8 1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Primafani (2018) dalam penelitiannya mengenai analisis tingkat pendapatan buruh wanita pada usaha tani terhadap sampel sebanyak 50 orang dengan menggunakan metode kuantitatif. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan uji F dan Uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara faktor umur, jam kerja dan jumlah tanggungan keluarga terhadap tingkat pendapatan buruh wanita pada usaha tani sayur di Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Pia (2013) dalam penelitiannya mengenai analisis problematika yan dihadapi karyawan wanita di bidang perhotelan menunjukkan bahwa Sampai saat ini, pihak manajemen hotel sudah berusaha melindungi karyawan wanita dengan menyediakan transportasi bagi karyawan yang pulang malam. Hal ini merupakan komitmen yang baik dari hotel untuk terus memberikan perlindungan. Selain itu, dengan adanya komitmen untuk melindungi karyawan wanita dari pelecehan seksual dan diskriminasi, pihak hotel sudah menjalankan kewajibannya dan harus terus dipertahankan.
Haslinda (2019) daam penelitiannya mengenai partisipasi perempuan dalam dunia pariwisata menunjukkan bahwa pekerja perempuan banyak terlibat dalam berbagai kegiatan pada sektor pariwisata, tetapi berbagai permasalahan gender selalu menyertainya yang membatasi aktivitas kaum perempuan di ranah publik seperti berbagai bentuk marjinalisasi, diskriminasi, dan subordinasi yang tercermin pada kesenjangan upah dan gaji. Peran ganda bagi pekerja perempuan
menjadi dilematis, disatu sisi mereka sebagai ibu rumah tangga yang harus piawai mengatasi masalah rumah tangga dan di sisi lain mereka harus profesional dalam berkarier.
Sanaubar (2017) dalam penelitianny mengenai pengaruh potensi pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sektor perhotelan di 9 kabupaten/kota provinsi jawa timur tahun 2012-2015 menunjukkan bahwa variabel jumlah hotel, kamar, wisatawan domestik, wisatawan asing berpengaruh signifikan secara simultan dengan probabilitas sebesar 0,0000 < α=0,05 sedangkan jumlah UMK tidak berpengaruh secara signifikan dan bisa dijelaskan. Besar koefisien regresi jumlah hotel, kamar, wisatawan domestik, wisatawan asing dan jumlah UMK mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor perhotelan sebesar 99%. Adapun sisanya 1% dijelaskan oleh variabel diluar model.
Lianda (2019) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan wanita bekerja sebagai buruh dalam meningkatkan pendapatan keluarga menurut pespektif ekonomi islam dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dimana data didapatkan melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwasannya wanita yang ikut bekerja mencari nafkah sebagai buruh di pengasinan ikan desa Tarahan memiliki peranan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya, sehingga mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga seperti sandang, pangan, papan, dan juga kebutuhan tersier seperti pendidikan anak, kesehatan keluarga dan hal-hal mendesak/ tak terduga lainnya. Wanita yang bekerja sebagai buruh merupakan salah satu cara dan tanggung jawab wanita dalam bidang ekonomi yakni mengatur anggaran biaya dalam kehidupan rumah tangga dengan baik.
1.2 Tinjauan Teori
1.2.1 Teori Ketenagakerjaan
Tenaga kerja tidak hanya berperan penting dalam proses produksi saja tetapi juga selain faktor produksi lainya seperti air, tanah, bahan mentah dan lainnya. Sehingga dengan adanya tenaga kerja sebuah proses produksi dapat menghasilkan barang dan saja. Terdapat beberapa definisi mengenai tenaga kerja. Menurut Undang-Undang No.
25 Tahun 1997 Bab 1 pasal 1 ayat 2 tertulis bahwa “tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik dalam maupun diluar jenis pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”. Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 tenaga kerja diartikan sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Tenaga kerja merupakan penduduk dengan usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah keseluruhan penduduk dalam suatu negara yang mampu memproduksi barang atau jasa apabila terdapat permintaan tenaga kerja, dan apabila mereka bersedia berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Subri, 2013:87).
