dengan umur pemiliknya.
Adapun beberapa pembaharuan yang terjadi hanyalah sekedara
meniru tetanga tetapi bukan hasil analisa pasar dan rencana pembaharuan
yang konsekuen, padahal, dalam hidup ini tanpa pembaharuan tidak ada
masa depan.
8. Tidak ada atau jarang terjadi pengkaderan
Di Eropa atau Cina ternyata pepatah “patah tumbu hilang berganti”
merupakan kenyataan yang hidup dan berkesinambungan, seperti peran
Menurut pengamatan kami, di Indonesia hal yang sama tidak atau
jarang terjadi. Kebanyakan pemilik atau pendekar perusahaan kecil segan
menurunkan ilmu kepada pembantu-pembantunya, entah karena takut
disaingi atau kurang percaya atau tidak ada kesadaran akan pengkaderan
tersebut.
9. Cepat puas
Karena tidak ada perencanaan dan tanpa pengalam biasanya
pemilik perusahaan kecil cepat puas dan kurang ambisius. Pengusaha kecil
umumnya setelah berusia 10 atau 20 tahun bidang usahanya bukannya
malah semakin besar atau berkembang bahkan ikut menua sesuai umur
pemiliknya. Hal ini kaitanya erat dengan kelemahan lain – tanpa
pendidikan yang relevan dan tanpa pengalaman yang menantang.
10. Kurang percaya pada ilmu modern
Bagi kebanyakan pemilik perusahaan kecil, belajar lagi atau
mempelajari ilmu baru sepeti pembukuan dan manajemen dianggap
pemborosan atau tidak perlu. Sebagaian perusahaan kecil begitu percaya
diri dan menutup diri dengan semboyan “ masakan ayam diajari bertelor ”.
pengusaha kecil menafsirkan ilmu modern sebagai akal-akalan dan
2.2.3 Kewirausahaan
Menurut John J. Kao (1993) kewiaruasahaan adalah uasaha untuk
menciptakan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen
pengambilan resiko yang tepat, dan melalui ketrampilan komunikasi dan
manajemen untuk mobilisasi manusia, uang, dan bahan-bahan baku atau
sumber daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya
pelaksanaan dengan baik.
Menurut Robert D. Hisrich et al. (2005) kewirausahaan adalah
suatu proses dinamis atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan
diciptakan oleh individu yang berani mengambil resiko utam dengan
syarat-syarat yang wajar, waktu atau komitmen karier atau penyediaan
nilai untuk berbagai barang dan jasa.
Menurut instruksi Presiden RI No. 4 tahun 1995: “ kewirausahaan
adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam
menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara, teknologi, dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih
baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar ”.
Semangat wirausaha yang harus di miliki adalah dapat
menyesuaikan perusahaan terhadap situasi yang terus berubah-ubah karena
berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi , percaya diri, dan dapat fleksibel
2.2.4 Siklus Pengolahan Data
Untuk mengubah data informasi, dilakukan proses pengolahan
data. Dalam akuntansi, proses ini disebutkan siklus akuntansi. Dalam
sistem informasi akuntansi, proses pengolahan ini dilakukan dengan
beberapa tahapan tertentu, yaitu sistem informasi akuntansi yang diproses
secara manual dan sistem informasi yang diproses dengan computer.
Gambar 2.1 Siklus Pengolahan Data
Sumber : Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi Salemba Empat, Edisi Ketiga, hal 15
2.2.5 Akuntansi
Menurut Warren dan Reeve (2008: 10) secara umum akuntansi
dapat di definisikan sebagai informasi yang menghasilkan laporan kepada
pihak-pihak yang berkempentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi perusahaan. Contoh dari kegiatan ini seperti menghitung kegiatan Bukti
Transaksi
Jurnal Buku Besar
Laporan Keuangan
jam kerja, pengeluaran yang dilakukan, dan tagihan yang telah jatuh
tempo. Pihak-pihak yang berkempentingan akan penggunaan dari
akuntansi ini adalah kreditor orang-orang yang bergantung pada hasil
informasi tersebut, dan pemerintah. Sistem informasi ini sangat penting
dikarenakan melalui akuntansi inilah dikomunikasikan
informasi-informasi penting kepada pihak yang berkepentingan, demikian pula
analisis keuangan yang berkerja di bank dimana melalui laporan akuntansi
tersebut mereka dapat merekomendasikan untuk memberikan pinjaman
modal terhadap pemohon peminjam. Terakhir, sistem akuntansi juga
mencatat data ekonomi mengenai kegiatan perusahaan dan hal-hal yang
terjadi pada perusahaan, yang hasilnya dilaporkan kepada pihak-pihak
yang berkembang sesuai dengan kebutuhan informasi.
