• Tidak ada hasil yang ditemukan

[RENSTRA JEMAAT GPM NAZARET TAHUN BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "[RENSTRA JEMAAT GPM NAZARET TAHUN BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . LATAR BELAKANG

Dinamika perkembangan bergereja pada Jemaat GPM Nazaret kini telah dimulai,

seiring dengan terlaksnanya pelembagaan Jemaat GPM Nazaret dari Jemaat GPM Bethabara

pada tanggal 10 Januari 2016. Tentunya berbagai problematika pelayanan turut mewarnai

tanggung jawab menanam dan menyiram di jemaat yang baru bertumbuh ini.

Berbagai masalah pelayanan dihadapi oleh gereja pada jemaat GPM Nazaret, baik

yang terkait dengan pelayanan diakonal, marturia, maupun eukonomia, bahkan berbagai

masalah yang juga timbul sebagai dampak dari perkembangan globalisasi, IPTEK,

Pergaulan Bebas, dan lain sebagainya.

Dalam menjawab tantangan bergereja inilah maka dibutuhkanlah sebuah proses

perencanaan strategis yang matang, dengan menggunakan sejumlah perangkat analisa.

Atas dasar itulah Jemaat GPM Nazaret telah melakukan proses penyusunan Renstra tahun

2016-2020 yang dimulai dengan proses pembentukan dan pelantikan Tim yang waktu itu

masih terintegrasi dalam Jemaat GPM Bethabara yakni pada tanggal 25 Oktober 2015 yang

diketuai oleh Ketua Majelis Jemaat Bethabara, Pdt. D. Soptlanit. Namun ketika proses

penyusunan Renstra Jemaat GPM Bethabara berlangsung terjadi pemekaran dan

pelembagaan, pada tanggal 10 Januari 2016, dimana Jemaat ini terbagi atas 2 (dua) jemaat,

yakni Jemaat GPM Bethabara yang berlokasi di Daerah kayu Tiga, dan Jemaat GPM Nazaret

yang berlokasi di Daerah Karpan Bawah. Kendatipun demikian Tim yang telah dibentuk

tidak lalu terpisah tetapi bekerja sama dengan baik untuk menghasilkan dokumen Renstra,

baik untuk Jemaat GPM Nazaret, maupun Jemaat GPM Bethabara.

1.2 . DASAR

1. Tata Gereja GPM Bab 1 pasal 2

2. Tata Gereja GPM Bab 3 Pasal 6

3. Tata Gereja GPM Bab 3 Pasal 10, jo Pasal 29

4. Peraturan pokok GPM tentang sinode, Bab 3 pasal 10, pasal 11 dan pasal 17

5. Peraturan Pokok GPM tentang Klasis , Bab 5 Pasal 14

(2)

2

1.3 . TUJUAN

1. Menjabarkan amanat dan panggilan pelayanan GPM secara praktis.

2. Mengidentifikasi masalah atau Problematika pelayanan Jemaat secara riil.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan jemaat secara terukur.

4. Mempedomani penyusunan program tahunan secara progresif dan berkelanjutan.

5. Menjadi alat evaluasi perkembangan pelayanan dan implementasi PIP/RIP GPM

2015 – 2020

1.4 . SISTEMATIKA

Adapun sistematika penulisan Renstra adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Dasar

1.3 Tujuan

1.4 Sistematika

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Jemaat

2.2 Kondisi Umum

2.3 Analisis Kelembagaan

2.4 Problematika Pelayanan

BAB III WAWASAN TEOLOGI DAN EKLESIOLOGI JEMAAT

BAB IV VISI,MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI

4.1 Visi Gereja dan Pengembangan Jemaat

4.2 Misi Gereja dan Pengembangan Jemaat

4.3 Tujuan Strategis

4.4 Sasaran Strategis Pengembangan Jemaat, Pelayan dan Kelembagaan

BAB V ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB VI PENUTUP

LAMPIRAN – LAMPIRAN:

a. Kerangka Kerja Logis

b. Program Tahunan Jemaat tahun pertama

c. Data Base Jemaat

(3)

3

BAB II GAMBARAN UMUM

II.1 Sejarah Singkat Jemaat

Pada awalnya Jemaat GPM Nazaret dan Bethabara berada dalam satu kesatuan dengan Jemaat GPM Bethel Klasis Kota Ambon. Namun karena dinamika dan pertumbuhan Jemaat GPM Bethel yang semakin pesat dan rentang kendali terhadap daya jangkau pelayanan bagi warga gereja yang berada di lokasi sekitar Batu Merah dan Karang Panjang yang kurang menyentuh, maka dirasakan perlu dilakukan langkah penjejakan untuk persiapan pemekaran jemaat.

Pdt. Dominggus Souhoka pada saat itu dipercayakan oleh Badan Pekerja Harian Sinode GPM sebagai Penghentar Jemaat GPM Bethel. Dalam proses kepemimpinan beliau, melalui Persidangan Jemaat GPM Bethel di tahun 1979, maka disepakatilah penjejakan pemekaran Jemaat GPM Bethel. Hasil keputusan Sidang Jemaat GPM Bethel di tahun 1979 dibawakan dalam Persidangan Klasis GPM Kota Ambon, kemudian diteruskan ke Badan Pekerja Lengkap Sinode GPM melalui Persidangan BPL tahun 1980. Dalam Persidangan Badan Pekerja Lengkap Sinode GPM pada tahun 1980 diputuskan dan ditetapkanlah bahwa Jemaat GPM Bethel dimekarkan menjadi 3 (tiga) jemaat, antara lain Jemaat GPM Bethel, Jemaat GPM Bethabara, dan Jemaat GPM Imanuel.Realisasi Pemekaran Jemaat GPM Bethabara secara resmi dilaksanakan pada tanggal 6 September 1983. Kepemimpinan Jemaat GPM Bethabara pada saat itu dipercayakan kepada Pdt. M. Lawalata yang dibantu oleh Pdt. Ny. Lies Marantika. Jemaat GPM Bethabara pada saat itu dibagi menjadi 8 (delapan) sektor pelayanan yaitu sektor I s.d sektor VIII.Dinamika pelayanan terus-menerus mengalami perkembangan baik dalam pelayanan bergereja maupun bermasyarakat. Dalam proses pelayanan selanjutnya jemaat GPM bethabara mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik dalam proses peningkatan pelayanan maupun dalam berbagai lini lainnya.

Perjalanan pelayanan bergereja di tahun 1999 tepatnya pada tanggal 19 Januari terjadi konflik sosial yang bermula dari Jemaat GPM Bethabara dan pada akhirnya merambat sampai ke kota Ambon dan Maluku secara umumnya. Kerusuhan yang terjadi membawa dampak yang sangat besar bagi warga jemaat, dimana bangunan rumah maupun gereja mengalami kebakaran.Tidak sedikit kerugian jiwa maupun materi yang ditimbulkan sebagai akibat dari konflik ini. Kegiatan peribadahan jemaat pun dialihkan ke Gereja Kerapatan Toraja samping Kantor Lurah Amantelu bagi anggota jemaat yang masih bertahan dan berdomisili pada sektor I, II, dan III, sedangkan untuk peribadahan di Gereja Anugerah Wisma Atlik Karpan bagi warga jemaat yang mengalami dampak langsung korban kerusuhan yakni pada Sektor III, IV, V, VI, VII dan VIII. Keadaan umat sebagai pengungsi di Wisma Atlit berlangsung sampai dengan tahun 2006.Perhatian terhadap warga jemaat korban konflik pun berdatangan dari berbagai instansi maupun LSM, termasuk pemerintah yang kemudian mengambil sikap untuk merelokasi warga jemaat dari wisma ke daerah Kayu Tiga Petuanan Negeri Soya. Pada tanggal 28 April 2006 Gubernur, Wakil Gubernur, dan Muspida bersama Pimpinan Gereja Protestan Maluku melepaskan warga jemaat Bethabara yang berada di

(4)

4

lokasi pengungsian (wisma Atlit dan GOR) ke lokasi pemukiman baru di Kayu Tiga. Pelaksanaan ibadah perdana bagi Jemaat GPM Bethabara yang direlokasikan ke Kayu Tiga dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2006. Pada saat terjadinya konflik sosial Jemaat GPM Bethabara dipimpin oleh Pdt. I. D. Toisuta dan dibantu oleh Pdt. Ny. M. de Fretes. Kedua hamba Tuhan ini, menggembalakan Jemaat GPM Bethabara sampai dengan tahun 2002, dan kemudian digantikan dengan Pdt. F. L. Hitijahubessy yang dibantu oleh Pdt. Ny. M. M. Louhery, dan Pdt. Ny. L. Sipahelut yang bertugas sampai dengan tahun 2007.

Selama kepemimpinan Pdt. F. L. Hitijahubesy salah satu sektor pelayanan dari jemaat GPM Bethabara yaitu Sektor VIII (delapan) direlokasikan ke Jemaat GPM Halong Klasis Pulau Ambon, dan pada tanggal 4 Juni 2006 Jemaat GPM Bethabara secara kelembagaan melepaskan sektor VIII kepada Jemaat GPM Halong. Dengan demikian secara kelembagaan Jemaat Bethabara hanya terdiri dari 7 (tujuh) sektor pelayanan.

Setelah kepemimpinan Pdt. F. L. Hitijahubesy, Jemaat GPM Bethabara dipimpin oleh Pdt. D. Chr. Soplanit dan dibantu oleh Pdt. Ny. M. M. Louhery, Pdt. Ny. L. Sipahelut, dan Pdt. Ny. A. Batlajery. Dalam perjalanan pelayanan ke depan sektor-sektor yang ada di dalam Jemaat GPM Bethabara, namanya diubah dari angka ke nama. Pesatnya dinamika dan pertumbuhan umat, membuat Sektor Salem dimekarkan menjadi 2 (dua) sektor yakni Sektor Salem dan Sektor Sion. Dengan demikian secara kelembagaan Jemaat Bethabara memiliki 8 (delapan) sektor pelayanan dan 19 (Sembilan belas) unit, yang dilayani oleh 38 (tiga puluh delapan) Majelis Jemaat yang terdiri dari 19 orang Penatua, dan 19 orang Diaken, ditambah dengan 3 (tiga orang tenaga Pendeta).

