• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERAN PERANGKAT DESA DALAM AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA DESA PADA DESA GUNTURU KECAMATAN HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERAN PERANGKAT DESA DALAM AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA DESA PADA DESA GUNTURU KECAMATAN HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA SKRIPSI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PERAN PERANGKAT DESA DALAM AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA DESA PADA DESA GUNTURU KECAMATAN HERLANG KABUPATEN

BULUKUMBA

SKRIPSI

BAGUS SUSANTO 105730510914

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2020

(2)

ii

ANALISIS PERAN PERANGKAT DESA DALAM

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA DESA PADA DESA GUNTURU KECAMATAN HERLANG KABUPATEN

BULUKUMBA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Untuk Memenuhi Salah Satu

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

BAGUS SUSANTO 10573 0510914

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2020

(3)

iii

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah Analisis peran perangkat desa dalam akuntabilitas pengelolaan dana desa pada desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta saya yang telah memberikan dukungan setiap saat hingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan

MOTTO HIDUP

Sabar dan bersyukur adalah dua hal yang harus dijalani untuk kebahagian dalam menjalani sebuah kehidupan

(4)
(5)
(6)
(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur hanya milik Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, hidayah dan taufik-nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisi Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Pada Desa Gunturu Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba” bisa diselesaikan dengan baik.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya terkhusus kepada orang tua Bapak Taruno dan Ibu Puji Wati yang senang tiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus kepada penulis, semoga keduanya senangtiasa diberikan kesehatan dan dilimpahkan keberkahan dari Allah SWT. Ucapan terima kasih juga sebesar- besarnya kepada pihak-pihak yang ikut andil dalam penyusunan skripsi ini :

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.,Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail, SE.MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi.

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.M.SI.AK.CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Agussalim Harrang, SE.MM selaku pembimbing 1 dan Ibu Linda Arisanty Razak, S.E.M.SI.AK.CA selaku pembimbing 2 yang senantiasa

(8)

vii

memberikan arahan terhadap penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu saya yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan penyususan skripsi.

6. Teman-teman maupun Sahabat yang selalu memberikan dukungan.

Peneliti

Makassar, 05 November 2020

Bagus susanto 105730510914

(9)

viii

ABSTRAK

Bagus Susanto 2020, Analisis Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Pada Desa Gunturu Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Bapak Agussalim Harrang dan Pembimbing II Ibu linda Arisanti Razak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perangkat desa dalam akuntabilitas dana desa pada desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data yang diolah adalah ringkasan untuk mengetahui peran perangkat desa dalam akuntabilitas pengelolaan dana desa pada desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dukumentasi dan kuesioner sedangkan teknik analisis data Yang dilakukan pada penelitian ini dengan cara menganalisis secara sistematis.

KATA KUNCI : Akuntabilitas, Value For Money, Alokasi Dana Desa.

(10)

ix

ABSTRAK

Bagus Susanto 2020, Analysis of the Role of Village Apparatus in Accountability of Village Fund Management in Desa Gunturu Kec. Herlang Kab. Bulukumba.

Thesis Accounting Study Program Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Supervisor I Mr. Agussalim Harrang and Supervisor II Mrs. Linda Arisanti Razak.

This study aims to see the role of village officials in the accountability of village funds in the village of Gunturu, Herlang District, Bulukumba Regency. This type of research used in this research is quantitative quantitative. The data processed is a summary to see the role of village officials in the accountability of village fund management in the village of Gunturu, Herlang sub-district, Bulukumba district. The data techniques used in this study were documentation and questionnaires, while the data analysis techniques used in this study were systematically analyzed.

Keywords: Accountability, Value For Money, Village Fund Allocation

(11)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR JUDUL ... ii

MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 7

2.2 Penelitian Terdahulu 17

2.3 Karangka Pikir 21

BAB III METODE PENELITIAN

(12)

xi

3.1 Jenis Penelitian 22

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 22

3.3 Devinisi Oprsional Akuntabilitas 22

3.4 Populasi dan Sampel 22

3.5 Teknik Pengumpulan Data 23

3.6 Teknik Analisis 25

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi 25

4.1.1 Visi dan Misi Kantor Desa Gunturu 25

4.1.2 Struktur Organisasi Desa Gunturu 26

4.2 Hasil Penelitian 31

4.2.1 Tujuan Alokasi Dana Desa 32

4.2.2 Penggunaan Alokasi Dana Desa 32

4.2.3 Penentuan Jumlah Alokasi Dana Desa (ADD) 34 4.2.4 Kebutuhan yang Tidak Dapat Diambil Dari Alokasi Dana Desa

(ADD) 34

4.2.5 Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Dana 35 4.2.6 Program Kegiatan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Gunturu

Tahun 2016 36

4.2.7 Analisis Akuntabilitas Laporan Pertanggung jawaban Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Gunturu Tahun

2016 36

4.2.8 Pengukuran Kinerja Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Atas Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Gunturu Kercamatan

Herlang Kabupaten Bulukumba 39

4.2.9 Penilaian Akuntabilitas Menggunakan Kuisioner Berdasarkan

Value For Money 58

4.2.10 Hasil Pengukuran Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan atas Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Gunturu Berdasarkan Value

For Money 59

(13)

xii

4.2.11 Pembahasan 60

BAB V KESIMULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 62

5.2 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 66

LAMPIRAN

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 17

Tabel 4.1 Program Kegiatan Alokasi Dana Desa Gunturu tahun 2016 36 Tabel 4.2 Analisi Laporan Pertanggung jawaban ADD Desa Gunturu 37 Tabel 4.3 Anggaran dan Realisasi Program Alokasi Dana Desa Gunturu 40 Tabel 4.4 Realisasi Belanja dan Realisasi Penerimaan Alokasi Dana Desa Gunturu 46 Tabel 4.5 Anggaran Pendapatan dan Realisasi Kegiatan Alokasi Dana Desa 52

Tabel 4.6 Tabel Responden 58

Tabel 4.7 Tabel Hasil Responden 59

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Karangka Pikir 21

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Desa Gunturu 26

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem pemerintahan yang ada saat ini, desa/kelurahan mempunyai peran yang strategis dalam membantu pemerintah daerah dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pembangunan. Semua itu dilakukan sebagai langkah nyata pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya.

Desa merupakan sebuah gambaran dari satu kesatuan masyarakat komunitas penduduk yang bertempat tinggal dalam suatu lingkungan, dimana mereka (masyarakat) saling mengenal dengan baik, dan corak kehidupa mereka relative homogeny serta banyak bergantung pada alam. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pemb entukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersanding, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa diluar desa yang telah ada.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 72 Tahun 2005 pasal 1 ayat 7 yang dimaksud dengan pemerintahan desa adalah pemerintahan desa atau yang disebut dengan nama lain kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa. Kepala desa mempunyai tugas menyelengarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Perangkat desa sebagaimana dalam PP No. 72 Tahun 2005 pasal 12 ayat 1 bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Implementasi otonomi bagi desa akan menjadi kekuatan bagi pemerintah desa untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, sekaligus bertambah pula beban tanggung jawab dan kewajiban desa, namun

(17)

Penyelenggaraan pemerintahan tersebut tetap harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban yang dimaksud diantaranya adalah pertanggungjawaban dalam pengelolaan anggaran desa. Untuk saat ini kendala umum yang dirasakan oleh sebagian besar desa terkait keterbatasan dalam keuangan desa. Seringkali anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) tidak berimbang, antara penerimaan dengan pengeluaran. Kenyataan yang demikian disebabkan oleh empat faktor utama. Pertama: desa memiliki APBDes yang kecil dan sumber pendapatannya sangat tergantung pada bantuan yang sangat kecil pula. Kedua: kesejahteraan masyarakat desa rendah. Ketiga: rendahnya dana operasional desa untuk menjalankan pelayanan. Keempat: bahwa banyak program pembangunan masuk ke desa, tetapi hanya dikelola oleh dinas.(Ndraha et alsl 2010).

