(Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)
SKRIPSI
Diajukan oleh :
ABDUL GOFUR JAELANI/EA 0913010131/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ), KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ), DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN
AKUNTANSI
(Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh : ABDUL GOFUR JAELANI
0913010131
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
AKUNTANSI
(Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)
yang diajukan
Abdul Gofur Jaelani 0913010131
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Eko Riyadi, M, Aks Tanggal :…………..
NIP : 19570501 199303 1001
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ), KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ), DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN
AKUNTANSI
(Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)
Disusun Oleh : Abdul Gofur Jaelani
0913010131/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 20 Juni 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji
Ketua
Drs. Ec. Eko Riadi, MAks Dra. Ec. Anik Yuliati, M.Aks Sekretaris
Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si Anggota
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Seiring dengan langkah demi langkah yang diselingi dengan berbagai kesulitan, alhamdulillah berkat karunia, hidayah dan ridho Allah SWT semata, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman Akuntansi” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tiada terkira kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung baik doa dan dukungan yang diberikan atas terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan rasa hormat mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik, mengajar dan mengayomi. Jasa-jasa yang telah engkau berikan akan selalu tertanam di hati penulis
6. Seluruh Mahasiswa Akuntansi Angkatan 2010 konsentrasi Publik telah memberikan informasi dan kebutuhan lain penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak Rochman dan Ibu Sumiati yang sangat kucintai keduanya, terima kasih atas curahan kasih sayang yang engkau berikan dan dukungannya baik secara moril maupun materil yang tidak terhingga.
8. Keluarga besar saya terima kasih atas dukungannya Mbak Eli, Mbak Novi, Mas Kiswanto, Mas Sisco, Mbak Yeni dan Mas Hariyanto serta keponakan-keponakanku tercinta (Vicky, Riko, Dinda, dan Dirnes) kalian semua penyemangat hidupku.
9. Seluruh sahabat-sahabatku tercinta (Galeh Prasetya, Amarus, Octaria, Ery, Anggun, Ajeng, Ratri, Andika, Riza, Bagus, Rio , Defri, Andy, Dedy, Mario, Gofur, Rizki, Soleh, John dan Helen Indri) dan kawan-kawan dari semester pertama sampai terakhir, banyak kisah dan pengalaman yang tidak akan terlupakan bersama kalian, tanpa kalian semua saya bukanlah apa-apa.
10.Pihak –pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya, terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian semua selama penulis melakukan penelitian ini.
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Pengertian Akuntansi ... 10
2.2.1.1. Tujuan Akuntansi ... 12
2.2.2. Pengertian Pemahaman Akuntansi ... 12
2.2.2.1. Tujuan Pemahaman Akuntansi ... 13
2.2.3. Pengertian Akuntansi keprilakuan ... 14
2.2.3.1. Tujuan Akuntansi Keprilakuan ... 15
2.2.4. Pengertian Belajar ... 15
2.2.4.2. Teori Belajar ... 17
2.2.5. Pengertian Kecerdasan Emosional .. ... 21
2.2.5.1. Komponen Kecerdasan Emosional ... 24
2.2.6. Pengertian Kecerdasan Intelektual.. ... 27
2.2.6.1. Komponen Kecerdasan intelektual ... 28
2.2.7. Pengertian Kecerdasan Spiritual... ... 28
2.2.7.1. Komponen Kecerdasan Spiritual ... 29
2.3 Kerangka Pikir ... 30
2.3.1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi.. ... 30
2.3.2. Pengaruh kecerdasan intelektual terhadap pemahaman akuntansi... 31
2.3.3. Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi... ... 32
2.4. Gambar Kerangka Pikir ... 33
2.5. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35
3.1.1. Definisi Operasional ... 35
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 36
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 41
3.3.1 Metode Analisis ... 43
3.3.1.1 Teknik Analisis ... 43
3.3.1.2 Uji Hipotesis ... 47
Hasil Dan Pembahasan 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 49
4.1.1 Sejarah Singkat UPN “Veteran” Jawa Timur ... 49
4.1.2 Tempat Kedudukan ... 52
4.1.3 Falsafah, Visi, Misi dan Tujuan ... 52
4.1.3.1 Falsafah ... 52
4.1.3.2 Visi... 52
4.1.3.3 Misi ... 53
4.1.3.4 Tujuan ... 53
4.1.4 Deskripsi Fakultas Ekonomi ... 54
4.1.5 Riwayat Progdi Akuntansi ... 54
4.1.5.1 Visi Progdi Akuntansi ... 56
4.1.5.2 Misi Progdi Akuntansi ... 56
4.1.5.3 Tujuan Progdi Akuntansi ... 56
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 57
4.2.1 Karakteristik Responden ... 57
4.4 Hasil Analisa ... 66
4.4.1 Goodness Of Fit Outer Model ... 67
4.4.1.1 Uji Convergent Validity ... 67
4.4.1.2 Uji Composite Reliability ... 72
4.4.1.3 Uji Discriminant Validity ... 73
4.5 Pengujian Hipotesis ... 74
4.5.1 Goodness Of Fit Inner Model ... 74
4.5.2 Uji Inner Weihgt ... 75
4.6 Pembahasan ... 76
4.6.1 goodness Of Fit Outer Model ... 77
4.6.2 Goodness Of Fit Inner Model ... 77
4.7 Implikasi ... 79
4.8 Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ... 82
4.9 Keterbatasan Penelitian ... 83
Kesimpulan Dan Saran 5.1 kesimpulan ... 84
5.2 Saran ... 85
Tabel 1.1 Daftar IPK Mahasiswa Akuntansi Angkatan 2010... 4
Tabel 4.1 Prosentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kecerdasan Emosional ... 58
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kecerdasan Intelektual ... 60
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Kecerdasan Spiritual ... 62
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pemahaman Akuntansi ... 64
Tabel 4.6 Outer Loading 1 ... 68
Tabel 4.7 Outer Loading 2 ... 71
Tabel 4.8 Composite Reliability ... 72
Tabel 4.9 Average Variance Extracted (AVE) ... 73
Tabel 4.10 Goodness Of Fit ... 74
Tabel 4.11 Result For Inner Weight ... 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 33
Gambar 4.1 Koefisien Model Penelitian Putaran I ... 66
Composite Reliability
Composite Reliability
EM 0.892
IN 0.854
SP 0.773
PA 0.859
Average Variance Extracted (AVE)
Average variance extracted (AVE)
EM 0.513
IN 0.499
SP 0.535
PA 0.513
Goodness Of Fit
R-square
EM IN SP
sample estimate
mean of subsamples
Standard
deviation T-Statistic
EM -> PA 0.375 0.374 0.178 2,110
IN -> PA 0.167 0.196 0.116 1,430
PENGARUH KECERDASAN (EQ), KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ) DAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN
AKUNTANSI
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur)
Oleh:
Abdul Gofur Jaelani
ABSTRAK
Teknologi yang semakin berkembang dalam dunia globalisasi sekarang ini telah membawa pengaruh besar pada sistem pendidikan akuntansi serta memudahkan mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya. namun teknologi yang semakin berkembang tersebut bukanlah jaminan bagi dunia pendidikan untuk mencapai keberhasilan. Salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan pendidikan tinggi akuntasi adalah sikap dan mental mahasiswa dalam mengembangkan kepribadiannya. Penelitian ini merumuskan masalah mengenai apakah Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual berpengaruh pada Pemahaman Akuntansi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Angkatan 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris dan membuktikan adanya pengaruh antara Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman Akuntansi.