2.2.6 Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil
Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industry kecil sebenarnya
tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi unutuk jenis perusahaan
lainnya, dimana perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku
di Indonesia. Perlakuan yang disebutkan adalah penyajian yang sesuai
dengan PSAK yang berlaku, dimana menurut PSAK dalam penyajiannya
setiap pelaporan keuangannya harus memenuhi komponen-komponen
sebagai berikut (PSAK 2009: 1.7), yaitu :
Dalam neraca ini perusahaan menyajikan aktiva lancar tersisa dari
aktiva tidak lancer dan kewajiban jangka pendek, terpisah dan kewajiban
jangka panjang, kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam SAK
khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah
setiap aktiva yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan dan
sesudah dua belas bulan dari tanggal neraca.
2. Laporan Laba rugi
Adalah suatu laporan yang menunjukan pendapatan-pendapatan
dan biaya-biaya dari suatu usaha periode tertentu. Tujuan utama
perusahaan, adalah mendapat laba. Laporan laba/rugi disusun dengan
maksud untuk menggambarkan operasi perusahaan dalam suatu periode
waktu tertentu.
Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang
menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi
penyajian secara wajar.
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :
a. Pendapatan.
b. Laba rugi usaha.
d. Bagian dari Laba/rugi perusahaan afiliasi dan assosiasi yang
diberlakukan menggunakan metode ekuitas.
e. Beban pajak.
f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan.
g. Pos luar biasa.
h. Hak minoritas.
i. Laba atau rugi untuk periode berjalan.
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan laporan laba rugi
apabila diwajibkan oleh pernyataan akuntansi keuangan atau apabila
penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja perusahaan secara
wajar.
3. Laporan perubahan ekuitas
Adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai
perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan pada satu periode
tertentu. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan :
a. Laba rugi bersih periode yang bersangkutan.
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuangan atau kerugian beserta
jumlahnya berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam
c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagai mana diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan terkait.
d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya, dan
f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal
saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan terkait. Tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah pemakaian dalam mengambil keputusan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan Atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat di dalam catatanatas laporan
keuangan.
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan standar akuntansi
keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, dal laporan perubahan ekuitas.
c. Informasi tambah yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Perusahaan dapat pula menyajikan pelaporan tambahan seperti
laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statment) khususnya bagi industri dimana factor-faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai
sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting
(PSAK 2009 : 1.3), sedangkan untuk industri yang berjenis kecil apabila
belum ada pengaturan di dalam PSAK, maka manajemen menggunakan
pertimbangannya untuk menetapkan kebijakan.
Akuntansi yang memberikan informasi yang bermanfaat bagi
pengguna laporan keuangan, dalam melakukan pertimbangan tersebut
manajemen memperhatikan : (PSAK 2009 : 1.3)
a. Persyaratan dan pedoman Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
b. Definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aktiva, kewajiban,
penghasilan dan beban yang diterapkan dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan dan
c. Pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat oleh badan pembuat
satandar lain dan praktek industri yang lazim sepanjang konsisten
dengan huruf a dan b paragraph ini.
Manajemen memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi agar
laporan keuangan memenuhi ketentuan dalam PSAK. Jika belum diatur
dalam PSAK, maka manajemen harus menetapkan kebijakan untuk
memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi : (PSAK 2009
: 1.3)
a. Relevan terhadap kebutuhan pengguan laporan untuk mengambil
keputusan dan
b. Dapat diandalkan, dengan pengertian :
- Mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan
perusahaan.
- Menggambarkan susbtansi ekonomi dari suatu kejadian atau
transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumannya.
- Netral, yaitu bebas dari keberpihakan.
- Mencerminkan kehati-hatian.
