PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
KOMPETENSI DASAR 1.4 MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Tri Wahyu Swadani
NIM :131134104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
KOMPETENSI DASAR 1.4 MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Tri Wahyu Swadani
NIM :131134104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dapat peneliti selesaikan berkat andil, dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak dan tentunya atas izin dari Allah SWT. Maka dengan bangga peneliti persembahkan skripsi ini kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan anugrah dan ridho-Nya.
2. Kedua orang tua peneliti, Bapak Muhammad dan Ibu Siti Rochana, yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doanya, serta kedua kakak peneliti yang selalu memotivasi.
3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang selalu memotivasi dan memberi semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si. M. Pd., selaku dosen pembimbing II yang
selalu sabar memberikan masukan dan saran serta motivasi selama proses penyusunan skripsi.
5. Keluarga besar SD N Karangmloko 1 dan SD N Demangan, sebagai tempat peneliti melakukan penelitian, dan terimakasih atas kesempatan serta nasihat yang peneliti terima selama melakukan penelitian.
6. Teman-teman satu cluster skripsi “Pengembangan Tes Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar” Indri, Dessy, Duta dan teman-teman satu payung yang telah bekerjasama selama penyusunan skripsi.
v Motto
“Tidak ada keberuntungan yang datang seketika, segala sesuatu memiliki sebab.
Panen tidak terjadi tanpa cocok tanam, sebagaimana kesuksesan tidak akan ada
tanpa usaha
(Khalid Al Mushih)
“Jangan susahkan dirimu dengan banyak memikirkan masalah yang solusinya
tidak berada di tangan mu, karena Allah memiliki skenario yang indah
(Ustadz Musyaffa’ Ad Dariny Lc, M.A)
“Maka tetapkanlah kepercayaanmu bahwa sesungguhnya di sebalik kesukaran ada
kemudahan”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Januari 2017
Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma : Nama : Tri Wahyu Swadani
Nomor Mahasiswa : 131134104
Demi Pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 1.4 MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 10 Januari 2017 Yang Menyatakan,
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR
MATEMATIKAKOMPETENSI DASAR 1.4 MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN UNTUKSISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Tri Wahyu Swadani
Universitas Sanata Dharma 2017
Latar belakang penelitian ini adalah adanya potensi dan masalah terkait penyusunan tes hasil belajar. Potensi yang ditemukan adalah guru mampu membuat tes hasil belajar, namun terkendala tidak adanya contoh tes hasil belajar yang baik. Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan dengan tujuan mengembangkan tes hasil belajar dan mendeskripsikan kualitas tes hasil belajar kompetensi dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV sekolah dasar.
Penelitian ini menggunakan model penelitian pengembangan menurut
Borg and Gall, namun hanya menggunakan 7 langkah, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi desain,
Hasil penelitian dan pengembangan ini berupa (1) langkah-langkah penelitian dan pengembangan yaitu 7 langkah, yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi desain, (2) Analisis kualitas tes hasil belajar diperoleh hasil (a) Total soal valid dari penelitian ini yaitu 46atau 76,6% soal valid dan dari 60 soal, (b) soal reliabel dan termasuk kategori sangat tinggi, (c) Analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 4,34% mudah, 91,3% sedang, dan 4,34% sulit, (d) analisis daya beda diperoleh hasil 45 soal atau 97,8% kategori sangat baik dan 1 soal atau 2,17% dalam kategori cukup baik, (e) analisis pengecoh diperoleh hasil 11atau 23, 9 % soal memiliki pengecoh kurang baik dan telah diperbaiki.
ix ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF MATEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT BASIC COMPENTENCE 1.4 DO THE COMBINE OPERATION ARITHMETIC FOR FORTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY
SCHOOL LESSONS YEAR 2016 / 2017
Tri Wahyu Swadani Universitas Sanata Dharma
2017
The background of this research is potential and problemare related arrangedthe results of the test. The potential found are a teachers must make a test of but the problem is there are nor found the good example of the test result. This research is a research and development which purposed to develop test result and described the quality of test result basic competence 1.4. doing combine operation arithmetic for forth elementary school in 2016/2017.
This research isused model of development research by Borg and Gall , but only use seven step of ten step, which are (1) the potential and problem, (2) collecting the data, (3) design product, (4) design validation, (5) design revision, ( 6 ) trial products, ( 7 ) design revision.
The results of research and development are(1) step of research and development (a) the potential and problem, (b) collecting the data, (c) design product, (d) design validation, (e) design revision, ( f ) trial products, ( g ) design revision) and (2) analysis result from 60 question showed(a) the total of valid quetion of the resultare 46or 76,6% from 60 quetion. (b) the question are reliable and include very high categories, (c) analysis of the difficulties result of 4,34% of easy, 91,3% medium, and 4,34% difficult, (d) Analysis of the distinguishing result is 45 qustions or 97,8% include very good categories and 1 question or 2,17% include enough categories (e) analysis of distruction result 11 questions did not work and had revision
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan anugrahNya penelitidapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 1.4 MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017” disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Penelitimenyadari bahwa selama proses penyusunan tugas akhir ini tidak luput dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu penelitiucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. dan Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si., M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah mendampingi dan membantu proses penyusunan skripsi.
5. Bapak I.N.A, selaku ahli matematika yang telah memberikan masukan dan saran sehingga produk penelitian ini menjadi lebih baik.
6. Wali Kelas IV dan guru matematika kelas IV SD N Karangmloko 1 yang telah membantu peneliti dalam mempersiapkan produk hingga pengujian. 7. Wali kelas IVA SD N Demangan yang telah memberikan saran dalam peneliti
menyusun sampai menjadi produk yang lebih baik.
8. Kepala Sekolah SD N Karangmloko 1yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Kepala sekolah SD Negeri Demangan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
xi
11.Kedua kakak peneliti yang selalu memotivasi.