Variabel yang digunakan adalah Kecerdasan Emosional (X1), Kecerdasan
Intelektual (X2), dan Kecerdasan Spiritual (X3) terhadap Pemahaman Akuntansi
(Y). Skala dalam penelitian ini yaitu skala likert. mahasiswa Strata satu (S1) program studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran” Jawa Timur angkatan tahun 2010 yang berjumlah 189 mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 33 mahasiswa. Teknik analisis yang digunakan yaitu Partial Least Square (PLS).
Hasil dari penelitian ini adalah model Partial Least Square (PLS) yang dihasilkan cocok untuk menguji pengaruh Kecerdasan Emosional (X1),
Kecerdasan Intelektual (X2), dan Kecerdasan Spiritual (X3) terhadap Pemahaman
Akuntansi (Y). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual tidak berpengaruh pada Pemahaman Akuntansi, sedangkan variabel Kecerdasan Emosional berpengaruh terhadap Pemahaman Akuntansi.
1.1 Latar Belakang
Teknologi yang semakin berkembang dalam dunia globalisasi sekarang
ini telah membawa pengaruh besar pada sistem pendidikan akuntansi serta
memudahkan mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya.
namun teknologi yang semakin berkembang tersebut bukanlah jaminan
bagi dunia pendidikan untuk mencapai keberhasilan. Salah satu faktor
yang dapat mendukung keberhasilan pendidikan tinggi akuntasi adalah
sikap dan mental mahasiswa dalam mengembangkan kepribadiannya.
Kemampuan mengembangkan kepribadian mahasiswa yang sekarang ini
disebut dengan istilah Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan
emosional. (Sari, 2008)
Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan
dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini
mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk
mengelola perasaanya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri,
kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan
mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana
2
lain. Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam
mencapai tujuan dan cita-citanya. (Trisnawati dan Suryaningsum, 2003)
Menurut (Azwar, 2004) dalam (Yuniani, 2010) IQ merupakan
interprestasi hasil tes intelegensi (kecerdasan) ke dalam angka yang dapat
menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat intelegensi seseorang.
Goleman berusaha mengubah pandangan tentang kecerdasan intelektual
(IQ) yang menyatakan keberhasilan di tentukan oleh intelektualitas belaka,
sehingga berusaha untuk menemukan keseimbangan cerdas antara emosi
dan kognisi.Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang
menggunakan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, termasuk
keterampilan intelektual.
Kecerdasan intelektual bukan faktor dominan dalam keberhasilan
seseorang, terutama dalam dunia bisnis maupun sosial. Banyak sarjana
yang cerdas dan saat kuliah selalu menjadi bintang kelas, namun ketika
masuk dalam dunia kerja menjadi bawahan teman sekelasnya yang prestasi
akademiknya rendah. hal ini juga di dukung oleh berbagai kejadian yang
terjadi di indonesia, misalnya tawuran antar mahasiswa, korupsi yang di
lakukan oleh berbagai pejabat di negara ini. (Tjun tjun, 2009)
Melandy dan Aziza (2006) menyatakan hasil survei yang dilakukan di
Amerika Serikat tentang kecerdasan emosional menjelaskan bahwa apa
yang diinginkan oleh pemberi kerja tidak hanya keterampilan teknik saja
yang bersangkutan. Di antaranya adalah kemampuan mendengar dan
berkomikasi lisan, adaptasi, kreatifitas, ketahanan mental terhadap
kegagalan, kepercayaan diri motivasi, kerjasama tim, dan keinginan
memberi kontribusi terhadap perusahaan. Seseorang yang memiki
kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengendalikan emosinya
sehingga dapat menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerjanya.
Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Banyak mahasiswa menempuh jalur kuliah untuk mendapatkan titel
kesarjanaan dan digunakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk dapat
bekerja di suatu perusahaan.( Tjun tjun, 2009)
Akuntansi sebagai bisnis, sangat membantu dunia usaha dalam
mengukur, mengkomunikasikan dan menginterprestasikan informasi
aktivitas keuangan. Akuntansi banyak di salah artikan sebagai bidang studi
yang banyak menggunakan angka-angka untuk menghasilkan laporan
keuangan. Kesalahan dalam pendekatan pengajaran akuntansi sering
menyebabkan adanya presepsi dan pemahaman yang keliru tentang
akuntansi padahal akuntansi tidak hanya memfokuskan pada masalah
perhitungan semata namun pada lebih penalaran yang membutuhkan
logika berfikir. (Sari, 2010)
Tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan
seberapa mengerti seseorang mahasiswa terhadap apa yang sudah di
4
Tanda seorang mahasiswa memahami akuntansi tidak hanya di tujukan
dari nilai nilai yang di dapatkannya dalam mata kuliah tetapi juga apabila
mahasiswa tersebut mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang
terkait timbul adanya kelemaham mahasiswa. Oleh karena itu pendidikan
tinggi akuntansi bertanggung jawab mengembangkan keterampilan
mahasiswanya untuk tidak hanya memiliki kemampuan lain yang di
perlukan untuk berkarir di lingkungan yang selalu berubah dan ketat
persaingannya. (Setyowati, 2006)
Dari hasil indeks prestasi kumulatif mahasiswa akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang menempati prosentasi
terbesar adalah kisaran > 3,0 seperti dalam tabel berikut :
Indeks Prestasi
bidang pokok akuntansi sudah memiliki perkembangan yang baik, semua
mahasiswa progdi akuntansi keseluruhan memiliki pemahaman terhadap
akuntansi hampir lebih dari cukup bahkan bisa dikatakan suda memenuhi
tingkat signifikannya, termasuk juga pada mahasiswa yang mengambil
indeks prestasi mahasiswa yang jumlahnya lebih banyak di atas rata-rata
dibandingkan dengan yang dibawah rata-rata. Dari data di atas bisa
disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi angkatan 2010 sudah memahami
betul akuntansi dan mengerti benar dasar-dasar akuntansi. dari hal ini
berarti mahasiswa yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang
pandai, mengerti benar tentang akuntansi, memiliki pengetahuan
akuntansi, mampu menanamkan sikap positif terhadap pengetahuan
akuntansi, mampu memotifasikan agar pengetahuan akuntansi
dimanfaatkan dengan baik serta terampil. Hal ini mempunyai
kemungkinan apakah hal tersebut disebabkan karena adanya pengaruh
kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual
yang dimilikinya sehingga mahasiswa mampu mengembangkan prestasi
dengan nilai yang baik.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka penulis
tertarik mengadakan penelitian mengenai “ Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Mahasiswa Akuntansi (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini dapat
6
1. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman
akuntansi?
2. Apakah kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap pemahaman
akuntansi?
3. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman
akuntansi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka studi ini bertujuan untuk
meneliti:
1. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris apakah
kecerdasan emosional mempunyai pengaruh terhadap pemahaman
akuntansi.
2. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris apakah
kecerdasan intelektual mempunyai pengaruh terhadap pemahaman
akuntansi
3. Untuk mengertahui dan membuktikan secara empiris apakah
kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh terhadap pemahaman
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk memperluas wawasan mengenai Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman
Mahasiswa Akuntansi.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka
mengembangkan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual dan
Kecerdasan Spiritual untuk memperoleh Pemahaman Akuntansi yang
baik.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan teori yang berkaitan dengan Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman
Mahasiswa Akuntansi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil dari penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tjun tjun (2009) Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi Dilihat dari Perspektif
Gender“. mempunyai kesimpulan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan
emosional terhadap pemahaman akuntansi. hal ini dapat terlihat dari hasil
uji regresi yang menunjukkan nilai signifikan 0,003 < 0,05, sehingga H1
diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan
peneliti sebelumnya. Hal ini mungkin disebabkan karena sampel yang
berbeda dan tidak terdapat perbedaan kecerdasan emosional dan ada
perbedaan pemahaman akuntansi antara mahasiswa pria dan mahasiswa
wanita. Berdasarkan hasil uji jug terlihat bahwa pria kecerdasan
emosional pria lebih besar dari pada kecerdasan emosional wanita (nilai
mean pria sebesar 78,93 > nilai mean wanita sebesar 77,87). Berdasarkan hasil uji ini juga terlihat bahwa peemahaman akuntansi wanita lebih besar
dari pada pemahaman akuntansi pria (nilai mean wanita sebesar 41,18 >
2. Heriningsih (2005) Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kecerdasan
Emosional Pada Pemahaman Pengetahuan Akuntansi Di Tingkat
Pengantar dengan Penalaran dan Pendekatan Sistem “. mempunyai
kesimpulan bahwa hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan
pengaruh dan diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi perguruan
tinggi untuk dapat menghasilkan pemahaman akuntansi dengan benar
walaupun hanya sekadar tingkat akuntansi pengantar 1. Proses
pembelajaran akuntansi pengantar 1 yang betul akan memberikan
informasi yang kompleks, menyeluruh mengenai akuntansi sebagai suatu
informasi keuangan yang membutuhkan penalaran dan logika tidak
sekadar dogma. Bisa ditarik dua hal yang bisa ditarik sebagai kesimpulan
untuk penelitian ini, pertama adalah nilai capaian yang di peroleh dari
proses pembelajaran dengan pendekatan penalaran dan sistem
mempunyai nilai mean yang paling tinggi di bandingkan dengan dua
pendekatan yang lainnya yaitu pendekatan persamaan dan pendekatan
campuran.
3. Rachmi (2006) Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi“. mempunyai kesimpulan bahwa kecerdasan
emosional yang terdiri dari pengendalian diri, pengendalian diri, empati
motivasi dan keterampilan sosial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat pemahaman akuntansi. kecerdasan spiritual yang terdiri
10
berjiwa pembelajar, berorientasi masa depan, prinsip keteraturan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. perilaku
belajar yang terdiri dari kebiasaan mengikuti pembelajaran, kebiasaan
membaca buku, kunjungan keperpustakaan, kebiasaan menghadapi ujian
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tiingkat pemahaman akuntasi.
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Akuntansi
Pengertian akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur,
dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya
penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut. (Soemarso, 2002:3)
Definisi ini mengandung dua pengertian yakni :
1. Kegiatan Akuntansi : bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri
dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi.
2. Kegunaan Akuntansi : bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh
akuntansi berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai
kesatuan usaha yang bersangkutan.(Soemarso, 2002:3)
Menurut Accounting Principle Board (APB) dalam Statemen No. 4
disebutkan :
Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (sevice activity) fungsinya
finansial, tentang entitas- entitas ekonomi yang di anggap berguna
dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, dalam penentuan
pilihan pilihan logis di antara tindakan-tindakan alternatif. (Yadiati,
2007:1)
American intitute of certified public accountants (AICPA) dalam
Accounting Terminology Bulletin No 1, tahun 1953 menyatakan :
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan dan pengikthisaran
dengan cara yang berarti, atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat
keuangan, serta penafsiran hasil hasilnya. (Yadiati, 2007:1)
Paul grady dalam ARS No 7, AICPA, 1965, mendefinisikan akuntansi
merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi yang secara
sistematik, orisinal dan autentik, mencatat, mengklasifikasikan,
memproses, mengikhtisarkan, menganalisis, menginterpretasikan, seluruh
transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi
entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti yang
dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggung jawaban atas
kepercayaan yang di terimanya. (Yadiati, 2007:2)
Kieso dan Weygandt, menyatakan akuntansi adalah suatu sistem
informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan
kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan.
