• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I BAHAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I BAHAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAHAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN

1.1. Pendahuluan

Jenis bangunan atas jembatan di Indonesia dapat dibagi atas bangunan atas standard an non standar dan atau khusus.

Pada modul ini yang dibahas adalah jenis bahan bangunan atas standar yang lazim digunakan di berbagai lokasi di Indonesia, yaitu bangunan atas dari bahan kayu, beton bertulang, beton prategang, gelagar baja/ komposit, rangka baja, dan juga tentang jembatan gantung kayu/baja untuk pejalan kaki.

Berikut ini data-data penggunaan bahan jembatan di Indonesia berdasarkan panjang dan tipe bangunan atas (Vaza, 2008)

Tabel 1 – Distribusi Jembatan Berdasarkan Panjang

1.2. Jembatan Kayu

a. Umum

Penggunaan konstruksi jembatan kayu di Indonesia berkurang, tetapi kayu masih tetap digunakan pada beberapa konstruksi jembatan baru meskipun

(2)

konstruksi kayu sebagian besar telah diganti dengan beton dan baja. Banyak jembatan lama dari kayu yang masih digunakan, harus diperbaiki dan dipelihara.

Jembatan sementara dari kayu kadang-kadang digunakan untuk jembatan darurat atau selama pekerjaan konstruksi, jembatan yang telah ada (existing) mungkin memerlukan peningkatan yang intensif.

b. Sifat dan karakteristik bahan

Jembatan kayu dapat dibangun baik dari kayu bulat dalam kondisi pada waktu ditebang (cabang-cabangnnya dibuang) atau kayu yang digergaji. Kayu bulat lebih kuat dan awet bila dibandingkan dengan kayu yang digergaji dan oleh karena itu selalu digunakan untuk elemen-elemen struktur yang penting seperti tiang-tiang dan balok-balok memanjang (stringer). Kayu yang digunakan harus kelas I dan atau sesuai spesifikasi. Bahan kayu ini harus terlindungi dari serangan binatang laut perusak kayu seperti toredo dan dari serangan rayap.

c. Dimensi dan gambar teknik 1. Gelagar kayu tipe GKI

Gambar 1 – Jembatan Gelagar Kayu Tipe GKI

(3)

Gambar 2 – Jembatan Gelagar kayu – Tipe GKI

d. Perakitan dan pemasangan

Panjang gelagar kayu harus dipotong supaya ukurannya tepat untuk ruang yang ada antara pilar dan/atau kepala jembatan, ujungnya dibentu dan permukaannya dirawat sesuai dengan gambar rencana, sebelum ditempatkan pada posisi diatas siku-siku kayu (corbel). Permukaan yang berhubungan harus diberi campuran pengawet kayu. Lubang harus dibor menembus gelagar dan siku kayu, dan baut dipasang dan dikencangkan.

Lantai jembatan harus dipotong pada panjang yang sesuai dengan gambar rencana, ujung dari papan diberi lapisan ulang campuran pengawet kayu. Papan harus dipasang berkaitan kencang, lubang dibor dan baut disetel. Setelah lantai dipasang pada posisinya dan disetel, seluruh permukaan lantai jembatan dapat dilapisi dengan aspal dan pasir. Sambungan dalam lantai jembatan harus ditempatkan bergantian (selang-seling) pada lebar jembatan.

(4)

1.3. Jembatan Beton Bertulang (konvensional)

a. Umum

Jenis bangunan atas yang menggunakan beton bertulang pada umumnya adalah struktur jembatan jenis gelagar, tetapi ada juga yang menggunakan jenis lainnya.

Adapun jenis-jenis bahan bangunan atas jembatan yang memakai beton bertulang (konvensional) antara lain: balok T, pracetak standar. Penggunaan bahan beton bertulang ini terutama untuk jembatan dengan bentang-bentang pendek, serta pada kondisi sungai yang arus airnya tidak berbahaya.

b. Sifat dan karakteristik bahan

Jenis gelagar beton bertulang, umumnya yang sering digunakan adalah jenis gelagar balok T, dengan kuat tekan beton karakteristik umumnya adalah fc’ = 25 Mpa (K250), dan mutu baja tulangan - BJTD U24-40, dengan tulangan > D = 12 mm deform bar

c. Dimensi dan gambar teknik 1. Gelagar beton balok T

Gambar 3 – Tampak dan Potongan Memanjang Gelagar Beton Balok T

(5)

Gambar 4 – Setengah Potongan Melintang Gelagar Beton Balok T

Gambar 5 – Potongan memanjang dan Denah Gelagar Beton Balok T

(6)

2. Pracetak Standar Tipe GTI.

Gambar 6 – Potongan Memanjang Dan Melintang Jembatan Pracetak Tipe GTL

d. Perakitan dan pemasangan

Pemasangan struktur beton bertulang jenis gelagar beton bertulang balok T dilaksanakan dengan menggunakan perancah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemasangan bangunan atas jenis gelagar beton bertulang adalah :

 Perancah, harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu dan stabil selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung;

 Acuan, dalam kondisi yang kedap (tidak bocor), sehingga beton yang masih segar tidak kehilangan pasta atau air semen sehingga mengakibatkan kekeroposan pada struktur beton;

 Campuran beton segar harus memperhatikan jarak antar tulangan, sehingga campuran beton sedemikian rupa dan dapat masuk ke dalam semua celah di dalam struktur;

(7)

 Waktu pengecoran harus berada dalam batas waktu pengikatan awal, dan hal tersebut diperlukan untuk menentukan jumlah alat, serta personil yang mengecor beton tersebut.

Gambar 7 - Jenis-Jenis Struktur Perancah Untuk Pelaksanaan Struktur Beton

Gambar 8 - Perancah Dan Pemasangan Bangunan Atas Gelagar Beton Bertulang

(8)

4. Jembatan Beton Prategang

a. Umum

Beton merupakan bahan yang kuat terhadap tekanan tetapi relatif lemah terhadap tarikan, jadi beton dapat menahan beban berat yang menekannya tetapi hanya dapat menahan beban yang relatif ringan yang cenderung menarik atau melenturkannya.