12.Temanku Khatarina Sesilia Riberu yang menemani selama proses penelitian. 13.Teman-teman cluster dan payung skripsi tes hasil belajar yang telah
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Batasan Istilah ... 7
G. Spesifikasi Produk ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Kajian Teori ... 9
1. Tes Hasil Belajar ... 9
a. Definisi Tes Hasil Belajar ... 9
b. Jenis Tes ... 11
c. Tes Pilihan Ganda ... 17
2. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 20
xiii
b. Reliabilitas ... 24
c. Karakteristik Butir Soal... 26
1) Tingkat Kesukaran ... 26
2) Daya Beda ... 28
3) Analisis Pengecoh ... 30
3. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 31
4. Matematika ... 34
5. Kompetensi Dasar ... 34
6. Operasi Hitung Campuran ... 35
7. Taksonomi Bloom yang Direvisi ... 36
B. Penelitian yang Relevan ... 40
C. Kerangka Berfikir ... 43
D. Pertanyaan Penelitian ... 45
BAB III METODE PENELITIAN ... 46
A. Jenis Penelitian ... 46
B. Setting Penelitian ... 50
1. Tempat Penelitian ... 50
2. Waktu Penelitian ... 51
3. Subjek Penelitian... 51
4. Objek Penelitian ... 51
C. Prosedur Pengembangan ... 51
D. Teknik Pengumpulan Data ... 54
1. Non Tes ... 54
a. Wawancara ... 54
b. Kuesioner ... 56
2. Tes ... 56
E. Instrumen Penelitian ... 57
1. Data Kualitatif ... 57
a. Wawancara ... 57
b. Kuesioner ... 58
2. Data Kuantitatif (Tes) ... 59
xiv
1. Analisis Data Kualitatif ... 62
2. Analisis Data Kuantitatif ... 62
a. Validitas ... 64
b. Reliabilitas ... 66
c. Tingkat kesukaran... 68
d. Daya beda ... 70
e. Analisis pengecoh ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73
A.Hasil Penelitian ... 73
1. Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 73
2. Kualitas Tes Hasil Belajar ... 78
a. Validitas ... 77
b. Reliabilitas ... 80
c. Tingkat kesukaran... 81
d. Daya beda ... 84
e. Analisis pengecoh ... 87
B.Pembahasan ... 90
1. Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 90
2. Kualitas Tes Hasil Belajar ... 97
a. Validitas ... 97
b. Reliabilitas ... 99
c. Tingkat kesukaran... 100
d. Daya beda ... 102
e. Analisis pengecoh ... 104
3. Produk Akhir ... 108
a. Kualitas soal produk cetak ... 108
b. Spesifikasi Produk Cetak ... 109
BAB V PENUTUP ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Keterbatasan Pengembangan ... 111
C. Saran ... 112
DAFTAR REFERENSI ... 113
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara ... 58
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Ahli ... 58
Tabel 3.3 Indikator Tes Hasil Belajar ... 60
Tabel 3.4 Kriteria Soal Skala Empat... 63
Tabel 3.5 Kategori Tingkat Validitas Tes ... 65
Tabel 3.6 Kategori Tingkat Reliabilitas Tes ... 68
Tabel 3.7 Indeks Tingkat Kesukaran ... 69
Tabel 3.8 Indeks Daya Beda dan Kualitas Butir Soal ... 71
Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli ... 75
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 78
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 79
Tabel 4.4 Hasil Uji Tingkat Kesuakran Soal Tipe A ... 81
Tabel 4.5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 82
Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Beda Soal Tipe A ... 84
Tabel 4.7 Hasil Uji Daya Beda Soal Tipe B ... 85
Tabel 4.8 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe A ... 87
Tabel 4.9 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe B ... 88
Tabel 4.10 Analisis Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 97
Tabel 4.11 Analisis Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 98
Tabel 4.12 Analisis Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 100
Tabel 4.13 Analisis Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B... 101
Tabel 4.14 Analisis Hasil Uji Daya Beda dan Kualitas Butir Soal Tipe A... 102
Tabel 4.15 Analisis Hasil Uji Daya Beda dan Kualitas Butir Soal Tipe B ... 103
Tabel 4.16 Analisis Hasil Uji Pengecoh Jawaban Soal Tipe A ... 105
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 117
Lampiran 2 Tabel Spesifikasi Produk ... 126
Lampiran 3 Hasil Kuesioner Validasi Ahli Matematika 1 (Dosen)... 167
Lampiran 4 Hasil Kuesioner Validasi Ahli Matematika 2 (Guru pertama) . 172 Lampiran 5 Hasil Kuesioner Validasi Ahli Matematika 3 (Guru kedua) .... 177
Lampiran 6 Hasil Kuesioner Validasi Ahli Matematika 4 (Guru ketiga) .... 182
Lampiran 7 Rekapitulasi hasil validasi ahli ... 187
Lampiran 8 Soal Tipe A ... 189
Lampiran 9 Soal Tipe B ... 193
Lampiran 10 Hasil Perhitungan Soal Tipe A dengan Aplikasi TAP ... 201
Lampiran 11 Hasil Perhitungan Soal Tipe B dengan Aplikasi TAP ... 205
Lampiran 12a. Tabel Pengelompokan produk soal ... 209
Lampiran 12b. Produk Soal ... 213
Lampiran 12c. Pembenaran option jawaban ... 215
Lampiran 13 Jawaban Seluruh Siswa Soal Tipe A ... 216
Lampiran 14 Jawaban Seluruh Siswa Soal Tipe B ... 218
Lampiran 15 Presensi Kehadiran Siswa ... 220
Lampiran 16 Surat Pengantar Penelitian ... 226
Lampiran 17 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 228
Lampiran 18 Foto Pelaksanaan Validasi Lapangan ... 230
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tujuh hal bagian pendahuluan. Ketujuh hal yang
diuraikan dalam bagian pendahuluan adalah latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi
produk, dan batasan istilah
A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional tersebut yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Kualitaspendidikan nasional harus diakui masih berada di
bawahNegara-negara berkembang yang ada di dunia. Hal ini diketahui dari Laporan
Monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO tahun 2005
posisi Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang di asia
pasifik. Selain itu salah satu lembaga konsultan dari Hongkong yang bernama
The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) menyatakan kualitas
pendidikan di Indonesia sangat rendah diantara 12 negara, Asia yang diteliti,
Kualitas pendidikan nasional dapat dilihat dari mutu pembelajaranyang
dilakukan oleh guru. Guru merupakan tokoh sentral dalam pendidikan. Peran
guru sangat dominan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Pada hakikatnya guru memiliki tugas yang telah terstruktur sebagai upaya
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini sebagaimana diatur
dalam pasal 39 Undang-undang No 20 Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa
tugas guru yaitu merencanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan bimbingan, penelitian, pelatihan, dan melakukan pengabdian
masyarakat. Tugas guru dapat dilakukan dengan baik, jika guru memiliki
kemampuan dasar dalam melaksanakannya. Guru sebagai tenaga pendidik
profesional harus mempunyai empat kompetensi dasar sesuai dengan
peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia tentang Standar
Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru No 16 Tahun 2007 salah satunya
adalah kompetensi pedagogik. Salah satu tugas guru dalam kompetensi
pedagogik yaitu melakukan evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar inilah
nantinya dijadikan sebagai acuan untuk mengukur kualitas pendidikan
secara nasional. Evaluasi menurut Purwanto (2016: 1) yaitu pengambilan
keputusan berdasarkan hasil dari pengukuran. Pengukuran yang dilakukan
dalam sebuah evaluasi hasil belajar adalah mengukur hasil belajar yang
meliputi taraf kognitif, afektif, dan psikmotor (Sudjana, 2016: 3).
Kategori pada proses kognitif terdiri dari 6 ranah kognitif, yang meliputi :
mengingat, memahami, mengaplikasikan/menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi/menilai, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 43).
mengembangkan indikator dan tujuan pembelajaran, serta mengklasifikasikan
hasil belajar siswa (Miller dalam Endrayanto, 2014: 33).
Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mempelajari materi
pembelajaran pada setiap mata pelajaran serta tercakup dalam tujuan
sekolah. Sedangkan tujuan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
Negara adalah untuk mengembangkan potensi siswa (Muslich, 2007: 2).
Pengembangan potensi dari setiap siswa tidak hanya aspek kognitif saja tetapi
juga pada aspek afektif dan psikomotor. Pengembangan potensi siswa terlihat
pada kemampuan lulusan jenjang pendidikan tertentu. Kemampuan lulusan
atau kompetensi lulusan merupakan kemampuan untuk melakukan tugas atau
pekerjaan tertentu (Muslich, 2007: 21). Kemampuan lulusan ini nantinya
dijadikan acuan kualitas pendidikan nasional. Kualitas pendidikan dapat
dikatakan baik jika kemampuan lulusannya baik begitu juga sebaliknya.
