• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH PESERTA MANDIRI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS PARLILITAN TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DETERMINAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH PESERTA MANDIRI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS PARLILITAN TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

APRIYANTI TAMPUBOLON NIM. 141000262

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

DETERMINAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH PESERTA MANDIRI JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS PARLILITAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

APRIYANTI TAMPUBOLON NIM. 141000262

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 6 Februari 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Juanita, SE., M.Kes.

Anggota : 1. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.

(5)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Mandiri Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Parlilitan Tahun 2018”

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Februari 2019

Apriyanti Tampubolon

(6)

Abstrak

Pelayanan kesehatan yang baik merupakan suatu kebutuhan masyarakat dan sering kali menjadi ukuran dalam keberhasilan pembangunan. Menyadari bahwa pelayanan kesehatan menjadi kebutuhan setiap warga negara maka pemerintah berupaya dari waktu ke waktu untuk menghasilkan program-program yang dapat meningkatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Salah satu program yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia adalah penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta Mandiri Pekerja Bukan Penerima Upah yang terdaftar di Puskesmas Parlilitan sebanyak 2.273 peserta. Sampel berjumlah 96 orang diambil dengan teknik stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 23 responden (24%) memanfaatkan puskesmas dan 73 responden (76%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Parlilitan. Berdasarkan uji bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan (p=0,014), pengetahuan (p=0,033), aksesibilitas (p=0,021) dan kondisi kesehatan (p=0,039) memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas, sedangkan berdasarkan uji multivariat variabel pendidikan paling berpengaruh karena nilai p<0,05 (p=0,014) untuk menentukan determinan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskemas Parlilitan. Disarankan Kepada Kepala Puskesmas Parlilitan diharapkan dapat berkoordinir dengan Kepala Kecamatan Parlilitan untuk menyarankan masyarakat agar memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas.Kepada tenaga kesehatan di Puskesmas agar terus meningkatkan dan mempertahankan kinerja yang sudah baik untuk menjaga dan meningkatkan persepsi yang baik dari masyarakat terhadap sistem pelayanan kesehatan yang tersedia terkhususnya dari pemberi pelayanan kesehatan.

Kata Kunci: Determinan, Pelayanan, Pemanfaatan, Kesehatan, Mandiri

(7)

Abstract

Good health services are a necessity of the community and often become a measure of success in development. Realizing that health services are a necessity for every citizen, the government strives from time to time to produce programs that can improve overall health services. One program organized by the Government of Indonesia is the implementation of the National Health Insurance (JKN) program. This type of research is a survey research using an explanatory research approach. The population in this study were all Mandiri Wage Non- Recipient workers registered at the Parlilitan Health Center as many as 2,273 participants. A sample of 96 people was taken using the stratified random sampling technique. The results showed that as many as 23 respondents (24%) made use of the health center and 73 respondents (76%) did not use health services at the Parlilitan Health Center. Based on the bivariate test in this study showed that the education variable (p = 0.014), knowledge (p = 0.033), accessibility (p = 0.021) and health conditions (p = 0.039) had an influence on the use of puskesmas, while based on the multivariate test the most variable influential because the value of p <0.05 (p = 0.014) to determine the determinant of the utilization of health services in the Parlilitan Puskemas. It is suggested to the Head of the Parlilitan Health Center that it is expected to coordinate with the Head of the Parlilitan District to advise the community to take advantage of existing health services at the health center. health is available especially from health care providers.

Keywords: Determinant, Service, Utilization, Health, Independent

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Mandiri Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Parlilitan Tahun 2018”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Juanita, S.E., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

(9)

5. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D., selaku Dosen Penguji I dan Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Ir. Kalsum, M.Kes., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepala Puskesmas Parlilitan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Teman- teman yang selalu setia mendukung penulis mulai dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

11. Teristimewa kepada orangtua tercinta, Alm. Anthon Tampubolon dan Elpi Frenika Simorangkir, S.Pd., ketiga adik saya Crissy Octavia Tampubolon, Amd.Keb., Martin Tampubolon, dan Mutiara Widyanita Tampubolon yang telah memberikan semua kasih sayang, perhatian, doa dan semangat yang tak terbatas yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih untuk selalu mendukung penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari

(10)

semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Februari 2019

Apriyanti Tampubolon

(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiv

Daftar Lampiran xv

Daftar Istilah xvi

Riwayat Hidup xvii

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 8

Tujuan Penelitian 9

Tujuan umum 9

Tujuan khusus 9

Manfaat Penelitian 10

Tinjauan Pustaka 11

Pusat Kesehatan Masyarakat 11

Prinsip dan penyelenggaraan puskesmas 12

Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan 15

Tujuan Penggunaan Pelayanan Kesehatan 17

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 19

Kepersertaan 20

Peserta BPJS Pekerja Bukan Penerima Upah 22

Hak dan kewajiban peserta 23

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pada Program JKN 26

Landasan Teori 28

Hipotesis Penelitian 32

Metode Penelitian 33

Jenis Penelitian 33

Lokasi dan Waktu Penelitian 33

Populasi dan Sampel 33

Variabel dan Definisi Operasional 35

(12)

Metode Pengukuran 36

Metode Analisis Data 38

Hasil Penelitian 39

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 39

Analisis Univariat 40

Distribusi responden berdasarkan identitas 49 Distribusi responden berdasarkan pendidikan 51 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan 51 Distribusi responden berdasarkan sikap tenaga kesehatan 51 Distribusi responden berdasarkan aksesibilitas 52 Distribusi responden berdasarkan pemanfaatan sarana kesehatan lain 52

