• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KEMAKMURAN PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KEMAKMURAN PETANI"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KEMAKMURAN PETANI

Tim Penulis:

Fransina S. Latumahina, Harapin Hafid, Pramono Hadi, Abdul Mutolib, Yunus Arifien, Muhammad Asir, Cornelia M.A. Wattimena, Vita Sarasi,

Anggi Khairina Hanum Hasibuan, Lufita Nur Alfiah, Azhar, Primanda Kiky Widyaputra, Akas Pinaringan Sujalu.

Desain Cover: Usman Taufik Tata Letak Bila Nurfadillah Editor: Elan Jaelani ISBN: 978-623-6457-19-1 Cetakan Pertama: Agustus, 2021

Hak Cipta 2021, Pada Penulis Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang

Copyright © 2021

by Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung

All Right Reserved

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT:

WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG (Grup CV. Widina Media Utama)

Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17, Desa Bojong Emas, Kecamatan Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat

Anggota IKAPI No. 360/JBA/2020

Website: www.penerbitwidina.com Instagram: @penerbitwidina

(4)

iii

Rasa syukur yang teramat dalam dan tiada kata lain yang patut kami ucapkan selain mengucap rasa syukur. Karena berkat rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, buku yang berjudul “Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani” telah selesai disusun dan berhasil diterbitkan, semoga buku ini dapat memberikan sumbangsih keilmuan dan penambah wawasan bagi siapa saja yang memiliki minat terhadap pembahasan tentang Pertanian, Kehutanan dan aspek lain yang terkait dengannya.

Akan tetapi pada akhirnya kami mengakui bahwa tulisan ini terdapat beberapa kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sebagaimana pepatah menyebutkan “tiada gading yang tidak retak” dan sejatinya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semata. Maka dari itu, kami dengan senang hati secara terbuka untuk menerima berbagai kritik dan saran dari para pembaca sekalian, hal tersebut tentu sangat diperlukan sebagai bagian dari upaya kami untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan karya selanjutnya di masa yang akan datang.

Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan turut andil dalam seluruh rangkaian proses penyusunan dan penerbitan buku ini, sehingga buku ini bisa hadir di hadapan sidang pembaca. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Agustus, 2021

Tim Penulis

PRAKATA

(5)

iv

DAFTAR ISI

PRAKATA ··· iii

DAFTAR ISI ··· iv

DAFTAR GAMBAR ··· viii

DAFTAR TABEL ··· xi

BAB 1 KEHADIRAN SERANGGA HAMA PADA AREAL PERKEBUNAN RAKYAT ··· 1

A. Pendahuluan ··· 1

B. Jenis Tanaman Pada Perkebunan Rakyat ··· 2

C. Hama Tanaman Perkebunan ··· 5

D. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Hama ··· 9

E. Rangkuman Materi ··· 14

BAB 2 PERANAN DUNIA PERGURUAN TINGGI TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI ··· 17

A. Pendahuluan ··· 17

B. Kesejahteraan, Ekonomi dan Pendidikan ··· 21

C. Pentingnya Pendidikan Tinggi··· 23

D. Membangun Pendidikan Pertanian ··· 27

E. Perguruan Tinggi Pertanian ··· 31

F. Pengembangan Tridharma Perguruan Tinggi ··· 33

G. Peranan Dunia Perguruan Tinggi Terhadap Peningkatan Kesejahteraan ··· 36

H. Rangkuman Materi ··· 41

BAB 3 PERANAN PEMERINTAH TERHADAP KEMAJUAN DUNIA PERTANIAN ··· 45

A. Pendahuluan ··· 45

B. Permasalahan Pembangunan Pertanian ··· 46

C. Tantangan Pembangunan Pertanian di Indonesia ··· 52

D. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 ··· 56

(6)

v

BAB 4 PERANAN PEMERINTAH UNTUK KESEJAHTERAAN PETANI

DISEKTOR KEHUTANAN ··· 61

A. Pendahuluan ··· 61

B. Kebijakan Pengelolaan Hutan ··· 62

C. Kesatuan Pengelolaan Hutan··· 70

D. Deforestasi dan Ketergantungan Masyarakat Terhadap Hutan ···· 74

E. Social Forestry: Upaya Melestarikan Hutan dan Mensejahterakan Rakyat ··· 75

F. Rangkuman Materi ··· 81

BAB 5 UPAYA MENGATASI LAHAN KRITIS ··· 85

A. Pendahuluan ··· 85

B. Degradasi Lahan dan Lahan Kritis ··· 88

C. Penyebab Lahan Kritis ··· 90

D. Upaya Pencegahan dan Perbaikan Lahan Kritis ··· 93

E. Rangkuman Materi ··· 101

BAB 6 PENGENDALIAN HAMA TERPADU ··· 105

A. Pendahuluan ··· 105

B. Pengertian Pengendalian Hama Terpadu ··· 106

C. Prinsip Dasar Sistem Pengendalian Hama Terpadu ··· 109

D. Identitas Sistem Pengendalian Hama Terpadu··· 111

E. Komponen dalam Pengendalian Hama Terpadu ··· 111

F. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Musuh Alami ··· 114

G. Contoh Kasus Pengendalian Hama Terpadu ··· 115

H. Rangkuman Materi ··· 117

BAB 7 DIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN··· 121

A. Pendahuluan ··· 121

B. Klasifikasi Penyakit pada Tumbuhan ··· 122

C. Diagnosis Penyakit Tumbuhan ··· 126

D. Konsep dan Mekanisme Timbulnya Penyakit ··· 127

E. Konsep Piramida Penyakit atau Segi Lima Penyakit ··· 136

F. Bagaimana Menemukan Kehadiran Penyakit··· 137

G. Pengukuran Kerusakan Tanaman Akibat Serangan Penyakit ··· 140

(7)

vi

BAB 8 IDENTIFIKASI JENIS HAMA YANG MENYERANG TANAMAN

PERTANIAN ··· 151

A. Pendahuluan ··· 151

B. Mengendalikan Hama Pertanian Secara Alami ··· 152

C. Definisi Hama Tanaman ··· 154

D. Jenis Hama Tanaman dan Cara Penanganannya ··· 155

E. Rangkuman Materi ··· 168

BAB 9 KESUBURAN TANAH ··· 171

A. Pendahuluan ··· 171

B. Tanah dan Kesuburan Tanah ··· 173

C. Parameter Analisis Kesuburan Tanah ··· 176

D. Kesuburan Tanah - Peralihan - Pertanian ··· 185

E. Rangkuman Materi ··· 187

BAB 10 DEGRADASI LAHAN ··· 189

A. Pendahuluan ··· 189 B. Definisi ··· 190 C. Penyebab ··· 194 D. Dampak ··· 199 E. Upaya Penanggulangan ··· 202 F. Rangkuman Materi ··· 203

BAB 11 KESEJAHTERAAN PETANI ··· 209

A. Pendahuluan ··· 209

B. Pengertian Petani ··· 210

C. Pengertian Kesejahteraan ··· 211

D. Nilai Tukar Petani: Indikator Kesejahteraan Petani ··· 213

E. Pandemi Covid-19 dan Nilai Tukar Petani (NTP) ··· 215

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Kesejahteraan Petani ··· 216

G. Tujuan Pembangunan Pertanian dan Kesejahteraan Petani ··· 218

H. Strategi dan Penguatan Program Kesejahteraan Petani ··· 220

I. Rangkuman Materi ··· 223

BAB 12 GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) UNTUK PERTANIAN ··· 227

A. Pendahuluan ··· 227

(8)

vii

C. GIS dalam Pemetaan Daerah Irigasi dan Jalur Irigasi ··· 233

D. GIS dalam Mendukung Pertanian Presisi dan Pemetaan Lahan Pertanian ··· 234

E. GIS dalam Monitoring Pertanian ··· 237

F. GIS dalam Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian ··· 239

G. Rangkuman Materi ··· 241

BAB 13 PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKLIM UNTUK PERENCANAAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN ··· 247

A. Pendahuluan ··· 247

B. Neraca Air ··· 248

C. Neraca Air dan Panjang Musim Tanam ··· 261

D. Rangkuman Materi ··· 264

GLOSARIUM ··· 269

INDEKS ··· 278

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perkebunan Kelapa Sawit ··· 2

Gambar 1.2 Perkebunan Karet ··· 3

Gambar 1.3 Tanaman Kopi ··· 3

Gambar 1.4 Perkebunan Lada ··· 4

Gambar 1.5 Pohon Cengkeh ··· 5

Gambar 1.6 Buah Pala ··· 5

Gambar 2.1 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Pada Bulan Februari 2017 Sampai Februari 2019 ··· 20

Gambar 2.2 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Februari 2017-Februari 2019 ··· 21