Pada beton pratekan/prategang diambil manfaat dari kemampuan beton untuk melawan gaya tekan. Suatu gaya tekan luar diberikan pada beton supaya tetap berada dalam tekanan (kompresi) selama umur normalnya, sehingga dapat mencegah terjadinya tegangan tarik bilamana diberi beban yang cenderung menarik atau melenturkan beton.

Komponen beton pratekan biasanya lebih kecil dari komponen beton bertulang.

Ukuran lebih kecil ini mengurangi kuantitas baja dan beton tetapi diimbangi dengan perlunya penggunaan bahan kekuatan tinggi.

Terdapat dua sistem pemberian prategangan pada beton, yaitu menegangkan sebelum beton dicor atau menegangkan setelah beton dicor. Masing-masing sistem disebut sebagai pretension dan posttension. Dalam kedua hal tersebut penegangan dilakukan sebelim pemberian beban mati dan hidup pada komponen.

Ada berbagai tipe bahan jembatan beton prategang standar antara lain, pelat beton tipe PTI (pretension), pelat beton berongga tipe PTI (pretension), gelagar beton prategang tipe GPI (postension).

b. Sifat dan karakteristik bahan

Beton yang digunakan adalah beton kekuatan tinggi agar memungkinkan penggunaan yang efisien atas kemampuan yang diberikan oleh baja kekuatan tinggi. Cara-cara biasa untuk pemberian prategangan adalah dengan kawat (wire), lilitan atau untaian kawat (strand) atau batang (bar) penarikan. Strand yang sering dipakai pada jembatan adalah strand dengan 7 buah kawat yang digunakan sebagai tendon pada beton pratekan (prestressed concrete).

(9)

Jenis Beton fc (MPa)

’bk

(Kg/cm2) Uraian

Mutu tinggi 35 – 65 400 – 800

Umumnya digunakan untuk beton prategang seperti tiang pancang beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya.

Mutu

sedang 20 – < 35 250 – <400

Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti pelat lantai jembatan, gelagar beton bertulang, diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong beton bertulang, bangunan bawah jembatan.

Mutu rendah

15 – <20 175 – <250

Umumya digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti beton siklop, trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.

10 – <15 125 – <175 Digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton.

Tabel 2 – Jenis Mutu Beton

Strand yang dibuat dari 7 buah kawat berdiameter 5 mm terdiri dari sebuah inti kawat (wire core) yang dikelilingi 6 kawat sebagai lapisan pertama akan membentuk strand berdiameter 15,3 mm.

Konstruksi ini sering disebut dengan 7- wire strand 0,6”.

Tipikal modulus elastisitas nominal dari sebuah kabel 7-wire strand kira-kira 195.000 Tabel 3 – karakteristik Kabel Strand

Mpa, lebih rendah 5-6% dibanding satu buah kawat (single wire/cable).

Pengurangan dari kekakuan ini akibat puntiran kawat-kawat dalam helical strand, dimana kurva perpanjangan strand (curved strand) tidak seperti pada individual kawat-kawat. Hal ini karena masing-masing kawat-kawat berbentuk spiral arah sumbu memanjang strand.

(10)

c. Dimensi dan gambar teknik

1. Pelat Beton Tipe PTI (Pretension)

Gambar 9 – Jembatan Pelat Beton Tipe PTI

2. Pelat Beton Berongga Tipe PTI (Pretension)

Gambar 10 –Jembatan Pelat Beton Berongga Tipe PTI

(11)

3. Gelagar Beton Prategang Tipe GPI

Gambar 11 – Potongan Melintang Pelat Balok Beton Berongga

Gambar 12 – Potongan

Memanjang Dan Melintang

Jembatan Standar Beton Prategang

(12)

Gambar 13 – Potongan Memanjang Dan Melintang Jembatan Beton Prategang Post Tension Tipe GPI

Gambar 14 – Berbagai Bentang Jembatan Beton Prategang Standar Bina Marga

(13)

Gambar 15 – Persiapan Pelaksanaan Stressing Jembatan Beton Prategang Segmental

(14)

d. Perakitan dan pemasangan

Beberapa tahapan penting pada pemasangan struktur bangunan atas beton prategang sebagai berikut :

 Pembuatan gelagar secara fabrikasi (casting yard) atau langsung (insitu) di lokasi;

 Apabila pembuatan gelagar secara fabrikasi, cek dengan baik cara pengangkutan dari pabrik ke lokasi

 Persiapan pemasangan dari lokasi lapangan menuju ke bentangan dimana gelagar tersebut harus dipasang;

 Pada beton pratekan pracetak segmental perlu disangga diatas tanah (stressing bed) sebelum dilaksanakan penyambungan;

 Penyambungan segmen, dengan cara menempatkan segmental tersebut pada tempat yang mempunyai elevasi antar segmen yang sama dan penyambungan dengan memberikan bahan epoxy atau perekat khusus antar beton sehingga segmen dapat tersambung;

 Setelah penyambungan selesai, kemudian dilakukan penegangan kabel prategang dengan gaya tertentu;

 Cara pemasangan gelagar tersebut dapat dengan cara launching atau bantuan crane, sampai pada posisinya.

Pada pelaksanaan pemasangan girder dengan cara launching, agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

 Gelagar harus dalam posisi yang tegak dan diangkat pada titik yang sudah ditentukan;

 Perlu diperhatikan masalah gaya prategang yang terlalu besar dan perlu dihindari daerah yang tertarik;

 Hati-hati terhadap puntir yang mungkin terjadi,

 Mungkin diperlukan pengaku atau penahan sementara pada gelagar pada arah lateral, terutama pada gelagar dengan lebar flens kurang dari 0,5-0,6 tinggi gelagar;

(15)

 Pada waktu penggerakan gelagar, harus dalam kecepatan rendah dan sejajar tanpa menimbulkan sentakan atau kejut.

