TUGAS AKHIR
”PUSAT PAGELARAN SENI TEATER
DI SURABAYA”
untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
Diajukan oleh :
BONI ARISONA
0651010014
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
▸ Baca selengkapnya: sebutkan tiga bidang aktif yang harus dikembangkan dalam seni teater
(2)DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Lembar Pengesahan ... ii
Abstraksi ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Gambar... ix
Daftar Tabel ... xii
Daftar Diagram... xiii
Bab I Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang ... 1
1. 2. Maksud Dan Tujuan Perancangan ... 3
1. 3. Batasan Dan Asumsi ... 4
1. 3. 1. Batasan ... 4
1. 3. 2. Asumsi ... 5
1. 4. Tahapan Perancangan... 6
1. 5. Sistematika Laporan... 8
Bab II Tinjauan Obyek Rancangan 2. 1. Tinjauan Umum Rancangan... 10
2. 1. 1. Pengertian Judul ... 10
2. 1. 2. Studi Literatur ... 11
2. 1. 2. 1. Tinjauan Terhadap Seni ... 11
2. 1. 2. 2. Persyaratan Pokok Proyek ... 14
2. 1. 3. Studi Kasus ... 21
2. 1. 4. Analisa Hasil Studi... 28
2. 2. Tinjauan Khusus ... 28
2. 2. 1. Lingkup pelayanan ... 28
2. 2. 2. Aktivitas dan kebutuhan ruang ... 29
2. 2. 4. Perhitungan luas ruang... 34
Bab III Tinjauan Lokasi Perancangan 3. 1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ... 44
3. 2. Penetapan Lokasi ... 44
3. 3. Kondisi Fisik Lokasi ... 46
3. 3. 1. Exsisting Site... 46
3. 3. 2. Aksesibilitas ... 49
3. 3. 3. Potensi Lingkungan... 50
3. 3. 4. Infrastruktur Kota... 52
3. 3. 5. Peraturan Bangunan Setempat ... 55
Bab IV Analisa Perancangan 4. 1. Analisa Ruang ... 56
4. 1. 1. Organisasi Ruang ... 56
4. 1. 2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi... 59
4. 1. 3. Diagram Abstrak ... 60
4. 2. Analisa site ... 60
4. 2. 1. Analisa Aksesibilitas... 60
4. 2. 2. Analisa iklim ... 62
4. 2. 3. Analisa Lingkungan Sekitar... 65
4. 2. 3. 1. Kebisingan... 66
4. 2. 3. 2. Bangunan Sekitar Site ... 66
4. 2. 4. Analisa Zoning ... 67
4. 3. Analisa Bentuk Dan Tampilan ... 68
4. 3. 1. Analisa Bentuk ... 68
4. 3. 2. Analisa Tampilan ... 70
Bab V Konsep Perancangan 5.1. Konsep Ruang Luar ... 72
5.1.1. Konsep Pencapaian Ke Dalam Site ... 72
5.1.2. Konsep Sirkulasi... 73
5.1.3. Konsep Ruang Luar ... 75
5.2.1. Konsep Bentuk ... 75
5.2.2. Konsep Tampilan... 76
5.3. Konsep Ruang Dalam ... 77
5.3.1. Konsep Zonning ... 77
5.3.2. Konsep Sirkulasi Dalam Bangunan ... 78
5.3.3. Konsep Struktur Bangunan... 79
5.3.4. Konsep Utilitas ... 80
5.3.4.1. Konsep Akustik ... 80
5.3.4.2. Konsep Penanganan Terhadap Bahaya Kebakaran... 81
5.3.4.3. Konsep Pengkondisian Udara ... 81
Bab VI Aplikasi Rancangan... 82
6.1. Aplikasi Ruang Luar ... 82
6.1.1. Aplikasi Pencapaian ke Dalam Site... 82
6.1.2. Aplikasi Pembentuk Ruang Luar... 83
6.2. Aplikasi Bentuk dan Tampilan Bangunan ... 83
6.3. Aplikasi Ruang Dalam ... 85
6.3.1. Aplikasi Zonning ... 85
6.3.2. Aplikasi Sirkulasi Dalam Bangunan... 86
6.3.3. Aplikasi Struktur Bangunan ... 88
6.3.4. Aplikasi Utilitas ... 89
Penutup... 90
Daftar Pustaka ... 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Skema Urutan Tahapan Perancangan... 6
Gambar 2. 1. Bentuk Auditorium... 15
Gambar 2. 2. Sumber Bunyi... 15
Gambar 2. 3. Lantai Penonton ... 16
Gambar 2. 4. Diagram Penyebaran Bunyi ... 17
Gambar 2. 5. Balkon Gedung Konser ... 18
Gambar 2. 6. Jangkauan Perkiraan RT Yang Penuh... 18
Gambar 2. 7. Penataan Tempat Duduk ... 20
Gambar 2. 8. Jarak Pandang Penonton... 21
Gambar 2. 9. Sidney Opera ... 21
Gambar 2. 10. Drama Theatre... 22
Gambar 2. 11. Acoustic Ring... 23
Gambar 2. 12. Concert Hall ... 23
Gambar 2. 13. Opera Theatre... 24
Gambar 2. 14. Tatanan Kursi Penonton Opera Theatre ... 24
Gambar 2. 15. Akustik Ruang... 25
Gambar 2. 16. Dinding pada ruang pertunjukan ... 26
Gambar 2. 17. Lay Out TIM ... 27
Gambar 2. 18. Stage Hidrolik ... 27
Gambar 2. 19. Pola Plafon ... 27
Gambar 3.1. Site Area... 48
Gambar 3.2. Peta Site Area ... 48
Gambar 3. 3. Gapura Arca Joko Dolog... 50
Gambar 3. 4. Tunjungan Plaza... 51
Gambar 3. 5. McDonald (restoran siap saji) ... 51
Gambar 3. 6. Show Room Toyota dan Perkantoran... 52
Gambar 4. 1. Analisa Site Aksesbilitas... 61
Gambar 4. 3. Orientasi Lintasan Matahari ... 63
Gambar. 4. 4. Respon Desain Terhadap Site dan Bangunan ... 64
Gambar. 4. 5. Respon Desain Terhadap Site dan Bangunan ... 64
Gambar 4. 6. Analisa Lingkungan ... 65
Gambar 4. 7. Kebisingan di Sekitar Lingkungan Site... 66
Gambar 4. 8. View di Sekitar Lingkungan Site ... 67
Gambar 4. 9. Analisa Zoning ... 68
Gambar 4. 10. Proses Pembentukan Bangunan ... 69
Gambar 4. 11. Orientasi Lintasan Matahari ... 70
Gambar 4. 12. Respon Desain Terhadap Orientasi Lintasan Matahari... 71
Gambar 5. 1. Sketsa Pencapaian ke Dalam Site... 73
Gambar 5.2. Sketsa Sirkulasi Ruang Luar ... 74
Gambar 5.3. Sketsa sirkulasi horisontal dalam bangunan... 74
Gambar 5.4. Sketsa Sirkulasi Vertikal dalam Bangunan ... 74
Gambar 5.5. Sketsa Ruang Luar ... 75
Gambar 5.6. Sketsa Perubahan Bentukan ... 76
Gambar 5.7. Sketsa Tampilan ... 77
Gambar 5.8. Sketsa Zoning dalam Bangunan... 78
Gambar 5.9. Sketsa Zoning dalam Bangunan... 78
Gambar 5.10. Sketsa Sirkulasi Horisontal dalam Bangunan ... 79
Gambar 5.11. Sketsa Sirkulasi Vertikal dalam Bangunan ... 79
Gambar 5.12. Sketsa Grid Modul Bangunan ... 79
Gambar 5.13. Sketsa Pengolahan Dinding akustik ... 80
Gambar 5.14. Sketsa Pengolahan Plafon akustik... 80
Gambar 6. 1. Sketsa Pencapaian ke Dalam Site... 82
Gambar 6. 2. Sketsa Pembentukan Ruang Luar... 83
Gambar 6. 3. Sketsa Bentuk Massa Bangunan ... 84
Gambar 6. 4. Sketsa Tampilan Bangunan... 84
Gambar 6. 5. Aplikasi Tampilan ... 85
Gambar 6. 6. Sketsa Zonning Horisontal ... 85
Gambar 6.8. Sirkulasi pengunjung... 86
Gambar 6.9. Sirkulasi Pengelola... 87
Gambar 6.10. Sirkulasi Artis... 87
Gambar 6.11. Aplikasi Struktur ... 88
Gambar 6.12. Aplikasi dinding akustik ... 89
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Fasilitas Gedung Pertunjukan Di Surabaya ... 2
Tabel 2.1. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang ... 29
Tabel 2.2. Perhitungan Luas Ruang ... 34
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2. 1. Struktur Organisasi Taman Ismail Marzuki... 26
Diagram 4. 1. Organisasi Area Utama ... 57
Diagram 4. 2. Organisasi Ruang Area Penunjang ... 57
Diagram 4. 3. Organisasi Ruang Area Pengelola... 58
Diagram 4. 4. Organisasi Ruang Area Servis ... 58
Diagram 4. 5. Hubungan Ruang... 59
Diagram 4. 6. Diagram Abstrak Obyek Perancangan ... 60
TUGAS AKHIR
PUSAT PAGELARAN SENI TEATER DI SURABAYA
Dipersiapkan dan disusun oleh :
BONI ARISONA
0651010014
Telah dipertahankan didepan tim penguji Pada tanggal : 29 JULI 2011
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1)
Tanggal : 9 Agustus 2011
Ir. Naniek Ratni JAR., M.kes NIP. 19590729 198603 2 00 1
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Pembimbing Utama
Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT. NPT. 3 6706 94 0034 1
Pembimbing Pendamping
Ir. Erwin Djuni W., MT. NPT. 3 6506 99 0166 1
Penguji
Lily Syahrial, ST., MT. NIP. 19550909 199103 1 00 1
Ir. Sri Suryani Yuprapti Winasih, MT. NIP. 19670722 199303 2 00 1
PUSAT PAGELARAN SENI TEATER DI SURABAYA
Boni Arisona 0651010014
ABSTRAKSI
Penulisan Laporan Tugas Akhir. Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Tahun 2011.