Gambar 2.3 Piramida Tenaga Kerja Sektor Pertanian ··· 29

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Politeknik Pembangunan Pertanian··· 32

Gambar 2.5 Arah Kebijakan dan Strategi Seperti Ditampilkan pada ··· 34

Gambar 2.6 Prioritas Renstra, Kegiatan Kampus Merdeka, Indikator Kinerja Utama dan Transformasi Pendidikan ··· 35

Gambar 2.7 Peta Skema Penelitian Edisi VIII ··· 38

Gambar 3.1 Lahan Pertanian Alih Fungsi Menjadi Perumahan ··· 46

Gambar 3.2 Lahan Pertanian Alih Fungsi Menjadi Perkantoran ··· 46

Gambar 3.3 Lahan Pertanian Alih Fungsi Menjadi Pabrik ··· 46

Gambar 3.4 Irigasi Banyak yang Semi Permanen ··· 47

Gambar 3.5 Transportasi Masih Roda Dua ··· 47

Gambar 3.6 Pendangkalan Waduk dan Pencemaran Air ··· 47

Gambar 3.7 Harga Benih Mahal ··· 49

Gambar 3.8 Benih Trangenik ··· 49

Gambar 3.9 Monopoloni Benih Padi ··· 49

Gambar 3.10 Anggota Gapoktan Banyak yang Sudah Tua ··· 50

Gambar 3.11 Koordinasi Masih Top Down ··· 50

Gambar 3.12 Peran Pemuda Sangat Vital ··· 50

Gambar 3.13 Peran Penyuluh Pertanian ··· 51

Gambar 3.14 Petani Wanita Melenia ··· 51

(10)

ix

Gambar 3.16 Perhatian Kementerian Pertanian ··· 52

Gambar 3.17 KUR Bunga Rendah ··· 52

Gambar 3.18 Bank dan Mahasiswa Masih Desa ··· 52

Gambar 3.19 Kekeringan Saat Musim Kemarau ··· 52

Gambar 3.20 Pengiriman Buah Semangka ··· 54

Gambar 3.21 Pasar Semi Modern ··· 55

Gambar 3.22 Laju Urbanisasi ··· 56

Gambar 5.1 Perkembangan Laju Luas Lahan Kritis di Indonesia Pada Tahun 1974 – 2018 ··· 86

Gambar 7.1 Skema Interaksi pada Konsep Segitiga Penyakit ··· 128

Gambar 7.2 Penyakit Karat Daun (Jamur Hemileia Vastatrix B.et Br) ··· 130

Gambar 7.3 Penyakit Bercak Daun Cercospora (Jamur Cercospora Coffeicola B.et Cke) ··· 130

Gambar 7.4 Penyakit Jamur Upas (Jamur Corticium Salmonicolor B.et Br) ··· 130

Gambar 7.5 Contoh Bakteri Pseudomonas Syringae ··· 130

Gambar 7.6 Contoh Bakteri Pseudomonas Aeruginosa ··· 130

Gambar 7.7 Contoh Nematode Meloidogyne Spp ··· 131

Gambar 7.8 Contoh Nematoda Paratylenchus Spp ··· 131

Gambar 7.9 Contoh Virus Adalah TMV (Tobacco Mosaic Virus) ··· 132

Gambar 7.10 Skema Interaksi pada Konsep Segi Empat Penyakit ··· 134

Gambar 7.11 Skema Interaksi pada Konsep Piramida Penyakit ··· 136

Gambar 7.12 Pengambilan Sampel Pengamatan Secara Acak ··· 140

Gambar 7.13 Pengambilan Sampel Pengamatan Secara Sistemik ··· 140

Gambar 7.14 Contoh Skor Penyakit pada Daun ··· 142

Gambar 7.15 Skoring Terhadap Penyakit Layu ··· 142

Gambar 7.16 Gejala Penyakit Karat pada Daun Jati: A) Bercak-Bercak Kecil B) Bercak Besar ··· 143

Gambar 7.17 Gejala Penyakit Karat pada Daun Jati: A) Bercak Daun Coklat B) Daun Menggulung ··· 143

Gambar 7.18 Gejala Penyakit Karat pada Daun Jati: A) Bercak Daun Kecoklatan B) Daun Berlubang ··· 144

Gambar 8.1 Hama Tikus··· 156

(11)

x

Gambar 8.3 Hama Walang Sangit ··· 158

Gambar 8.4 Hama Ulat Grayak ··· 159

Gambar 8.5 Hama Gangsir ··· 160

Gambar 8.6 Hama Lalat Buah ··· 160

Gambar 8.7 Hama Artona ··· 161

Gambar 8.8 Hama Tungau ··· 162

Gambar 8.9 Hama Belalang ··· 162

Gambar 8.10 Hama Cacing Liang ··· 163

Gambar 8.11 Hama Siput ··· 164

Gambar 8.12 Hama Thrips ··· 165

Gambar 8.13 Hama Anjing Tanah atau Orong-Orong ··· 165

Gambar 8.14 Hama Spider Mite ··· 166

Gambar 8.15 Hama Putih atau Pengorok Daun ··· 167

Gambar 9.1 Segitiga Struktur Tanah ··· 178

Gambar 12.1 Format Data Pada GIS ··· 229

Gambar 12.2 Komponen GIS ··· 230

Gambar 12.3 Tumpang Susun Informasi Spasial Lahan Pertanian ··· 232

Gambar 12.4 GIS untuk Memetakan Sebaran Pemupukan Lahan Pertanian ··· 236

Gambar 12.5 Model Sistem Informasi GIS dalam Monitoring Pertanian ··· 239

Gambar 12.6 Ilustrasi Input Data pada Evaluasi Kesesuaian Lahan ··· 241

Gambar 13.1 Neraca Air Lahan Sub DAS Karangmumus, Kota Samarinda ··· 259

Gambar 13.2 Defisit Air Tanah (< 50% Kapasitas Lapang) Sub DAS Karangmumus ··· 260

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Skema Pengabdian kepada Masyarakat ··· 39

Tabel 5.1 Sebaran Lahan Kritis Setiap Provinsi 5 Tahun Terakhir ··· 87

Tabel 6.1 Klasifikasi Taksonomi Hama ··· 109

Tabel 7.1 Tingkat Serangan Penyakit Tanaman dengan Skor ··· 141

Tabel 9.1 Klasifikasi Tanah dalam Beberapa System ··· 177

Tabel 11.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Sebagai Indikator Kesejahteraan ··· 214

Tabel 11.2 Perbandingan Penerimaan dan Biaya (R/C) ··· 218

Tabel 13.1 Persentase Air Tanah Tersedia (ATS) ··· 252

Tabel 13.2 Kemampuan Tanah Menahan Air pada Kombinasi Tanah dan Vegetasi ··· 254

Tabel 13.3 Menghitung Evapotranspirasi Potensial Sebelum Terkoreksi (Etpx) ··· 256

Tabel 13.4 Neraca Air Bulanan Sub DAS Karangmumus, Kota Samarinda (116049’ EL – 117008’EL Dan 0034’ SL = 0045’SL) · 261 Tabel 13.5 Rasio Curah Hujan dan Evapotranspirasi Potensial (ETP) ··· 264

(13)

KEHADIRAN SERANGGA HAMA

PADA AREAL PERKEBUNAN RAKYAT

Dr. Fransina S. Latumahina, S.Hut., M.P., IPP

Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Pattimura Ambon

A. PENDAHULUAN

Hama dan penyakit tanaman telah berkembang sejak abad ke 10, dimana kala itu para entomology menemukan gejala kehadiran hama maupun penyakit pada beberapa tanaman berumur pendek diantaranya Tomat, Cabe keriting, terong, kelapa dan kentang. Namun pada abad tersebut para ahli belum mengetahui nama dan penyebab dari tiap jenis hama yang menyerang tanaman pertanian maupun perkebunan. Seperjalanan sejarah, dunia pendidikan mulai berkembang sehingga lama kelamaan para ahli mulai mengetahui penyebab dari tiap jenis kerusakan yang terjadi pada tanaman serta nama dari hama yang menyerang tanaman pertanian dan perkebunan kala itu. Perkembangan pengetahuan ini kemudian berjalan terus sehingga para ahli kemudian membuat komunitas secara khusus untuk mempelajari beragam jenis hama, gulma ataupun penyakit yang menyerang tanaman baik tanaman berumur pendek maupun berumur panjang. Tanaman perkebunan dalam masanya juga telah mengalami serangan hama yang sangat berdampak pada penurunan produksi dan pendapatan petani.

(14)

Kehadiran Serangga Hama pada Areal Perkebunan Rakyat | 15

DAFTAR PUSTAKA

Forests, J. W. G. C. (2015). Pengembangan Metode Penilaian Kesehatan

Hutan Rakyat Sengon ( Falcataria moluccana ( Miq .) Barneby & J . W . Grimes ). 12(3), 175–187.

