• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV sekolah dasar tahun pelajaran 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV sekolah dasar tahun pelajaran 2016 2017"

Copied!
259
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR 1.4 MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Tri Wahyu Swadani

NIM :131134104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR 1.4 MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Tri Wahyu Swadani

NIM :131134104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dapat peneliti selesaikan berkat andil, dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak dan tentunya atas izin dari Allah SWT. Maka dengan bangga peneliti persembahkan skripsi ini kepada :

1. Allah SWT yang telah melimpahkan anugrah dan ridho-Nya.

2. Kedua orang tua peneliti, Bapak Muhammad dan Ibu Siti Rochana, yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doanya, serta kedua kakak peneliti yang selalu memotivasi.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang selalu memotivasi dan memberi semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si. M. Pd., selaku dosen pembimbing II yang

selalu sabar memberikan masukan dan saran serta motivasi selama proses penyusunan skripsi.

5. Keluarga besar SD N Karangmloko 1 dan SD N Demangan, sebagai tempat peneliti melakukan penelitian, dan terimakasih atas kesempatan serta nasihat yang peneliti terima selama melakukan penelitian.

6. Teman-teman satu cluster skripsi “Pengembangan Tes Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar” Indri, Dessy, Duta dan teman-teman satu payung yang telah bekerjasama selama penyusunan skripsi.

(6)

v Motto

“Tidak ada keberuntungan yang datang seketika, segala sesuatu memiliki sebab.

Panen tidak terjadi tanpa cocok tanam, sebagaimana kesuksesan tidak akan ada

tanpa usaha

(Khalid Al Mushih)

“Jangan susahkan dirimu dengan banyak memikirkan masalah yang solusinya

tidak berada di tangan mu, karena Allah memiliki skenario yang indah

(Ustadz Musyaffa’ Ad Dariny Lc, M.A)

“Maka tetapkanlah kepercayaanmu bahwa sesungguhnya di sebalik kesukaran ada

kemudahan”

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Januari 2017

Peneliti

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma : Nama : Tri Wahyu Swadani

Nomor Mahasiswa : 131134104

Demi Pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 1.4 MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 10 Januari 2017 Yang Menyatakan,

(9)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR

MATEMATIKAKOMPETENSI DASAR 1.4 MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN UNTUKSISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Tri Wahyu Swadani

Universitas Sanata Dharma 2017

Latar belakang penelitian ini adalah adanya potensi dan masalah terkait penyusunan tes hasil belajar. Potensi yang ditemukan adalah guru mampu membuat tes hasil belajar, namun terkendala tidak adanya contoh tes hasil belajar yang baik. Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan dengan tujuan mengembangkan tes hasil belajar dan mendeskripsikan kualitas tes hasil belajar kompetensi dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

Penelitian ini menggunakan model penelitian pengembangan menurut

Borg and Gall, namun hanya menggunakan 7 langkah, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi desain,

Hasil penelitian dan pengembangan ini berupa (1) langkah-langkah penelitian dan pengembangan yaitu 7 langkah, yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi desain, (2) Analisis kualitas tes hasil belajar diperoleh hasil (a) Total soal valid dari penelitian ini yaitu 46atau 76,6% soal valid dan dari 60 soal, (b) soal reliabel dan termasuk kategori sangat tinggi, (c) Analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 4,34% mudah, 91,3% sedang, dan 4,34% sulit, (d) analisis daya beda diperoleh hasil 45 soal atau 97,8% kategori sangat baik dan 1 soal atau 2,17% dalam kategori cukup baik, (e) analisis pengecoh diperoleh hasil 11atau 23, 9 % soal memiliki pengecoh kurang baik dan telah diperbaiki.

(10)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MATEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT BASIC COMPENTENCE 1.4 DO THE COMBINE OPERATION ARITHMETIC FOR FORTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY

SCHOOL LESSONS YEAR 2016 / 2017

Tri Wahyu Swadani Universitas Sanata Dharma

2017

The background of this research is potential and problemare related arrangedthe results of the test. The potential found are a teachers must make a test of but the problem is there are nor found the good example of the test result. This research is a research and development which purposed to develop test result and described the quality of test result basic competence 1.4. doing combine operation arithmetic for forth elementary school in 2016/2017.

This research isused model of development research by Borg and Gall , but only use seven step of ten step, which are (1) the potential and problem, (2) collecting the data, (3) design product, (4) design validation, (5) design revision, ( 6 ) trial products, ( 7 ) design revision.

The results of research and development are(1) step of research and development (a) the potential and problem, (b) collecting the data, (c) design product, (d) design validation, (e) design revision, ( f ) trial products, ( g ) design revision) and (2) analysis result from 60 question showed(a) the total of valid quetion of the resultare 46or 76,6% from 60 quetion. (b) the question are reliable and include very high categories, (c) analysis of the difficulties result of 4,34% of easy, 91,3% medium, and 4,34% difficult, (d) Analysis of the distinguishing result is 45 qustions or 97,8% include very good categories and 1 question or 2,17% include enough categories (e) analysis of distruction result 11 questions did not work and had revision

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan anugrahNya penelitidapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 1.4 MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017” disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Penelitimenyadari bahwa selama proses penyusunan tugas akhir ini tidak luput dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu penelitiucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. dan Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si., M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah mendampingi dan membantu proses penyusunan skripsi.

5. Bapak I.N.A, selaku ahli matematika yang telah memberikan masukan dan saran sehingga produk penelitian ini menjadi lebih baik.

6. Wali Kelas IV dan guru matematika kelas IV SD N Karangmloko 1 yang telah membantu peneliti dalam mempersiapkan produk hingga pengujian. 7. Wali kelas IVA SD N Demangan yang telah memberikan saran dalam peneliti

menyusun sampai menjadi produk yang lebih baik.

8. Kepala Sekolah SD N Karangmloko 1yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

9. Kepala sekolah SD Negeri Demangan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

(12)

xi

11.Kedua kakak peneliti yang selalu memotivasi.

12.Temanku Khatarina Sesilia Riberu yang menemani selama proses penelitian. 13.Teman-teman cluster dan payung skripsi tes hasil belajar yang telah

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Batasan Istilah ... 7

G. Spesifikasi Produk ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Tes Hasil Belajar ... 9

a. Definisi Tes Hasil Belajar ... 9

b. Jenis Tes ... 11

c. Tes Pilihan Ganda ... 17

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 20

(14)

xiii

b. Reliabilitas ... 24

c. Karakteristik Butir Soal... 26

1) Tingkat Kesukaran ... 26

2) Daya Beda ... 28

3) Analisis Pengecoh ... 30

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 31

4. Matematika ... 34

5. Kompetensi Dasar ... 34

6. Operasi Hitung Campuran ... 35

7. Taksonomi Bloom yang Direvisi ... 36

B. Penelitian yang Relevan ... 40

C. Kerangka Berfikir ... 43

D. Pertanyaan Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Setting Penelitian ... 50

1. Tempat Penelitian ... 50

2. Waktu Penelitian ... 51

3. Subjek Penelitian... 51

4. Objek Penelitian ... 51

C. Prosedur Pengembangan ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 54

1. Non Tes ... 54

a. Wawancara ... 54

b. Kuesioner ... 56

2. Tes ... 56

E. Instrumen Penelitian ... 57

1. Data Kualitatif ... 57

a. Wawancara ... 57

b. Kuesioner ... 58

2. Data Kuantitatif (Tes) ... 59

(15)

xiv

1. Analisis Data Kualitatif ... 62

2. Analisis Data Kuantitatif ... 62

a. Validitas ... 64

b. Reliabilitas ... 66

c. Tingkat kesukaran... 68

d. Daya beda ... 70

e. Analisis pengecoh ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A.Hasil Penelitian ... 73

1. Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 73

2. Kualitas Tes Hasil Belajar ... 78

a. Validitas ... 77

b. Reliabilitas ... 80

c. Tingkat kesukaran... 81

d. Daya beda ... 84

e. Analisis pengecoh ... 87

B.Pembahasan ... 90

1. Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 90

2. Kualitas Tes Hasil Belajar ... 97

a. Validitas ... 97

b. Reliabilitas ... 99

c. Tingkat kesukaran... 100

d. Daya beda ... 102

e. Analisis pengecoh ... 104

3. Produk Akhir ... 108

a. Kualitas soal produk cetak ... 108

b. Spesifikasi Produk Cetak ... 109

BAB V PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Keterbatasan Pengembangan ... 111

C. Saran ... 112

DAFTAR REFERENSI ... 113

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara ... 58

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Ahli ... 58

Tabel 3.3 Indikator Tes Hasil Belajar ... 60

Tabel 3.4 Kriteria Soal Skala Empat... 63

Tabel 3.5 Kategori Tingkat Validitas Tes ... 65

Tabel 3.6 Kategori Tingkat Reliabilitas Tes ... 68

Tabel 3.7 Indeks Tingkat Kesukaran ... 69

Tabel 3.8 Indeks Daya Beda dan Kualitas Butir Soal ... 71

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli ... 75

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 78

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 79

Tabel 4.4 Hasil Uji Tingkat Kesuakran Soal Tipe A ... 81

Tabel 4.5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 82

Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Beda Soal Tipe A ... 84

Tabel 4.7 Hasil Uji Daya Beda Soal Tipe B ... 85

Tabel 4.8 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe A ... 87

Tabel 4.9 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe B ... 88

Tabel 4.10 Analisis Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 97

Tabel 4.11 Analisis Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 98

Tabel 4.12 Analisis Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 100

Tabel 4.13 Analisis Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B... 101

Tabel 4.14 Analisis Hasil Uji Daya Beda dan Kualitas Butir Soal Tipe A... 102

Tabel 4.15 Analisis Hasil Uji Daya Beda dan Kualitas Butir Soal Tipe B ... 103

Tabel 4.16 Analisis Hasil Uji Pengecoh Jawaban Soal Tipe A ... 105

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 117

Lampiran 2 Tabel Spesifikasi Produk ... 126

Lampiran 3 Hasil Kuesioner Validasi Ahli Matematika 1 (Dosen)... 167

Lampiran 4 Hasil Kuesioner Validasi Ahli Matematika 2 (Guru pertama) . 172 Lampiran 5 Hasil Kuesioner Validasi Ahli Matematika 3 (Guru kedua) .... 177

Lampiran 6 Hasil Kuesioner Validasi Ahli Matematika 4 (Guru ketiga) .... 182

Lampiran 7 Rekapitulasi hasil validasi ahli ... 187

Lampiran 8 Soal Tipe A ... 189

Lampiran 9 Soal Tipe B ... 193

Lampiran 10 Hasil Perhitungan Soal Tipe A dengan Aplikasi TAP ... 201

Lampiran 11 Hasil Perhitungan Soal Tipe B dengan Aplikasi TAP ... 205

Lampiran 12a. Tabel Pengelompokan produk soal ... 209

Lampiran 12b. Produk Soal ... 213

Lampiran 12c. Pembenaran option jawaban ... 215

Lampiran 13 Jawaban Seluruh Siswa Soal Tipe A ... 216

Lampiran 14 Jawaban Seluruh Siswa Soal Tipe B ... 218

Lampiran 15 Presensi Kehadiran Siswa ... 220

Lampiran 16 Surat Pengantar Penelitian ... 226

Lampiran 17 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 228

Lampiran 18 Foto Pelaksanaan Validasi Lapangan ... 230

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tujuh hal bagian pendahuluan. Ketujuh hal yang

diuraikan dalam bagian pendahuluan adalah latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi

produk, dan batasan istilah

A. Latar Belakang

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional tersebut yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Kualitaspendidikan nasional harus diakui masih berada di

bawahNegara-negara berkembang yang ada di dunia. Hal ini diketahui dari Laporan

Monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO tahun 2005

posisi Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang di asia

pasifik. Selain itu salah satu lembaga konsultan dari Hongkong yang bernama

The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) menyatakan kualitas

pendidikan di Indonesia sangat rendah diantara 12 negara, Asia yang diteliti,

(20)

Kualitas pendidikan nasional dapat dilihat dari mutu pembelajaranyang

dilakukan oleh guru. Guru merupakan tokoh sentral dalam pendidikan. Peran

guru sangat dominan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Pada hakikatnya guru memiliki tugas yang telah terstruktur sebagai upaya

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini sebagaimana diatur

dalam pasal 39 Undang-undang No 20 Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa

tugas guru yaitu merencanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan bimbingan, penelitian, pelatihan, dan melakukan pengabdian

masyarakat. Tugas guru dapat dilakukan dengan baik, jika guru memiliki

kemampuan dasar dalam melaksanakannya. Guru sebagai tenaga pendidik

profesional harus mempunyai empat kompetensi dasar sesuai dengan

peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia tentang Standar

Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru No 16 Tahun 2007 salah satunya

adalah kompetensi pedagogik. Salah satu tugas guru dalam kompetensi

pedagogik yaitu melakukan evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar inilah

nantinya dijadikan sebagai acuan untuk mengukur kualitas pendidikan

secara nasional. Evaluasi menurut Purwanto (2016: 1) yaitu pengambilan

keputusan berdasarkan hasil dari pengukuran. Pengukuran yang dilakukan

dalam sebuah evaluasi hasil belajar adalah mengukur hasil belajar yang

meliputi taraf kognitif, afektif, dan psikmotor (Sudjana, 2016: 3).

Kategori pada proses kognitif terdiri dari 6 ranah kognitif, yang meliputi :

mengingat, memahami, mengaplikasikan/menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi/menilai, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 43).

(21)

mengembangkan indikator dan tujuan pembelajaran, serta mengklasifikasikan

hasil belajar siswa (Miller dalam Endrayanto, 2014: 33).

Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mempelajari materi

pembelajaran pada setiap mata pelajaran serta tercakup dalam tujuan

sekolah. Sedangkan tujuan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

Negara adalah untuk mengembangkan potensi siswa (Muslich, 2007: 2).

Pengembangan potensi dari setiap siswa tidak hanya aspek kognitif saja tetapi

juga pada aspek afektif dan psikomotor. Pengembangan potensi siswa terlihat

pada kemampuan lulusan jenjang pendidikan tertentu. Kemampuan lulusan

atau kompetensi lulusan merupakan kemampuan untuk melakukan tugas atau

pekerjaan tertentu (Muslich, 2007: 21). Kemampuan lulusan ini nantinya

dijadikan acuan kualitas pendidikan nasional. Kualitas pendidikan dapat

dikatakan baik jika kemampuan lulusannya baik begitu juga sebaliknya.