Sedangkan menurut Sudarsono (2009:64), tenaga kerja merupakan semua orang yang bersedia atau sanggup untuk bekerja, meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri atau keluarganya yang tidak menerima upah maupun yang menerima upah, tenaga kerja adalah yang bersedia dan mampu bekerja, dalam artian orang – orang yang menganggur dengan terpaksa karena tidak memiliki kesempatan kerja.
Tenaga kerja dibedakan dalam dua kelompok diantaranya:
1. Angkatan kerja diartikan sebagai tenaga kerja yang berusia 10 tahun yang dalam seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja karena suatu alasan tertentu.
2. Bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja berusia 10 tahun ke atas yang selama seminggu lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan sebagiannya serta tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan bekerja.
Tenaga kerja atau penduduk usia kerja atau penduduk 10 tahun ke atas mempunyai perilaku yang beragam. Perilaku tenaga kerja dibedakan menjadi dua golongan diantaranya golongan yang aktif secara ekonomis dan yang tidak aktif secara ekonomis.
a. Angkatan kerja termasuk golongan yang disebut aktif secara ekonomis.
Golongan tenaga kerja aktif terdiri dari penduduk yang menawarkan kemampuan kerja dan berhasil memperolehnya (employed).
b. Penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya di pasar tenaga kerja tetapi belum berhasil memperoleh (unemployed). Sehingga mereka yang tidak bekerja tidak secara langsung dikelompokkan sebagai pengangguran, tetapi lebih tepatnya dikatakan sebagai pencari kerja.
1.2.2 Teori Pariwisata
Menurut Oka A. Yoeti (Pramono 2012:16) Pariwisata merupakan sebuah perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud bukan berusaha (bisbis) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi hanya untuk menikmati perjalanan tersebut sebagai sarana
rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan yang diatur dan disediakan sehingga dapat digunakan sebagai kemampuan, faktor dan unsur diperlukan dalam usaha dan pengembangan pariwisata baik berupa suasana, kejadian, maupun jasa (Pendit, 2014:132).
Menurut Pramono (2012:12) bentuk pariwisata dilihat dari segi maksud dan tujuan, dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya: wisata hiburan wisata pengenalan, karya wisata, wisata ilmiah, wisata keagamaan atau keyakinan, wisata kunjungan khusus, wisata progam khusus, wisata perburuan, wisata kesehatan, wisata budaya, wisata sosialwisata alam, wisata perkebunan atau argowisata, wisata minat khusus.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan terdiri atas sembilan bab dan empat puluh pasal yang mengandung ketentuan meliputi delapan hal (Pendit, 2016:133) , yaitu:
a. Wisata merupakan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
b. Wisatawan adalah sebutan untuk orang yang melakukan kegiatan wisata.
c. Pariwisata merupakan segala hal yang berkaitan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha yang dikaitkan dengan bidang tersebut.
d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang bberkaitann dengan penyelenggaraan pariwisata.
e. Usaha pariwisata merupakan kegiatan yang bertujuan untuk penyelenggaraann jasa pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan objek serta daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang berkaitan pada bidang terebut.
f. Objek dan daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang dijadikan sebagai sasaran wisata. Kawasan pariwisata yakni wilayah dengan luas tertentu yang dibangun dan juga disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
g. Mentri pariwisata adalah mentri yang bertanggung jawab di bidang pariwisata.
Pariwisata dapat dipergunakan menjadi suatu alat untuk mengurangi ukuran kesenjangan di antara beberapa negara yang sudah berkembang, yang biasanya adalah negara-negara sumber wisatawan atau negara pengirim wisatawan. Pariwisata merupakan industri terbaru yang mampu membantu pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi yang lain dalam negara penerima wisatawan (Wahab, 2013:85).
