• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda. Proses pergantian siklus dari masa produktif perlahan-lahan menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda. Proses pergantian siklus dari masa produktif perlahan-lahan menjadi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menopause

2.1.1 Definisi Menopause

Menopause adalah tahapan siklus reproduksi wanita, dimana menstruasi dihentikan untuk selamanya, tidak mudah untuk mengetahui selama periode ini, dan karena setiap wanita memiliki siklus reproduksi yang berbeda. Proses pergantian siklus dari masa produktif perlahan-lahan menjadi non produktif disebabkan hormon esterogen dan progesteron berkurang (Ita Eko Suparni, 2016) .

Menopause alami yaitu wanita tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut, hal ini bukan disebabkan oleh penyakit, tetapi merupakan gejala yang wajar dalam siklus hidup wanita. Menopause ditandai dengan penurunan kadar esterogen dan progesteron, yang dapat menyebabkan berbagai gejala seperti hot flashes, keringat malam, vagina kering, dll (Maurida, Widniah, Lani, & Indarwati, 2018).

2.1.2 Fase Menopause

Berikut merupakan fase menopause, antara lain : 1. Pre Menopause

Pada fase ini adalah masa peralihan antara masa reproduksi dan masa menstruasi yang tidak teratur dan mengalami pendarahan yang banyak dalam waktu yang relativ lama (Ita Eko Suparni, 2016). (Miller, 2016) menjelaskan bahwa pre menopause merupakan waktu awal menopause, pada tahap ini hal-hal yang berhubungan dengan reproduksi akan melambat tetapi tetap tidak stabil, ini berlangsung

(2)

10

selama dua hingga enam tahun, dan setiap orang memiliki alasan yang sama, karena salah satu ovarium tidak dapat menghasilkan sel telur untuk pembuahan, hal ini menyebabkan penurunan hormon utama wanita, dan penurunan ini menyebabkan timbulnya menopause. 2. Menopause

Menopause adalah tahap normal dalam siklus hidup wanita dimana periode menstruasi dihentikan selamanya, tahap ini setiap orang dimulai berbeda dan pada usia yang berbeda, ada beberapa wanita yang mengalami menopause pada usia 30 tahun, namun secara umum wanita mengalami menopause pada usia 50 tahun pada usia ini hormon esterogen dan sel telur berkurang secara drastis (Ita Eko Suparni, 2016).

3. Senium

Senium adalah periode setelah menopause dan bisa juga disebut paska menopause, kondisi ini jika wanita sudah menopause selama 12 bulan sampai menuju senium, dan kondisi ini biasanya terjadi pada usia 50 tahun, paska menopause wanita dapat menyesuaikan kondisinya agar tidak mengalami masalah fisik di antara usia 65 tahun, akibat perubahan keseimbangan hormonal, beberapa wanita akan mengalami gejala, semua bagian tubuh dapat mulai menua secara signifikan, tetapi kebanyakan wanita harus menjaga aktivitas fisik, mental, dan seksualnya setelah menopause (Ita Eko Suparni, 2016).

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Menopause

Faktor yang mempengaruhi menopause, antara lain : 1. Menarche (usia saat haid pertama kali)

(3)

11

Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara usia menarche dengan usia wanita memasuki menopause, kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukan bahwa semakin dini seseorang mengalami menstruasi untuk pertama kali, maka semakin tua atau semakin lama usia memasuki masa menopause (Ita Eko Suparni, 2016).

2. Usia Melahirkan

Mengenai usia persalinan, semakin tua seorang wanita memiliki anak, semakin tua usia seorang wanita memasuki menopause, penelitian menunjukan bahwa wanita di atas 40 tahun yang masih melahirkan anak akan mengalami usia menopause yang lebih tua, hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja reproduksi bahkan memperlambat proses penuaan pada tubuh manusia (Ita Eko Suparni, 2016).

