• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INSTRUMEN EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI PADA BEBERAPA SMP DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2019/2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS INSTRUMEN EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI PADA BEBERAPA SMP DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2019/2020"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INSTRUMEN EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DAN BUDI PEKERTI PADA BEBERAPA SMP DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2019/2020

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Aryo Duto Rananggono NIM: 151124010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak saya Muhammad Said Kholidi yang selalu menjaga saya dari surga, Ibu saya Quirina Prima Purbandari dan Nenek

saya Maria Xaveria Sri Mulyani yang selalu memarahi saya supaya cepat menyelesaikan skripsi ini.

(3)

v MOTTO

“You’ll Never Walk Alone”

(Liverpool FC, 1892)

(4)

viii ABSTRAK

Judul skripsi “ANALISIS INSTRUMEN EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI PADA BEBERAPA SMP DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2019/2020” dipilih atas dasar keingintahuan penulis akan kualitas instrumen evaluasi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah. Evaluasi merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur keberhasilan pembelajaran. Jenis- jenisnya meliputi: ulangan harian (UH), penilaian tengah semester (PTS), dan penilaian akhir semester (PAS). Pada setiap jenis evaluasi itu terdiri dari serangkaian instrumen evaluasi. Instrumen merupakan alat pengumpulan data.

Alat pengumpulan data itu perlu berkualitas. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan desain penelitian ex post facto. Objek dari penelitian ini adalah instrumen evaluasi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada beberapa SMP di Kota Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020, teknik sampling yang digunakan adalah insidental sampling dan didapatkan sampel sebanyak 16 set soal dari 8 sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata dari instrumen Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tahun ajaran 2019/2020 untuk Ulangan Harian tidak baik. Untuk Penilaian Akhir Semester tidak baik. Secara umum kualitas instrumen evaluasi tidak baik, karena tidak memenuhi proporsi taraf kesukaran, daya beda rendah, validitas rendah, reliabilitas rendah. Melihat hasil yang tidak baik di dalam instrumen evaluasi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, maka guru dan pihak sekolah perlu bekerja sama untuk memperbaiki kualitas instrumen evaluasi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

Kata-kata Kunci: Analisis, Istrumen Evaluasi, Pendidikan Agama Katolik

(5)

ix ABSTRACT

The title of the thesis "ANALYSIS OF CATHOLIC RELIGIOUS AND CHARACTER EDUCATION IN SOME JUNIOR HIGH SCHOOLS IN YOGYAKARTA CITY FOR THE 2019/2020 ACADEMIC YEAR" was chosen based on the author's curiosity about the quality of evaluation of Catholic Religious and Character Education in schools. Evaluation is the process of gathering and processing information to measure the success of learning. The types include: daily tests, midterm assessments, and final semester assessments.

Each type of evaluation consists of a series of evaluation instruments. Instrument is a data collection tool. Data collection tools need to be quality. This type of research is descriptive quantitative with an ex post facto research design. The object of this research is the instrument of Catholic Religious and Character Education in some Junior High School in Yogyakarta City for the 2019/2020 academic year, the sampling technique used is incidental sampling and obtained a sample of 16 sets of questions from 8 schools. The results of this study indicate that the average of the instruments of Catholic Religious Education and Character for the 2019/2020 school year for daily tests is not good. For Final Semester Assessment is not good. In general, the quality of the evaluation instrument is not good, because it does not meet the proportion of difficulty level, low difference power, low validity, low reliability. Seeing the poor results in the evaluation instruments for Catholic Religious Education and Character, teachers and schools need to work together to improve the quality of the evaluation instruments for Catholic Religious Education and Character.

Key Words: Analysis, Evaluation Instruments, Catholic Religious Education

(6)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Metode Penulisan ... 7

H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. KAJIAN TEORETIK ... 10

A. Kajian Teori ... 10

1. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Menurut Kurikulum 2013 ... 10

a. Tujuan Kurikulum 2013 ... 10

(7)

xv

b. Hakikat Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

di Sekolah ... 11

c. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 13

2. Evaluasi Pendidikan Agama Katolik ... 14

3. Evaluasi Pembelajaran ... 15

a. Peran Evaluasi dalam Pembelajaran ... 16

b. Manfaat Evaluasi ... 17

c. Tahap-Tahap Perencanaan Evaluasi ... 18

4. Instrumen Evaluasi Pendidikan Agama Katolik ... 20

a. Tes ... 20

b. Non Tes ... 22

c. Fungsi Tes ... 24

d. Persyaratan Instrumen ... 25

e. Peraturan Menteri Pendidikan dna Kebudayaan Mengenai Instrumen ... 31

f. Analis Instrumen Evaluasi ... 33

B. Penelitian yang Relevan ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Desain Penelitian ... 37

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

E. Teknik dan Instrumen Pegumpulan Data ... 39

1. Identifikasi Variabel ... 39

2. Definisi Konseptual ... 39

3. Definisi Operasional ... 39

4. Teknik Pengumpulan Data ... 39

5. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 40

1. Analisis Konstruk ... 40

2. Analisis Indeks Kesukaran ... 40

(8)

xvi

3. Analisis Daya Beda ... 41

4. Validitas ... 42

5. Reliabilitas ... 43

6. Daya Pengecoh ... 44

7. Penilaian Acuan Patokan ... 44

8. Kualifikasi Set Soal ... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Analisis Hasil Penelitian ... 46

1. Instrumen Ulangan Harian... 46

2. Instrumen Penilaian Akhir Semester ... 48

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

1. Instrumen Ulangan Harian... 53

2. Instrumen Penilaian Akhir Semester ... 59

C. Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN ... 76

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian SMP Pangudi Luhur 1 ... (1)

Lampiran 2: Surat Permohonan Izin Penelitian SMPN 12 Yogyakarta ... (2)

Lampiran 3: Hasil Analisis Indeks Kesukaran ... (3)

Lampiran 4: Hasil Analisis Indeks Kesukaran ... (4)

Lampiran 5: Hasil Analisis Daya Beda ... (5)

Lampiran 6: Hasil Analisis Daya Beda ... (6)

Lampiran 7: Hasil Analisis Daya Pengecoh ... (7)

Lampiran 8: Hasil Analisis Validitas ... (8)

Lampiran 9: Hasil Analisis Validitas ... (9)

Lampiran 10: Hasil Analisis Reliabel O ... (10)

(9)

xvii

Lampiran 11: Hasil Analisis Reliabel Setengah-Setengah ... (11)

Lampiran 12: Hasil Analisis Reliabel Esai ... (12)

Lampiran 13: Hasil Analisis Penilaian Acuan Patokan ... (13)

Lampiran 14: Hasil Analisis Penilaian Acuan Patokan ... (14)

Lampiran 15: Soal Penilaian Akhir Semester Kelas 7 ... (15)

(10)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kriteria indeks kesukaran ... 41

