• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memiliki kesamaan variabel. Objek penelitian, dan menggunakan pendekatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. memiliki kesamaan variabel. Objek penelitian, dan menggunakan pendekatan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu, peneliti menemukan beberapa penelitian akhir yang memiliki kesamaan variabel. Objek penelitian, dan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Di antaranya yaitu:

1. Skripsi yang disusun oleh Azizah Noor Laila jurusan Sastra Arab di Universitas Negeri Malang pada Tahun 2010 dengan judul “ Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Arab kelas VII Mts”. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh azizah, penerapan metode think pair share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan berbicara hal ini terbukti dari hasil nilai rata-rata siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode TPS yaitu pasca tindakan: 67,25, dilanjut siklus I: 79,88, kemudian siklus II: 84,25. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.1

2. Skripsi yang disusun oleh Zuhrotul Masrifah jurusan Sastra Arab di Universitas Negeri Malang pada tahun 2010 dengan judul “Penerapan Pembelajaran Koperatif Model Think-Pair-Share (TPS) untuk Meningkatkan

1 Azizah, Noor Laila. Penerapan pembelajaran kooperatif metode think-pair-share (TPS)

(2)

Prestasi Belajar pada Ketrampilan Membaca Bahasa Arab di MTsN 02 Malang”. Skripsi ini membahas tentang penerapan pemebelajaran model TPS untuk meningkatkan prestasi belajar pada ketrampilan membaca bahasa Arab di kelas VIII dengan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu pre test dan post test. Prestasi belajar siswa yang menerapkan pembelajaran kooperatif TPS pada keterampilan membaca bahasa Arab meningkat, dari rata-rata hasil pre test sebesar 84,4 dengan keberhasilan belajar sebanyak 21 siswa (77,8%), dan rata-rata hasil post test sebesar 94,8 dengan keberhasilan belajar sebanyak 27 siswa (100%). Sedangkan prestasi belajar siswa yang menerapkan metode pembelajaran konvensional pada keterampilan membaca bahasa Arab menurun, dari rata-rata hasil pre test sebesar 84,07 dengan keberhasilan belajar sebanyak 22 siswa (81,5%), dan rata-rata dari hasil post

test sebesar 83,7% dengan ketuntasan belajar sebanyak 21 siswa (77,8).2

3. Visipena Journal Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 yang ditulis oleh Rita Novita yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Materi Trigonometri di Kelas XI IA1 SMA Negeri 8 Banda Aceh”. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket respon siswa, lembar observasi, dan tes hasil belajar. Menurut hasil analisa dan kajiannya, jurnal tersebut menyimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative tipe think pair share efektif diterapkan pada materi

2 Masrifah, Zuhrotul. (2010). Penerapan pembelajaran kooperatif model think-pair-share

(TPS) untuk meningkatkan prestasi belajar pada keterampilan membaca Bahasa Arab di MTsN 2 Malang. skripsi Jurusan Sastra Arab-Fakultas Sastra UM. (2010).

(3)

trim gonometri di kelas XI IA1 SMA Negeri 8 Banda Aceh karena mencakup empat aspek efektivitas yaitu ketuntasan belajar (siswa tuntas sebanyak 87,5%), kemampuan guru mengelola pembelajaran (berada dalam kriteria baik), aktivitas siswa (aktif), dan respon siswa (positif).3

Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah dipaparkan di atas memiliki letak perbedaan dengan penulis yaitu menitikberatkan pada penerapan model pembelajaran cooperative think pair share untuk meningkatkan keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Arab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis bahasa Arab siswa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative think pair share dan untuk menegetahui efektif atau tidak dalam meningkatkan kemampuan menulis atau mahârah kitâbah bahasa Arab. Sedangkan persamaannya yaitu pada penerapan pembelajaran cooperative think pair share.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu rancangan atau pola yang dipakai sebagai pedoman guru agar kegiatan pembelajaran berlangsung berjalan dengan baik.4 Untuk menerapkan model pembelajaran pun di perlukan strategi dan pola yang berbeda karena setiap pola atau pendekatan yang kita gunakan memiliki

3

Rita Novita, „Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Pada Materi Trigonometri Di Kelas Xi Ia1 Sma Negeri 8 Banda Aceh‟, Visipena Journal, 5.1 (2014), 128– 35 <https://doi.org/10.46244/visipena.v5i1.929>.