Latumahina, F., Borovanska, M., Musyafa, Sumardi, Putra, N. S., & Janda, M. (2015). Ants of Ambon Island – Diversity survey and checklist.

ZooKeys, 472, 43–57. https://doi.org/10.3897/zookeys.472.8441

Lita Sumiyati, S. J. (2017). Nilai Ekologis Ekosistem Hutan Mangrove. Jurnal

Biologi Tropis, 17(1). https://doi.org/10.29303/jbt.v17i1.389

Matos-Maraví, P., Clouse, R. M., Sarnat, E. M., Economo, E. P., LaPolla, J. S., Borovanska, M., Rabeling, C., Czekanski-Moir, J., Latumahina, F., Wilson, E. O., & Janda, M. (2018). An ant genus-group (Prenolepis) illuminates the biogeography and drivers of insect diversification in the Indo-Pacific. Molecular Phylogenetics and Evolution, 123(November 2017), 16–25. https://doi.org/10.1016/j.ympev.2018.02.007

Odum, E. P. (1969). The strategy of ecosystem development. Science. https://doi.org/10.1126/science.164.3877.262

Odum, H. T., & Odum, E. P. (1955). Trophic Structure and Productivity of a Windward Coral Reef Community on Eniwetok Atoll. Ecological

Monographs. https://doi.org/10.2307/1943285

Pratiwi, L., Rahmat, S., Kehutanan, J., Pertanian, F., & Lampung, U. (2018).

Dengan Forest Health Monitoring Di Kph Balapulang Teak Tree Vitality Assessment with Forest Health Monitoring at KPH Balapulang. 4(1).

Safe’i, R., Wulandari, C., & Kaskoyo, H. (2019). Penilaian Kesehatan Hutan pada Berbagai Tipe Hutan di Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari,

7(1), 95. https://doi.org/10.23960/jsl1795-109

Sila, M. (2009). Perlindungan dan pengamanan hutan. Laboratorium

Perlindungan Dan Serangga Hutan, 56–59.

Widyastuti, S. M., Riastiwi, I., & Suryanto, P. (2019). Tree health typology of homegardens and dry fields along an altitudinal gradient in Kulon Progo, Indonesia. Agrivita, 41(1), 183–194. https://doi.org/10.17503/agrivita.v41i1.758

(15)

PERANAN DUNIA

PERGURUAN TINGGI TERHADAP

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

Prof. Dr. Ir. H. Harapin Hafid, M.Si

Universitas Halu Oleo Kendari

A. PENDAHULUAN

Sejahtera merupakan suatu kata yang sangat diidam-idamkan oleh semua ummat manusia. Kata “sejahtera” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (1) aman, (2) sentosa , (3) makmur, dan (4) selamat. Lebih lanjut, berdasarkan pengertian ini, dapat diketahui bahwa untuk sejahtera mempunyai empat unsur yaitu aman, sentosa dan makmur, dan selamat. Aman berarti manusia harus merasa aman dari berbagai gangguan dan tidak merasa takut atau khawatir. Sentosa berarti bebas dari segala kesukaran dan bencana atau merasa aman dan tenteram. Makmur berarti serba kecukupan atau tidak kekurangan. Selamat berarti terlepas dari segala macam gangguan atau terbebas dari bahaya, malapetaka, dan bencana (https://kbbi.web.id). Ini berarti bahwa seseorang baru dikatakan sejahtera jika merasakan dalam diri atau lingkungannya keempat unsur tersebut.

(16)

Peranan Dunia Perguruan Tinggi | 43

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an. (https://kbbi.web.id).

BPS. 2019. Berita Resmi Statistik: Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2019. No. 41/05/Th. XXII, 06 Mei 2019.

Dharma A.B., A.P. Nugroho, dan D.N. Mastuti. 2016. Peran perguruan tinggi mentransformasi renstra kemenristekdikti dalam prioritas mutu, akses relevansi, daya saing dan tata kelola era asean economic community. Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016. Hal 84-95.

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat. 2020. Kebijakan Riset dan Pengembangan Teknologi: Sosialisasi Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Edisi XIII Tahun 2020. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan. Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan Inovasi Nasional. Jakarta.

Direktorat Sumber Daya, 2021. Arah Kebijakan BKD 2021. Ditjen Dikti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Fuad, A.J. 2018. Pendidikan dan Pembangunan Disektor Pertanian.13 April 2018. https://iai-tribakti.ac.id.

Hafid H. 2008. Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Potong Di Sulawesi Tenggara Dalam Mendukung Pencapaian Swasembada Daging Nasional. Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar. Universitas Haluoleo, Kendari.

Hafid H. 2017. Integrasi Peternakan-Kehutanan dalam Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Masyarakat. Dalam Acara Dies Natalis ke XX dan Wisuda Sarjana ke V Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kendari.

Kompas.com, 2021. Upaya Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat. Kompas.com, 20/ 01 /2021, 16:41 WIB.

Masaong, A.K. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Multiple Intelligence. Jurnal Konaspi VII Universitas Negeri Yogyakarta.

(17)

44 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Perdirjen) Nomor 12/E/KPT/2021 tentang Pedoman Operasional Beban Kerja Dosen (PO BKD) tahun 2021.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri, dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 25/Permentan/OT.020/5/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Pembangunan Pertanian.

Republika.co.id. 2017. Tiga Cara Pemerintah Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat. Rabu 12 Jul 2017 19:02 WIB.

https://republika.co.id/berita/osz7ui/tiga-cara-pemerintah-tingkatkan-kesejahteraan-rakyat

Saparyati, D.I. 2008. Kajian Peran Pendidikan Terhadap Pembangunan Pertanian Di Kabupaten Demak. Tesis. Universitas Diponegoro. Soebyakto, B.B. 2014. Peran perguruan tinggi dalam pengembangan

tenaga kerja mikro di perusahaan sejalan perkembangan ilmu pengetahuan. Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya. Papers Seminar Nasional dan Silatnas IV FORDEBI Dies Natalis Universitas Sriwijaya ke-54. Hal-723-737.

Suhendra, S. 2004. Analisis structural sektor pertanian Indonesia: analisisi model input-output. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 9(2): 55-65.

Sukmana O. 2016. Konsep dan desain negara kesejahteraan (welfare

state). Jurnal Sospol. 2(1) : 103-122.

UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

(18)

PERANAN PEMERINTAH TERHADAP

KEMAJUAN DUNIA PERTANIAN

Dr. Pramono Hadi, S.P., M.Si

Universitas Islam Batik Surakarta.

A. PENDAHULUAN

Dunia pertanian mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat suatu negara. Ketersediaan pangan, daging dan energy terbaharukan tidak lepas dengan bidang pertanian. Posisi yang sangat strategis dunia pertanian dalam penyediaan bahan baku pangan terkoneksi langsung pada pertumbuhan sector ekonomi suatu negara. Selain itu pada negara agraris sektor pertanian sangat menyerap tenaga kerja dalam penanggulangan pengangguran, pengurangan kriminilitas dan peningkatan kesejahteraan masyarakat tani dari hulu sampai hilir. Tugas berat yang diemban sektor pertanian harus didukung kebijakan yang pro pada sektor pertanian dan derivatnya. Diperkirakan pada tahun 2050 penduduk Indonesia sudah pada posisi kelima di dunia dengan populasi 322 juta jiwa, dibawah Cina, India, Negeria dan Amerika.

(19)

60 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, P. (2014). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan

Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Kasus Pt. Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant) (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret

University).

Hadi, P. (2016). Konsep prototype integrated verticulture aquaponic city farming di Kampung Batik Surakarta. In Seminar Nasional & Call For

Paper DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta (pp.

131-141).

Internet https://psp.pertanian.go.id/2020/01/rakornas-pembangunan-pertanian-2020-ini-kebijakan-kementan/

Kebijakan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 259/kpts/RC.020/M/050200 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2020-2024.

Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 259/Kpts/RC.020/M/05/2020 Tentang Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2020-2024

Sawit, M. H. (2008). Perubahan Perdagangan Pangan Global dan Putaran Doha WTO: Implikasi Buat Indonesia.

Surmaini, E., & Faqih, A. (2016). Kejadian iklim ekstrem dan dampaknya terhadap pertanian tanaman pangan di Indonesia. Jurnal

Sumberdaya Lahan, 10(2).

Tulenan, Y. F., Pangemanan, P., Rumagit, G. A., & Tangkere, E. G. (2014, January). Perkembangan jumlah penduduk dan luas lahan pertanian di Kabupaten Minahasa Selatan. In COCOS (Vol. 4, No. 1).

Umanailo, M. C. B. (2017). Keterlekatan petani dan transaksi non tunai dalam pemasaran hasil pertanian.