Kota Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, tentunya masalah kebudayaan merupakan syarat yang tidak dapat ditinggalkan. Dalam suatu batasan yang sempit, kehidupan berkesenian dalam suatu kota bisa dikatakan ada jika dikota tersebut sering diselenggarakan acara-acara kesenian. Sebuah kota bisa terasa denyut kebudayaannya manakala dalam segala aktivitasnya bukan semata-mata hanya mementingkan aspek fisik, ataupun materi saja. Sudah lama dikeluhkan bahwa Surabaya belum mempunyai suatu wadah pagelaran seni, misalnya gedung yang layak digunakan untuk pagelaran seni yang memenuhi syarat akustik, maupun pertunjukan seni lainnya (Surabaya Miskin Fasilitas Apresiasi Seni dan Humaniora. Kompas. 2001, Nopember 5). Belum adanya gedung pagelaran yang memenuhi syarat, menyebabkan Surabaya seringkali gagal sebagai tuan rumah yang baik bagi kegiatan-kegiatan seni.
Gedung Pusat Pagelaran Seni Teater ini dibuat, dengan harapan Surabaya sebagai kota terbesar kedua setelah Jakarta dapat menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan para seniman untuk mempergelarkan hasil karya baik tari, musik, ataupun seni drama untuk disajikan kepada masyarakat luas, dan wisatawan mancanegara, maupun domestik.
Lokasi Proyek berada di kawasan Surabaya Pusat, dimana lokasi yang dipilih merupakan kawasan yang memiliki potensi besar untuk berkembang, selain itu pula lokasi ini merupakan jantung kota Surabaya, yang juga merupakan distrik sentra bisnis, dan hiburan di Surabaya. Penetapan lokasi ini juga didasari pertimbangan potensi bangunan di sekitar kawasan ini yang berupa fasilitas umum, perdagangan, yang sekiranya dapat menjadi daya dukung proyek Pusat Pagelaran Seni Teater di Surabaya.
Proyek Pusat Pagelaran Seni Teater di Surabaya ini dibuat dengan konsep bangunan yang baru, dan diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Surabaya untuk mengunjungi gedung pertunjukan teater ini.
Kata Kunci :
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ditujukan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan
ridho-Nya, sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pusat
Pagelaran Seni Teater di Surabaya” ini dapat terselesaikan dengan baik, untuk
memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S-1 )
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur di Surabaya.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini juga tidak terlepas
dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Bersama ini dengan segala kerendahan
hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatNya, berupa inspirasi
dan ide untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Kedua Orang Tua, dan kedua kakak penulis yang tercinta, yang sudah
membiayai, dan selalu mendoakan penulis. Terima kasih sebanyak-banyaknya
atas kesabaran, bimbingan, dan dukungan beliau semua sehingga penulis bisa
mencapai kesuksesan ini.
3. Ibu Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan (FTSP), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran”,
Jawa Timur.
4. Bapak Ir. Syaifuddin Zuhri, MT. selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Pembangunan Nasional
(UPN) “Veteran”, Jawa Timur.
5. Ibu Ir. Sri Suryani Yuprapti Winasih, MT. selaku Kepala Laboratorium Tugas
Akhir Arsitektur. Terima kasih banyak atas bimbingannya Bu.
6. Ibu Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT., selaku Dosen Pembimbing Utama. Terima
7. Bapak Ir. Erwin Djuni Winarto, MT., selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
Terima kasih banyak atas bimbingan, dan saran – sarannya, serta maaf kalau
saya jarang menghadap, Pak.
8. Ibu Ir. Sri Suryani Yuprapti Winasih, MT., Bapak Ir. Lily Syahrial, MT., dan
Ibu Ir. Eva Elviana, MT., selaku Dosen Penguji. Terima kasih banyak atas
kritik, dan sarannya, sehingga sidang lisan ke 2 saya dapat terlewati dengan
memuaskan.
9. Ana Kurniawati yang tak lelahnya memberikan semangat, dan dukungan,
sehingga sukses ini dapat tercapai. Terima Kasih, ndut.
10. Sahabat – sahabatku yang terbaik, Agung, Arie, Dhimas, Ganis, Lutfi
“Gundul”, Sufi, Yudhistira “Tole”. Terima kasih atas semua dukungannya.
Buktikan bahwa tim Yahud bisa!
11. Teman-teman seangkatan Tugas Akhir, Adin, Agung, Ardiansyah, Deniar,
Denny, Dhani P.M. “Cak Unyil”, Dhimas, Doddi, Ganis, Hamdi, Hendra
“Pawe”, Liana, Romey, Yudhistira. Terima kasih untuk semuanya.
12. Teman-teman arsitek angkatan 2004, 2005, 2006.
13. Dan semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan Proposal Tugas Akhir
ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih dan mohon maaf sebesar-besarnya jika
terdapat banyak kesalahan baik yang disengaja maupun tidak dalam penyusunan
proposal tugas akhir ini. Semoga Proposal Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi
semua pihak, dan bisa didapatkan hasil yang maksimal nantinya.
Surabaya, Agustus 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya akan selalu “mencipta” sesuatu dengan
akal budinya, baik yang bersifat nyata, maupun abstrak. Hal ini bertujuan membuat
hidupnya lebih manusiawi. Dan dalam kehidupannya manusia perlu bersosialisasi,
hal ini juga karena manusia tidak dapat hidup sendiri, perlu teman, ataupun orang lain
untuk bertukar pikiran.
Sebagai makhluk hidup yang berbudaya dan sosial, manusia tidak dapat
dipisahkan dari seni. Seni adalah salah satu aspek budaya manusia yang menekankan
sudut estetika dan artistik pada suatu hal. Seni merupakan perwujudan gagasan dan
perasaan seseorang yang tidak lepas dari masyarakat dimana orang tersebut
dibesarkan, jadi kesenian wujud dari kebudayaan yang merupakan hasil dari
kreatifitas menusia didalam masyarakat dimana berlangsung proses sosialisasi dan
interaksi, serta penanaman nilai-nilai keindahan.
Kota Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, tentunya
masalah kebudayaan merupakan syarat yang tidak dapat ditinggalkan. Dalam suatu
batasan yang sempit, kehidupan berkesenian dalam suatu kota bisa dikatakan ada jika
dikota tersebut sering diselenggarakan acara-acara kesenian. Sebuah kota bisa terasa
denyut kebudayaannya manakala dalam segala aktivitasnya bukan semata-mata hanya
mementingkan aspek fisik, ataupun materi saja. Sudah lama dikeluhkan bahwa
Surabaya belum mempunyai suatu wadah pagelaran seni, misalnya gedung yang
layak digunakan untuk pagelaran seni yang memenuhi syarat akustik, maupun
pertunjukan seni lainnya (Surabaya Miskin Fasilitas Apresiasi Seni dan Humaniora.
Kompas. 2001, Nopember 5). Belum adanya gedung pagelaran yang memenuhi
syarat, menyebabkan Surabaya seringkali gagal sebagai tuan rumah yang baik bagi
Kenyataannya problema yang melilit Surabaya ini ditengarai justru masih
menjadi persoalan nasional. Terhadap persoalan seperti ini, banyak pelaku seni yang
merasa kecewa karena tidak banyak dipedulikan, bahkan oleh pemerintah daerah
sekalipun (Cak Kadar : Surabaya Tak Kondusif bagi Seniman. Kompas. 2001,
Febuari 3). Adalah hal baru yang ironis, katanya bahwa di luar negeri kita menyebut
diri kita sebagai bangsa yang besar dengan budayanya yang tinggi dan luhur, namun
kenyataannya di dalam negeri kita kurang peduli dengan nasib, dan masa depan
kesenian itu sendiri. Menurut pelaku seni, bahwa hingga saat ini kita belum
mempunyai gedung pertunjukan yang baik untuk standart internasional.