Adapun manfaat sektor pariwisata bagi negara-negara penerima wisatawan adalah sebagai berikut:
a. Pariwisata merupakan sumber pendapatan valuta asing dengan menjual jasa-jasa dan barang-barang yang berkaitan dengan pariwisata.
b. Pendapatan akan mengalir secara langsung dan terbagi-bagi secara meluas ke dalam perekonomian nasional, sehingga akan memengaruh laju
pendapatan secara meluas, bertambah banyak dan berputar-putar ke segala lapisan pedagang besar dan pengecer, transportasi, beragam komponen pariwisata, kebutuhan-kebutuhan dan usaha-usaha yang berdasarkan tingkat pengeluaran konsumen.
c. Pariwisata sebagai pasaran lanjutan yang searah dengan meningkatnya tingkat pendapatan keluarga yang tidak habis terpakai, khususnya pada negara-negara yang industrinya sudah maju.
d. Industri pariwisata merupakan industri dengan investasi modaln yang kecil sebanding dengan arus pendapatan yang mungkin jika dibandingkan dengan industri yang lain.
e. Pariwisata menyediakan suatu pasaran ekspor tempat konsumen datang untuk meneliti produk tersebut.
f. Produk yang dijual terutama berupa jasa-jasa dan tidak dapat dijamah, udara yang sejuk, alam yang indah, terdapat tempat-tempat bersejarah, yang kelihatannnya secara potensial tidak akan ada habisnya dan hanya tunduk pada keterbatasan upaya promosi dan penjualan.
g. Pariwisata merupakan sarana yang efektif bagi kebijakan umum dalam menciptakan perpaduan sosial dan budaya pada tingkat nasional maupun inetrnasional dalam mengembangkan industri-industri lain dan sarana pemupukan tenggang rasa dan pengertian dengan negara-negara tetangga dan negara di dunia pada umumnya.
Wisatawan yang tiba di suatu negara asing, baik secara individu maupun kelompok dengan berbagai tujuan perjalanannya tentunya akan membelanjakan uangnya selama menetap disana yaitu untuk membayar jasa-jasa atau barang-barang
wisata dan juga untuk membeli jasa-jasa dan barang yang tidak berkaitan dengan wisata. Seluruh jumlah uang yang digunakan merupakan jumlah penerimaan negara dari sektor pariwisata dan menjadi pola konsumsi wisatawan pada negara tersebut
1.2.2.1 Perhotelan
Menurut marpaung (2012:68), Hotel didefinisikan sebagai suatu kegiatan usaha yang dikelola dengan menyediakan jasa pelayanan, makanan dan minuman, serta kamar untuk tidur atau tempat istirahat untuk pelaku perjalanan (wisatawan) dengan membayar sewa secara pantas sesuai dengan fasilitas yang disediakan tanpa adanya perjanjian khusus yang menyulitkan. Sedangkan Sulastiyono (2007:89), hotel merupakan usaha jasa yang padat modal dan padat karya, dalam arti memerlukan modal yang besardengan jumlah tenaga kerja yang besar pula.
Hotel merupakan sebuah alat untuk mencari dan mendapatkan keuntungan dari sebuah modal yang ditanam. Selain itu, hotel disebut dengan suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial dengan memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh Keputusan Pemerintah.
Hotel berbintang merupakan sebuah usaha yang menggunakan suatu bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat menggunakan jasa dengan menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran dan telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang yang telah ditetapkan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Disparda).
Ciri ciri hotel yaitu suatu tempat yang mempunyai restoran yang berada dibawah
manajemen perusahaan hotel tersebut. Persyaratan yang ditetapkan antara lain mencakup:
a. Persyaratan fisik berupa lokasi hotel dan kondisi bangunan.
b. Bentuk pelayanan hotel yang diberikan (service) kepada tamu atau pengguna jasa.
c. Memiliki kualifikasi tenaga kerja seperti pendidikan dan kesejahteraan karyawan.
d. Memiliki fasilitas olahraga dan rekreasi lainnya, seperti lapangan tenis, kolam renang dan diskotik.
e. Memiliki beberapakamar yang tersedia.