(20)

PERANAN PEMERINTAH

UNTUK KESEJAHTERAAN

PETANI DISEKTOR KEHUTANAN

Dr. Abdul Mutolib, S.P

Universitas Siliwangi

A. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki sumber daya hutan yang melimpah. Indonesia merupakan negara dengan luas hutan tropis ketiga di dunia dan peringkat pertama di Asia Pasifik (Forest Watch Indonesia, 2011). Membahas hutan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peruntukan hutan berdasarkan klasifikasi dan kelasnya. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan hutan Indonesia diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu Hutan Konservasi (HK), Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP), dan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK).

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2019, luas daratan hutan Indonesia berjumlah 12,4 juta hektar dengan rincian Hutan Konservasi seluas 22,088,573.40 Ha, Hutan Lindung seluas 29,578,158.29 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 26,772,377.04 Ha, Hutan Produksi seluas 29,215,611 Ha, dan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi seluas 12,840,981.68 Ha (Kementerian Lingkungan Hidup dan

(21)

82 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani TUGAS DAN EVALUASI

1. Indonesia memiliki berbagai jenis hutan, jelaskan jenis hutan berdasarkan fungsi dan peruntukannya!

2. Jelaskan jenis KPH dan fungsi pengembangan KPH bagi kesejahteraan masyarakat di Indonesia?

3. Apakah yang dimaksud dengan Social Forestry dan bagaimana implementasi social forestry di Indonesia?

4. Jelaskan bagaimana kedudukan masyarakat adat dan hutan adat dalam kebijakan pengelolaan hutan di Indonesia!

5. Deforestasi dan alih fungsi hutan menjadi penyebab berkurangnya luas hutan di Indonesia. Buatlah sebuah Diagram Sebab-Akibat terjadinya deforestasi hutan di Indonesia!

DAFTAR PUSTAKA

Aragão, L. E. O. C., Malhi, Y., Barbier, N., Lima, A. A., Shimabukuro, Y., Anderson, L., & Saatchi, S. (2008). Interactions between rainfall, deforestation and fires during recent years in the Brazilian Amazonia. Philosophical Transactions of the Royal Society of

London. Series B, Biological Sciences, 363(1498), 1779–85.

Asman, T., Mardhiansyah, M. dan Kausar. K. 2014. Peranan Hukum adat Larangan dalam menjaga Kelestarian Hutan Larangan Adat Kenegerian Rumbio Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Jurnal

Online Mahasiswa Fakultas Pertanian, 1 (1): 1-8.

Brown, D. W. (1999). Addicted to Rent: Corporate and Spatial Distribution of Forest Resources in Indonesia; Implications for Forest Sustainability and Government Policy. Jakarta.

Brun, C., Cook, A. R., Lee, J. S. H., Wich, S. A., Koh, L. P., & Carrasco, L. R. (2015). Analysis of deforestation and protected area effectiveness in Indonesia: A comparison of Bayesian spatial models. Global

Environmental Change, 31, 285–295.

Chao, S. (2012). Forest peoples: Numbers across the world. Forest Peoples

(22)

Peranan Pemerintah Untuk Kesejahteraan Petani Disektor Kehutanan | 83 Dalla-Nora, E. L., de Aguiar, A. P. D., Lapola, D. M., & Woltjer, G. (2014). Why have land use change models for the Amazon failed to capture the amount of deforestation over the last decade? Land Use Policy,

39, 403–411.

Direktorat RPPWPH. (2016). Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan. Jakarta: Direktorat Rencana Penggunaan dan Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan (Direktorat RPPWPH)Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH dan Forests and Climate Change Programme - FORCLIME

Forest Watch Indonesia. (2014). Lembar Informasi Forest Watch Indonesia 2014: Hutan Indonesia yang terus tergerus. Forest Watch Indonesia dan The Asia Foundation. Bogor: Indonesia. 20pp.

FWI. (2001). Keadaan Hutan Indonesia. Jakarta: Forest Watch Indonesia. FWI. (2002). The State of the Forest: Indonesia. Indonesia Bogor Indonesia

Forest Watch Indonesia and Washington DC Global Forest Watch.

Bogor: Forest Watch Indonesia. Retrieved from http://earthtrends.wri.org/pdf_library/map/map4.pdf

Geist, H. J., & Lambin, E. F. (2002). Proximate Causes and Underlying Driving Forces of Tropical Deforestation. BioScience, 52(2), 143. Juniarti, S.R., Iskandar, A.M., dan Yani, A. (2016). Community Local

Wisdom For Preserve Customary Forest Of Tawang Panyai In The Village Of Tapang Semadak At The Subdistrict Of Sekadau Hilir, Sekadau Regency. Jurbal Hutan Lestari, 4 (3) : 387 – 393.

Kementerian Kehutanan. (2010). Social forestry: Menuju Restorasi

Pembangunan Kehutanan Berkelanjutan. Bogor : Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Kebijakan Kehutanan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2019). Statistik 2019 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta : Pusat Data dan Informasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Margono, B. A., Potapov, P. V, Turubanova, S., Stolle, F., & Hansen, M. C. (2014). Primary forest cover loss in Indonesia over 2000–2012. Nature Climate Change, 4(June), 1–6.

(23)

84 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

Massawe, Joseph L. 2011. Indigenous People and Conservation: The Suledo Forest Community in Tanzania. In Indigenous Peoples and conservation from rights to resources management. Edited by Kristen Walker Painemilla, Anthony B. Rylands Alisa Woofter and Cassie Hughes. 73-81. Conservation International, Arlington USA. Ministry of Forestry. (2011). Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan.

(A. Djajono & L. Siswanty, Eds.) (1st ed.). Jakarta: Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH): Konsep, Peraturan Perundangan

dan Implementasi. Retrieved from

http://forestclimatecenter.org/files/2011-10 Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Konsep - Peraturan Perundangan & Implementasi.pdf

Nursanti. (2008). Deforestasi dan Degradasi Hutan di Indonesia. Jurnal

Agronomi, 12(1), 54–58. Retrieved from https://www.wri.org/sites/default/files/pdf/indoforest_chap3_id.p df

Pandit, R., & Bevilacqua, E. (2011). Forest users and environmental impacts of community forestry in the hills of Nepal. Forest Policy

and Economics, 13(5), 345–352. http://doi.org/10.1016/j.forpol.2011.03.009

Purnomo, H., Shantiko, B., Sitorus, S., Gunawan, H., Achdiawan, R., Kartodihardjo, H., & Dewayani, A. . (2017). Fire economy and actor network of forest and land fires in Indonesia. Forest Policy and

Economics, 78, 21–31.

Ting, Z., Haiyun, C., Shivakoti, G. P., Cochard, R., & Homcha-aim, K. (2011). Revisit to community forest in northeast of Thailand: Changes in status and utilization. Environment, Development and Sustainability, 13(2), 385–402.

Vanclay, J. K. (2005). Deforestation: correlations, possible causes and some implications. International Forestry Review, 7(4), 278–293. Wicke, B., Sikkema, R., Dornburg, V., & Faaij, A. (2011). Exploring land use

changes and the role of palm oil production in Indonesia and Malaysia. Land Use Policy, 28(1), 193–206.

(24)

UPAYA MENGATASI LAHAN KRITIS

Dr. Ir. Yunus Arifien, M.Si

Universitas Nusa Bangsa

A. PENDAHULUAN

Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan dengan segenap faktor seperti iklim, relief, tanah, geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia yang berperan dalam proses produksi pertanian. Penduduk yang terus meningkat jumlahnya telah mendorong kebutuhan lahan untuk pemukiman, pertanian dan kebutuhan lainnya juga meningkat. Hal ini dapat menyebabkan perubahan penggunaan lahan kurang memperhatikan kelestariaannya. Oleh sebab itu, setiap kegiatan yang mengubah fungsi lahan untuk pembangunan seperti pertanian, pertambangan, industri, perumahan, infrastruktur dapat menyebabkan kerusakan lahan dan berkurangnya produktivitasnya.

Akhir- akhir ini berbagai bencana alam terjadi di Indonesia, terutama banjir dan kekeringan. Kemampuan lahan atau daya dukung sumber daya lahan diindikasikan semakin rendah. Pembangunan pertanian atau perkebunan dengan membuka lahan hutan, merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas tanah dan produktivitasnya. Produktivitas tanah yang menurun umumnya terjadi disebabkan oleh erosi yang menyebabkan kualitas sifat fisik, kimia, dan biologi tanah menurun,

(25)

unsur-Upaya Mengatasi Lahan Kritis | 103

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. 2007. Cadangan Emisi dan Konservasi Karbon Pada Lahan Gambut. Bunga rampai Konservasi Tanah dan Air. Pengurus Pusat Masyarakat. Konservasi Tanah dan Air Indonesia

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Press. Bogor

Kurnia, U. Nono Sutrisno dan Iwa Sungkawa; 2010; Perkembangan Lahan Kritis; K. Suradisastra, SM Pasaribu, B. Sayaka, A. Dariah, I. Las, Haryono & E. Pasandaran (Eds.); Membalik Kecenderungan Degradasi Sumber Daya Lahan dan Air; Hal 144 - 160; Bogor; PT Penerbit IPB Press.