1.5. Jembatan Baja

a. Umum

Jembatan baja banyak dipakai di Indonesia yang merupakan produk fabrikasi, yaitu merupakan produksi berbagai komponen suatu strktur bangunan baja yang dibuat dari baja pelat atau baja profil. Fabrikasi ini meliputi proses pemotongan, pembentukan, pengeboran, pelubangan, penyambungan dan kegiatan lainnya, guna pembentukan pelat-pelat baja yang sederhana dan profil-profil menjadi komponen-komponen jadi. Adapun jenis bahan jembatan baja standar dapat di bagi dua yaitu bahan gelagar baja dan bahan rangka baja. Bahan Gelagar baja antara lain gelagar baja Indonesia lantai pelengkung tipe GBI, gelagar baja Indonesia tipe GBI, gelagar baja Jepang, dan gelagar baja Australia. Bahan rangka baja antara lain rangka baja Callender Hamilton, rangka baja Belanda, rangka baja Australia, rangka baja Austria, dan rangka baja Spanyol.

b. Sifat dan karakteristik bahan

Semua baja yang digunakan dalam fabrikasi sebuah jembatan harus sesuai dengan peraturan yang sesuai seperti ketentuan dan persyaratan teknik. Hal ini dapat dicek dengan mengacu kepada tingginya temperatur pemanasan baja yang diberi tanda (segel) diatas baja, saat baja digilas (rolling). Tingginya temperatur pemanasan baja ada hubungannya dengan sertifikat pengujian pabrik yang memberikan perincian sifat-sifat phisik dan komposisi kimia dari baja tersebut.

Kualitas baja yang digunakan menurut versi Pedoman No.07/BM/2005 tentang Gambar Standar Bangunan Atas Rangka Baja Kelas A & B, dan versi Jembatan Spanyol sebagai berikut :

(16)

Tabel 4 – Mutu Bahan Rangka Baja Versi Pedoman No.07/BM/2005

Tabel 5 – Mutu Bahan Rangka Baja Versi Jembatan Spanyol

Sedangkan dimensi dan kekuatan baut yang lazim digunakan pada jembatan baja dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :

(17)

Tabel 6 – Minimum Bolt Pretension (kN)

Tabel 7 – Nominal Hole Dimensions (mm)

Tabel 8 – Ukuran dan Kekuatan Baut

(18)

Tabel 9 – Dimensi Baut Dan Mur

c. Dimensi dan gambar teknik 1. Gelagar baja

1.1. Gelagar Baja Indonesia Lantai Pelengkung – Tipe GBI (modifikasi)

(19)

Gambar 16 – Gelagar Baja Indonesia Lantai Pelengkung Tipe GBI Modifikasi

1.2. Gelagar Baja Indonesia Tipe GBI

Gambar 17 – Gelagar Baja Indonesia Tipe GBI Standar

(20)

1.3. Gelagar Baja Jepang

Gambar 18 – Gelagar Baja Indonesia Tipe GBI Standar

1.4. Gelagar Baja Australia

Gambar 19 – Gelagar Baja Indonesia Tipe GBI Standar

(21)

2. Rangka Baja

2.1. Rangka Baja Callender Hamilton

Gambar 20 – Rangka Baja Callender Hamilton Tipe RBU

Gambar 21 – Rangka Baja Callender Hamilton Tipe RBU-B15 (41,15-59,44 m)

(22)

Gambar 22 – Rangka Baja Callender Hamilton Tipe RBU-B (30,48-39,82 m)

Gambar 23- Rangka Baja Callender Hamilton Tipe RBU-D5 (50,55 – 70 m)

(23)

Gambar 24 – Rangka Baja Callender Hamilton Tipe Deck (lantai diatas)

2.2. Rangka Baja Belanda

Gambar 25 – Rangka Baja Belanda Tipe RBB (Kelas A, B, C)

(24)

Gambar 26 – Rangka Baja Belanda Potongan Melintang Kelas A

2.3. Rangka baja Australia

Gambar 27 – Rangka Baja Australia Tipe RBA Kelas A, B, C (30-60 m)

(25)

Gambar 28 – Potongan Melintamg Rangka Baja Australia Permanen Klas A

Gambar 29 – Rangka Baja Australia Tipe RBS

(26)

Gambar 30 – Rangka Baja Transpanel Australia Tipe RBT

Gambar 31 – Potongan Melintang Rangka Baja Transpanel Australia

(27)

2.4. Rangka Baja Austria

Gambar 32 – Rangka Baja Austria Tipe RBR

2.5. Rangka Baja Spanyol

Gambar 33 – Rangka Baja Spanyol (Tampak Samping dan Rencana Batang Bawah)

(28)

Gambar 34 – Rangka Baja Spanyol (Rencana Ikatan Angin dan Potongan Melintang)

(29)

d. Perakitan dan pemasangan 1). Gelagar Baja

pelaksanaan pemasangan gelagar baja komposit dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu dengan perancah dan launching. Cara pemasangan tersebut sangat tergantung pada proses perencanaan gelagar baja komposit itu sendiri.

1.1). Metode Perancah

Pemasangan gelagar baja komposit dengan cara perancah, apabila gelagar tersebut pada waktu perencanaan tidak diperhitungkan untuk dapat memikul beban beton segar dan gelagar langsung dihitung secara komposit. Gelagar jenis ini pada umumnya lebih kecil dibanding dengan gelagar komposit yang dipasang dengan cara launching.

Berarti gelagar baja pada saat pelaksanaan hanya direncanakan memikul berat sendiri, dan baru akan memikul berat beton dan beban lalulintas apabila sudah terjadi komposit secara efektif, oleh sebab itu saat pengecoran beton maka harus dibantu dipikul oleh perancah.

1.2). Metode Launching

Pemasangan gelagar baja komposit dengan cara launching (tanpa perancah), apabila dalam perhitungan gelagar komposit memperhitungkan berat beton segar dan berat sendiri gelagar baja pada waktu pelaksanaan. Berarti gelagar baja tanpa dibantu oleh perancah dapat memikul berat sendiri dan berat beton pada saat pengecoran beton. Sedangkan beban lalulintas dapat dipikul setelah menjadi komp[osit secara efektif.