Kualitas pendidikan dapat meningkat dengan dilakukannya peningkatan
kualitas pembelajaran dan kualitas penilaian. Kualitas pembelajaran dapat
diketahui setelah dilakukan evaluasi. Alat untuk melakukan evaluasi dapat
dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik non tes dan teknik tes (Arikunto,
2013: 39). Arikunto (2013: 67) mengemukakan bahwa tes adalah alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Pernyataan tersebut
mengindikasikan bahwa dalam penyusunan tes guru hendaknya
memperhatikan aturan pembuatan tes. Purwanto (2016: 114) mengemukakan
bahwa sebuah tes hasil belajar sebagai alat ukur yang baik, harus memiliki dua
harus memiliki karakteristik yang baik. Widoyoko (2014: 131) menyebutkan
bahwa karakteristik butir soal mencakup taraf kesukaran, daya pembeda, serta
analisis pengecoh, sebagai syarat tes dapat dikatakan baik.
Dalam penyusunan sebuah tes, khususnya tes hasil belajar matematika
dibutuhkan kemampuan khusus yang harus dimiliki guru, supaya tes yang
disusun tidak menyimpang dari kaidah penulisan dan dapat digunakan untuk
melihat kemampuan siswa yang sebenarnya. Protoype yang telah teruji dapat
dimanfaatkan untuk membantu guru dalam menyusun sebuah tes yang baik.
Peneliti telah melakukan wawancara pada tanggal 20 Juli 2016 kepada
wali kelas dan guru Matematika kelas IV SD N Karangmloko 1. Guru
menggunakan tes untuk melihat kemampuan siswa mengenai materi tertentu.
Tes evaluasi dilakukan setelah satu kompetensi dasar selesai dibahas dalam
kelas. Dalam pembuatan soal guru menekankan pada kemampuan
menganalisis siswa. Guru telah mengetahui bahwa soal yang baik harus teruji
validitas dan reliabilitasnya, namun karena keterbatasan waktu tidak
dilakukan. Soal yang digunakan untuk evaluasi diambil dari LKS atau
internet. atau Internet.
Dari wawancara ini diperoleh informasi bahwa guru membutuhkan
membutuhkan prototype tes yang sudah valid dan reliabel untuk dijadikan
acuan dalam membuat soal-soal evaluasi terlebih soal dengan tipe pilihan
ganda. Soal pilihan ganda yang telah teruji akan membantu guru dalam
membuat variasi soal evaluasi. Guru mengalami kesulitan membuat variasi
Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, maka peneliti terdorong untuk
melakukan pengembangan penelitian pengembangan yang berjudul
“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 1.4
Melakukan Operasi Hitung Campuran Untuk Kelas IV Sekolah Dasar Tahun
Pelajaran 2016/2017”
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini memiliki batasan masalah yaitu :
1. Alat ukur yang dikembangkan hanya mengukur ranah kognitif.
2. Alat ukur hanya untuk mata pelajaran matematika pada kompetensi dasar
1.4. melakukan operasi hitung campuran siswa kelas IV SD.
3. Materi yang digunakan adalah operasi hitung campuran kelas IV SD.
4. Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan empat option
jawaban.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar matematika Kompetensi
Dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV SD ?
2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika Kompetensi Dasar
D. Tujuan Penelitian
1. Memaparkan langkah-langkah dalam mengembangkan tes hasil belajar
matematika Kompetensi Dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran
untuk siswa kelas IV SD.
2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika Kompetensi
Dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV SD.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat menjadi referensi dan
pengetahuan serta wawasan dalam membuat soal tes hasil belajar yang
baik, yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan kognitif
masing-masing siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman
baru terkait sistematika pembuatan soal yang valid dan reliabel.
Penelitian ini menjadi melatih kemampuan peneliti dalam menganalisi
kualitas suatu tes hasil belajar.
b. Bagi guru
Dengan adanya penelitian pengembangan tes hasil belajar ini,
diharapkan guru dapat menjadikan referensi dalam membuat soal tes
yang sudah teruji sehingga dapat digunakan untuk melihat
kemampuan kognitif siswa.
c. Bagi siswa
Dengan adanya tes hasil belajar ini, siswa dapat mencoba atau
berlatih mengerjakan soal yang sudah teruji, untuk mengasah
pengetahuan dan kemampuan dalam mengerjakan soal tes.
F. Batasan Istilah
Berikut ini merupakan batasan istilah dan diuraikan sebagai berikut
1. Pengembangan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas dan
kemampuan seseorang maupun fungsi dari suatu alat.
2. Tes hasil belajar yaitu sebauh alat ukur yang menguji kemampuan siswa
setelah melakukan usaha untuk merubah perilaku siswa tersebut.
3. Matematika adalah suatu disiplin ilmu tentang bilangan serta bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir sehingga prosedur operasional
dalam matematika dapat diterapkan pemecahan masalah.
4. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki dalam
rangka untuk mewujudkan tujuan pembelajaran pada suatu mata pelajaran.
5. Operasi hitung campuran adalah bentuk operasi hitung bilangan, yang
terdiri lebih dari satu operasi hitung dasar.
G. Spesifikasi Produk
1. Instrumen soal tes hasil belajar berupa soal dengan Kompetensi Dasar 1.4
2. Instrumen soal tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dilengkapi
dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, soal, pilihan
jawaban, kunci jawaban, ranah kognitif (Mengingat, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, menilai, dan mencipta) yang diukur dan
tingkat kesukaran.
3. Instrumen soal tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan empat
pilihan jawaban.
4. Instrumen soal pilihan ganda diuji validitas isi melalui validasi ahli (1
Ahli/dosen matematika dan 3 Guru ahli matematika kelas IV).
5. Instrumen soal pilihan ganda valid dengan r hitung melebihi atau sama dengan r tabel(rhitung ≥ rtabel)
6. Instrumen soal pilihan ganda reliabel dengan kategori sangat tinggi.
7. Instrumen soal pilihan ganda memiliki tingkat kesukaran dengan proporsi
25 % soal mudah, 50 % soal sedang, dan 25 % soal sulit.
8. Instrumen soal pilihan ganda memiliki daya beda dengan kategori baik
dan kategori sangat baik.
9. Instrumen soal pilihan ganda memiliki analisis pengecoh apabila dipilih
oleh minimal 5 % (0, 05) responden atau peserta tes.
10.Instrumen soal pilihan ganda disusun dengan menggunakan Bahasa
Indonesia serta telah memperhatikan tata aturan penulisan yang benar
sesuai dengan aturan EYD (penggunaan huruf kapital, tanda baca, kata
9 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II merupakan landasan teori dari penelitian ini. Pada bab II ini berisi
kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan daftar pertanyaan
penelitian.
A. Kajian Teori
1. Tes Hasil Belajar
a. Definisi Tes Hasil Belajar
Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk
tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data
tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan
dengan yang dicapai kawan-kawannya atau nilai standar yang
ditetapkan (Nurkancana dalam Suwandi, 2010: 39). Sedangkan Jihad
(2012: 67) menuturkan bahwa tes merupakan himpunan pertanyaan
yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus
dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes pada dasarnya digunakan untuk
mengukur sejauh mana kemampuan seorang siswa dalam menguasai
pelajaran yang telah disampaikan.