PP No 60 Tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara, pada pasal 1 ayat 2 mengatakan bahwa “dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang di peruntukan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Dana desa dalam pengelolaannya dilaksanakan secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundanga-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat, tercantum dalam peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2015 tentang dana desa.

Pengucuran dana desa akan dilakukan sebanyak 3 tahap setiap tahunnya.

Tahap pertama akan di transfer 30% pada semester pertama, tahap ke dua akan di

(18)

transfer 40% pada semester kedua dan 30% pada semester ketiga. Dana desa yang di kucurkan setiap tahun di transfer dari rekening kas umum negara (RKUN) ke rekening kas umun daerah (RKUD) yang di pegang Pemkab/Pemkot kemudian di transfer lagi Lembaga pemberdaya masyarakat kelurahan (LPMK) berdasarkan pada program kerja yang telah disusun serta dengan anggarannya.

Seiring berjalannya waktu semakin banyak kebijakan yang dibuat pemerintah, dengan harapan menimbulkan kesejahtraan yang merata. Salah satu kebijakan terbaru yang di buat pemerintah yaitu dengan sistem pengelolaan keuangan desa berupa dana desa, yang dimana kebijakan ini dilatari dengan berlakunya UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa yang berimplikasi pada disetujuinya anggaran sejumlah Rp20,7 triliun dalam anggaran pendapatan.

Belanja negara perubahan (APBNP) 2015 yang disalurkan ke 74.093 desa di seluruh indonesi. Pemberian bantuan langsung berupa dana desa menjadi wujud nyata kebijakan pemerintah dalam upaya mengembangkan desa dengan mendukung perbaikan Infrastruktur fisik maupun non fisik desa (oleh, 2014)

satu kajian yang dilakukan KPK telah menemukan 14 temuan yang bermasalah dari kebijakan tersebut dari empat aspek, yaitu aspek regulasi dan kelembagaan, aspek tatalaksana, aspek pengawasan dan aspek sumber daya manusia. Ahmad Dzauqy Abdur Rabb (2016).

Pembangunan di desa merupakan model pembangunan partisipatif yaitu suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotongroyong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya wilayah Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Permendagri No 66 tahun 2007, karakteristik pembangunan partisipatif diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan,

(19)

yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedangkan partisipatif, yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembanguna.

Widodo J (2010) .

Pengelolaan keuangan di desa gunturu, merupakan bagian penting yang tidak dipisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDes. Seluruh kegiatan yang didanai oleh alokasi dana desa direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat desa. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis dan hukum. Lebih lanjut alokasi dana desa dijelaskan dalam PP No. 72/2005, yang menyatakan bahwa salah satu sumber keuangan desa adalah “bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa sekurang- kurangnya 10% (sepuluh per seratus), setelah dikurangi belanja pegawai, yang pembagiannya untuk setiap desa secara proposional yang merupakan alokasi dana desa”.PERMENDAGRI No. 35 Tahun (2007).

Pada saat ini sebagian besar aparatur desa yang ada di desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba belum paham tenta ng akuntansi dana desa sehingga perlu pemahaman dasar mengenai akuntansi agar dana yang di berikan pemerintah pusat ke desa dapat di pertanggungjawabkan dengan baik dan benar sehingga dana tersebut sesuai dengan tujuan pemerintah. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berupa karya ilmiah dengan judul “Analisis Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Pada Desa Gunturu Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba”

Hasil pemikiran tersebut, jika di kaitkan dengan kondisi rill pada desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba saat ini, menurut pengamatan

(20)

peneliti, menunjukan bahwa management aparat desa saat ini tidak menunjukan transparansi terhadap tugas-tugas aparatur desa yang ada pada saat ini, terlebih lagi kepada anggaran yang di peruntukan untuk pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ekonomi masyarakat .

Kurang tersedianya informasi pencatatan administrasi dengan baik, maka hal itu terjadi adanya beberapa faktor, antara lain terutama pada kemampuan sumber daya aparat desa saat ini sebagai peyelenggara yang belum optimal. Dalam hal penyelenggaraan pemerintahan saat ini yang terpenting adalah bagaimana pemerintahan desa saat ini mampu meningkatkan kesejahtraan rakyatnya dan menurunkan kesenjangan yang ada saat ini,mampu meningkatkan daya saing desa.

Hal ini mungkin dapat terwujud apabila penyelenggaraan desa di laksanakan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di telah dikemukakan, adapun rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana peran perangkat desa terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa di desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, selanjutnya di rumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peran perangkat desa terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa di desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba.

1.4 Manfaat Penelitian atau Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat di simpulkan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, dengan penjelasan sebagai berikut:

(21)

1.4.1 Manfaat atau Kegunaan Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan kontribusi bagi perkembangan konsep pelaksanaan pemerintah desa, khususnya mengenai akuntabilitas sosial dalam pengelolaan dana desa.

2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan salah satu acuan untuk penelitian berikutnya yang sejenis.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pemerintah kabupaten, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan masukan terkait penggunaan keuangan desa.

2. Bagi pemerintah desa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan terhadap akuntabilitas sosial dalam pengelolaan dana desa.

3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar mengetahui akuntabilitas sosial dalam pengelolaan dana desa.

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan baru mengenai pemerintah desa dan akuntabilitas sosial dalam pengelolaan dana desa segaligus sumber bahan baru dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di kelas.

(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Desa

Menurut Paul H. Landis dalam (Syachbrani, 2012) Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri – ciri : pergaulan hidup yang saling kenal-mengenal antar penduduk; pertalian perasaan yang sama tentang suatu kesukaan dan kebiasaan; kegiatan ekonomi yang pada umumnya agraris dan masih dipengaruhi oleh alam sekitar, seperti iklim dan keadaan serta kekayaan alam.

Menurut Soetardjo dalam Saputra, H. A. (2016) desa dapat dipahami sebagai suatu daerah kesatuan hukum dimana bertempat tinggal di suatu masyarakat yang berkuasa (memiliki wewenang ) mengadakan pemerintahan sendiri. Pengertian ini menekankan adanya otonomi untuk membangun tata kehidupan desa bagi kepentingan penduduk. Dalam pengertian ini terdapat kesan yang kuat. Bahwa kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa hanya dapat diketahui dan disediakan oleh masyarakat desa dan bukan pihak luar.

Sedangkan menurut hukum UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa, yang dimaksud dengan desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain. Selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilajah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik Indonesia.