2). Rangka baja

Terdapat beberapa metode pemasangan (erection) rangka baja antara lain : 1. Perancah

2. Kantilever 3. Semi kantilever

(30)

4. Launching

2.1. Metode perancah

Pemasangan rangka baja dengan metode perancah merupakan metode pemasangan yang paling umum dan mudah. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan rangka baja dengan metode perancah yaitu :

 Kondisi arus sungai dan profil sungai apakah memungkinkan untuk melaksanakan metode perancah tersebut;

 Waktu pelaksanaan pemasangan rangka baja , apakah dalam kondisi musim hujan, dan bagaimana resiko terhadap banjir dan adanya benda hanyutan yang terbawa oleh arus sungai tersebut;

 Kekuatan perancah, akan menentukan pemilihan jenis bahan yang digunakan serta beban bangunan atas yang ada;

 Masalah camber harus disetel sedemikian rupa sesuai dengan jenis rangka baja yang dipasang (lihat manual pemasangan rangka baja untuk menentukan camber yang harus terjadi di lapangan), dimana baut dikencangkan 70% terlebih dahulu dan setelah camber terpenuhi, baru baut dikencangkan 100%;

 Apabila setelah baut dikencangkan 100%, maka perancah dapat dilepas, dan pengecoran beton lantai yang menggunakan corrugated steel plate tidak memerlukan perancah (bekisting);

Gambar 35 – Mempersiapkan Batang Penyokong

(31)

Gambar 36 – Memasang Gelagar Melintang

Gambar 37 – Memasang Gelagar Memanjang , Batang Bawah dan Steel Deck

Gambar 38 –

Memasang Batang Diagonal Dan Batang Atas

(32)

Gambar 39 – Menyelesaikan Pemasangan Batang Diagonal Dan Batang Atas Serta Pengencangan Baut

Gambar 40 – Pelepasan Perancah Setelah Baut Dikencangkan 100%

2.2. Metode kantilever

Pemasangan dengan metode kantilever, yaitu pemasangan rangka baja, dimana rangka baja yang dipasang berupa kantilever terhadap bentang pemberat yang membuat sistem keseimbangan pada saat pemasangan. Keseimbangan harus dihitung sedemikian rupa, dan sambungan antar rangka baja terpasang dan rangka baja pemberat dihubungkan dengan rangka penyambung (linking steel).

(33)

Pemasangan rangka baja dengan metode kantilever harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut :

 Pada umumnya dilaksanakan pada kondisi sungai yang curam, atau kedalaman arus sungai, apakah cukup dalam dan tidak memungkinkan untuk dipasang perancah.

 Harus disiapkan bentang pemberat, dan beban pemberat yang diletakkan pada ujung terluar bentang pemberat untuk menimbulkan momen lawan yang menghasilkan keseimbangan pada waktu proses pemasangan;

 Besaran beban pemberat tergantung pada bentangan rangka pemberat dan bentangan yang dipasang, setiap jenis rangka baja tidak sama (lihat manual pemasangan rangka baja sesuai dengan jenis rangka baja yang dipasang)

 Pada waktu pemasangan rangka baja, setiap sambungan harus dikencangkan 100% setelah setiap panel dan semua baut pada panel tersebut selesai terpasang.

 Cek ketinggian pada daerah linking steel, perlu adanya peninggian tertentu (lihat manual pemasangan rangka baja)

Gambar 41 – Persiapan Bentang Pemberat Dan Peralatan Erection

(34)

Gambar 42 – Pemasangan Lingking Steel

Gambar 43 – Segmen Pertama Sudah Terpasang

Gambar 44 – Pemasangan Segmen Kedua Dan Ketiga

(35)

2.3. Metode semi kantilever

Pemasangan rangka baja dengan sistem semi kantilever ini adalah gabungan antara perancah dengan kantilever, pada umumnya dilaksanakan untuk memperpendek bentang pemberat, dimana kondisi sungai memungkinkan dan profil sungai pada daerah sisi cukup datar dan mempunyai tempat untuk memasang perancah.

Gambar 46 – Pemasangan Lingking Steel Dan Dua Semen Pertama

Gambar 45 – Pemasangan Segmen Lainnya Sampai Seluruhnya

(36)

Gambar 47 – Pemasangan Segmen Selanjutnya Menuju Perancah Bantuan

Gambar 48 – Pemasangan Setengah Bentang Pertama Selesai Dilanjut Dengan Setengah Bentang Selanjutnya Menuju Abutmen

(37)

Gambar 49 – Pemasangan Bentang Jembatan Selesai

d). Metode launching

Pemasangan jenis launching ini memerlukan bentang pemberat dan beban pemberat, serta diperlukan juga rel untuk mendorong bangunan atas tersebut ke arah tengah sungai.

Gambar 50 – Peluncuran Jembatan Setelah Dipasang Bentang Pemberat

(38)

1.6. Jembatan Sementara

a. Umum

Ada berbagai jenis jembatan sementara atau semi permanen yang digunakan di Indonesia, yang pada bagian ini yang dibahas adalah bahan jembatan panel dari tipe Bailey, Mabey (dan Johnson) dan Trans Panel. Jembatan panel adalah jembatan prefabrikasi yang kecil, mudah dipindahkan, dan sesuai untuk dirakit dengan cepat dan mudah, serta pemasangannya dengan tangan dan crane kecil. Jembatan tersebut berguna terutama ketika diperlukan untuk mengganti jembatan yang rusak karena terbakar, kebanjiran, kecelakaan, tabrakan, kebusukan kayu dan sebagainya.