Analisis Bivariat 52

Tabulasi silang dan hasil uji statistik 52

Tabulasi silang antara pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan 52

Tabulasi silang antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan

Kesehatan 53

Tabulasi silang antara sikap tenaga kesehatan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan 54

Tabulasi silang antara aksesibilitas dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan 55

Tabulasi silang antara kondisi kesehatan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan 55

Analisis Multivariat 56

Pembahasan 59

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Mandiri JKN di

Puskesmas Parlilitan 59

Hubungan Faktor Predisposisi terhadap Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan oleh Peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan 60 Hubungan variabel pendidikan terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan di Puskesmas Parlilitan 60

Hubungan variabel pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan di Puskesmas Parlilitan 60

Hubungan Faktor Pemungkin terhadap Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan oleh Peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan 61 Hubungan variabel sikap tenaga kesehatan terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Parlilitan 63 Hubungan variabel aksesibilitas terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan di Puskesmas Parlilitan 64

Hubungan Faktor Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan oleh Peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan 66 Hubungan variabel kondisi terhadap pemanfaatan pelayanan

(13)

Kesimpulan dan Saran 67

Kesimpulan 68

Saran 68

Daftar Pustaka 69

Lampiran 71

(14)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Distribusi Sampel Menurut Populasi 34

2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) 36 3 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) 37

4 Distribusi Penduduk di Kecamatan Parlilitan Berdasarkan

Jenis Kelamin 40

5 Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Parlilitan 40

6 Disribusi Responden Berdasarakan Identitas 41

7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas

Parlilitan Tahun 2018 43

8 Disribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan 43 9 Distribusi Kategori Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan 44 10 Distribusi Kategori Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan 46 11 Distribusi Kategori Berdasarkan Aksesibilitas (Jarak tempuh, Biaya,

dan Transportasi) 46

12 Distribusi Kategori Berdasarkan Kategori Aksesibilitas 48 13 Distribusi Kategori Berdasarkan Kondisi Kesehatan 48 14 Distribusi Kategori Berdasarkan Kategori Kondisi Kesehatan 49 15 Disrtibusi Kategori Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas 50 16 Disribusi Kategori Berdasarkan Kategori Pemanfaatan Puskesmas 51 17 Tabulasi Silang antara Pendidikan dengan Pemanfaatan Puskesmas

oleh Peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan 51 18 Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan Puskesmas

oleh Peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan 51

(15)

19 Tabulasi Silang antara Sikap Tenaga Kesehatan dengan Pemanfaatan Puskesmas oleh Peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan 53 20 Tabulasi Silang antara Aksesibilitas (Jarak tempuh, Biaya,

dan Transportasi) dengan Pemanfaatan Puskesmas oleh Peserta

Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan 54

21 Tabulasi Silang antara Kondisi Kesehatan dengan Pemanfaatan

Puskesmas oleh Peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan 55 22 Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 56

23 Hasil Uji Multivariat 56

(16)

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Metode pemanfaatan pelayanan kesehatan 29

2 Kerangka konsep 32

(17)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 71

2 Hasil Uji SPSS 77

3 Master Data Penelitian 90

4 Surat Izin Penelitian 99

5 Surat Keterangan Selesai Penelitian 102

6 Dokumentasi Penelitian 103

(18)

Daftar Istilah

BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama JKN Jaminan Kesehatan Nasional

KBKP Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan PBPU Pekerja Bukan Penerima Upah

(19)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Apriyanti Tampubolon berumur 22 tahun, dilahirkan di Doloksanggul pada tanggal 07 April 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Anthon Tampubolon dan Ibu Elpi Frenika Simorangkir S.Pd.

Pendidikan formal dimulai dari TK Santa Lusia Doloksanggul tahun 2001.

Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Santo Paulus Medan tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di SMP Swasta Santo Paulus Medan tahun 2008-2010, sekolah menengah atas di SMA Negeri 19 Medan tahun 2011-2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2019

Apriyanti Tampubolon

(20)

Pendahuluan

Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang baik merupakan suatu kebutuhan masyarakat dan sering menjadi ukuran dalam keberhasilan pembangunan kesehatan.

Menyadari bahwa pelayanan kesehatan menjadi kebutuhan setiap warga negara maka pemerintah berupaya untuk menghasilkan program-program yang dapat meningkatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Salah satu program yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia adalah penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Berdasarkan Kementerian Kesehatan tahun 2014, salah satu upaya pemerintah dalam rangka memeratakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah dengan penyediaan beberapa fasilitas kesehatan terutama puskesmas dan puskesmas pembantu, penyediaan obat, penyediaan tenaga medis dan pencegahan penyakit menular, yang dapat menjangkau segala lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil. Program jaminan kesehatan dijalankan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial, prinsip ekuitas dan sistemnya berupa sistem gotong royong dimana peserta mampu dan sehat akan membantu peserta yang miskin dan sakit.

Pemerintah melalui BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) menjalin kerja sama dengan fasilitas kesehatan yang menjadi mitra BPJS kesehatan yaitu fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat

(21)

adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya (Kemenkes RI, 2014).

Pusat kesehatan masyarakat atau disingkat dengan puskesmas termasuk sebagai sarana penyelenggara upaya kesehatan primer yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat esensial yang harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif yang disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan khususnya di wilayah kerjanya (Permenkes RI , 2014).