Bukti lain bahwa kesenian yang berorientasi pada pembinaan, pengembangan
dan kemajuan seni tidak mendapat perhatian, bisa dilihat pada fasilitas kesenian
misalnya, sudah lama di kota ini (Surabaya) sama sekali tidak memiliki gedung yang
layak digunakan konser musik, tari, maupun teater, lantaran tidak memiliki akustik
yang baik. Jika belum ada gedung perunjukan yang layak untuk menggelar seni
pertunjukan dalam skala nasional, apalagi internasional hanya dari fasilitas ini saja
sudah adanya kepincangan antara keinginan untuk menjadikan Surabaya sebagai kota
yang siap go internasional. Dengan penyediaan fasilitas seni yang seharusnya justru
menjadikan kota ini sempurna (Surabaya Minim Fasilitas Kegiatan Seni. Kompas.
2001, Febuari 3).
Di Surabaya sementara ini terdapat beberapa gedung pertunjukan yang sering
digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pagelaran seni pertunjukan, tetapi
kenyataannya dari semua yang ada tidak satupun fasilitas gedung pertunjukan yang
memenuhi persyaratan yang standart, terutama untuk standarisasi tentang akustika
ruang, lighting, dan stage. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kenyamanan
Tabel 1.1 Fasilitas Gedung Pertunjukan Di Surabaya
FASILITAS GEDUNG
PAGELARAN DI SURABAYA
KAPASITAS
LIGTHING AKUSTIK STAGE
Go Skate 3000 * * -
Isyana Ball Room 1000 * * *
Garden Palace
Hotel
1000 * * *
Shangrila Hotel 2000 * * *
Galeri D.K.S 100 * * *
Taman Budaya Jatim
Teater terbuka
Teater tertutup
Pendopo
Keterangan :
** : terdapat fasilitas yang memenuhi syarat
* : terdapat fasilitas, tetapi tidak memenuhi syarat
- : tidak terdapat fasilitas
1.2. Maksud Dan Tujuan Perancangan
1.2.1. Maksud Perancangan Pusat Pagelaran Seni Teater Di Surabaya ini adalah untuk
:
Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kehadiran suatu wadah, atau sarana
gedung kesenian yang memenuhi standart kualitas.
Untuk memberikan suatu sarana rekreasi/hiburan bagi masyarakat Surabaya pada
khususnya, dan masyarakat seluruh Jawa Timur pada umumnya.
Menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan para seniman untuk
mempergelarkan hasil karya baik tari, musik, ataupun seni drama untuk disajikan
kepada masyarakat luas, dan wisatawan mancanegara, maupun domestik.
1.2.2. Tujuan Perancangan dari Pusat Pagelaran Seni Teater Di Surabaya ini adalah
untuk :
Memberikan kesempatan bagi seniman-seniman, dan siswa untuk menunjukan
kemampuan, dan keterampilan, serta mampu menyampaikan hasil karyanya
kepada masyarakat secara kontinyu.
Meningkatkan kerja sama dengan pihak organisasi, dan sanggar-sanggar seni
(tari, musik, dan drama) yang ada, serta dari organisasi-organisasi bangsa lain di
seluruh dunia, khususnya dibidang kesenian untuk mempelajari seni, dan budaya,
dan sekaligus meningkatkan apresiasi seni.
1.3. Batasan dan Asumsi 1.3.1. Batasan
Pembahasan hanya dibatasi dari segi teknis, perencanaan dan perancangan
arsitektur yang disesuaikan dengan judul. Analisa-analisa yang ada lebih banyak
didasarkan pada sisi arsitektur, sedangkan masalah non teknis lainnya yang tidak
berkaitan dengan bidang arsitektur adalah sebagai penunjang dan pelengkap
dalam perancangan Pusat Pagelaran Seni Teater di Surabaya, adalah sebagai
berikut :
Penyelesaian perancangan Pusat Seni Teater di Surabaya ini akan dirancang
dengan pendekatan single building (satu massa bangunan).
Perhitungan sitem struktur, dan utilitas bangunan tidak dilakukan secara
rinci, tapi menjadi pertimbangan utamadalam penyelesaian rancangan,
terutama yang berhubungan dengan aspek arsitektural.
Aspek yang dilayani dalam perancangan ini adalah semua pagelaran seni
teateryang bersifat modern. Seperti, operet, pantomim, drama musikal.
1.3.2. Asumsi
a. Asumsi untuk jumlah penonton adalah berdasarkan pertimbangan :
Jumlah penonton yang hadir pada pertunjukan seni di Surabaya yang dihadirkan
secara indoor.
Kapasitas gedung yang selama ini digunakan dalam pertunjukan di
Surabaya.
Berikut adalah daftar kapasitas gedung pertunjukan yang selama ini
dipakai di kota Surabaya :
- Cak Durasim (Gedung Taman Budaya) dengan kapasitas 800 orang.
- Ballroom Hotel Shangrilla dengan kapasitas 2000 orang.
- Ballroom Hotel Hyatt dengan kapasitas 1000 orang.
- Ballroom Hotel Garden dengan kapasitas 1000 orang.
Studi kasus
Asumsi untuk jumlah penonton :
- Rata – rata pengunjung yang hadir pada pertunjukan seni yang dihadirkan
secara indoor di Surabaya adalah 750 orang.
- Asumsi untuk 10 tahun mendatang, akan terjadi peningkatan jumlah
penonton dalam 3 tahun terakhir sebesar 20 %). Maka, jumlah penonton
yang ditampung adalah 1200 orang.
b. Pusat Pagelaran Seni Teater di Surabaya ini merupakan proyek yang
berbasiskan kebudayaan nasional, sehingga sistem pengelolaannya memadukan
kerjasama antara pemerintah kota Surabaya dengan pihak swasta. Dengan
pertimbangan, pemerintah kota Surabaya sebagai pihak yang menangani
pembangunannya, dan kemudian diserahkan kepada pihak swasta untuk
pengelolaannya. Dengan sifat tersebut, diharapkan Pusat Pagelaran Seni Teater
di Surabaya ini dapat mandiri dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya,
tetapi masih dalam pengawasan pemerintah kota Surabaya.
1.4. Tahapan Perancangan
Sub bab Tahapan Rancangan disini menjelaskan secara skematik tentang urutan
yang dilakukan penyusun dalam menyusun laporan mulai dari tahap pemilihan judul
sampai dengan laporan selesai untuk kemudian diaplikasikan pada gambar
perancangan.
Interpretasi judul
Pengumpulan data
(Kompilasi dan Analisis) Studi Internet. Studi Pustaka. Studi Lapangan.
Wawancara
Rumusan konsep perancangan
Aplikasi perancangan gambar
Gambar 1. 1. Skema urutan tahapan perancangan Teori – teori
arsitektur Teori – teori
arsitektur Teori – teori
Dalam penyusunan proyek ini ada beberapa tahapan-tahapan metode yang akan
dijadikan acuan atau bahkan digunakan dalam perancangan proyek ini, yaitu:
1. Interpretasi Judul
Adalah pencarian judul untuk proyek ini yang sesuai dengan apa yang akan
dirancang dan juga sesuai dengan isi dan tujuan yang ada pada proyek ini.
2. Pengumpulan Data
Setelah menemukan ide judul atau pengajuan judul maka dilakukan pengumpulan
data selengkapnya yang dapat mendukung ide merancang Pusat Pagelaran Seni
Teater di Surabaya ini. Data yang diperlukan antara lain :
Studi besaran ruang
Studi pola ruang pertunjukan
Studi sirkulasi
Tampilan bangunan
Sehingga ide rancangan ini dapat dipertanggunjawabkan. Pengumpulan data
meliputi antara lain :
Survey lapangan
Yaitu melakukan studi lapangan yang dilakukan pada site terpilih dengan
pengamatan dan penghayatan terhadap karakter site yang menyangkut batasan,
kendala, dan potensi yang ada.
Studi literatur
Sedangkan studi Literature dilakukan untuk memperoleh data-data yang
berhubungan dengan persyaratan. Antara lain studi tentang standart-standart luasan
ruang yang dibutuhkan dan studi literatur yang berkaitan tentang kebudayaan orang
Jawa Timur atau kebudayaan Jawa Timur .
3. Penyusunan dan pengolahan data
Data-data yang ada kemudian disusun, dievaluasi dan hasilnya dijadikan pedoman
dalam perencanaan dan perancangan. Berdasarkan data-data yang telah ada dan
maka kegiatan perencanaan ini dapat dimulai. Sehingga pembahasan nanti dapat
dipertanggung jawabkan dan dapat diterima.
4. Rumusan Konsep Perancangan
Pada tahap ini, pendekatan – pendekatan dalam perancangan akan mulai
dimasukan. Dengan pendekatan desain, hasil akhir dari perancangan diharapkan akan
sesuai dengan gambaran pada bab awal.
5. Aplikasi Perancangan Gambar
Akan tervisualisasi dengan bentuk gambar denah, tampak, potongan, lay out plan,
site plan, serta maket sebagai bentukan 3 dimensi dari rancangan.
1.5. Sistematika Laporan
Untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman yang sama tentang Pusat
Pagelaran Seni Teater di Surabaya ini, maka penyajian laporan ini menggunakan
sistematika sebagai berikut :
BAB I :
Pendahuluan, berisi tahapan-tahapan mulai dari latar belakang pemilihan judul,
tujuan perancangan, batasan dan asumsi rancangan, dan tahap perancangan beserta
dengan uraian penjelasan dari tiap tahapannya yang menjelaskan secara rinci isinya.
Juga tahapan perancangan dari mulai proses interpretasi judul sampai pada proses
aplikasi pada rancangan gambar.