Tipe asli dari bahan jembatan panel adalah ”Bailey” yang dikembangkan pada tahun 1940 untuk keperluan militer. Tipe lain dari bahan jembatan panel ini adalah :

 Standar Bailey

 Super Bailey

 Acrow

 Mabey Universal

 Mabey Compact

 Transfield Trans panel

b. Sifat dan karakteristik bahan

Ukuran panel berbeda menurut tipe jembatan, bahan jembatan Bailey yang asli panelnya adalah 3,048 meterpanjangnya dan tingginya 1,448 meter. Bahan jembatan Mabey Compact 100 ukuran panelnya adalah 3,05 m x 1,45 m, bahan jembatan Compact 200 panelnya adalah 3,05 x 2,13 m dan bahan jembatan mabey Universal adalah 4,5 m x 2,36 m. Bahan jembatan Transfield Transpanel ukuran panelnya adalah 5,000 m x 2,210 m (penguat balok tepi kecil) atau 2,390 m (penguatan balok tepi besar).

(39)

Jarak antara rangka yang berlawanan dapat bervariasi antara 3,75 sampai 11,75 m tergantung dari tipe dari tipe dan konfigurasinya. Beberapa sistem melengkapi jalur untuk para pejalan kaki yang ditempatkan pada sisi luar jembatan.

Secara umum sistem yang ada diatas tidak dapat digabungkan satu dengan yang lain. Komponen dari satu tipe jembatan panel tidak dapat digunakan secara bergantian dengan komponen tipe yang lain.

Pada tipe transpanel Australia, tiap komponen diidentifikasi oleh awalan TP dan sebuah nomor sedangkan komponen yang dipakai hanya untuk perakitan mempunyai awalan TPE, sistem penomorannya tidak spesifik. Komponen- komponen utama difabrikasi dari pelat baja dan bagian-bagian dirol dari baja grade 350. Pin panel terbuat dari baja anti karat berkekuatan tinggi hingga ASTM A 564-630.

Komponen kecil Mabey mempunyai awalan MC, kode identifikasi adalah nomor, misalnya MC1 adalah panel standar 3 meter. Sistem ini dirancang dengan ciri pemeliharaan ringan, semua baut dan pekerjaan baja digalvanisasi dan pin-pin dari baja anti karat.

c. Dimensi dan gambar teknik 1. Rangka Bailley

Gambar 51- Bahan Jembatan Bailley

(40)

Gambar 52 – Detail Bahan Rangka Baja Sementara Bailley

Gambar 53 – Susunan Rangka Baja Sementara Bailley

(41)

2. Rangka Transpanel

Gambar 54 – Detail Rangka Baja

Sementara Transpanel

Tabel 9 – Konfigurasi Jembatan Rangka Baja

Transpanel

(42)

d. Perakitan dan pemasangan

 Berikut ini tahapan peluncuran untuk jembatan sementara transpanel;

 Persiapkan pondasi pada kepala jembatan dan daerah pelaksanaan pada kedua tebing. Pasang rol yang ditumpu oleh krib kayu, pada posisi dan ketinggian yang ditentukan pada gambar perencanaan;

 Pasang hidung peluncuran pada rel (home bank) ditempat yang akan dibangun sesuai dengan pedoman;

 Pasang bentang, disambungkan dipeluncuran hidung bagian belakang.

Hanya untuk bentang ukuran 40 dan 50 m, konstruksi dari pada bentang pada 2S (lihat urutan pemasangan) Konstruksi hanya pada bagian pertama dilakukan;

Gambar 55 – Cara Peluncuran Jembatan Rangka Baja

Sementara Transpanel

(43)

 Sambungkan outhaul dan backhaul winches pada bentang, lepaskan rolernya dan luncurkan kerangkanya;

 ”Hanya untuk bentang 40 m dan 50 m”, hentikan peluncuran bila rangka bentang mencapai posisi seperti ditunjukkan pada gambar, lalu pasanglah sisa bentang yang tinggal (tahap 2);

 Lanjutkan peluncuran sampai bentang mencapai tepi yang terjauh dan ujung dari hidung peluncur terletak dan meluncur diatas rollers di tepi yang terjauh;

 Selanjutnya luncurkan, dengan hidung peluncur berjalan di atas rollers tepi yang terjauh, sehingga bentang terletak tepat diatas posisi akhir seperti yang diinginkan dengan pelan, sesuaikan posisinya dengan menggunakan outhaul dan backhaul winches menahan bentang terhadap gerakan selanjutnya kemudian pindahkan kabel dan winches;

 Pindahkan hidung peluncur, bidang demi bidang mulai dari depan, tambahkan tiang akhir pada kedua ujung dan dongkrak bentang kebawah, ke atas landasannya. Pasanglah lantai kayu dan lengkapilah kepala jembatan dan opritnya.

1.7. Jembatan Gantung Pejalan Kaki

a. Umum

Pada modul ini bahan jembatan gantung pejalan kaki yang akan dibahas terdiri dari bahan jembatan kayu bulat tipe gantung ganda (bersumber dari buku 1- Pedoman No: 020/T/BM/1999. SK No: 60/KPTS/Db/1999). Dan bahan jembatan gantung kawat baja berdasarkan Pedoman pemasangan jembatan gantung produksi PT Amarta Karya No : 001/T/BM/1998 (tipe 21 m).

Yang dimaksud jembatan kayu penampang bulat untuk pejalan kaki adalah jembatan dengan konstruksi sederhana dengan bahan kayu berpenampang bulat untuk prasarana lalu lintas orang dan kendaraan roda dua. Tipe gantung ganda adalah suatu konstruksi dimana gelagar utama dipikul oleh satu sistem penggantung.

(44)

Direktorat Jenderal Bina marga juga telah membuat desain bahan jembatan- jembatan gantung sederhana yang telah diproduksi oleh PT. Amarta Karya.

Jembatan-jembatan tersebut didesain untuk memungkinkan pelaksanaan di tempat-tempat terpencil dimana peralatan sangat terbatas, dengan bentang- bentang yang tersedia adalah 21m, 30m, 60m, 92m, dan 120m.

b. Sifat dan karakteristik bahan

Kualitas bahan kayu bulat adalah kayu bulat yang mutunya setara dengan kayu kelas II, dan terdiri dari kayu berpenampangn bulat yang baik serta dimensinya harus sesuai gambar dan persyaratan sesuai pedoman.