3. Faktor Psikis

Kadar esterogen merupakan penyebab terjadinya perubahan fisik atau psikis wanita, perubahan tersebut memiliki beberapa gejala yang jelas, yaitu isomnia, perubahan mood yaitu mudah tersinggung, kesepian, perasaan kekurangan, penurunan konsentrasi, energi dan gairah turun, perubahan psikologis ini setiap wanita akan mengalami gejala yang berbeda, tergantung dari kemampuan wanita tersebut untuk beradaptasi dengan gejala perubahan psikologis tersebut (Ita Eko Suparni, 2016).

(4)

12

Meski belum ditemukan jumah anak mempengaruhi usia menopause, namun, berbagai penelitian menemukan bahwa semakin sering seorang wanita melahirkan, semakin tua wanita tersebut memasuki masa menopause (Jayanti, 2019).

5. Kebiasaan Merokok

Dibandingkan dengan non-perokok, wanita dengan kebiasaan merokok lebih cenderung mengalami menopause dini dibandingkan dengan non-perokok, tetapi tidak ada definisi usia menopause yang pasti, mereka yang tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut tanpa alasan yang jelas, dapat dikatakan mengalami menopause (Pudiastuti, 2012).

6. Pengobatan Medis

Menopause juga disebabkan oleh obat-obatan, seperti obat-obatan dan operasi tertentu, penanganan medis termasuk kemoterapi, ovariektomi, dan radioterapi panggul (Pudiastuti, 2012).

7. Usia

Penyebab utama menopause adalah usia, penyebab ini adalah awal pubertas dan akhir masa subur wanita yang dapat menyebabkan melambatnya fungsi ovarium (Pudiastuti, 2012).

2.1.4 Gejala Menopause

Menopause dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik, dan akan muncul berbagai gejala, berikut adalah gejala yang sering dialami, di antaranya :

1. Gejala Pada Vagina

Gejala ini terjadi karena adanya perubahan lapisan dalam dinding vagina akibat penurunan kadar esterogen, kadar esterogen yang lebih

(5)

13

rendah menyebabkan vagina menjadi tidak elastis, kering dan menimbulkan nyeri saat berhubungan (Pudiastuti, 2012).

2. Gangguan Seksual

Pada gangguan ini sering terjadi pada wanita menopause, biasanya disebabkan karena rasa lelah, dan akhirnya menyebabkan penurunan libido pada wanita dengan menopause, penyebab menurunnya libido adalah penurunan produksi esterogen, faktor stres, dan depresi (Pudiastuti, 2012).

3. Jantung Berdebar-debar

Dalam hal ini, juga disebabkan oleh perubahan hormonal dan diperburuk oleh stres, konsumsi kopi yang berlebihan dan alkohol (Pudiastuti, 2012).

4. Gejala Emosional dan Kognitif

Secara umum wanita dengan menopause sering mengalami gejala tersebut, namun gejala yang dialami oleh setiap wanita berbeda-beda , yaitu perubahan suasana hati yang cepat, mudah tersinggung, gangguan memori dan kelelahan mental, tidak jelas gejala mana yang akan dipengaruhi oleh perubahan hormonal (Pudiastuti, 2012).

5. Gejala Perkemihan

Perubahan dinding bagian dalam vagina, uretra, juga terjadi akibat penurunan esterogen yang merupakan wanita terjadi infeksi saluran kemih (Pudiastuti, 2012).

(6)

14

Biasanya, bahkan semua wanita menopause mengalami gejala tersebut, hot flashes yaitu sensasi panas dari tubuh dalam beberapa menit, kemudian menghilang dengan sendirinya (Hasnita et al., 2019). 7. Keringat Berlebihan

Meski cuaca tidak panas dan kondisi tubuh rileks, wanita menopause akan sering berkeringat banyak di malam hari, hal ini karena berkurangnya hormon noradinalin akan membuat vasodilatasi pembuluh darah di kulit, yang berujung pada sedikit peningkatan suhu kulit dan sensasi panas, kemudian akan menghasilkan keringat malam yang berlebih (Hasnita et al., 2019).