Salah satu peserta bukan Penerima Bantuan Iuran adalah pekerja mandiri (bukan penerima upah) yang mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri sehingga ketika mereka menjadi peserta JKN harus membayarkan iuran setiap bulannya. Di Indonesia hingga bulan November 2018 jumlah peserta JKN sebanyak 205.071.003 (77,3%) dengan jumlah penduduk sebanyak 265.015.300 jiwa dengan jumlah peserta Pekerja Bukan Penerima Upah atau pekerja Mandiri sebanyak 30.421.103 jiwa. Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di sebanyak 9.421.821 (66%) dengan jumlah penduduk 14.102.911 (BPJS, 2018)

(22)

3

Kriteria iuran yang harus dibayarkan oleh peserta JKN pada peserta mandiri apabila peserta memilih manfaat pelayanan kelas rawat inap I maka besar iuran jaminan kesehatan yang harus dibayar setiap bulannya adalah Rp.80.000,- (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan, untuk kelas rawat inap II besar iuran adalah Rp.51.000,- (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dan kelas rawat inap III adalah sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan. Biaya kesehatan yang semakin tinggi serta resiko sakit yang dimiliki oleh semua orang menjadi dasar bagi seseorang untuk menjadi peserta JKN, dengan membayarkan iuran setiap bulannya yang disesuaikan dengan kemampuan setiap orang. Dalam pelaksanaannya, keteraturan dalam membayar iuran JKN bagi peserta mandiri merupakan komponen terpenting untuk mempermudah pemanfaatan pelayanan kesehatan (BPJS, 2018).

Jumlah puskesmas di Kabupaten Humbang Hasundutan sebanyak 12 unit dengan rincian 2 unit puskesmas rawat inap dan 10 unit puskesmas non rawat inap. Puskesmas Parlilitan merupakan puskesmas rawat inap yang terletak di Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara.

Puskesmas Parlilitan memiliki tenaga kesehatan berjumlah 23 orang dengan rincian berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 18 orang, dan TKS sebanyak 5 orang. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang berada di sekitar wilayah kerja puskesmas ada 1 praktik dokter,1 klinik swasta dan beberapa praktik bidan swasta (Puskesmas Parlilitan, 2017).

(23)

Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP) pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan bagian dari pengembangan sistem kendali mutu pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Target Pemenuhan Komitmen Pelayanan yaitu a) Target pemenuhan angka kontak oleh FKTP sebesar paling sedikit 150‰

(seratus lima puluh permil) setiap bulan. b) Target pemenuhan rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik oleh FKTP sebesar kurang dari 5% (lima persen) setiap bulan. c) Rasio Peserta Prolanis rutin berkunjung ke FKTP (RPPB) sebesar paling sedikit 50% (lima puluh persen) setiap bulan. d) Indikator tambahan dalam komitmen pelayanan pencapaian terhadap indikator kegiatan kunjungan rumah dengan pendekatan keluarga adalah apabila Rasio Kunjungan Rumah (RKR) mencapai 100/12% atau sekitar 8,33% (delapan koma tiga puluh tiga ) persen setiap bulannya. Dengan demikian dalam satu tahun RKR harus dicapai 100%

untuk mendapatkan kompensasi komitmen pelayanan.

Penyesuaian besaran kapitasi berdasarkan pencapaian target indikator komitmen pelayanan bagi FKTP, sebagai berikut: 1) Apabila 3 (tiga) target indikator komitmen tercapai, maka FKTP menerima pembayaran kapitasi sebesar 100% (seratus persen) dari norma kapitasi yang ditetapkan. 2) Apabila 2 (dua) target indikator komitmen pelayanan tercapai, dan 1 (satu) indikator lainnya tidak mencapai target indikator, maka FKTP menerima pembayaran kapitasi sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari norma kapitasi yang ditetapkan.3) Apabila 1 (satu) target indikator komitmen pelayanan tercapai dan 2 (dua) indikator lainnya tidak mencapai target indikator, maka FKTP menerima pembayaran

(24)

5

kapitasi sebesar 92,5% (sembilan puluh dua koma lima persen) dari norma kapitasi yang ditetapkan. 4) FKTP tidak memenuhi seluruh target indikator komitmen pelayanan, maka FKTP menerima pembayaran kapitasi sebesar 90%

(sembilan puluh persen) dari norma kapitasi yang ditetapkan.

Jumlah penduduk di Kecamatan Parlilitan sebanyak 14.198 dengan jumlah laki-laki sebanyak 7.189 jiwa dan perempuan sebanyak 7.009 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Sihhas Tonga yaitu sebanyak 3.167 jiwa dan jumlah penduduk terkecil di Desa Janji Hutanapa yaitu 476 jiwa. Jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Kecamatan Parlilitan sebanyak 8.024 orang (56,52%), sedangkan yang belum ikut JKN sebanyak 6.174 (43,48%). Jumlah peserta JKN Mandiri di Parlilitan sebanyak 2.273 (28,3%). Peserta Mandiri yang melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan di Puskesmas Parlilitan masih rendah dibandingkan dengan peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada Agustus 2018 di Puskesmas Parlilitan diketahui bahwa lokasi puskesmas terletak cukup strategis dari pemukiman penduduk. Tetapi untuk salah satu desa yaitu Desa Janji Hutanapa memiliki jarak yang cukup jauh dan membutuhkan waktu satu jam untuk sampai di puskemas. Lokasi Puskesmas Parlilitan dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Parlilitan cukup rendah, rata-rata masih tamatan SMP dan SMA.

Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Parlilitan bekerja sebagai petani. Di wilayah kerja Puskesmas Parlilitan terdapat sarana pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan swasta, praktik dokter dan praktik bidan.

(25)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada salah satu tenaga kesehatan di Puskesmas tentang pelaksanaan sistem Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan mengatakan bahwa salah satu indikatornya yaitu angka kontak di Puskesmas Parlilitan belum tercapai. Hal itu disebabkan karena pasien yang datang ke puskesmas orangnya itu-itu saja. Tenaga kesehatan juga mengatakan salah satu hambatan belum tercapainya angka kontak ini karena targetnya besar.