Lal. R. 1993. Tillage effects on soil degradation, soil resilience, soil quality, and sustainability. Soil and Tillage Reserach 27:1-8

Poerwowidodo, 1990. Ganesa Tanah: Proses Ganesa dan Morfologi . Institut Pertanian Bogor. Bogor

Soemarwono. 1985. Ekologi, Lingkungan, Hidup dan Pembangunan, Jakarta. Djambatan

Statistik Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan, 2018. Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan. Https://Www.Bps.Go.Id/Indicator/60/588/1/Luas-Dan-Penyebaran-Lahan-Kritis-Menurut-Provinsi.Html.

Utomo, W.H. 2013. Degradasi Lahan di Indonesia dengan Referensi Penggunaan Phytomining untuk reklamasi lahan tambang. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi dengan Topik Khusus Degradasi Lahan, di Bogor 29-30 Juni 2012. Hlm 15-28. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta

(26)

PENGENDALIAN HAMA TERPADU

Dr. Muhammad Asir, S.P., M.Si

Politeknik LP3I Makassar

A.

PENDAHULUAN

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah sebuah system pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan pendekatan ekologi. Penggunaan zat kimia atau pestisida memang telah memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan produksi tanaman, namun juga berdampak negative terhadap lingkungan. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman adakalanya perlu atau tidak perlu dikendalikan. Hama dan penyakit tanaman (Patogen: bakteri, virus, cendawan, dll) perlu dikelola jumlah populasinya sehingga tidak sampai merugikan manusia.

Tujuan umum konsep pengendalian hama terpadu bertujuan untuk menjamin pembangunan pertanian berkelanjutan yang mengedepankan kelestarian lingkungan dan menjaga kesehatan manusia. Sistem pengendalian hama terpadu merupakan suatu teknologi pertanian yang bersahabat dengan lingkungan/ alam, efisiensi terhadap input pertanian sehingga produktivtas meningkat. Adapun bagian-bagian penting yang akan dibahas dalam BAB ini adalah; Pengertian pengendalian hama terpadu, Prinsip dasar system pengendalian hama terpadu, Indentitas system pengendalian hama terpadu, Komponen dalam pengendalian

(27)

Pengendalian Hama Terpadu | 119

DAFTAR PUSTAKA

Ameriana, M. 2004. Kesediaan Konsumen untuk Membayar Premium serta

Kepedulian Petani terhadap Usaha Pengurangan Residu Pestisida pada Sayuran Tomat. Disertasi. Progran Pascasarjana Universitas

Padjadjaran, Bandung.

Asir, M., Darma, R., & Arsyad, M. (2019). Study on stakeholders position and role in supply chain of cocoa commodities. Int. J. Supply Chain

Manag., 8, 1-9.

Asir, Muhamad., DAN, R.P.P.K., & PASOK, S.P.R.R. (2018). Revitalisasi Peran Pemangku Kepentingan dan Strategi Pengendalian Risiko Rantai Pasok Komoditas Kakao. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Asir, Muhammad. (2021). Rantai Pasok Kakao Karakteristik & Peran Stakeholder. PT. Nasya Expanding Management, Pekalongan-Jawa Tengah.

Hendrik, D. 1990. Status Resistensi Spodoptera litura F. (Lepidoptera:

Noctuide) Strain Brebes terhadap Beberapa Jenis Insektisida Golongan Organofosfor, Piretroid Sintetik, Karbamat, dan Benzoil Urea. Skripsi Fakultas Pertanian, Uninus, Bandung.

Indiati, S. W., & Marwoto, M. (2017). Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kedelai. Buletin Palawija, 15(2), 87-100.

Listiana, I. (2017). Kapasitas Petani Dalam Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (Pht) Padi Sawah Di Kelurahan Situgede Kota Bogor. Jurnal Agricia Ektensia, 11(1), 46.

Nadrawati, N., Sempurna, B. G., & Agustin, Z. (2019). Identifikasi Hama Baru Dan Musuh Alaminya Pada Tanaman Jagung, Di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Seluma, Bengkulu.

Rochman, A. (2021). Analisa Usahatani Kubis Dengan Menerapkan Pengendalian Hama Terpadu. Jurnal AGRIBIS, 7(1), 59-74.

(28)

120 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

Salaki, C. L., & Dumalang, S. (2017). Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Sayuran di Kota Tomohon. Jurnal Pengabdian

kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 2(2), 246-255.

Smith, C.M. 1989. Plant Resistance to Insects. A fundamental approach. John Willey & Co., New York.

Tonny, K. M. & Laksminiwati, P. (2011). Penggunaan Pestisida Berdasarkan

Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Yayasan Bina Tani

(29)

DIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN

Ir. Cornelia M.A. Wattimena, S.Hut., M.Sc., IPM

Universitas Pattimura Ambon

A. PENDAHULUAN

Ilmu penyakit hutan adalah ilmu yang mempelajari hal ihwal virus, jamur, bakteri, tanaman tingkat tinggi yang dapat menimbulkan kerusakan pada pohon atau tegakan hutan dan hasil hutan. Banyak ahli yang memberikan definisi atau pengertian mengenai tumbuh-tumbuhan yang bagaimana yang dapat disebut sakit.

Pohon menjadi sakit karena disebabkan oleh penyebab penyakit, penyebab penyakit ini disebut patogen. Tanda atau sign dari suatu penyakit adalah bentuk vegetatif atau reproduktif dari patogen. Untuk dapat mengetahui tanda dari penyakit haruslah dipelajari dahulu mengenai berbegai bentuk vegetatif dan reproduktif dari patogen. Tanda dari suatu patogen kadang dapat dilihat dengan mata biasa tanpa alat pembesar (mikroskop) dan kadang harus pakai alat pembesar (mikroskop). Penentuan dari sebab-sebab timbulnya suatu penyakit tanaman ditentukan dari hasil pengamatan gejalanya dan tandanya.

Suatu pohon disebut berpenyakit apabila pohon tersebut terjadi perubahan proses fisiologis yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab penyakit sehingga jelas ditunjukkan adanya gejala (symptoms) dan tanda

(30)

150 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Depatemen Kehutanan, 2000. Buku Pintar Penyuluhan dan Perkebunan. Evans. J, 1982. Plantation Forestry in the Tropic. Oxford Clarendron Press Ferguson.I.S, 1977. Sustainable Forest Management. Oxford University

Press

Ika. R. Sastrahidayat, Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerbit Usaha Nasional Surabaya-Indonesia

Meity Suradji Sinaga, 2003. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya, Jakarta

Patty Jogeneis dan Constanza Uruilal, 2016. Diagnosis Jenis Penyakit Tanaman Jati (Tectona grandis) padaAreal Hutan Tanaman Desa Hatusua Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat. DOI:10.30598/jhppk.2016.1.2.136 ISSN ONLINE : 2621-8798 Hal 136 - 142

SM. Widyastuti, Sumardi, Harjono, 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University Press.

Sopialena, 2017. Segitiga Penyakit Tanaman. MulawarmanUniversity Press. Samarinda.

Wattimena Cornelia. MA, 2018. Serangan Hama Penggerek Daun pada Tegakan Damar (Agathis alba) di Negeri Hunitetu, Kecamatan Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat. Jurnal Nusa Sylva Vol 18 No 1 (Juni 1018) : 17 -22

Wiraatmaja I Wayan, 2017. Defisiensi dan Toksisitas hara Mineral Serta Responnya Terhadap Hasil. Buku Ajar – Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian – Universitas Udayana.

(31)

IDENTIFIKASI JENIS HAMA YANG

MENYERANG TANAMAN PERTANIAN

Dr. Vita Sarasi, S.E., M.T

Universitas Padjadjaran Bandung

A. PENDAHULUAN

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menginformasikan bahwa hama dan penyakit dapat memicu kerusakan pada tanaman yang dapat mengakibatkan produktivitas menurun hingga gagal panen, sehingga perlu dikendalikan apabila populasinya di lahan melampaui ambang ekonomi (AE) (Sudarsono, 2021). Hama yang menyerang organ tumbuhan terdata ada sekitar 1.800 jenis hewan yang terdiri dari kelompok cacing (vermes), serangga (insecta), hewan berbuku-buku (arthropoda), amfibi, binatang melata (reptil), burung, dan binatang menyusui (mamalia) (Ari Wilianto, 2020).