2.1.5 Patofisiologi menopause

Menopause terjadi akibat dari menurunya level esterogen dari dalam tubuh wanita, terdapat dua jenis hormon pada wanita yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH), yang keduanya diperlukan dan penting untuk perkembangan reproduksi yang normal, dan keduanya bersama-sama membantu memproduksi esterogen pada wanita. LH menstimulir produksi endrogen (suatu prekursor esterogen), sedangkan FSH menstimulasi perkembangan follikuler dan aktivitas enzim aromatase. Arotamase adalah enzim yang dapat merubah endrogen menjadi esterogen. Selama menopause berkurangnya suplai follikel menyebabkan hormon LH dan FSH yang tidak digunakan meningkat, yang membuat kadar esterogen menurun dan menghentikan proses menstruasi.

Pada wanita menopause hilangnya fungsi ovarium secara bertahap akan menurunkan kemampuannya dalam menjawab rangsangan hormon-hormon hipofisis untuk kemudian menghasilkan hormon-hormon steroid. Saat wanita

(7)

15

dilahirkan mempunyai kurang lebih 750.000 folikel primordial, dengan meningkatnya usia akan mengakibatkan jumlah folikel tersebut menjadi semakin berkurang, pada saat usia 40-44 tahun rata-rata jumlah folikel primordial menurun sampai 8300 buah, yang disebabkan adanya proses ovulasi pada setiap siklus dan juga karena adanya apoptosis yaitu proses folikel primordial yang mati dan terhenti pertumbuhannya, proses tersebut terjadi terus menerus selama kehidupan seorang wanita, hingga pada saat usia 50 tahun fungsi ovarium menjadi sangat menurun (Akbar, Tjokroprawiro, & Hendarto, 2020).

Jika jumlah folikel mencapai angka kritis maka sistem pengaturan hormon akan terganggu, hal ini dapat menyebabkan terjadinya insufisiensi korpus luteum, siklus haid anovulatorik dan akhirnya akan terjadi oligomenore. Perubahan-perubahan dalam sistem vaskularisasi ovarium sebagai akibat proses penuaan dan terjadinya sklerosis pada sistem pembuluh darah ovarium diyakini sebagai penyebab gangguan vaskularisasi ovarium. Terjadinya proses penuaan dan penurunan fungsi ovarium menyebabkan ovarium tidak mampu menjawab rangsangan hipofisis untuk menghasilkan hormon steroid (Akbar et al., 2020).

2.1.6 Penatalaksanaan menopause 1. Terapi Sulih Hormon

Terapi sulih hormon atau HRT (hormone replacement therapy) dapat mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan menopause, dan akibat kurangnya esterogen pada wanita, oleh karena itu pilihan pengobatan utama adalah dengan memberikan pengganti esterogen

(8)

16

(Namora Lumongga Lubis, 2016). Terapi ini bisa menyeimbangkan kadar hormon esterogen dan progesteron saat mendekati menopause. 2. Fitoesterogen

Fitoesterogen adalah zat yang terdapat pada tumbuhan dan biji, dan strukturnya mirip dengan esterogen (Salahuddin et al., 2019). Fitoesterogen merupakan kelompok tumbuhan yaitu biji-bijian, sayur mayur, dan kacang-kacangan yang sifatnya mirip esterogen (Hetty Maria Sihotang, 2018). Fitoesterogen tanaman yang dapat diserap oleh tubuh dan mengalami banyak perubahan melalui sekresi atau dekomposisi menjadi kompenen lain yang masih memiliki sifat yang sama dengan esterogen (Salahuddin et al., 2019). Pada tumbuhan terdapat tiga jenis utama yaitu isoflavon, lignin, dan eksipen (Ariyanti & Apriliana, 2016).

2.1.7 Upaya Menghadapi Menopause

Menghadapi menopause dapat dengan menjaga kebiasaan makan yang benar dan latihan fisik yang tepat, karena hilangnya esterogen juga dapat menyebabkan penyakit berbahaya seperti penyakit jantung dan osteoporosis, oleh karena itu menjaga pola makan yang benar atau pengaturan nutrisi yang tepat sangat penting untuk menjaga kondisi fisik yang maksimal. Selain mengatur kebiasaan makan yang tepat, aktivitas yang cukup juga dapat mengurangi keluhan menopause, meningkatkan cara berfikir yang postif bahwa terjadinya menopause merupakan suatu proses alamiah seorang wanita yang harus diterima sebagai alur perjalanan hidup manusia (Namora Lumongga Lubis, 2016). Hentikan kebiasaan buruk, seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol.