Pasca pemekaran Jemaat Bethabara dari Jemaat GPM Bethel, maka terhadapat 13 (tiga belas) Pendeta yang terlibat didalam pelayanan umat, antara lain sebagai berikut.

1. Pdt. Mozes Lawalatta ( Tahun 1982 – 1988 ) ( dibantu oleh Pdt. Ny. Lies Marantika ) 2. Pdt. Ny. Lies Marantika ( Tahun 1988 – 1989 ) 3. Pdt. B. Pentury ( Tahun 1989 – 1996 )

( dibantu oleh Pdt. Ny. Mito de Fretes dan Pdt. Jambormias ) 4. Pdt. I. D. Toisuta ( Tahun 1996 – 2002 )

(dibantu oleh Pdt. Ny. Mito de Fretes ) 5. Pdt. F. L.Hitijahubessy ( Tahun 2002 – 2007 )

(dibantu oleh Pdt. Ny. M. M. Leuhery, Pdt. Ny. L. Sipahelut dan Pdt. Ny. R. Salampessy ) 6. Pdt. Ny. M. M. Leuhery ( Tahun 2002 – 2009 )

7. Pdt. Ny. L. Sipahelut ( Tahun 2005 – 2013 ) 8. Pdt. D. Soplanit ( 2007 sampai sekarang )

(dibantu oleh Pdt. Ny. M. M. Leuhery, Pdt. Ny. L. Sipahelut, Pdt. Ny. R. Salampessy dan Pdt. Ny. Yati Batlajery)

9. Pada tahun 2009 terjadi mutasi bagi Pendeta Ny. M. M. Leuhery ke Jemaat GPM Hulaliu Kasis PP Lease

(5)

5

11. Pdt. Ny. L. Sipahelut dimutasikan ke Jemaat Sion Klasis Kota Ambon ( 28 Juni 2013 ) 12. Pdt. Ny. Tjun Aitonam ( Tahun 2015 )

13. Pdt. Ny. N. Sinay / M ( Tahun 2015 )

Dalam perkembangan selanjutnya, tuntutan rentang kendali yang tinggi dalam pelayanan mendorong Jemaat GPM Bethabara untuk melakukan penjejakan pemekaran jemaat. Ini didasarkan ketersebaran jemaat yang terjadi sebagai akibat dari Konflik Kemanusiaan tahun 1999, yang memisahkan 4 (empat) sektor pelayanan masih tetap berada di Daerah Pelayanan Karang panjang, dan 4 (empat) sektor pelayanan direlokasi dari Daerah Bt. Merah dalam ke Lokasi pemukiman Baru di kayu Tiga.

Pada tanggal 20 Juni 2010 dibentuklah Tim Penjejakan Jemaat GPM Bethabara.Tim ini melakukan langkah penjejakan dan kemudian dilakukan pembahasan dalam Persidangan Jemaat Tahun 2012, yang dituangkan dalam rekomendasi Persidangan ke-29 Jemaat GPM Bethabara. Pada tahun 2013 Majelis Jemaat GPM Bethabara melakukan pengusulan Pemekaran jemaat kepada Klasis GPM Kota Ambon, dan sesuai peraturan GPM usulan ini dibahas sebanyak 2 (dua) kali dalam Persidangan MPL, yakni di tahun 2013 Persidangan MPL di Uweng Gabungan, Taniwel, dan pada Persidangan MPL tahun 2014 di Telutih disetujui Pemekaran jemaat GPM Bethabara dan ditentukan pelaksanaannya pada bulan Juni 2014. Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 31 Oktober 2015 ditentukanlah waktu pelembagaan jemaat yakni pada tanggal 10 Januari 2016. Proses pelembagaan yang berlangsung di tanggal 10 Januari 2015 telah memisahkan jemaat GPM Bethabara dalam 2 (dua) jemaat, yakni Jemaat GPM Bethabara yang berlokasi pada pemukiman jemaat di Kayu Tiga dan Jemaat GPM Nazaret yang berlokasi di daerah Karpan Bawah. Dalam Ibadah Pelembagaan dimaksud juga dilakukan pelantikan kepada Ketua Majelis Jemaat GPM Bethabara yaitu Pdt. Ny. L. Mustamu/Papilaya yang menggantikan Pdt. D. Soplanit, sementara Jemaat GPM Nazaret masih diketuai oleh Pdt. D. Soplanit. Pasca pelembagaan, Jemaat GPM Nazaret terus melakukan proses-proses pembaharuan dan penyesuaian sebagai jemaat yang mandiri.

II.2 Kondisi Umum

A. Keadaan Geografis dan Batas Wilayah Pelayanan

Berdasarkan letak geografis maka Jemaat GPM Nazaret berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Batu Merah

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Jemaat Bethel

 Sebelah Barat Berbatasan dengan Jemaat GPM Bethel – Mardika

(6)

6

Gambar Lokasi Jemaat GPM Nazaret di Karang Panjang

B. Jumlah Jiwa

Gambaran pokok yang penting di sini adalah keadaan umat menurut kategori bina umat, GPM, yakni : 1. Keberadaan Jemaat SEKTOR UNIT Kategori Usia 0-3 4-6 7-9 10-12 13-15 16-45 46-59 60-85 >86 JLH Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr SION I 5 4 0 11 1 2 2 2 3 5 35 25 8 7 9 8 0 1 128 II 2 4 4 3 3 3 5 1 0 0 30 25 8 7 5 4 0 1 105 SALEM I 6 2 2 3 6 2 1 4 4 2 28 31 9 10 7 12 1 1 131 II 4 3 9 3 6 5 4 3 4 2 32 28 7 6 3 5 0 0 124 KARMEL I 1 1 2 1 0 1 5 4 1 3 30 23 12 8 8 4 3 2 109 II 2 4 4 2 0 1 2 2 1 3 33 35 12 18 4 7 1 1 132 EDEN I 3 1 1 3 4 1 3 1 2 3 15 17 3 3 2 2 0 0 64 II 3 2 2 3 3 1 0 6 1 2 25 15 6 6 2 6 0 0 83 Jumlah 26 21 24 29 23 16 22 23 16 20 228 199 65 65 40 48 5 6 876 Tabel 2.1

Berdasarkan data pada tabel 2.1 maka Jemaat GPM Nazaretmemiliki 876 jiwa. Usia 0-3 tahun berjumlah 47 orang, usia 4-6 berjumlah 53 orang, usia 7-9 berjumlah 39 orang, usia 10-12 berjumlah 45 orang, usia 13-15 berjumlah 36 orang, usia 16-45 orang berjumlah 427 orang, usia 46-60 berjumlah 130 orang, usia 61-79 berjumlah 88 orang, dan usia 80 tahun ke atas berjumlah 11 orang.

2. Kategori Bina Umat

No. Sektor Unit Kelompok Bina Umat

Batita Indria AK AT Remaja AMGPM WPL WPP Lansia

1. Sion I 9 11 3 4 8 60 53 40 18 II 6 7 6 6 0 55 43 36 10 2. Salem I 8 5 8 5 6 59 45 43 21 II 7 12 11 7 6 60 44 39 8 3. Karmel I 2 3 1 9 4 53 42 35 17 II 6 6 1 4 4 68 50 60 13 4. Eden I 4 4 5 4 5 32 49 22 4 II 5 5 4 6 3 40 33 27 8 TOTAL 47 53 39 45 36 427 359 302 99 Tabel 2.2

(7)

7

Berdasarkan tabel 2.2 maka dapat diketahui kategori bina umat pada kelompok batita berjumlah 47 orang, kelompok indria berjumlah 53 orang, kelompok anak kecil berjumlah 39 orang, kelompok anak tanggung berjumlah 45 orang, kelompok anak remaja berjumlah 36 orang, kelompok AMGPM berjumlah 427 orang, kelompok Wadah pelayanan laki-laki 359 orang, kelompok wadah pelayanan perempuan 302 orang, dan lansia 99 orang.

3. Keadaan Penyandang Masalah Sosial

Berikut disampaikan data jemaat menurut kondisi penyandang masalah sosial jemaat GPM Bethabara sebagai berikut :

NO SEKTOR UNIT STATUS SOSIAL

JANDA DUDA YATIM PIATU CACAT

1 SION I 4 - - - II 5 1 1 - 2 SALEM I 5 - - - II 5 1 - - 3 KARMEL I 1 5 3 - II 4 3 3 - 4 EDEN I 6 - 23 - II 1 - 5 - JUMLAH 76 31 10 35 - Tabel 2.3

Berdasarkan tabel 2.3 maka dapat diketahui bahwa jumlah PMS terbanyak ada pada kategori Yatim/Piatu yaitu sebanyak 35 orang, 31 orangJanda, dan Duda sebanyak 10 orang.Sehingga gereja sangat penting untuk memfokuskan pelayanannya terhadap 76 orang PMS.

4. Keadaan Sektor dan Unit Pelayanan

Keadaan Sektor Pelayanan/ Unit Pelayanan Jemaat GPM Nazaret boleh dibilang sudah terorganisir/ tertata dengan baik, yang gambarannya sebagai berikut :

No. Sektor / Unit Jumlah KK Jumlah Jiwa Status Sakramental

Baptis Sidi Nikah

1. Sion / I 29 128 107 89 34 2. Sion / II 31 105 102 67 30 3. Salem / I 35 131 115 94 69 4. Salem / II 27 124 102 66 50 5. Karmel / I 32 109 96 81 40 6. Karmel / II 39 132 121 96 50 7. Eden / I 17 64 56 45 34 8. Eden / II 20 83 70 56 40 Jumlah 230 876 769 594 347 Tabel 2.4

Dari gambaran tabel 2.4 dapat dideskripsikan bahwa Jemaat GPM Nazaret terdiri atas 230 kk, dengan jumlah jiwa 876. berdasarkan status sakramental yang baptis berjumlah 769 orang, sidi berjumlah 594 orang, dan nikah berjumlah 347 orang. Ketersebaran tenaga pelayan yang melayani warga gereja di jemaat ini digambarkan dalam tabel berikut.