BAB II :
Tinjauan Obyek Perancangan, mulai dari tahap pengertian judul yang berisi
pengertian tentang Pusat Pagelaran Seni Teater itu sendiri yang kemudian
disimpulkan menjadi suatu pengertian baru dari rancangan. Tahap studi literatur yang
berisi tentang segala data dari bermacam jenis literatur yang digunakan sebagai data
penunjang yang berkaitan dengan rancangan. Tahap tinjauan obyek perancangan
yang berisi dua obyek studi kasus sejenis secara fungsi dan aktivitas yang digunakan
pembandingan yang dilakukan pada studi kasus. Tahap kesimpulan studi, lingkup
pelayanan yang menjelaskan pembatasan pelayanan rancanangan, serta aktivitas
kebutuhan ruang dan perhitungan luasannya yang menguraikan secara rinci
kebutuhan ruang yang diperlukan untuk kemudian dihitung secara pasti luasan yang
dibutuhkan.
BAB III :
Tinjauan Lokasi Perancangan, pembahasan site/lokasi perancangan.
BAB IV :
Analisa Perancangan, isinya sudah mengarah ke arah lebih lanjut yaitu mulai dari
analisa sampai dengan gambaran secara abstrak tentang konsep perancangan yang
akan dibuat. Seperti dari mulai analisa ruang berserta hubungannya, analisa
aksesibilitas, view, kebisingan, iklim, potensi daerah sekitar. Sampai dengan diagram
abstrak yang kurang lebih menggambarkan secara abstrak konsep bentukan atau lay
BAB II
TINJAUAN OBYEK RANCANGAN
2.1.Tinjauan Umum
Tinjauan umum obyek rancangan berisi penjelasan tentang hal-hal yang
umum, seperti pengertian judul obyek rancangan, penjelasan umum tentang obyek
rancangan yang diambil dari literatur, dan studi kasus proyek sejenis. Hasil akhir
tinjauan umum obyek rancangan nantinya merupakan gambaran secara umum dari
judul obyek yang akan dirancang.
2.1.1. Pengertian Judul
Pusat Pagelaran Seni Teater, judul proyek tersebut memiliki arti sebagai
berikut :
Pusat
Pokok pangkal, atau yang menjadi pimpinan (berbagai urusan, hal, dan
sebagainya), yang membawahi berbagai bagian, yang bersifat membina,
mengatur, merubah menjadi teratur.
Pagelaran
Aktivitas yang mencakup tentang kegiatan pentas, dan sebagainya.
Seni Teater
Seni yang diungkapkan melalui media kata, gerak, bunyi/suara dan rupa
(merupakan seni multimedia).
Di Surabaya
Pada, posisi kota besar kedua di Indonesia, dengan sekian juta penduduk
yang terdiri dari kelas menengah ke bawah, menengah, dan kelas
menengah ke atas. Sebagai kota industri, perdagangan, pendidikan,
Jadi, Pusat Pagelaran Seni Teater berarti sebuah wadah untuk menampung,
dan menyajikan kegiatan yang berbasis kepada seni, terutama seni gerak, kepada
masyarakat luas, yang berada di kota besar kedua di Indonesia (Surabaya).
2.1.2. Studi Literatur
2.1.2.1. Tinjauan Terhadap seni a. Pengertian Seni
Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris)
yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari
bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam
bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan.
Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit pekerjaan yang rumit –
rumit / kecil
1. Pengertian menurut para ahli budaya
a. Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang
ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat /
berkelompok.
b. Ahdian karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan
realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk
membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya,
c. Ki Hajar Dewantara, seni adalah segala perbuatan yang timbul dari
perasaan dan sifat indah, hingga menggerakan jiwa perasaan manusia.
d. Plato dan Reuseau berpendapat, seni adalah hasil peniruan dari alam
dengan segala seginya.
b. Klasifikasi Seni
Seni pertunjukan meliputi 3 unsur seni yang sejak lahirnya merupakan
1. Seni tari
Adalah suatu bentuk kesenian yang didalamnya terdapat bentuk
yang beraturan menurut irama musik. Bentuk seni tari dapat digolongkan
kedalam :
a. Seni tari tradisional, contohnya tari jaipong, tari kecak, reog
ponorogo.
b. Seni tari modern, contohnya dance, cheerleader,
breakdance.
2. Seni Teater
yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata, gerak,
bunyi/suara dan rupa (merupakan seni multimedia). Bentuk seni teater
digolongkan kedalam :
- Berdasarkan bentuknya terdiri atas:
a. Teater Tradisional, contohnya Lenong, Ludruk, Longser
b. Teater klasik, contohnya: Wayang Golek, Wayang Kulit dll
c. Teater transisi/peralihan, contohnya Stambul, Srimulat
d. Teater modern, contohnya: Teater Pelangi dan Teater
Monserrat
- Berdasarkan naskahnya terdiri dari:
a. Teater Tragedi, contohnya cerita Sangkuriang
b. Teater Komedi, contohnya : Bunga Rumah Makan karya Utuy
Tatang Sontany
c. Teater Absur, contohnya Kapai – Kapai karya Aripin C Noor
3. Seni musik
Adalah bentuk kesenian yang ditekankan pada bunyi – bunyian
instrumen, atau suara gerak mulut.
Bentuk seni musik dapat digolongkan kedalam :
a. Seni musik tradisional, contohnya campursari, karawitan.
Berdasarkan ciri – ciri di atas, maka seni teater merupakan seni
peran yang menggabungkan ketiga unsur seni di atas, tanpa memilah –
milah satu dengan yang lainnya. Karena dalam penyajiannya seni teater
selalu menggabungkan seni tari, seni drama, dan seni musik.
c. Sifat Seni
1. Seni Pertunjukan Tradisional
Adalah seni yang dipentaskan, dan berasal dari seluruh daerah
nusantara, serta pada umumnya mempunyai fungsi sosial. Kesenian
nusantara ini disebut kesenian rakyat, yang dalam menampilkannya,
serta menyertakan banyak orang.
Ciri – ciri seni pertunjukan tradisional :
a. Nilai – nilai yang terjalin dalam kesenian tersebut
merupakan refleksi dari cara hidup sehari – hari untuk tidak
jarang bersumber dari mitos – mitos.
b. Penciptaannya tidak terkenal, dan mempunyai pola / jalan
cerita yang tetap dengan penampilan yang sederhana serta mudah
dimengerti oleh penonton.
c. Mempunyai hubungan yang erat antara penonton dengan
pemain, dimana penonton terkadang merupakan bagian dari
pertunjukan tersebut.
d. Tidak memerlukan teknik panggung yang sempurna karena
mereka bisa memainkan pertunjukan di alam terbuka dengan
dekor alam sekitar.
e. Alat pengiringnya ikut ditampilkan. Berupa alat musik
tradisional tanpa memakai peralatan elektronik.
2. Seni Pertunjukan Modern
Struktur seni pertunjukan modern berdasarkan pada teknik
pertunjukan dari negara – negara barat (Eropa, dan Amerika). Dengan
ciri – ciri sebagai berikut :
a. Umumnya antara penonton, dan pemain terdapat jarak yang
b. Memakai dekor / tata panggung yang modern.
c. Alat – alat dan pemain musik seringkali bukan menjadi
pertunjukan utama.
Berdasarkan ciri – ciri di atas, maka ruang seni pertunjukan
modern haruslah mempunyai sistem teknik pentas, dan ruangan yang
sempurna, baik dalam tata suara kreasi baru yang didalamnya merupakan
seni gabungan antara seni tradisional dengan seni modern. Sebagai
sumber bunyi – bunyian pengiring digunakan alat musik elektronik,
sehingga dibutuhkan tata suara yang baik.
2.1.2.2. Persyaratan Pokok Proyek a. Sistem Akustik
Sebagai sarana pertunjukan, ruang pertunjukan dituntut untuk dapat
memberikan kenyamanan kepada penonton, tidak saja dalam hal
penglihatan, tetapi juga melalui pendengaran, itulah sebabnya akustik dalam
teater tertutup harus menghindari hal - hal, seperti :
a. Menimbulkan gema
b. Menimbulkan gema menerus
c. Menimbulkan suara yang memusat
d. Menimbulkan daerah mati
e. Terjadi kebocoran bunyi dari luar
f. Waktu dengung / reverberation time sesuai yang diinginkan
Persyaratan akustik ruang agar dapat memenuhi fungsi suatu gedung
pertunjukan adalah sebagai berikut (Sumber : Faktor Akustik Dalam
Perancangan Desain Interior) :
a. Kekerasan (loudness) yang cukup
Pada ruang auditorium sesekali terjadi suara keras tetapi kekuatannya
terus melemah. Hal ini disebabkan energi suara hilang pada saat
Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi dan kekerasan yang cukup
dapat diadakan dengan cara sebagai berikut :
1. Auditorium harus dibentuk agar penonton sedekat mungkin dengan
sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak yang harus ditempuh
bunyi. Penggunaan balkon sangat efektif untuk lebih mendekatkan banyak
tempat duduk ke sumber bunyi.
Gambar 2. 1. Bentuk audiotorium (Sumber : Akustik Lingkungan, 1990)
Dalam audiotorium bentuk kipas dengan balkon, penonton dapat
didudukan lebih dekat dengan sumber bunyi daripada bentuk segi empat
tanpa balkon.