Tabel 2: Kriteria daya beda ... 41

Tabel 3: Klasifikasi tingkat validitas... 41

Tabel 4. Koefisien Reliabilitas ... 43

Tabel 5: Rangkuman hasil analisis soal UH ... 46

Tabel 6: Rangkuman hasil analisis UH ... 47

Tabel 7: Rangkuman hasil analisis soal PAS ... 49

Tabel 8: Rangkuman hasil analisis PAS ... 50

Tabel 9: Deskripsi instrumen Ulangan Harian ... 58

Tabel 10: Deskripsi instrumen Penilaian Akir Semester ... 68

(11)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan-Singkatan Lain

Balitbang : Balai Penelitian dan Pengembangan DKI : Daerah Khusus Ibukota

ID : Indeks Diskriminasi IK : Indeks Kesukaran

IPPAK USD : Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma

Kemdikbud : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan LCD : Liquid Crystral Display

LKS : Lembar Kerja Siswa MAK : Madrasah Aliyah Kejuruan

No. : Nomor

PAK : Pendidikan Agama Katolik

PAK dan BP : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti PAP : Penilaian Acuan Patokan

PAS : Penilaian Akhir Semester

Permendikbud : Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan PP : Peraturan Pemerintah

PTS : Penilaian Tengah Semester

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(12)

xx SMA : Sekolah Menengah Atas

SMAN : Sekolah Menengah Atas Negeri SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri UH : Ulangan Harian

UN : Ujian Nasional

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selama menjalani program magang sekolah mulai dari magang I hingga magang III, berbagai pengalaman dan kesempatan yang berharga bisa didapatkan untuk lebih mengenal dunia pendidikan khususnya lembaga formal yaitu sekolah dengan seluruh sistem yang ada di dalamnya, yakni: rutinitas guru, pengalaman bersama dengan para siswa, ketersediaan dan pemanfaatan sarana prasarana guna mendukung proses pembelajaran serta interaksi dengan seluruh warga sekolah seperti karyawan, komite sekolah hingga pihak orang tua siswa. Pelaksanakan Magang I dilaksanakan di SMP Stella Duce 1, Yogyakarta sedangkan pelaksanaan Magang II dan III dilaksanakan di SMP Stella Duce 2, Yogyakarta. Ketika Magang I di SMP Stella Duce 1, pembelajaran yang didapatkan berbasis kurikulum 2013 digunakan untuk para siswa kelas VII dan VIII, sedangkan untuk siswa kelas IX masih menggunakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Sedangkan di SMP Stella Duce 2, yang mendapatkan pembelajaran berbasis kurikulum 2013 hanya kelas VII saja, kelas VIII dan IX masih menggunakan kurikulum KTSP. Kondisi siswa di kedua sekolah ini tidak jauh berbeda dari mulai sikap, karakter hingga tingkah laku mereka hampir sama, yang membedakan adalah sikap mereka terhadap guru dan mahasiswa yang sedang magang di sana. Jika di SMP Stella Duce 1, mereka sedikit malu dan segan terhadap guru sehingga suasana yang terbangun sedikit kaku, sedangkan di SMP

(14)

Stella Duce 2, siswa di sana cenderung bisa mengakrabkan diri dengan semua orang, sehingga mahasiswa yang sedang magang di sana bisa akrab dengan mereka sebagai teman saat di luar kelas, tetapi mereka juga menghargai mahasiswa magang sebagai guru jika di dalam kelas.

Proses kegiatan belajar mengajar dilakukan di dalam kelas, di setiap kelas mempunyai fasilitas yang layak baik itu di SMP Stella Duce 1 maupun SMP Stella Duce 2, sudah ada LCD (Liquid Crystal Display) dan Proyektor untuk memudahkan dalam proses pembelajaran. Tetapi, kondisi di dalam kelas kurang kondusif karena masing-masing kelas rata-rata diisi tiga puluh siswa dengan ruangan yang agak kecil. Dengan jumlah siswa yang banyak, terkadang guru kewalahan saat melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, karena siswa sering ribut sendiri dan tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar.

Melihat pengalaman ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), instrumen penilaian yang digunakan oleh guru agama di sekolah hampir 90% berasal dari buku Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Menurut Panduan Penilaian, instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk tugas akhir atau ujian sekolah harus memenuhi substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memenuhi bukti validitas empiris.

Di sekolah, siswa tidak hanya melakukan proses pembelajaran saja, melainkan mereka juga mendapatkan proses evaluasi pembelajaran guna mengukur tingkat keberhasilan siswa ketika menjalani proses pembelajaran.

Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengukur dan menilai interaksi guru- murid-kondisi eksternal dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu.

(15)

Evaluasi pembelajaran mempunyai dua fungsi yakni formatif dan sumatif. Fungsi formatif berarti memperbaiki proses belajar, sedangkan fungsi sumatif berarti mengambil keputusan tentang keberhasilan suatu program dan penentuan tindak lanjutnya (Dapiyanta, 2008: 10).

Dalam evaluasi pembelajaran, guru memerlukan instrumen. Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Dalam bidang pendidikan, instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu (Dapiyanta, 2008: 11).

Akan tetapi, instrumen evaluasi pembelajaran sepertinya merupakan hal yang dianggap sepele oleh beberapa guru. Karena selama saya bersekolah dari SD-SMA hingga saya kuliah dan menjalani magang di sekolah, saya sangat sering menemukan instrumen evaluasi pembelajaran yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan kata lain, instrumen evaluasi pembelajaran tersebut tidak di analisis untuk kemudian diperbaiki sehingga menjadi instrumen evaluasi yang proporsional dan sesuai untuk melakukan kegiatan penilaian.

Menurut news.okezone.com, sebanyak 20 dari 23 guru SMP 21 Semarang yang mengisi kuesioner, 87% guru masih kesulitan dalam memahami cara penilaian kurikulum 2013. Berdasarkan kuesioner yang dibagikan, 87% (20 dari 23 guru) mengalami kesulitan dalam memahami cara penilaian, 70% (16 dari 23

(16)

guru) kesulitan dalam pembuatan instrumen observasi, 66% (15 dari 23 guru) kesulitan dalam memahami model-model pembelajaran, dan 79% (18 dari 23 guru) mengalami kesulitan membuat instrumen penilaian. Ini artinya guru di sekolah ini memang sangat membutuhkan pendampingan. Hasan Budi Sulistyo, M.Pd., wakil kepala sekolah, memberikan apresiasi positif terhadap kedatangan professor ke sekolah, ini sangat bermanfaat bagi guru dalam mencairkan masalah dan kesulitan yang dialami guru terkait dengan instrumen penilaian, model pembelajaran, dan cara penilaian. Ia berharap pendampingan ini berlanjut, sehingga membantu memecahkan persoalan yang dihadapi guru dan pihak sekolah.

Menurut beritasatu.com, sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri yang ada di Jakarta Utara mengeluhkan sistem penilaian pada kurikulum 2013 yang dianggap terlalu rumit dan kompleks serta penerapan kurikulum yang belum maksimal. Di SMAN 75 Semper Barat yang sudah menggunakan kurikulum 2013 dan sudah berjalan selama tiga semester, akan tetapi penerapan kurikulum 2013 masih terhambat berbagai masalah teknis seperti buku mata pelajaran berbasis kurikulum 2013 yang belum sepenuhnya diterima pihak sekolah dan guru yang belum mengerti betul metode pengajaran yang efektif bagi murid didik.

Staf SMAN 75, Sahrudin, mengatakan untuk sekolahnya, buku yang tiba baru mencapai 80% dari total keseluruhan buku yang dibutuhkan. Menurutnya, untuk penerapan kurikulum 2013 masih terlalu dipaksakan karena banyak guru yang belum siap dengan instrumen penilaian dan siswa juga belum mampu

(17)

menguasai materi pelajaran yang ada. Sahrudin juga mengungkapkan masih rendahnya minat baca dari murid didik dan hanya mempresentasikan tugas dari guru seadanya.