12
2.2.1.1. Tujuan akuntansi
Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi
(economic information). Dari suatu kesatuan ekonomi (economic entity)
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam buku ini yang dimaksud
dengan kesatuan ekonomi adalah badan usaha (business enterprice).
Informasi ekonomi yang di hasilkan oleh akuntansi3 berguna bagi
pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri maupun pihak-pihak di luar
perusahaan. (Soemarso, 2002:4)
Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu
menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis, dan
pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian
melaporkan hasilnya. Kegiatan akuntansi meliputi :
1. Pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatu
pengambilan keputusan.
2. Pemrosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi
yang dihasilkan.
3. Pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan. (Soemarso,
2002:4)
2.2.2. Pengertian Pemahaman Akuntansi
Paham dalam kamus bahasa indonesia memiliki arti pandai atau
memahami atau memahamkan. Hal ini berarti orang yang memiliki
pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti benar
akuntansi. Dalam hal ini pemahaman akuntansi diukur dengan
menggunakan nilai mata kuliah akuntansi, akuntansi keuangan menengah,
akuntansi keuangan lanjutan, pengauditan dan teori akuntansi, mata kuliah
tersebut merupakan mata kuliah yang didalamnya terdapat unsur-unsur
yang menggambarkan akuntansi secara umum. (Tjun tjun, 2009)
2.2.2.1. Tujuan Pemahaman
Akuntansi banyak disalah artikan, sebagai bidang studi yang banyak
menggunakan angka-angka yang menghasilkan laporan keuangan. Padahal
akuntansi tidak hanya memfokuskan pada masalah penghitungan semata,
namun lebih pada penalaran yang membutuhkan logika berfikir. (Sari,
2010:23)
Tujuan akuntansi menurut suwarjono (1999) dalam Sari (2010:23) adalah :
1. Memahamkan pengetahuan tanpa menimbulkan kekeliruan tentang arti
akuntansi, artinya jangan sampai mahasiswa mempunyai wawasan yang
sempit mengenai ruang lingkup akuntansi baik sebagai pengetahuan
maupun sebagai bidang pekerjaan.
2. Menanamkan sikap positif terhadap pengetahuan akuntansi yang cukup
luas lingkupnya, khususnya untuk mereka yang tidak mengambil jurusan
14
3. Memotifasikan agar pengetahuan akuntansi dimanfaatkan dalam praktek
bisnis atau organisasi lainnya yang keberhasilannya sebenarnya di
tentukan oleh informasi.
2.2.3. Pengertian Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keprilakuan sebenarnya merupakan bagian dari ilmu
akuntansi yang perkembangannya semakin meningkat dalam 25 tahun
belakangan ini.perkembangan yang pesat dalam akuntansi keprilakuan
lebih di sebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan dengan
ilmu-ilmu sosial secara menyeluruh. Mengenai bagaimana perilaku
manusia memengaruhi data akuntansi dan keputusan bisnis, serta
bagaimana akuntansi memengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia
selalu dicari jawabannya. Pada gilirannya, akuntansi keperilakuan diyakini
dapat menjadi suatu terobosan yang baik dalam pengukuran bisnis dan
informasi, yang memungkinkan para direktur eksekutif, direktur
keuuangan, dan pembuat rencana strategis lainnya untuk mengoptimalkan
keputusan yang di ambil, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja
perusahaan. Namun, disisi lainnya, akuntansi keprilakuan tidak sama
dengan akuntansi tradisional yang hanya melaporkan data keuangan.
Akuntansi keprilakuan menggunakan metodologi ilmu pengetahuan
perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan
melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil
2.2.3.1. Tujuan Akuntansi keprilakuan
Akuntansi keprilakuan memfokuskan pada hubungan antara manusia
dan sistem akuntansi, akuntansi keprilakuan menyadari bahwa mereka
dapat merancang sistem informasi untuk mempengaruhi sistem motivasi
individu, moral dan produktivitas. (Ikshan-Ishak, 2005-4)
Tujuan dari akuntansi keperilakuan adalah untuk melakukan
pengukuran dan evaluasi tindakan yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan dan pengambilan keputusan, baik bersifat internal maupun
eksternal. (Ikhsan-Ishak, 2005:4)
2.2.4. Pengertian Belajar
Berbagai ahli mendefinisikan belajar sesuai aliran filsafat yang
dianutnya, antara lain sebagai berikut :
Menurut Walker (dalam Riyanto, 2002) belajar adalah suatu
perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah,
kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor
samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
belajar. (Riyanto, 2009:5)
Winkel (1996:53), belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
16
sikap-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
(Riyanto 2009:5)
Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan
perilaku sebagai pengalaman. Menurut cronbach bahwa belajar yang
sebaik baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan
pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati,
mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. (Riyanto,
2009:5)
2.2.4.1. Tujuan Belajar
Menurut Robert M. Gagne dalam (Hasibuan dan Moedjiono, 2006:5)
mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar)
sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne
mengemukakan delapan macam, yang kemudian di sederhanakan menjadi
lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga,
pada gilirannya, membutuhkan sekian macam kondisi belajar (atau sistem
lingkungan belajar) untuk pencapaiannya. Kemampuan kelima macam
hasil belajar tersebut adalah :
1. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting
dari sistem lingkungan skolastik)
2. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seorang di
dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan
3. Informasi Verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta
Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.
4. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain
keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan
sebagainya.
5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas
emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat
disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah-laku terhadap
orang barang, atau kejadian.
Kelima macam hasil belajar tersebut di atas menyarankan, bahkan
mempersyaratkan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga dari padanya
dapat dijabarkan strategi-strategi belajar mengajar yang sesuai.