Kualitas pendidikan dapat meningkat dengan dilakukannya peningkatan

kualitas pembelajaran dan kualitas penilaian. Kualitas pembelajaran dapat

diketahui setelah dilakukan evaluasi. Alat untuk melakukan evaluasi dapat

dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik non tes dan teknik tes (Arikunto,

2013: 39). Arikunto (2013: 67) mengemukakan bahwa tes adalah alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui sesuatu dalam suasana, dengan

cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Pernyataan tersebut

mengindikasikan bahwa dalam penyusunan tes guru hendaknya

memperhatikan aturan pembuatan tes. Purwanto (2016: 114) mengemukakan

bahwa sebuah tes hasil belajar sebagai alat ukur yang baik, harus memiliki dua

(22)

harus memiliki karakteristik yang baik. Widoyoko (2014: 131) menyebutkan

bahwa karakteristik butir soal mencakup taraf kesukaran, daya pembeda, serta

analisis pengecoh, sebagai syarat tes dapat dikatakan baik.

Dalam penyusunan sebuah tes, khususnya tes hasil belajar matematika

dibutuhkan kemampuan khusus yang harus dimiliki guru, supaya tes yang

disusun tidak menyimpang dari kaidah penulisan dan dapat digunakan untuk

melihat kemampuan siswa yang sebenarnya. Protoype yang telah teruji dapat

dimanfaatkan untuk membantu guru dalam menyusun sebuah tes yang baik.

Peneliti telah melakukan wawancara pada tanggal 20 Juli 2016 kepada

wali kelas dan guru Matematika kelas IV SD N Karangmloko 1. Guru

menggunakan tes untuk melihat kemampuan siswa mengenai materi tertentu.

Tes evaluasi dilakukan setelah satu kompetensi dasar selesai dibahas dalam

kelas. Dalam pembuatan soal guru menekankan pada kemampuan

menganalisis siswa. Guru telah mengetahui bahwa soal yang baik harus teruji

validitas dan reliabilitasnya, namun karena keterbatasan waktu tidak

dilakukan. Soal yang digunakan untuk evaluasi diambil dari LKS atau

internet. atau Internet.

Dari wawancara ini diperoleh informasi bahwa guru membutuhkan

membutuhkan prototype tes yang sudah valid dan reliabel untuk dijadikan

acuan dalam membuat soal-soal evaluasi terlebih soal dengan tipe pilihan

ganda. Soal pilihan ganda yang telah teruji akan membantu guru dalam

membuat variasi soal evaluasi. Guru mengalami kesulitan membuat variasi

(23)

Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, maka peneliti terdorong untuk

melakukan pengembangan penelitian pengembangan yang berjudul

“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 1.4

Melakukan Operasi Hitung Campuran Untuk Kelas IV Sekolah Dasar Tahun

Pelajaran 2016/2017”

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah yaitu :

1. Alat ukur yang dikembangkan hanya mengukur ranah kognitif.

2. Alat ukur hanya untuk mata pelajaran matematika pada kompetensi dasar

1.4. melakukan operasi hitung campuran siswa kelas IV SD.

3. Materi yang digunakan adalah operasi hitung campuran kelas IV SD.

4. Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan empat option

jawaban.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar matematika Kompetensi

Dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV SD ?

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika Kompetensi Dasar

(24)

D. Tujuan Penelitian

1. Memaparkan langkah-langkah dalam mengembangkan tes hasil belajar

matematika Kompetensi Dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran

untuk siswa kelas IV SD.

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika Kompetensi

Dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV SD.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat menjadi referensi dan

pengetahuan serta wawasan dalam membuat soal tes hasil belajar yang

baik, yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan kognitif

masing-masing siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman

baru terkait sistematika pembuatan soal yang valid dan reliabel.

Penelitian ini menjadi melatih kemampuan peneliti dalam menganalisi

kualitas suatu tes hasil belajar.

b. Bagi guru

Dengan adanya penelitian pengembangan tes hasil belajar ini,

diharapkan guru dapat menjadikan referensi dalam membuat soal tes

(25)

yang sudah teruji sehingga dapat digunakan untuk melihat

kemampuan kognitif siswa.

c. Bagi siswa

Dengan adanya tes hasil belajar ini, siswa dapat mencoba atau

berlatih mengerjakan soal yang sudah teruji, untuk mengasah

pengetahuan dan kemampuan dalam mengerjakan soal tes.

F. Batasan Istilah

Berikut ini merupakan batasan istilah dan diuraikan sebagai berikut

1. Pengembangan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas dan

kemampuan seseorang maupun fungsi dari suatu alat.

2. Tes hasil belajar yaitu sebauh alat ukur yang menguji kemampuan siswa

setelah melakukan usaha untuk merubah perilaku siswa tersebut.

3. Matematika adalah suatu disiplin ilmu tentang bilangan serta bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan berpikir sehingga prosedur operasional

dalam matematika dapat diterapkan pemecahan masalah.

4. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki dalam

rangka untuk mewujudkan tujuan pembelajaran pada suatu mata pelajaran.

5. Operasi hitung campuran adalah bentuk operasi hitung bilangan, yang

terdiri lebih dari satu operasi hitung dasar.

G. Spesifikasi Produk

1. Instrumen soal tes hasil belajar berupa soal dengan Kompetensi Dasar 1.4

(26)

2. Instrumen soal tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dilengkapi

dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, soal, pilihan

jawaban, kunci jawaban, ranah kognitif (Mengingat, memahami,

mengaplikasi, menganalisis, menilai, dan mencipta) yang diukur dan

tingkat kesukaran.

3. Instrumen soal tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan empat

pilihan jawaban.

4. Instrumen soal pilihan ganda diuji validitas isi melalui validasi ahli (1

Ahli/dosen matematika dan 3 Guru ahli matematika kelas IV).

5. Instrumen soal pilihan ganda valid dengan r hitung melebihi atau sama dengan r tabel(rhitung ≥ rtabel)

6. Instrumen soal pilihan ganda reliabel dengan kategori sangat tinggi.

7. Instrumen soal pilihan ganda memiliki tingkat kesukaran dengan proporsi

25 % soal mudah, 50 % soal sedang, dan 25 % soal sulit.

8. Instrumen soal pilihan ganda memiliki daya beda dengan kategori baik

dan kategori sangat baik.

9. Instrumen soal pilihan ganda memiliki analisis pengecoh apabila dipilih

oleh minimal 5 % (0, 05) responden atau peserta tes.

10.Instrumen soal pilihan ganda disusun dengan menggunakan Bahasa

Indonesia serta telah memperhatikan tata aturan penulisan yang benar

sesuai dengan aturan EYD (penggunaan huruf kapital, tanda baca, kata

(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II merupakan landasan teori dari penelitian ini. Pada bab II ini berisi

kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan daftar pertanyaan

penelitian.

A. Kajian Teori

1. Tes Hasil Belajar

a. Definisi Tes Hasil Belajar

Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk

tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data

tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan

dengan yang dicapai kawan-kawannya atau nilai standar yang

ditetapkan (Nurkancana dalam Suwandi, 2010: 39). Sedangkan Jihad

(2012: 67) menuturkan bahwa tes merupakan himpunan pertanyaan

yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus

dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes pada dasarnya digunakan untuk

mengukur sejauh mana kemampuan seorang siswa dalam menguasai

pelajaran yang telah disampaikan.

Lebih lanjut Mardapi (2008: 67) menjelaskan bahwa tes adalah

sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Tes

dapat diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan

tanggapan, dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan orang

(28)

hasil tes dapat digunakan untuk memantau perkembangan mutu

pendidikan.

Suprananto (2012: 6) mengemukakan bahwa tes adalah alat ukur

berbentuk satu set pertanyaan untuk mengukur sampel tingkah laku dari

orang yang dites. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

tes adalah alat ukur yang memiliki jawaban benar atau salah dapat

digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman seseorang yang

dikemas dalam bentuk soal, yang mana soal itu harus diselesaikan oleh

orang yang dites.