Sementara itu, Kepala SMAN 13 Rawa Badak Utara, Noviola Leni, mengatakan guru dan peserta didik di sekolahnya akan tetap melanjutkan kurikulum 2013 karena baik guru dan siswa sudah siap dan melaksanakan penerapan kurikulum 2013. Menurutnya, sekolah akan selalu melakukan evaluasi di setiap semester terhadap hasil penerapan kurikulum 2013, hasil evaluasi tersebut kemudian akan dipakai sebagai masukan untuk perbaikan kurikulum demi kepentingan peserta didik.

Menurut Noviola, saat ini SMAN 13 sudah mendapatkan seluruh buku mata pelajaran untuk semester genap. Sebanyak 650 eksemplar buku materi untuk setiap mata pelajaran bagi kelas 10 dan 11. Noviola mengungkapkan, meskipun guru-guru di sekolahnya sudah cukup baik mengimplementasikan kurikulum 2013, namun para guru tersebut masih agak kesulitan menerapkan pemberian evaluasi penilaian kepada anak didik karena banyak aspek yang harus diperhatikan seperti sikap, observasi, evaluasi dari murid itu sendiri . Noviola berharap aspek penilaian agar lebih disederhanakan dalam pengembangan kurikulum selanjutnya.

Menanggapi keluhan dari berbagai sekolah tersebut, Kepala Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Utara, Mustafa Kemal, mengatakan akan meneruskan keluhan dari sejumlah input sekolah tersebut ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Kemal mengungkapkan untuk wilayah Jakarta Utara sendiri, SMA

(18)

yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 selama tiga semester ada 160 sekolah yang terdiri dari 65 SMA Swasta, 17 SMA Negeri, 70 SMK Swasta, dan 8 SMK Negeri.

Berdasarkan permaparan, berita, dan pendapat para ahli di atas, muncul keingintahuan penulis untuk menganalisis instrumen evaluasi pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan judul “Analisis Instrumen Evaluasi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMP di Kota Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hal di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Banyak pro dan kontra tentang pelaksanaan kurikulum 2013 2. Kurangnya buku pelajaran bagi siswa

3. Rendahnya minat baca siswa pada buku pelajaran kurikulum 2013 4. Guru kesulitan dalam membuat instrumen penilaian

5. Instumen evaluasi guru dalam kurikulum 2013 ini kurang berkualitas.

C. Batasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, penulis membuat batasan pada analisis instrumen evaluasi guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada beberapa SMP di Kota Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020.

(19)

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah yaitu: Bagaimana kualitas instrumen evaluasi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada beberapa SMP di Kota Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen evaluasi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMP di Kota Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoretis

Dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis dan dapat menjadi patokan untuk memperbaiki dan mengembangkan kurikulum di kedepannya.

2. Secara praktis

Dapat menjadi dasar bagi guru untuk mengembangkan kualitas instumen evaluasi.

G. Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode penulisan deskripsi analisis dengan sumber bahan yang relevan dan mendukung dengan data penelitian kuantitatif.

Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada guru yang mengajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMP di Kota Yogyakarta. Melalui data yang

(20)

diperoleh penulis akan menganalisis dan merumuskan sumbangan pemikiran kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui analisis evaluasi instrumen guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah.

H. Sistematika Penulisan

Demi memudahkan penulisan dan memperoleh gambaran yang jelas, penulis membuat pokok-pokok penelitian sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN TEORETIK

Bab ini memaparkan landasan teori yang mendasari pembahasan- pembahasan selanjutnya. Bab II ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama adalah kajian teori yang membahas mengenai pengertian dari evaluasi, evaluasi pembelajaran, peran evaluasi, manfaat evaluasi, pengertian instrumen, jenis-jenis instrumen, pengertian analisis, jenis-jenis analisis. Kurikulum 2013: pengertian kurikulum 2013, prinsip kurikulum 2013, tujuan kurikulum 2013, kerangka dasar kurikulum 2013, dan prinsip pengembangan kurikulum 2013. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti: pengertian pendidikan, tujuan pendidikan, dan karakteristik Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Kurikulum: pengertian

(21)

kurikulum, prinsip pengembangan kurikulum, dan kriteria untuk menyeleksi materi kurikulum. Bagian kedua akan membahas tentang penelitian yang relevan.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, desain penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian dengan menganalisis evaluasi instrumen Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang berisi hasil dari analisis instrumen menggunakan persyaratan analisis evaluasi instrumen, pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan penelitian.

BAB V: PENUTUP

Bab ini berisikan dua bagian, yaitu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan sekaligus akan menjawab permasalahan dari judul yang dipilih penulis dan diakhiri dengan saran.

(22)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

Pada bab ini, penulis memaparkan penjelasan tentang Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Evaluasi Pendidikan Agama Katolik, Evaluasi Pembelajaran, Instrumen Evaluasi Pendidikan Agama Katolik, dan Analisis Instrumen Evaluasi.

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Menurut Kurikulum 2013 a. Tujuan Kurikulum 2013

Menururt Nana Sudjana (1996: 3), kurikulum merupakan niat serta harapan yang dituangkan ke dalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum sebagai niat serta rencana, sedangkan pelaksanaannya adalah proses pembelajaran. Yang terlibat di dalam proses tersebut yaitu peserta didik dan guru selaku pendidik. Peran kurikulum dalam hal ini menjadi alat bantu guna tercapainya tujuan pendidikan dan keberlangsungan proses pembelajaran yang ada di sekolah. Tujuan diadakannya perubahan kurikulum adalah untuk “melanjutkan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu”

(Mulyasa, 2013: 65). Permendikbud Nomor 70 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK (2013: 7) menyebutkan bahwa: kurikulum 2013

(23)

bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

b. Hakikat Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di Sekolah

Pendidikan Agama Katolik adalah pembelajaran agama Katolik yang diberikan oleh sekolah kepada para peserta didik. Pada Kurikulum 2013 ini, nama Pendidikan Agama Katolik berubah menjadi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Walaupun namanya berubah secara teknis pada suatu kurikulum, tetapi isi sebagai subjek secara substansial tetap sama. Untuk selanjutnya istilah PAK dan BP dipahami sama dengan PAK. Maka jika disebut PAK itu dimaksudkan juga PAK dan BP.

Gereja Katolik berpandangan bahwa PAK merupakan salah satu katekese atau pembinaan iman atau pendidikan iman yang diperuntukkan bagi setiap kalangan dari mulai anak-anak, remaja/kaum muda, dan orang dewasa.

Pendidikan iman di sini mengarah pada tujuan yaitu untuk menumbuhkan dan memperkembangkan iman umat dari setiap kalangan usia.

PAK dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu siswa agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Namun, mengarah pada perkembangan zaman sekarang di mana kaum muda memiliki kerinduan untuk menemukan makna dalam hidupnya dan masyarakat

(24)

dengan menunjukkan diri, membentuk relasi yang personal dan mendalam bersama dengan teman-teman yang ada di sekitarnya.

