• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar

1) Pengertian Validitas

Purwanto (2016: 114) menjelaskan bahwa validitas adalah derajad sejauh mana tes mengukur apa yang akan diukur. Pengertian validitas selanjutnya diperkuat oleh Subali (2012: 107) yang menyatakan bahwa suatu alat ukur dinyatakan sahih (Valid), jika alat ukur tersebut benar-benar mampu memberikan informasi empirik sesuai dengan apa yang diukur. Selanjutnya Suwandi (2010: 53) menjelaskan bahwa kriteria kesahihan alat tes tidak cukup dipecahkan dengan mencari kesejajaran antara alat tes dengan bahan dan tujuan.

Dari pendapat ketiga tokoh dapat disimpulkan bahwa validitas yaitu ketepatan dan kesahihan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

2) Tujuan Validitas

Tujuan validitas soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal tersebut membedakan kelompok dalam aspek

yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu (Surapranata, 2009: 60).

3) Bentuk-bentuk Validitas

Dalam Surapranata (2009: 50) dijelaskan bahwa pada tahun 1954 The American Psychological Association (AP) melalui

Technical Reommendation For Psychological Test and Diagnostic Techniques mengemukakan empat pendekatanyang sering digunakan untuk menentukan validitas yaitu :

a) Validitas isi (content validity)

Mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur (Surapranata, 2009: 50). Sedangkan menurut Widoyoko (2014: 173) bahwa tes dikatakan memiliki validitas isi jika dapat mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta indikator dan materi pembelajaran.

b) Validitas Konstruk / konstrak (Construct Validity)

Menurut Widoyoko (2014: 175) validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen.Selanjutnya Surapranata (2009: 53) menjelaskan bahwa validitas konstruk mengandung arti dimana alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan dengan konstruksi teoritik tes dibuat.

c) Validitas Prediktif / ramalan

Kevalidan suatu alat tes diukur dengan jenis kesahihan ramalan/prediksi baru dapat dilakukan pada masa mendatang setelah jangka waktu tertentu (Suwandi,2010: 56). Selanjutnya Surapranata (2009: 54) menjelaskan bahwa validitas prediksi/ramalan menunjukan pada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu mendatang. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

d) Validitas Kongkuren (Concurrent Validity)

Validitas ini merujuk pada hubungan antara tes skor dengan yang dicapai dengan keadaan sekarang (Surapranata, 2009: 55).Validitas ini juga dikenal dengan validitas empiris. Suwandi (2009:54) menyatakan bahwa validitas atau kesahihan kongkuren ini menunjuk pada pengertian apakah tingkat kemampuan sesorang pada suatu bidang yang diteskan mencerminkan atau sesuai dengan skor (skor) bidang lain yang mempunyai perbedaan karakteristik.

Kusaeri (2014:52) menjelaskan bahwa sejumlah faktor yang memengaruhi validitas yaitu a) karakteristik dan kondisi siswa.Kondisi fisik dan psikologis mempengaruhi siswa saat melaksanakan tes (kecemasan tinggi, sakit, lapar, dan motivasi mengerjakan rendah), b) pelaksanaan dan prosedur penilaian. Prosedur penilaian atau penskoran yang menyimpang dari ketentuan akan mempengaruhi validitas, waktu pelaksanaan yang tidak mencukupi, c) cara guru menyampaikan materi yang diujikan. Ketika siswa terbiasa dengan mengerjakan secara terbimbing oleh guru, namun ketika mengerjakan tes secara individu maka akan mempengaruhi validitas. Sedangkan menurut Suprananto (2012: 76) bahwa validitas suatu tes dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu karakteristik peserta tes, pelaksanaan tes dan prosedur tes, serta proses pembelajaran.

Dari definisi yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa validitas yaitu ketepatan dan kesahihan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui suatu tes dapat digunakan untuk melihat perbedaan kemampuan dari peserta tes. Validitas suatu tes dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karkateristik peserta tes, waktu pelaksanaan, prosedur penyekoran, dan cara guru memberikan materi sebelumnya.

b. Reliabilitas

Widoyoko (2014: 188) menjelaskan bahwa Reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa inggris, yang berasal dari kata reliable artinya dapat dipercaya. Suatu instrument tes dikatakan dapat dipercaya (reliablel) jika memberikan hasil yang tetap atau konsisten jika diujikan berkali-kali pada siswa yang sama.

Selanjutnya Surapranata (2009: 5) menjelaskan bahwa konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan eror dalam pengambilan sampel, yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda. Selanjutnya Arifin (2009: 258) menjelaskan bahwa reliabilitas yaitu tingkat atau derajat inkonsistensi dari suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang-ulang terhadap subyekyang sama, senantiasa menunjukan hasil yang tetap sama atau sifatnya stabil (Sudijono, 2011: 95 ).

Dari pendapat para tokoh dapat disimpulkan bahwa reliabilitas yaitu ketetapan soal tes apabila dilakukan pengujian beberapa kali terhadap subjek yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sama.

Faktor yang memengaruhi reliabilitas menurut Surapranata (2009:87) yaitu siswa kelelahan, siswa menerka jawaban, dan pengaruh latihan (kebiasaan mengerjakan soal). Selain itu faktor lain yang memengaruhi reliabilitas meliputi a) panjang tes (penambahan tes),

sejauh tes itu memiliki kualitas yang sama maka dapat menambah nilai reliabilitas, b) kecepatan mengerjakan, c) tingkat kesukaran, d) homogenitas belahan soal.

Arikunto (2013: 104) menjelaskan bahwa reliabilitas dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu

a) Metode bentuk Paralel (Equivalent)

Metode ini menggunakan dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan tetapi soal berbeda (Arikunto, 2013: 105). Dalam menggunakan metode tes paralel ini pengetes harus menyiapkan dua buah tes dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Metode ini mempunyai kelebihan yaitu siswa dalam mengerjakan tes tidak ada faktor “masih ingat soalnya”, namun kekurangannya pengetes harus menyusun dua tes, dan memerlukan waktu lama.

b) Metode Tes Ulang (Tes-Retest Method)

Tes ini untuk menghindari penyusunan dua seri tes (Arikunto, 2013: 105). Metode ini menggunakan satu seri tes namun diuji cobakan dua kali. Hasil dari dua kali tes yang dilakukan dikorelasikan.

c) Metode belah dua (Split Half Method)

Metode ini hanya menuntut penguji menggunakan sebuah tes dan diujika juga satu kali. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui reliabilitas setengah/separo tes. Untuk mengetahui seluruh tes menggunakan rumus Spearman Brown

ganjil-genap, atau item awal-akhir. Berdasarkan uraian diatas maka metode belah dua cukup efisien untuk digunakan karena tidak memakan waktu yang cukup lama.

c. Karakteristik Butir Soal

Arikunto (2013:222) menjelaskan bahwa Soal yang baik harus dianalisis setiap butir soalnya. Tiga masalah yang berhubungan dengan analisis butir soal yaitu taraf kesukaran/tingkat kesulitan, daya pembeda, dan analisis pengecoh. Berikut penjelasannya :

Dokumen terkait