Berdasarkan laporan kegiatan Puskesmas Parlilitan tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan pasien Mandiri sebesar 3,23% pada Januari, 3,25% pada Februari, 4,67% pada Maret, 3,48% pada April, 3,44% pada Mei, 3,70% pada Juni dan 2,48% pada Juli. Kebanyakan pasien yang datang ke puskesmas sudah parah dan kemudian harus dirujuk.

Rendahnya minat peserta Mandiri JKN dalam memanfaatkan Puskesmas Parlilitan karena sebagian masyarakat lebih puas berobat ke klinik swasta dibandingkan dengan berobat ke Puskemas Parlilitan. Hal ini disebabkan karena mereka merasa tenaga kesehatan di Puskesmas Parlilitan lamban dalam memberikan pelayanan dan kurang disiplin waktu. Pasien menganggap bahwa obat yang diberikan puskesmas tidak manjur untuk menyembuhkan penyakit.

Masyarakat lebih mengutamakan untuk melakukan pengobatan sendiri jika mengalami gangguan kesehatan seperti mengkonsumsi obat-obatan yang ada di warung. Beberapa pasien juga lebih puas berobat ke klinik swasta karena mereka menganggap obat-obatan di klinik lebih bagus dibandingkan dengan obat yang ada di puskesmas. Pasien beranggapan bahwa ada perbedaan pelayanan yang

(26)

7

diberikan oleh puskesmas jika berobat menggunakan BPJS dengan berobat tanpa menggunakan BPJS atau umum.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rambe (2015) menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, sikap, persepsi, keterjangkauan dan sikap petugas ada hubungannya terhadap pemanfaatan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Variabel sikap petugas puskesmas merupakan model terbaik untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan. Hasil penelitian Fadhilah (2016) tentang determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan, mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan, kepercayaan kesehatan, dan sikap tenaga kesehatan memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat di Kabupaten Solok.

Penelitian Rusdin (2015) mengemukakan bahwa faktor pendidikan dan ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang paling dominan terhadap pemanfaatan puskesmas, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin besar minat untuk memanfaatkan puskesmas, dan semakin baik kondisi fasilitas kesehatan maka semakin besar pula minat untuk memanfaatkan Puskesmas Bowong Cindea Kabupaten Pangkep . Penelitian Ambarita (2015) di Kabupaten Simalungun mengemukakan bahwa faktor keterjangkauan masih menjadi masalah sebagian besar masyarakat untuk memanfaatkan puskesmas, dikarenakan 82,2% responden berada pada kategori sulit untuk menjangkau puskesmas, dimana sebagian besar responden mengatakan letak puskesmas belum strategis dengan tempat permukiman, letak puskesmas terlalu jauh dari tempat

(27)

tinggalnya, mengalami kesulitan ke puskesmas karena transportasi, dan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas butuh biaya yang cukup mahal.

Penelitian Anggraini (2017) yang menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, kepercayaan kesehatan, dan sikap ada hubungannya terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Serapit. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Butar-Butar (2016) mengungkapkan bahwa informasi, keterjangkauan , dan sikap petugas kesehatan memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas oleh peserta BPJS golongan PBI di Puskesmas Tandang Buhit Kecamatan Balige. Penelitian Siregar (2017) mengungkapkan bahwa variabel yang memiliki hubungan terhadap pemanfaatan Puskesmas Hutaimbaru yaitu pengetahuan, aksesibilitas dan kondisi kesehatan dan variabelyang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru adalah variabel pengetahuan dan kondisi kesehatan.

Menyadari pentingnya puskesmas sebagai sarana yang penting dalam pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka berbagai masalah atau kekurangan dalam penyelenggaraan pelayanan BPJS kesehatan di tingkat puskesmas perlu diteliti.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan Tahun 2018”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan faktor

(28)

9

predisposisi (pendidikan dan pengetahuan), faktor pemungkin (sikap tenaga kesehatan dan aksesibilitas dilihat dari jarak tempuh, biaya, dan transportasi), dan faktor penguat (kondisi kesehatan) terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan Tahun 2018.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan Tahun 2018.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

Untuk menganalisis hubungan pendidikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan Tahun 2018.

Untuk menganalisis hubungan pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan Tahun 2018.

Untuk menganalisishubungan sikap tenaga kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Mandiri JKN di Puskemas Parlilitan Tahun 2018.

Untuk menganalisishubungan aksesibilitas (jarak, biaya, dan transportasi) terhadap pemanfaatan pelayanan pelayanan kesehatan oleh peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan Tahun 2018.

Untuk menganalisishubungan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan Tahun 2018.

(29)

Manfaat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Parlilitan mengenai 1.

peningkatan pelayanan kesehatan.

Bagi peneliti dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan penelitian khususnya tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Mandiri JKN.

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

(30)

Tinjauan Pustaka

Pusat Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014, puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :

Memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup 1.

sehat.

Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.

Hidup dalam lingkungan yang sehat.

Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

(31)

Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan terdepan, kehadirannya di tengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat komunikasi masyarakat. Di samping itu, keberadaan puskesmas di suatu wilayah dimanfaatkan sebagai upaya-upaya pembaharuan (inovasi) baik di bidang kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan lainnya bagi kehidupan masyarakat sekitar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Oleh karena itu keberadaan puskesmas dapat diumpamakan sebagai agen perubahan di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul gerakan- gerakan upaya kesehatan masyarakat yang bersumber pada masyarakat (Kemenkes RI, 2016).