Untuk bahan jembatan gantung amarta karya, komonennya dirakit di pabrik dan perakitan dilapangan hanya menggunakan sistem mur baut, dan selanjutnya daftar komponen dapat dilihat pada packing list pada pedoman yang telah disebut sebelumnya.

c. Dimensi dan gambar teknik

1). Rangka kayu bulat tipe gantung ganda

2). Rangka gantung kawat baja (PT. Amarta Karya)

Gambar 56 - Penampang Memanjang Dan Melintang Rangka Kayu Bulat Tipe Gantung ganda

(45)

Gambar 57 - Tampak Perspektif Jembatan Rangka gantung kawat baja (PT.

Amarta Karya)

Gambar 58 - Penampang Memanjang Dan Melintang Rangka Gantung Kawat Baja (PT. Amarta Karya)

(46)

d. Perakitan dan pemasangan

1). Rangka kayu bulat tipe gantung ganda

Gambar 59 - Persiapan dan penentuan lokasi

Gambar 60 - Pembuatan perancah, pemancangan tiang pancang atau pondasi

Gambar 61 - Pemasangan balok dan balok penahan

(47)

Gambar 62 - Pemasangan balok penggantung

Gambar 63 - Pemasangan balok memanjang

Gambar 64 - Pemasangan tiang sandaran dan batang sandaran

(48)

Gambar 65 - Pemasangan lantai jembatan

2) Rangka gantung kawat baja (PT.Amarta Karya)

Gambar 66 - Pekerjaan site plan

Gambar 67 - Pekerjaan pondasi/abutmen

(49)

Gambar 68 - Pekerjaan angkur block kabel utama

Gambar 69 - Pekerjaan angkur block kabel angin

Gambar 70 - Pekerjaan pemasangan portal/tiang penyangga

(50)

Gambar 71 - Pemasangan roller

Gambar 72 - Pemasangan kabel utama

Gambar 73 - Memasang kabel utama keatas roller

(51)

Gambar 74 - Menyetel layout kabel utama

Gambar 75 - Pemasangan hanger

Gambar 76 - Merangkai girder

(52)

Gambar 77 - Pengechekan chamber

Gambar 78 - Pemasangan sandaran

Gambar 79 - Pekerjaan pemasangan lantai

(53)

Gambar 80 - Pengecekan camber kembali

Gambar 81 - Pemasangan kabel angin

Gambar 82 - Pengecoran pelat injak

(54)

Gambar 83 - Pengecekan akhir

(55)

BAB II

BAHAN PONDASI JEMBATAN

2.1. Pendahuluan

Banyak bahan yang digunakan untuk pembangunan pondasi konstruksi jembatan, namun di Indonesia terdapat beberapa bahan yang popular digunakan sesuai dengan kondisi tanah pada lokasi pembangunan tersebut; yaitu tiang pancang, tiang bor beton, turap, dan sumuran. Pada modul ini yang dibahas adalah sifat dan karakteristik bahan, dimensi dan gambar teknik serta metode kerja dari penggunaan bahan untuk pondasi jembatan tersebut.,

2.2. Tiang Pancang a. Umum

Tiang pancang terdiri dari beberapa jenis yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton: pracetak dilokasi, pracetak prategang, tiang pancang baja : profil H dan pipa baja

b. Sifat dan Karakteristik Bahan

 Tiang pancang pracetak dilokasi - Kekuatan beton minimal fc’ 25 Mpa

- Toleransi kelurusan maksimal 20 mm per meter atau 1 : 50

- Tebal selimut beton minimal 40 mm dan yang terekspos air laut 50 mm - Penyambungan dengan metode standar

- Pemotongan tiang sampai panjang baja tulangan yang terekspos sepanjang 40 x diameter

- Ujung tiang pancang beton harus diberi lapisan pelat baja dengan bentuk kerucut untuk menjaga kehancuran ujung tiang

- Ujung bagian kepala tiang dibuat dengan beton mutu fc’ 35 Mpa

(56)

- Acuan tiang pancang dilokasi tidak boleh dibuka sampai 7 hari atau 70% kuat tekan beton rencana

Tabel 10 - Dimensi dan Karakteristik Tiang Pancang Beton Pracetak

Uraian Beton pracetak

Diameter nominal (mm) 300-600

Kedalaman maksimum (m) 30

Kedalaman optimum (m) 12 - 15 Beban maksimum ULS

(kN) untuk keadaan biasa

1300

Variasi optimum beban ULS (kN)

500 - 1000

 Tiang pancang pracetak prategang

Tiang pancang beton pracetak prategang (pratekan) biasanya ditegangkan dengan pemberian tegangan tekan pada saat dilepas (induced compressive stress at release) sebesar antara 4 dan 11 Mpa (40-110 Kg/cm²).

Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6 meter hingga 20 meter, berdiameter 600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan dengan pelat baja pada ujung bagian yang akan disambung.

Tabel 11 - Dimensi Dan Kemampuan Tiang Pancang Beton Prategang

Uraian Beton prategang

Diameter nominal (mm) 400-600

Kedalaman maksimum (m) 60

(57)

Kedalaman optimum (m) 18 - 30 Beban maksimum ULS

(kN) untuk keadaan biasa

1300

Variasi optimum beban ULS (kN)

500 - 1500

 Tiang pancang pipa baja

Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat ringan untuk ditangani, mempunyai kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan tanah keras dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga mencapai lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung tahanan geser yang tinggi.