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti menurut kurikulum 2013 dalam suaidinmath.files.wordpress.com adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mempertegu iman dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik. Usaha tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap terhadap agama lain demi terciptanya kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat.

Heryatno (2017: 40-44) dalam Buku Ajar Mahasiswa IPPAK USD mengenai Pokok- Pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah mengungkapkan 3 unsur pokok Pendidikan Agama Katolik yaitu:

1) Pengalaman Hidup Peserta

Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari yang dialami oleh siswa baik dalam bidang rohani maupun masalah-masalah pribadi yang dialami.

2) Visi dan Kisah Hidup Kristiani (Harta Kekayaan Gereja)

Pengalaman hidup siswa selanjutnya dihubungkan dengan visi dan misi hidup Kristiani dengan bantuan sumber utamanya yaitu Kitab Suci dan Tradisi Gereja (pengalaman hidup jemaat yang menghidupi sabda Allah).

(25)

3) Komunikasi Hidup Konkret Peserta dengan Visi dan Kisah/Tradisi Kristiani Penghayatan iman siswa berusaha menghubungkan antara pengalaman konkret peserta didik dengan visi dan Kisah/Tradisi Kristiani. PAK di sini membawa tugas untuk bisa membantu keduanya bertemu dan membentuk penghayatan iman hingga tahap memiliki kedewasaan iman.

c. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Gravisssium Educationis menegaskan dua tujuan dasar pendidikan yaitu memperkembangkan pribadi manusia dan memperjuangkan kesejahteraan umum.

Keduanya saling berkaitan satu sama lain di mana perkembangan manusia secara utuh tidak akan terwujud apabila dipisahkan dari usaha nyata demi mewujudkan kesejahteraan umum (Heryatno, 2008: 13).

Lokakarya Malino (1981: 21) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik bertujuan agar peserta didik mampu menggumuli hidupnya dari segi pandangan Kristiani dan dengan demikian mudah-mudahan dapat berkembang menjadi manusia beriman. Kemampuan menggumuli tersebut terdapat unsur- unsur mengetahui, memahami dan kemudian mengintegrasikan dalam kehidupan secara konkret.

Tujuan Pendidikan Agama Katolik (PAK) menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan

(26)

situasi dan peristiwa penyelamatan : situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan.

Tujuan PAK dan BP menurut Kurikulum 2013 adalah supaya peserta dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap membangun hidup yang semakin beriman. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi. Sedangkan untuk keterampilan diperoleh melalui aktivitas: mengamati, menanya, mencoba, menyaji, dan mencipta. Kemudian untuk sikap dibentuk melalui kemampuan:

menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

Tujuan PAK mencakup tiga segi yaitu kognitif, afeksi dan praksis.

Ketiganya berhubungan erat dan harus dikembangkan bersama. Segi kognitif tentang pengetahuan tentang harta kekayaan Gereja, pribadi Yesus juga diikuti dengan pengembangan iman dalam kehidupan pribadi dan hubungan dengan sesama. Tujuan tersebut mengarah pada inti tujuan PAK yang diadakan di sekolah yaitu demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah (Heryatno,2008: 24-26). Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan PAK di sekolah adalah mengarahkan peserta untuk mengembangkan hidup dan pengalaman imannya.

2. Evaluasi Pendidikan Agama Katolik

Menurut Suharsimi dalam buku Dapiyanta (2008: 10), yang dimaksud evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Evaluasi berasal dari kata

(27)

evaluation yang berarti menilai, namun sebelum menilai orang mengadakan pengukuran terlebih dahulu. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi merupakan sebuah kegiatan yang bersifat hierarki, jadi kegiatan tersebut tidak bisa dipisahkan dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan (Sitiatava Rizema Putera, 2013: 12). Penilaian ini bisa bersifat netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi, maka biasanya akan diikuti dengan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi. Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program.

Dengan demikian, tujuan dari evaluasi itu adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.

Sehingga dapat disebutkan bahwa pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi adalah sebagai berikut:

a. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif

b. Penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik-buruk dan bersifat kualitatif

Evaluasi ialah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengukur dan menilai interaksi guru-murid-kondisi eksternal dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu.

Pengukuran dan penilaian ketercapaian tujuan belajar adalah evaluasi hasil belajar

(28)

sedangkan pengukuran dan penilaian interaksi guru-murid-kondisi eksternal adalah evaluasi proses belajar (Dapiyanta, 2008: 10-11).

Evaluasi belajar adalah proses penentuan pemerolehan hasil belajar berdasarkan kriteria tertentu. Jadi, evaluasi pembelajaran merupakan proses penentuan nilai tentang proses pembelajaran berdasarkan kriteria tertentu melalui kegiatan pengukuran dan penilaian.

Pada hakikatnya, evaluasi merupakan laporan akhir dari proses pembelajaran, khususnya laporan mengenai kemajuan dan prestasi belajar siswa.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa evaluasi merupakan pertanggung jawaban guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi merupakan bagian penting dalam suatu sistem instruksional.

a. Peran Evaluasi dalam Pembelajaran

Menurut arsaundagy.wordpress.com peran evaluasi dalam pembelajaran ialah untuk pengembangan suatu instansi pendidikan dan akreditasi suatu instansi agar menjadi semakin lebih baik daripada sebelumnya.

1) Pengembangan

Untuk pengembangan suatu program pendidikan, yang meliputi program studi, kurikulum, program pembelajaran, desain belajar mengajar, yang pada hakikatnya adalah pengembangan dalam bidang perencanaan.

2) Akreditasi

Evaluasi juga berfungsi untuk menetapkan kedudukan suatu program pembelajaran berdasarkan ukuran/kriteria tertentu, sehingga suatu program dapat dipercaya, diyakini dan dapat dilaksanakan terus atau sebaliknya program itu

(29)

harus diperbaiki/disempurnakan. Evaluasi itu sendiri dalam kaitannya dengan pembelajaran akan berpengaruh terhadap apakah tujuan pembelajaran itu tercapai atau tidak. Dengan demikian, kegiatan evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana keberhasilan siswa maupun guru dalam proses belajar mengajar.

Jadi, evaluasi juga memiliki beberapa peran lainnya yakni bisa menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan, mengukur prestasi siswa, mengevaluasi kurikulum, mengakreditasi sekolah, dapat memantau pemanfaatan dana masyarakat, dan pada akhirnya dapat memperbaiki materi dan program pendidikan. Evaluasi pembelajaran berperan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Manfaat Evaluasi

Evaluasi pembelajaran menurut arsaundagy.wordpress.com memiliki manfaat sesuai dengan subjeknya masing-masing yang langsung merasakan evaluasi itu sendiri. Subjek tersebut ada tiga, yaitu siswa, guru, dan sekolah.

1) Bagi siswa

Siswa dapat mengetahui sejauh mana dia telah berhasil mengikuti proses pembelajaran yang diberikan oleh guru.

2) Bagi guru

a) Guru akan mengetahui siswa-siswa mana yang sudah menguasai bahan pelajarannya.

b) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa.

(30)

c) Guru akan mengetahui apakah metode yang diberikan sudah tepat atau belum.