Lebih lanjut Mardapi (2008: 67) menjelaskan bahwa tes adalah
sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Tes
dapat diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan
tanggapan, dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan orang
hasil tes dapat digunakan untuk memantau perkembangan mutu
pendidikan.
Suprananto (2012: 6) mengemukakan bahwa tes adalah alat ukur
berbentuk satu set pertanyaan untuk mengukur sampel tingkah laku dari
orang yang dites. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
tes adalah alat ukur yang memiliki jawaban benar atau salah dapat
digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman seseorang yang
dikemas dalam bentuk soal, yang mana soal itu harus diselesaikan oleh
orang yang dites.
Sudjana (2016: 3) pengertian hasil belajar yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selanjutnya menurut
Muslich (2007:3 8) Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Sedangkan,
hasil belajar menurut Purwanto (2016: 44-45) tes hasil belajar berasal
dari kata “hasil” dan “belajar”. Kata hasil mengandung arti suatu
perolehan yang merupakan akibat dari dilakukannya suatu aktifitas
tertentu.
Belajar dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan seseorang
agar terjadi perubahan perilaku pada orang yang bersangkutan. Hasil
belajar menurut arti perubahan yang terjadi baik dalam sikap dan
tingkah laku sebagai dampak dari suatu kegiatan atau aktifitas yang
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mendapat
pengalaman belajar dari kegiatan belajar mengajar.
Purwanto (2016: 56) bahwa tes hasil belajar yaitu salah satu alat
ukur yang mengukur kemampuan maksimal seseorang (dalam hal ini
siswa). Selanjutnya Purwanto (2016: 66) menjelaskan bahwa tes hasil
belajar atau THB merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur
penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau
dipelajari siswa. Sedangkan, menurut Sudijono (2011: 93) tes hasil
belajar adalah alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
tes hasil belajar yaitu sebuah alat ukur yang menguji kemampuan siswa
setelah melakukan usaha untuk merubah perilaku siswa tersebut.
b. Jenis-Jenis Tes
Suwandi (2010: 40) menjelaskan bahwa tes bermacam-macam
jenisnya, antara lain yaitu bentuk tes secara umum (tes berdasarkan
individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, dan penyusun tes), tes
pengukur keberhasilan, dan bentuk tes berdasarkan pertanyaanya.
1) Bentuk tes secara umum
a) Tes menurut Individu yang dites
Tes ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes individual dan
tes kelompok. Tes individual terjadi jika pada saat pelaksanaan
kegiatan guru hanya menghadapi seorang siswa. Tes kelompok
terjadi jika guru menghadapi sejumlah siswa, misalnya satu
b) Jenis tes menurut jawaban yang dikehendaki
Tes ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes perbuatan
dan tes verbal. Tes perbuatan adalah tes yang menuntut respon
siswa yang berupa tingkak laku. Sedangkan tes verbal
menghendaki jawaban siswa berupa tingkah laku verbal,
seperti jawaban yang berbentuk kata-kata atau bahasa.
c) Jenis tes menurut penyusunnya
Tes ini dibedakan menjadi tes buatan guru dan tes
standar. Tes buatan guru artinya guru kelas membuat tes untuk
kelasnya sendiri. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan setelah
berlangsungnya proses pengajaran (Suwandi, 2010:41).
Sedangkan tes standar yaitu tes yang sudah distandarkan dan
digunakan oleh semua sekolah. Tes ini memungkinkan siswa
mengerjakan soal yang sama, petunjuk yang sama serta dalam
durasi waktu yang sama pula (Suwandi, 2010: 43).
2) Bentuk Tes Pengukur Keberhasilan atau Tes Hasil Belajar
Purwanto (2016: 67) membagi tes hasil belajar menjadi
empat.yaitu :
a) Tes formatif
Tes ini dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Setiap program atau pokok
sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tes
formatif dalam praktik pembelajaran kesehariannya dikenal
sebagai ulangan harian.
Tes formatif menurut Sulityorini (2009: 89-90)
mempunyai manfaat, baik bagi siswa maupun guru atau
program itu sendiri. Manfaat bagi siswa diantaranya dapat
digunakan untuk mengetahui penguasaan materi siswa,
pendalaman materi, dan untuk mengetahui hambatan yang
dialami siswa. Sedangkan manfaat bagi guru yaitu sejauh
mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa,
dan mengetahui materi yang belum dikuasai oleh siswa .
b) Tes Sumatif
Tes sumatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan
untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi
yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti ujian
akhir semester atau catur wulan, tergantung satuan waktu yang
digunakan (Purwanto, 2016: 68).
Sulistyorini (2009: 90) menjelaskan bahwa tes sumatif
pada dasarnya bermanfaat untuk menentukan nilai akhir siswa.
Penentuan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti
kelompok dalam menerima program berikutnya, serta untuk
c) Tes Diagnostik
Tes diagnostik yaitu tes yang digunakan untuk
mengidentifikasi siswa yang mengalami masalah dan
menelusuri jenis masalah yang dihadapi (Purwanto, 2016: 69).
Tes diagnostik menurut Sulistyorini (2009: 91) mempunyai
manfaat yaitu dapat digunakan untuk mengetahui hambatan
yang dialami siswa dalam mengikuti suatu program. Hambatan
yang sudah diketahui itu kemudian dilakukan analisis sehingga
dapat teratasi.
d) Tes Penempatan
Tes penempatan merupakan pengumpulan data tes hasil
belajar yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam
kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya (Purwanto,
2016: 69). Pengelompokan ini dilakukan supaya pemberian
layanan pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan minat dan
bakat siswa.
3) Bentuk Tes berdasarkan pertanyaannya
Sulistyorini (2009: 89) membagi tes berdasarkan pertanyaannya
menjadi dua, yaitu :
a) Subyektif test/ tes esai
Tes yang terdiri dari soal yang jawabannya berbentuk uraian
yang relatif panjang. Menurut Arikunto (2013: 177) tes
subjektif merupakan tes yang pada umumnya berbentuk esai
bahwa tes subjektif adalah tes yang menghendaki jawaban
berupa uraian dan menuntut peserta tes untuk memberikan
penjelasan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tes
subjektif atau esai yaitu tes dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menuntut siswa untuk menjawab menggunakan kalimat sendiri
sesuai pengetahuannya.
b) Obyektif / short answer test
Tes yang terdiri dari soal-soal yang dapat dijawab
dengan memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan. Tes
objektif adalah tes dimana keseluruhan informasi yang
diperlukan untuk menjawab telah tersedia (Purwanto, 2016:
72). Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang
harus dipilih atau dikerjakan oleh siswa. Selanjutnya Suwandi
(2010: 48) menjelaskan bahwa tes objektif dapat disebut juga
tes jawab singkat. Tes ini menuntut siswa hanya dengan
memberikan jawaban singkat bahkan hanya dengan memilih
kode-kode tertentu yang mewakili alternatif jawaban yang telah
disediakan.