Pemerintah desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

(23)

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik Indonesia. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan dalam demokrasi penyelengaraan pemerintah desa, anggota BPD ialah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah.

anggota BPD terdiri dari ketua RW, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama atau tokoh masyarakat lainnya.

2.1.1.1. Alokasi Dana Desa

Menurut UU No. 6 Tahun 2014 dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan pemberdayaan masyarakat.

Alokasi dana desa adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota setelah dikurangi dana alokasi khusus. ADD sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus. Secara terperinci, pengalokasian ADD dalam APBDes wajib memperhatikan peruntukannya dengan persentase anggaran:

1. Paling sedikit 70% (Tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

(24)

2. Paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa yang digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa, operasional pemerintahan desa, tunjangan dan operasional badan permusyawaratan desa, dan insentif rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW).

Tujuan Alokasi Dana Desa

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam pelaksanaan pemerintah.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.

c. Meningkatnya pemerataan pendapat, kesempatan kerja dan kesempatan dan berusaha bagi masyarakat desa.

d. Mendorong peningkatan swadaya gotong-royong.

Menurut Syachbrani (2012) alokasi dana desa (ADD) adalah bagian keuangan desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten. ADD dalam APBD kabupaten/kota dianggarkan pada bagian pemerintah desa.

Dimana mekanisme pencairannya dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi pemerintahan daerah. Adapun tujuan dari alokasi dana ini adalah sebagai berikut:

a. Penanggulangan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan.

b. Peningkatan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat.

c. Peningkatan infrastruktur pedesaan.

(25)

d. Peningkatan pendalaman nilai-nilai keragamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial.

e. Meningkaan pendapatan desa melalui BUMDesa.

Alokasi dana desa dalam APBD kabupaten/kota dianggarkan pada bagian pemerintahan desa. Pemerintah desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan keputusan kepala desa. Kepala desa mengajukan permohonan penyaluran ADD kepada bupati setelah dilakukan verifikasi oleh tim pendamping kecamatan. Bagian pemerintahan desa pada setda kabupaten/kota akan meneruskan berkas permohonan berikut lampirannya kepada bagian keuangan setda kabupaten/Kota atau kepala badan pengelola keuangan daerah (BPKD) atau kepala badan pengelola keuangan dan kekayaan asli daerah (BPKKAD). kepala bagian keuangan setda atau kepala BPKD atau kepala BPKKAD akan menyalurkan ADD langsung dari kas daerah ke rekening desa.

Mekanisme pencairan ADD dalam APBDesa dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten/kota.

2.1.1.2 Konsep Akuntabilitas

Instruksi presiden republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan keinginan nyata pemerintah untuk melaksanakan good governance dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dalam suatu pemerintahan yang baik salah satuhal yang disyaratkan ialah adanya / terselenggaranya good governance. Inprestersebut mewajibkan setiap instansi pemerintahan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumberdaya dengan didasarkan suatu

(26)

perencanaan stratejik yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.

(Manggaukang, 2010)

Pertannggungjawaban dimaksud berupa laporan yang disampaikan kepada alasan masing-masing, lembaga-lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas.

dan akhirnya disampaikan kepada presiden selaku kepala pemerintahan.

Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan melalui sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP).

PP Nomor Tahun 1999 tentang sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah menyatakan bahwa akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

Menurut lembaga administrasi negara dan badan pengawasan keuangan dan pembangunan. Agustin, M. (2015) akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan penanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/pimpinan suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas adalah hal yang penting untuk menjamin nilai-nilai seperti efisiensi, efektifitas, reliabilitas, dan prediktibilitas. Suatu akuntabilitas tidak abstrak tapi kongkrit dan harus ditentukan oleh hukum melalui seperangkat prosedur yang sangat spesifik mengenai masalah apa saja yang harus dipertanggungjawabkan.

Tranparansi dan akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun penyelenggaraan perusahaan baik.

Dinyatakan juga bahwa dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk

(27)

menyajikan dan melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Akuntabilitas dapat dilaksanakan dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan. Bertanya atau menggugat penanggungjawaban para pengambil keputusan dan pelaksaan baik ditingkat program, daerah dan masyarakat.

1. Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah

Dalam hal ini maka semua kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan alokasi dana desa harus dapat diakses oleh semua unsur yang berkepentingan terutama masyarakat di wilayahnya menurut Mardiasmo dalam Arenawati, (2014)menyatakan ada tiga prinsip utama yang mendasari pengelolaan keuangan daerah, yaitu :

a. Prinsip transparansi

Transparansi disini memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan keinginan masyarakat. Terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup maryarakat banyak.

b. Prinsip akuntabilitas

Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Maryarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tapi juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana atau pelaksanaanan anggaran tersebut.

c. Prinsip value for money

(28)

Prinsip ini berarti diterapkannya tiga pokok dalam proses penganggaran yaitu ekonomis, efisien, dan efektif. Ekonomis yaitu pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu dengan harga yang murah. Efisien adalah penggunaan dana masyarakat tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal atau memiliki daya guna. Efektif dapat di artikan bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target atau tujuan kepentingan masyarakat.

2.1.1.3 Perncanaan, Pelaksaan, Pemanfaatan, Pelaporan, Pertanggungjawaban, Pembinaan dan Pengawasan Alokasi Dana Desa (ADD)

Perencanaan,pelaksanaan,penatausahaan,pelaporan,pertanggungjawab an, dan pembinaan dan pengawasan ADD berpedoman pada peraturan menteri dalam negeri republik Indonesia nomor 113 Tahun 2014 pasal 20, 24, 35, 36, 37, 38, dan 44 tentang pengelolaan keuangan desa.

1. Perencanaan ADD

a. Sekertaris desa menyusun rancangan peraturan desa tentang APBD berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.

b. Sekertaris desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang APBDes kepada Kepala desa.

c. Rancangan peraturan desa tentang APBDes sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh kepala desa kepada badan permusyawaratanan desa untuk dibahas dan disepakati bersama.

d. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa disepakati bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

(29)

2. Pelaksanaan ADD

a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

b. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

c. Semua penerimaan dan pengeluaran desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

3. Penatausahaan ADD

a. Penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa.

b. Bendahara desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

c. Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban

d. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan setiap bulan kepada kepala desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat (2) menggunakan:

a. Buku kas umum;

b. Buku kas pembantu pajak; dan c. Buku bank

4. Pelaporan ADD

(30)

1. Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa

a. Laporan semester pertama; dan b. Laporan semester akhir tahun.

2. Laporan semester pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa laporan realisasi APBDesa.

3. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.

4. Laporan semeser akhir tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disampaiakn paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

5. Pertanggungjawaban ADD

a. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.

b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

c. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan desa.

d. Peraturan desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaima dimaksud pada ayat (3) dilampiri :

(31)

1. Format laporan pertanggung jawaban realisaisasi pelaksanaan AP.

2. Format Laporan kekayaan milik desa per 31 desember tahun anggaran berkenaan; dan

3. Format Laporan program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk.

6. Pembinaan dan pengawasan ADD

a. Pemerintah provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan penyaluran dana desa. Alokasi dana desa, dan bagi hasil pajak dan retribusi daerah dari kabupaten/Kota kepada desa.

b. Pemerintah Kabupaen/Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.