Petani harus dapat membedakan organisme bukan hama atau yang berperan sebagai musuh alami, dan organisme yang berperan sebagai hama atau yang berpotensi menjadi hama, sehingga bisa mengamati populasinya, meramalkan tingkat kerusakannya, serta mengambil keputusan bagaimana mengendalikannya. Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman diantaranya adalah belalang, wereng, lalat buah, dan tikus. Hama-hama yang menyerang tanaman pertanian harus dikendalikan

(32)

170 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

DAFTAR PUSTAKA

Kurnia, A. (2020). Artona, Corona, dan Kemandirian Pangan. https://aceh.tribunnews.com/2020/04/04/artona-corona-dan- kemandirian-pangan.https://economictimes.indiatimes.com/nation-

world/10-most-deadly-bugs-that-destroy-crop-production/weevil/slideshow/19300879.cms

Maspary (2012). Mengendalikan Hama Putih Tanaman Padi. http://Www.Gerbangpertanian.Com/2012/12/Mengendalikan-Hama-Putih-Tanaman-Padi.

Mawan, A. (2008). Kemampuan Pemangsaan dan Konsumsi Kepik Predator

Cyrtorhinus lividipennis Reuter (Hemiptera: Miridae) terhadap Wereng Batang Cokelat Nilaparvata lugens Stål (Hemiptera: Delphacidae) http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/3076 Planteria (2020). Membasmi Spider Mite,

https://www.planteria.id/membasmi-spider-mite/#:~:text=Spider%20mite%20atau%20tungau%20merupakan,m embuat%20daunnya%20kering%20dan%20mati.&text=Semprotkan %20pada%20daun%20tanaman%20yang%20terserang%20tungau Prakoso, A.A. (2019). Hama Tanaman – Pengertian, Jenis, Contoh, Cara

Pengendalian & Membasminya. https://rimbakita.com/hama/ Ratnasari, D. (2017). Mengendalikan Hama dan Penyakit Secara Alami.

Sinar Tani Edisi 7 - 13 Juni 2017 No. 3705 Tahun XLVII

Sudarsono (2021). Jaga Ambang Ekonomi, Kementan Latih Petani Analisis

Kerusakan Tanaman

https://ekbis.sindonews.com/read/376780/34/jaga-ambang- ekonomi-kementan-latih-petani-analisis-kerusakan-tanaman-1616724206

Tyas, Harlining, Nurhayati, Endang. (2007). Keragaman Gen Protein

Selubung Rice Tungro Bacilliform Badnavirus pada Suatu Luasan Petak Tanaman Padi di Desa Ciherang, Kecamatan Darmaga,

Kabupaten Bogor.

(33)

KESUBURAN TANAH

Anggi Khairina Hanum Hasibuan, M.Si

1

Galih Satrio, S.T

2

Universitas Pertahanan

1

, Praktisi Gadog Fresh

2

A. PENDAHULUAN

Ekosistem adalah komunitas yang terdiri dari makhluk hidup dan benda mati. Semua anggota dalam suatu ekosistem saling mendukung melalui kegiatan-kegiatan yang disebut “Jasa Ekosistem”. Jasa ekosistem terbentuk secara alami. Menurut Undang-Undang No 41 tentang kehutanan Tahun 1999, hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, sedangkan kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Hutan dan pepohonan didalammnya menyediakan jasa ekosistem yang berguna bagi pertanian. Beberapa jasa ekosistem tersebut antara lain penyediaan air bersih dan berkualitas, membantu penyerbukan, pengendalian hama serta penyedia kesuburan tanah. Secara umum hutan dapat membantu membersihkan air. Hutan mencegah endapan bercampur dengan air serta mengubah polutan menjadi zat-zat penting.

(34)

188 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

merupakan kemampuan atau kualitas suatu tanah menyediakan unsur hara tanaman dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, dalam bentuk senyawa-senyawa yang dapat dimanfaatkan tanaman dan dalam perimbangan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tertentu dengan didukung oleh faktor pertumbuhan lainnya.Pembukaan lahan hutan menjadi lahan budidaya pertanian baik menjadi kebun monokultur,

agroforestry akan mempengaruhi kesuburan tanah. Penggunaan lahan

Sebagai kebun kopi tidak memberikan banyak pengaruh terhadap tanah hutan.

TUGAS DAN EVALUASI 1. Kesuburan tanah adalah...

2. Parameter sifat fisik tanah adalah... 3. Parameter sifat kimia tanah adalah...

4. Mikroorganisme yang ada didalam tanah adalah...

5. Bagaimana kesuburan tanah hutan mempengaruhi pertanian?

DAFTAR PUSTAKA

Hasiholan, Bistok.2005. Studi Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Lahan Pertanian Terhadap Karakteristik Fisik Tanah. Jurnal ARGRIC VOL. 18

No.1

https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/jenis-dan-tingkat-kesuburan-tanah-41

USAID, 2014. Hutan dan Pertanian. https://www.lestari-indonesia.org/id/keanekaragaman-hayati/hutan-dan-pertanian (diakses tanggal 10 Juli 2021)

Wiedya, Rossie. 2017. Kajian Kabon dan Hara Tanah Gambut Akibat Ahli Fungsi Lahan di Kalimantan Barat. Jurnal Pedon-Tropika. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/pedontropika/article/view/234 39

(35)

DEGRADASI LAHAN

Lufita Nur Alfiah, S.P., M.Si

Universitas Pasir Pengaraian

A. PENDAHULUAN

Penggunaan lahan merupakan ekspresi manusia terhadap kebutuhan pangan dan bercocok tanam. Pangan adalah daya dukung hidup utama bagi manusia, dan karenanya upaya budidaya dengan menggunakan lahan erat kaitannya dengan kebutuhan manusia untuk hidup dan mempertahankan eksistensinya. Pertanian berperan sangat penting dalam menciptakan ketahanan pangan masyarakat. Bahkan ketahanan pangan mempengaruhi ketahanan ekonomi dan politik sebuah negara (Timmer, 1986 dalam Awang, 2001).

Namun penggunaan lahan untuk kebutuhan pertanian pada akhirnya berbenturan dengan kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pembuatan sarana dan prasarana penunjang kehidupan lainnya. Meningkatnya jumlah dan keragaman aktivitas manusia kemudian juga berpengaruh terhadap kebutuhan penggunaan lahan. Hal tersebut memicu terjadinya peralihan penggunaan (konversi) lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.

(36)

206 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, W. C., I N. N. Suryadiputra, B. H. Saharjo dan L. Siboro. 2005. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Wetland International-IP Katalog dalam Terbitan (KDT). Bogor. 163 hal.

Adjie, S.S, Sunarsih, D, Hamda S. 2008. Pencemaran Logam Berat dan tanah dan Tanaman Serta Upaya Menguranginya. Prosiding. Disajikan dalam Seminar Nasional Kimia XVIII FMIPA UGM.

Agus, F., I.E. Henson, B.H. Sahardjo, N. Harris, M.V. Noordwijk and T.J. Killen. 2013. Review of Emission for Landuse Chnage to Oilpalm in South East Asia. Roundtable on Sustainable Palmoil (RSPO). http:// www.rspo.org

Anshari, G.Z. 2010. A Preliminary Assessment Of Peat Degradation In West Kalimantan. Biogeosciences Discuss. 7:3503-3520

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor. IPB Press. Hal 3

Asdak, C. 2010. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jogjakarta. Gadjah Mada University Press. hal 338

Atmojo, S.W. 2006. Degradasi Lahan dan Ancaman Bagi Pertanian. Artikel dipublikasikan di SOLO POS, 7 Nopember 2006

Awang. 2001. Kebijakan Beras dan Pangan Nasional. Pelajaran dari orde baru dan orde reformasi. Jurnal Pertanian IPB Edisi 2. Bogor. IPB Press

Badan Pusat Statistik. 2019. www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 16 April 2021

Baja, S. 2005. The Use of remote sensing technology for agricultural development planning. South Celebes case study. Space Technology and Application Conference towards Competitive ASEAN. Badan Pengkajian dan Penerapan Technology, Jakarta, 5-6 August 2005. Barrow, C.J. 1991. Land degradation. Cambridge University Press. Dariah, A, Kurnia, U, Rachman A. 2004. Teknologi Konservasi Tanah pada

lahan kering berlereng. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

(37)

Degradasi Lahan | 207 Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan. 1993. Laporan Inventarisasi dan Identifikasi lahan marginal/kritis pada kawasan lahan usaha tani seluruh Indonesia. Departemen Pertanian Jakarta. FAO. 1994. Land degradation in South Asia, its severity, causes, and effects

upon the people. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome, Italy

Fritze, H., T. Pennanen, and V. Kitunen. 1998. Characterization of dissolved organic carbon from burned humus and its effects on microbial activity and community structure. Soil Biol. Biochem. 30(6):687-693.