2. Sumber bunyi harus dinaikkan agar sebanyak mungkin terlihat,
sehingga menjamin aliran gelombang bunyi langsung yang bebas
(gelombang yang merambat secara langsung dari sumber bunyi tanpa
pantulan) ke tiap pendengar.
3. Lantai dimana tempat penonton duduk harus dibuat cukup landai atau
miring (ramped or raked), karena bunyi lebih mudah diserap bila
merambat melewati penonton dengau sinar datang miring (grazing
incidence).
Gambar 2. 3. Lantai penonton (Sumber : Akustik Lingkungan, 1990)
Pada gambar 2. 3. menunjukan metode yang baik untuk mendapatkan
garis pandang yang baik didasarkan pada pandangan satu baris.
4. Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan pemantul bunyi
(plester, gypsum board, plywood, Plexiglas, papan plastic, kaku,
dan lain-lain).
b. Difusi
Yaitu suatu kondisi dimana gelombang bunyi dapat merambat ke
segala arah sehingga tekanan bunyi pada tiap bagian sama besar. Hal ini
dilakukan dengan menonjolkan elemen-elemen bangunan, misalnya
langit-langit ditutup, dinding dibuat bergerigi, kotak - kotak menonjol, atau dengan
dekorasi pahatan.
c. Karakteristik dengung
Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam auditorium
untuk memungkinkan bahan acara yang paling disukai oleh penonton dan
penampilan acara yang paling efisien oleh pemain.
d. Bebas cacat akustik
Ruang harus bebas dari cacat akustik seperti gema, pemantulan yang
berkepanjangan, gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, dan
e. Bebas bising
Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran.
Pada penanganan sistem akustik ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
1. Sumber Suara
Karena fungsi dari bangunan ini khususnya untuk pagelaran seni teater,
maka sebaiknya sumber suara datang dari arah yang sama dengan obyek
yang ditonton. Dengan demikian pengeras suara sebaiknya diletakan pada
bagian panggung.
2. Penerima Suara
Alat pendengaran manusia dapat menerima suara dengan frekuensi yang
berkisar antara 20 – 2000 dan telinga yang sensitif 400 – 5000 Hz dengan
intesitas 10 – 12 db dan kekerasan suara antara 20 – 140 phons.
3. Perambatan Suara
a. Dari luar
Kegaduhan jalan raya, suara pesawat terbang, jatuhnya air hujan pada atap
gedung, dan sebagainya. Sumber suara dari luar ini harus direduksi sebanyak
– banyaknya agar tidak mengganggu kenyamanan penonton.
b. Dari dalam
Kegaduhan yang ditimbulkan oleh suara mesin AC, genset, dan sebagainya.
Namun, pengalaman menunjukan, bahwa dalam pola pemancaran
suara manusia perbedaan frekuensi sepanjang sudut total 90º dalam arah
depan, dapat diabaikan.
Gambar 2. 5. Balkon Gedung Konser
Hal ini yang perlu diperhatikan adalah waktu reverberasi (RT) yang
berlaku didalam suatu ruang. Jika RT terlalu rendah dari RT yang
direkomendasikan untuk suatu ruang tertentu, maka suara dalam ruang akan
tidak jelas pada bagian sudut ruang. Jika RT terlalu tinggi dari RT yang
direkomendasikan, maka kemungkinan terjadinya gaung dan gema semakin
tinggi, yang tentunya sangat berpengaruh pada kualitas suara dalam ruang
tersebut. Rekomendasi RT pada ruang dapat dilihat pada Gambar (L. Doelle,
Leslie, 1985: Akustik Lingkungan).
b. AudienceSeating
Menurut anatomi manusia, gerakan kepala yang wajar dalam batas
menyenangkan adalah 30º gerakan keatas, dan 40º kebawah maupun
gerakan kesamping. Hal ini dapat dijadikan acuan pada perancangan fasilitas
tempat duduk didalam teater. (Panero, Julius and Martin Zelnik, 1979 : 286).
c. Data Sirkulasi Dalam Ruang
Personal Zone, memiliki luas area 0,95 m². Khususnya bagi ruang teater,
termasuk no-touch zone area, sebab kontak antar penonton dapat dihindari
selama tidak diperlukan, dan ruang gerak yang memungkinkan hanya untuk
sekelompok orang saja, memiliki luas area 0,65 m². (Panero, Julius and
Martin Zelnik, 1979 : 186)
d. Data Pencahayaan
Penerangan buatan,terdiri atas dua sub system :
1. Sistem penerangan untuk penglihatan (visibility), terdiri atas :
Managerial Lighting (penerangan umum)
Safety Lighting pada selasar, atau koridor
Cleaners Lighting (panic lighting) digunakan pada saat pembersihan,
atau keadaan darurat
2. Sistem penerangan untuk tata sinar (digunakan pada R. Auditorium, R.
Multipurpose, ekterior bangunan), terdiri atas :
Strip Lamp
Flood Lamp (sinar memancar)
Profile Lamp (sinar mengumpul)
Mirror Lamp (sinar bujursangkar)
Dalam merancang ruang teater, salah satu faktor yang perlu diperhatikan
adalah pencahayaan, baik didalam ruangan, maupun diatas panggung.
Cahaya yang menyilaukan akan menyulitkan pengunjung (audience) waktu
melihat suatu obyek. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997 : 16)
e. Data Penataan Panggung
20º rake with no more than 25 rows is recommended. Beyond 20 m, facial expressions are hardly visible.
(Pada perancangan gedung pertunjukan, penatan tempat duduk penonton
sangatlah penting, kemiringan sudut max 35º dan tidak lebih dari 25 baris
sangat dianjurkan. Diatas 20 m, ekpresi muka artis sulit untuk dilihat). Hal
ini terlihat pada Gambar 2.13. (Lord, Peter and Duncan Templeton, 1960 :
The Architecture of Sound).
Gambar 2. 7. Penataan Tempat Duduk
Jarak penonton terjauh dari tepi luar panggung direkomendasikan tidak
lebih dari 37,5 m, seperti yang terlihat pada Gambar 2.14. (Ingerslev, F.,
Gambar 2. 8. Jarak Pandang Penonton
2.1.3. Studi Kasus
a. Sidney Opera House
Data proyek :
The opera house of sidney
Function : performance hall and theatre
Arsitek : Jorn Utzon
Material : beton dan keramik
Pertama kali di bangun maret 1957
Pertama kali di buka : 1965 – sekarang
Luas : 1.8 ha
Tinggi 120 m
Sidney Opera House merupakan ikon Australia yang berfungsi sebagai tempat
pagelaran seni besar – besaran berskala internasional. Sebagai tempat pagelaran
berskala internasional, Sidney Opera House sudah tentu memiliki fasilitas yang
memenuhi standar internasional, baik dari segi kapasitas penontonnya, maupun
dari akustik ruangnya, serta struktur bangunannya yang membuat gedung ini
berdiri kokoh.
b. Fasilitas yang ada :
1. Drama Theatre
- Daya tampung: 544 kursi
- Digunakan hanya untuk pertunjukan drama dan dance
- Auditorium juga seperti opera theatre, dinding tercat hitam tetapi atapnya
terbuat dari aluminium yang membuat hangat tanpa terlalu banyak angin.
- Dinding sengaja dicat hitam untuk membuat penonton fokus pada pagelaran
seni yang ditampilkan.
2. Concert Hall
- Daya tampung 2679 kursi
- Digunakan pertunjukan seperti konser musik, opera drama,dance,dll
- Atap dinding tangga dilapisi kayu khas australia
- Di atapnya tergantung ‘acoustic ring’ yang berfungsi membantu musisi
dengan merefleksikan beberapa suara instrumen agar memantul pada atap
ruangan.
Gambar 2. 11. Acoustic Ring
c. Opera Theatre
- Daya tampung: 1.547 kursi
- Digunakan untuk pertunjukan opera, balet dan dansa
- Auditoriumnya mirip ‘Concert Hall’ namun pada Theatre ini dinding dan
atapnya berwarna hitam agar perhatian penonton dapat terfokus pada panggung.
Gambar 2. 13. Opera Theatre
- Bentuk tatanan kursi yang melingkar menjadikan bentuk estetik yang mana
terdapat fokus yaitu panggung itu sendiri.
Gambar 2. 15. Akustik Ruang
b. Taman Ismail Marzuki
Gedung Kesenian Ismail Marzuki ini merupakan bangunan moderen. Gedung
ini biasa disebut dengan gedung TIM. TIM merupakan gedung pertunjukan yang
terbagi menjadi 2 bagian, bagian pertunjukan tertutup dan bagian pertunjukan
terbuka. Dari segi akustik masih memiliki kekurangan tetapi dari segi konsep
panggung cukup baik.
Lokasi
Gedung TIM ini gabung dengan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dimana
gedung ini terletak di depan IKJ. Gedung ini berada di jalan Cikini Raya no 73
Jakarta 10330.
Fasilitas yang ada
Di TIM ini fasilitas tempat yang tersedia adalah : Graha Bhakti Budaya,
Galeri Cipta, Studio Pertunjukan Seni, Teater Kecil.