(8)

8

NO. SEKTOR

KEPENGURUSAN

UNIT 1 UNIT 2 PEL.PEREMPUAN PEL.LAKI-LAKI

1 SION 12 12 15 16

2 SALEM 8 8 12 10

3 KARMEL 15 14 17 14

4 EDEN 10 9 14 24

JUMLAH 45 43 58 64

Berdasarkan data tersebut maka dapat disampaikan bahwa pengurus unit berjumlah 88 orang, pengurus wadah pelayanan perempuan sebanyak 58 orang, dan pengurus wadah pelayanan laki-laki sebanyak 64 orang. Berkaitan dengan data ketersebaran anggota jemaat pada tabel 2.4 dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga pelayan telah memadai dan sangat membantu didalam mendinamisir pelayanan bergereja.

5. Keadaan Sosial Budaya

1. Keadaan Ekonomi, yang meliputi :

a. Pekerjaan Pokok/ Mata Pencaharian Hidup

No. Sektor / Unit

Pekerjaan Utama PNS Pegawai

Swasta TNI / POLRI Honor Wirausaha Pensiunan Lain-lain

1. Sion / I 15 10 0 - 3 10 9 2. Sion / II 14 9 1 - 4 6 9 3. Salem / I 11 24 3 - 8 13 5 4. Salem / II 4 3 3 1 5 7 9 5. Karmel / I 20 10 0 - 8 10 - 6. Karmel / II 15 17 0 - 21 10 - 7. Eden / I 10 2 0 1 6 2 7 8. Eden / II 4 8 1 - - 6 - Jumlah 93 83 8 2 55 64 39 Tabel 2.6

Berdasarkan tabel 2.6 dapat dikemukakan bahwa mayoritas pekerjaan yang dilakoni warga gereja adalah PNS yaitu sebanyak 93 orang, di peringkat kedua adalahPegawai Swasta yaitu sebanyak 83 orang, Pensiunan 64 orang,wirausaha sebanyak 55 orang, TNI/POLRI berjumlah 8 orang dan Lain-lain 39 orang.sehingga jumlah jemaat yang memiliki pekerjaan adalah sebanyak 344 orang.

b. Pendapatan Pokok Rumah Tangga

Pendapatan pokok rumah tangga pada setiap warga gereja di Jemaat GPM Nazaret berkisar dari 500 ribu s.d 5 juta, dan dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.

NO SEKTOR UNIT

TINGKAT PENDAPATAN

< 500 RB 500 RB - 1 JT 1 JT - 2 JT 2 JT - 3,5 JT 3,5 JT - 5 JT 5 JT

1 SION I 5 9 10 12 6 0

(9)

9 2 SALEM I 0 2 34 25 0 1 II - 8 12 11 1 - 3 KARMEL I 1 - 12 17 9 2 II 1 5 23 16 9 - 4 EDEN I 2 3 4 3 5 1 II 4 - 6 7 5 - JUMLAH 15 30 113 114 38 4 Tabel 2.7

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat jelas bahwa mayoritas jumlah pendapatan pokok warga gereja pada Jemaat GPM Nazaretberkisar antara 2-3,5 juta rupiah yang dimiliki oleh 113 orang, 114 orang berpendapatan 1,5-2 juta rupiah, 38 orang berkisar antara 3,5-5 juta rupiah, 30 orang berpendapatan 500 ribu s.d 1 juta rupiah, 15 orang kurang dari 500 ribu, dan 4 orang diatas 5 juta rupiah. Gambaran ini memperlihatkan bahwa sesungguhnya tingkat pendapatan warga jemaat cukup kuat, yang juga berdampak pada pendapatan konvensional gereja.

2. Keadaan Pendidikan

Penting disampaikan bahwa dalam wilayah pelayanan Jemaat GPM Nazaret tidak terdapat sekolah YPPK Dr. J. B Sitanala.Sementara ini sedang dibangun bangunan Sekolah Menengah Pertama Kalam Kudus. Letak wilayah yang strategis membuat warga gereja usia sekolah tidak kesulitan dalam mengakses sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Bahkan untuk meningkatkan kualitas sebagian warga gereja usia sekolah menempuh pendidikan di daerah Jakarta, Surabaya, Jawa, bahkan di luar negeri. Dengan demikian semangat pengembangan kualitas SDM telah mengakar di kalangan warga gereja.

a. Keadaan Tamatan (menurut data kondisi terkahir)

Keadaan tamatan berdasarkan kondisi terakhir dapat dideskripsikan melalui tabel berikut ini.

NO. SEKTOR Unit TINGKAT PENDIDIKAN

TK /

PAUD SD SMP SMA/SMK MAHASISWA DIPLOMA S1 S2 S3

1 SION I 0 5 7 53 0 0 23 3 - II 0 0 16 35 0 4 22 1 - 2 SALEM I 2 14 12 57 26 4 19 3 - II 1 19 14 44 - - 11 2 - 3 KARMEL I 5 9 9 57 - - 27 2 - II 12 6 12 71 - 31 1 4 EDEN I 1 10 4 33 2 0 13 1 - II 3 20 6 34 - 1 23 - JUMLAH 24 83 80 384 28 9 169 13 1 Tabel 2.8

Berdasarkan data tabel 2.8 dapat digambarkan bahwa mayoritas tamatan warga gereja Jemaat GPM Nazaret ada pada jenjang SMA/SMK yaitu berjumlah 384 orang, terdapat 169 orang yang memiliki tamatan S1, 83 orang yang bertamatan SD, 80 orang yang bertamatan SMP, 28 orang mahasiswa, 24 orang bertamatan Paud, 13 orang S2, 9 orang bertamatan diploma, dan 1 orang bertamatan S3. Kondisi ini memperlihatkan adanya kesadaran untuk mengecap pendidikan secara baik yang telah diupayakan oleh umat.

(10)

10

3. Keadaan Kesehatan

Berdasarkan data yang telah diupdate oleh Tim Renstra penyakit yang secara umum diderita oleh anggota jemaat GPM Nazaret adalah penyakit batuk, flu, demam, asma, jantung, struk, kolestrol, dan diabetes. Sarana kesehatan yang tersedia begitu sangat memadai, ini dipengaruhi oleh keberadaan jemaat pada lokasi perkotaan yang dekat dengan berbagai akses kesehatan, baik PUSKESMAS maupun Rumah Sakit. Ketersediaan tenaga medis pun sangat memadai dan sangat membantu warga jemaat ketika ada dalam keadaan sakit.

4. Kehidupan Sosial dan Budaya

Jemaat GPM Nazaret terletak didalam kehidupan bermasyarakat pada kelurahan Amantelu.Kemajemukan agama, suku, dan budaya menjadi kekayaan yang luar biasa dimiliki oleh lingkungan tempat mereka berdomisili.Hidup berdampingan dengan agama Islam tidak membuat jemaat ini menjadi dikucilkan, atau pun hidup dalam tromatis yang panjang, melainkan membuat mereka justru menjadi orang-orang yang mengedepankan toleransi dalam semangat berdampingan yang cukup tinggi.Kehidupan orang basudara yang dibangun sebagai media untuk menjembatani perbedaan agama membuat mereka masih tetap hidup rukun dan damai dengan umat Muslim.Ini sangat tergambar jelas melalui relasi islam-kristen yang terbangun didaerah kawasan sektor Eden Jemaat GPM Nazaret.Disamping agama Islam, ada juga denominasi gereja yang lain, seperti Denomisasi gereja Pantekosta yang diwaktu Kerusuhan bangunannya dipergunakan untuk peribadahan umat.Gambaran ini memperlihatkan adanya wawasan oikumene yang baik didalam diri gereja untuk hidup berdampingan dengan sesama.

Di daerah pelayanan sector Eden merupakan wilayah perbatasan antara Muslim dan Kristen. Sektor ini juga adalah korban konflik yang sebagiannya telah kembali membangun dan tinggal menempati tempat rumah mereka dahulu yang terbakar, tetapi juga sebagiannya relokasi ke tempat yang lain. Bagi warga gereja yang tinggal di perbatasan, ketegangan pasca konflik telah hampir dilupakan oleh mereka.Sikap saling mencurigai dengan tetangga yang beragama Muslim pun telah hilang.Suasana kekerabatan antara tetangga kembali terbangun.Sikap toleransi yang tinggi telah menjadi pola hidup yang membudaya di lingkungan ini.Biasanya pada saat hari besar keagamaan mereka saling memberi bingkisan tanda selamatan mereka baik kepada Agama Islam yang merayakan Hari besar keagamaan Muslim, maupun sebaliknya kepada Agama Kristen yang merayakan hari besar keagamaan Kristen. Namun akhir-akhir ini kehadiran anak-anak muda di luar kompleks atau sektor cenderung untuk mengganggu ketentraman warga gereja.Beberapa kali terjadi pelemparan di waktu malam kepada rumah-rumah yang berada di sekitaran bawah, baik rumah warga gereja maupun Muslim.Kondisi seperti ini jika tidak diatasi dapat memicu terjadinya konflik.

Dampak dari pembangunan pun dirasakan oleh jemaat ini, dimana pengaruh teknologi, informasi, globalisasi tetapi juga pembangunan berbagai saranan ekonomi dan pusat hiburan turut dirasakan dan memberi faedah bahkan turut mempengaruhi pola hidup dan perilaku umat.