Sudjana (2016: 3) pengertian hasil belajar yaitu perubahan tingkah

laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selanjutnya menurut

Muslich (2007:3 8) Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki

peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Sedangkan,

hasil belajar menurut Purwanto (2016: 44-45) tes hasil belajar berasal

dari kata “hasil” dan “belajar”. Kata hasil mengandung arti suatu

perolehan yang merupakan akibat dari dilakukannya suatu aktifitas

tertentu.

Belajar dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan seseorang

agar terjadi perubahan perilaku pada orang yang bersangkutan. Hasil

belajar menurut arti perubahan yang terjadi baik dalam sikap dan

tingkah laku sebagai dampak dari suatu kegiatan atau aktifitas yang

(29)

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mendapat

pengalaman belajar dari kegiatan belajar mengajar.

Purwanto (2016: 56) bahwa tes hasil belajar yaitu salah satu alat

ukur yang mengukur kemampuan maksimal seseorang (dalam hal ini

siswa). Selanjutnya Purwanto (2016: 66) menjelaskan bahwa tes hasil

belajar atau THB merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur

penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau

dipelajari siswa. Sedangkan, menurut Sudijono (2011: 93) tes hasil

belajar adalah alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

tes hasil belajar yaitu sebuah alat ukur yang menguji kemampuan siswa

setelah melakukan usaha untuk merubah perilaku siswa tersebut.

b. Jenis-Jenis Tes

Suwandi (2010: 40) menjelaskan bahwa tes bermacam-macam

jenisnya, antara lain yaitu bentuk tes secara umum (tes berdasarkan

individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, dan penyusun tes), tes

pengukur keberhasilan, dan bentuk tes berdasarkan pertanyaanya.

1) Bentuk tes secara umum

a) Tes menurut Individu yang dites

Tes ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes individual dan

tes kelompok. Tes individual terjadi jika pada saat pelaksanaan

kegiatan guru hanya menghadapi seorang siswa. Tes kelompok

terjadi jika guru menghadapi sejumlah siswa, misalnya satu

(30)

b) Jenis tes menurut jawaban yang dikehendaki

Tes ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes perbuatan

dan tes verbal. Tes perbuatan adalah tes yang menuntut respon

siswa yang berupa tingkak laku. Sedangkan tes verbal

menghendaki jawaban siswa berupa tingkah laku verbal,

seperti jawaban yang berbentuk kata-kata atau bahasa.

c) Jenis tes menurut penyusunnya

Tes ini dibedakan menjadi tes buatan guru dan tes

standar. Tes buatan guru artinya guru kelas membuat tes untuk

kelasnya sendiri. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan setelah

berlangsungnya proses pengajaran (Suwandi, 2010:41).

Sedangkan tes standar yaitu tes yang sudah distandarkan dan

digunakan oleh semua sekolah. Tes ini memungkinkan siswa

mengerjakan soal yang sama, petunjuk yang sama serta dalam

durasi waktu yang sama pula (Suwandi, 2010: 43).

2) Bentuk Tes Pengukur Keberhasilan atau Tes Hasil Belajar

Purwanto (2016: 67) membagi tes hasil belajar menjadi

empat.yaitu :

a) Tes formatif

Tes ini dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk

mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah

mengikuti proses belajar mengajar. Setiap program atau pokok

(31)

sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tes

formatif dalam praktik pembelajaran kesehariannya dikenal

sebagai ulangan harian.

Tes formatif menurut Sulityorini (2009: 89-90)

mempunyai manfaat, baik bagi siswa maupun guru atau

program itu sendiri. Manfaat bagi siswa diantaranya dapat

digunakan untuk mengetahui penguasaan materi siswa,

pendalaman materi, dan untuk mengetahui hambatan yang

dialami siswa. Sedangkan manfaat bagi guru yaitu sejauh

mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa,

dan mengetahui materi yang belum dikuasai oleh siswa .

b) Tes Sumatif

Tes sumatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan

untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi

yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti ujian

akhir semester atau catur wulan, tergantung satuan waktu yang

digunakan (Purwanto, 2016: 68).

Sulistyorini (2009: 90) menjelaskan bahwa tes sumatif

pada dasarnya bermanfaat untuk menentukan nilai akhir siswa.

Penentuan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti

kelompok dalam menerima program berikutnya, serta untuk

(32)

c) Tes Diagnostik

Tes diagnostik yaitu tes yang digunakan untuk

mengidentifikasi siswa yang mengalami masalah dan

menelusuri jenis masalah yang dihadapi (Purwanto, 2016: 69).

Tes diagnostik menurut Sulistyorini (2009: 91) mempunyai

manfaat yaitu dapat digunakan untuk mengetahui hambatan

yang dialami siswa dalam mengikuti suatu program. Hambatan

yang sudah diketahui itu kemudian dilakukan analisis sehingga

dapat teratasi.

d) Tes Penempatan

Tes penempatan merupakan pengumpulan data tes hasil

belajar yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam

kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya (Purwanto,

2016: 69). Pengelompokan ini dilakukan supaya pemberian

layanan pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan minat dan

bakat siswa.

3) Bentuk Tes berdasarkan pertanyaannya

Sulistyorini (2009: 89) membagi tes berdasarkan pertanyaannya

menjadi dua, yaitu :

a) Subyektif test/ tes esai

Tes yang terdiri dari soal yang jawabannya berbentuk uraian

yang relatif panjang. Menurut Arikunto (2013: 177) tes

subjektif merupakan tes yang pada umumnya berbentuk esai

(33)

bahwa tes subjektif adalah tes yang menghendaki jawaban

berupa uraian dan menuntut peserta tes untuk memberikan

penjelasan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tes

subjektif atau esai yaitu tes dengan pertanyaan-pertanyaan yang

menuntut siswa untuk menjawab menggunakan kalimat sendiri

sesuai pengetahuannya.

b) Obyektif / short answer test

Tes yang terdiri dari soal-soal yang dapat dijawab

dengan memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan. Tes

objektif adalah tes dimana keseluruhan informasi yang

diperlukan untuk menjawab telah tersedia (Purwanto, 2016:

72). Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang

harus dipilih atau dikerjakan oleh siswa. Selanjutnya Suwandi

(2010: 48) menjelaskan bahwa tes objektif dapat disebut juga

tes jawab singkat. Tes ini menuntut siswa hanya dengan

memberikan jawaban singkat bahkan hanya dengan memilih

kode-kode tertentu yang mewakili alternatif jawaban yang telah

disediakan.

Sulistyorini (2009: 102) menjelaskan bahwa tes obyektif

dapat dibagi menjadi 4, yaitu (1) Tes benar-salah/true false

(Soal-soal pada tes ini berupa pernyataan-pernyataan

(statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang

(34)

masing-masing pernyataan itu dengan melingkari atau

memberi tanda silang pada huruf B jika pernyataan itu dinilai

benar, dan pada huruf S jika pernyataan itu dinilai

salah.Kelebihan tes benar salah yaitu dapat mencakup bahan

yang luas, mudah menyusunnya, dapat digunakan berkali-kali,

dapat dilihat secara cepat, dan petunjuk mengerjakannya

mudah dimengerti.

Kekurangan tes benar salah yaitu sering membingungkan

dan mudah ditebak, (2) Tes pilihan ganda/Multiple choice test

terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu

pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya

harus memilih satu dari beberapa kemungkinana jawaban yang

telah disediakan (Sulistyorini, 2009: 105). Sedangkan menurut

Suwandi (2010: 49) tes pilihan ganda dapat digunakan untuk

menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan

cakupan materi yang luas. (3) Tes menjodohkan/Matching test

terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.

Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam

seri jawaban (Sulistyorini, 2009: 107). Selanjutnya Jihad

(2012: 164) menjelaskan bahwa tes ini berbentuk soal

menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis,

suatu daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk

menjodokan masing-masing premis itu dengan satu

(35)

(4) Tes Isian / Completion tes biasa disebut dengan

istilah tes isian, tes isian menyempurnakan atau tes

melengkapi.Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada

bagian-bagiannya yang dihilangkan (Sulistyorini, 2009: 109).

Dari berbagai macam jenis tes, tes pilihan gandalah yang

dapat digunakan untuk menilai kemampuan memahami dengan

cakupan materi yang luas (Suwandi, 2010: 49).

c. Tes Pilihan Ganda

Mardapi (2008: 71) menyatakan bahwa tes pilihan ganda adalah

tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif

jawaban yang telah disediakan. Selanjutnya Widoyoko (2014: 100)

menjelaskan bahwa soal pilihan ganda adalah soal dimana setiap butir

soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari dua. Sedangkan

Sudjana (2016: 48) menyatakan bahwa soal pilihan ganda yaitu

bentuk tes yang mempunyai satu jawaban benar atau paling tepat.

Pemaparan beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa tes

pilihan ganda yaitu tes yang berupa pertanyaan dengan beberapa opsi

jawaban namun hanya ada satu jawaban yang paling benar.

1) Kaidah Penulisan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Tata cara penulisan tes pilihan ganda menurut Mardapi (2008: 72)

yaitu :

a) Pokok soal harus jelas.

b) Pilihan jawaban yang homogen.

(36)

d) Hindari pilihan jawaban semua benar semua salah.

e) Pilihan jawaban angka diurutkan.

f) Semua pilihan jawaban logis.

g) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tahap perkembangan

peserta test.

h) Letak pilihan jawaban benar diletakan secara acak.

Pendapat lain mengenai kaidah penulisan teks disebutkan oleh

Suprananto (2012: 108) kaidah yang harus digunakan agar tes yang

disusun bermutu yaitu

a) Soal harus sesuai dengan indikator.

b) Pilihan jawaban harus logis dan homogen.

c) Setiap soal harus mempunyai jawaban yang benar atau paling

benar.

d) Pokok soal harus dirumuskan dengan jelas.

e) Pokok soal tidak menunjuk ke jawaban yang benar.

f) Panjang kalimat jawaban harus sama.

Dari keterangan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur

pembuatan tes pilihan ganda yang baik dan benar yaitu meliputi

a) Soal sesuai dengan indikator.

b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis.

c) Soal hanya memiliki satu jawaban benar.

d) Pilihan jawaban diurutkan.

e) Soal jangan menunjukan ke arah jawaban.

(37)

g) Letak pilihan jawaban benar ditentukan acak.

h) Panjang kalimat jawaban harus sama.

2) Kelebihan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda.

Kelebihan soal pilihan ganda menurut Sudjana (2016: 49) yaitu

a) Materi yang diujikan dapat mencakup semua materi yang telah

diajarkan.

b) Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan cepat dan mudah.

c) Penilaiannya bersifat objektif

Sedangkan Suprananto (2012: 108) menyatakan bahwa kelebihan

tes pilihan ganda yaitu

a) Tes pilihan ganda mampu mengukur kemampuan siswa dari

seluruh aspek.

b) Penskoran mudah, cepat dan objektif.

c) Cocok untuk ujian peserta dengan jumlah banyak

Pernyataan ketiga tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa

kelebihan tes pilihan ganda yaitu fleksibel dalam implementasiannya,

cepat dan mudah penskorannya serta cocok digunakan pada tes

dengan jumlah peserta tes yang banyak.

3) Kekurangan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Kekurangan dari tes pilihan ganda menurut Sudjana (2016: 49) yaitu

a) kemungkinan siswa menebak jawaban masih besar.

b) Proses berpikir siswa kurang dapat terlihat.

Lebih lanjut Sukardi (2008: 126) menjelaskan bahwa tes pilihan ganda

(38)

a) Proses pembuatannya memerlukan waktu yang lama.

b) Pilihan ganda tidak disukai semua guru.

c) Kurang mengukur pemahaman siswa mengenai materi.

d) Memberikan peluang siswa menerka jawaban.

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar a. Validitas

1) Pengertian Validitas

Purwanto (2016: 114) menjelaskan bahwa validitas adalah

derajad sejauh mana tes mengukur apa yang akan diukur.

Pengertian validitas selanjutnya diperkuat oleh Subali (2012: 107)

yang menyatakan bahwa suatu alat ukur dinyatakan sahih (Valid),

jika alat ukur tersebut benar-benar mampu memberikan informasi

empirik sesuai dengan apa yang diukur. Selanjutnya Suwandi

(2010: 53) menjelaskan bahwa kriteria kesahihan alat tes tidak

cukup dipecahkan dengan mencari kesejajaran antara alat tes

dengan bahan dan tujuan.

Dari pendapat ketiga tokoh dapat disimpulkan bahwa

validitas yaitu ketepatan dan kesahihan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya.

2) Tujuan Validitas

Tujuan validitas soal adalah untuk menentukan dapat

(39)

yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok

itu (Surapranata, 2009: 60).

3) Bentuk-bentuk Validitas

Dalam Surapranata (2009: 50) dijelaskan bahwa pada tahun

1954 The American Psychological Association (AP) melalui

Technical Reommendation For Psychological Test and Diagnostic

Techniques mengemukakan empat pendekatanyang sering

digunakan untuk menentukan validitas yaitu :

a) Validitas isi (content validity)

Mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid

apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur

(Surapranata, 2009: 50). Sedangkan menurut Widoyoko (2014:

173) bahwa tes dikatakan memiliki validitas isi jika dapat

mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta indikator

dan materi pembelajaran.

b) Validitas Konstruk / konstrak (Construct Validity)

Menurut Widoyoko (2014: 175) validitas konstruk

mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur

konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan

instrumen.Selanjutnya Surapranata (2009: 53) menjelaskan

bahwa validitas konstruk mengandung arti dimana alat ukur

dikatakan valid apabila telah cocok dengan dengan konstruksi

(40)

c) Validitas Prediktif / ramalan

Kevalidan suatu alat tes diukur dengan jenis kesahihan

ramalan/prediksi baru dapat dilakukan pada masa mendatang

setelah jangka waktu tertentu (Suwandi,2010: 56).

Selanjutnya Surapranata (2009: 54) menjelaskan bahwa

validitas prediksi/ramalan menunjukan pada hubungan antara

tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan

terjadi diwaktu mendatang. Sebuah tes dikatakan memiliki

validitas prediksi atau ramalan apabila mempunyai

kemampuan untuk memprediksi apa yang akan terjadi dimasa

yang akan datang.

d) Validitas Kongkuren (Concurrent Validity)

Validitas ini merujuk pada hubungan antara tes skor

dengan yang dicapai dengan keadaan sekarang

(Surapranata, 2009: 55).Validitas ini juga dikenal dengan

validitas empiris. Suwandi (2009:54) menyatakan bahwa

validitas atau kesahihan kongkuren ini menunjuk pada

pengertian apakah tingkat kemampuan sesorang pada suatu

bidang yang diteskan mencerminkan atau sesuai dengan

skor (skor) bidang lain yang mempunyai perbedaan

karakteristik.