Untuk pelaporan laba-rugi pada perusahaan kecil, rincian yang
pertama disajikan dengan metode beban. Beban disajikan dalam laporan
laba rugi sesuai dengan sifatnya (contoh : penyusutan, pembelian bahan
baku, beban transportasi, gaji, upah, dan beban iklan) dan tidak
dialokasika menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Metode ini
sederhana dan cocok diterapakan pada perusahaan kecil sebab tidak perlu
dialokasikan menurut berbagai data fungsi dalam perusahaan.
Menurut Institut Akuntansi Publik Indonesia (IAPI), 2008,
panduan Audit Entitas Bisnis Kecil. Pemisah tugas yang terbatas harus
dilakukan khususnya dalam lingkungan pemakai computer, dikarenakan
mereka dapat melakukan satu atau lebih fungsi akuntansi seperti :
a. Membuat dan mengotorisasi dokumen sumber.
b. Memasukkan data ke dalam sistem.
c. Menjalankan computer.
d. Mengubah program dan data file.
e. Menjalankan atau mendistribusikan keluar, dan
f. Mengubah sistem operasi.
Hal-hal yang disebutkan diatas adalah bukti bahwa pemisah tugas
harus dilakukan walau terbatas, sehingga dapat menurunkan resiko
Kriteria kualitatif dalam laporan keuangan entitas bisnis kecil
menurut Ikatan Akuntansi Publik Indonesia (IAPI), 2008, sebagai berikut :
a. Kosentrasi dari pemilik dan atau manajemen senior.
b. Sumber-sumber pendapatan (source of revenue) dan sumber
pendanaan (source of financing) yang terbatas.
c. Pencatatan yang tidak terlalu kompleks atau rumit.
d. Pengendalian tingkat entitas yang tidak terlalu kompleks atau
3.1 Jenis Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana pencatatan keuangan pada industri rumahan
(dengan studi kasus pengusaha warnet) dan juga apakah pengusaha warnet
tersebut memahami akuntansi, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan
sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka
digunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Penelitian ini bertujuan mengungkap makna penerapan keuangan bagi Usaha
Kecil Menengah (UKM), dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi
tidak bisa mengontrol obyek penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara
peneliti dengan obyek penelitian yang bersifat interaksi untuk memahami realitas
obyek.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa
dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dalam penelitian ini yang akan
diamati adalah orang, yaitu pemilik atau tenaga kerjanya atau kasir dan operator
billing server pada industri kecil rumahan berbentuk usaha Warnet dengan
atau operator billing server adalah posisi yang rawan juga, dikarenakan justru
disinilah lalu lintas uang yang padat terjadi. Walaupun terlihat mudah, namun
apabila tidak teliti maka akan timbul kerugian. Oleh karena itu untuk posisi ini
minimal harus mengerti bagaimana pencatatan pemasukan yang diperoleh, apalagi
kalau sumber daya manusia yang berada di dalam posisi ini mengerti sedikit
tentang akuntansi. Interaksi antar pemilik dan pegawai atau operator billing
server dengan tempat atau lingkungan dimana unit usaha tersebut berdiri (place),
kemudian berapa lama unit usaha tersebut telah lama beropasi akan menghasilkan
suatu situasi sosial tertentu.
Dengan demikian metode kualitatif maka data yang didapatkan akan lebih
lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian
dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel
saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab
dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali
fakta-fakta yang bersifat empiric dan terukur. Fakta-fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera
akan sulit diungkap.
3.2 Alasan Ketertarikan penelitian (Acknowledge)
Alasan peneliti untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah
pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari. Perkembangan unit
usaha warung internet (warnet) mulai berkembang 1998, namunpenelitian baru
Hal ini disebabkan waktu itu warnet yang ada sedang dilanda sebuah trend, yaitu
penggunaan warnet sebagai sarana hiburan.