Herawati, H dan Santoso, H. 2011. Tropical forest susceptibility to and risk of fire under changing climate: a review of fire nature, policy and institutions in Indonesia. Forest Policy and Economics 13 (2011): 227-233.

Koesmaryono. 2000. Pemanfaatan teknologi inderaja dan sistem informasi geografi di bidang pertanian. Prosiding Seminar Intermational: Penginderaan Jauh dalam Pengembangan Ekonomi dan Pelestarian Lingkungan di Hotel Kartika Chandra Jakarta, 11-12 April 2000. Hlm 34-45. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN Jakarta Kurnia, U. 2001. Standardisasi dan Penanggulangan Lahan Terdegradasi.

Laporan Akhir Bagian Proyek Sumberdaya Lahan dan Agroklimat. No.18/Puslitbangatanak/2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan agroklimat.

Lambin, E.F. 1994. Modeling deforestation processes: a review (Research report. No. 1): TREES Series B. 115 p. MSc Thesis in Geoinformation Science and Earth Observation, Environmental System Analysis and Management. ITC-Netherlands.

Maas A. 2015. Roundtable Discussion Solusi Kebakaran Hutan dan Lahan serta Dampak Perubahan Iklim, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Narendra, B.H. 2020. Alih Fungsi (Konversi) Kawasan Hutan Indonesia: Tinjauan Aspek Hidrologi Dan Konservasi Tanah. Prosiding Kawasan Hutan. Diakses dari http//www.researchgate.net/publication/ Nasihah,M. 2017. Efek Hujan Asam terhadap pertumbuhan tanaman.

(38)

208 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

Novitasari, Sujono J, Harto S, Maas A , Jayadi R. 2018. Pengaruh Karakteristik Gambut Terdegradasi Terhadap Kebakaran Lahan Gambut (Studi Kasus Lahan Gambut Plg Blok A Di Kalimantan Tengah). Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 2 Halaman 347-351

Pendias, A.K. 2000. Trace Elements in Soil and Plants, 2th Ed. London.CRC Press,

Pennington, P., M. Laffan, R. Lewis, and P. Otahal. 2001. Assessing the long-term impacts of forest harvesting and high intensity broadcast burning on soil properties at the Warra LTER Site. Tasforest. 13 (2):291-301.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2004. Teknologi konservasi tanah pada lahan kering berlereng. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Shrestha, D.P. 1995. Land degradation assessment in a GIS and evaluation of remote sensing data integration. International Institute For Aerospace Suvey and Earth Science (ITC), Enschede, The Netherlands.

Singer, M.J. and D.N. Munns. 2006. Soil Degradation. Sixth Edition. Pp 354-384. In D. Yarnell, M.Rego,A.B. Wolf (Eds.) Soils an Introduction. Pearson Prentice

Subagyono, K., Marwanto, dan U. Kurnia 2003. Teknik konservasi tanah secara vegetatif. Balai Penelitian Tanah, Bogor. 61 hlm

Usup A. 2015. Buku Panduan Sistem Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Berbasis Masyarakat untuk Kawasan Hutan dan Lahan Gambut Tropis di Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Pusat Pengendalian Kebakaran dan Rehabilitasi Hutan, Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPKM). Universitas Palangkaraya, Palangkaraya, Indonesia.

Wahyunto dan Dariah, A. 2014. Degradasi lahan di indonesia: Kondisi existing, karakteristik, dan penyeragaman definisi mendukung gerakan menuju satu peta. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 8 No. 2,;

81-93

Warta Pertanian. 2020. Majalah Warta Pertanian Volume XIII diakses di http://ppid.pertanian.go.id.

(39)

KESEJAHTERAAN PETANI

Dr. Ir. Azhar, M.Sc

Universitas Syiah Kuala, Darussalam – Banda Aceh

A. PENDAHULUAN

BAB ini menjelaskan tentang kesejahteraan petani. Secara umum, tujuan yang ingin dicapai pada bagian ini untuk memberikan pemahaman yang utuh dan komprehensif terkait kesejahteraan petani. Setelah membaca dan mempelajari bagian ini diharapkan pembaca mampu memahami dengan baik tentang pengertian petani dan konsep kesejahteraan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan kesejahteraan petani. Selanjutnya, pembahasan dilakukan secara sistematis dan disertai dengan contoh hasil-hasil penelitian tentang penggunaan Nilai Tukar Petani (NTP) versi Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai salah satu indikator penilaian kesejahteraan petani sehingga memudahkan pembaca memahami substansi pembahasan. BAB ini tidak bersifat matematis namun lebih mengarah kepada pemahaman konsep dan strategi pemerintah dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani. Lebih lanjut sebagai perbandingan dalam situasi pandemi covid-19, penulis mengemukakan contoh indeks NTP. Bagian ini ditutup dengan rangkuman dan beberapa pertanyaan untuk didiskusikan.

(40)

Kesejahteraan Petani | 225

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. (1993). Ilmu Usaha Tani. Alumni Bandung.

Anonimous. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Badan Pusat Statistik. (2020). Nilai Tukar Petani (NTP) September 2020

sebesar 101,66 naik 0,99 persen. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Cut Muftia Keumala dan Zamzami Zainuddin. (2018). Indikator Kesejahteraan Petani melalui Nilai Tukar Petani (NTP) dan Pembiayaan Syariah sebagai Solusi. Economica: Jurnal Ekonomi

Islam. Vol. 9 No. 1: 129-149.

Darwanto, Dwidjono H. (2005). Ketahanan Pangan Berbasis Produksi dan Kesejahteraan Petani. Ilmu Pertanian 12 (2): 152–64.

DEPDIKBUD. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Utama.

Dita Yuwono. (2020, 30 April). Pengertian dan Rumus Indeks Nilai Tukar

Petani. Dikutip pada 16 April 2021 dari https://statmat.id/indeks-nilai-tukar-petani/.

Galuh Octania. (2020, 4 Juni). Nilai Tukar Petani terdampak Pandemi Covid-19. Dikutip pada 16 April 2021 dari https://www.cips-indonesia.org/post/nilai-tukar-petani-terdampak-pandemi-covid-19 Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2018). Peraturan Menteri

Pertanian Republik Indonesia tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani. Jakarta: Kementerian

Pertanian.

Kuntoro Boga Andri. (2020, 30 April). Strategi Pertanian Menghadapi

Pandemi Covid-19. Dikutip 14 April 2021 dari

https://mediaindonesia.com/opini/308928/strategi-pertanian-menghadapi-pandemi-covid-19.

Mellor. (1966). The Economics of Agricultural Development. Cornell University Press.

Miller, R.J and Roger E Meiners. (2000). Teori mikroekonomi intermediate. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mosher A.T. (1987). Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif. Disunting oleh Rochim Wirjoniodjojo. Jakarta: Yasaguna

(41)

226 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

Mosher, A.T. (1968). Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta : Jayaguna.

Mubyarto. (1990). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: BPFE-UGM. Rachmat, Muchjidin. (2000). Analisa Nilai Tukar Petani Indonesia. Institut

Pertanian Bogor.

Republika Online. (2019, 6 Agustus). Mentan harapkan program peternakan tingkatkan kesejahteraan. Dikutip pada 10 April 2021 dari https://www.republika.co.id/berita/pvsm4u453/mentan-harapkan-program-peternakan-tingkatkan-kesejahteraan.

Ruauw, E. (2010). Nilai Tukar Petani sebagai Indikator Kesejahteraan Petani. Jurnal Penelitian ASE, Vol 6, No. 2: Hal. 1-18.

Sajogyo. (1994). Menuju gizi baik yang merata di pedesaan dan di kota. Yogyakarta: Gajah Mada Univeresity Press.

Sajogyo. (1997). Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Bogor: LPSB-IPB.

Soekartawi. (2003). Analisis Usahatani. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).

Sunarru Samsi Hariadi. (2016). Petani: Memahami Kearifan Lokal Petani

Tradisional “Samin” dan Petani Modern. Yogyakarta: Pintal.

Sunarti Euis, dan Khomsan Ali. (2006). Kesejahteraan Keluarga Petani Mengapa Sulit diwujudkan? Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sunarti, Euis. (2011). Kependudukan dan Kesejahteraan Keluarga: Isu

Strategis dalam Analisis Dampak Kependudukan terhadap Aspek Sosial Ekonomi. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia IPB.