(32)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil penelitian

1 Nur’aini Muslim dan Irwan Nasution (2014) (jurnal ilmu pemerintahan dan sosial politik )

Kinerja Aparat Desa dalam Penyelenggaraa n Pemerintahan di Desa Pantai Labu Pekan.

Deskriptif Kualitatif

kinerja Aparatur Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu ditinjau dari proses penyelenggaraan

Kepemerintahan yang mengedepankan kerjasama, kedisiplinan, kreatifitas dan tanggung jawab.

2 Linda Muchacha Paramitha, Tjahjanulin Domai dan Suwondo (2013) (Jurnal

Administrasi Publik)

Kinerja Aparat Pemerintahan Desa Dalam Rangka Otonomi Desa (Studi di Desa Gulun,

Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan)

Deskriptif Kualitatif

kinerja pemerintah desa dalam kedisiplinan aparat Desa Gulun memang kurang disiplin.

kemudian semangat kerja aparat Desa Gulun terlihat sangat baik, namun semangat yang baik tidak diimbangi dengan disiplin yang baik pula.

3. M. Helmi Watoni Satka (2015) (Jurnal Ilmu Administrasi Negara)

Strategi Pemerintah Desa

Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pembangunan Desa (Studi Kasus Di Desa Kerta Buana Kecamatan Tenggarong Seberang)

Deskriptif Kualitatif

strategi pemerintah desa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan Desa Kerta Buana, meliputi pembinaan di bidang kewiraswastaan, penyuluhan yang disampaikan oleh kepolisian, memberikan fasilitas kegiatan keagaman dan pembentukan ikatan remaja mesjid, pengadaan posyandu rutin setiap bulannya.

4 Guruh Candra Nugraha (2013) (Jurnal Kajian Moral Dan Kewarganegara an)

Kinerja Kepala Desa Menurut Jenjang Pendidikan di Kecamatan Menganti Kabupaten

Deskriptif kuantitatif

kinerja kepala desa menurut jenjang pendidikan

menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kepala desa yang berpendidikan SMP, kepala desa yang berpendidikan SMU dan kepala desa yang

(33)

Gresik berpendidikan sarjana.

5.

No

Mustangin, Desy Kusniawat

Nama

Pemberdayaan Masyarakat

Judul

Kualitatif Metode

Desa wisata di bumiaji telah memberikan perubahan bagi

Hasil Penelitian 5 Nufa Pramida

Islami, Baruna Setyaningrum dan Eni Prasetyawati (2017) (Jurnal

Pemikiran dan Penelitian

Berbasis Potensi Lokal Melalui Program Desa Wisata di Desa Bumiaji

program Pemberdayaan masyarakat di desa wisata dapat dijadikan sebagai rujukan dalam kegiatan-kegiatan

pemberdayaan masyarakat lainnya.

6 Ahmad Dzauqy Abdul Rabb (2016)

(Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban )

Implementasi Kebijakan Dana Desa

Berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 93 Tahun 2015 Pada Kecamatan Ganra Kabupaten Soppeng

Deskriptif Kualitatif

Pelaksanaan dana desa di kecamatan Ganra Kabupaten Soppeng secara keseluruhan telah berjalan sesuai dengan peraturan Mentri Keuangan nomor 93 tahun 2015 tentang tatacara pengalokasian, penyaluran penggunaan, pemantauaan dan evaluasi.

7 Amelyana Agustin,Sjamsia r Sjamsuddin dan Ratih Nur Pratiwi (2015) (Jurnal

Administrasi Publik)

Efektifitas Dana Pembangunan Fisik Desa Pucangkro Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang

Deskriptif Kualitatif

Efektifitas dana pembanguna fisik desa pucangro kecamatqn gudo kabupaten jombang dikatakan efektif karena target dan realisasi dana yang sudah ditentukan tidak mengalami pengembangan, akan tetapi tidak efisien karena tidak memenuhi kualitas daya guna pembangunan fisik tersebut . 8 Nilam Indah

Susilowati, Dwi Susilowati dan Syamsul Hadi (2017)

(Jurnal Ilmu Ekonomi)

Pengaruh Alokasi Dana Desa, Dana Desa, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Deskriptif Kuantitatif

Variabel Alokasi Dana Desa, Dana Desa, Belanja Modal dan produk domestik regional bruto berpengaruh terhadap

kemiskina kabupaten/kota dengan nilai masing-masing - 3,59 ADD, 2,87 untuk dana desa, -6,05 untuk belanja modal dan -3,57 untuk produk

domestik regional bruto

(34)

9. Heni Indariyanti dan Vivi Eka

Akuntabilitas Kualitatif Kejelasan sasaran anggaran yang berorientasi pada

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian

9 Setyawati (2017) ( Jurnal Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan Bisnis)

APBDES Sebagai

Penentu Tingkat Kredibilitas Aparatur Desa (Studi kasus di kantor desa mandesan kecamatan selopuro

kabupaten blitar tahun 2016)

masyarakat dengan

ketercapaian realisasi yang mendekati nilai anggarannya . serta terjadi upaya melakukan peningkatan kualitas aparatur desa melalui pemantapan administrasi keuangan secara konsisten, akuntabel dan transparan.

10 Hermansyah (2015) (Jurnal

Pemerintahan Integratif)

Peran Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Tana Lia

Kabupaten Tana Tidung (Studi kasus di Desa Tana Merah dan Desa

Sambungan)

Kualitatif Kepala Desa melaksankan perannya sebagai fasilisator dalam pelaksanaan

pembanguna di desa tanah merah dan desa sambungan kecamatan tanah lia kabupaten tanah tidung hasil penelitian yang di peroleh dalam penelitian ini bahwa dalam memfasilitasi pelaksanaan pembangunan telah di lakukan dengan baik.

2.3 KARANGKA PIKIR

Mengacu pada UU No 6 tahun 2014 pasal 1 tentang alokasi dana desa diterangkan bagaimana aturan yang berlaku di dalamnya. Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dengan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes sesuai dengan peraturan daerah kabupaten kota Nomor 24 tahun 2011 tentang alokasi dana desa.

Namun demikian Tim pelaksana ADD wajib melaporkan pelaksanaan ADD yang berupa Laporan bulanan, yang mencakup perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana, serta Laporan kemajuan fisik pada setiap tahapan pencairan ADD yang merupakan gambaran kemajuan fisik pada setiap

(35)

tahapan pencairan ADD yang merupakan gambaran kemajuan kegiatan fisik yang dilaksanakan.

Tahapan dalam alokasi dana desa ada 3, yaitu perencanaan ADD, pelaksanaan ADD, penatausahaan ADD, pelaporan ADD, pertanggungjawaban ADD, dan pembinaan dan pengawasan ADD, dalam UU No 6 tahun 2014 adanya ketentuan bahwa “keuangan desa dikelola berdasakan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran”

peneliti mendasari unsur tersebut untuk menilai perencanaan ADD, pelaksanaan ADD, penatausahaan ADD, pelaporan ADD, petanggungjawaban ADD, dan Pembinaan dan Pengawasan ADD.