3) Bagi sekolah

a) Dengan evaluasi dapat diketahui kondisi belajar yang dilangsungkan di sekolah.

b) Informasi guru tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.

c) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka- angka yang diperoleh.

c. Tahap-Tahap Perencanaan Evaluasi

Menurut Indrakusuma (1973: 108-115), tahap-tahap perencanaan penilaian meliputi:

1) Apa yang Dinilai

Merupakan objek dari penilaian, yakni menentukan objek, menentukan aspek dari pendidikan atau dari murid yang akan dinilai. Harus dirumuskan atau ditentukan secara jelas apa yang akan dinilai, karena itu akan menentukan teknik atau alat yang akan digunakan.

2) Tujuan Mengadakan Penilaian

Tujuan untuk mengadakan penilaian ini harus diketahui secara jelas karena akan menentukan bentuk, corak serta isi dari alat evaluasi yang digunakan.

(31)

3) Kapan Penilaian Dilaksanakan

Dalam perencanaan penilaian yang baik, penilaian harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga dapat diketahui perkembangan yang dialami oleh objek yang dinilai.

4) Siapa yang Melaksanakan Penilaian

Penilaian dilaksanakan oleh setiap guru yang bersangkutan.

5) Teknik-Teknik Evaluasi yang Digunakan

Teknik yang digunakan dalam evaluasi ada bermacam-macam sesuai dengan objek yang dinilai dan tujuan dari diadakannya penilaian akan menentukan teknik yang akan digunakan.

6) Bagaimana Cara Mengolah Data

Dalam melakukan olah data, harus dipilih dan ditentukan teknik pengolahan data yang akan dipergunakan.

7) Bagaimana Menginterpretasi Hasil

Setelah data diolah, maka selanjutnya akan diadakan interpretasi terhadap data tersebut. Dalam menginterpretasi hasil ini, harus didasarkan pada latar belakang dan tujuan diadakannya penelitian.

8) Tindakan Lanjutan

Setelah selesai semuanya, maka guru atau penilai akan menentukan tindakan lanjutan berdasarkan hasil yang telah didapatkan.

(32)

4. Instrumen Evaluasi Pendidikan Agama Katolik

Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Menurut Permendikbud No. 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, instrumen penilaian ialah alat yang dipakai untuk menilai capaian pembelajaran peserta didik, seperti tes dan skala sikap. Dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Instrumen dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu tes dan non tes.

a. Tes

Sebelum sampai pada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini: a)Tes merupakan prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. b)Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. c) Testee adalah merupakan responden yang sedang mengerjakan tes. d) Tester adalah orang yang melaksanakan pengambilan tes terhadap responden.

Dengan kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya). Adapun tugas tester antara lain adalah: (1) Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan

(33)

yang diperlukan; (2) Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan; (3) Menerangkan cara mengerjakan tes; (4) Mengawasi responden mengerjakan tes; (5) Memberikan tanda-tanda waktu; (6) Mengumpulkan pekerjaan responden; dan (7) Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan.

Menurut ahlussabandi.blogspot.com, istilah ‘tes’ diambil dari kata testum suatu pengertian dalam Bahasa Prancis kuno yang berarti untuk menyisihkan logam-logam mulia atau ukuran untuk membedakan emas, perak dan logam lainnya. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah.

Tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Tes juga sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengamati dan mendeskripsikan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan standar numerik atau sistem kategori. Dalam penelitian pendidikan, lazim ditemui pengumpulan data melalui tes.

Tes sebagai instrumen dapat dibedakan dari instrumen jenis non tes. Tes merupakan instrumen alat ukur untuk pengumpulan data di mana peserta didorong untuk mengeluarkan segenap kemampuan yang dimilikinya dalam memberikan respon atas pertanyaan dalam tes (Purwanto, 2009: 63-64).

Tes hasil belajar mempunyai beberapa komponen yakni perangkat soal, petunjuk pengerjaan, butir soal, pilihan, kunci jawaban, pengecoh (Purwanto, 2009: 73-75).

(34)

b. Non Tes

Menurut Dapiyanta (2008: 23-28) Cara evaluasi yang ditempuh tanpa mengajukan serangkaian daftar pertanyaan yang jawabannya memerlukan pengorganisasian pemikiran. Cara ini melibatkan pertanyaan namun lebih menunjuk pada kecenderungan. Cara non tes meliputi sebagai berikut:

1) Angket

Bisa disebut juga sebagai kuesioner adalah serangkaian daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Jika berdasarkan responden, angket dibedakan menjadi angket langsung dan tidak langsung, angket langsung diisi oleh responden yang dinilai; sedangkan angket tidak langsung diisi oleh responden yang tidak dinilai. Angket juga dibedakan berdasarkan cara menjawabnya menjadi angket tertutup, angket terbuka, dan angket semi terbuka.

Angket memiliki kelemahan yakni jawaban cenderung dipengaruhi keinginan pribadi, responden cenderung menjawab singkat, analisis komparatif jauh lebih sulit daripada jawaban yang seragam. Namun, angket juga memiliki kelebihan yakni lebih praktis karena dalam waktu singkat dapat memperoleh banyak informasi, dan responden merasa bebas mengemukakan pendapatnya tanpa malu.

2) Daftar Cocok

Disebut juga checklist adalah serangkaian pertanyaan yang diikuti dengan serangkaian jawaban umum sehingga responden atau penilai tinggal membubuhkan tanda check pada jawaban yang tersedia.

(35)

3) Wawancara

Wawancara adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan komunikasi langsung dalam bentuk tanya jawab sepihak. Tanya jawab sepihak maksudnya adalah bahwa pihak responden tidak diberi kesempatan untuk bertanya balik. Wawancara dibedakan menjadi wawancara terpimpin yakni pertanyaan yang diajukan sudah disiapkan terlebih dahulu; dan wawancara bebas di mana pertanyaan ditanyakan tanpa diarahkan oleh suatu pedoman.

4) Skala bertingkat

Alat untuk mengumpulkan data yang menggambarkan data dalam bentuk skala kualitas dari tingkat rendah sampai tinggi. Responden membubuhkan tanda pada tingkat yang sesuai dengan keadaan yang dialaminya atau yang diamatinya.

Tanda tersebut dapat berupa tanda check, oleh karena itu, banyak yang berpendapat bahwa skala bertingkat ini termasuk dalam daftar cocok. Skala yang digunakan dapat dalam bentuk angka, deskripsi, atau grafik.

5) Perbedaan Semantik

Merupakan skala yang mengukur beberapa aspek sekaligus dalam satu persoalan. Skala dapat terdiri dari lima tingkat atau lebih. Aspek yang dimaksud dapat menunjuk pada segi kognitif, afeksi, konasi, pergulatan, dan penghayatan.

6) Observasi

Metode pengumpulan data dengan instrumen pokok adalah penilai yang dibantu dengan instrumen lain seperti skala atau daftar cocok. Oleh sebab instrumen pokok penilai, maka penilai mesti berada bersama atau sekurang- kurangnya dalam lingkup responden berada. Pengamatan dapat dibedakan seturut

(36)

teknik yang digunakan yakni teknik terpimpin di mana pengamatan yang dilakukan sudah dipandu oleh sebuah pedoman yang telah disiapkan; sedangkan teknik bebas adalah pengamatan yang dilakukan tanpa panduan.