Tabel 12 - Dimensi Dan Kemampuan Tiang Pancang Beton Prategang

Uraian Profil Baja H Pipa Baja

Diameter nominal (mm) 100x100 sd 400x400 300 - 600 Kedalaman maksimum (m) Tidak terbatas Tidak terbatas

Kedalaman optimum (m) 7 - 40 7 - 40

Beban maksimum ULS (kN) untuk keadaan biasa

3750 3000

Variasi optimum beban ULS (kN)

500 - 1500 600 - 1500

(58)

c. Dimensi Dan Gambar Teknik

1. Tiang Pancang Beton

Gambar 84 – Dimensi Tiang Pancang

Gambar 85 – Cara Membuat Tiang Pancang Beton Pracetak

(59)

Gambar 86 – Cara Mengangkat tiang Pancang

2. Tiang Pancang Beton Pracetak Prategang

Gambar 87 – Dimensi Tiang Pancang Prategang

(60)

Gambar 88 –Produk Tiang Pancang Prategang

3. Tiang Pancang Pipa Baja

Gambar 89 – Dimensi Dan Detail Tiang Pancang Pipa baja

(61)

Gambar 90 – Produk Tiang Pancang Pipa Baja

d. Metode Kerja

- Pemberhentian pemancangan sampai terjadi kalendering antara 3 – 5 cm ( dapat dilihat juga pada spesifikasi);

Gambar 91 – Dimensi Tiang Pancang Baja Profil H

Gambar 92 – Produk Sepatu Tiang Pancang Pipa Baja

(62)

- Jenis alat pancang harus sesuai dengan jenis tiang pancang yang akan dipancang

- Bahan bantalan antara topi dan kepala tiang harus baik, pada umumnya digunakan kayu dengan tebal 10-20 cm tergantung pada panjang tiang dan karakteristik tanah;

- Gaya pancang akan lebih kecil apabila digunakan hammer dengan ram dan kecepatan rendah atau pukulan yang besar. Gaya pukulan harus proporsional dengan kecepatan pukulannya;

- Perlu perhatian khusus apabila pemancangan melalui lapisan tanah dengan tahanan kecil, untuk itu perlu mengurangi kecepatan ram atau pukulan hammer untuk mengurangi gaya pada tiang;

- Topi pancang tiang harus pas dan cocok dengan ukuran tiang sehingga tiang dapat dengan mudah bergerak tanpa terikat pada kepala alat pancang. Hal ini untuk menghindari terjadinya gaya torsi;

- Ujung tiang harus tegak lurus pada as memanjang untuk menghindari terjadinya eksentrisitas yang menambah gaya pada tiang;

- Pada bagian ujung starnd prategang atau penulangan harus didesain cukup sehingga tidak terjadi kontak langsung pada waktu pemancangan, dan enersi pemancangan harus dapat tersalur dengan baik.

2.3. Tiang Bor Beton a. Umum

Jenis pondasi ini prinsip kerjanya hampir sama dengan pondasi tiang pancang.

Perbedaannya terletak pada cara pemasangannya, kalau tiang pancang masuk

(63)

kedalam tanah dengan kekuatan tumbukan sehingga menimbulkan suara yang keras, sedangkan tiang bor menggunakan alat pengeboran untuk kemudian diisi campuran beton bertulang.

b. Sifat Dan Karakteristik Bahan

Untuk menggunakan bahan tiang bor harus dilakukan penyelidikan tanah lengkap dan klasifikasi jenis tanah, mutu beton yang digunakan minimum fc’ 20 Mpa, dan beton yang dicor di bawah permukaan air harus beton tremie.

c. Dimensi Dan Gambar Teknik 1. Tiang Bor

BOTTOM ABUTMENT

SPIRAL D13-150

20D22 A B MINI BORE PILE DIA.60 Cm

AT ABUTMENT AREBAR 20D22

STIRUP D13-150 C SPIRAL D13-150B

COVER

Gambar – 93 Tiang Bor Sesudah Pengecoran Beton

Gambar – 94 Detail Pembesian Tiang Bor

(64)

d. Metode Kerja

1). Pelaksanaan pengeboran

 Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar rencana

 Sebelum pengecoran semua lubang harus utuh, dasar casing harus dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm dibawah permukaan beton selama penarikan dan operasi penempatan, kecuali ditentukan lain oleh direksi

Gambar 95 – Tahapan Pengeboran Dan Pengecoran Tiang Bor

 Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus digetarkan dengan alat penggetar, dan sebelumnya semua kotoran dibersihkan, demikian juga bila ada air dalam lubang bor harus dikeluarkan

 Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari menempelnya beton pada dinding casing

 Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur maka digunakan cara tremie

 Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan dipotong, semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus

(65)

dikupas dari bagian puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau struktur di atasnya

2) Pengecoran Beton Tiang Bor (Bored Pile)

Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Dimanapun beton digunakan harus dicor ke dalam suatu lubang yang kering dan bersih. Beton harus dicor melalui sebuah corong dengan panjang pipa. Pengaliran harus diarahkan sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa baja tulangan atau sisi-sisi lubang. Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengeboran dimana kondisi tanah kemungkinan besar akan memburuk akibat terekspos. Bilamana elevasi akhir pemotongan berada di bawah elevasi muka air tanah, tekanan harus dipertahankan pada beton yang belum mengeras, sama dengan atau lebih besar dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras.

3) Pengecoran Beton di Bawah Air

Bilamana pengecoran beton di dalam air atau lumpur pengeboran, semua bahan lunak dan bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang telah dise-tujui harus digunakan.

Cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah corong di atasnya. Pipa harus diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton baru dalam tiang bor sampai di atas elevasi air/lumpur.

Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi lagi dengan beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa tremie harus kedap air, dan harus berdiameter paling sedikit 15 cm. Sebuah sumbat harus ditempatkan di depan beton yang dimasukkan pertama kali dalam pipa untuk mencegah pencampuran beton dan air.