1. Partisipasif

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat meyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara kostruktif

2. Transparansi

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

3. Akuntabilitas

Pertanggungjawaban pada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan ( Mardiasmo 2009 : 18)

(36)

Keberhasilan akuntabilitas alokasi dana desa (ADD) sangat dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Namun di dalam pelaksanaannya tergantung bagaimana pemerintahan melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pengelolaan ADD dalam mendukung keberhasilan program. Untuk mendukung keterbukaan penyampaian inforrmasi secara jelas kepada masyarakat. Setiap kegiatan ADD supaya dipasang papan inforrmasi kegiatan di lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan

Untuk mewujudkan pelaksanaan prinsip - prinsip transparansi dan akuntabilitas maka diperlukan adanya kepatuhan pemerintah desa khususnya yang mengelola ADD untuk melaksanakan ADD sesuai ketentuan yang berlaku (Arifiyanto dan Kurrohman,2014)

Kerangka pemikiran akuntabilitas ADD di desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba dapat digambarkan dalam bagan kerangka pikir.

Gambar 2.1 Karangka Pikir

Analisis Kinerja Metode Value For Money Kantor Desa Gunturu Kecamatan Herlang

Kabupaten Bulukumba

Alokasi Dana Desa

Hasil Penelitian

(37)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Deksriptif Kuantitatif), yaitu penelitian yang bersifat menganalisis secara sistematis Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Pada Desa Gunturu Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Perusahaan yang menjadi tempat penelitian, dilakukan pada kantor desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba, adapun waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih dua bulan, dimulai pada bulan 10 oktober sampai dengan bulan 12 desember di tahun 2019.

3.3 Definisi Oprasional Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pemerintahan desa dan memberikan pertanggung jawaban apa yang menjadi tanggung jawab pemerintah terhadap kekuasaan yang diberikan, terlebih dalam pengelolaan keuangan dana desa agar terciptanya pemerintahan yang akuntabel dan transparansi.

Akuntabilitas merupakan kewajiban yang dimiliki oleh individu yang diamati mengelola sumber daya dengan cara mempertanggung jawabkan dan menerangkan kinerja individu, badan hukum, maupun pemimpin kepada yang memiliki hak untuk menerima pertanggung jawaban. (fajri, et al,. (2012).

3.4 Populasi dan Sampel a. Populasi

(38)

Menurut buku metode penelitian oleh Sugiyono ( 2002 : 119) populasi adalah wilayah generalitas yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kwalitas dan karakter ristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terkait dengan pemerintahan desa gunturu.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi dijelaskan dala buku metode penelitian oleh Sugiyono (2012:120).

Meskipun sampel hanya merupakan bagan dari populasi kenyataannya yang diperoleh dari sampel itu harus dapat menggambarkan.

Metode penelitian sampel pada penelitian ini, yaitu metode sensus atau sampel jenuh yaitu penyebaran kuisioner diakukan pada seluruh sebagian populasi. Sehingga sampel penelitian ini berjumlah 45, aparatur desa berjumlah 15 orang dan masyarakat berjumlah 30 orang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode, diantaranya: a. Kuesioner yaitu teknik pengupulan data melalui penyebaran angket yang berisi pertanyaan kepada seluruh responden pada penelitian ini.

b. Dokumentasi (documentation) yaitu teknik pengumpulan data yang berupa dokumen-dokumen lembaga yang sesuai dengan masalah yang dibahas.

3.6 Teknik Analisis

Tekhnik analisi dalam penelitian ini adalah menganilis secara sistematis dengan cara value for money memperoleh data yang sudah ada dan melalui wawancara

(39)

dalam bentuk kuisioner agar lebih akurat mengenai analisi peran perangkat desa dalam akuntabilitas dana desa pada desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba

(40)

25 BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi

Desa gunturu berada dalam wilayah kecamatan herlang dan terletak di bagian bulukumba timur berbatasan dengan kajang kassi, desa gunturu juga memiliki wilayah bahari tepatnya di dusun bajang yang di mana memiliki peran penting bagi perekonomian masyarakat desa gunturu. Desa gunturu juga berbatasan langsung dengan kelurahan tanuntung yang di mana kelurahan tanuntung adalah pusat wilayah dari kecamatan herlang. Desa gunturu juga memiliki salah satu pasar tradisional yang menjadi roda perekonomian masyarakat herlang.

4.1.1 Visi dan Misi Kantor Desa Gunturu

Pemerintah desa adalah penyelenggara urusan pemerintah yang di laksanakan oleh pemerintah desa dan badan perwakilan esa dengan menitikberatkan pada asalusul desa tetapi masih berada dalam bingkai negara kesatuan repoblik Indonesia untuk penyelenggaraan pemerintah desa di laksanakan oleh seorang kepala desa bersama-sama perangkat desa dan unsur pemerintah lainnya.

Berdasarkan kepada potensi yang ada maka kami pemerintah desa gunturu, menuangkan dalam rencana strategis pembangunan desa gunturu dengan:

4.1.1.1 Visi

1. Terwujudnya pemerintahan desa yang transparan dan profesional dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui potensi desa.

2. Mengabdi kepada pemerintah dan masyarakat desa gunturu dengan adil berdasarkan rasa persatuan, gotong royong dan musyawarah mufakat.

(41)

3. Hadir lebih dekat melayani masyarakat untuk menuju desa gunturu yang bermartabat dan menjunjung tinggi nilai norma dalam masyarakat.

4.1.1.2 Misi

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat desa gunturu.

2. Melindungi dan memperjuangkan hak-hak masyarakat desa gunturu.

3. Menerima dan mendengarkan aspirasi masyarakat desa gunturu serta merealisasikan dalam bentuk tindakan dengan prinsip lebih cepat lebih baik serta jujur dan adil.

4. Menjalin kerjasama yang baik dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK, tokoh pemuda dan lembaga-lembaga yang ada di desa gunturu.

4.1.2 Struktur Organisasi Desa

BPD KEPALA DESA

KADUS I KADUS II KADUS III KADUS IV

KADUS V KADUS VI KADUS VII KADUS VII

STAF KASI

KAUR KEUANGAN KAUR UMUM

STAF KAUR SEKERTARIS DESA

KASI

PEMBANGUNAN

KASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

KASI

PEMERINTAHAN

(42)

a. Tanggung jawab dan wewenang 1. Kepala desa

Kepala desa adalah pemerintah desa atau yang di sebut dengan nama lain yang di bantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa (UU RI No 6 Tahun2014 Pasal 1 Ayat 3). Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa dan pemberdayaan desa (UU TI No 6 Tahun 2014 Pasal 26 Ayat 1).

kewajiban kepala desa menurut UU RI No 6 Tahun2014 Pasal 26 Ayat 4 adalah:

a. Memegangteguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan undang-undang desa negara repoblik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memlihara keutuhan negara RI, dan bhinneka tunggal ika

b. Meningkatkan kesejahtraan masyarakat desa.

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.

d. Menaati dan menegakkan peraturan undang-undang.

e. Melaksanakan kehidupan dekmokrasi dan keadilan gender.

f. Melaksanakan prinsip tata pemerintah yang akuntabel ,transparansi, professional, efektif dan efisien, bersih serta bebas korupsi dan nepotisme.

g. Menjalin kerjasama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di desa.

h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.

i. Menegelola keuangan dan asset desa.

j. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa.