7) Catatan Anekdot

Catatan ini merupakan catatan tentang suatu peristiwa yang diperoleh dari pengamatan secara informal. Perilaku siswa yang menjadi pusat perhatian, biasanya bersifat menonjol dan penting sehingga harus diamati dan dicatat terus menerus dan menghasilkan sebuah informasi yang unik. Metode ini terbatas penggunaannya pada bidang penyesuaian dan perkembangan sosial dalam kaitan dengan sifat siswa.

8) Portofolio

Merupakan kumpulan hasil karya seseorang dalam kurun waktu tertentu secara menyeluruh yang disusun secara sistematis. Hal yang dikumpulkan berupa hasil ujian, tugas, catatan keterlibatan, karya tulis, karya seni, dan sebagainya.

9) Refleksi

Refleksi berasal dari kata Latin “reflexi” yang artinya melentuk ke belakang atau memantulkan diri. Dengan memantulkan diri seseorang dapat mendeskripsikan perkembangan dirinya dan menilai perkembangannya. Refleksi siswa yang dikumpulkan perlu dijaga kerahasiaannya oleh para guru.

c. Fungsi Tes

Menurut ahlussabandi.blogspot.com, secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:

(37)

1) Sebagai alat pengukur terhadap anak didik.

2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.

Beberapa fungsi tes diantaranya:

1) Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu.

2) Sebagai motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik diharapkan meningkatnya intensitas kegiatan belajar. Fungsi ini dapat optimal apabila nilai hasil tes yang diperoleh siswa betul-betul objektif dan sahih, baik secara internal maupun secara eksternal yang dapat dirasakan langsung oleh siswa yang diberi nilai melalui tes.

3) Berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui tes penempatan, tes diagnostik dan tes formatif.

4) Menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

d. Persyaratan Instrumen

Menurut Dapiyanta (2008: 29-30) alat evaluasi harus memenuhi syarat yakni: untuk tes memiliki taraf kesukaran tertentu, memiliki daya beda tertentu, memiliki validitas dan reliabilitas yang baik; dan untuk non tes harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.

(38)

1) Taraf Kesukaran

Tes yang baik ialah tes yang terdiri dari soal-soal tingkat kesukaran proporsional. Tingkat kesukaran ini dapat dikembangkan dengan pemikiran dan pengalaman. Pengembangan pemikiran mengacu pada bentuk pertanyaan: apa, bagaimana, mengapa, bandingkan, bedakan, dsb. Pengembangan taraf kesukaran seturut pengalaman dilakukan dengan menganalisis hasil tes. Cara analisisnya dengan membandingkan jumlah siswa yang menjawab dengan benar dengan jumlah seluruh siswa yang mengerjakan soal. Proporsi soal yang baik adalah soal yang memiliki bobot 20% mudah, 60% sedang, dan 20% sukar.

2) Daya Beda

Tes yang baik ialah tes yang terdiri dari soal-soal yang memiliki kemampuan membedakan antara siswa yang mampu dan tidak mampu mengerjakan, siswa yang paham dan tidak paham tentang persoalan yang dilakukan. Soal yang memiliki daya beda tinggi ialah soal yang dapat dikerjakan dengan mudah oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Soal yang memiliki daya beda rendah ialah soal yang dapat dikerjakan oleh semua siswa baik yang berkemampuan tinggi maupun rendah atau bahkan dapat dikerjakan dengan baik oleh siswa berkemampuan rendah tetapi sulit dikerjakan bagi siswa yang berkemampuan tinggi. Daya beda soal ini dapat juga dikembangkan dengan pemikiran dan pengalaman. Dengan pemikiran daya beda dapat dikembangkan mengacu pada bentuk pertanyaan. Dengan pengalaman, daya beda dapat dikembangkan dengan analisis hasil dari instrumen. Dengan menganalisis dan

(39)

merevisi soal yang daya bedanya rendah, secara terus menerus maka akan menghasilkan soal yang semakin lama semakin bermutu. Seperangkat soal dianggap baik dalam hal daya beda jika sekurang-kurangnya 70% butir soal memiliki indeks daya beda kualifikasi baik.

3) Validitas

Valid artinya sahih, tepat sasaran, mengukur apa yang hendak diukur.

Instrumen yang valid akan mampu mengungkap pemahaman terkait dengan informasi yang diungkapkan. Validitas tes dapat dikembangkan melalui pemikiran dan pengalaman. Melalui pemikiran akan didapat validitas logis dan dari pengalaman akan menghasilkan validitas empirik. Validitas logis dapat digunakan untuk membuat kisi-kisi dan validitas empirik dapat dikembangkan melalui analisis instrumen secara internal atau eksternal. Dengan begitu, instrumen yang disusun akan semakin baik jika terus dianalisis.

Validitas berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang diinginkan, oleh karena itu, sebelum digunakan untuk mengumpulkan data tes hasil belajar harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya (Purwanto, 2009: 114).

Terdapat 5 jenis validitas yang ditemukan, yakni: validitas isi dan validitas konstruksi yang terdapat dalam validitas logis, sedangkan dalam validitas empirik meliputi validitas ada sekarang dan validitas prediksi, serta validitas kriteria.

(40)

a) Validitas Isi

Validitas isi dan konstruksi berpangkal pada tujuan instruksional khusus atau indikator. Sebuah alat evaluasi dikatakan memiliki validitas isi bila alat evaluasi itu mengukur isi yang dikehendaki sebagaimana termuat dalam indikator.

Validitas isi adalah pengujian validitas dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah instrumen mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli atau orang yang menekuni suatu bidang tertentu sesuai dengan aspek yang akan dikaji (Purwanto, 2009: 120-121). Validitas ini dapat dikembangkan dengan merinci aspek isi yang bersifat umum menjadi lebih khusus yang kemudian dirumuskan dalam contoh atau indikator.

b) Validitas Konstruksi

Sebagaimana validitas isi, alat evaluasi dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila alat evaluasi itu mengukur aspek perilaku pada tujuan, yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Validitas ini dapat dikembangkan dengan merinci aspek perilaku pada tujuan dari yang mendasar atau umum ke yang khusus hingga indikator.

Validitas isi dan konstruksi juga disebut validitas internal karena validitas yang ada dicari dengan kriteria dalam tes itu sendiri.

c) Validitas “Ada Sekarang”

Validitas ini disebut juga validitas empiris yang berarti pengalaman. Tes dikatakan memiliki validitas empiris jika sesuai dengan pengalaman. Untuk menemukan validitas empiris pada sebuah tes, tes tersebut dipasangkan atau

(41)

dikorelasikan dengan tes yang pernah ada dan tes tersebut memiliki validitas internal atau eksternal yang baik.

d) Validitas Prediksi

Prediksi artinya ramalan dan ramalan selalu berhubungan dengan masa yang akan datang. Alat evaluasi yang memiliki validitas ini berarti mampu meramalkan apa yang terjadi di masa mendatang tetapi masih berkaitan dengan evaluasi.

Validitas ada sekarang dan validitas prediksi disebut juga validitas eksternal karena dicari dengan kriteria di luar alat evaluasi yang bersangkutan, atau alat evaluasi lain. Validitas eksternal akan selalu berkaitan dengan keseluruhan alat evaluasi.

e) Validitas Kriteria

Pengujian validitas yang dilakukan dengan membandingkan instrumen dengan kriteria tertentu di luar instrumen. Instrumen dapat dinyatakan valid apabila telah mengukur dengan hasil sebagaimana hasil pengukuran kriterianya (Purwanto, 2009: 125).