Warnet sebagai sarana hiburan waktu itu menawarkan sesuatu yang baru
yaitu menyediakan layanan untuk bermain game secara online, memang saat itu
adalah masa transisi dimana layanan internet adalah suatu layanan yang eksklusif
dan hanya dinikmati oleh segelintir orang saja menjadi layanan yang dapat
dinikmati oleh public dengan harga yang mulai terjangkau, pada tahun ini
memang dua kegunaan sebelumnya dari warung internet yaitu browsing dan
E-mail tidak serta merta hilang namun penggunaan jasa internet untuk kedua hal
tersebut mengalami penurunan. Penurunan pengguna jasa internet untuk kedua hal
diatas dikarenakan selain berubah fungsinya warnet menjadi sarana bermain, juga
disebabkan kebutuhan akan kecepatan internet yang digunakan untuk mengunduh
data serta browsing semakin tinggi maka pengusaha warung internet yang jeli
melihat peluang ini dan bertahan daam menjalankan bisnis internet yang
digunakan untuk dua layanan sebelumnya, menggunakan kesempatan ini untu
memperbaiki layanan mereka demi menarik konsumen.
Penggolongan yang jelas akan fungsi dan kegunaan penyediaan layanan
jasa internet sehingga warung internet sehingga memiliki fungsi khusus. Warnet
yang konsumennya kebanyakan dari para gamers menjadi warnet game online,
untuk warnet yang menyediakan jasa internet untuk browsing dan e-mail
menggolongkan usahanya menjadi warnet untuk surfing atau biasanya
Seiring berkembangnya kebutuhan akan teknologi yang semakin maju
banyak layanan di warung internet yang dulunya dianggap sebagai layanan grtis
sekarang dikenakan biaya untuk penggunaan layanan tersebut, contohnya adalah
pengguna layanan scan virus, mengedit dokumen dan masih banyak lagi hal yang
komersialkan lagi disebabkan mereka menganggap kegiatan tersebut dapat
menambah pendapatan mereka.
Kondisi terakhir ini menimbulkan pertanyaan di dalam peneliti, yaitu
bagaimana jenis transaksi yang terjadi di dalam usaha warnet tersebut? Dan
bagaimana pula menentukan tarif dari jasa layanan yang ditawarkan oleh warnet?
Kemudian bagaimana penyisihan dana yang digunakan untuk melakukan promosi
yang digunakan untuk menarik pelanggan? Lalu yang terakhir adalah bagaimana
perlakuan biaya promosi yang digunakan?
Dengan penelitian ini peneliti berharap dapat mengetahui sampai sejauh
mana kepahaman dari para pengusaha warung internet akan akuntansi sebab
pertanyaan yang ada didalam benak peneliti yang ada diatas erat hubungannya
dengan seni pencatatan bukti transaksi. Hal ini disebabkan keadaan dilapangan
yang dialami oleh peneliti ada ketidak mengertian akan penggolongan akan
transaksi dan ketidak jelasan pengenaan tarif akan layanan yang diberikan oleh
warnet tersebut, sehingga peneliti berharap dengan adanya peneliti ini dapat
mengetahui dasar-dasar dari pengenaan tarif yang diterapkan oleh pengusaha
warnet kepada para pelanggannya sehingga timbul transparansi dana yang ada
didalam usaha tersebut dan pelanggan dapat memilih sendiri dimana tempat
3.3 Informan
Informan yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan informasi
adalah pemilik atau penjaga, atau serta orang yang berada di warung internet
tersebut. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk dijadikan sebagai informan
dalam penelitian di karenakan pekerjaan mereka berhubungan dengan hal
mengklasifikasikan, mencatat, mengikhtisarkan dan penafsiran transaksi keuangan
yang terjadi di unit usaha tersebut sebab hal-hal peneliti sebutkan diatas adalah
termasuk suatu informasi yang berguna bagi usaha tersebut untuk bertindak demi
kelangsungan usaha mereka mendatang dan suatu aturan yang digunakan untuk
mengukur kinerja dan keputusan pelanggan terhadap layanan yang ditawarkan.