(43)

k. Menyelesaikan perselisihan masyarakat desa.

l. Membina dan melesatarikan nilai social budaya masyarakat desa.

m. Memberdayakan masyarakat dan Lembaga kemasyarakatan di desa.

n. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; dan

o. Memeberikan informasi kepada masyarakat desa.

2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan di tetapkan secara demokrasi (UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 4 Tentang UU Desa).

Fungsi BPD yang berkaitan dengan kepala desa yaitu (UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 55) adalah:

a. Membahas dan menyepakati rencana peraturan desa Bersama kepala desa.

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.

c. Melakukan pengawasan kienerja kepala desa.

3. Sekretaris

Merupakan perangkat desa yang bertugas membantu kepala desa untuk mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan administrasi desa, mempersiapkan bahan penyusun laporan penyelenggara pemerintah desa

Fungsi sekretaris adalah:

Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk kelancaran tugas kepala desa.

(44)

a. Membantu dalam persiapan penyusunan peraturan desa

b. Mempersiapkan bahan untuk laporan penyelenggara pemerintah desa.

c. Melakukan koordinasi untuk penyelengaraan rapat rutin.

d. Pelaksana tugas lain yang di berikan kepada kepala desa.

4. Kaur Keuangan

Membantu sekretaris desa melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa, pengelolaan administrasi keuangan desa dan mempersiapkan bahan penyusun APB Desa, serta laporan keuangan yang di butuhkan desa untuk Mengelola sedangkan funsinya adalah:

a. Administrasi keuangan desa.

b. Mempersiapkan bahan penyususnan APB desa.

c. Membuat laporan pertanggung jawaban keuangan.

d. Melaksanakan tugas lain yang di berikan sekretaris desa.

5. Kaur Pembangunan

Membantu kepala desa mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pengembangan ekonomi masyarakat desa, pengelolaan pelayanan masyarakat serta menyiapakan bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas pembantuan.

Sedangkan fungsinya:

a. Menyiapkan bantuan-bantuan analisa dan kajian perkembangan ekonomi masyarakat.

b. Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan.

c. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh desa.

6. Kaur Umum

(45)

Membantu sekertaris desa dalam melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan kearsipan pengolaan inventaris kekayaan desa, serta mempersiapkan bahan rapat dan laporan sedangkan fungsinya:

a. Melaksanakan pengendalian, dan pengelolaan surat masuk dan surat keluar serta pengelolaan tata kearsipan desa.

b. Melakasanakan catatan inventaris kekayaan desa.

c. Melaksanakan pencatatan inventarisasi kekayaan desa.

d. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum.

e. Sebagi penyedia, penyimpanan dan pendistribusian alat tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor.

f. Mengelola administrasi perangkat desa.

g. Melaksanakan tugas lain yang di beri oleh sekretaris desa.

7. Kaur Sosial

Membantu kepala desa untuk mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis penyusunan program keagamaan, serta melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan, sedang kanfunsinya yaitu:

a. Menyiapkan bahan dan melaksanakn program kegiatan keagamaan.

b. Menyiapkan dan melaksanakan program perkembangan kehidupan ber agama c. Menyiapkan bahan dan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dan

social kemasyarakatan.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala desa.

8. Pelaksanaan wilayah

(46)

Kepala dusun (KADUS) tugas kepala dusun adalah membantu kepala desa melaksanakan tugas dan kewajiban pada wilayah kerja yang sudah di tentukan sesuai dengan ketentuan yang sudah di tetapkan. Fungsinya yaitu:

a. Membantu melaksanakan tugas kepala desa di wilayah kerja yang sudah ditentukan.

b. Melaksanakan kegiatan penyelngaraan pemerintahan dan pembangunan.

c. Melaksanakan keputusan dan kebijakan yang di tetapkan oleh kepala desa.

d. Membantu kepala desa melakukan kegiatan pembinaan dan kerukunan warga.

e. Membina swadaya dan gotong royong masyarakat.

f. Melakukan penyuluhan program pemerintah desa.

g. Sebagai pelaksana tugas-tugas lain yang di berikan oleh kepal desa.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan peraturan daerah kabupaten bulukumba Nomor 9 Tahun 2018 tentang alokasi dana desa menyebutkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja desa, yang selanjutnya di singkat APBDesa, adalah rencana tahunan keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa (BPD) yang di tetapkan dengan peraturan desa.

Kegiatan yang dianggarkan melalui alokasi dana desa seluruhnya direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh masyarakat di desa gunturu. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan secara administrasi, teknis dan hukum.

4.2.1 Tujuan Alokasi Dana Desa

(47)

Dalam peraturan daerah bulukumba tahun 2018 tentang alokasi dana desa, tujuan pemberian alokasi dana desa (ADD) adalah seabagai berikut :

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahaan desa dalam pelayanan pemerimtahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangan desa.

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliana pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi Masyarakat desa.

4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.

4.2.2 Penggunaan Alokasi Dana Desa

Pengalokasian anggaran dana desa di terimah untuk digunakan sesuai dengan ketentuan yang telah diatur, sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas ekonomi sebesar 70% dari anggaran dana desa.

2. Operasional pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa sebesar 30% dari anggaran dana desa.

Pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas pemerintah desa sebagai berikut:

1. Penurunan kemiskinan serta memberikan hak-hak bagi masyarakat desa melalui pembinaan masyarakat desa.

2. Pemberdayaan masyarakat desa melalui program PKK desa.

(48)

3. Pemberdayaan badan usaha milik desa (BUMDes).

4. Peningkatan kesehatan masyarakat.

5. Program peningkatan pendidikan luar sekolah.

6. Peningkatan keamaan, ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.

7. Pemanfaatan organisasi desa melalui karang taruna.

8. Peningkatan dalam keagamaan.

9. Pemanfaatan dan peningkatan gotong royong dan keswadayaan.

10. Peningkatan infrastruktur desa.

11. Peningkatan wilayah desa terpencil yang memiliki potensi berkembang.

12. Pengembangan dan pemanfaatan masyarakat desa melalui teknologi tepat guna (TTG).

13. Pemberian bantuan oprasional lembaga masyarakat desa.

14. Pemberian bantuan kepada RW dan RT.

15. Pemberian bantuan oprasional dusun

Pemberian anggaran oprasional pemerintah desa dan permusyawaratan sebagai berikut :

1. Pemebrian tunjangan pemerintah perangkat desa.

2. Pemberian tunjangan BPD.

3. Tunjangan operasional sekretaris desa.

4. Tunjangan operasional sekretaris BPD.

5. Biaya perjalanan dinas aparat desa.

6. Biaya lain-lain pengeluaran rutin desa.

4.2.3 Penentuan Jumlah Bantuan Alokasi Dana Desa (ADD)

(49)

Penentuan besaran jumlah anggaran dana desa yang diterima oleh desa tergantung dari luas wilayah desa, jumlah penduduk desa, jumlah KK miskin desa, keterjangkauan desa dan pendapatan desa.