4 Himawan Putranta, et al., Model-Model Pembelajaran Kelompok Sistem Perilaku,

(4)

posisi yang berbeda terhadap siswa, tidak semua siswa mampu menangkap informasi yang telah disampaikan oleh pendidik, maka dari itu dengan adanya model pembelajaran guru harus mampu memahami kondisi siswa terlebih dahulu atas permasalahan yang dialaminya agar penerapan model pembelajaran bisa berjalan dengan efektif.5

Model pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu pembelajaran yang sudah tersusun dari awal sampai akhir yang telah direncanakan oleh guru, atau bisa kita sebut dengan bingkai dari suatu penerapan atau pendekatan metode, teknik pembelajaran. Adapun menurut I Wayang model pembelajaran merupakan kerangka tersusun yang menyampaikan suatu prosedur secara teratur atau sistematis dalam mengorganisasikan pembelajaran untuk mencapai tujuan hasil belajar yang baik.

Adapun ciri-ciri model pembelajaran sebagai berikut:

a. Memiliki tujuan pembelajaran, contohnya model berfikir secara rasional untuk mengembangkan proses berfikir secara teoritis.

b. Dapat dijadikan pegangan dalam mengelolah kelas agar tercapainya tujuan pembelajaran.

c. Memiliki tahap-tahap yang akan dilakukan.

d. Adanya pengaruh ketika menggunakan model pembelajaran.

5 Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa,

(5)

e. Adanya persiapan sebelum pembelajaran berlangsung karena sudah memiliki pedoman model pembelajaran yang akan diterapkan.6

2.2.2 Cooperative Think Pair Share

1. Pengertian Cooperative Think Pair Share

Pembelajaran cooperative think pair share dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Marylan. Cooperative think pair

share merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk

meningkatkan aktivitas siswa menjadi lebih baik.

Model pembelajaran cooperative think pair share dapat menjadikan

siswa bekerja secara mandiri dan bekerja sama dengan teman yang lain, siswa akan berpartisipasi secara optimal, serta cooperative think pair share tidak hanya dapat diterapkan dalam pelajaran dan jenjang tertentu namun dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Selain itu pembelajaran cooperative think pair share dapat memudahkan sejumlah guru dalam pembelajaran, karena guru tidak perlu menjelaskan materi secara lengkap namun hanya menjelaskan secara singkat untuk memandu jalannya diskusi kemudian siswa diperintahkan untuk memecahkan masalah bersama teman-temannya.7

6 Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran, (Sidoarjo: Nizamia

Learning Center, 2016), hal. 25

7 Putu Deli Januartini, Ketut Agustini, and I Gede Partha Sindu, „Studi Komparatif Model

(6)

Model pembelajaran cooperative think pair share melibatkan pergantian dua arah dalam berkomunikasi melalui tulisan, jadi para siswa dituntut untuk mempertimbangkan suasana dalam menulis atau bahkan dapat menyimpulkan hasil diskusi kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan, model Think Pair Share (TPS) ini menjadikan suasana di kelas lebih terlihat kreatif.8

Model pembelajaran cooperative think pair share dapat mempengaruhi pola pikir siswa, dengan kegiatan diskusi pembelajaran cooperative akan lebih efektif menjadikan variasi pola belajar, yang mana kegiatan pembelajaran tidak hanya pasif, namun siswa harus aktif dalam mengemukakan pendapat dan merespon tanggapan.9 Pada dasarnya penggunaan model pembelajaran think pair share mampu meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi.10

Menurut Rosita & Leonard bahwa think pair share adalah cara bagaimana menciptakan kerjasama para siswa dengan antar kelompok.

Mapel Tik Kelas X Sma N 1 Sukasada‟, Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 13.2 (2016), 148–60 <https://doi.org/10.23887/jptk.v13i2.8523>.

8 N P Lindawati, R Asriyani, and I Wayan A A, „Kemampuan Menulis Karangan Dialog

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Pada Mahasiswa Jurusan Tata Hidangan Di Akademi‟, Teknologi, Sains, Dan Sosial Humaniora, November, 2018, 457–64 <https://www.jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/sintesa/article/view/516>.

9 Siti Fatimah Husna, M. Ikhsan, „Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan

Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (Tps)‟, Jurnal Peluang, 1.2 (2012), 81–92.