Hotel berbintang dibedakan menjadi 5 (lima) jenis diantaranya : a) Hotel bintang 5, b) Hotel bintang 4, c)Hotel bintang 3, d) Hotel bintang 2, e) Hotel bintang 1. Hotel merupakan jenis bisnis atau usaha yang dijalankan dengan menyediakan tempat menginap bagi para konsumennya. Dengan berjalannya waktu, bisnis ini berkembang menjadi semakin kompleks dan tersebar diseluruh wilayah di dunia. Meningkatnya mobilitas penduduk dunia menjadi salah satu pendukung bisnis penginapan ini. Dulu hotel didirikan oleh penduduk setempat, akan tetapi saat ini tidak sedikit jaringan hotel yang melebarkan sayapnya keberbagai wilayah, bahkan hingga melintasi batas negara untuk mengembangkan bisnis usaha perhotelan. Saat ini diperkirakan terdapat jutaan hotel yang tersebar disemua kota di dunia. Tidak hanya dari segi jumlah, kualitas layanan yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan hotel juga semakin meningkat dan beragam seiring dengan berjalannya waktu.
Hotel saat ini tidak hanya menjadi tempat tinggal sementara bagi orang- orang yang memiliki keperluan diluar kota, akan tetapi hotel sudah menjadi
bagian dari industri pariwisata. Sehingga kebanyakan wisatawan bepergian atau berwisata hanya untuk menikmati layanan hotel. Terlepas dari hal itu, kompleksnya variasi dan dinamika industri perhotelan saat ini memiliki satu layanan dasar yang menjadi esensi utama dari hotel itu sendiri yaitu dengan adanya kamar dengan tempat tidur untuk menginap.
Fungsi hotel untuk mencari dan mendapatkan keuntungan juga merupakan peranan untuk menyelamatkan atau mengamankan modal pengusaha hotel itu sendiri. Fungsi hotel bagi pengusaha perhotelan adalah untuk membantu menciptakan lapangan kerja dan juga sebagai penyaluran tenaga kerja, sehingga secara tidak langsung dalam hal ini juga membantu pemerintah untuk menyejahterakan rakyatnya. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hotel adalah usaha jasa yang padat modal dan padat karya yang memberikan fasilitas pelayanan penginapan, dengan penyediaan makan dan minum, serta jasa- jasa lainnya yang dikelola secara komersil dan ditujukan bagi masyarakat umum.
1.2.3 Teori Upah
Upah merupakan suatu sarana yang digunakan oleh pekerja untuk meningkatkan kesejahteraan. Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 31 Undang undang nomer 13 tahun 2003 disebutkan bahwa kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan keperluan yang besifat jasmaniah dan rohaniah, baik didalam maupun diluar hubungan kerja secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktif kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat (Wijayanti,2010).
Upah yang diberikan kepada pekerja/buruh sangatlah berarti bagi kelangsungan hidup mereka dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, karena
dengan penerimaan upah dari sebuah pekerjaan, seseorang dapat mewujutkan impian dan cita-citanya dan hal tersebut juga akan membantu meningkatkan taraf hidup yang layak bagi kemanusiaan. Kemampuan dan keahlian yang dimiliki seseorang sangatlah mempengaruhi upah (Soedjardi,2012:88).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2015 Upah diartikan sebagai hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari perusahaan atau pemberi kerja kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut sebuah perjanjian kerja, kesepakatan dan peraturan perundang- undangan, termasuk dengan pemberian tunjangan bagi pekerja atau buruh atau keluarganya atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah atau akan di lakukan.
Upah yang diberikan biasnya didasarkan pada perjanjian kerja yang telah disepakati dan tentunya tidak bertentangan dengan perundang-undangan. Apabila ketentuan upah di dalam perjajian kerja bertentangan dengan perundang-undangan maka yang berlaku adalah ketentuan upah yang ada didalam perundang-undangan (Budiono,2014:79).
Penghasilan Upah Komponenya terdiri dari :
a. Upah pokok, yaitu imbalan dasra yang dibayarkan kepada pekerja atau buruh menurut tinka ataupun jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
b. Tunjangan tetap, merupakan suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang di berikan secara tetap pada pekerja atau buruh dan serta keluarganya yang dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok yang terdiri dari tunjangan istri,tunjangan anak,tunjangan jabatan,dan lain sebagainya. Tunjangan tetap akan
dibayarkan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau buruh atau tidak dikaitkan dengan pencapaian suatu prestasi tertentu.
c. Tunjangan tidak tetap, merupakan suatu pembayaran yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan upah pekerja atau buruh yang di berikan secara tidak tetap untuk pekerja atau buruh dan keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok yang terdiri dari tunjangan transport atau tunjangan makan jika diberikan berdasarkan kehadiran pekerja atau buruh.