(11)

11

II.3 Analisis Kelembagaan

Berdasarkan dokumen OCCAT yang telah diisi oleh para pelayan Jemaat GPM Nazaret maka dapat dijelaskan bahwa Ketua, Sekretaris, dan Majelis Jemaat telah memiliki pemahaman yang benar tentang tanggung jawabnya sebagai pengatur keseluruhan arah gerak jemaat, namun belum semuanya bisa menjalankan tanggung jawab sesuai fungsi-fungsinya, karena kemampuan menterjemahkan materi penataran Majelis Jemaat terkait tupoksi mereka belum terlalu terimplementasi dengan baik. Ini disebabkan tingginya aktifitas para pelayan gereja dalam dunia pekerjaan mereka tetapi juga keluarga.

Sistem kepemimpinan yang dibangun berdasarkan sistem kolegial sesuai dengan prinsip

presbiterial sinodal, dimana hubungan kerja antara PHMJ dan Majelis Jemaat sudah bersifat

partisipatif, transparan, dan ada juga proses-proses pengambilan keputusan yang dapat didelegasikan kepada pimpinan harian Majelis Jemaat berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pimpinan Majelis Jemaat, kendatipun dalam praksisnya belum berjalan sepenuhnya dengan baik. Ini dikarenakan cara pandang masing-masing pelayan terhadap tugas kepemimpinan bergereja yang diembannya. Sistem kepemimpinan yang dibangun sejauh ini telah memberi ruang yang cukup baik dan mendorong adanya partisipasi dari semua pihak. Tentunya kondisi ini juga dipengaruhi oleh manajemen kepemimpinan yang sementara dijalankan oleh pemimpin jemaat. Proses pengembangan rencanan suksesi kepemimpinan pada berbagai level organisasi selalu ada dan dikembangkan oleh Jemaat. Ini terlihat melalui proses pencalonan dan pemilihan Majelis Jemaat, Pengurus Sektor, Unit, dan Wadah-wadah pelayanan serta AMGPM yang berjalan dengan baik dan menciptakan kader-kader pelayan yang baru dan berkualitas.

Sistem perencanaan Jemaat GPM Nazaret didasarkan atas rencana operasional program yang selalu dikembangkan, ditinjau, dan diperbaharui dengan mengacu pada rencana strategis. Fungsionaris Majelis Jemaat pun telah dilibatkan dalam setiap perencanaan bergereja, walaupun belum terlalu maksimal. Sumberdaya pun direncanakan dan dialokasikan dengan baik. Perencanaan pun telah mengakomodir masukan-masukan dari para pendeta, Majelis Jemaat, Ketua-ketua Wadah dan Unit Pelayanan serta para Tokoh dalam Jemaat. Disamping para pelayanan gereja yang dilibatkan dalam proses perencanaan, maka partisipasi jemaat pun sudah cukup baik terlihat dalam keterlibatan untuk menyusun perencanaan yang dapat memberikan manfaat tersendiri bagi mereka. Kondisi ini tercermin melalui persidangan-persidangan Jemaat yang dilakukan, ruang-ruang keterbukaan yang dibangun gereja melalui perjumpaan pada ruang-ruang-ruang-ruang formal gereja (ibadah Wadah dan organisasi), Perkunjungan Pastoral secara formal maupun non formal. Sistem yang dibangun pun telah terdesentralisasi sehingga telah meresponi kebutuhan jemaat dengan baik. Masukan dari jemaat telah dipakai dalam pengambilan keputusan, dan jemaat pun telah dilibatkan secara baik dalam pelaksanaan program-program pelayanan.

Menyangkut apakah Majelis Jemaat sudah mandiri dalam menjalankan tugasnya atau belum, maka dalam realitasnya mereka telah menjalankan tugas dengan mandiri. Kondisi ini tentunya sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang mereka miliki, tetapi juga dari

(12)

12

proses-proses pengembangan fungsionaris Majelis Jemaat itu sendiri. Rencana pengembangan Fungsionaris Majelis Jemaat, Wadah dan Unit Pelayanan telah dengan baik sepenuhnya didasari oleh keinginan Majelis Jemaat, Wadah dan Unit Pelayanan yang disesuaikan dengan tujuan strategis organisasi. Semua Fungsionaris Majelis Jemaat, Wadah dan Organisasi telah dilatih dan dipersiapkan dalam berbagai aspek agar lebih profesional. Lingkungan kerja yang dibangun telah memberi ruang untuk mengintegrasikan kemampuan yang diperoleh Fungsionaris Majelis Jemaat, Wadah dan Unit Pelayanan dalam mengembangkan kegiatan. Evaluasi dan promosi Fungsionaris Majelis Jemaat, Wadah dan Unit Pelayanan pun telah didasari pada kualitas dan kelayakan meskipun belum berjalan sepenuhnya dengan baik.

Fungsi koordinasi yang pelayanan (sampai di tingkat Unit Pelayanan) telah sepenuhnya berjalan dengan baik. Kondisi ini tentu dipengaruhi oleh partisipasi aktif Majelis Jemaat yang ada di tiap unit pelayanan bersama dengan para pengurus wadah dan unit pelayanan.

Masalah-masalah pelayanan telah dengan baik dipecahkan oleh perangkat pelayanan yang ada di masing-masing unit dan wadah organisasi. Namun ada juga masalah-masalah yang tidak mampu diselelsaikan para pelayan di unit dan wadah yang kemudian dibawah ke tingkat Majelis Jemaat melalui rapat Majelis Jemaat.

Perangkat pelayan yang ada telah memadai dan sangat membantu menangani dinamika pelayanan bergereja pada wadah dan unit pelayanan yang ditugaskan bagi mereka. Badan pembantu pelayanan ada dan telah berfungsi secara efektif maulaupun belum terlalu maksimal menjalankan tugasnya.

Suasanan hubungan antara pelayan dalam organisasi baik majelis dengan majelis, bakopel dengan bakopel, maupun yang lainnya berjalan dengan cukup baik dan harmonis walaupun disadari terkadang tidak terlepas dari kekeliruan atau salah paham.

Menjawab pertanyaan apakah semua pelayaan telah memiliki komitmen terhadap tugas, maka secara jujur mesti dijawab belum semjua pelayan telah memiliki komitmen yang baik terhadap tugas. Kondisi ini dipengaruhi oleh cara pandang mereka terhadap panggilan pelayanan yang telah Allah percayakan bagi mereka, tetapi juga karena ini adalah wilayah perkotaan, maka aktifitas kerja yang tinggi turut menjadi faktor yang mempengaruhi komitmen mereka dalam pelayanan.

Jaminan kesejahteraan pelayan telah memadai, ini didukung oleh dijalankannya insentif fungsionaris Majelis Jemaat, wadah, dan unit pelayanan. Sistem insentif sudah berjalan dan diseusikan dengan struktur dan kopetitif. Kebijakan pemanfaatan pendapatan pun telah diatur dan dilaksanakan secara baik. Dengan proses insentif inilah maka dapat dikatakan bahwa dukungan keuanagan jemaat terhadap pelayanan dan kesejahteraan pelayan sudah sangat baik dijalankan.

Dalam pelaksanaan tugas pelayanan, aturan gereja sudah secara baik menunjang pelaksanaan tugas pelayanan, meskipun ada beberapa aturan yang belum mengakomodir beberapa kebutuhan pelayanan pada kasus-kasus tertentu.

Prosedural tata kelola pelayanan administrasi keuangan dijalankan sesuai Peraturan persbendaharaan GPM. Dimana terdapat sistem pembukuan akuntansi dengan menggunakan

(13)

13

sistem buku kas doorscript. Audit internal dilakukan setiap 6 bulan berjalan untuk memperbaiki dan menyesuaikan buku kas pada wadah-wadah oganisasi. Informasi keuangan selalu diberikan kepada ketua majelis jemaat sebagai otorisator oleh bendahara yang adalah ordonatur dalam memutuskan dan mengeluarkan keuangan sesuai program yang telah disepakati dalam Persidangan Jemaat. Sistem akuntansi telah memilah anggaran berdasarkan tiap peruntukan biaya (rutin, program). Kebutuhan anggaran rutin telah dimasukan dalam rencana kerja tahunan yang dapat dilihat pada buku hasil keputusan persidangan jemaat. Belum semua majelis yang dilibatkan dalam penyiapan, pengelolaan, dan pengimplementasian anggaran program. Yang biasanya dilibatkan adalah unsur majelis yang termasuk dalam PHMJ. Sedangkan tata kelola sistem administrasi gereja telah dijalankan oleh sekretaris jemaat sesuai dengan ketentuan administrasi umum gereja. Alir pelayanan administrasi umum dijalankan oleh sekretaris tentunya melalui koordinasi dan petunjuk Ketua Majelis Jemaat.

Menyangkut kapasitas pelayan dapat digambarkan berikut ini. a. Keterampilan Pendeta

Para pendeta dalam Jemaat GPM Nazaret sangat terampil dalam melalukan pastoral non formal, bergaul dan pandai menempatkan diri bagi jemaat dalam semua kalangan usia. Kemampuan menguasai aturan gereja pun baik, didukung pula dengan kapasitas manajemen organisasi yang terbuka dan memberi ruang bagi para pelayan untuk belajar mengembangkan diri.

b. Keterampilan Majelis Jemaat

Keterampilan Majelis Jemaat dalam pelayanan-pelayanan bergereja dinilai baik. Penilaian ini tentunya sangat dipengaruhi oleh pemahaman mereka yang cukup baik pula terhadap tugas yang diberikan maupun melalui dukungan pelatihan-pelatihan tenaga pelayan.

c. Keterampilan Koordinator Unit

Keterampilan koordinator unit sudah sangat baik. ini dipengaruhi pendampingan secara intensif Majelis Pembina unit pelayanan. Namun, pengetahuan tentang tupoksi belum sepenuhnya secara maksimal dimiliki oleh para koordinator unit, pemahaman terhadap aturan bergereja juga masih minim dan butuh sosialisasi-sosialisasi serta pelatihan.

d. Keterampilan Pengurus Wadah Pelayan

Keterampilan pengurus Wadah pelayan telah membaik. ini dikarenakan pendampingan secara aktif oleh Majelis Pembina yang memberikan petunjuk-petunjuk praktis dalam pelaksanaan tugas pelayan. Namun belum semuanya berjalan dengan sempurna, masih membutuhkan kegiatan-kegiatan pelatihan bagi pengurus wadah.

e. Keterampilan Pengasuh

Para pengasuh telah mengikuti beberapa pelatihan pengembangan kapasitas, baik itu TOT PFG maupun pelatihan alat peraga. Kemampuan membawakan materi ajar kepada anak-anak SMTPI pun sudah mulai baik. Ini didukung dengan pemberian bimbingan oleh tenaga pembimbing.