4.2.4 Biaya Yang Tidak Boleh Diambil Dari Alokasi Dana Desa

Kegiatan yang tidak dapat dianggarkan langsung dari alokasi dana desa, sebagai berikut :

1. Pembayaran gaji honorer atau gaji karyawan yang telah diatur dalam ketentuan juknis.

2. Pembayaran pelunasan pajak.

3. Pembelian kendaraan roda dua.

4. Pembuatan monumental (gapuro, tugas batas dan dll).

5. Pembelian pakaian atau seragam perangkat desa.

6. Pembaharuan tempat-tempat keramat, kecuali memberikan pendapatan bagi desa, seperti tempat wisata.

4.2.5 Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Dana Desa

Proses pemberian anggaran alokasi dana desa mengikuti aturan serta melalui mekanisme penyaluran anggaran sesuai yang diterapkan pemerintah kabupaten bulukumba. Peraturan yang mengatur mengenai penyaluran anggran dana desa melaui rekening (PTKD) atau pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa setiap desa, dan masuk ke kas setiap desa dan menjadi pendapatan setiap desa.

Pemberian dana desa dilakukan dinas pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset dengan melaui cara transfer bank sulselbar bulukumba dan kemudian diteruskan ke bank sulselbar bulukumba. Pengelola ADD setiap desa mengajukan rencana

(50)

pengalokasian dana dengan ketentuan, sebagai barikut :

1. Permintaan penyaluran anggaran tahap 1 sebesar 30% di salurkan pada triwulan kedua, berdasarkan laporan pemerintahan desa gunturu atau (LPPD) tahun sebelumnya, APBDes atau anggaran pendapatan dan belanja desa pada tahun berjalan akan dilaporka kepada pemerintah kabupaten kota melalui setda atau bagian tata pemerintah desa setda kabupaten kota bulukumba dalam bentuk rekapitulasi atau persetujuan camat kecamatan herlang dilengkapi dengan berkas fotokopi rekening kas pemerintahan desa gunturu.

Permintaan penyaluran tahap II 40% disalurkan pada triwulan ke tiga dan 30%

disalurkan pada triwulan selanjutnya atau triwulan ke empat. Berdasarkan laporan pemerintahan desa gunturu mengenai laporan perkembangan alokasi dana desa pada tahun 2016 .

4.2.6 Program Pengelolaan Alokasi Dana Desa Gunturu Tahun 2016

Penganggaran alokasi dana desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba :

Tabel 4.1

Program Kegiatan Alokasi Dana Desa di Desa Gunturu Tahun 2016

No Program

1 Belanja Oprasional Penyelenggaraan PemDes 2 Belanja tunjangan Penghasilan Perangkat Desa 3 Bantuan Oprasional LPMD

4 Bantuan Oprasional BPD 5 Bantuan Oprasional PKK

6 Bantuan penenggulangan kemiskinan 7 Bantuan oprasional RT/RW

8 Bnatuan Peningkatan Kemiskinan 9 Bantuan Peningkatan Pendidikan

(51)

10 Bantuan Peningkatan Stabilitas tantib linmas 11 Bnatuan Pembinaan Organisasi

12 Bantuan Peningkatan Keagamaan 13 Bulan bakti gotong royong

14 Bantuan Pemberdayaan Dusun 15 Bnatuan Pengembangan BumDes 16 Pembangunan Infrastruktur

17 Benlanja Pengadaan Inventaris Desa 18 Belanja Perawatan Mobil Desa Siaga

Sumber Data Desa Gunturu

4.2.7 Analisis Akuntabilitas Laporan Pertanggung jawaban Penggunaan Alokasi Dana Desa di Desa Gunturu Tahun 2016.

Pemberian alokasi dana desa adalah bentuk bantuan yang diberikan pemerintah kota kepada pemerintah desa untuk menunjang pembangunan pemerintah setiap desa. Penyaluran anggaran dana desa diberikan untuk memenuhi atas hak setiap daerah sebagai peningkatkatkan ekonomi setiap desa. Alokasi dana desa memiliki banyak manfaat apabila di gunakan secara baik dan maksimal. Salah satunya untuk meningkatkan kwaliats hidup masyarakat disetiap daerah.

Tabel 4.2

Analisis Laporan Pertnggung jawaban ADD Desa Gunturu Tahun 2016

No Nama Program Anggaran Rp Presentase

% 1 Belanja oprasional

penyelanggaraan pemdes Rp 22,377,000.00 12,96%

2 Belanja tunjangan penghasilan

perangkat desa Rp 29,400,000.00 17,03%

3 Bantuan oprasional LPMD Rp 8,000,000.00 4,6%

4 Bantuan Oprasional BPD Rp 7,000,000.00 4,05%

5 Bantuan oprasional PKK Rp 9,000,000.00 5,21%

6 Bantuan penenggulangan kemiskinan Rp 16,100,000.00 9,3%

7 Bantuan oprasional RT/RW Rp 9,450,000.00 5,4%

(52)

8 Bantuan peningkatan kesehatan Rp 10,000,000.00 5,7%

9 Bantuan peningkatan pendidikan Rp 7,500,000.00 4,3%

10 Bantuan penigkatan stabilitas trantib

linmas Rp 4,000,000.00 2,31

11 Bantuan pembinaan organisasi dan

BKR Rp 3,000,000.00 1,73%

12 Bantuan peningkatan keagamaan Rp 3,000,000.00 1,73%

13 Bulan bakti gotong royong Rp 3,000,000.00 1,73%

14 Bantuan pemberdayaan dusun Rp 15,000,000.00 8,69%

15 Bantuan pengembangan BUMDes Rp 2,500,000.00 1,44%

16 Pembangunan infrastruktur Rp 6,863,000.00 3,97%

17 Benlanja pengadaan sarana inventaris

desa Rp 11,000,000.00 6,37%

18 Belanja perawatan mobil desa siaga Rp 5,400,000.00 3,12%

Jumlah Rp172,590,000.00 100%

Sumber Data Desa Gunturu

Laporan pertanggung jawaban desa gunturu tahun 2016 memiliki jumlah yang berbeda anatara satu sama lain, besar kecil jumlah diatas diatur oleh pemerintah desa gunturu. Berikut dari persentase dari laporan pertanggung jawaban program alokasi dana desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba, sebagai berikut :

= Anggaran X 100%

Total Anggaran

= Rp 22.377.000 X 100%

172.590.000%

= 12,96%

(53)

Hasil analisa penganggaran diatas diketahuai penganggaran yang paling banyak diangarkan yaitu, Rp 22.377.000 untuk program belanja operasional penyelenggaraan pemdes sebesar 17,3% dari dari total anggaran desa gunturu.