4) Reliabilitas

Menurut Dapiyanta (2008: 33-34) reliabilitas berasal dari kata sifat reliabel yang artinya dapat diandalkan. Serangkaian alat evaluasi akan berada dalam sebuah keadaan yang memiliki rentangan dari rendah sampai tinggi.

Serangkaian alat evaluasi bisa disebut reliabel jika menghasilkan data secara konsisten dan relatif sama pada setiap kali digunakan atau bisa disebut konsisten.

(42)

Meskipun begitu, analisis reliabilitas alat evaluasi tidak selalu menggunakan cara yang berulang, melainkan bisa juga dicari dengan teknik belah dua, paralel dan yang lain. Ada banyak metode yang dapat dipilih untuk menguji reliabilitas, dan dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan perbedaannya dalam mendefinisikan reliabilitas. 1) Reliabilitas adalah kestabilan hasil pengukuran apabila instrumen diujikan beberapa kali. Kelompok ini mencakup dua metode yakni metode tes ulang dan metode paralel. 2) Reliabilitas merupakan konsistensi internal hasil pengukuran instrumen. Kelompok ini mencakup beberapa metode yakni metode belah dua, metode Flanagan, dan metode Rulen jika jumlah butir soal genap. Jika jumlah butir soal ganjil maka metode yang digunakan adalah metode Kuder-Richardson, metode Hoyt, dan metode Alpha Cronbach.

5) Pengecoh

Menurut Dapiyanta (2008: 34) pada tes objektif pilihan ganda biasa, selain jawaban yang benar, pembuat soal juga harus menyusun distraktor atau daya pengecoh. Pengecoh ini berfungsi mengecoh testee agar jika ia tidak menguasai betul persoalannya dapat terkecoh. Distraktor ini dari segi rumusan mestinya paralel dengan kunci jawaban dan dari segi isi mendekati gagasan yang dikemukakan dalam kunci jawaban. Daya pengecoh memenuhi kriteria jika melebihi 5%.

(43)

e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mengenai Instrumen 1) Pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pasal 7 menyatakan bahwa:

a) “Instrumen penilaian dibentuk sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik yang berupa tes, pengamatan, dan penugasan perseorangan atau kelompok.”

b) “Instrumen penilaian yang digunakan dalam Penilaian Akhir harus memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa serta memiliki bukti validitas empirik.”

2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyebutkan jika:

a) Pada pasal 1 dalam Peraturan Menteri ini menyatakan bahwa, “Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai beberapa hal, salah satunya adalah instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.”

b) Pada pasal 12, “Penilaian aspek pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan dengan beberapa tahapan salah satunya adalah dengan mengembangkan instrumen penilaian.”

(44)

c) Pada pasal 13, “Prosedur penilaian balajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan beberapa urutan, diantaranya adalah membuat instrumen penilaian, berikut pedoman penilaian dan melakukan analisis instrumen;

prosedur penilaian hasil belajar dilakukan dengan mengkoordinasikan beberapa kegiatan diantaranya adalah menyusun instrumen penilaian dan penskorannya, serta dengan melakukan analisis kualitas instrumen; prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan beberapa hal diantaranya adalah menyusun instrumen penilaian dan penskorannya, serta dengan melakukan analisis kualitas instrumen.”

d) Pada pasal 14, “Instrumen penilaian yang digunakan pendidik berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan perkembangan peserta didik;

instrumen yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian tugas akhir atau ujian sekolah harus memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa serta memiliki validitas yang empirik; sedangkan instrumen penilaian yang digunakan pada saat UN harus memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik, selain itu juga dapat menghasilkan skor yang dapat dibandingkan antar sekolah, antar daerah, dan juga antar tahun.”

3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentangPenilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar danPendidikan Menengah menyebutkan bahwa:

(45)

a) Tujuan dari pedoman penilaian hasil belajar menjadi acuan salah satunya bagi pendidik secara individual atau kelompok dalam merencanakan penilaian sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, mengembangkan dan melaksanakan penilaian sesuai dengan ruang lingkup penilaian, teknik, dan instrumen sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

b) Prinsip khusus dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berisikan 15 prinsip Penilaian Autentik sebagai berikut: (1) Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum; (2) Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran;

(3) Berkaitan dengan kemampuan peserta didik; (4) Berbasis kinerja peserta didik; (5) Memotivasi belajar peserta didik; (6) Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik; (7) Memberikan kebebasan pada peserta didik untuk mengkonstruksi responnya; (8) Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (9) Mengembangkan kemampuan untuk berpikir divergen; (10) Menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pembelajaran; (11) Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus; (12) Menekankan konteks yang mencerminkan pada dunia nyata; (13) Terkait pada dunia kerja; (14) Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata; dan (15) Menggunakan berbagai cara dan instrumen.

f. Analisis Instrumen Evaluasi

Analisis adalah aktivitas yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti, mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu dan kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya.

(46)

Analisis dapat juga diartikan sebagai usaha dalam mengamati sesuatu secara mendetail dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut. Ada juga yang menganggap arti analisis sebagai kemampuan dalam memecahkan atau menguraikan suatu informasi atau materi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil sehingga lebih mudah dimengerti dan mudah dijelaskan.

Sedangkan instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Maka, analisis instrumen evaluasi adalah serangkaian kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur dan menilai.

Macam analisis data dapat dibedakan berdasarkan metode atau caranya. Berikut ini adalah jenis analisis data secara umum:

1) Analisis Data Secara Deskriptif

Pengertian analisis data secara deskriptif adalah teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data dengan membuat gambaran data-data yang terkumpul tanpa membuat generalisasi dari hasil penelitian tersebut.

2) Analisis Data Secara Inferensial

Pengertian analisis data secara inferensial adalah teknik analisis data dengan menggunakan statistik dengan cara membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Analisis inferensial menggunakan rumus statistik tertentu. Hasil perhitungan rumus tersebut akan menjadi dasar dalam generalisasi yang sampel

(47)

bagi populasi. Dengan kata lain, analisis inferensial ini berfungsi membuat generalisasi hasil suatu penelitian sampel untuk populasi. Dalam melakukan analisis data, harus berdasarkan prosedur dan langkah-langkah tertentu. Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah dalam analisis data:

a) Pengumpulan Data, tahap awal dari aktivitas analisis data adalah pengumpulan data yang akan dianalisis.

b) Tahap Editing, yaitu proses pemeriksaan kejelasan dan kelengkapan terkait pengisian instrumen pengumpulan data.

c) Tahap Koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi terhadap semua pernyataan yang ada pada instrumen pengumpulan data berdasarkan variabel yang sedang diteliti.

d) Tahap Pengujian, yaitu proses pengujian kualitas data, baik dari sisi validitas dan reliabilitas instrumen dari pengumpulan data.

e) Tahap Mendeskripsikan Data, yaitu proses membuat deskripsi data dengan menyajikannya dalam bentuk tabel frekuensi atau diagram dengan beragam ukuran tendensi sentral maupun ukuran dispersi. Tujuannya adalah agar memahami karakteristik data sampel dari suatu penelitian.

f) Tahap Pengujian Hipotesis, yaitu proses pengujian terhadap proposisi apakah bisa diterima atau ditolak, apakah memiliki makna atau tidak. Berdasarkan tahap inilah nantinya akan dibuat kesimpulan atau keputusan.