(14)

14

Kemitraan atau kerjasama dengan Pemerintah yang dibangun cukup baik dan sangat berfaedah dalam pembangunan jemaat maupun masyarakat.

II.4. PROBLEMATIKA PELAYANAN

Berdasarkan proses analisis sosial maka terdapat 10 isu strategis yang perlu mendapat perhatian dan ditindaklanjuti oleh seluruh komponen dalam lingkup pelayanan Jemaat GPM Nazaret, yang dihimpun berdasarkan 13 cluster sebagaimana ditetapkan Balitbang GPM. Isu strategis tersebut menjadi prioritas pelayanan selama kurun watu 5 tahun, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Ketahanan Spiritual Umat Berbasis Keluarga.

Ketahanan spiritual umat berbasis keluarga perlu dipahami sebagai realitas

masalah-masalah kekerasan dalam rumah tangga, pergaulan bebas, Miras, maupun

judi. Presentasi masalah-masalah ini mulai meningkat dan dirasakan sebagai isu

yang perlu diatasi, sehingga kehidupan berjemaat di Jemaat GPM Nazaret

mengalami perubahan. Pembinaan ketahanan spiritual jemaat harus dimulai dari

keluarga melalui BINAKEL (Bina Keluarga). Pembinaan spiritual umat yang

melibatkan orang tua, warga gereja lansia, pemuda, remaja, dan anak-anak di

keluarga, diharapkan dapat memberikan dampak pada pembinaan spiritual di

tingkat unit, sektor, dan jemaat.

2. Wawasan Bergereja Umat.

Pemahaman bergereja umat adalah bagaimana meningkatnya wawasan eklesiologi

dan teologi yang berkembang dalam GPM. Hal ini berdampak pada bagaimana

jemaat memahami bahwa keterlibatannya dalam kehidupan bergereja adalah saling

melengkapi dan mendayagunakan dengan tujuan untuk saling membangun dan

membaharui. Isu strategis ini perlu diterapkan dalam kegiatan-kegiatan yang

ditujukan untuk menjalin komunikasi yang intents dengan anggota jemaat di tingkat

unit, sektor, dan jemaat. Pemberian materi-materi kontekstual dibarengi dengan

bagaimana aplikasi dalam kehidupan sesehari melalui metode diskusi, PA, studi

kasus, dan lain-lain. Selanjutnya, keterlibatan jemaat perlu didukung oleh

pemahaman terhadap aturan-aturan bergereja sehingga tidak timbul misconcept

dalam menerjemahkannya.

3. Pemberlakuan Jam Belajar Anak

Kualitas pendidikan anak dipengaruhi oleh faktor yang dari dalam (diri anak

sebagai pembelajar) dan dari luar (lingkungan). Bagaimana meningkatkan kualitas

(15)

15

pendidikan adalah bagaimana menyeimbangkan pengetahuan yang diterima di

sekolah dan di luar sekolah. Oleh sebab itu, anak-anak usia sekolah harus diawasi

kelanjutan pembelajarannya di luar sekolah oleh orang tua. Keterlibatan orang tua

atau lingkungan sekitar terhadap perilaku belajar sangat penting. Apalagi, realitas

membuktikan bahwa peran orang tua untuk mengawasi jam-jam belajar anak masih

minim. Sehingga isu strategis ini dapat ditindaklanjuti dengan pemberlakuan jam

belajar, dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar anak. Jika hal ini dilakukan

dibarengi dengan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya, maka generasi jemaat GPM

Nazaret akan memiliki kualitas SDM yang baik dan siap menyambut MEA.

4. Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Masalah ini diangkat berkaitan dengan fakta bahwa sampah masih saja ditemukan

berserakan di jalan. Panas bumi semakin meningkat adalah juga salah satu dari

lemahnya pengelolaan lingkungan hidup. Walaupun letak geografis wilayah

pelayanan GPM Nazaret belum dikategorikan sebagai wilayah darurat bencana,

namun kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan perlu ditingkatkan.

Mengatasi berbagai masalah-masalah lingkungan dengan menciptakan

kegiatan-kegiatan mendaur ulang barang-barang yang tidak terpakai. Selain itu, upaya untuk

menjadikan lingkungan sehat dan hijau dapat dimulai dari rumah masing-masing

keluarga sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman dan asri.

5. Penguatan Kapasitas Pelayan.

Kapasitas pelayan dipengaruhi oleh kualitas pemahaman terhadap tugas yang

dilakukan yang dibarengi dengan orientasi yang jelas. Pelayanan bukan hanya

terbatas pada rutinitas beribadah, tapi bagaimana menumbuhkan iman spiritual

umat. Menciptakan ibadah-ibadah kreatif namun relevan dengan kebutuhan

berjemaat menuntut pelayan yang Beberapa pelayan gereja hanya melihat tugas

pelayanan mereka berorientasi pada pelayannan ibadah rutin, sedangkan

pelayanan-pelayanan karikatif lainnya belum menjadi sasaran pelayanan.

Pemahaman-pemahaman terhadap tugas masih lemah.Bukan hanya itu

keterampilan dalam menyajikan ibadah yang kreatif juga terkesan masih

lemah.Kondisi ini disebabkan pemahaman mereka terhadap peribadahan dan musik

gerejawi. Jika kapasitas pelayan meningkat maka sudah pasti masalah-masalah

keumatan akan menurun. Karena itu gereja penting untuk mengatasi masalah ini.

6. Pengembangan Manajemen Pendidikan Formal Gereja Jemaat GPM Nazaret.

(16)

16

Pengembangan manajamen PFG melibatkan SMTPI sebagai bagian pembinaan iman

spiritual generasi muda di jemaat GPM Nazaret. Realitas yang ditemukan adalah

belum terpenuhinya kelengkapan pendukung manajemen PFG, antara lain

penguatan kapasitas pengasuhmelalui kegiatan pelatihan-pelatihan. Isu strategis ini

dapat diatasi dengan meningkatkan kapasitas pengasuh dan memenuhi

kelengkapan proses belajar mengajar. Penguatan kapasitas pengasuh perlu

dilakukan karena akan berdampak pada penerapan PFG dengan baik. Selain itu,

ketersediaan kelengkapan kurikulum yaitu Laporan Pendidikan, Buku Komunikasi,

Jural, Biodata, dan lain-lain.

7. Pengembangan Informasi, Dokumentasi, dan Komunikasi Jemaat GPM Nazaret.

Sistem Informasi Manajemen Gereja menunjang perencanana dan pelaksanaan

program di Jemaat GPM Nazaret. Ketersediaan data yang tersistematis dengan

dokumen-dokumen yang dibutuhkan akan memudahkan pelayanan di tingkat

jemaat. Selain itu, data potensi jemaat memberikan kesempatan untuk dilakukan

pemberdayaan yang signifikan. Oleh sebab itu isu strategis ini perlu mendapat

perhatian sehingga INFODOKOM Jemaat GPM Nazaret memenuhi syarat.

8. Pengelolaan Harta Milik GPM di Jemaat Nazaret.

Aset gereja perlu dikelola dengan baik karena menunjang seluruh pelayanan di

Jemaat GPM Nazaret. Beberapa aset seperti gedung gereja, pastori jemaat, belum

memiliki sertifikat tanah yang dapat memberikan jaminan hukum tentang

kepemilikan gereja. Bukan hanya itu saja bahkan semua kelengkapan pelayanan

harus dikelola dengan sistem pengelolaan yang tepat guna.

9. Pengembangan Dialog Dan Kerja Sama Lintas Iman.

Keberagaman budaya, suku, dan agama menjadi bagian yang melekat pada

persekutuan di Jemaat GPM Nazaret. Dialog dan kerjasama lintas iman merupakan

jembatan yang baik untuk mengatasi adanya konflik. Dalam sejarah pelayanan

jemaat GPM Nazaret merupakan salah satu jemaat yang sebagian warga jemaatnya

pernah mengalami konflik kemanusiaan di tahun 1999, tetapi juga sebagian

diantaranya yaitu warga jemaat di sektor Eden telah kembali dan hidup

berdampingan dengan Umat Muslim. Salah satu penyebab langgengnya konflik di

tahun 2019 ini adalah karena lemahnya peranan gereja dalam meningkatkan dialog

maupun kerjasama dengan warga Muslim yang telah hidup berdampingan dengan

mereka.

Di sisi lain jemaat GPM Nazaret juga hidup dan berdampingan dengan denominasi

gereja saudara yakni Gereja Pentakosta yang berada di wilayah pelayanan Sektor

(17)

17

Karmel. Dialog dan kerjasama antar denominasi juga merupakan jembatan untuk

menghindari konflik antar warga denominasi yang bisa saja terjadi. Sehingga

penangananan terhadap isu-isu keberagaman ini dapat dikelola dengan baik dan

tepat.