Penghasilan yang bukan upah terdiri atas :
a. Fasilitas, diartikan sebagai kenikmatan dalam bentuk nyata atau natural yang di berikan perusahaan karena hal hal khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh seperti fasilitas kendaraan, pemberian makan secara gratis, sarana ibadah, tempat penitipan bayi, koperasi,kantin,dan lain sebagainya.
b. Bonus, merupakan pembayaran yang di terima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja yang lebih besar dari target produksi yang normal atau diberikan karena peningkatan produktifitas, dimana besarnya pembagian bonus di atur berdasarkan kesepakatan.
c. Tunjangan Hari Raya (THR), merupakan gratifikasi yang diberikan untuk membagikan keuntungan lainya ( Maimun,2014:53).
Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 menyebutkan setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Berdasarkan peraturan tersebut pemerintah menetapkan
kebijakan pengupahan untuk melindungi hak pekerja/buruh. Kebijakan pengupahan terdiri dari :
a. Upah minimum b. Upah lembur kerja
c. Upah tidak masuk kerja karna berhalangan
d. Upah tidak termasuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerja bagi para pekerja / buruh.
f. Bentuk dan potongan pembayaran upah g. Denda dan potongan upah
h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional j. Upah untuk pembayaran pesangon
k. Upah dan perhitungan pajak penghasilan.
1.3 Kerangka Pikir
Pembangunan ekonomi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat yang sekaligus merupakan sebuah proses pembangunan untuk menciptakan pembangunan ekonomi. Salah satu komponen dalam pembangunan ekonomi adalah penduduk yang merupakan sumber daya manusia. Penduduk berperan sebagai komponen input dan juga sebagai komponen output dalam pembangunan.
Konsep pembangunan biasanya dikaitkan dengan industrialisasi karena dianggap mempunyai pengertian yang sama, hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan ekonomi menekankan pada semua sektor. Salah satunya adalah
sektor pariwisata yang berada di Blitar. Sektor pariwisata di Blitar menjadi salah satu sektor yang saat ini mendapat perhatian besar dari masyarakat dan pemerintah setempat. Berbagai daerah di Indonesia berpotensi dan dapat diolah menjadi sektor pariwisata, akan tetapi perhatian semua pihak masih hanya berfokus pada kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah, sehingga sektor pariwisata masih belum dimaksimalkan.
Saat ini sektor pariwisata di blitar sudah dianggap sebagai sumber devisa baru dan potensial dalam pembangunan ekonomi di blitar. Selain memberikan kontribusi terhadap pemasukan daerah, juga mampu menjadi penyumbang Pendapatan Domestik Bruto (PDB), Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan penyerapan tenaga kerja.
Pembangunan ekonomi tentunya tidak bisa terlepas dari keikutsertaan seluruh komponen masyarakat tidak terkecuali peranan perempuan di dalamnya.
Peranan wanita dalam konsep pembangunan memiliki arti penting bagi keberhasilan dan kelancaran dalam pembinaan keluarga dan juga generasi muda untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mewujudkan hal itu perlu adanya usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta kepemimpinan wanita.
Permasalahan yang ada pada industri pariwisata ini penulis fokuskan pada kondisi tingkat upah tenaga kerja wanita industri pariwisata sendiri, antara lain adanya ketidak disiplinan pengusaha dalam menetapkan waktu kerja para buruh, dan masih terdapat pengusaha yang tidak memberikan tunjangan overtime untuk tenaga kerjanya. Upah yang diberikan kepada karyawan dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh tenaga kerja. Selain itu masih banyak buruh yang
mengeluhkan jika upah yang diterima tidak kunjung naik meskipun mereka sudah lama bekerja pada perusahaan tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka pemikiran dijelaskan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Pembangunan Ekonomi Blitar
Aktivitas Sektor Pariwisata / PDRB
Tenaga Kerja Pria Tenaga Kerja Wanita Penyerapan Tenaga
Kerja
Upah
Usia Pendidikan Lama Bekeja Status
Perkawinan