(41)

Kusaeri (2014:52) menjelaskan bahwa sejumlah faktor

yang memengaruhi validitas yaitu a) karakteristik dan kondisi

siswa.Kondisi fisik dan psikologis mempengaruhi siswa saat

melaksanakan tes (kecemasan tinggi, sakit, lapar, dan motivasi

mengerjakan rendah), b) pelaksanaan dan prosedur penilaian.

Prosedur penilaian atau penskoran yang menyimpang dari

ketentuan akan mempengaruhi validitas, waktu pelaksanaan yang

tidak mencukupi, c) cara guru menyampaikan materi yang

diujikan. Ketika siswa terbiasa dengan mengerjakan secara

terbimbing oleh guru, namun ketika mengerjakan tes secara

individu maka akan mempengaruhi validitas. Sedangkan menurut

Suprananto (2012: 76) bahwa validitas suatu tes dipengaruhi oleh

berbagai faktor yaitu karakteristik peserta tes, pelaksanaan tes dan

prosedur tes, serta proses pembelajaran.

Dari definisi yang telah dijelaskan dapat disimpulkan

bahwa validitas yaitu ketepatan dan kesahihan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui suatu tes dapat digunakan untuk melihat

perbedaan kemampuan dari peserta tes. Validitas suatu tes

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karkateristik peserta

tes, waktu pelaksanaan, prosedur penyekoran, dan cara guru

(42)

b. Reliabilitas

Widoyoko (2014: 188) menjelaskan bahwa Reliabilitas dalam

bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa inggris,

yang berasal dari kata reliable artinya dapat dipercaya. Suatu

instrument tes dikatakan dapat dipercaya (reliablel) jika memberikan

hasil yang tetap atau konsisten jika diujikan berkali-kali pada siswa

yang sama.

Selanjutnya Surapranata (2009: 5) menjelaskan bahwa konsep

reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan eror

dalam pengambilan sampel, yang mengacu pada inkonsistensi hasil

ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu

yang berbeda. Selanjutnya Arifin (2009: 258) menjelaskan bahwa

reliabilitas yaitu tingkat atau derajat inkonsistensi dari suatu instrumen.

Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran yang dilakukan

dengan menggunakan tes tersebut secara berulang-ulang terhadap

subyekyang sama, senantiasa menunjukan hasil yang tetap sama atau

sifatnya stabil (Sudijono, 2011: 95 ).

Dari pendapat para tokoh dapat disimpulkan bahwa reliabilitas

yaitu ketetapan soal tes apabila dilakukan pengujian beberapa kali

terhadap subjek yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sama.

Faktor yang memengaruhi reliabilitas menurut Surapranata

(2009:87) yaitu siswa kelelahan, siswa menerka jawaban, dan pengaruh

latihan (kebiasaan mengerjakan soal). Selain itu faktor lain yang

(43)

sejauh tes itu memiliki kualitas yang sama maka dapat menambah nilai

reliabilitas, b) kecepatan mengerjakan, c) tingkat kesukaran, d)

homogenitas belahan soal.

Arikunto (2013: 104) menjelaskan bahwa reliabilitas dapat

ditentukan dengan beberapa metode yaitu

a) Metode bentuk Paralel (Equivalent)

Metode ini menggunakan dua buah tes yang mempunyai kesamaan

tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan tetapi soal berbeda (Arikunto,

2013: 105). Dalam menggunakan metode tes paralel ini pengetes harus

menyiapkan dua buah tes dan masing-masing dicobakan pada

kelompok siswa yang sama. Metode ini mempunyai kelebihan yaitu

siswa dalam mengerjakan tes tidak ada faktor “masih ingat soalnya”,

namun kekurangannya pengetes harus menyusun dua tes, dan

memerlukan waktu lama.

b) Metode Tes Ulang (Tes-Retest Method)

Tes ini untuk menghindari penyusunan dua seri tes (Arikunto,

2013: 105). Metode ini menggunakan satu seri tes namun diuji

cobakan dua kali. Hasil dari dua kali tes yang dilakukan dikorelasikan.

c) Metode belah dua (Split Half Method)

Metode ini hanya menuntut penguji menggunakan sebuah tes dan

diujika juga satu kali. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan

dua belahan, baru diketahui reliabilitas setengah/separo tes. Untuk

mengetahui seluruh tes menggunakan rumus Spearman Brown

(44)

ganjil-genap, atau item awal-akhir. Berdasarkan uraian diatas maka

metode belah dua cukup efisien untuk digunakan karena tidak

memakan waktu yang cukup lama.

c. Karakteristik Butir Soal

Arikunto (2013:222) menjelaskan bahwa Soal yang baik harus

dianalisis setiap butir soalnya. Tiga masalah yang berhubungan

dengan analisis butir soal yaitu taraf kesukaran/tingkat kesulitan, daya

pembeda, dan analisis pengecoh. Berikut penjelasannya :

1) Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa

untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang

terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak

mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar

jangkauannya (Arikunto, 2013: 222). Selanjutnya Rusdiana (2015:

163) menjelaskan bahwa tingkat kesukaran soal adalah peluang

untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu

yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Aiken, 1994 (dalam

Rusdiana, 2015: 163) menyatakan bahwa indeks tingkat kesukaran

pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya

0,00 – 1,00. Selanjutnya Sulistyorini (2009: 173) menjelaskan

(45)

serta adanya keseimbangan dari tingkat kesukaran/kesulitan soal

tersebut.

Keseimbangan dalam hal ini mengandung arti bahwa untuk

soal yang termasuk kategori mudah, sedang dan sukar memiliki

bobot yang proporsional. Keseimbangan yang dimaksud adalah

jumlah soal untuk ketiga kategori (mudah, sedang, sukar) tersebut.

Untuk itu perlu adanya pertimbangan lain yang dapat dijadikan

dasar penentuan jumlah soal setiap kategori. Salah satu

pertimbangan yaitu seperti yang dinyatakan Sudjana (2016:135)

bahwa proporsi jumlah soal untuk setiap kategori didasarkan pada

kurva normal, dimana luas daerah sedang lebih besar menandakan

soal dengan kategori sedang lebih banyak. Jumlah yang berada

pada kategori mudah dan sukar adalah seimbang. Salah satu dasar

perbandingan jumlah soal setiap kategori yaitu dengan

menggunakan 3-4-3, artinya 30 % soal dengan kategori mudah, 40

% soal dengan kategori sedang, dan 30% soal dengan kategori

sukar/sulit. Perbandingan lain yang dapat juga digunakan yaitu

25-50-25, astinya 25% soal dengan kategori mudah, 50 % soal dengan

kategori sedang, dan 25 % soal dengan kategori sulit atau sukar

(Sulistyorini, 2009: 174).

Menurut Suwarto (2013: 107) menyatakan bahwa tingkat

kesukaran sebenarnya adalah rerata dari suatu distribusi skor

kelompok suatu tes. Selanjutnya Suwarto menjelaskan bahwa

(46)

menjawab benar pada suatu tes juga tinggi. Apabila suatu butir tes

dijawab benar oleh semua peserta tes berarti tes tersebut sangat

mudah. Sebaliknya, apabila tidak ada peserta tes yang menjawab

benar pada suatu butir tes berarti tes tersebut sangat sukar. Butir tes

yang sangat mudah dan sangat sukar tidak memberikan informasi

yang berguna mengenai keadaan peserta tes. Sedangkan

Surapranata (2009: 21) menjelaskan bahwa analisis tingkat

kesukaran dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan

adanya perbedaan kemampuan peserta tes.