10. Peningkatan Peran Politik GPM.

Peran-peran gereja dalam mengadvokasi kebijakan publik maupun

kepentingan-kepentingan para tokoh politik masih terbilang lemah. Kondisi ini dipengaruhi juga

oleh belum adanya pendidikan politik yang diberikan oleh gereja kepada warga

gereja. Karena itu tidak heran jika suara-suara warga gereja di momen pesta

demokrasi mudah saja dibeli dengan uang atau barang tertentu tanpa memikirkan

dampak ke depan dari pemilihannya. Dengan demikian masalah ini penting untuk

juga diatasi oleh Jemaat GPM Nazaret dalam periode Renstra 2016-2020.

(18)

18

BAB III

Wawasan Teologi dan Eklesiologi Jemaat

1. Wawasan Misioner dan kemuridan

Gereja terpanggil untuk menunaikan tugas panggilan pelayanan sebagai bagian dari

tindakan Allah yang memanggil umat percaya untuk melaksanakan misi Allah di dalam

dunia (Mat.25:35-40; Luk.4:18,19; 1 Pet.2:9-10; Rm.12:6-8). Berlandaskan pada

pemahaman ini maka, para pelayan maupun umat serta lembaga diharapkan berupaya

melakukan kewajibannya sebagai agen misio dei dalam menghadirkan tanda-tanda

kerajaan Allah di tengah dunia dengan perpolakan pada teladan Yesus sebagai Tuhan

dan kepala gereja (Ef.1:22-23; 2:11-12).

2. Wawasan Teologi dunia sebagai tubuh Allah

“The world is our meeting place with God”, kata McFague dunia adalag transparansi

diri Allah, ekspresi diri Allah yang paling nyata. Allah dan dunia mempunya hubungan

yang saling berhubungan (bnd. Yoh 1:14a). Dimana Allah berelasi dengan dunia secara

langsung, seperti kita dengan tubuh kita sendiri, Allah ada dalam semua bagian dunia.

Tak satu pun tempat di dunia ini asing bagi Allah. Ia berhubungan dengan semua yang

ada secara simpatik, sebab Ia termasuk bagian dari “cerita” dunia ini. Allah mencintai

dunia ini bukan dengan cinta narcisistik tapi cinta seorang ibu, sahabat, dan kekasih.

Daya cintaNya memelihara, merawat dan menyuburkan. Metaphor ini memperlihatkan

kepedulian dan tanggung jawab Allah yang besar sebagai pencipta atas semua bentuk

kehidupan di muka bumi.

Manusia mempunyai kedudukan khusus sebagai imago dei, patner Allah. Hal ini berarti

manusia adalah mitra, rekan Allah dalam memelihara dan mengurus dunia. Ini adalah

suatu aturan yang bersifat wajib, dan jika manusia tidak melakukannya maka dapat

dikatakan ia melanggar kehendak Allah atau berdosa. Manusia berkewajiban menata

dan mengurus rumah bersama ini (dunia) menjadi tempat hunian yang nyaman dan

harmonis. Manusia ditantang untuk mengembangkan daya mencinta, menata, dan

memelihara kelangsungan hidup di bumi ini. Dengan demikian jemaat Bethabara

sebagai bagian dari tubuh Kristus memiliki kewajiban untuk menjaga dan merawat

kelestarian lingkungan. Jikalau bumi tempat berpijaknya mengalami krisis lingkungan,

maka sudah semestinya seluruh warga gereja membangun kepekaan mereka terhadap

lingkungan hidup.

(19)

19

3. Wawasan Berjalan Bersama (Sun hodos)

Berjalan bersama berasal dari akar kata bahaya Yunani sunhodos. Kata ini tidak

terdapat di dalam alkitab. Tetapi akar katanyaa terdapat dalam alkitab, sunodeuo

(Kis.9:7) dan Sunodia (Luk.2:44) yang berarti seperjalanan. Sehingga sunhodos berarti

seperjalanan, berpikir bersama, bertindak bersama. Gereja adalah satu persekutuan

tubuh Kristus, yang berjalan bersama, berpikir bersama, dan bertindak bersama.

Karena itu didalam gereja tidak ada tuan atau pun hamba, melainkan umat maupun

presbiteros (para pelayan) sama-sama memiliki konsep teman seperjalanan dalam

memberitakan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi, mereka memiliki tanggung jawab

untuk memikirkan dan menggagas konsep terhadap tanggung jawab misio dei

bersama-sama, dan melakukan konsep tersebut bersama pula. Konsep ini memberikan

penegasan bahwa sesungguhnya tanggung jawab bergereja tidak hanya menjadi

tanggung jawab para pelayan tetapi tanggung jawab umat yang adalah bagian dari

tubuh kristus.

(20)

20

BAB IV

VISI,MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

IV.1. VISI

a. Visi Gereja Protestan Maluku

“Menjadi gereja yang berakar dalam Tritunggal Allah, yang bertumbuh bersama untuk

membela kehidupan.”

b. Visi Pengembangan Jemaat GPM Nazaret

Menjadi Gereja yang berakar pada iman Kristen, memiliki kematangan sistem manajemen

organisasi, bertanggung jawab, dan memberdayakan sumber daya manusia serta semesta.

Visi pengembangan jemaat ini mengandung 4 (empat) variabel penting, yaitu (1) Menjadi

gereja yang berakar pada iman Kristen; (2) Menjadi gereja yang memiliki kematangan

sistem manajemen organisasi; (3) Menjadi gereja yang bertanggungjawab; (4) Menjadi

gereja yang memberdayakan sumber daya manusia dan semesta.

IV.2. MISI

a. Misi Gereja Protestan Maluku

1. Mengembangkan teologi kontekstual dan spiritualitas yang pro hidup.

2. Mengupayakan tegaknya keadilan perdamaian dan kesejahteraan.

3. Membangun wilayah GPM sebagai rumah bersama dan sakramentum Allah.

4. Mengembangkan fungsi penatalayanan GPM sebagai teman sekerja Allah.

b. Misi Pengembangan Jemaat GPM Nazaret

1. Meningkatkan ketahanan iman pelayan dan warga gereja.

2. Meningkatkan kualitas intelektual warga gereja.

3. Meningkatkan pemberdayaan warga gereja dan pelayan.

4. Menguatkan sistem tata kelola gereja.

5. Meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan hidup.

IV.3. TUJUAN STRATEGIS

a. Tujuan Pengembangan Umat

11. Menguatkan ketahanan spiritual umat berbasis keluarga.

12. Menguatkan wawasan bergereja umat.

13. Memaksimalkan pemberlakuan jam belajar anak

14. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup.

(21)

21

b. Tujuan Pengembangan Pelayan

1. Menguatkan Kapasitas Pelayan.

c. Tujuan Pengembangan Lembaga

1. Mengembangkan Manajemen Pendidikan Formal Gereja Jemaat GPM Nazaret.

2. Mengoptimalisasikan Pengembangan Informasi, Dokumentasi, dan Komunikasi

Jemaat GPM Nazaret.

3. Mengoptimalisasikan Pengelolaan Harta Milik GPM di Jemaat Nazaret.

4. Mengembangkan dialog dan kerja sama lintas iman.

5. Mengembangkan peran politik GPM.

IV.4. Sasaran Strategis

a. Sasaran Pengembangan Umat

1. Bertumbuhnya nilai-nilai serta pola hidup sederhana dalam keluarga.

2. Meningkatnya pemahaman warga gereja terhadap teologi-teologi yang

dikembangkan dalam GPM.

3. Meningkatnya penguasaan warga gereja terhadap aturan-aturan GPM.

4. Meningkatnya Perhatian orang Tua Terhadap Jam Belajar Anak.

5. Menumbuhkan kesadaran warga gereja dalam menjaga kelestarian ekosistem

lingkungan hidup.

b. Sasaran Pengembangan Pelayan

1. Meningkatnya keterampilan pelayan dalam mengolah isu-isu teologi kontekstual

dan social.

2. Meningkatnya penguasaan pelayan terhadap aturan-aturan GPM.

3. Meningkatnya kapasitas pelayan dalam mengelola info-dok GPM yang terupdate.

4. Meningkatnya fungsi pelayan (Seksi RUMGA) dalam mengelola Harta Milik GPM di

jemaat Nazaret.

c. Sasaran Pengembangan Lembaga

1. Meningkatnya kualitas Manajemen PFG.

2. Berkembangnya kerjasama antar iman untuk mengelola masalah-masalah sosial.

3. Dikembangkannya peran profetis gereja dalam bidang politik.

(22)

22

BAB V

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIS

NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT

NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA NAMA RULING : ANAK, REMAJA DAN KATEKISASI

ARAH KEBIJAKAN : PENGEMBANGAN MANAJEMEN PFG TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.1.1.1.Mendorong Majelis Jemaat & Komisi AR untuk

meningkatkan semangat

melayani para pelayan PFG.

5.1.1.1.1.Evaluasi secara berkala antara MJ dan Pengasuh tentang perkembangan SMTPI.

√ √ √ √ √

5.1.1.1.2.Pemberian Insentif

Pengasuh. √ √ √ √ √

5.1.1.1.3.Pemberian Cendramata bagi Pengasuh yang aktif & kreatif. √ √ √ √ √ 5.1.1.1.4.Pengontrolan terhadap Proses Belajar-Mengajar. √ √ √ √ √ 5.1.1.1.5.Pertukaran Tenaga Pengasuh. √ √ √ √ √ 5.1.1.1.6.Ibadah Pengasuh. √ √ √ √ √ 5.1.1.1.7.Bimbingan Pengasuh. √ √ √ √ √ 5.1.1.2.Bekerjasama

dengan Kasubid AR,

Jurusan PAK Fak. Teologi UKIM untuk meningkatkan kapasitas pengasuh.

5.1.1.2.1.TOT PFG Secara berkala di jemaat.:

1. Manajemen PFG

2. Pembuatan & Penggunaan Alat Peraga.

3. Psikologi Perkembangan anak. 4. PFG dalam pandangan PIP/RIPP

GPM 2016-2025.