10 hadi Susanto, Enis Nurnawati, Dwi Yulianti, „Peningkatan Kerjasana Siswa SMP Melalui

Penerapan Pembelajaran Kooperatiif Pendekatan Think Pair Share‟, Unnes Physics Education Journal, 1.1 (2012) <https://doi.org/10.21831/cp.v0i1.1471>.

(7)

Siswa juga saling membantu satu sama lain dalam menyampaikan pendapat, atau solusi untuk memecahkan suatu permasalahan.11

2. Tahap-Tahap Pembelajaran Cooperatif Think Pair Share

Model pembelajaran cooperative think pair share meliputi 3 tahapan diantaranya:

a. Berpikir (Thinking)

Pada tahapan ini guru memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa terkait masalah yang dikaji, dan memberikan waktu beberapa menit kepada siswa untuk berpikir secara mandiri dalam memecahkan masalah.

b. Berpasangan (Pairing)

Tahapan selanjutnya yaitu siswa diperintahkan untuk mencari pasangan kemudian mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Pada tahapan ini guru meminta siswa untuk saling bekerja sama kepada teman yang lain untuk memecahkan masalah yang terjadi. Guru memberikan waktu tidak lebih dari lima menit untuk berdiskusi terhadap teman pasangannya.

c. Berbagi (Sharing)

11 Ita Rosita and Leonard Leonard, „Meningkatkan Kerja Sama Siswa Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share‟, Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 3.1 (2015), 1–10 <https://doi.org/10.30998/formatif.v3i1.108>.

(8)

Tahapan ini merupakan tahapan akhir dimana siswa yang telah diminta untuk mencari pasangan dan berdiskusi, kemudian berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas. Hal ini bertujuan untuk membagi pendapat dari pasangan satu ke pasangan yang lainnya.12

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Think

Pair Share

Masing-masing model pembelajaran pasti memiliki kelebihan tersendiri, di antara kelebihan dari cooperative think pair share diantaranya:

a. Siswa dapat merumuskan masalah secara mandiri dan memperoleh pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan. Hal ini didasari oleh guru yang tidak menyampaikan secara langsung terkait contoh dan bahasan materi.

b. Siswa terbiasa dalam memahami konsep karena terlatih untuk saling tukar pemikiran dengan temannya dan mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

c. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena dituntut untuk menyelesaikan masalah secara berpasangan.

d. Siswa diberikan kesempatan untuk membagi pendapat dan ide yang dimiliki kepada teman lainnya.

12 Iskandar Zulkarnain and Soraya Djamilah,„Penerapan Model Pembelajaran Think Pair and

Share Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama‟ EDU-MAT:

(9)

e. Guru memiliki lebih banyak waktu untuk memantau siswa dalam proses pembelajaran.

Adapun kelemahan dalam model pembelajaran cooperative think pair share diantaranya:

a. Siswa yang memiliki kemampuan lebih akan merasa terhambat oleh siswa yang memilki kemampuan rendah, hal tersebut akan berdampak terhadap keberlangsungan diskusi pada masing-masing pasangan. b. Hasil yang didapatkan adalah hasil kelompok. Guru semestinya dapat

membedakan kemampuan individu serta memberikan penilaian terhadap masing-masing individu dalam suatu kelompok.

c. Model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama, hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan dengan secara berkelompok sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk berdiskusi dan berbagi.

d. Siswa kurang mendapatkan informasi langsung dari guru karena dalam pembelajaran ini peran siswa yaitu untuk saling membelajarkan kepada siswa yang lain dan guru hanya memantau dan memulai jalannya diskusi.

(10)

e. Guru akan merasa kesulitan dalam meminta siswa tampil percaya diri karena masing-masing siswa memilki sifat dan karakteristik yang berbeda.13

2.2.3 Mahârah Kitâbah

Mahârah Kitâbah atau keterampilan menulis menurut bahasa adalah kumpulan kata yang tersusun dan teratur. Sedangkan secara epistimologi merupakan kumpulan dari kata yang tersusun dan mengandung arti, karena

kitâbah tidak akan terbentuk kecuali dengan adanya kata yang beraturan.14

Menurut Kamal mahârah kitâbah merupakan kemampuan untuk mengaktualisasikan perihal yang dibaca serta yang didengar lalu mampu menuangkan ke dalam rangkaian kata-kata yang membentuk tulisan yang tersusun sesuai kaidah ilmu bahasa Arab dengan tujuan dapat dipahami oleh si pembaca.15

Keterampilan menulis dapat digolongkan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut merupakan kegiatan dalam melaksanakan

mahârah kitâbah dan hasil dari produk menulis tersebut. Penggolongan mahârah

kitâbah berdasarkan sudut pandang yang kedua menghasilkan pembagian produk

13 Ita Rosita and Leonard Leonard, „Meningkatkan Kerja Sama Siswa Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share‟, Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 3.1 (2015), 1–10 <https://doi.org/10.30998/formatif.v3i1.108>.