(9)

17 2.2 Konsep Kedelai

2.2.1 Definisi Kedelai

Kedelai atau dikenal juga dengan (Glicyne max) merupakan tumbuhan yang banyak mengandung fitoesterogen dibandingkan tanaman lainnya (Salahuddin et al., 2019). Kandungan senyawa yang banyak terkandungan di dalam kedelai adalah isoflavon, isoflavon dikenal sebagai turunan fitoesterogen karena strukturnya yang mirip dengan hormon esterogen, isoflavon memiliki fungsi sebagai antioksidan dan memiliki efek biologis yang mirip dengan esterogen, esterogen berperan sangat penting dan aktif dalam proses penyembuhan penyakit akibat hormon (Mulyati, 2018).

Dalam isoflavon terdapat dua sumber antioksidan yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami). Antioksidan alami yaitu yang digunakan berasal dari senyawa fenolik, seperti golongan flavonoid, flavonoid merupakan metabolit sekunder yang terdapat pada bahan alami dan dapat digunakan untuk mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas (Yulifianti et al., 2018).

Biji kedelai merupakan kompenen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis, bentuk biji kedelai yang ada di Indonesia berkriteria lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai yang ada di Indonesia berkriteria lonjong. Pengelompokan ukuran biji kedelai berbeda antar negara, di Indonesia kedelai dikelompokkan berukuran besar (berat>14 g/100 biji), sedang (10-14 g/100 biji), dan kecil (<100 g/100 biji). Biji sebagian besar tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit biji (testa). Antara kulit biji dan kotoledon terdapat lapisan endosperm (Riyanto & Subchan, 2015).

(10)

18 2.2.2 Kandungan Kedelai

Kedelai merupakan bahan pangan dengan nilai gizi yang tinggi, kedelai merupakan sumber vitamin, protein, lemak, mineral dan serat tinggi pada bagian kacang-kacangan. Kedelai merupakan salah satu sumber protein, tidak hanya sumber protein kedelai juga memiliki kandungan yang cukup banyak, kandungan lain pada kedelai yaitu vitamin A, E, K, berbagai kandungan vitamin B, kandungan mineral pada kedelai lebih tinggi yaitu (Fe, K, Zn, dan P), namun kandungan asam lemak jenuhnya pada kedelai sekitar 60%, dan kedelai mengandung dua macam asam lemak tak jenuh yaitu asam linoleat dan asam linolenat (Siti Nur Aidah, 2020).

Kandungan isoflavon dalam kedelai juga tinggi, isoflavon merupakan flavonoid utama pada biji kedelai, yang dapat mencegah terjadinya reaksi berantai dan memiliki potensi efek antioksidan yang dapat mengikat radikal bebas (Yulifianti et al., 2018). Kandungan isoflavon pada kedelai berkisar antara 128-380 mg/ 100g, dan antara 80,7-213,6 mg/ 100 g, tergantung dari varietas atau genotipe kedelai dan kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman (Handayani et al., 2020) .

Dalam biji kedelai terdapat 12 macam isoflavon berupa aglikon dan glikosida, bentuk aglikon ini tidak mengikat molekul gula, tetapi glikosida mengikat molekul gula, isoflavon dalam bentuk aglikon memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan mudah diserap oleh usus halus, sedanngkan bentuk glikosida yaitu genistein, daidzein, dan gliserin, semuanya menjadi senyawa aglikon atau dicerna saat difermentasi ke dalam bentuk pengolahan, kemudian di urai oleh enzim halus menjadi glukosidase (Yulifianti et al., 2018).

(11)

19 2.2.3 Manfaat Kedelai

Beberapa manfaat kedelai, antara lain : 1. Banyak akan asam amino esensial

Sejumlah besar asam amino esensial dilihat dari kaya akan nutrisi pada kedelai, tidak heran jika kedelai merupakan sumber protein nabati terbaik, protein kedelai tidak hanya mengandung asam amino esensial yang sangat berguna bagi tubuh manusia, tetapi tubuh sendiri tidak dapat memproduksinya. Oleh karena itu, tubuh manusia perlu lebih banyak mengkonsumsi makanan dari luar untuk memenuhi kebutuhan asam amino esensial seperti kedelai dan makanan olahan kedelai (Siti Nur Aidah, 2020).