5. Pembuatan liturgi dan

nyanyian-nyanyian kreatif bagi SMTPI. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5.1.1.2.2.Bengkel SMTPI

1. Pembentukan Bengkel SMTPI 2. Pelaksanaan Bengkel SMTPI 3. Evaluasi Bengkel SMTPI

√ √ √ √ √ √ √

5.1.1.2.3.Sosialisasi hasil Pelatihan

& Pembuatan Bengkel SMTPI. √

5.1.1.2.4.Pendaftaran SMTPI

Jenjang Batita dan Indria ke dalam Satuan Paud sejenis. (SPS)

5.1.1.2.Mendorong Majelis Jemaat & Komisi AR untuk mengadakan sarana dan prasarana pendukung PFG.

5.1.1.2.1.Pengadaan

Format-format pendukung Manajemen PFG: Buku ajar (12 sub jenjang) Format Monitoring & Evaluasi, Buku Induk, Absensi Anak & Pengasuh, biodata, jurnal, daftar nilai, buku laporan evaluasi, buku komunikasi, dokumen penilaian

(23)

23

perilaku anak, daftar isian evaluasi praktek mengajar, format kisi-kisi soal dan analisis butir soal, format laporan telaah

kurikulum, laporan kegiatan

mengajar, laporan kegiatan

program SMTPI, laporan taman bacaan, dan buku inventaris barang SMTPI.

5.1.1.2.2 Rekrutmen tenaga

pengasuh. √

5.1.1.2.3 Pembentukan dan

Optimalisasi Tim Teaching SMTPI. √ √ √ √ √

5.1.1.2.4 Insentif Tim Teaching √ √ √ √ √

5.1.1.2.5 Penguatan Kapasitas

Pengasuh (Seminar, Pelatihan, dll) √ √ √ √

5.1.1.2.5.Sosialisasi dan

Pengadaan kurikulum dan buku ajar PFG. (kurikulum baru).

5.1.1.3.Meningkatkan

dukungan orang tua

terhadap pelaksanaan PFG.

5.1.1.3.1 Himbauan tentang

pentingnya peran orang tua dalam PFG.

√ √ √ √ √

5.1.1.3.2 Pelaksanaan Kegiatan “SMTPI bersama anak & orang tua”.

√ √ √ √ √

5.1.1.3.3 Sosialisasi Konsep Pendidikan Parenting bagi orang tua (terutama keluarga muda).

√ 5.1.1.3.5 Jambore Anak & Remaja

Tingkat Jemaat. √ √ √

5.1.1.3.6. .Koinonia SMTPI √ √ √ √ √

5.1.1.3.7. PKRG. √ √ √

5.2.1.1. Mendorong Majelis Jemaat untuk melakukan

penataan dan

pengembangan pelayanan yang memfokuskan pada penanganan gaya hidup

hedonisme, materialism,

dan konsumelarisme.

5.2.1.1.6. Gerakan gemar

Menabung pada SMTPI dan Wadah-wadah pelayanan.

√ √ √ √ √

5.2.1.4. .Mendorong MJ

untuk membentuk

kelompok-kelompok pendamping bagi anak.

5.2.1.4.1. Pembentukan &

Optimalisasi Kelompok tutor

anak.

√ √ √

5.2.1.4.2. Pelatihan Tenaga

pendamping tutor anak. √ √ √

5.2.1.4.3. Evaluasi kelompok tutor

anak. √ √ √

5.2.1.4.4. Pelatihan Pendidik Sebaya Pendidikan Seks dan Keterampilan hidup remaja dan kekerasan terhadap anak.

(24)

24

NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT

NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA NAMA RULING : PEMBINAAN PEMUDA

ARAH KEBIJAKAN : PENINGKATAN SPIRITUALITAS PEMUDA TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.2.1.1. Mendorong Majelis Jemaat untuk melakukan

penataan dan

pengembangan pelayanan yang memfokuskan pada penanganan gaya hidup

hedonisme, materialism,

dan konsumelarisme.

5.2.1.1.6. Gerakan gemar

Menabung pada SMTPI dan Wadah-wadah pelayanan.

√ √ √ √ √

5.2.1.1.7. Kegiatan Bible Camp dengan Tema “Tokoh Alkitab favorit yang pola hidupnya sederhana”

5.2.1.4. Mendorong MJ

untuk membentuk

kelompok-kelompok pendamping bagi anak.

5.2.1.4.5. Seminar tentang

dampak pornografi dan

kekerasan terhadap

perkembangan anak remaja.

5.4.1.1.Bekerja sama

dengan fakultas teologi

UKIM & LPJ untuk

meningkatkan keterampilan pelayan dalam mengolah isu-isu teologi kontekstual.

5.4.1.1.1.Pelatihan Pembuatan

renungan dan Khotbah

Kontekstual √

5.4.1.1.2.Pelatihan Penataan Liturgi & Nyanyian Gereja yang kreatif dan kontekstual

NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT

NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA

NAMA RULING : PEMBINAAN KEMITRAAN LAKI – LAKI DAN PEREMPUAN ARAH KEBIJAKAN : PENINGKATAN PERAN LAKI-LAKI &

PEREMPUAN GEREJA DALAM KELUARGA

TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.1.1.3. Meningkatkan

dukungan orang tua

terhadap pelaksanaan PFG.

5.1.1.3.2. Pelaksanaan Kegiatan “SMTPI bersama anak & orang tua”

√ √ √ √ √

5.1.1.3.3.Sosialisasi Konsep Pendidikan Parenting bagi orang tua (terutama keluarga muda)

√ 5.1.1.3.4. Pembentukan Forum

Parenting. √

5.2.1.1. Mendorong Majelis Jemaat untuk melakukan

penataan dan

pengembangan pelayanan yang memfokuskan pada penanganan gaya hidup

hedonisme, materialism,

dan konsumelarisme.

5.2.1.1.6. Gerakan gemar Menabung pada SMTPI dan Wadah-wadah pelayanan. √ √ √ √ √ 5.2.1.2. Mendorong MJ dan Keluarga-keluarga dalam jemaat untuk menghidupkan dan mengembangkan nilai-nilai

kearifan lokal yang

5.2.1.2.7. Kegiatan Super “Mom” √

5.2.1.2.8. Kegiatan “Kamp Pria Sejati.

(25)

25

mendorong perhatian orang tua terhadap pendidikan anak.

5.2.1.3. Bekerjasama

dengan Fakultas Teologi UKIM dan LPJ GPM untuk

meningkatkan kapasitas

pelayan untuk melakukan

pendampingan terhadap

keluarga yang bermasalah.

5.2.1.3.3.Sosialisasi tentang UU KDRT dan kekerasan seksual;

Perda tentang perlindungan

perempuan dan anak di kalangan warga gereja di seluruh wilyah pelayanan GPM.

5.2.1.4. Mendorong MJ

untuk membentuk

kelompok-kelompok pendamping bagi anak.

5.2.1.4.5. .Seminar tentang

dampak pornografi dan

kekerasan terhadap

perkembangan anak remaja.

5.4.1.1.Bekerja sama

dengan fakultas teologi

UKIM & LPJ untuk

meningkatkan keterampilan pelayan dalam mengolah isu-isu teologi kontekstual.

5.4.1.1.1.Pelatihan Pembuatan

renungan dan Khotbah

Kontekstual

√ 5.4.1.1.2.Pelatihan Penataan Liturgi & Nyanyian Gereja yang kreatif dan kontekstual.

NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT

NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA

NAMA RULING : PEMBINAAN WARGA GEREJA SENIOR

ARAH KEBIJAKAN : PENINGKATAN KESEJAHTERAAN WARGA GEREJA SENIOR TAHUN STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020 5.2.1.5. Mendorong MJ untuk menguatkan pendampingan kepada Lansia. 5.2.1.5.1. Pembinaan Spiritualitas dan Penyegaran Rohani kepada Warga Gereja Senior.

√ √ √ √ √

5.3.1.5.2. Pelayanan Kesehatan dan sosialisasi terpadu kepada warga gereja senior.

√ √ √ √ √

NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT

NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA NAMA RULING : PEMBINAAN KELUARGA

ARAH KEBIJAKAN : OPTIMALISASI RUANG-RUANG PEMBINAAN KELUARGA

TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.2.1.1. Mendorong Majelis Jemaat untuk melakukan

penataan dan

pengembangan pelayanan yang memfokuskan pada penanganan gaya hidup

hedonisme, materialism,

dan konsumelarisme.

5.2.1.1.1. Pembentukan &

Optimalisasi Binakel Gatris. √

5.2.1.1.2. Menggiatkan Binakel Gatris dengan Pola sederhana (berdoa, sharing keluarga)

√ 5.2.1.1.3. Bulan Bina keluarga

menghadapi tantangan

Hedonisme, Materialisme, dan Konsumelarisme.

(26)

26

5.2.1.1.4. Pembuatan Materi

Bulan Bina Keluarga √

5.2.1.2. Mendorong MJ dan

Keluarga-keluarga dalam

jemaat untuk

menghidupkan dan

mengembangkan nilai-nilai

kearifan lokal yang

mendorong perhatian orang tua terhadap pendidikan anak.

5.2.1.2.1. Pencanangan Meja

Makan sebagai sarana

pembinaan keluarga

√ 5.2.1.2.2. Share bersama tentang apa arti meja makan bagi keluarga?

√ 5.2.1.2.3. Optimalisasi Budaya Tempat Garam sebagai lambang persekutuan Kasih.

√ 5.2.1.2.4. Share bersama “apa arti tempat garam bagi keluarga” √ 5.2.1.2.5. Share nilai-nilai budaya lokal yang lain yang bisa digunakan dalam pendidikan anak.

√ 5.2.1.2.6. Implementasi modul Pembinaan Keluarga Kristen di Jemaat.

NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT

NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA

NAMA RULING : PEMBINAAN WARGA GEREJA PROFESIONAL

ARAH KEBIJAKAN : PEMBANGUNAN SPIRITUALITAS WGP TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.9.1.1. Mendorong MJ

untuk mengorganisir dan

memberdayakan SDM

gereja dalam penentuan kebijakan publik.