Sulistyorini (2009: 102) menjelaskan bahwa tes obyektif
dapat dibagi menjadi 4, yaitu (1) Tes benar-salah/true false
(Soal-soal pada tes ini berupa pernyataan-pernyataan
(statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang
masing-masing pernyataan itu dengan melingkari atau
memberi tanda silang pada huruf B jika pernyataan itu dinilai
benar, dan pada huruf S jika pernyataan itu dinilai
salah.Kelebihan tes benar salah yaitu dapat mencakup bahan
yang luas, mudah menyusunnya, dapat digunakan berkali-kali,
dapat dilihat secara cepat, dan petunjuk mengerjakannya
mudah dimengerti.
Kekurangan tes benar salah yaitu sering membingungkan
dan mudah ditebak, (2) Tes pilihan ganda/Multiple choice test
terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya
harus memilih satu dari beberapa kemungkinana jawaban yang
telah disediakan (Sulistyorini, 2009: 105). Sedangkan menurut
Suwandi (2010: 49) tes pilihan ganda dapat digunakan untuk
menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan
cakupan materi yang luas. (3) Tes menjodohkan/Matching test
terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam
seri jawaban (Sulistyorini, 2009: 107). Selanjutnya Jihad
(2012: 164) menjelaskan bahwa tes ini berbentuk soal
menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis,
suatu daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk
menjodokan masing-masing premis itu dengan satu
(4) Tes Isian / Completion tes biasa disebut dengan
istilah tes isian, tes isian menyempurnakan atau tes
melengkapi.Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada
bagian-bagiannya yang dihilangkan (Sulistyorini, 2009: 109).
Dari berbagai macam jenis tes, tes pilihan gandalah yang
dapat digunakan untuk menilai kemampuan memahami dengan
cakupan materi yang luas (Suwandi, 2010: 49).
c. Tes Pilihan Ganda
Mardapi (2008: 71) menyatakan bahwa tes pilihan ganda adalah
tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif
jawaban yang telah disediakan. Selanjutnya Widoyoko (2014: 100)
menjelaskan bahwa soal pilihan ganda adalah soal dimana setiap butir
soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari dua. Sedangkan
Sudjana (2016: 48) menyatakan bahwa soal pilihan ganda yaitu
bentuk tes yang mempunyai satu jawaban benar atau paling tepat.
Pemaparan beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa tes
pilihan ganda yaitu tes yang berupa pertanyaan dengan beberapa opsi
jawaban namun hanya ada satu jawaban yang paling benar.
1) Kaidah Penulisan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda
Tata cara penulisan tes pilihan ganda menurut Mardapi (2008: 72)
yaitu :
a) Pokok soal harus jelas.
b) Pilihan jawaban yang homogen.
d) Hindari pilihan jawaban semua benar semua salah.
e) Pilihan jawaban angka diurutkan.
f) Semua pilihan jawaban logis.
g) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tahap perkembangan
peserta test.
h) Letak pilihan jawaban benar diletakan secara acak.
Pendapat lain mengenai kaidah penulisan teks disebutkan oleh
Suprananto (2012: 108) kaidah yang harus digunakan agar tes yang
disusun bermutu yaitu
a) Soal harus sesuai dengan indikator.
b) Pilihan jawaban harus logis dan homogen.
c) Setiap soal harus mempunyai jawaban yang benar atau paling
benar.
d) Pokok soal harus dirumuskan dengan jelas.
e) Pokok soal tidak menunjuk ke jawaban yang benar.
f) Panjang kalimat jawaban harus sama.
Dari keterangan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur
pembuatan tes pilihan ganda yang baik dan benar yaitu meliputi
a) Soal sesuai dengan indikator.
b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis.
c) Soal hanya memiliki satu jawaban benar.
d) Pilihan jawaban diurutkan.
e) Soal jangan menunjukan ke arah jawaban.
g) Letak pilihan jawaban benar ditentukan acak.
h) Panjang kalimat jawaban harus sama.
2) Kelebihan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda.
Kelebihan soal pilihan ganda menurut Sudjana (2016: 49) yaitu
a) Materi yang diujikan dapat mencakup semua materi yang telah
diajarkan.
b) Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan cepat dan mudah.
c) Penilaiannya bersifat objektif
Sedangkan Suprananto (2012: 108) menyatakan bahwa kelebihan
tes pilihan ganda yaitu
a) Tes pilihan ganda mampu mengukur kemampuan siswa dari
seluruh aspek.
b) Penskoran mudah, cepat dan objektif.
c) Cocok untuk ujian peserta dengan jumlah banyak
Pernyataan ketiga tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa
kelebihan tes pilihan ganda yaitu fleksibel dalam implementasiannya,
cepat dan mudah penskorannya serta cocok digunakan pada tes
dengan jumlah peserta tes yang banyak.
3) Kekurangan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda
Kekurangan dari tes pilihan ganda menurut Sudjana (2016: 49) yaitu
a) kemungkinan siswa menebak jawaban masih besar.
b) Proses berpikir siswa kurang dapat terlihat.
Lebih lanjut Sukardi (2008: 126) menjelaskan bahwa tes pilihan ganda
a) Proses pembuatannya memerlukan waktu yang lama.
b) Pilihan ganda tidak disukai semua guru.
c) Kurang mengukur pemahaman siswa mengenai materi.
d) Memberikan peluang siswa menerka jawaban.
2. Konstruksi Tes Hasil Belajar a. Validitas
1) Pengertian Validitas
Purwanto (2016: 114) menjelaskan bahwa validitas adalah
derajad sejauh mana tes mengukur apa yang akan diukur.
Pengertian validitas selanjutnya diperkuat oleh Subali (2012: 107)
yang menyatakan bahwa suatu alat ukur dinyatakan sahih (Valid),
jika alat ukur tersebut benar-benar mampu memberikan informasi
empirik sesuai dengan apa yang diukur. Selanjutnya Suwandi
(2010: 53) menjelaskan bahwa kriteria kesahihan alat tes tidak
cukup dipecahkan dengan mencari kesejajaran antara alat tes
dengan bahan dan tujuan.
Dari pendapat ketiga tokoh dapat disimpulkan bahwa
validitas yaitu ketepatan dan kesahihan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya.
2) Tujuan Validitas
Tujuan validitas soal adalah untuk menentukan dapat
yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok
itu (Surapranata, 2009: 60).
3) Bentuk-bentuk Validitas
Dalam Surapranata (2009: 50) dijelaskan bahwa pada tahun
1954 The American Psychological Association (AP) melalui
Technical Reommendation For Psychological Test and Diagnostic
Techniques mengemukakan empat pendekatanyang sering
digunakan untuk menentukan validitas yaitu :
a) Validitas isi (content validity)
Mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid
apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur
(Surapranata, 2009: 50). Sedangkan menurut Widoyoko (2014:
173) bahwa tes dikatakan memiliki validitas isi jika dapat
mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta indikator
dan materi pembelajaran.
b) Validitas Konstruk / konstrak (Construct Validity)
Menurut Widoyoko (2014: 175) validitas konstruk
mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur
konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan
instrumen.Selanjutnya Surapranata (2009: 53) menjelaskan
bahwa validitas konstruk mengandung arti dimana alat ukur
dikatakan valid apabila telah cocok dengan dengan konstruksi
c) Validitas Prediktif / ramalan
Kevalidan suatu alat tes diukur dengan jenis kesahihan
ramalan/prediksi baru dapat dilakukan pada masa mendatang
setelah jangka waktu tertentu (Suwandi,2010: 56).