2. Berguna untuk jantung

Protein dan isoflavon dalam kedelai dapat menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat), dan jika kolesterol dikendalikan dengan baik, dapat membantu mengurangi risiko stroke, serangan jantung, dan penyakit jantung lainnya (Siti Nur Aidah, 2020).

3. Mengurangi gejala menopause

Pada wanita menopause, isoflavon sangat bermanfaat dan dapat menggantikan hormon esterogen. (Handayani et al., 2020) menjelaskan bahwa isoflavon telah terbukti berikatan dengan reseptor esterogen, ketika kadar esterogen menurun maka akan banyak reseptor esterogen yang tidak terikat. Jika tubuh manusia mengkonsumsi kedelai dan produk olahan kedelai maka isoflavon akan digabungkan dengan esterogen. Reseptor dapat menghasilkan

(12)

20

efek menguntungkan bagi wanita, untuk mengurangi gejala menopause.

4. Menurunkan berat badan

Kedelai juga dapat menurunkan berat badan, karena kandungan protein dan serat yang tinggi dapat menunda rasa lapar seseorang, selain itu glikemik merupakan nilai yang menunjukkan seberapa cepat tubuh mengubah karbohidrat menjadi gula, makanan dengan indeks glikemik yang rendah akan mengurangi rasa lapar, karena tubuh cenderung lebih lambat mencerna makanan tersebut (Siti Nur Aidah, 2020).

5. Melancarkan Pencernaan

Kandungan serat yang tinggi pada kedelai dapat membantu saluran pencernaan menjadi sehat, berkat kandungan isoflavon pada kedelai dapat membantu melancarkan buang air besar yang teratur, serta dapat juga membantu memperlancar usus sehingga memperlancar sistem pencernaan, mengkonsumsi kedelai dapat mengurangi risiko sembelit (Siti Nur Aidah, 2020).

6. Mengendalikan gula darah

Indeks glikemik yang rendah pada kedelai dapat berdampak pada kadar gula darah dalam tubuh, hal tersebut biasanya dapat dilihat pada makanan dengan beban glikemik yang rendah, makanan tersebut dapat menyebabkan kadar gula darah dalam tubuh relatif rendah, sebaliknya jika makanan mengandung glikemik yang tinggi, makanan tersebut dapat meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh (Siti Nur Aidah, 2020).

(13)

21 2.2.4 Olahan makanan sumber kedelai

Banyak makanan yang terbuat dari bahan baku kedelai, tanaman kedelai tidak hanya dijadikan sebagai bahan pangan, tetapi juga berbagai olahan kedelai :

1. Tempe

Tempe merupakan produk olahan kedelai yang ditambahkan Rhizopus oligomericis melalui proses fermentasi fermentasi ini dinamakan “ragi tempe” yang tumbuh pada kedelai dan menghidrolisis senyawa kompleks menjadi senyawa sederhanan yang mudah dicerna (Utari & Riyadi, 2010). Akibat tumbuhnya miselium kapang, kacang-kacangan memiliki warna putih menempel pada biji kedelai kemudian teksturnya mengeras (Mulyati, 2018). Proses pembuatan tempe akan difermentasikan dua kali yaitu saat merendam dan pemberian ragi (Utari & Riyadi, 2010). Tempe merupakan produk olahan kedelai yang mengandung B12 yang berperan dalam pembentukan sel darah merah.

2. Tahu

Tahu merupakan makanan pokok di Indonesia, ada dua jenis tahu yaitu bahan baku dan bahan tambahan, bahan baku tahu berasal dari kedelai yang difermentasi kemudian diekstrak, sedangkan bahan lainnya adalah garam, kunyit, cuka dan bahan penggumpalan yang biasanya menggunakan sisoko (CaSO4), sisoko terbuat dari gips yang mengandung kalsium sulfat yang dibakar kemudian ditumbuk halus menjadi tepung (Wisnu Cahyadi, 2012).