14

Fajriah, „Strategi Pembelajaran Maharah Kitabah Pada Tingkat Ibtidaiyah‟, PIONIR Jurnal

Pendidikan, 6.2 (2017), 33.

15 Juhaeti Yusuf, Ahmad Zaki Alhafidz, and Muhammad Fahmi Luthfi, „Menulis Terstruktur

Sebagai Urgensi Pembelajaran Maharah Al-Kitabah‟, An Nabighoh: Jurnal Pendidikan Dan

(11)

menulis dalam empat macam, yaitu karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.16

1. Tujuan Mahârah Kitâbah

Menurut Hamid, tujuan pembelajaran mahârah kitâbah, yaitu17:

a. Agar peserta didik terbiasa menulis bahasa Arab dengan baik dan benar. b. Agar peserta didik mampu mendeskripsikan sesuatu yang dialami dengan

cermat dan benar.

c. Agar peserta didik terbiasa memilih kosakata atau kalimat yang sesuai dengan konteks.

d. Agar peserta didik terbiasa berpikir dan mengekspresikan dalam tulisan dengan cepat.

e. Melatih peserta didik menuangkan ide atau gagasan dalam ungkapan bahasa Arab yang benar dan jelas.

2. Jenis-Jenis Mahârah Kitâbah

Mahârah kitâbah memiliki dua jenis pembelajaran, yaitu pembelajaran imlâ’ dan pembelajaran ta’bịr. Adapun pembelajaran imlâ’ memiliki beberapa tahapan yaitu18:

16

Ayu Fitri Lestari, „Penerapan Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Bahasa Arab Siswa – Siswi MTs Satu Atap Al – Hidayah Batu‟,

Pembelajaran Bahasa, Sastra, Dan Budaya Arab Di Indonesia, 2019, 250–59.

17 Nurul Fadlillah, „Al Kalimah Al Mutaqati‟ah Sebagai Media Permainan Bahasa Arab

Dalam Maharah Kitabah‟, 1–12.

18 Hastang, „Upaya Optimalisasi Maharah Kitabah Melalui Model Pembelajaran Berbasis

Proyek Pada Materi Al-Jumlah‟, Didaktika, 12.1 (2019), 62 <https://doi.org/10.30863/didaktika.v12i1.176>.

(12)

a. Imlâ’ Manqûl ) لوقنم ءلامإ )

Tingkatan pertama dalam pembelajaran mahârah kitâbah atau yang biasa digunakan untuk pemula yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis huruf dan kata, menulis dari kanan ke kiri, menghubungkan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, dan menulis kalimat yang benar dari segi mufrodât dan tarkịb.

b. Imlâ’ Mandhûr )روظنم ءلامإ (

Tingkatan ini merupakan kelanjutan dari imlâ’ manqûl. Misalnya meminta siswa untuk menulis sebagian kalimat yang telah dipelajari, dibaca, dan ditulis dalam imlâ’ manqûl tanpa melihat buku. Kemudian dibandingkan tulisan yang ditulis dalam imlâ’ mandhûr dengan tulisan pada imlâ’ manqûl dari sisi kebenaran tulisannnya.

c. Imlâ’ Ikhtibâry)يرابتخإ ءلامإ(

Pada tingkatan ini, membutuhkan kemampuan mendengar, menghafal apa yang didengar, dan menuliskan apa yang didengar sekaligus dalam waktu yang sama.

Jenis pembelajaran kedua dalam mahârah kitâbah disebut dengan istilah

ta’bịr/insyâ’ yang ada dua tingkatan yaitu19

: 1. Ta’bịr/Insyâ’ Muwajjah )هجوم ءاشنإ /ريبعت)

19 Hastang,„Upaya Optimalisasi Maharah Kitabah Melalui Model Pembelajaran Berbasis

Proyek Pada Materi Al-Jumlah‟, Di daktika, 12.1(2019), 62 <https://doi.org/10.30863/didaktika.v12i1.176>.