Prinsip penyelenggaraan dan fungsi puskesmas. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi:

1. Paradigma sehat

2. Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

3. Pertanggung jawaban wilayah

4. Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

Kemandirian masyarakat

(32)

13

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarkan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dalam penyelenggaraannya, upaya pelayanan kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi dua yakni penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM, puskesmas berwenang untuk:

Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan 1.

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

(33)

Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan sektor lain terkait.

Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.

Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.

Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respons penanggulangan penyakit.

Adapun fungsi puskesmas dalam UKP, yaitu:

1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.

2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif.

3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

(34)

15

5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.

6. Melaksanakan rekam medis.

7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan.

8. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.

9. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan.

Dalam melaksanakan tugas Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha.

Respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:

Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apa pun symptom atau gejala yang

(35)

dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya. Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yangdiperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpati, judes, tidak responsif, dan sebagainya dan alasannya takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya.

Kedua, tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy). Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan- pengobatan yang lain. Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat- sakit adalah lebih bersifat budaya daripada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan itu pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosial-budaya masyarakat daripada hal-hal yang dianggap masih asing.

Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep

(36)

17

sehingga sukar untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh pemakaian obat- obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khusus mengenai jamu sebagai suatu untuk pengobatan (bukan hanya untuk pencegahan saja) makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.

Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai pengobatan puskesmas, dan rumah sakit. Keenam, adalah mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik (private medicine). Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyakat belum sama dengan konsep sehat-sakit, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan (Notoadmojo,2012).

Tujuan Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Menurut Anderson dan Newman dalam Notoadmodjo (2012) tujuan dari penggunaan pelayanan kesehatan adalah:

1. Untuk menjelaskan hubungan kedua belah pihak antara faktor penentu dan penggunaan pelayanan kesehatan.

2. Untuk meringankan peramalan kebutuhan masa depan tentang pelayanan kesehatan.

(37)

3. Untuk menentukan ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan kesehatan yang berat sebelah.

4. Untuk menyarankan cara-cara memanipulasi kebijaksanaan yang berhubungan dengan variabel-variabel agar memberikan perubahan-perubahan yang diinginkan.

5. Untuk menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek pemeliharaan/perawatan kesehatan yang baru.

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu antara lain:

Pengetahuan 1.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, melainkan merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Dalam kata lain sikap belum merupakan

(38)

19

tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup

Kepercayaan kesehatan

Sebuah bentuk perilaku atau bagian dari sikap responden terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas dalam menangani gangguan kesehatan.

Variabel kepercayaan terhadap kesehatan terdiri dari sikap, nilai dan pengetahuan yang membuat individu peduli dan mencari pelayanan kesehatan.

Jarak

Jarak adalah keterjangkauan tempat untuk mencapai lokasi pelayanan kesehatan berdasarkan bagaimana dan berapa lama waktu di perjalanan untuk mencapai pelayanan kesehatan.

Sikap tenaga kesehatan

Persepsi responden terhadap ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal sehingga dapat memberikan pelayanan sesuai kewenangannya.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat

(39)

Kepesertaan jaminan kesehatan nasional. Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:

1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

2. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:

1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a. Pegawai Negeri Sipil;

b. Anggota TNI;

c. Anggota Polri;

d. Pejabat Negara;

e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

f. Pegawai Swasta; dan

g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima upah.

2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

b. Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

3. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya yang terdiri dari:

(40)

21

a. Investor;

b. Pemberi Kerja;

c. Penerima Pensiun;

d. Veteran;

e. Perintis Kemerdekaan; dan

f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yangmampu membayar Iuran.

4. Penerima pensiun terdiri atas:

1. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

2. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

3. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

4. Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan

5. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.

Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:

1 a. Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan

2 b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari Peserta, dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (duapuluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal. Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan anggota keluarga lain.

(41)

5. WNI di Luar Negeri

Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sendiri.

6. Hak dan kewajiban peserta

Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak mendapatkan identitas peserta dan manfaat pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Peserta BPJS Pekerja Bukan Penerima Upah

Pekerja Bukan Penerima Upah (peserta pembayar mandiri) dan anggota keluarganya yaitu setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, contohnya: pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri (pekerja profesional seperti pengacara, dokter praktik, notaris, konsultan, dan lain-lain), dan pekerja mandiri lainnya seperti petani, nelayan, pedagang, tukang becak, pekerja mandiri salon, pekerja mandiri bengkel, dan lain-lain.

Pekerja Bukan Penerima Upah tidak termasuk Pensiunan TNI, Pensiunan Polri, Pensiunan PNS, Pensiunan Pejabat Negara, Veteran dan Perintis Kemerdekaan. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya meliputi :pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan pekerja yang tidak termasuk di atas yang bukan penerima upah. Termasuk Warga Negara Asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. Anggota keluarga meliputi istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak

(42)

23

angkat yang sah, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang. Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah dengan kriteria:

1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;

2. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain. Anggota keluarga yang lain meliputi anak ke 4 (empat) dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua (Peraturan BPJS No.1 Tahun 2014).

Hak dan kewajiban peserta. Hak dan kewajiban setiap peserta menjamin terselenggaranya Jaminan Kesehatan oleh BPJS Kesehatan kepada peserta. Hak peserta adalah sebagai berikut:

a. Mendapatkan identitas peserta;

b. Mendapatkan nomor virtual account ;

c. Memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berkerja sama dengan BPJS Kesehatan;

d. Memperoleh manfaat jaminan kesehatan;

e. Menyampaikan pengaduan kepada fasilitas kesehatan dan/atau bpjs kesehatan yang bekerja sama;

f. Mendapatkan informasi pelayanan kesehatan; dan g. Mengikuti program asuransi kesehatan tambahan.