Selanjutnya Surapranata (2009: 54) menjelaskan bahwa
validitas prediksi/ramalan menunjukan pada hubungan antara
tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan
terjadi diwaktu mendatang. Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas prediksi atau ramalan apabila mempunyai
kemampuan untuk memprediksi apa yang akan terjadi dimasa
yang akan datang.
d) Validitas Kongkuren (Concurrent Validity)
Validitas ini merujuk pada hubungan antara tes skor
dengan yang dicapai dengan keadaan sekarang
(Surapranata, 2009: 55).Validitas ini juga dikenal dengan
validitas empiris. Suwandi (2009:54) menyatakan bahwa
validitas atau kesahihan kongkuren ini menunjuk pada
pengertian apakah tingkat kemampuan sesorang pada suatu
bidang yang diteskan mencerminkan atau sesuai dengan
skor (skor) bidang lain yang mempunyai perbedaan
karakteristik.
Kusaeri (2014:52) menjelaskan bahwa sejumlah faktor
yang memengaruhi validitas yaitu a) karakteristik dan kondisi
siswa.Kondisi fisik dan psikologis mempengaruhi siswa saat
melaksanakan tes (kecemasan tinggi, sakit, lapar, dan motivasi
mengerjakan rendah), b) pelaksanaan dan prosedur penilaian.
Prosedur penilaian atau penskoran yang menyimpang dari
ketentuan akan mempengaruhi validitas, waktu pelaksanaan yang
tidak mencukupi, c) cara guru menyampaikan materi yang
diujikan. Ketika siswa terbiasa dengan mengerjakan secara
terbimbing oleh guru, namun ketika mengerjakan tes secara
individu maka akan mempengaruhi validitas. Sedangkan menurut
Suprananto (2012: 76) bahwa validitas suatu tes dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu karakteristik peserta tes, pelaksanaan tes dan
prosedur tes, serta proses pembelajaran.
Dari definisi yang telah dijelaskan dapat disimpulkan
bahwa validitas yaitu ketepatan dan kesahihan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui suatu tes dapat digunakan untuk melihat
perbedaan kemampuan dari peserta tes. Validitas suatu tes
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karkateristik peserta
tes, waktu pelaksanaan, prosedur penyekoran, dan cara guru
b. Reliabilitas
Widoyoko (2014: 188) menjelaskan bahwa Reliabilitas dalam
bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa inggris,
yang berasal dari kata reliable artinya dapat dipercaya. Suatu
instrument tes dikatakan dapat dipercaya (reliablel) jika memberikan
hasil yang tetap atau konsisten jika diujikan berkali-kali pada siswa
yang sama.
Selanjutnya Surapranata (2009: 5) menjelaskan bahwa konsep
reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan eror
dalam pengambilan sampel, yang mengacu pada inkonsistensi hasil
ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu
yang berbeda. Selanjutnya Arifin (2009: 258) menjelaskan bahwa
reliabilitas yaitu tingkat atau derajat inkonsistensi dari suatu instrumen.
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran yang dilakukan
dengan menggunakan tes tersebut secara berulang-ulang terhadap
subyekyang sama, senantiasa menunjukan hasil yang tetap sama atau
sifatnya stabil (Sudijono, 2011: 95 ).
Dari pendapat para tokoh dapat disimpulkan bahwa reliabilitas
yaitu ketetapan soal tes apabila dilakukan pengujian beberapa kali
terhadap subjek yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sama.
Faktor yang memengaruhi reliabilitas menurut Surapranata
(2009:87) yaitu siswa kelelahan, siswa menerka jawaban, dan pengaruh
latihan (kebiasaan mengerjakan soal). Selain itu faktor lain yang
sejauh tes itu memiliki kualitas yang sama maka dapat menambah nilai
reliabilitas, b) kecepatan mengerjakan, c) tingkat kesukaran, d)
homogenitas belahan soal.
Arikunto (2013: 104) menjelaskan bahwa reliabilitas dapat
ditentukan dengan beberapa metode yaitu
a) Metode bentuk Paralel (Equivalent)
Metode ini menggunakan dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan tetapi soal berbeda (Arikunto,
2013: 105). Dalam menggunakan metode tes paralel ini pengetes harus
menyiapkan dua buah tes dan masing-masing dicobakan pada
kelompok siswa yang sama. Metode ini mempunyai kelebihan yaitu
siswa dalam mengerjakan tes tidak ada faktor “masih ingat soalnya”,
namun kekurangannya pengetes harus menyusun dua tes, dan
memerlukan waktu lama.
b) Metode Tes Ulang (Tes-Retest Method)
Tes ini untuk menghindari penyusunan dua seri tes (Arikunto,
2013: 105). Metode ini menggunakan satu seri tes namun diuji
cobakan dua kali. Hasil dari dua kali tes yang dilakukan dikorelasikan.
c) Metode belah dua (Split Half Method)
Metode ini hanya menuntut penguji menggunakan sebuah tes dan
diujika juga satu kali. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan
dua belahan, baru diketahui reliabilitas setengah/separo tes. Untuk
mengetahui seluruh tes menggunakan rumus Spearman Brown
ganjil-genap, atau item awal-akhir. Berdasarkan uraian diatas maka
metode belah dua cukup efisien untuk digunakan karena tidak
memakan waktu yang cukup lama.
c. Karakteristik Butir Soal
Arikunto (2013:222) menjelaskan bahwa Soal yang baik harus
dianalisis setiap butir soalnya. Tiga masalah yang berhubungan
dengan analisis butir soal yaitu taraf kesukaran/tingkat kesulitan, daya
pembeda, dan analisis pengecoh. Berikut penjelasannya :
1) Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa
untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang
terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya (Arikunto, 2013: 222). Selanjutnya Rusdiana (2015:
163) menjelaskan bahwa tingkat kesukaran soal adalah peluang
untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu
yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Aiken, 1994 (dalam
Rusdiana, 2015: 163) menyatakan bahwa indeks tingkat kesukaran
pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya
0,00 – 1,00. Selanjutnya Sulistyorini (2009: 173) menjelaskan
serta adanya keseimbangan dari tingkat kesukaran/kesulitan soal
tersebut.
Keseimbangan dalam hal ini mengandung arti bahwa untuk
soal yang termasuk kategori mudah, sedang dan sukar memiliki
bobot yang proporsional. Keseimbangan yang dimaksud adalah
jumlah soal untuk ketiga kategori (mudah, sedang, sukar) tersebut.
Untuk itu perlu adanya pertimbangan lain yang dapat dijadikan
dasar penentuan jumlah soal setiap kategori. Salah satu
pertimbangan yaitu seperti yang dinyatakan Sudjana (2016:135)
bahwa proporsi jumlah soal untuk setiap kategori didasarkan pada
kurva normal, dimana luas daerah sedang lebih besar menandakan
soal dengan kategori sedang lebih banyak. Jumlah yang berada
pada kategori mudah dan sukar adalah seimbang. Salah satu dasar
perbandingan jumlah soal setiap kategori yaitu dengan
menggunakan 3-4-3, artinya 30 % soal dengan kategori mudah, 40
% soal dengan kategori sedang, dan 30% soal dengan kategori
sukar/sulit. Perbandingan lain yang dapat juga digunakan yaitu
25-50-25, astinya 25% soal dengan kategori mudah, 50 % soal dengan
kategori sedang, dan 25 % soal dengan kategori sulit atau sukar
(Sulistyorini, 2009: 174).