Graha Bakti Budaya merupakan gedung pertunjukan yang mempunyai
kapasitas 800 kursi, 600 kursi berada di bawah, 200 kursi berda di balkon.
Sedangkan pada Teater Kecil mempunyai kapasitas 240 kursi, 188 kursi berada di
bawah, dan 52 kursi berada di balkon. Fasilitas yang disediakan adalah :
Panggung yang berukuran 15m x 10m x 6m
R. Ganti
R. Tiket
Kepala Badan
Kepala
Subag Subag
Bidang Bidang Bidang
Seksi Subag
Pergelar
Seksi
Seksi Seksi Seksi
Operator
Fasilitas pendukung dari Taman Ismail Marzuki ini adalah Area Parkir yang
cukup luas, Cafe, Toko Buku, dan Kantor Pengelola.
Struktur Organisasi
Struktur Organisai pada Taman Ismail Marzuki ini adalah dijabarkan sebagai
berikut :
Diagram 2. 1. Struktur Organisasi Taman Ismail Marzuki (Sumber : Profil Taman Ismail Marzuki Jakarta, 2008)
Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan TIM ini menyatu dengan lingkungannya dan adanya
pemanfaatan serta pengolahan elemen – elemen ruang. Adanya pemanfaatan
elemen dinding untuk loket merupakan salah satu contohnya.
Detail
Pemakaian material menggunakan bata, baja, dan kaca. Untuk interiornya
terutama pada dindingnya menggunakan bahan yang dilapisi dengan bahan
penyerap, dimana pada dinding tersebut dilapisi lagi oleh beton, glasswoul, yang
berfungsi sebagai peredam suara yang paling tinggi, dan lapisan selanjutnya kayu
besi, yang berfungsi sebagai pemotong suara. Ketebalan kayu tersebut 14 cm,
lebar kayu 4 cm, lebar antar kayu 1 cm.
Gambar 2. 17. Lay Out TIM Gambar 2.18. Stage Hidrolik
2.1.4. Analisa Hasil Studi
Pada dasarnya gedung pagelaran untuk seni teater ini mementingkan
kebutuhan akustik ruang, sehingga pada ruang pertunjukannya hampir tidak
terdapat bukaan. Dinding di dalam ruang pertunjukannya juga diberikan warna
gelap, agar perhatian penonton terfokus pada pertunjukan yang sedang
berlangsung, dan tidak terpecah. Penataan bangku penonton juga berorientasi ke
arah panggung, dan dibuat bertingkat, agar pandangan penonton ke arah panggung
tidak terhalang. Selain itu, plafon pada ruang pertunjukan dibuat berdasarkan pada
syarat akustik bagi gedung pertunjukan, yaitu dibuat berlapis – lapis, agar suara
yang datang dari sumber bunyi dapat tersebar dengan merata ke seluruh ruangan,
sehingga semua penonton dapat mendengar dengan jelas.
2.2. Tinjauan Khusus
Tinjauan ini menbahas obyek rancangan secara detail. Pembahasan
mencakup kegiatan yang terjadi di dalam gedung ini dan juga fasilitas-fasilitas
yang disediakan dalam Pusat Pagelaran Seni Teater ini.
2.2.1. Lingkup pelayanan
Lingkup perancangan sesuai dengan fungsi bangunan yaitu sebagai tempat
untuk menggelar petunjukan – pertunjukan seni terutama seni teater, untuk
mengembangkan kebudayaan Indonesia, yang berada di Surabaya. Selain itu Pusat
Pagelaran Seni Teater ini memberikan fasilitas penunjang yang dapat memenuhi
kebutuhan pengunjung selama pertunjukan berlangsung, maupun ketika
menunggu berlangsungnya pagelaran seni.
Dari lingkup pelayanan ini nantinya akan membantu menentukan
ruang-ruang apa saja yang harus hadir dalam perancangan ini. Lingkup pelayanan ini
juga dapat timbul dikarenakan kebutuhan tempat untuk melakukan aktifitas yang
dilakukan dalam bangunan. Hadirnya ruang - ruang yang ada didalam juga dapat
pedoman perancangan. Berikut ini adalah beberapa lingkup layanan yang ada
pada proyek ini diantaranya adalah :
a. Fasilitas Pertunjukan : fasilitas ini dihadirkan untuk menampung kegiatan
pertunjukan yang terbagi lagi menjadi fasilitas pertunjukan seni teater modern,
dan fasilitas pertunjukan seni teater tradisional.
b. Fasilitas Pengelolah : fasilitas pengelolah ini berupa tempat dimana tempat
ini diperuntukkan untuk kegiatan pembukuan atau administrasi, yang biasanya
dihuni oleh pengelolah dan karyawan yang mengelolah proyek ini.
c. Fasilitas Penjualan : fasilitas ini dihadirkan untuk menampung kegiatan
penjualan yang terbagi lagi menjadi penjualan makanan dan minuman,penjualan
souvenir dan penjualan oleh-oleh.
d. Fasilitas Penunjang : fasilitas penunjang ini berfungsi untuk menunjang
kegiatan-kegiatan yang berada pada bangunan seperti misalnya tempat parkir
untuk memarkirkan kendaraan pengunjung agar pengunjung tidak perlu takut atau
binggung untuk menitipkan kendaraan yang dibawa.
2.2.2. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang
Aktifitas pengunjung juga dapat menentukan ruang-ruang yang harus ada
pada proyek ini,agar nantinya setiap kegiatan yang ada didalam bangunan ini
terkoordinir sesuai dengan aktifitasnya masing-masing.Berikut ini adalah
beberapa asumsi aktifitas yang dilakukan oleh pengunjung :
Tabel 2.1. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
Karakteristik
Fasilitas Aktivitas Nama ruang
A B C
- Panggung tempat
pertunjukan
Stage
x
- Perpanjangan
Karakteristik
Fasilitas Aktivitas Nama ruang
A B C
- Ruang duduk
pengunjung
- Meletakan alat musik
Sinking
Forestage
x
- menggantungkan latar
belakang
Ringging Loft
x
- menjual makanan dan
minuman
Cafetaria /
Snack Bar x
- menjual tiket Loket x
- antri tiket Ruang Antri x
- buang air Toilet x
- persiapan pemain Ruang
Persiapan x
- merias pemain Ruang Rias x
- ganti kostum pemain Ruang Ganti x
Ruang
Pertunjukan
- menyimpan pakaian
pentas
Ruang Kostum
x
- menyimpan latar
belakang
Gudang Latar
Belakang x
- menyimpan alat – alat
pertunjukan
Gudang Alat
Pertunjukan x
- mengontrol tata cahaya
dan lampu
Ruang Kontrol
Cahaya dan
Suara x
Daerah
Pertunjukan
Karakteristik
Fasilitas Aktivitas Nama ruang
A B C
film Proyektor x
- melakukan penelitian
dan pengembangan yang
berkaitan dengan seni
pertunjukan
Ruang Kasie
Penelitian dan
Pengembangan
x
- melakukan kerja
ketatausahaan
Ruang Kasie
Tata Usaha x
- melakukan kerja
kerumahtanggaan
Ruang Kasie
Rumah Tangga x
- menangani personil
pusat pagelaran seni teater
Ruang Kasie
Personalia x
- mengatur keuangan dan
menyelenggarakan
pembukuan
Ruang Kasie
Keuangan dan
Pembukuan
x
- melakukan kerja
kehumasan, publikasi,
informasi, dan
dokumentasi
Ruang Kasie
Humas dan
Publikasi
x
- mengatur semua
persiapan pertunjukan
untuk gedung pertunjukan
Ruang Kasie
Preparasi x
- mengatur operasional
setiap pertunjukan untuk
gedung pertunjukan
Ruang Kasie
Operasional x
Daerah
Pengelola dan
Karyawan
- melakukan kerja
administrasi
Ruang Kabag.
Karakteristik
Fasilitas Aktivitas Nama ruang
A B C
- melakukan kerja teknis
dan operasional
Ruang Kabag.