Virtual Account adalah nomor rekening virtual yang disediakan oleh BPJS Kesehatan untuk entitas dan perorangan sebagai rekening tujuan dalam pembayaran iuran Jaminan Kesehatan. Manfaat Jaminan Kesehatan mencakup

(43)

pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan dan dilakukan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan yang berkerja sama dengan BPJS Kesehatan. Kewajiban peserta adalah sebagai berikut:

a. Membayar iuran;

b. Melaporkan perubahan data kepesertaan;

c. Melaporkan perubahan status kepesertaan; dan

d. Melaporkan kerusakan dan/atau kehilangan kartu identitas Peserta Jaminan Kesehatan (Peraturan BPJS No.1 Tahun 2014).

Dalam perjanjian kerja sama antara fasilitas kesehatan dengan BPJS Kesehatan, pihak fasilitas kesehatan memiliki beberapa hak dan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Kemenkes RI, 2013), pada pasal 12 ayat 3 menyatakan bahwa hak fasilitas kesehatan paling sedikit terdiri atas:

1. Mendapatkan informasi tentang kepesertaan, prosedur pelayanan, pembayaran, dan proses kerja sama dengan BPJS Kesehatan

2. Menerima pembayaran klaim atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim diterima lengkap.

Adapun kewajiban fasilitas kesehatan, yaitu:

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai ketentuan yang berlaku

2. Memberikan laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah disepakati.

(44)

25

Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada pasien, terdapat persyaratan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor71 Tahun 2013, pada pasal 6, fasilitas kesehatan harus memenuhi persyaratan berikut:

1. Untuk Puskesmas atau yang setara harus memiliki:

1. Surat izin operasional

2. Surat izin praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, surat izin praktik apoteker (SIPA) bagi apoteker, dan surat izin praktik atau surat izin kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain

3. Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan

4. Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

2. Untuk praktik doker umum dan dokter gigi harus memiliki:

1. Surat izin praktik

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

3. Perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, jejaring lainnya 4. Surat peryataan kesediaan mematuhi ketentuan yang berkaitan dengan

Jaminan Kesehatan Nasional.

3. Untuk Klinik Pratama atau yang setara harus memiliki:

1. Surat izin operasional

2. Surat izin praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan surat izin praktikatau surat izin kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lainc. Surat izin apoteker (SIPA) bagi apoteker dalam hal klinikmenyelenggarakan pelayanan kefarmasian

(45)

3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan

4. Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan

5. Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang berkaitan dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pada Program JKN

Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013, fasilitas kesehatan (faskes) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk melaksanakan upaya pelayanan kesehatan perorangan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi pengguna JKN terdiri atas FKTP dan FKRTL. FKTP adalah faskes yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan individu yang bersifat umum untuk keperluan pengamatan, promotif, preventif, mendiagnosis, perawatan atau pelayanan kesehatan lainnya (Kemenkes RI, 2014).

Prosedur layanan kesehatan dalam JKN yaitu pelayanan bagi pasien dilaksanakan secara berjenjang yang dimulai dari FKTP yang diselenggarakan oleh FKTP tempat peserta terdaftar. FKTP peserta JKN terdiri dari puskesmas, dokter, dokter gigi, klinik pratama dan rumah sakit kelas D pratama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

Menurut BPJS Kesehatan (2014), ada empat fungsi pokok FKTP sebagai gatekeeper, yaitu:

Kontak pertama pelayanan (First Contact) 1.

(46)

27

FKTP merupakan tempat pertama yang dikunjungi peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan

Pelayanan berkelanjutan (Continuity)

Hubungan FKTP dengan peserta dapat berlangsung secara berkelanjutan 2.

sehingga penangan penyakit dapat berjalan optimal Pelayanan paripurna (Comprehensiveness)

FKTP memberikan pelayanan yang komprehensif terutama unutk pelayanan promotif dan preventif

Koordinasi pelayanan (Coordination)

FKTP melakukan koordinasi pelayanan dengan penyelenggara kesehatan 3.

lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai kebutuhannya. Dokter berfungsi sebagai pengatur pelayanan (caremanager).

Dalam perjanjian kerja sama antara fasilitas kesehatan dengan BPJS Kesehatan, pihak fasilitas kesehatan memiliki beberapa hak dan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Kemenkes RI, 2013), pada pasal 12 ayat 3 menyatakan bahwa hak fasilitas kesehatan paling sedikit terdiri atas:

1. Mendapatkan informasi tentang kepesertaan, prosedur pelayanan, pembayaran, dan proses kerja sama dengan BPJS Kesehatan.

2. Menerima pembayaran klaim atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim diterima lengkap.

Adapun kewajiban fasilitas kesehatan, yaitu sebagai berikut:

(47)

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Memberikan laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah disepakati.

Landasan Teori

Landasan teori yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan teori Andersen. Model sistem kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (behavior model of health service utilization).

Skema pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Andersen digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Model pemanfaatan pelayanan kesehatan

Andersen mengelompokkan faktor determinan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori utama, yaitu :

1. Karakteristik predisposisi (Predisposing Characteristics)

Karakteristik Predisposisi

 Ciri demografi

 Struktur sosial

 Kepercayaan kesehatan

Karakteristik Kemampuan

Karakteristik Kebutuhan

Penilaian individu

Penilaian klinik

 Pribadi/

keluarga

 Sumber daya

masyarakat

Pemanfaatan pelayanan kesehatan

(48)

29

Menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor predisposisi adalah ciri-ciri yang telah ada pada individu dan keluarga sebelum menderita sakit, yaitu pengetahuan, sikap, dan kepercayaan terhadap kesehatan. Faktor ini berkaitan dengan karakteristik individu yang mencakup:

a. Ciri demografi seperti : usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan jumlah anggota keluarga. Variabel-variabel ini digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda dan siklus hidup dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak berhubungan dengan variabel tersebut.