(14)

22

Sari kedelai adalah cairan hasil dari pengolahan yanng berasal dari kacang kedelai. Sari kedelai yang dibuat menggunakan kedelai putih sebanyak 15-30 gram setiap hari, karena untuk mendapatkan manfaat yang maksimal setiap wanita menopause membutuhkan 50-100 gram isoflavon setiap hari, diketahui bahwa 1 gram kacang kedelai mengandung 3,5 mg isoflavon (Hetty Maria Sihotang, 2018). Pembuatan sari kedelai dengan cara direndam 14 jam, digiling selama 20-25 menit, disaring, dicampur dengan air menggunakan gelas ukur, diukur hingga sari kedelai sebanyak 250 ml dan ditambah pemanis dengan perbandingan tertentu kemudian direbus sampai matang dimana sari kedelai dapat di simpan di dalam kulkas dengan suhu 4oC

selama 3 hari (Tranche et al., 2016).

Menurut United States Department of Agriculture (USDA), sari kedelai banyak mengandung protein, lemak karbohidrat, serat, kalsium, besi, kalium, natrium, riboflavin, vitamin B-12, vitamin A, vitamin D dan asam lemak jenuh (United States Department Agriculture, 2015). Kandungan isoflavon pada 200 ml sari kedelai yang mengandung 20 mg kacang kedelai adalah 8,27 µmol g-1 setara

dengan 47,62 mg isoflavon aglikon (2,9 µmol g-1 isoflavon = 13,99 mg

isoflavon) sehingga, kandungan isoflavon pada 250 ml sari kedelai yang mengandung 25 mg kacang kedelai adalah 49,75 mg isoflavon (Tranche et al., 2016).

Berbagai olahan kedelai seperti tahu, tempe, dan sari kedelai. Keunggulan sari kedelai adalah olahan kedelai yang lebih dianjurkan untuk wanita menopause, karena salah satunya yang terbukti efektif

(15)

23

mengatasi sidroma menopause adalah isoflavon yang terkandung dalam sari kedelai. Selain harganya yang murah, produknya juga telah dikenal masyarakat, pembuatan sari kedelai juga lebih mudah dibandingkan dengan tahu dan tempe. Selain isoflavon, zat gizi sari kedelai yang dapat mengurangi gejala menopause adalah vitamin E, yang bermanfaat menjaga keseimbangan hormon yang dapat mengurangi gejala menopause. Vitamin E alami lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan vitamin E sintetik (Yulifianti et al., 2018).

2.3 Konsep Hot flashes 2.3.1 Hot flashes

Hot flashes adalah rasa hangat yang sangat kuat yang dapat menyebabkan kemerahan, berkeringat, dan juga dapat terjadi meningkatnya detak jantung, sekitar 85% wanita menopause mengalami hot flashes, gejala hot flashes berkisar dari ringan hingga parah, diikuti oleh kecemasan, perubahan mood, gangguan tidur, dan mudah marah, serta perasaan tidak terkendali (Hasnita et al., 2019).

Norepinefrin dianggap sebagai neurotransmitter primer yang bertanggung jawab menurunkan set point dan memicu mekanisme kehilangan panas. Kadar neropinefrin meningkat sebelum dan selama hot flashes (rasa panas). Esterogen memodulasi reseptor adrenergik di banyak jaringan. Defisiensi esterogen dapat menurunkan konsentrasi reseptor α2-adrenergik di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan konsentrasi norepinefrin, sehingga menyebabkan gejala vasomotor. Serotonin kemungkinan merupakan

(16)

24

neurotransmiter yang lain. Defisiensi esterogen dikaitkan dengan penurunan kadar serotonin darah (Schorge et al., 2016).

2.3.2 Gejala Hot flashes

Keadaan ini umumnya berlangsung selama 3 sampai 5 menit, walaupun intensitas dan durasinya bisa bervariasi pada tiap wanita. Pada beberapa orang mengalami keluhan ini bisa disertai dengan gejala palpitasi, rasa berdenyut pada kepala dan leher, nyeri kepala, kadang mual, dan ansietas. Perubahan fisiologis yang dapat terlihat adalah peningkatan temperatur tubuh, denyut, nadi dan nafas .