3.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan untuk peneliti ini adalah usaha warnet
“ GRAND OFFICE” di jalan ARIEF HAKIM No. 14 A Surabaya, lokasi sangat
strategis karena dekat dengan Universitas ITATS, Universitas NAROTAMA,
Universitas STESIA dan lebih strategis lagi lokasinya berada pada pemukiman
warga dan juga kos-kosan, Dengan nama usaha adalah GRAN OFFICE. GRAN
OFFICE ini mulai beropasi pada tahun 2006, bergerak di bidang Business Service
Center, meliputi Warnet, Wartel, Fax, Movie Zone, Fotocopy, Print, Burning
CD/DVD, Stationary (alat tulis kantor), Pengiriman barang, Voucher pulsa, dll.
usaha yang tekun. Beliau tertarik untuk mengembangkan usaha ini karena melihat
bahwa banyaknya masyarakat yang membutuhkan untuk mnyelesaikan tugas
tugas baik para siswa, mahasiswa dan juga pekerja, selain itu pemiliki usaha ingin
membantu kalangan pebisnis atau entrepreneur dan usaha kecil menengah
(UKM). Sehingga beliau berpikir untuk membantu usaha tersebut untuk
memanfaatkan letak dan situasi yang ada disekitar serta adanya peluang bisnis
yang menjadikan untuk masa depan.
3.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah :
1. Sumber data utama (primer)
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam
perusahan seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur kepemilikan
usaha.
2. Sumber data kedua (sekunder)
Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber
lain yang terkait dengan peelitian, yang diperoleh dari studi
keperpustakaan, dengan menggunakan dokumentasi dan literature-literatur
yang berkaitan dengan permasalahan.
1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan penelitian
secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan sehingga maslah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data
penelitian survey pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti yaitu :
a. Proses memasuki lokasi (getting in)
Agar proses prngumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti
terlebih dahulu menyiapakan segala sesuatu yang diperlukan, baik
kelengkapan adminstratif maupun semua persoalan yang berhubungan
dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam
memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan
informal serta menjalin hubungan dengan informasi.
b. Ketika berada dilokasi peneliti (getting along)
Ketika berada di lokasi penelitian, peniliti melakukan hubungan
pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek peneliti (informan).
Hal ini dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan
memperoleh akurasi dan kompehensivitas data penelitian.
2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung
yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :
a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang
instrument dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan
leluasa dalam memberikan informasi atau data.
Untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang
berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan
penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan santai
spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecahan
masalah dan peneliti sebagai timbulnya permasalahan agar muncul
wacana detail. Wawancara diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka,
bicara apa aja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah
menjawab permasalahan penelitian).
b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulakan dokumen-dokumen
yang terkait dengan penelitian.
c. Studi kepustaka, berupa pengumpulan data-data dari literature yang
relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan
teori.
d. Observasi, dilakukan oleh penelitian dengan cara observasi partisipan
untuk mengamati kegiatan pencatatan dan pengolahan dari bisnis
3.6 Teknik Analisis
Analisis data merupakan bagian terpenting dalam sebuah penelitian.. Proses
analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan
lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data
tersebut banyak sekali, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah
berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan
membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,
proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di
dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunya dalam satuan-satuan.
Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Tahap akhir dari
analisis data ialah mengadakan Teknik analisis data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif, jadi penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif deskriptif.
Untuk penelitaian kualitatif deskriptif yaitu menggambarkan secara sistematis
fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Sedangkan
dalam Mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Hubermen. Miles dan
Huberman (2007:16-21), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada
setiap tahap penelitian hingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian,
meyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul
dari catatan-catatan lapangan. Mereduksi data berarti membuat rangkuman,
memilih hal-hal pokok, yang memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema
dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu. Reduksi data dilakukan
dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu perlu dipilih dan dipilah sesuai dengan kebutuhan dalam
pemecahan masalah penelitian. Dalam mereduksi data setiap peneliti dipandu oleh
pertanyaan penelitian yang harus dijawab berdasarkan data. Bagi peneliti pemula,
reduksi data dapat dilakukan melalui diskusi dengan teman sejawat atau orang
yang dipandang ahli dalam bidangnya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudan
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari apabila
diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan
data, dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan yang palig sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan memudahkan
peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.
Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan
antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu
ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
3. Verification (menarik Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak dikemukakan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awal, namun mungkin juga tidak karena rumuskan sejak awal, namun mungkin
juga tidak karena rumusan masalah data penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Rencananya,
kesimpulan dibuat dengan melalui tahap-tahap analisis data sehingga mencapai
saran dari peneliti yang berasal dari fakta lapangan.