Ciri demografi juga mencerminkan atau berhubungan dengan karakteristik sosial (perbedaan sosial dari jenis kelamin memengaruhi tipe dan ciri sosial).

b. Struktur sosial, seperti : status sosial, ras, pendidikan, jenis pekerjaan, dan kesukuan (budaya). Variabel ini mencerminkan keadaan sosial dan individu atau keluarga di masyarakat. Masalah utama dari struktur sosial pada penggunaan pelayanan kesehatan adalah tidak diketahuinya mengapa variabel ini menyebabkan penggunaan pelayanan kesehatan.

c. Sikap dan keyakinan individu terhadap pelayanan kesehatan, misalnya kepercayaan terhadap dokter, petugas kesehatan, nilai terhadap penyakit, sikap dan kemampuan petugas kesehatan, fasilitas kesehatan,pengetahuan tentang penyakit.

2. Karakteristik kemampuan (Enabling Characteristics)

(49)

Merupakan kondisi yang memungkinkan orang sakit memanfaatkan pelayanan kesehatan yang mencakup status ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada, dan penanggung biaya berobat/aspek logistic untuk mendapatkan perawatan yang meliputi:

a. Pribadi/keluarga (Family resources)

Adanya sumber pembiayaan dari diri sendiri maupun keluarga, sarana dan tahu mengakses pelayanan kesehatan, cakupan asuransi kesehatan, perjalanan, kualitas hubungan sosial. Karakteristik ini untuk mengukur kesanggupan dari individu dan keluarga untuk memeroleh pelayanan kesehatan mereka.

b. Sumber daya masyarakat (Community resources)

Sumber daya masyarakat dalam konteks ini adalah penyedia pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat, dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang tersedia. Sumber daya masyarakat selanjutnya adalah suplay ekonomis yang berfokus pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan. Sumber daya masyarakat mencakup tenaga kesehatan, fasilitas yang tersedia serta kecepatan.

3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristic)

Teori pemanfaatan pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan permintaan akan pelayanan kesehatan justru selama ini meningkat. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah benar-benar mengeluh sakit serta mencari pengobatan.

Kebutuhan merupakan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu:

(50)

31

a. Penilaian individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan kesehatan yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita.

b. Penilaian klinik (evaluated need), merupakan penilaian beratnya penyakitdari dokter yang merawatnya, yang tercermin antara lain dari hasilpemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter.

Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan teoretis, determinan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan, digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen)

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian Faktor Predisposisi :

1. Pendidikan 2. Pengetahuan

Faktor Pemungkin:

1. Sikap tenaga kesehatan 2. Aksesibilitas

(jarak,biaya, transportasi)

Faktor Kebutuhan:

1. Kondisi Kesehatan

1. Memanfaatkan 2. Tidak

Memanfaatkan

(51)

Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2013).

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kerangka konsep maka terdapat pengaruh karakteristik pendidikan, pengetahuan, sikap tenaga kesehatan, aksesibilitas, dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Parlilitan.

(52)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel penelitian (variabel bebas: pendidikan, pengetahuan, sikap tenaga kesehatan, aksesibilitas (jarak tempuh, biaya, transportasi), dan kondisi kesehatan dan variabel terikat:

memanfaatkan dan tidak memanfaatkan melalui pengujian hipotesis).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskemas Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Waktu penelitian. Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2018 dengan survei pendahuluan sampai dengan selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta Pekerja Bukan Penerima Upah JKN sebanyak 2.273 orang yang terdaftar di Puskesmas Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, perhitungan besar sampel dalam perhitungan ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Sugiyono, 2013) untuk menentukan ukuran sampel, yaitu:

( )

(53)

Keterangan:

N = Populasi n = Sampel

e = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (10 %) Maka, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :

( )

( ) Tabel 1

Distribusi Sampel Menurut Populasi

Desa Populasi Jumlah

Peserta Perhitungan Sampel

Sion Runggu 628 94 (94x100):2273 4

Sion Timur 994 136 (13 x100):2273 6

Sion Timur II 625 102 (102 x100):2273 4

Sion Selatan 1663 164 (164 x100):2273 7

Sihas Tonga 3187 335 (335 x100):2273 15

Sihas Bin 695 162 (162 x100):2273 7

Simataniari 590 157 (157 x100):2273 7

Sihas Dolok II 1086 99 (99 x100):2273 4

Desa Baringin 933 148 (148 x100):2273 6

Baringin Natam 525 182 (182 x100):2273 8

Pusuk I 1020 225 (225 x100):2273 9

Pusuk II 679 191 (191 x100):2273 8

Janji Hutanapa 476 155 (155 x100):2273 6

Total 14.198 2.273 96

Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling yaitu metode pengambilan sampel dimana populasi yang bersifat heterogen

(54)

35

dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang saling pisah dan dari setiap strata dapat diambil sebagai sampel secara acak (Notoatmodjo, 2012).

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel bebas (independen). Variabel bebas yaitu faktor predisposisi (pendidikan dan pengetahuan ) dan faktor pemungkin (sikap tenaga kesehatan dan aksesibilitas (jarak tempuh, biaya dan transportasi) serta faktor kebutuhan (yaitu:

kondisi kesehatan) dengan definisi operasional sebagai berikut :

1. Pendidikan adalah jenjang sekolah formal yang pernah dicapai oleh responden berdasarkan ijazah terakhir yaitu : Pendidikan rendah (tidak sekolah/tamat SD), tamat SLTP/Sederajat, tamat SLTA/Sederajat), Perguruan tinggi (tamat D3/S1).