(13)

Pada tingkat ini dimulai secara bertahap dari menulis sederhana dengan menulis satu kalimat kemudian berkembang menjadi beberapa kalimat kemudian menjadi satu paragraf kemudian dua paragraf dan seterusnya. Misalnya, mendeskripsikan sebuah gambar, guru membacakan sebuah wacana dan meminta siswa menulis ringkasannya, dan membalas surat.

2. Ta’bịr/Insyâ’ ءاشنإ /ريبعت) )

Tingkat ini merupakan akhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkat inilah siswa diberi kebebasan untuk memilih tema untuk dikembangkan. Pada tingkat ini sampai pada tingkat kreasi dalam menggunakan bahasa Arab walaupun tidak sampai seperti ketika menggunakan bahasa ibu.

2.3 Kerangka Penelitian

Kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari peran guru dengan siswa. Seorang guru, harus mampu membuat model, metode, pendekatan, dan teknik yang tepat yang sesuai dengan karakteristik siswanya. Dengan demikian, dapat membuat siswa merasa tertarik dan terasa mudah untuk memahami materi yang diberikan.

Pada dasarnya tidak semua siswa itu memiliki latar belakang yang sama, seperti halnya di sekolah-sekolah masih banyak siswa yang belum bisa menulis huruf sambung dengan baik dan benar yang mana penyebabnya adalah mereka lulusan SD. Sehingga, para siswa merasa kesulitan dengan mata pelajaran bahasa Arab, khususnya mahârah kitâbah.

(14)

Model pembelajaran cooperatif tipe think pair share digunakan dalam pembelajaran ini karena diduga dapat menjadikan pembelajaran yang lebih kreatif, sehingga para siswa dapat menyampaikan pendapat mereka dan menuangkan mufrodat dalam bentuk tulisan.

Hal ini serupa dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zuhrotul Masrifah (mahasiswa jurusan Sastra Arab di Universitas Negeri Malang) yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Koperatif Model Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar pada Keterampilan Membaca Bahasa Arab MTsN 02 Malang”.

Dari uraian yang sudah peneliti paparkan, kerangka berpikir pada penelitian ini yaitu Jika model pembelajaran cooperatif tipe think pair share efektif saat diterapkan, maka dapat meningkatkan mahârah kitâbah siswa. Dengan demikian, permasalahan pembelajaran bahasa Arab dapat teratasi dengan baik. Gambaran secara ringkas untuk penelitian yang akan dilakukan dapat diperhatikan bagan berikut ini:

(15)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis

Sesuai permasalahan yang ada di atas, peneliti akan memberikan jawaban sementara atau hipotesis, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ho= Model Pembelajaran Cooperative Think Pair Share tidak efektif untuk meningkatkan mahârah kitâbah di kelas VIII SMP Muhammadiyah 06 Malang.

2. Ha= Model Pembelajaran Cooperative Think Pair Share efektif untuk meningkatkan mahârah kitâbah di kelas VIII SMP Muhammadiyah 06 Malang.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kombinasi pembebanan (beban mati, beban hidup dan beban gempa ) serta perhitungan struktur dihitung berdasarkan Peraturan Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk

Individu yang cemas ketika akan mengikuti ujian masuk dalam perguruan tinggi negeri dapat menyebabkan individu menjadi kurang konsentrasi dalam belajar, sangat tegang, gugup,

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dengan Kultur Organisasional dan Pelimpahan Wewenang sebagai Variabel Moderating.. Skripsi:

menjadi alat yang menyenangkan hidup serta menjadikannya kesenangan hidup serta tempat pelarian untuk ketegangan mental dan memperkuat pola perilaku yang mengarah pada

perusahaan mendapat pesanan khusus dengan harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan, karena itu rumusan yang akan penulis kemukakan yaitu: “Apakah dengan penggunaan informasi

Harsono, SU, Ketua Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin pada penulis untuk melakukan penelitian dan sekaligus

Pengantar tugas akhir ini berjudul Perancangan Visual Branding Grup Band “Holy Spirit”. Adapun permasalahan yang dikaji adalah merancang promosi “Holy Spirit” agar lebih di