5.9.1.1.1. Pembuatan dan

Pemutakhiran data base warga gereja profesi di bidang politik dalam lingkup jemaat.

5.9.1.1.2. Pendampingan

pastoral bagi WGP di bidang politik secara berkala dan continue di tingkat klasis.

√ 5.9.1.1.3. Bina spiritualitas WGP

di bidang politik melalui kegiatan reat-reat, rekoleksi, dll.

NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT

NAMA SUB SEKSI : PERIBADAHAN DAN PASTORAL

NAMA RULING : PEMBINAAN PERIBADAHAN JEMAAT DAN MUSIK GEREJA

ARAH KEBIJAKAN : PENINGKATAN KUALITAS PERIBADAHAN TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.4.1.1. Bekerja sama

dengan fakultas teologi

UKIM & LPJ untuk

meningkatkan keterampilan pelayan dalam mengolah isu-isu teologi kontekstual.

5.4.1.1.1. Pelatihan Pembuatan

renungan dan Khotbah

Kontekstual

√ 5.4.1.1.2. .Pelatihan Penataan Liturgi & Nyanyian Gereja yang kreatif dan kontekstual.

(27)

27

NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT

NAMA SUB SEKSI : PERIBADAHAN DAN PASTORAL

NAMA RULING : PEMBINAAN PASTORAL DAN KONSELING

ARAH KEBIJAKAN : PENGOPTIMALISASIAN PASTORAL

KONSELING KEPADA WARGA GEREJA

TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.2.1.1.Mendorong Majelis Jemaat untuk melakukan

penataan dan

pengembangan pelayanan yang memfokuskan pada penanganan gaya hidup

hedonisme, materialism, dan konsumelarisme. 5.2.1.1.8.Kekunjungan Pastoral Formal gereja. √ √ √ √ √ 5.2.1.3 Bekerjasama dengan Fakultas Teologi UKIM dan

LPJ GPM untuk

meningkatkan kapasitas

pelayan untuk melakukan

pendampingan terhadap

keluarga yang bermasalah.

5.2.1.3.1. Pelatihan tentang:

- Langkah Praktis pastoral

kepada keluarga korban KDRT.

- Langkah Praktis Pastoral

menangani MIRAS.

- Langkah Praktis Pastoral

kepada WG korban sex bebas.

- Langkah Praktis pastoral

menangani Judi.

- Penggembalaan & Disiplin Gereja

5.2.1.3.4. .Pendampingan

pastoral kepada warga binaan Rutan dan Lapas (pelayanan kasih).

NAMA SEKSI : PEMBERITAAN INJIL DAN PELAYANAN KASIH

NAMA SUB SEKSI : PEMBERITAAN INJIL NAMA RULING : PEMBERITAAN INJIL

ARAH KEBIJAKAN : PENINGKATAN METODE PI YANG KONTEKSTUAL

TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.3.1.1. Memformat materi-materi bina wadah dan organisasi jemaat dengan

menggunakan

Teologi-teologi yang berkembang di GPM.

5.3.1.1.1.Pembuatan Materi Bina Umat Berlandaskan Teologi yang di kembangkan dalam GPM.

√ √ √ √ √

5.3.1.1.2.Melancarkan PA dan Diskusi berlandaskan materi bina Umat yang dibuat.

√ √ √ √ √

5.6.1.1.Meningkatkan

keterampilan pelayan

dalam mengoperasikan dan menata SIM GPM.

5.6.1.1.5.Pembinaan dan PI

melalui Website klasis Kota

(28)

28

NAMA SEKSI : PEMBERITAAN INJIL DAN PELAYANAN KASIH

NAMA SUB SEKSI : PELAYANAN KASIH

NAMA RULING : PELAYANAN HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI

ARAH KEBIJAKAN : ADVOKASI TERHADAP MASALAH

KEMASYARAKATAN

TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.2.1.3.2. TOF dan TOT

Pendampingan dan Advokasi

terhadap penyintasan KDRT,

Kekerasan Seksual, Perceraian, Seks Bebas, Pernikahan Dini dan Narkoba.

NAMA SEKSI : PEMBERITAAN INJIL DAN PELAYANAN KASIH

NAMA SUB SEKSI : PELAYANAN KASIH NAMA RULING : PELAYANAN PENDIDIKAN

ARAH KEBIJAKAN : OPTIMALISASI JAM BELAJAR ANAK TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.5.1.1.1.Himbauan Wajib Belajar kepada orang tua dan anak.

√ √ √ √ √

5.5.1.2.Meningkatkan

Fungsi Pengontrolan

Pelayan di jam-jam belajar anak.

5.5.1.2.1.Pembentukan &

Opimalisasi Tim kontrol Wajib belajar.

√ √ √ √ √

5.5.1.2.2. Pemutaran Lagu Jam

belajar. √ √ √ √ √

5.5.1.2.3. Pengontrolan jam

Belajar Anak √ √ √

5.5.1.2.4. Pemberian Kado

Kepada anak dengan prestasi terbaik berdasarkan laporan pendidikan.

√ √ √ √ √

NAMA SEKSI : PEMBERITAAN INJIL DAN PELAYANAN KASIH

NAMA SUB SEKSI : PELAYANAN KASIH

NAMA RULING : PEMBERDAYAAN DI BIDANG SOSIAL – POLITIK - BUDAYA ARAH KEBIJAKAN : PENINGKATAN KETERAMPILAN WARGA

GEREJA DALAM MENGADVOKASI KEBIJAKAN PUBLIK

TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.9.1.2.1.Lokalatih Advokasi kebijakan di tingkat jemaat.

(29)

29

5.9.1.3. Membangun

kerjasama dengan

lembaga-lembaga yang

konsern terhadap isu-isu

demokrasi (institute

leimena), untuk

memberikan pendidikan

politik kepada warga dan pelayan gereja.

5.9.1.3.1. Diskusi warga gereja di dalam jemaat tentang politik

dengan memanfaatkan

kurikulum diskusi warga yang telah tersedia.

√ √

5.9.1.4. Mengoptimalkan

peran gereja dalam

penyusunan Perda

perlindungan dan

pengelolaan SDA yang pro kesejahteraan masyarakat di tingkat kota.

5.9.1.4.1. Sosialisasi tentang

hak-hak politik rakyat untuk

peningkatan peran dan fungsi

control terhadap

lembaga-lembaga pemerintahan.

√ √ √

NAMA SEKSI : PENGEMBANGAN OIKUMENE SEMESTA

NAMA SUB SEKSI : PENGEMBANGAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN GEREJA NAMA RULING : PEMBINAAN KERJA SAMA LINTAS GEREJA

ARAH KEBIJAKAN :PENINGKATAN WAWASAN OIKUMENE TAHUN

STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020

5.6.1.2. Mendorong MJ

untuk mengadakan

dokumen-dokumen

gerejawi yang dibutuhkan jemaat.

5.6.1.2.2. Pengadaan DKG dari

klasis √

5.6.1.2.3. Penjemaatan desain

strategi Oikumene GPM. √

NAMA SEKSI : PENGEMBANGAN OIKUMENE SEMESTA

NAMA SUB SEKSI : PENGEMBANGAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN GEREJA

NAMA RULING : PEMBINAAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN ALIRAN KEPERCAYAAN ARAH KEBIJAKAN : OPTIMALISASI PERAN WARGA GEREJA

DALAM MENJAGA PERDAMAIAN

TAHUN STRATEGI AKTIFITAS 2016 2017 2018 2019 2020 5.8.1.1. Meningkatkan kerjasama GPM dengan lembaga-lembaga keagamaan lain,

pemerintah dan NGO untuk

memperkuat relasi dan

kerjasama antar iman

masyarakat dalam

mengelola

masalah-masalah social.

5.8.1.1.1. Wisata

kerukunan/Toleransi. √

5.8.1.1.2. Khotbah Damai (Peace

Sermon)tentang permasalahan

social pada masing-masing

komunitas agama.

√ √ √ √ √

5.8.1.1.3. Workshop antar iman pemuda dalam menanggulangi masalah-masalah social (relasi

antar iman, HIV/AIDS,

Lingkungan, dan kekerasan

terhadap perempuan dan anak).

√ √ √ √

5.8.1.1.4. Pembentukan dan

Optimalisasi Kelompok Pemuda Cinta Damai Batumerah dan Karpan.

Gambar

Gambar Lokasi Jemaat GPM Nazaret di Karang Panjang

Referensi

Dokumen terkait

Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur Pancasila, etika dan integritas kepemimpinan dalam kehidupan bermasyarakat,

Dari kemajemukan budaya dalam kehidupan masyarakat tersebutlah yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai proses dan hambatan komunikasi

Data sekunder yang dimiliki oleh jemaat, berupa dokumen-dokumen, warta jemaat, daftar anggota, daftar kehadiran warga jemaat dalam setiap kebaktian hari Sabtu/Minggu dan dokumen

1. Memanfaatkan nilai – nilai Seni tradisional dan Budaya sebagai daya tarik wisatawan. Mengupayakan Adat Budaya Minangkabau sebagai acuan dalam tatanan kehidupan masyarakat

Sebagai suatu bagian dari dokumen perencanaan yang dimiliki oleh pemerintah daerah, Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah Dinas Pemadam Kebakaran Kota

Sebagai suatu bagian dari dokumen perencanaan yang dimiliki oleh pemerintah daerah, Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah Dinas Pemadam Kebakaran Kota

Polisi merupakan aparat penegak hukum yang berkewajiban dalam mewujudkan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat, kepolisian merupakan lembaga pengayoman

menggambarkan mengenai alasan penulis mengambil pokok masalah yang berjudul “Studi tentang pemahaman para pendeta jemaat di GPM Klasis Pulau Ambon terhadap konflik yang