(42)

GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION

SYSTEM) UNTUK PERTANIAN

Primanda Kiky Widyaputra, S.Si., M.Sc

Institut Teknologi Yogyakarta

A. PENDAHULUAN

Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis

adalah sistem yang berfungsi menangkap, menyimpan, menganalisis, mengelola, dan menyajikan data spasial (Dawsen, 2013). GIS telah berkembang sangat pesat dalam tiga dasawarsa terakhir dan saat ini telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang (Waters, 2017). GIS merupakan perpaduan dari kartografi, analisis statistik dan teknologi basis data (database), yang dapat digunakan dalam berbagai bidang diantaranya arkeologi, geografi, kartografi, penginderaan jauh, survei lahan, dan manajemen sumber daya alam (Dawsen, 2013; Dunaieva et al., 2019). GIS banyak dimanfaatkan dalam proses pengambilan keputusan pada berbagai analisis spasial, perencanaan tata ruang, kajian konservasi, analisis dampak lingkungan, kajian pencemaran lingkungan, kehutanan, dan termasuk penerapan dalam bidang pertanian.

Pertanian merupakan sektor penting dimana dengan adanya pembangunan sektor pertanian ditujukan untuk meningkatnya produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri,

(43)

GIS (Geographic Information System) Untuk Pertanian | 243

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, G. B., Shariff, A. R. M., Balasundram, S. K., & Fikri Bin Abdullah, A. (2016). Agriculture land suitability analysis evaluation based multi criteria and GIS approach. IOP Conference Series: Earth and

Environmental Science, 37(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/37/1/012044

Ali, E. (2020). Geographic Information System ( GIS ): Definition ,

Development , Applications & Components. March.

AL-Taani, A., Al-husban, Y., & Farhan, I. (2021). Land suitability evaluation for agricultural use using GIS and remote sensing techniques: The case study of Ma’an Governorate, Jordan. Egyptian Journal of

Remote Sensing and Space Science, 24(1), 109–117. https://doi.org/10.1016/j.ejrs.2020.01.001

Dawsen, C. J. (2013). Geographic information systems. In Geographic

Information Systems. https://doi.org/10.4324/9780429042522-21

Dunaieva, I., Mirschel, W., Popovych, V., Pashtetsky, V., Golovastova, E., Vecherkov, V., Melnichuk, A., Terleev, V., Nikonorov, A., Ginevsky, R., Lazarev, V., & Topaj, A. (2019). GIS Services for Agriculture Monitoring and Forecasting: Development Concept. In Advances in

Intelligent Systems and Computing (Vol. 983, Issue May). Springer

International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-030-19868-8_24

ESRI. (2007). GIS Solutions for Agriculture Solutions for Production , Agribusiness , and Government. Esri. http://esribulgaria.com/wp-content/uploads/2013/07/gis-sols-for-agriculture.pdf

ESRI. (2009). Gis for agriculture. In www.esri.com (Issue June). https://www.esri.com/library/bestpractices/gis-for-agriculture.pdf FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations). (2015).

Remote Sensing and GIS for sustainable agriculture and food security. http://www.fao.org/3/a-i4588e.pdf

(44)

244 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

Gebeyehu, M. N. (2019). Remote Sensing and GIS Application in Agriculture and Natural Resource Management. International

Journal of Environmental Sciences & Natural Resources, 19(2).

https://doi.org/10.19080/ijesnr.2019.19.556009

Jena, J., & Misra, S. R. (2019). Normalized Difference Vegetation Index ( NDVI ) and its role in Agriculture. Agricultural & Food: E-Newsletter,

1(12), 387–389.

Kumar, A., Dubey, O. P., & Ghosh, S. K. (2015). Gis based irrigation water management. International Journal of Research in Engineering and

Technology, 03(14), 62–65. https://doi.org/10.15623/ijret.2014.0326014

Kumbhar, V., Choudhury, S., Sen, A., & Singh, T. P. (2014). Assessment of Irrigation and Agriculture Potential Using Geospatial Techniques : A Case Study of “ Bhima - Ujjani ” Project. Procedia - Social and

Behavioral Sciences, 157, 277–284. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.11.030

Lanya, I., Subadiyasa, N., Sardiana, K., & Ratna Adi, G. P. (2019). Remote sensing and GIS applications for planning of sustainable food agriculture land and agricultural commodity development in Denpasar City. IOP Conference Series: Earth and Environmental

Science, 313(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/313/1/012046

Linden, G. (1987). The introduction of GISs at the municipal level. Trends, promises and pitfalls with examples from The Netherlands.

Geomatics Applied to Municipal Management: Symposium Proceedings, Montreal, 1987.

Longley, P. A., Goodchild, M. F., Maguire, D. J., & Rhind, D. W. (2009). Geographical information systems and EIA. In Methods of

Environmental Impact Assessment: Third Edition (Vol. 9780203892).

https://doi.org/10.4324/9780203892909

Maliva, R., & Missimer, T. (2012). Geographic information systems. In

Environmental Science and Engineering (Subseries: Environmental Science). https://doi.org/10.1007/978-3-642-29104-3_19

Mohammadi, N. K. (2019). A Review on GIS in Irrigation and Water Management. International Journal of Engineering Research &

(45)

GIS (Geographic Information System) Untuk Pertanian | 245 Nishiguchi, O., & Yamagata, N. (2009). “Cultivating” agricultural information management system using GIS technology-Improving agricultural efficiency through information technology. Hitachi

Review, 58(6), 265–269.

Putra, S. S., Susilo, G., & Sundari, C. (2019). Sistem Informasi Geografis Pemetaan Lahan Pertanian Tembakau Di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung. Jurnal TRANSFORMASI (Informasi &

Pengembangan Iptek), 15(2), 97–105.

Razdari, A. M., & Reza Yousefi, M. (2015). Application of Gis and gps in Precision Agriculture (a Review). Int. J. Adv. Biol. Biom. Res, 3(1), 7– 9. https://doi.org/10.13140/RG.2.1.2221.3368

Rompas, J., Engka, D., & Tolosang, K. (2015). Potensi Sektor Pertanian dan Pengaruhnya terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 15(04), 124–136. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/viewFile/9461/9 034

Sakai, S. (2016). GIS Application on Selection of Suitable Area for

Agricultural Development in Indonesia. 40–65. https://www.mlit.go.jp/sogoseisaku/inter/keizai/gijyutu/pdf/geogra phic_sys_e_02_2.pdf

Saremi, H., Kumar, L., Sarmadian, F., Heidari, A., & Shabani, F. (2011). GIS based evaluation of land suitability: A case study for major crops in Zanjan University region. Journal of Food, Agriculture and

Environment, 9(1), 741–744.

Seif-Ennasr, M., Bouchaou, L., El Morjani, Z. E. A., Hirich, A., Beraaouz, E. H., & Choukr-Allah, R. (2020). Gis-based land suitability and crop vulnerability assessment under climate change in chtouka ait baha,

morocco. Atmosphere, 11(11).

https://doi.org/10.3390/atmos11111167

Shelestov, A. Y., Kravchenko, A. N., Skakun, S. V., Voloshin, S. V., & Kussul, N. N. (2013). Geospatial information system for agricultural monitoring. Cybernetics and Systems Analysis, 49(1), 124–132. https://doi.org/10.1007/s10559-013-9492-5

(46)

246 | Pertanian, Kehutanan dan Kemakmuran Petani

Soomro, T. R. (2015). Smart Agriculture: An Approach Towards Better Agriculture Management. Smart Agriculture: An Approach Towards

Better Agriculture Management, August.

https://doi.org/10.4172/978-1-63278-023-2-024

Susanto, A., Kharis, A., & Khotimah, T. (2016). Sistem Informasi Geografis Pemetaan Lahan Pertanian Dan Komoditi Hasil Panen Kabupaten

Kudus. Jurnal Informatika, 10(2).

https://doi.org/10.26555/jifo.v10i2.a5065

Susilo, B., Nurjani, E., & Harini, R. (2016). Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 22(2), 165–177. https://doi.org/10.22146/mgi.13323

Tjahjana, B. E., Heryana, N., & Wibowo, N. A. (2016). Penggunaan sistem informasi geografis (SIG) dalam pengembangan kebun percobaan.

Sirinov, 3(2), 103–112.

Usery, E. L., Pocknee, S., & Boydell, B. (1995). Precision farming data management using geographic information systems.

Photogrammetric Engineering & Remote Sensing, 61(11), 1383–

1391.

Waters, N. (2017). GIS: History. International Encyclopedia of Geography:

People, the Earth, Environment and Technology, January, 1–12.

https://doi.org/10.1002/9781118786352.wbieg0841

Widiatmaka, Ambarwulan, W., Setiawan, Y., & Walter, C. (2016). Assessing the suitability and availability of land for agriculture in tuban regency, East Java, Indonesia. Applied and Environmental Soil

Science, 2016. https://doi.org/10.1155/2016/7302148

Wilson, J. P. (1999). Local, national, and global applications of GIS in agriculture. Geographical Information Systems: Volume 2,

Management Issues and Applications , 981–998.

Wójtowicz, M., Wójtowicz, A., & Piekarczyk, J. (2016). Application of remote sensing methods in agriculture. Communications in

Referensi

Dokumen terkait