(48)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang membantu penulis dalam mengembangkan penelitian ini ditulis oleh Anastyo Nugroho mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (2012) dengan judul PERSEPSI GURU PENJAS TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SD Se- KECAMATAN BERBAH. Penulis menemukan bahwa persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani yaitu sedang dengan jumlah 52%.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah evaluasi pembelajaran. Yang membedakan penelitian ini dan penelitian yang akan diteliti adalah mata pelajaran penelitian ini adalah Pendidikan Jasmani sedangkan yang akan diteliti adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

Penelitian lain yang relevan dalam membantu penulis dalam membantu mengembangkan penelitian ini ditulis oleh Agus Suryana berjudul ANALISIS INSTRUMEN SKRIPSI MAHASISWA STAI AL-HIDAYAH BOGOR TAHUN 2005-2010. Persamaan penelitian yang akan diteliti dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang Analisis Instrumen, sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini meneliti tentang instrumen skripsi mahasiswa dan penelitian yang akan diteliti mengenai analisis instrumen evaluasi PAK di SMP.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari sampel dipaparkan dan dianalisis sesuai dengan metode penelitian yang digunakan dengan maksud mengetahui kualitas instrumen evaluasi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada beberapa SMP di Kota Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex post facto. Penelitian berdasarkan peristiwa yang sudah terjadi dan hanya memaparkan hasilnya. Dalam hal ini penulis tidak melakukan pengaturan-pengaturan terhadap subjek atau objek penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Penelitian ini mengambil objek atau unit analisis instrumen evaluasi di beberapa Sekolah Menengah Pertama di Kota Yogyakarta.

Waktu : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2019.

Penulis menggunakan waktu yang disesuaikan dengan waktu

(50)

yang diberikan oleh pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini populasi sekolah meliputi 22 Sekolah Menengah Pertama yang ada di Kota Yogyakarta. Unit yang dianalisis dalam evaluasi pembelajaran ada 3, Ulangan Harian (UH), Penilaian Tengah Semester (PTS), dan Penilaian Akhir Semester (PAS).

Teknik sampling yang akan digunakan adalah Simple Random Sampling dan Insidental Sampling. Simple Random Sampling karena populasi diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2015: 120). Sedangkan, Insidental Sampling karena populasi yang diambil adalah populasi yang kebetulan ada atau tersedia (Sugiyono, 2015: 124).

Dengan teknik sampling tersebut, penulis memilih secara acak sekolah yang akan diambil datanya, yaitu SMP Pangudi Luhur 1, SMP Stella Duce 2, SMP Kanisius Gayam, SMP Joannes Bosco, SMP Negeri 12 Yogyakarta, SMP Negeri 14 Yogyakarta, SMP Negeri 8 Yogyakarta, dan SMP Negeri 5 Yogyakarta. Dari seluruh sekolah, penulis mengambil instrumen pembelajaran secara insidental, sehingga yang didapatkan seperangkat soal dan jawaban siswa pada Ulangan Harian dan Penilaian Akhir Semester.

(51)

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Identifikasi Variabel

Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul Analisis Instrumen Evaluasi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada beberapa SMP di Kota Yogyakarta. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel atau variabel tunggal. Variabel tunggal dalam penelitian ini yaitu instrumen evaluasi Pendidikan Agama Katolik.

2. Definisi Konseptual

Berdasarkan kajian pustaka pada bab II, instrumen evaluasi pembelajaran adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, digunakan untuk mengukur dan menilai hasil belajar siswa.

3. Definisi Operasional

Definisi operasional instrumen evaluasi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah alat untuk mengukur hasil belajar siswa pada beberapa SMP di kota Yogyakarta meliputi Ulangan Harian (UH), dan Penilaian Akhir Semeseter (PAS).

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan cara studi dokumen. Dokumen instrumen evaluasi PAK dan BP yang berupa UH dan PAS.

(52)

5. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menganalisis instrumen evaluasi PAK dan BP.

Maka, penulis tidak membuat instrumen, data diperoleh dengan mendatangi sekolah dan memintanya secara langsung.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini memanfaatkan Microsoft Excel dengan tujuan untuk memperoleh hasil dari persyaratan instrumen evaluasi PAK dan BP. Analisis persyaratan instrumen evaluasi pembelajaran yang digunakan adalah:

1. Analisis Konstruk

Mencakup Pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Aplikasi (C3), Analisis (C4), Evaluasi (C5), dan Kreasi (C6), sekurang-kurangnya 75% proporsi kognitif rendah (C1-C3) dan 25% tinggi (C4-C6).

2. Analisis Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran ialah proporsi atau perbandingan antara jumlah siswa yang menjawab benar dengan jumlah keseluruhan siswa, dengan rumus:

P = 𝐵

𝐽𝑆

Keterangan:

P : proporsi

B : jumlah siswa yang menjawab benar JS : jumlah seluruh siswa

(53)

Tabel 1. Kriteria indeks kesukaran

No Proporsi Kriteria

1 0,00 hingga 0,30 Sukar

2 0,4 hingga 0,7 Sedang

3 0,8 hingga 1,00 Mudah

Proporsi soal yang baik adalah soal yang memiliki bobot 20% mudah, 60%

sedang, dan 20% sukar.

3. Analisis Daya Beda

Daya beda adalah tingkat kemampuan soal dalam membedakan antara siswa menguasai kompetensi dan kurang menguasai kompetensi, dengan rumus:

D = 𝐵𝑎

𝐽𝑆𝑎𝐵𝑏

𝐽𝑆𝑏

Keterangan:

D : indeks diskriminasi

Ba : jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas JSa : jumlah seluruh siswa kelompok atas

Bb : jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah JSb : jumlah seluruh siswa kelompok bawah

Tabel 2. Kriteria daya beda

No Indeks Kualifikasi

1 0,00-0,20 Jelek

2 0,30-0,40 Cukup

3 0,50-0,70 Baik

4 0,80-1,00 Baik Sekali

5 Negatif Jelek

Seperangkat soal dianggap baik dalam hal daya beda jika sekurang-kurangnya 70% butir soal memiliki indeks daya beda sekurang-kurangnya kualifikasi baik.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun penyelenggaraan penuntutan atas perkara pidana pemilu pada dasarnya menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana / KUHAP (lex generalis) namun dalam UU

Perlu diketahui bahwa pada waktu kelahirannya, pertumbuhan berbagai organ belum sepenuhnya lengkap. Perkembangan dari organ- organ ini sangat ditentukan oleh rangsang yang

Skripsi ini dibawah bimbingan : Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai Perilaku Komunikasi Komunitas Skinhead Warriors Jakarta

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Pendidikan.. Universitas

Berdasarkan hasil penelitian, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015 berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) paling ramai pasien yang didiagnosa dalam

Peneliti melakukan studi kepustakaan dengan membaca buku yang berkaitan dengan tujuan penelitian, seperti buku-buku atau jurnal yang berhubungan dengan dakwah,

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada D Huruf kecil ke samping (dalam satu baris) menunjukkan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian mengenai perilaku pencarian pengobatan para tenaga kerja wanita Indonesia yang bekerja sebagai