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pelayanan kesehatan dan yang terkait dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang ada di Puskesmas Parlilitan.

3. Sikap tenaga kesehatan yaitu tanggapan atau respon yang ditunjukan oleh tenaga kesehatan selama melayani responden dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Parlilitan disaat responden datang sampai pulang.

4. Aksesibilitas adalah kemampuan responden untuk menjangkau pelayanan kesehatan di Puskesmas Parlilitan dalam hal jarak tempuh dan biaya transportasi.

5. Kondisi kesehatan adalah keadaan kesehatan angota keluarga responden yang diukur dengan perasaan subjektif terhadap penyakit yang didasarkan atas

(55)

keluhan-keluhan yang mungkin memerlukan pelayanan kesehatan di puskesmas dalam satu tahun terakhir.

Variabel terikat (dependen). Pengukuran pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas didasarkan pada skala nominal dengan kategori:

1. Memanfaatkan:

Responden pernah mengalami sakit dalam satu tahun terakhir dan berobat ke Puskesmas Parlilitan.

2. Tidak Memanfaatkan:

Responden pernah mengalami sakit dalam satu tahun terakhir tetapi tidak berobat ke Puskesmas Parlilitan.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung. Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner agar diperoleh informasi yang relevan dengan penelitian.

Metode Pengukuran

Variabel bebas (independen).Variabel dalam penelitian ini meliputi, pengetahuan, aksesibilitas, sikap tenaga kesehatan dan kondisi kesehatan.

Tabel 2

Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

Variabel Jumlah Indikator

Kriteria

Jawaban Kategori Skor Skala

Ukur Faktor

Predisposisi

Pendidikan - 1. D3/S1 2. SLTA/

1. Tinggi (2 dan 3) 2. Rendah (3 dan 4)

- Ordinal

(56)

37

(Bersambung) Tabel 2

Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

Variabel Jumlah Indikator

Kriteria

Jawaban Kategori Skor Skala

Ukur

Pengetahuan 7

3. SLTP/

Sederajat 4. Tidak

sekolah/

tidak tamat SD

- 1. Baik 2. Buruk

4-7 0-3

Ordinal Faktor

Pemungkin Sikap tenaga

kesehatan

Aksesibilitas 6

4

1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak

setuju 1. Ya 2. Tidak

1. Baik (1 dan 2) 2. Buruk (3)

1. Mudah 1. Sulit

4-6 0-3

2-4 0-1

Ordinal

Ordinal Faktor

Kebutuhan Kondisi kesehatan

4 1. Ya

2. Tidak

1. Baik 2. Buruk

2-4 0-4

Ordinal

Variabel terikat (dependen).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemanfaatan puskesmas oleh peserta Mandiri JKN di Puskesmas Parlilitan. Pengukuran pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas didasarkan pada skala nominal dengan kategori:

Tabel 3

Aspek pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

Variabel Jumlah Kriteria

Jawaban Kategori Skala ukur

Pemanfaatan

Puskesmas 2 1. Ya 1. Memanfaatkan

2. Tidak Nominal

(57)

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:

Analisis univariat. Untuk menjelaskan gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel independen yaitu pengetahuan, pendidikan, sikap tenaga kesehatan, aksesibilitas (jarak tempuh, biaya, dan transportasi) dan kondisi kesehatan yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan di deskripsikan.

Analisis bivariat. Untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel independen terhadap pemanfaatan Puskesmas Parlilitan dengan menggunakan Uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan ( α ) = 0,05 dengan kriteria :

Ho ditolak jika p< α (0,05) maka terdapat hubungan variabel independen 1.

terdapat variabel dependen.

Ho diterima jika p> α (0,05) maka tidak terdapat hubungan variabel 2.

independen terhadap variabel dependen.

Analisis multivariat. Analisis yang digunakan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda untuk menguji yang paling berhubungan antara variabel dependen dan beberapa variabel independen untuk menentukan determinan pemanfaatan puskesmas.

Gambar

Gambar 1. Model pemanfaatan pelayanan kesehatan
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian Faktor Predisposisi : 1.Pendidikan 2.Pengetahuan Faktor Pemungkin: 1

Referensi

Dokumen terkait

Jasa pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kompensasi yang diberikan kepada tenaga kesehatan di puskesmas berdasarkan kehadiran, jenis

This research studied the effect of alkaloid fraction of leaves of plants Alstonia scholaris to the number takizoit profiles in intraperitoneal fluid of mice

Menurut Tri Haryanta (2012: 277), Transliterasi (transliteration) adalah penggantian huruf atau pengalihan huruf demi huruf dari satu abjad ke abjad yang lain, lepas dari pada

Dengan hormat, diberitahukan bahwa pada tahun anggaran 2018, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui

Kesalahan penulisan transliterasi di atas terdapat kesalahan lokal pada kata ﺔﺒﻴﺒﻄ / ţabībah/ , pada penulisan transliterasi tersebut huruf ﻁ / ṭ / ditulis /ţ/,

P enelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang proses komunikasi politik antar fraksi dalam penyusunan UU Pilkada, pengaruh komunikasi politik antar fraksi

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Diet Rendah Purin Terhadap Kepatuhan Penderita Asam Urat Adapun skripsi ini bukan milik

Penyiaran berita disampaikan disiarkan secara luas melalui stasiun radio pantai (SROP) dan/atau stasiun bumi pantai dalam jaringan telekomunikasi pelayaran sesuai