Menurut Suwarto (2013: 107) menyatakan bahwa tingkat
kesukaran sebenarnya adalah rerata dari suatu distribusi skor
kelompok suatu tes. Selanjutnya Suwarto menjelaskan bahwa
menjawab benar pada suatu tes juga tinggi. Apabila suatu butir tes
dijawab benar oleh semua peserta tes berarti tes tersebut sangat
mudah. Sebaliknya, apabila tidak ada peserta tes yang menjawab
benar pada suatu butir tes berarti tes tersebut sangat sukar. Butir tes
yang sangat mudah dan sangat sukar tidak memberikan informasi
yang berguna mengenai keadaan peserta tes. Sedangkan
Surapranata (2009: 21) menjelaskan bahwa analisis tingkat
kesukaran dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan
adanya perbedaan kemampuan peserta tes.
Dari pendapat para tokoh dapat disimpulkan bahwa taraf
kesukaran yaitu peluang untuk menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks.
Soal sebaiknya tidak terlalu mudah dan maupun susah untuk
dikerjakan siswa. Tingkat kesukaran/kesulitan pengembangan tes
hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan perbandingan
25-50-25.
2) Daya Pembeda
Rusdiana (2015: 167) menjelaskan bahwa daya pembeda
merupakan kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara
siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang
tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Sedangkan
menurut Arikunto (2013: 226) daya pembeda soal adalah kemampuan
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan
rendah).
Menurut Suwarto (2013: 108) daya beda suatu butir tes dihitung
atas dasar pembagian kelompok menjadi dua bagian. Dua bagian itu
yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok peserta tes yang
berkemampuan tinggi (ditunjukan dengan perolehan skor tinggi) dan
kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes yang berkemampuan
rendah (ditunjukan dengan perolehan skor rendah). Jika sebuah soal
tes dapat membedakan dengan baik kedua kelompok, maka mayoritas
peserta tes pada kelompok atas akanmenjawab benar dan kebanyakan
peserta tes padakelompok bawah akan menjawab salah (Suwarto,
2013: 109).
Hal ini diperjelas oleh Widoyoko (2014: 136) bahwa daya beda
digunakan untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki
kemampuan membedakan kelompok dari aspek yang diukur, sesuai
dengan perbedaan yang ada pada kelompok tersebut. Selanjutnya
dijelaskan oleh Sudjana (2016: 141) bahwa tes dikatakan tidak
memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada anak
berprestasi tinggi, hasil rendah, dan diberikan ke anak prestasi rendah
hasilnya akan tinggi, atau diberikan kepada kedua kategori siswa
tersebut hasilnya akan sama. Butir soal yang tidak memiliki daya
beda dimungkinkan terlalu mudah atau terlalu sukar, sehingga perlu
Berdasarkan penjelasan teori diatas dapat disimpulkan bahwa
daya beda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Kemampuan
tinggi maupun rendah dapat dilihat dari skor yang diperoleh.
3) Analisis Pengecoh / pola jawaban soal
Pola jawaban soal yang dimaksud disini yaitu distribusi testee
dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan
ganda (Arikunto, 2013: 233). Pola pilihan jawaban soal diperoleh
dengan menghitung banyaknya teste yang memilih pilihan jawaban
a,b,c atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun. Pola jawaban
soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai
dengan baik atau tidak.
Selanjutnya Purwanto (2016: 108) menjelaskan bahwa pengecoh
(distractor) dikenal juga dengan penyesat atau penggoda yaitu pilihan
jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh bukan
sekedar pelengkap pilihan. Pengecoh diadakan untuk menyesatkan
siswa agar tidak memilih kunci jawaban. Menurut Surapranata (2009:
43) bahwa pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes
yang berkemampuan tinggi. Pengecoh berfungsi efektif apabila
banyak dipilih oleh peserta tes yang berasal dari kelompok bawah,
sebaliknya apabila pengecoh itu lebih banyak dipilih oleh peserta tes
Pengecoh jawaban merupakan salah satu karakteristik dari suatu
tes. Tujuan utama pemasangan distraktor (pengecoh) pada suatu tes
pilihan ganda yaitu supaya dari sekian banyak testee (responden) yang
mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik atau terangsang untuk
memilihnya, sebab responden akan menyangka bahwa distraktor yang
dipilih merupakan jawaban yang sebenarnya (Sudijono, 2011: 410).
Pengecoh dapat dikatakan berfungsi baik apabila paling sedikit
dipilih oleh 5% peserta tes dan lebih banyak dipilih oleh kelompok
siswa yang kurang pandai (Kusaeri, 2014: 109). Apabila pengecoh
dipilih merata dapat dikatakan sangat baik. Namun, jika pengecoh itu
dipilih lebih banyak oleh kelompok atas dibanding bawah maka
pengecoh itu menyesatkan (Surapranata, 2009: 43).
Berdasarkan penjelasan para tokoh dapat disimpulkan bahwa
analisis pengecoh adalah opsi jawaban yang disediakan dalam soal
selain kunci jawaban untuk mengecoh siswa supaya tidak memilih
kunci jawaban.
3. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Mardapi (2008: 88) mengemukakan bahwa ada 8 tahapan yang harus
dilalui dalam mengembangkan tes hasil belajar yaitu
1) Menyusun spesifikasi tes
Langkah awal dalam proses mengembangkan tes adalah dengan
2) Menulis Tes
Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi.
3) Menelaah Soal Tes
Menelaah soal tes dilakukan untuk memperbaiki jika masih
ditemukan kekeliruan atau kesalahan.
4) Melakukan uji coba tes
Sebelum soal digunakan dalam tes yang sebenarnya perlu dilakukan
uji coba untuk memperbaiki kualitas soal.
5) Menganalisis butir soal
Analisis melitputi daya beda, tingkat kesukaran, dan efektifitasan
dari pengecoh.
6) Memperbaiki tes
Memperbaiki masing-masing soal yang ternyata masih ada
kekeliruan.
7) Merakit tes
Soal-soal yang dibuat disusun menjadi suatu kesatuan tes.
8) Melaksanakan tes
Tes dilaksanakan sesuai waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.
9) Menafsirkan hasil tes
Hasil tes yang berupa skor nilai, diklasifikasi mislanya menjadi
tertinggi, menengah dan rendah.
Purwanto (2016: 84) menyatakan tahapan pengembangan tes hasil belajar
1) Identifikasi hasil belajar
Mengidentifikasi dan menentukan mata peljaran serta kompetensi
dasar apa yang akar diukur, serta aspek-aspeknya (kognitif,
psikomotorik, atau afektif).
2) Deskripsi Materi
Informasi mengenai materi belajar yang akan digunakan untuk
mengukur hasil belajar.
3) Menulis butir-butir test dan kunci jawaban
Butir tes dibuat dengan berpedoman pada kisi-kisi yang telah
ditentukan sebelumnya. Kunci jawaban harus ditentukan dalam
spesifikasi tes hasil belajar supaya orang lain dapat mengikuti
perolehan hasil belajar responden dari jawaban yang dibuatnya.