3.6.1 Definisi Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah aktivitas intensive yang memerlukan pengertian
berat. Analisa kualitatif tidak berproses dalam suatu pertunjukan linier dan lebih
sulit dan kompleks dibanding analisis kuantitatif sebab tidak diformulasi dan
distandardisasi.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian
dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian
dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi,
mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta
menyimpulkan data. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan
model analisis interaktif . Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan
secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama
memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk
menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola
tema, hubungan persamaan, hipotetsis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk
kesimpulan yang masih bersifat tentatif.
3.6.2 Teknik Deskriptif
Menurut Whintney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai
masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa
studi komparatif . adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian
terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma
tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama
survei normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki
kedudukan (status) fenomena atau factor dan melihat hubungan antara satu faktor
dengan faktor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi
status (satus study).
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau
setandar-setandar, sehingga penelitian deskriptif ini disebut juga survey normative. Dalam
metode deskriptif dapat diteliti masalah normative bersama-sama dengan masalah
setatus dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi
demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskriptif.
Prespektif waktu yang dijangkau dalam penelitian deskriptif , adalah waktu
sekarang, atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam
ingatan responden. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini. Pemaparan
peristiwa tersebut dilakukan secara sistematik, akurat dan lebih menekankan pada
data faktual.
Ciri-ciri Metode Deskriptif
Secara harfiyah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk
membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini
metode penelitian yang lebih luas, penelitian deskriptif mencakup metode
penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan eksperimental, dan secara
lebih umum sering diberi nama, metode survei. Kerja peneliti, bukan saja
memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan
hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat predeksi serta mendapatkan
makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam
mengumpulkan data digunakan teknik wawancara, dengan mengunakan schedule
questionair ataupun interview guide.
Langkah-langkah Umum dalam Metode Deskriptif
Dalam melaksanakan penelitian deskriptif, maka langkah-langkah umum
yang sering diikuti adalah sebagai berikut.
1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada
kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang
ada.
2. Menentuan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari
penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
3. Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian
deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk didalamnya daerah
geografis dimana penelitian akan dilakukan, batasan-batasan
kronologis ukuran tentang dalam dangkal, serta seberapa utuh daerah
4. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka
perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang
kemudian diturunan dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk
diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka
kerangkan analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model
matematika.
5. Menulusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya
dengan masalah yang ingin dipecahkan.
6. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang diuji, baik secara emplisit
maupun secara implisit.
7. Melakukan kerja lapangan untuk megumpulkan data, gunakan teknik
pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
8. Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang
telah dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada
batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang
sepadan.
9. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi
sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta
referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
10. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta
hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk
3.7 Rancangan Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian, maka peneliti memiliki Rancangan
penelitian, rancangan penelitian tersebut meliputi:
a. Pengambilan data
Peneliti disini telah melakukan studi dalam pencatatan keuangan pada
usaha kecil menengah (UKM). Peneliti telah melakukan pengamatan dan
pengelompokan terhadap data-data yang dibutuhkan, yang berguna sebagai bukti
penelitian dan pertanggung jawaban atas kegiatan penelitian selama ini. Untuk
mendapatkan data yang valid maka peneliti melakukan teknik penelitian dengan
cara wawancara, observasi, dokumentasi kepada pemilik warnet atau kepada
karyawannya untuk mendapatkan data yang di inginkan. Data tersebut berupa
bentuk pencatatan keuangan pada usaha warnet. Data yang di dapat sang peneliti
berupa buntuk pencatatan keuangn yang berisi tentang Daily Report yang berisi
biaya ketika menggunakan jasa internet dan juga pemasukan pendapatan.
Dalam pengambilan data sang peneliti telah mendapatkan hasil yang
berbeda-beda selama penelitian dalam penerapan pencatatan laporan keuangan.
Disini untuk usaha warnet yang memiliki keunggulan kompetitif dan sumber daya
manusia yang kompeten mereka telah melakukan pencatatan sesuai berdasarkan
informasi akuntansi. Sedangkan untuk usaha warnet yang tidak memiliki
keunggulan kompetitif dan sumber daya manusia yang kura