Teknis dan
Operasional
x
- menerima tamu Ruang Tamu x
- menyimpan buku Perpustakaan x
- melakukan rapat
pengelola
Ruang Rapat
x
- melakukan kerja
kesekretariatan
Ruang
Sekretaris x
- melakukan kerja direktur Ruang Direktur
x
- menerima pengunjung Hall
x
- mempertunjukan hasil
karya seniman
Ruang Pamer
x Gallery
- menyimpan peralatan Ruang
Penyimpanan x
- buang air Toilet x
- menurunkan dan
menerima pengiriman
barang
Ruang Loading
Dock x
- menyimpan barang –
barang karyawan
Ruang Locker
x
Karakteristik
Fasilitas Aktivitas Nama ruang
A B C
mengoperasikan sistem
mekanikal dan elektrikal
Rg. Mesin AC
Rg. AHU
Rg. Pompa
Rg. Panel
Rg. Travo
x
- memarkir kendaraan
pengunjung
Parkir
Pengunjung x
Area Parkir
- memarkir kendaraan
pengelola&karyawan
Parkir
Karyawan x
Keterangan :
A : Publik B : Semi Publik C : Privat
2.2.3. Pengelompokan Ruang
Pengelompokan kebutuhan ruang Pusat Pagelaran Seni Teater di Surabaya
ini terdiri dari :
1. Fasilitas utama, terdiri dari :
a. Ruang pertunjukan teater modern
b. Ruang pertunjukan teater tradisional
2. Fasilitas penunjang, terdiri dari :
a. Cafe
b. Snack Corner
c. Ruang Pengelola
d. Servis Area
3. Fasilitas Pelengkap, terdiri dari :
a. Gallery
2.2.4. Perhitungan Luas Ruang
Perhitungan standar ruang berdasarkan :
- Data Arsitek, Ernest Neufert (NDA)
- Time Saver Standart for Bulding Type, Joseph de Chiara & Jhon
Callender (TSS)
- New Metric Handbook, Patricia Tutt & David Adler (NMH)
- Asumsi berdasarkan studi kasus / studi perbandingan (SP)
- Building for Administration Entertainment, and Recreation Facility
(BAER)
- Hotel, Motel, and Condominium (HMC)
- Building and Planning Design Data Standart (BPDS)
Perhitungan studi ruang berdasarkan pertimbangan :
- Kapasitas pemakai
- Sirkulasi
- Peralatan pendukung
- Kenyamanan pemakai
Gedung Pertunjukan
Gedung pertunjukan di dalam Pusat Pagelaran Seni Teater di Surabaya ini di
bagi menjadi 2 ruang, sesuai dengan jenis pertunjukan yang digelar, yaitu
pagelaran seni teater modern, dan pagelaran seni teater tradisional. Masing –
masing ruang diasumsikan sebanyak 1200 orang. Masing – masing ruang
pertunjukan dibagi menjadi 3 kelas :
- Penonton kelas VIP : 120 orang
- Penonton kelas I : 680 orang
- Penonton kelas festival : 400 orang
Tabel 2.2. Perhitungan Luas Ruang
Area Ruang Standart Perhitungan Luas
Fasilitas Utama
BAER
9x9 m atau d= 9m
Area Ruang Standart Perhitungan Luas
Fasilitas Utama
Lebar total = 3w + 10
TSS
Lebar total = 3w Panjang Stage = ½ w
Panjang Apron = 0,16 – 4,6 lebar fire curtain Kedalaman side stage 7-10 m
=0,93 m
- Kedalaman side stage = 7-10m - Lebar stage = 10 m
- Lebar fire curtain = ½ x 10 m = 5 m - Lebar total = (3x10)+5 m = 35m - Kedalaman stage = 9 m
- Ukuran stage = 35 x 9 m
315 m²
Tempat duduk penonton
NAD
- Penonton kelas VIP posisi duduk 2 m²/orang, kapasitas 120 orang, luas lantai = 240 m² + flow 30% = 312 m² - Penonton kelas I posisi duduk 1 m²/orang, kapasitas 680, luas lantai = 1020 m² + flow 30% = 1326 m² - Penonton kelas festival posisi duduk 1 m²/orang, kapasitas 400orang, luas lantai = 400 m² +
Area Ruang Standart Perhitungan Luas
Fasilitas Utama
flow 30% = 520 m²
Ruang kontrol
Suara Minimal 6,5 m² 6,5 m²
Ruang kontrol cahaya
minimal 6,5 m², termasuk ruang operator 2 lampu spot light @ 3 m² = 12,5 m²
12,5 m²
Ruang penghawaan
minimal 6,5 m² 6,5 m²
Teater Modern
Entrance hall/lobby
NAD
1-5 m² / orang waktu
kedatangan 15-30 menit
- jumlah
pengunjung 1200 orang
- Jumlah
pengunjung rata-rata /menit = 120orang - Jumlah
pengunjung pada jam puncak 2x120 orang = 240 orang
Area Ruang Standart Perhitungan Luas
Fasilitas Utama
- luas entrance hall = 4 m² x 240
Loket
BAER 5 m²/ruang
penjualan tiket ukuran umum 0,9x2,25x1,75 m jumlah minimal 2 buah
- asumsi karcis pada saat 720/30menit = 24 orang/menit - asumsi n = loket melayani 8 orang/menit
Ruang Kabag. Undangan
BAER 12-20 m² 20 m²
Ruang tunggu BAER 10 m² 10 m²
Toilet penonton
HMC kebutuhan min.
Area Ruang Standart Perhitungan Luas
Fasilitas Utama
Ruang persiapan SP 1,5 m²/orang kapasitas = 25% x
Ruang ganti BPDS 18-22 sgft/orang
1,65-1,98 m²/orang
kapasitas = 25% x 50 = 13 orang
25,74 m²
Ruang kostum BPDS 600-800 sgft
54-72 m²
72 m²
Toilet pemain
HMC kebutuhan min.
Pria : 2 WC @ 2 m²/100 orang, 4 urinial @ 1,1 m²/25 orang, 3 wastafel @ 1,4 m²/65-200 orang kebutuhan min. Wanita : 3 WC @2 m²/50 orang, 3 wastafel @ 1,5 m²/65-200 orang, rg. Rias = 1,6 m²
Gudang umum BPDS 300-400 sgft
27-36 m²
36 m²
Gudang alat BPDS 300-400 sgft
27-36 m²
36 m²
Ruang sosial/green room dalam 15 menit melayani 4-5 orang/menit
pelayanan =40/2 =
Area Ruang Standart Perhitungan Luas
Fasilitas Utama
20 orang - panjang snack bar = 8 m
- lebar snack bar = 5 m
- luas snack bar = 5 x 8m
Ruang tata usaha kapasitas 4 orang 4 x 5,5 = 22m²
15m²
22m²
Ruang Rumah Tangga kapasitas 3 orang 3 x 5,5 = 22m
15m²
16,5m
Ruang Kabag. Umum kapasitas 4 orang 4 x 5,5 = 22m²
15m²
22m²
Ruang Keuangan dan
Pembukuan kapasitas 6 orang 6 x 5,5 = 22m²
15m²
33m²
Ruang Humas dan Publikasi
NAD Rg. Kasie = 15
m²/orang
Rg. Staff = 5,5 m²/orang
Rg. Kasie = 15m² kapasitas 4 orang 4 x 5,5 = 22m² Rg. Staff preparasi gudang = 5 x 5,5m²
Rg. Preparasi teater, masing - masing = 3 x 5,5m²
15m²
27,5m²
16,5m² Ruang
Penelitian dan Pengembangan kapasitas 3 orang 3 x 5,5 = 22m kapasitas 3 orang 3 x 5,5 = 22m
15m²
Area Ruang Standart Perhitungan Luas
Fasilitas Utama
m²/orang kapasitas 3 orang 2x 5,5 = 22m
15m²
11m²
Ruang Teknis Operasional kapasitas 3 orang 3 x 5,5 = 22m
Ruang Wakil
Kepala
Toilet HMC kebutuhan min.
Pria : 2 WC @ 2 m²/100 orang, 4 urinial @ 1,1 m²/25 orang, 3 wastafel @ 1,4 m²/65-200 orang kebutuhan min.
Wanita : 3 WC
@2 m²/50 orang,
3 wastafel @ 1,5
m²/65-200 orang,
rg. Rias = 1,6 m²
Wastafel=3
Area Ruang Standart Perhitungan Luas
Fasilitas Utama
Wastafel=3
buah x 1,5 m² 15-30 menit
-Jumlah
pengunjung = 200
orang
-Jumlah rata – rata/
menit = 63 orang
-Jumlah
pengunjung pada
jam puncak 2 x 63
orang = 132 orang
-Luas entrance hall
= 3 m² x 132
Cafetaria Stan Makanan dan Minuman
SP 10 stan @ 20 m² 10 x 20 = 200m² 200 m²
Rg. Sholat SP 10 x 20 m 200 m²
Tempat Wudhu SP 2 tempat Wudhu
@ 12 m²
Area Ruang Standart Perhitungan Luas
Fasilitas Utama
Musholla
Toilet HMC kebutuhan min.
Pria : 2 WC @ 2 m²/100 orang, 4 urinial @ 1,1 m²/25 orang, 3 wastafel @ 1,4 m²/65-200 orang kebutuhan min. Wanita : 3 WC @2 m²/50 orang, 3 wastafel @ 1,5 m²/65-200 orang, rg. Rias = 1,6 m²
Tinggi Lantai = 1,05 – 1,15 m² Luas = 61 m² Tinggi plafon=6m
Lebar min = 4,9m
Tinggi =
1,05-1,15m
Tinggi plafon= 6m
Uk. Pintu = 2,4 x
Jadi, luas keseluruhan bangunan = 6.031,74 + 1.809,522
Area Parkir
Kapasitas ± 1.200 orang,
Asumsi 30 % dengan mobil, yaitu 360, 1 mobil 4 orang = 90 mobil.
Studi luas = 12,5 m² / mobil, jadi luas area parkir mobil = 1.125 m²
Asumsi 40 % dengan motor, yaitu 480 orang, 1 motor 2 orang = 240 motor.
Studi luas = 2 m² / motor, jadi luas area parkir motor = 480 m²
Asumsi 30 % dengan kendaraan umum, yaitu 360 orang.
Luas area parkir penonton = 1.605 m²
Jadi, luas keseluruhan proyek = 7841,262 + 1605
BAB III
TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN
3.1.