Dari pendapat para tokoh dapat disimpulkan bahwa taraf

kesukaran yaitu peluang untuk menjawab benar suatu soal pada

tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks.

Soal sebaiknya tidak terlalu mudah dan maupun susah untuk

dikerjakan siswa. Tingkat kesukaran/kesulitan pengembangan tes

hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan perbandingan

25-50-25.

2) Daya Pembeda

Rusdiana (2015: 167) menjelaskan bahwa daya pembeda

merupakan kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara

siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang

tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Sedangkan

menurut Arikunto (2013: 226) daya pembeda soal adalah kemampuan

(47)

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan

rendah).

Menurut Suwarto (2013: 108) daya beda suatu butir tes dihitung

atas dasar pembagian kelompok menjadi dua bagian. Dua bagian itu

yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok peserta tes yang

berkemampuan tinggi (ditunjukan dengan perolehan skor tinggi) dan

kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes yang berkemampuan

rendah (ditunjukan dengan perolehan skor rendah). Jika sebuah soal

tes dapat membedakan dengan baik kedua kelompok, maka mayoritas

peserta tes pada kelompok atas akanmenjawab benar dan kebanyakan

peserta tes padakelompok bawah akan menjawab salah (Suwarto,

2013: 109).

Hal ini diperjelas oleh Widoyoko (2014: 136) bahwa daya beda

digunakan untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki

kemampuan membedakan kelompok dari aspek yang diukur, sesuai

dengan perbedaan yang ada pada kelompok tersebut. Selanjutnya

dijelaskan oleh Sudjana (2016: 141) bahwa tes dikatakan tidak

memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada anak

berprestasi tinggi, hasil rendah, dan diberikan ke anak prestasi rendah

hasilnya akan tinggi, atau diberikan kepada kedua kategori siswa

tersebut hasilnya akan sama. Butir soal yang tidak memiliki daya

beda dimungkinkan terlalu mudah atau terlalu sukar, sehingga perlu

(48)

Berdasarkan penjelasan teori diatas dapat disimpulkan bahwa

daya beda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa

yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Kemampuan

tinggi maupun rendah dapat dilihat dari skor yang diperoleh.

3) Analisis Pengecoh / pola jawaban soal

Pola jawaban soal yang dimaksud disini yaitu distribusi testee

dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan

ganda (Arikunto, 2013: 233). Pola pilihan jawaban soal diperoleh

dengan menghitung banyaknya teste yang memilih pilihan jawaban

a,b,c atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun. Pola jawaban

soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai

dengan baik atau tidak.

Selanjutnya Purwanto (2016: 108) menjelaskan bahwa pengecoh

(distractor) dikenal juga dengan penyesat atau penggoda yaitu pilihan

jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh bukan

sekedar pelengkap pilihan. Pengecoh diadakan untuk menyesatkan

siswa agar tidak memilih kunci jawaban. Menurut Surapranata (2009:

43) bahwa pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes

yang berkemampuan tinggi. Pengecoh berfungsi efektif apabila

banyak dipilih oleh peserta tes yang berasal dari kelompok bawah,

sebaliknya apabila pengecoh itu lebih banyak dipilih oleh peserta tes

(49)

Pengecoh jawaban merupakan salah satu karakteristik dari suatu

tes. Tujuan utama pemasangan distraktor (pengecoh) pada suatu tes

pilihan ganda yaitu supaya dari sekian banyak testee (responden) yang

mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik atau terangsang untuk

memilihnya, sebab responden akan menyangka bahwa distraktor yang

dipilih merupakan jawaban yang sebenarnya (Sudijono, 2011: 410).

Pengecoh dapat dikatakan berfungsi baik apabila paling sedikit

dipilih oleh 5% peserta tes dan lebih banyak dipilih oleh kelompok

siswa yang kurang pandai (Kusaeri, 2014: 109). Apabila pengecoh

dipilih merata dapat dikatakan sangat baik. Namun, jika pengecoh itu

dipilih lebih banyak oleh kelompok atas dibanding bawah maka

pengecoh itu menyesatkan (Surapranata, 2009: 43).

Berdasarkan penjelasan para tokoh dapat disimpulkan bahwa

analisis pengecoh adalah opsi jawaban yang disediakan dalam soal

selain kunci jawaban untuk mengecoh siswa supaya tidak memilih

kunci jawaban.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Mardapi (2008: 88) mengemukakan bahwa ada 8 tahapan yang harus

dilalui dalam mengembangkan tes hasil belajar yaitu

1) Menyusun spesifikasi tes

Langkah awal dalam proses mengembangkan tes adalah dengan

(50)

2) Menulis Tes

Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi

pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi.

3) Menelaah Soal Tes

Menelaah soal tes dilakukan untuk memperbaiki jika masih

ditemukan kekeliruan atau kesalahan.

4) Melakukan uji coba tes

Sebelum soal digunakan dalam tes yang sebenarnya perlu dilakukan

uji coba untuk memperbaiki kualitas soal.

5) Menganalisis butir soal

Analisis melitputi daya beda, tingkat kesukaran, dan efektifitasan

dari pengecoh.

6) Memperbaiki tes

Memperbaiki masing-masing soal yang ternyata masih ada

kekeliruan.

7) Merakit tes

Soal-soal yang dibuat disusun menjadi suatu kesatuan tes.

8) Melaksanakan tes

Tes dilaksanakan sesuai waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.

9) Menafsirkan hasil tes

Hasil tes yang berupa skor nilai, diklasifikasi mislanya menjadi

tertinggi, menengah dan rendah.

Purwanto (2016: 84) menyatakan tahapan pengembangan tes hasil belajar

(51)

1) Identifikasi hasil belajar

Mengidentifikasi dan menentukan mata peljaran serta kompetensi

dasar apa yang akar diukur, serta aspek-aspeknya (kognitif,

psikomotorik, atau afektif).

2) Deskripsi Materi

Informasi mengenai materi belajar yang akan digunakan untuk

mengukur hasil belajar.

3) Menulis butir-butir test dan kunci jawaban

Butir tes dibuat dengan berpedoman pada kisi-kisi yang telah

ditentukan sebelumnya. Kunci jawaban harus ditentukan dalam

spesifikasi tes hasil belajar supaya orang lain dapat mengikuti

perolehan hasil belajar responden dari jawaban yang dibuatnya.

4) Mengumpulkan data uji coba

Dilakukan dengan mengujikan instrumen uji coba tes hasil belajar

yang ditulis berdasarkan kisi-kisi.

5) Menguji kualitas tes.

Menguji kembali tes yang telah diujikan.

6) Melakukan kompilasi

Memilah-milah butir-butir soal yaitu soal yang baik tetap akan

digunakan dan yang jelek bisa diubah atau di hilangkan total.

Dari penjelasan para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa

,langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengembangkan sebuah

tes hasil belajar yaitu (1) mengidentifikasi hasil belajar dan aspek yang

(52)

membuat kisi-kisi, (4) membuat soal dan kunci jawaban, (5) menelaah

soal yang sudah dibuat, (6) melakukan uji coba tes , (7) menganalisis

kualitas soal, (8) memperbaiki tes, (9) menyusun kembali tes yang

lebih baik, (10) melakukan uji coba tes sesuai waktu yang ditentukan,

(11) menafsirkan hasil tes.

4. Matematika

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2008: 888) matematika

merupakan ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan. Selanjutnya Susanto (2013: 185) menjelaskan bahwa

matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat, serta memberikan

kontribusi dalam pemecahan masalah sehari-hari.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika

merupakan suatu disiplin ilmu tentang bilangan serta bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir sehingga prosedur operasoional dalam

matematika dapat diterapkan pemecahan masalah.