Hot flashes terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher, dada, dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat disertai keringat yang berlebihan. Sekitar 75% wanita mengalaminya selama 1 tahun, dan 25-50% mengalaminya selama lebih 5 tahun. Hot flashes dapat berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit. Keluhan hot flashes mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar esterogen yang rendah. Pemberian esterogen dalam bentuk terapi efektif dalam meredakan keluhan hot flashes pada 90% kasus (Ita Eko Suparni, 2016).

2.3.3 Etiologi Hot flashes

Berikut ini merupakan terjadinya semburan panas (hot flashes) :

1. Disfungsi pusat pengaturan suhu tubuh yang disebabkan oleh perubahan kadar esterogen selama menopause (Ferri, 2014).

2. Penggunaan tamoxifen

Tamoxifen merupakan obat yang digunakan untuk mencegah kanker payudara wanita, mengobati kanker payudara pria dan wanita, efek

(17)

25

samping yang umum dari obat ini adalah menyebabkan hot flashes (Ferri, 2014).

3. Kegagalan ovarium akibat kemoterapi

Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat-obatan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, efek samping obat kemoterapi dapat menyebabkan sensasi gerah dan keringat tiba-tiba akibat hot flashes (Budaya & Daryanto, 2020).

4. Terapi ablasi androgen untuk kanker prostat

Tujuan teapi ablasi adalah untuk menghancurkan sel-sel yang telah mengalami perubahan pra kanker, dan kemudian membunuh sel-sel baru yang sehat (Albar, 2020).

2.3.4 Presentasi Klinis & Temuan Hot flashes

(Ferri, 2014) menjelaskan bahwa pada saat kejadian vasomotor ditemukan bahwa terdapat bintik-bintik merah pada kulit dan keringat berlebih, palpitasi dan hyperreflexia terjadi selama hot flashes, dan hot flashes sering terjadi selama tidur yaitu keringat malam, setiap kali hot flashes terjadi, itu terkait dengan peningkatan suhu, frekuensi nadi, aliran darah ke tangan dan wajah, semburan panas berlangsung selama 5 menit dan sepertiga wanita melaporkan lebih dari 10 semburan panas sehari.

2.3.5 Penatalaksanaan Hot flashes

(Ferri, 2014) menjelaskan bahwa penanganan hot flashes dapat dilakukan melalui terapi non obat dan terapi general rx. Melalui intervensi perilaku (seperti pelatihan relaksasi dan pernapasan cepat), non farmakologi dapat secara efektif mengurangi gejala hot flashes pada beberapa wanita yang mengalami menopause dengan hot flashes, juga bisa menghindari kafein,

(18)

26

alkohol, tembakau atau merokok, dan menghindari makanan pedas. Kedua terapi sulih hormon dapat dilakukan melalui general rx, dan dilaporkan dapat mengurangi 80%-90% hot flashes, namun terapi dikontraindikasikan pada banyak wanita, dan kebanyakan takut melakukannya, karena potensi resiko dan efek samping pengobatan, terapi ini harus dipertimbangkan sebelum digunakan pada pasien mana pun.

Referensi

Dokumen terkait

Jaya Bersama Poultry Farm Desa Sei Merahi, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing, Arang Sekam dan MKM terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang

Abstrak Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Perkembangan suatu wilayah akan menyebabkan kebutuhan air terus

Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh tidak terkontrolnya tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama, yang ditandai

Tingkat kepuasan mahasiswa memiliki perbedaan yang nyata antara mahasiswa phasing out dan mayor minor terhadap atribut kesesuaian kurikulum dengan mandat departemen, informasi

Saya kira menarik untuk diperhatikan bahwa ketika kita melihat hal-hal yang ajaib ini terjadi pada awal Kisah Para Rasul pasal 2, orang-orang berbicara dalam bahasa-bahasa

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kemampuan inteligensi dengan prestasi belajar matematika adalah signifikan dengan T-statistik