4) Mengumpulkan data uji coba
Dilakukan dengan mengujikan instrumen uji coba tes hasil belajar
yang ditulis berdasarkan kisi-kisi.
5) Menguji kualitas tes.
Menguji kembali tes yang telah diujikan.
6) Melakukan kompilasi
Memilah-milah butir-butir soal yaitu soal yang baik tetap akan
digunakan dan yang jelek bisa diubah atau di hilangkan total.
Dari penjelasan para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa
,langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengembangkan sebuah
tes hasil belajar yaitu (1) mengidentifikasi hasil belajar dan aspek yang
membuat kisi-kisi, (4) membuat soal dan kunci jawaban, (5) menelaah
soal yang sudah dibuat, (6) melakukan uji coba tes , (7) menganalisis
kualitas soal, (8) memperbaiki tes, (9) menyusun kembali tes yang
lebih baik, (10) melakukan uji coba tes sesuai waktu yang ditentukan,
(11) menafsirkan hasil tes.
4. Matematika
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2008: 888) matematika
merupakan ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan. Selanjutnya Susanto (2013: 185) menjelaskan bahwa
matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat, serta memberikan
kontribusi dalam pemecahan masalah sehari-hari.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan suatu disiplin ilmu tentang bilangan serta bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir sehingga prosedur operasoional dalam
matematika dapat diterapkan pemecahan masalah.
5. Kompetensi Dasar
Hal ini diperjelas oleh Kusaeri (2014:30) kompetensi dasar adalah
tujuan pembelajaran yag memiliki cakupan luas. Selanjutnya Rusman
(2013: 6) menjelaskan bahwa kompetensi dasar adalah sejumlah
sebagai tindakan lebih lanjut dari indikator. Dari definisi tersebut bahwa
kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki dalam
rangka untuk mewujudkan tujuan pembelajaran pada suatu mata
pelajaran.
6. Operasi Hitung Campuran
Negoro (2010: 218) menjelaskan bahwa dalam matematika operasi
diartikan sebagai pengerjaan. Operasi yang dimaksud adalah operasi
hitung atau pengerjaan hitung.Pada dasarnya operasi hitung mencakup
empat pengerjaan dasar yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian.Menurut Wahyudin (2003:35) bahwa operasi hitung campuran
dalam matematika meliputi empat operasi hitung dasar, yaitu a) perkalian
merupakan penjumlahan berulang, b) pembagian merupakan pengurangan
yang berulang, c) penjumlahan merupakan operasi hitung untuk
mendapatkan bilangan bulat satu, dua atau lebih, dan d) pengurangan yaitu
operasi hitung untuk mendapat selisih antar dua bilangan atau lebih. Pada
dasarnya operasi hitung adalah bentuk operasi hitung bilangan, yang
teridiri lebih dari satu operasi hitung dasar.
Menurut Negoro (2010: 219) operasi hitung campuran memiliki tiga
sifat yaitu a) sifat komutatif (a+b = b + a / a x b = b x a), disebut juga sifat
pertukaran, dan digunakan dalam operasi hitung perkalian dan
penjumlahan, b) sifat Asosiatif ( a + b + c = a + (b+ c), merupakan sifat
pengelompokan bilangan. Sifat ini sama dengan sifat komutatif, yaitu
Distributif merupakan sifat penyebaran, dalam operasi hitung, sehingga
memudahkan dalam pengerjaan.
7. Taksonomi Bloom yang Direvisi
Taksonomi dapat diartikan sebagai kerangka pikir secara khusus
(Anderson dan Krathwohl, 2010: 6). Taksonomi bloom yang sudah di
revisi ini memiliki 2 dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan
(Anderson dan Krathwohl, 2010: 6). Untuk dimensi proses kognitif
berisikan enam kategori, diantaranya mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi dan mencipta.
Sedangkan dimensi pengetahuan berisi empat kategori yaitu faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif. Berdasarkan pendapat ahli
tersebut antara dimensi kognitif dan pengetahuan saling keterkaitan,
sehingga terbentuklah taksonomi Bloom yang sudah direvisi, berikut
tingkatan taksonomi Bloom yang telah direvisi :
a. Mengingat
Mengingat merupakan proses kognitif yang mengandung arti
mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang
(Anderson dan Krathwohl, 2010: 99). Pengetahuan yang dibutuhkan ini
dapat berupa pengetahuan factual, konseptual, procedural atau
metakognitif serba dapat juga kombinasi dari pengetahuan tersebut.
Proses mengingat ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu mengenali dan
Pada operasi hitung campuran ranah mengingat dapat
diidentifikasi dengan menentukan indikator yang menuntut siswa untuk
mengingat materi yang telah diberikan. Kata kerja yang tepat
digunakan untuk indikator ranah mengingat pada kompetensi dasar
operasi hitung campuran adalah menentukan tanda operasi hitung yang
tepat. Misalnya 5 + 4 : 2, dari operasi hitung tersebut siswa diminta
menentukan tanda operasi hitung yang tepat untuk digunakan terlebih
dahulu. Contoh soal tersebut adalah contoh soal yang mengukur ranah
mengingat.
b. Memahami
Proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan
ditekankan di sekolah adalah memahami (Anderson dan Krathwohl,
2010: 105). Proses memahami dapat diartikan sebagai mengkonstruksi
makna dari pesan pembelajaran yang disampaikan dalam pembelajaran.
Proses kognitif yang termasuk dalam kategori mamahami yaitu
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, meramalkan,
merangkum, menyimpulkan dan membandingkan. Kata kerja tersebut
dalam operasi hitung campuran dapat dicontohkan meramalkan
bilangan yang tepat untuk mengisi titik-titik. Contoh 7 x …+ 4 = 25.
Contoh soal tersebut adalah contoh soal yang mengukur ranah
c. Mengaplikasikan
Proses kognitif ini menggunakan prosedur tertentu untuk
mengerjakan suatu soal latihan atau menyelesaikan masalah (Anderson
dan Krathwohl, 2010: 116). Mengaplikasikan ini berkaitan dengan
pengetahuan prosedural. Soal latihan adalah salah satu contoh tugas
yang prosedur penyelesaiannya telah diketahui oleh siswa, sehingga
siswa menggunakan secara rutin. Kategori mengaplikasikan juga terdiri
dari dua proses kognitif yaitu mengeksekusi (ketika tugasnya hanya
soal latihan dan mengimplementasikan ketika tugasnya merupakan
masalah.
Kata kerja yang termasuk dalam ranah mengaplikasikan adalah
melakukan operasi hitung campuran, dengan diterapkan dalam contoh
permasalahan kehidupan sehari-hari. Contohnya terdapat soal ibu
membeli 10 buah apel dan dibagikan kepada kedua anaknya. Maka
berapa apel yang didapatkan setiap anak ibu. Contoh soal tersebut
adalah contoh soal yang mengukur ranah mengaplikasi.
d. Menganalisis
Menganalisis merupakan proses memecah materi jadi bagian kecil
dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap
bagian dan struktur keseluruhannya (Anderson & Krathwohl, 2010:
120). Menganalisis ini meliputi proses kognitif membedakan,
Kata kerja dalam ranah menganalisi