5. Kompetensi Dasar

Hal ini diperjelas oleh Kusaeri (2014:30) kompetensi dasar adalah

tujuan pembelajaran yag memiliki cakupan luas. Selanjutnya Rusman

(2013: 6) menjelaskan bahwa kompetensi dasar adalah sejumlah

(53)

sebagai tindakan lebih lanjut dari indikator. Dari definisi tersebut bahwa

kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki dalam

rangka untuk mewujudkan tujuan pembelajaran pada suatu mata

pelajaran.

6. Operasi Hitung Campuran

Negoro (2010: 218) menjelaskan bahwa dalam matematika operasi

diartikan sebagai pengerjaan. Operasi yang dimaksud adalah operasi

hitung atau pengerjaan hitung.Pada dasarnya operasi hitung mencakup

empat pengerjaan dasar yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian.Menurut Wahyudin (2003:35) bahwa operasi hitung campuran

dalam matematika meliputi empat operasi hitung dasar, yaitu a) perkalian

merupakan penjumlahan berulang, b) pembagian merupakan pengurangan

yang berulang, c) penjumlahan merupakan operasi hitung untuk

mendapatkan bilangan bulat satu, dua atau lebih, dan d) pengurangan yaitu

operasi hitung untuk mendapat selisih antar dua bilangan atau lebih. Pada

dasarnya operasi hitung adalah bentuk operasi hitung bilangan, yang

teridiri lebih dari satu operasi hitung dasar.

Menurut Negoro (2010: 219) operasi hitung campuran memiliki tiga

sifat yaitu a) sifat komutatif (a+b = b + a / a x b = b x a), disebut juga sifat

pertukaran, dan digunakan dalam operasi hitung perkalian dan

penjumlahan, b) sifat Asosiatif ( a + b + c = a + (b+ c), merupakan sifat

pengelompokan bilangan. Sifat ini sama dengan sifat komutatif, yaitu

(54)

Distributif merupakan sifat penyebaran, dalam operasi hitung, sehingga

memudahkan dalam pengerjaan.

7. Taksonomi Bloom yang Direvisi

Taksonomi dapat diartikan sebagai kerangka pikir secara khusus

(Anderson dan Krathwohl, 2010: 6). Taksonomi bloom yang sudah di

revisi ini memiliki 2 dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan

(Anderson dan Krathwohl, 2010: 6). Untuk dimensi proses kognitif

berisikan enam kategori, diantaranya mengingat, memahami,

mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi dan mencipta.

Sedangkan dimensi pengetahuan berisi empat kategori yaitu faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif. Berdasarkan pendapat ahli

tersebut antara dimensi kognitif dan pengetahuan saling keterkaitan,

sehingga terbentuklah taksonomi Bloom yang sudah direvisi, berikut

tingkatan taksonomi Bloom yang telah direvisi :

a. Mengingat

Mengingat merupakan proses kognitif yang mengandung arti

mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang

(Anderson dan Krathwohl, 2010: 99). Pengetahuan yang dibutuhkan ini

dapat berupa pengetahuan factual, konseptual, procedural atau

metakognitif serba dapat juga kombinasi dari pengetahuan tersebut.

Proses mengingat ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu mengenali dan

(55)

Pada operasi hitung campuran ranah mengingat dapat

diidentifikasi dengan menentukan indikator yang menuntut siswa untuk

mengingat materi yang telah diberikan. Kata kerja yang tepat

digunakan untuk indikator ranah mengingat pada kompetensi dasar

operasi hitung campuran adalah menentukan tanda operasi hitung yang

tepat. Misalnya 5 + 4 : 2, dari operasi hitung tersebut siswa diminta

menentukan tanda operasi hitung yang tepat untuk digunakan terlebih

dahulu. Contoh soal tersebut adalah contoh soal yang mengukur ranah

mengingat.

b. Memahami

Proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan

ditekankan di sekolah adalah memahami (Anderson dan Krathwohl,

2010: 105). Proses memahami dapat diartikan sebagai mengkonstruksi

makna dari pesan pembelajaran yang disampaikan dalam pembelajaran.

Proses kognitif yang termasuk dalam kategori mamahami yaitu

menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, meramalkan,

merangkum, menyimpulkan dan membandingkan. Kata kerja tersebut

dalam operasi hitung campuran dapat dicontohkan meramalkan

bilangan yang tepat untuk mengisi titik-titik. Contoh 7 x …+ 4 = 25.

Contoh soal tersebut adalah contoh soal yang mengukur ranah

(56)

c. Mengaplikasikan

Proses kognitif ini menggunakan prosedur tertentu untuk

mengerjakan suatu soal latihan atau menyelesaikan masalah (Anderson

dan Krathwohl, 2010: 116). Mengaplikasikan ini berkaitan dengan

pengetahuan prosedural. Soal latihan adalah salah satu contoh tugas

yang prosedur penyelesaiannya telah diketahui oleh siswa, sehingga

siswa menggunakan secara rutin. Kategori mengaplikasikan juga terdiri

dari dua proses kognitif yaitu mengeksekusi (ketika tugasnya hanya

soal latihan dan mengimplementasikan ketika tugasnya merupakan

masalah.

Kata kerja yang termasuk dalam ranah mengaplikasikan adalah

melakukan operasi hitung campuran, dengan diterapkan dalam contoh

permasalahan kehidupan sehari-hari. Contohnya terdapat soal ibu

membeli 10 buah apel dan dibagikan kepada kedua anaknya. Maka

berapa apel yang didapatkan setiap anak ibu. Contoh soal tersebut

adalah contoh soal yang mengukur ranah mengaplikasi.

d. Menganalisis

Menganalisis merupakan proses memecah materi jadi bagian kecil

dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap

bagian dan struktur keseluruhannya (Anderson & Krathwohl, 2010:

120). Menganalisis ini meliputi proses kognitif membedakan,

(57)

Kata kerja dalam ranah menganalisi

Gambar

Gambar  3.1. Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Untuk Ahli (Dosen dan Guru)
Tabel 3.3.  Indikator Soal Tes Hasil Belajar
Tabel di atas adalah tabel kisi-kisi penulisan soal. Penomoran soal dibuat sama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar hasil wanwacara dengan pimpinan puskesmas padang luar bahwa dalam pemberiaan tablet fe. Puskesmas belum melakukan pemantauan makan obat tablet fe pada ibu hamil yang

Terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan gambaran diri remaja SMP Kartika 1-7 Padang dengan kekuatan korelasi yang lemah.. Terdapat hubungan yang bermakna antara

Hasil analisis ragam menunjukkan penggunaan ASATF sampai level 15% dalam ransum memberikanpengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan

Dengan melihat kondisi Orang Rimba saat ini dalam menjalani kehidupan sosial budaya, program BTH merupakan program yang diberikan LSM KKI-WARSI untuk memberikan

Faktor penghambat yang ditemukan dilapangan adalah (1) faktor internal yaitu BPBD masih belum memiliki Standard Operation Procedure (SOP), Belum optimalnya Penggunaan

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya-Nya sehingga penyusunan laporan Pengalaman Praktik Lapangan (PPL)

belum pernah diadakan tes passing atas menggunakan metode latihan sentuhan ganda pada siswa putri peserta ekstrakurikuler bolavoli di SMP Negeri 1 Mandiraja. Dengan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusumardhani (2011) dan (Prasetya & Irwandi 2012). Artinya, tingkat likuiditas yang tinggi