Latar Belakang Pemilihan Lokasi
Kota Surabaya sebagai pemilihan lokasi Pusat Pagelaran Seni Teater di
Surabaya ini, karena Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia.
Dikategorikan pula sebagai kota metropolis, karena tingkat pertumbuhan
penduduknya yang juga cukup padat setelah Jakarta.
Kota di Surabaya dibagi menjadi lima kawasan yaitu Surabaya Pusat,
Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Barat. Struktur tata
ruang kota Surabaya yang cenderung dilayani satu pusat utama yaitu kawasan
pusat kota memberikan dampak terhadap jalur transportasi yang mengalir ke arah
pusat kota. Dampak yang lain adalah terhadap perkembangan fisik kota, yang
disebabkan kelengkapan fasilitas yang cenderung memusat.
Melihat pesatnya perkembangan pembangunan di daerah Surabaya Pusat,
dan juga derasnya aliran transportasi ke arah pusat kota tersebut, maka
perencanaan Pusat Pagelaran Seni Teater di Surabaya ini terletak di Surabaya
Pusat, karena memiliki beberapa pertimbangan sebagai berikut :
- Kawasan ini terkenal sebagai landmark dan ikon dari kota Surabaya.
- Kawasan ini memiliki potensi besar dalam berkembang.
- Kawasan ini merupakan jantung atau pusat kehidupan yang ada di kota
Surabaya.
- Kawasan ini juga merupakan distrik sentra bisnis dan hiburan di kota
Surabaya.
3.2. Penetapan Lokasi
Sebagai dasar alternatif pemilihan lokasi site Pusat Pagelaran Seni Teater
di Surabaya yaitu dengan memperhatikan beberapa kriteria untuk mempermudah
- Aspek Pencapaian.
Mudah dicapai baik dari dalam kota maupun luar kota hal ini memberi nilai
lebih, karena tempat dapat mudah dijangkau.
- Aspek Tata Kota.
Dalam aspek tata kota daerah Basuki Rahmat merupakan daerah Unit Distrik
Jasa dan Hiburan maka dari itu dalam perencanaan Pusat Pagelaran Seni Teater di
Surabaya tersebut membutuhkan lokasi atau lahan sebagai proyek perancangan
yang pada dasarnya merupakan lahan yang diperuntukkan untuk hiburan,
mengingat proyek yang dipilih merupakan fasilitas untuk kesenian. Lokasi
terletak pada area perdagangan atau bisnis atau dapat disebut juga sebagai Distrik
Jasa dan Hiburan, dengan alasan sebagai berikut :
1. Penggunaan daya listrik yang besar.
2. Frekuensi penggunaan akses melalui jaringan telepon maupun internet
relatif tinggi.
- Aspek Penyediaan Tanah.
Dibutuhkan lahan yang cukup luas untuk menampung segala fasilitas yang
dibutuhkan di dalam komplek Pusat Pagelaran Seni Teater sehingga segala
aktifitas di dalam pagelaran tersebut dapat berjalan dengan baik. Lokasi terbebas
dari getaran dalam volume yang relatif tinggi ( misalnya getaran dari sebuah
pabrik ), ini dikarenakan dalam pada perencanaan pusat pagelaran dalam aktifitas
ruang-ruang perencanaan pusat pagelaran yang berupa Studio dan didalamnya
terdapat perangkat – perangkat yang tidak tahan terhadap getaran atau goncangan.
- Aspek Aktifitas Penunjang.
Adanya komplek lembaga pendidikan Broadcast Design Unair, tempat
peninggalan budaya sejarah yaitu Arca Joko Dolog, pertokoan atau ruko,
perkantoran, perhotelan, restoran siap saji, pusat perbelanjaan, dan tempat rekreasi
yang dapat mendukung aktifitas .
- Aspek Sarana Prasarana.
Tersedianya sarana dan prasarana infrastuktur kota seperti telah tersedianya air
pencapaian para pengunjung dalam mencapai site seperti angkutan kota, taksi, dan
lain – lain, yang dapat mendukung pelaksanaan operasional.
Berdasarkan kriteria di atas, maka pemilihan lokasi perencanaan Pusat
Pagelaran Seni Teater di Surabaya ini berada di Jalan Basuki Rahmat, Surabaya.
Penetapan Lokasi yang berada pada kawasan Surabaya Pusat ini juga didasari
pertimbangan potensi bangunan di sekitar site yang berupa fasilitas umum,
perdagangan, serta merupakan kawasan golongan menengah atas yang sekiranya
dapat menjadi daya dukung perencanaan Pusat Pagelaran Seni Teater di Surabaya.
3.3. Kondisi Fisik Lokasi
3.3.1. Existing Site
Pusat Pagelaran Seni Teater di Surabaya ini berada di wilayah Surabaya
Pusat, yaitu jalan Basuki Rahmat. Dengan rincian kondisi lokasi sebagai berikut :
Luas lokasi bangunan : + 2 hektar
Klasifikasi dan kondisi ruas jalan utama pada kawasan perencanaan (jalan
Basuki Rahmat) yaitu antara lain sebagai berikut :
Kondisi / Jenis Perkerasan : baik dan beraspal.
Lebar Jalan (m) : 19,20 m.
Lebar Trotoar (m) : 2,75 + 0,50 m.
Lebar Saluran Tepi : 1,00 + 1,00 m.
(Sumber :Tata Kota Surabaya, Mei 2003).
Data tapak yang ada pada kawasan perencanaan tepatnya di sekitar site
Basuki Rachmat antara lain sebagai berikut :
1. Suhu harian : suhu minimum 27,2 º C dan suhu maksimum 28,8
º C
2. Kelembaban : 66 % - 85 %
3. Tekanan udara : 1007,5 Mbs – 1012,2 Mbs
4. Curah hujan : 172 mm / tahun.
Kondisi Site.
Dalam suatu perencanaan dan perancangan sebuah bangunan khususnya
ditujukan pada Pusat Pagelaran Seni Teater ini haruslah menganalisa dan
melihat kondisi site yang akan digunakan sebagai site proyek tersebut,
sehingga sebelum proses pembangunan nanti, bangunan yang akan
dirancang dapat menyesuaikan dengan keadaan di sekitar site Basuki
Rachmat. Kondisi site tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Topografi :
Sebagai kawasan perencanaan merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian tanah bervariasi ( ketinggian maksimum + 5 meter dan
ketinggian minimum + 4,3 meter dari titik I Tanjung Perak yang
mempunyai ketinggian + 3, 6075 meter terhadap Air Rendah Purnama /
ARP.
( Sumber : Tata Kota Surabaya, Mei 2003 ).
1. Hidrografi :
Kedalaman air tanah pada kawasan perencanaan adalah 2,0 sampai
dengan 3,0m
( Sumber : Tata Kota Surabaya, Mei 2003 ).
2. Geologi tanah :
Menurut data kemampuan tanah dan jenis tanah dari peta data pokok
Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya tahun 1992, kondisi tanah
pada kawasan adalah :
Lereng : Mempunyai kemiringan 0 – 2 %
Kedalaman efektif tanah : Lebih dari 90 cm
Tekstur tanah : Halus
Drainase : Tidak pernah tergenang
Erosi : Tidak ada erosi
Faktor pembatas : Air tanah asin
Gambar 3.1. Site Area
Sumber : Tata Kota Surabaya, 2000 - 2005
(Lokasi proyek merupakan lahan kosong yang berada di jalan Basuki Rahmat)
Gambar 3.2. Peta Site Area Sumber : Google Earth
Data Lokasi :
Lokasi : Jl. Basuki Rahmat
Kelurahan : Embong Kaliasin
Kecamatan : Genteng
Kotamadya : Surabaya
Propinsi : Jawa Timur
KDB maksimum : 50%
GSB maksimum : 300%
GSB (m) : 6 meter - 10 meter
Damija (m) : 25 meter
(Sumber : hasil pengamatan Tata Kota Surabaya 2000-2005).
3.3.2. Aksesibilitas
Aktifitas di ruas sepanjang jalan Basuki Rahmat ini dipengaruhi oleh 3
faktor, diantaranya sebagai berikut :
1. Kepadatan / kemacetan lalu lintas biasanya terjadi pada pagi hari dan sore hari
pada jam-jam masuk dan pulang kerja.
2. Kepadatan dan kemacetan dikarenakan dimensi jalan tidak sesuai lagi dengan
jumlah kendaraan yang melewatinya, disamping itu juga disebabkan karena
jalan Basuki Rahmat merupakan simbol pertemuan arus lalu lintas yang
datang dari kawasan Surabaya Barat menuju Timur.
3. Kepadatan / kemacetan tersebut juga disebabkan karena tingginya aktifitas
keluar – masuk di Tunjungan Plaza.
Selain itu arus pencapaian cukup mudah, dikarenakan adanya jalan yang
lebar dan jarang terjadi kemacetan. Pencapaian dari dalam kota menuju lokasi site
dapat dilalui dari beberapa alternatif jalur, antara lain :
- Alternatif jalur 1 :
Jl. Panglima Sudirman – Jl. Basuki Rahmat (dari arah daerah Bambu Runcing)
Jl. Urip Sumoharjo – Jl. Basuki Rahmat (dari arah daerah BRI Tower ).
- Alternatif jalur 2 :