(Hasibuan-Moedjiono 2006-5)
2.2.4.2. Teori Belajar
1. Aliran Behavioristik
Menurut behaviorisme reaksi yang begitu kompleks akan menimbulkan tingkah laku, sebagaimana pendapat R. G Bouring, bahwa:
(1) compex system of responses which depend upon meaning involved are
18
Prinsip-prinsip behaviorisme adalah objek psikologi adalah tingkah
laku dan semua bentuk tingkah laku di kembalikan kepada reflek serta
mementingkan terbentuknya kebiasaan. (Riyanto, 2009:6)
Edward L. Thorndike dalam (Riyanto, 2009:6) dari amerika serikat,
menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan
pancaindra (sense impression) dan implus untuk bertindak implus to action
atau terjadinya hubungan antara stimulus (S) dan Response (R) disebut
Bond, sehingga dikenal dengan teori S-R Bond. Di dalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer dan hukum sekunder. Hukum primer
terdiri dari :
1. Law of Readdiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan memberi
kepuasan.
2. Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat kuat bila sering dilakukan diklat dan pengulangan.
3. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak/pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi lagi
dan yang tidak mendatangkan kepuasan cenderung akan dilupakan.
(Riyanto, 2009:7)
Hukum Sekunder terdiri dari :
satunya akan berhasil juga. Hal ini di kenal dengan Trial and
Error.
2. Law of Assimilition, yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru, asal situasi itu ada unsur yang bersamaan.
3. Law of Partial Activity, seseorang dapat beraksi secara selektif terhadap kemungkinan yang ada di dalam situasi tertentu. (Riyanto,
2009:7)
2. Aliran Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih
mementingkan proses balajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan repon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat
berkaitan dengan teori sibemetik. (Riyanto, 2009:9)
Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang
individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah tetap mengalir,
bersambuung-sambung menyeluruh. (Riyanto, 2009:9)
3. Aliran Sibernetika
Teori belajar sibernetika adalah teori belajar yang di anggap paling
baru. Teori berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi.
20
mementingkan proses. Namun yang lebih penting lagi adalah sistem
informasi yang di proses itu.
Asumsi lain dari teori sibernetika adalah tidak ada satu proses belajar
pun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka,
sebuah informasi mungkin akan di pelajari seorang siswa dengan satu
macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan di
pelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda. (Riyanto, 2009:20)
4. Aliran Teori Humanistis
Proses belajar harus bermuara pada amnesia itu sendiri. Dari keempat
teori belajar teori humanislah yng paling abstrak, yang paling mendekat
dunia filsafat dari pada dinia pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada
ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar secara apa
adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori ini
sangat bersifat eklektik. Menurut Kolb Pada tahap paling dini dalam
proses belajar, seseorang siswa hanya mampu sekadar ikut mengalamai
suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang kejadian hakikat
tersebut. Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian
terjadi seperti itu. Inilah yang terjadi pada tahap pertama proses belajar.
pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan
observasi aktif terhadap kejadian itu. Serta berusaha mulai memikirkan
2.2.5. Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ)
Menurut (Uno, 2006:68) Kecerdasan emosional merupakan
kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diiri sendiri dan
bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih -lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berem pati dan
berdoa.
Menurut saphiro, isitilah kecerdasan emosi pertama kali di lontarkan
pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu peter salovey dan jhon mayer
untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang di anggap penting
untuk mencapai keberhasilan. (Uno, 2006:68)
Teori lain dikemukakan oleh Reuven Bar-On, sebagai mana di kutip
oleh Steven J. Stein dan Howard E. Book, ia menjelaskan bahwa
kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan
kecakapan, nonkognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Selanjutnya, Steven
J. Stein dan Howard E. Book menjelaskan pendapat Peter Salovey dan
John Mayer, pencipta kecerdasan emosional, bahwa kecerdasan nasional
adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan
perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya,
dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu
22
Dengan kata lain, menurut Stein dan Book, EQ adalah serangkaian
kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang
rumit, mencakup aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh
kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting
untuk berfungsi secara efektif setiap hari. Dalam bahasa sehari-hari,
kecerdasan emosional biasanya kita sebut sebagai “street smarts (pintar)”,
atau kemampuan khusus yang kita sebut “akal sehat”, terkait dengan
kemampuan membaca lingkungan politik dan sosial, dan menatanya
kembali; kemampuan memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan
dibutuhkan orang lain, kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan
untuk tidak terpengaruh tekanan; dan kemampuan untuk menjadi orang
yang menyenangkan, yang kehadirannya di dambakan orang lain. (Uno,
2006:69)
Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan
keterampilan kognitif, orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki
keduanya. Makin kompeks pekerjaan makin penting kecerdasan emosi.
Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh.
Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan menggunakan kemampuan
kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum. Kemudian, Doug
Lennick menegaskan, “yang diperlikan untuk sukses dimulai dengan
keterampilan intelectual, tetapi orang juga memerlukan kecakapan emosi
tidak mencapai potensi maksimum adalah ketidakterampilan emosi. (Uno,
2006:69)
Cooper dan Sawaf menegaskan bahwa kecerdasan emosional dan
kecerdasan-kecerdasan lain lain sebetulnya saling menyempurnakan dan
saling melengkapi. Emosi menyulut kretivitas, kolaborasi, inisiatif, dan
transformasi; sedangkan penalaran logis berfungsi mengatasi dorongan
yang keliru dan menyelaraskan tujuan dengan proses, dan teknologi
dengan sentuhan manusiawi. (Uno, 2006:70)
Dengan demikian, sesorang memiliki IQ saja belum cukup, yang ideal
adalah IQ yang dibarengi dengan EQ yang seimbang. Pemahaman ini di
dukung oleh pendapat Goleman dalam buku (Riyanto, 2009:257) yang di
kutip oleh patton, bahwa para ahli psikologi sepakat kalau IQ hanya
mendukung sekitar 20 persen faktor yang menentukan keberhasilan,
sedangkan 80 persen sisanya berasal dari faktor lain termasuk kecerdasan
emosional. (Uno, 2006:70)
Kecerdasan emosi adalah dasar dari lahirnya kecakapan emosi yang
diperoleh dari hasil belajar, dan dapat menghasilkan kinerja menonjol
dalam pekerjaan. Inti dari kecakapan emosi ini adalah dua kemampuan (1)
empati, yang melibatkan kemampuan membaca perasaan orang lain; (2)
keterampilan sosial, yang berarti mampu mengelola perasaan orang lain
dengan baik. Kecerdasan emosional menuntut seseorang belajar mengakui
24
dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi, emosi
dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Jadi, kecerdasan emosional
adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan
daya kan kepekaan emosi sebagai sumber informasi, koneksi, dan
pengaruh yang manusiawi. (Uno, 2006:71)
2.2.5.1. Komponen Kecerdasan Emosional (EQ)
EQ juga mencakup semua sikap atau kemampuan pribadi (personal
Complete) seperti :
Mengenali Emosi Diri/Kesadaran Diri
Mengenali emosi sewaktu emosi itu terjadi, orang dengan kemampuan ini:
1. Mengetahui emosi yang dirasakan dan mengapa.
2. Menyadari hubungan antara perasaan, pikiran, dan perbuatan.
3. Memahami implikasi perasaan dengan kinerjanya.
4. Introspeksi dan bercermin diri dari pengalamannya.
5. Berkeyakinan kuat melakukan apa yang benar.
6. Terbuka, berkemauan untuk memperbaiki diri.
7. Mampu membuat keputusan yang “tanpa memihak”.
Mengelola Emosi/Pengaturan Diri.
Menangani emosi agar emosi dapat terungkap dangan pas/tepat, orang
dengan kecerdasan ini :
1. Mengandalikan dengan baik perasaan-perasaan yang menekankan
2. Mempelajari bagaimana mengendalikan untuk bertindak
3. Merasa empati bagi orang lain
4. Mengembangkan bicara yang produktif
5. Bertindak menurut etika dan tidak perna mempermalukan orang
lain
Motivasi Diri
Menggunakan hasrat diri yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun menuju tujuan/sasaran, orang dengan kecerdasan ini :
1. Berorintasi pada hasil, dengan semangat tinggi, dengan semangat
tinggi mencapai tujuan dan memenuhi standar.
2. Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil risiko
yang telah di perhitungkan.
3. Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi
ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik.
4. Terus belajar untuk meningkatkan kinerja.
5. Siap berkorban demi pemenuhan lembaga yang lebih penting.
6. Merasakan dorongan semangat yang kuat dalam misi yang lebih
besar.
7. Aktif mencari peluang guna memenuhi misi kelompok.
8. Siap memanfaatkan peluang.
9. Memiliki pengharapan yang kuat.
10.Bekerja dengan harapan untuk sukses bukan untuk gagal.
26
Merasakan yang dirasakan orang lain mampu memahami perspektif
orang lain serta menumbuhkan hubungan saling percaya, orang dengan
kecerdasan ini :
1. Memerhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkan dengan
baik
2. Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang
lain
3. Membantu bardasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan
perkembangan orang lain.
4. Memberikan perhatian pada waktu yang tepat bagi orang lain yang
memerlukannya.
Membina Hubungan Sosial.
Menangani emosi dengan baik ketika berinteraksi dengan orang lain, yaitu
bagaimana kemampuan memainkan strategi dalam bergaul, orang dengan
kemampuan ini :
1. Membentuk hubungan baik dengan orang lain
2. Membina kedekatan hubungan dengan orang lain
3. Membuat orang lain merasa nyaman
4. Dapat meyakinkan dan mempengaruhi orang lain
5. Mempengaruhi orang lain melalui emosinya.
6. Mampu mengadakan sinkronisasi suasana hati dengan orang lain
8. Peka membaca reaksi dan poerasaan orang lain. (Riyanto,
2009:258)
2.2.6. Pengertian Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual merupakan sifat terampil dalam mencapai
suatu kesuksesan. Tetapi juga memerlukan kecakapan emosi untuk
memanfaatkan bakat terampil yang dimiliki. Penyebab kita tidak mencapai
potensi maksimum adalah ketidakterampilan emosi.
Kecerdasan-kecerdasan lain sebetulnya saling menyempurnakan dan saling
melengkapi. Dengan demikian, seseorang yang memiliki IQ saja belum
cukup, yang ideal adalah IQ yang di barengi dengan EQ yang seimbang.
Pemahaman ini di dukung oleh pendapat goleman yang di kutip oleh
patton, bahwa ahli psikologi sepakat kalau IQ hanya mendukung sekitar 20
persen faktor yang menentukan keberhasilan, sedangkan 80 persen sisanya
berasal dari faktor lain, termasuk kecerdasan emosional.(Uno, 2006:70)
Pengertian intelegensi banyak mengalami perubahan, namun selalu
mengundang pengertian bahwa intelegensi merupakan kekuatann atau
kemampuan untuk melakukan sesuatu. Masyarakan umum mengenal
intelegensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran
ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang di hadapi. (Uno,
2006:58)
Hennon mendefinisikan intelegensi sebagai daya dan kemampuan
28
kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir
secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif. (Uno,
2006:59)
2.2.6.1. Komponen-Komponen Kecerdasan Intelektual
1. Adanya kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem
mental dengan cepat.
2. Kemampuan mengingat.
3. Imajinasi yang berkembang.
4. Kreatifitas yang tinggi.
(Uno, 2006:59)
Sebaliknya, perilaku yang lamban, tidak cepat mengerti, kurang
mampu menyelesaikan problem mental yang sederhana, dan semacamnya,
di anggap sebagai indikasi tidal dimilikinya intelegensi yang baik. (Uno,
2006:59)
2.2.7. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, yaitu yang memfasilitasi suatu
dialog antara akal dan emosi, EQ semata-mata tidak bisa menjembatani
kesenjangan antara emosi. Intrapersonal (di dalam diri) dan
emosi-emosi intrapersonal (yang sama-sama dimiliki kita maupun orang lain atau
tuhan menciptakan manusia dilengkapi dengan tiga potensi dasar IQ,EQ
dan SQ tinggal bagaimana kita mengelolanya. (Riyanto,2009-256)
Kecerdasan spiritual menurut Ginanjar (2005) dalam Dwijayanti
(2009) adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap
pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan
SQ secara komprehensif.
Menurut Zohar dan Marshall (2007) dalam Dwijayanti (2009) adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan
nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding
dengan yang lain.