2.4. Turap a. Umum

(66)

Turap beton maupun turap baja harus mempunyai properties seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana dipasang dalam struktur yang telah selesai, turap tersebut harus kedap air pada sambungannya. Pengecatan turap baja harus memenuhi ketentuan Spesifikasi.

b. Sifat Dan Karakteristik Bahan

c. Dimensi Dan Gambar Teknik

Tabel 13 – Ketebalan Dan Kekuatan Turap Beton

Tabel 14 – Dimensi Dan Kekuatan Turap Baja

(67)

1. Turap Beton

Gambar 97 – Perspektif Turap Beton Gambar 96 – Penampang Turap Beton

2. Turap Baja

Gambar 98 – Penampang dan Dimensi Turap Baja

(68)

Gambar 99 – Perspektif Turap Baja

d. Metode Kerja

Umumnya ketentuan yang mengatur pemancangan tiang pancang penahan beban harus berlaku juga untuk turap. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Gambar 100 – Penggunaan Turap di Sungai dan Lereng Jalan

2.5. Sumuran a. Umum

Bahan sumuran untuk pondasi jembatan ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia

(69)

adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm.

b. Sifat Dan Karakteristik Bahan

 Pembuatan bahan cincin pracetak

- Cetakan yang digunakan harus kuat dan tidak dapat berubah bentuk.

- Cincintersebut tidak boleh digeser sebelum berumur 7 hari atau kuat tekan 70% terhadap kuat tekan karakteristik 28 hari

- Cincin baru boleh diangkat untuk dipasang minimal sudah berumur 14 hari atau 85% terhadap kuat tekan karakteristik

 Isian bahan sumuran

- Beton lapisan dasar bermutu minimal fc’ 20 Mpa - Beton siklop bermutu beton minimal fc’ 15 Mpa

- Perbandingan batu besar (diameter maksimum 15 cm) dan beton adalah batu besar 1/3 bagian dan beton 2/3 bagian

- Beton penutup mempunyai mutu fc’ 20 Mpa - Panjang stek adalah 40 x diameter tulangan

c. Dimensi Dan Gambar Teknik 1. Sumuran

Gambar 101 – Bentuk Sumuran d. Metode Kerja

(70)

Penempatan sumuran adalah dengan cara penggalian dan penurunan adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi undang-undang keselamatan kerja, dan sebagainya.

2. Penggalian hanya boleh dilanjutkan bilamana penurunan telah dilaksanakan dengan tepat dengan memperhatikan pelaksanaan dan kondisi tanah.

Gangguan, pergeseran dan gonjangan pada dinding sumuran harus dihindarkan selama penggalian.

3. Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat beratnya sendiri, dengan menggunakan beban berlapis (superimposed loads), dan mengurangi ketahanan geser (frictional resistance), dan sebagainya.

4. Cara mengurangi ketahanan geser :

Bilamana ketahanan geser diperkirakan cukup besar pada saat penurunan din-ding sumuran, maka disarankan untuk melakukan upaya untuk mengurangi geseran antara dinding luar sumuran dengan tanah di sekelilingnya.

5. Sumbat Dasar Sumuran

Dalam pembuatan sumbat dasar sumuran, perhatian khusus harus diberikan untuk hal-hal berikut ini :

i) Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara tremies atau pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi muka air dalam sumuran.

ii) Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah pengecoran beton untuk sumbat dasar sumuran.

6. Pengisian Sumuran

(71)

Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu meter di bawah pondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton K250, atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.

7. Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work)

Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran selesai dikerjakan.

8. Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka

Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar pondasi telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan menggunakan alat pemecah bertekanan (pneumatic breakers).

Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap pembongkaran ini.

Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.

(72)

DAFTAR PUSTAKA

1. Panduan Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Bridge Management System, Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1993;

2. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Desember 2006;

3. Construction Planning, Equipment, and Methods, Seventh Edition, Peurifoy at all, Mc Graw-Hill, International Edition, 2006

4. Bahan Publikasi, PC Pile, PT. Wijaya Karya Beton;

5. Modul Pelatihan Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Jafung Tingkat Ahli, Pusdiklat Departemen PU, 2008;

6. Prinsip dasar Teknik Jembatan & Aplikasinya, Sub Direktorat Teknik Jembatan, Dit Bintek, Ditjen Bina Marga, September 2008

Gambar

Gambar 13 – Potongan Memanjang Dan Melintang Jembatan Beton Prategang Post Tension Tipe GPI
Gambar 15 – Persiapan Pelaksanaan Stressing  Jembatan Beton Prategang Segmental
Gambar  24 – Rangka Baja Callender Hamilton Tipe Deck (lantai diatas)
Gambar 26 – Rangka Baja Belanda Potongan Melintang Kelas A
+7

Referensi

Dokumen terkait

8QWXN PHOLKDW DGDQ\D NHVDPDDQ EH - VDUQ\D LQFLGHQFH UDWH DQWDU NHOXUDKDQ GL .RWD %DQGXQJ GLODNXNDQ XML DQDOLVLV DQWDU YDULDQV GHQJDQ GDWD NDVXV \DQJ GLODSRU - NDQ DQWDUD WDKXQ

Penelitian yang dilakukan mengikuti penelitian pengembangan Research and Development (R&amp;D) model Borg dan Gall yang dimodifikasi. Modul diuji pada dua SMK Kesehatan

Perkembangan Fiqh pada masa modern sangat dituntut oleh kemajuan zaman yang kian berkembang, artinya umat Islam harus bisa membuat fiqh itu praktis dan dinamis dengan

menurut pendapat mereka tangis itu merupakan ekspresi ketakutan dan keinginan akan regresi. Pada waktu anak masih dalam kandungan, ia berada didalam keadaan yang serba sempurna,

Melalui keputusan Mahkamah Agung tersebut diterapkan suatu prinsip sebagaimana termuat dalam ketentuan Pasal 2 jo Pasal 5 ayat (1) jo Pasal 21 ayat (1) yaitu pada pokoknya

Materi program disusun dari estimasi kebutuhan dan tujuan pelatihan.Kebutuhan disini mungkin dalam bentuk pengajaran keahlian khusus, menyajikan pengetahuan

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah perbedaan variabel yang ingin diteliti, pada penelitian terdahulu variabel yang diteliti adalah penggunaan

Dengan an sele selesain sainya ya lap laporan oran Tug Tugas as Bes Besar ar ini ini tida tidak k terl terlepas dari epas dari bant bantuan uan banyak pihak yang