Penganggaran terbanyak kedua yang menyerap anggaran dana desa dianggarkan untuk belanja tunjanagan penghasilan perangkat desa yaitu, Rp 29.400.000 atau 17% dari anggaran. Bantuan penanggulangan kemiskinan terbanyak ketiga yaitu Rp 16.100.000 atau 9,3% dari anggaran. Rp 15.000.000 untuk anggaran bantuan pemberdayaan dusun atau 8,6%. Rp 11.000.000 untuk belanja pengadaan inventaris desa atau 6,3% dari anggaran. Rp 10.000.000 untuk anggaran bantuan peningkatan kesehatan atau 5,7% dari anggaran. Rp 9.450.000 untuk bantuan operasional RT/RW atau 5,4% dari anggaran. Rp 9.000.000 untuk bantuan operasional PKK atau 5,2% dari anggaran. Rp 8.000.000 untuk bantuan operasional LPMD atau 4,6% dari anggaran. Rp 7.500.000 untuk bantuan peningkatan pendidikan atau 4,3% dari anggaran. Rp 7.000.000 untuk bantuan operasional BPD atau 4,05% dari anggaran. Rp 6.863.000 untuk pembangunan infrastruktur atau 3,9% dari anggaran. Rp 5.400.000 untuk belanja perawatan mobil desa siaga atau 3,1% dari anggaran. Rp 3.000.000 untuk bantuan peningkatan tantib linmas atau 1,7% dari anggaran. Rp 3.000.000 bantuan pembinaan dan organisasi atau 1,7%

dari anggaran. Rp 3.000.000 untuk bantuan peningkatan keagamaan atau 1,7% dari anggaran. Rp 3.000.000 untuk bantuan bulan bakti gotong royong atau 1,7% dari anggaran. Rp 2.500.000 untuk bantuan pengembangan BUMDes yaitu 1,4% dari anggaran.

(54)

4.2.8 Analisis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di Desa Gunturu Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba Tahun 2016.

Value for money suatu konsep penilaian kinerja untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program kerja mengacu pada tiga element utama yaitu ekonomis, efisiensi dan efektifitas. Melalui konsep value for mony, memberikan informasi berupa indikator apakah anggaran yang dibelanjakan menghasilakan nilai tertentu. Pengukuran velue for mony yang pertama sebagai berikut:

4.2.8.1 Ekonomis

Pemanfaatan anggaran secara ekonomis diamana penganggaran yang sesuai dan pembelian barang yang nilai serendah-rendahnya atau dengan kata lain tepat guna, dikatakan ekonomis apabila operasional sesuai dengan apa yang dianggarkan. Rumus yang digunakan untuk mengukur ekonomis dalam pengelolaan dana desa gunturu, dimana total anggarannya adalah Rp 172.563.000%:

= Anggaran X 100%

Total Anggaran

= Rp 22.377.000 X 100%

172.590.000%

= 12,96%

Berikut anggaran dan realisasi untuk alokasi dana desa gunturu kecamatan herlang kabupaten bulukumba.

(55)

Tabel 4.3

Anggaran dan Realisasi Program Alokasi Dana Desa di Desa Gunturu Tahun 2016

No Keterangan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Presentase

%

1

Belanja Oprasional penyelenggaraan

Pemdes Rp 22,377,000.00 Rp 22,377,000.00 12,96%

2

Belanja tunjangan penghasilan

perangkat desa Rp 29.400.000.00 Rp 29,400,000.00 17,03%

3 Bantuan

oprasional LPMD Rp 8,000,000.00 Rp 8,000,000.00 4,6%

4 Bantuan

Oprasional BPD Rp 7,000,000.00 Rp 7,000,000.00 4,05%

5 Bantuan

oprasional PKK Rp 9,000,000.00 Rp 9,000,000.00 5,21%

6

Bantuan

penenggulangan

kemiskinan Rp 16,100,000.00 Rp 16,100,000.00 9,3%

7 Bantuan

oprasional RT/RW Rp 9,450,000.00 Rp 9,450,000.00 5,4%

8

Bantuan peningkatan

kesehatan Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 5,7%

9

Bantuan peningkatan

pendidikan Rp 7,500,000.00 Rp 7,500,000.00 4,3%

10

Bantuan penigkatan stabilitas trantib

linmas Rp 4,000,000.00 Rp 4,000,000.00 2,31

11

Bantuan pembinaan organisasi dan

BKR Rp 3.000.000.00 Rp 3,000,000.00 1,73%

12

Bantuan peningkatan

keagamaan Rp 3.000.000.00 Rp 3,000,000.00 1,73%

13 Bulan bakti gotong

royong Rp 3,000,000.00 Rp 3,000,000.00 1,73%

14

Bantuan pemberdayaan

dusun Rp 15,000,000.00 Rp 15,000,000.00 8,69%

(56)

15

Bantuan

pengembangan

BUMDes Rp 2,500,000.00 Rp 2,500,000.00 1,44%

16 Pembangunan

infrastruktur Rp 6,836,000.00 Rp 6,863,000.00 3,97%

17

Benlanja

pengadnaan saran

inventaris desa Rp 11.000.000.00 Rp 11,000,000.00 6,37%

18 Belanja perawatan

mobil desa siaga Rp 5.400.000.00 Rp 5,400,000.00 3,12%

Jumlah Rp 172,590,000.00 Rp 172,590,000.00 100%

Sumber Data Desa Gunturu

Hasil analisis dari tabel diatas diketahui penganggaran yang paling banyak dialokasikan yaitu belanja operasional penyelenggaraan pemdes sebesar Rp 22.377.000 atau sekitar 12,9% dari total anggaran, dan realisasinya sesuai dengan yang dianggarkan yaitu 22.377.000, hal itu menunjukkan bahwa tingkat ekonomis anggaran untuk belanja operasional penyelenggaraan pemdes dikategorikan ekonomis berimbang, dikarenakan anggaran dan realisasi memiliki nominal yang sama. Untuk anggaran program belanja tunjangan penghasilan perangkat desa memiliki anggaran Rp 29.400.000 atau sekitar 17,03% dari total anggaran, dan realisasi anggarannya memiliki kesamaan nominal yaitu Rp 29.400.000, hal itu menunjukan bahwa tingkat ekonomis anggaran untuk penganggaran program belanja tunjagan penghasilan perangkat desa relatif ekonomis berimbang, dikarenkana anggaran dan realisasi memiliki nominal yang sama. Untuk program bantuan pemberdayaan dusun memiliki nominal anggaran sebesar Rp 15.000.000, sedangkan realisasinya memiliki nominal yang sama, yaitu Rp 15.000.000, hal itu membuktikan bahwa tingkat ekonomis dari program anggaran bantuan pemberdayaan dusun memiliki tingkat ekonomis berimbang, dikarenakan antara

Referensi

Dokumen terkait

Pajanan faktor resiko, seperti faktor penjamu yang diduga berhubungan dengan PPOK, semakin.. banyaknya jumlah perokok pada usia muda, serta pencemaran

Penyajian data investigasi area tapak dalam peta struktur geologi pada peta dengan skala 1:500 atau lebih besar dengan tampang lintang yang sesuai.. Pengumpulan Informasi

Pada proses ekstraksi memakai umpan larutan konsentrat logam tanah jarang senotim dengan organo fosfor dalam dodekan pada kondisi optimum (FO = 30% organo fosfor

Maka dengan adanya beberapa penelitian tersebut, membuat peneliti untuk menggunakan insentif karyawan sebagai variabel pemoderasi yang nantinya akan memberikan

Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, dan Laporan Tahunan Pusat Konservasi Tumbuhan

Tingkat paling / ter- (Superlative Degree) dipakai untuk membandingkan lebih daripada dua buah benda atau lebih atau kelompok yang berbeda sifatnya.. Albert is 16

Berita Acara Asesmen Lapangan Dokumen Kinerja dan Evaluasi Diri Program Studi, ditandatangani oleh semua anggota Tim Asesor, pimpinan Fakultas/Sekolah Tinggi,