2.2.7.1. Komponen Dalam Kecerdasan Spiritual
Indikasi kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik
mencakup :
1. Kemampuan untuk fleksibel.
2. Adanya tingkat kesadaran diri.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui.
5. Kualitas hidup yang di ilhami.
6. Kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika”
30
7. Kecenderungan untuk berpandangan holistic.
8. Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan berbagai kondisi.
(Dwijayanti, 2009)
2.3 Kerangka Pemikiran
2.3.1. Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap Pemahaman Akuntansi
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan
untuk motivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih lebihkan kesenangan,
mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan
kemampuan berfikir. Kecerdasam emosional menuntuk kita untuk belajar
mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain
dan untuk managgapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi
dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.(Uno, 2006:68)
Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Suryaningsum (2003)
membuktikan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh positif
terhadap pemahaman akuntansi, hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Melandy dan Azizah (2006) yang juga membuktikan
bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman
akuntansi.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulakn bahwa kecerdasan
artinya semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional dari mahasiswa maka
akan semakin mudah mahasiswa dalam memahami pemahaman akuntansi.
2.3.2. Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) Terhadap Pemahaman Akuntansi
Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang memiliki
tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, maka orang tersebut memiliki
peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar dibanding orang lain.
Pada kenyataanya, ada banyak kasus dimana seseorang yang memiliki
tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi tersisih dari orang lain yang
tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ yang tinggi
tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan. (Sari, 2010)
Para psikolog menyusun berbagai tes untuk mengukur kecerdasan
intelektual, dan tes-tes ini menjadi alat memilah manusia ke dalam
berbagai tingkatan kecerdasan yang kemudian lebih di kenal dengan
istilah IQ (Intellegence Quotient), yang dapat menunjukkan kemampuan
mereka. Menurut teori ini, semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi
pula kecerdasannya. (Dwijayanti, 2009)
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kecerdasan
intelektual memiliki hubungan dengan pemahaman akuntansi serta
mempunyai pengaruh positif terhadap pemahaman akuntansi, yang artinya
semakin tinggi tingkat kecerdasan intelegensi dari mahasiswa maka akan
32
2.3.3. Pengaruh Kecerdasan Spiritual (SQ) Terhadap Pemahaman Akuntansi
Pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual karena selalu
terdorong oleh kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan mendasar atau
pokok. Kecerdasan spiritual memberikan rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan dibarengi dengan pemahaman sampai pada batasnya.
Seseorang menggunakan kecerdasan spiritual untuk bergulat dengan hal yg
baik dan jahat, serta untuk membayangkan kemungkinan yang belum
terwujud untuk bermimpi, bercita-cita dan mengangkat diri dari
kerendahan. (Dwijayanti, 2009)
Kecerdasan spiritual tidak selalu berhubungan dengan agama, bagi
sebagian orang, kecerdasan spiritual mungkin menemukan cara
pengungkapan melalui agama formal, tetapi beragama tidak menjamin
kecerdasan spiritual tinggi. Banyak orang humanis dan ateis memiliki
kecerdasan spiritual yang sangat tinggi, dan sebaliknya. Banyak orang
yang aktif beragama memiliki kecerdasan spiritual sangat rendah. Hal ini
karena disebabkan karena kecerdasan spiritual merupakan kemampuan
untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan
serta mampu menyinergikan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual secara komprehensif. (Sari, 2010)
Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa kecerdasan
semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual dari mahasiswa maka akan
semakin muda dalam memahami akuntansi.
2.4. Gambar Kerangka Pikir
Sesuai dengan landasan teori dan fakta-fakta pendukung yang telah di
uraikan sebelumnya maka dapat disusun sebuah diagram kerangka pikir
seperti ini di tunjukkan pada gambar 2.1, sebagai berikut :
Gambar 2.1: Kerangka Pikir
Uji Partial Least Square (PLS)
2.5. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Kecerdasan Emosional
(X1)
Kecerdasan Intelektual (X2)
Kecerdasan Spiritual (X3)
34
1. Diduga kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman
Akuntansi.
2. Diduga kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap pemahaman
akuntansi.
35
3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional Variabel
Dalam definisi variabel ini akan dijelaskan mengenai variabel-variabel
yang akan diamati dan menjadi objek pengamatan dalam penelitian yang
berkaitan dengan kesimpulan yang dikehendaki.
Sesuai dengan judul yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka
variabel-variabel yang akan diamati adalah sebagai berikut :
Variabel terikat (Y) :
1. Pemahaman Mahasiswa Akuntansi
Pemahaman akuntansi merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk
mengenal dan mengerti tentang akuntansi.
Variabel bebas (X) :
1. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional merupakan kemampuan seseorang dalam
memahami diri sendiri dan pikiran orang lain dalam mengelola emosi
36
2. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Intelektual merupakan kemampuan seseorang untuk
memperoleh pengetahuan, menguasai dan menerapkannya dalam
menghadapi sebuah masalah.
3. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual merupakan kemampuan manusia dalam memaknai
arti dari kehidupan yang di jalani serta memahami nilai yang terkandung
dari setiap perbuatan yang dilakukan.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Dalam pengukuran ini pengukuran variabelnya, baik itu variabel bebas
maupun variabel terikat menggunakan instrumen skala interval berarti peneliti
telah melakukan pengukuran terhadap variabel yang akan di teliti, hanya data
yang diperoleh berbeda dengan data ordinal. Skala interval (Sugiono,
2001:71) adalah skala yang jarak antara data satu dengan data ytang lain sama
tetapi tidak mempunytai nilai nol (0) absolute (nol yang berarti tidak ada
nilainya).
1. Pengukuran Variabel yang digunakan untuk Pemahaman Mahasiswa
Akuntansi sebagai variabel terikat (Y) yaitu skala interval dengan teknik
STP TP C P SP
1 2 3 4 5
Skala terendah Skala tertinggi
Responden diminta untuk memilih salah satu nilai dalam skala satu
sampai lima. Skala terendah (nilai 1) menunjukkan tingkat keberhasilan
Pemahaman Mahasiswa Akuntansi yang rendah dan skala tertinggi (nilai
5) menunjukkan tingkat keberhasilan Pemahaman Mahasiswa Akuntansi
yang tinggi.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrument berupa kuisioner
yang dikembangkan oleh Dwijayanti (2009) yang terdiri dari delapan
pertanyaan dengan indikator, sebagai berikut :
1. Mata kuliah Pengantar Akuntansi I
2. Mata kuliah Pengantar Akuntansi II
3. Mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I
4. Mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II
5. Mata kuliah Keuangan Lanjutan I
6. Mata kuliah Keuangan Lanjutan II
7. Mata kuliah Audit I
38
2. Pengukuran Variabel untuk Kecerdasan Emosional sebagai variabel bebas
(X1) menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran likert dengan pola
STS TS C S SS
1 2 3 4 5
Skala terendah Skala tertinggi
Responden diminta untuk memilih salah satu nilai dalam skala satu
sampai lima. Skala terendah (nilai 1) menunjukkan tingkat Kecerdasan
Emosional yang buruk dan skala tertinggi (nilai 5) menunjukkan
Kecerdasan Emosional yang baik
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrument berupa kuisioner
yang dikembangkan oleh Dwijayanti (2009), terdiri dari lima pertanyaan
dengan indikator, sebagai berikut :
1. Kesadaran Emosi
2. Penilaian Diri Secara Teliti
3. Kendali Diri
4. Sifat Dapat Dipercaya
5. Dorongan Prestasi
6. Komitmen
7. Mehami Orang Lain
3. Pengukuran Variabel untuk Kecerdasan Intelektual sebagai variabel bebas
(X2) menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran likert dengan pola
STS TS C S SS
1 2 3 4 5
Skala terendah Skala tertinggi
Responden diminta untuk memilih salah satu nilai dalam skala satu
sampai lima. Skala terendah (nilai 1) menunjukkan Kecerdasan Intelektual
yang rendah dan skala tertinggi (nilai 5) menunjukkan Kecerdasan
Intelektual yang tinggi.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrument berupa kuisioner
yang dikembangkan oleh Dwijayanti (2009), terdiri dari lima pertanyaan
dengan indikator, sebagai berikut :
1. Mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang di hadapi.
2. Mengambil keputusan tepat.
3. Menyelesaikan masalah secara optimal.
4. Menunjukkan keingintahuan
5. Membaca dengan penuh pemahaman.
6. Menunjukkan minat terhadap dunia luar
7. Tahu mencapai tujuan.
40
4. Pengukuran Variabel Kecerdasan Spiritual sebagai variabel bebas (X3) menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran likert dengan pola
STS TS C S SS
1 2 3 4 5
Skala terendah Skala tertinggi
Responden diminta untuk memilih salah satu nilai dalam skala satu
sampai lima. Skala terendah (nilai 1) menunjukkan Kecerdasan Spiritual
yang rendah dan skala tertinggi (nilai 5) menunjukkan Kecerdasan
Spiritual yang tinggi.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrument berupa kuisioner
yang dikembangkan oleh Dwijayanti (2009) terdiri dari lima pertanyaan
dengan indikator, sebagai berikut :
1. Mudah menempatkan diri.
2. Menerima pendapat orang lain/terbuka.
3. Mengetahui kemampuan dan misi hidup.
4. Tidak ada penyesalan.
5. Bersikap tenang dan berdoa.
6. Tidak menunda pekerjaan.
7. Berpikir sebelum bertindak.
3.2 Teknik Pengambilan Sampel
3.2.1 Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan yang menjadi unit
samplingnya adalah Mahasiswa Progdi Akutansi Angkatan 2010.
3.2.2 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti (Sugiyono, 2001 : 57). Berdasarkan perolehan data yang bersumber
dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur, populasi
mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur adalah
189 Mahasiswa.
3.2.3 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu.
Apa yang di pelajari dari sampel itu. Kesimpulannya akan diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
42
Teknik proportionate stratified random sampling digunakan bila populasi
mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Suatu organisasi yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan (Sugiono,
2001:59). Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FE
progdi Akuntasi Uninersitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
angkatan 2010 konsentrasi akuntansi publik yang berjumlah 42 mahasiswa.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari dari individu atau
perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil kuisioner yang biasa
dilakukan peneliti. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data.
Metode dalam teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis
adalah sebagai berikut :
1. Study Kepustakaan
Yaitu mempelajari dan memahami buku literature atau sumber lain yang
ada di perpustakaan terutama berkaitan dengan Pemahaman Akuntansi.
2. Study Lapangan, meliputi :
- Observasi
Mengemukakan hal-hal yang diobservasi dengan kata lain langsung
- Kuesioner
Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden
dengan harapan memberikan respons atas daftarr pertanyaan tersebut.
Daftar pertanyaan dapat bersifat terbuka jika jawaban tidak ditentukan
sebelumnya sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif
harapan telah disediakan. Instrumen yang berupa lembar daftar
pertanyaan tadi dapat berupa angket (kuesioner), checklist ataupun
skala (Umar, 2009:49)
3.3.1 Metode Analisis
3.3.1.1 Tehnik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least
Square (PLS), metode Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis
yang powerful karena dapat diterapkan pada semua skala data, tidak
membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel tidak harus besar. PLS
selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk
membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya atau untuk
pengujian proposisi (Ghozali, 2008:18).
1. Rancangan Model Struktural (Inner Model)
Merupakan model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten atau
44
berdasarkan substantive theory (Ghozali, 2008:22). Perancangan Model
Struktural hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan masalah
atau hipotesis penelitian.
Persamaan Model Struktural:
η1= γ11 ξ1+ γ12 ξ2+ γ13 ξ3 + ζ
Keterangan:
η = Variabel Laten Endogen (Variabel Terikat)
ξ = Variabel Laten Eksogen (Variabel Bebas)
γ = Koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen
ζ = Galat model struktural
(Yamin, 2011: 38)
2. Rancangan Model Measurement (Outer Model)
Merupakan model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten
dengan indikator-indikatornya atau bisa dikatakan bahwa outer model
mendefinisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan variabel
latennya (Ghozali, 2008:22). Hubungan antar variabel laten dengan variabel
indikatornya bersifat reflektif yaitu perubahan pada variabel laten akan
mempengaruhi indikator sebaliknya perubahan pada indikator tidak akan