• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI EKSTRAK DAUN SURIAN (Toona sureni Merr.) TERHADAP Streptococcus mutans dan Candida albicans SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI EKSTRAK DAUN SURIAN (Toona sureni Merr.) TERHADAP Streptococcus mutans dan Candida albicans SKRIPSI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI EKSTRAK DAUN SURIAN (Toona sureni Merr.) TERHADAP Streptococcus mutans dan

Candida albicans

SKRIPSI

DEWI OLIVIA 110805029

PROGRAM STUDI BIOLOGI S-1

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI EKSTRAK DAUN SURIAN (Toona sureni Merr.) TERHADAP Streptococcus mutans dan

Candida albicans

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

DEWI OLIVIA 110805029

PROGRAM STUDI BIOLOGI S-1

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI EKSTRAK DAUN SURIAN (Toona sureni Merr.) TERHADAP Streptococcus mutans dan

Candida albicans

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2018

DEWI OLIVIA 110805029

(4)
(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Aktivitas Antimikroba dari Ekstrak Daun Surian (Toona sureni Merr.) terhadap Streptococcus mutans dan Candida albicans.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. It Jamilah, M.Sc selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc selaku dosen penguji 1, Ibu Dr. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc selaku dosen penguji 2 dan Bapak Dr. Kiki Nurtjahja, M.Sc selaku dosen penguji 3 atas segala masukan dan arahan yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Saleha Hannum M.Si selaku ketua Departemen Biologi FMIPA USU sekaligus penasehat akademik, dan Bapak Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si selaku sekretaris Departemen Biologi. Terima kasih juga kepada seluruh staf Pegawai Departemen Biologi FMIPA USU.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada orangtua tercinta Ayahanda Hotlan Pangaribuan dan Ibunda Nelfi Yusnita Munthe atas segala doa, dukungan, semangat, nasehat, materi, serta kasih sayang untuk penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada adik Lio Naomi yang telah menyemangati, menemani, dan membantu selama penelitian. Terima kasih penulis juga ucapkan kepada sahabat yaitu Sri Sepriani dan Novriani Sijabat yang telah memberikan semangat dan motivasi selama penyusunan skripsi, serta sepupu terbaik yang telah membantu dalam penulisan skripsi yaitu Harisson Panjaitan. Terima kasih kepada Aditya Bungsu, Irfan, Randy Aritonang, dan Johannes yang telah memberi arahan dan bimbingan selama penelitian berlangsung. Terima kasih juga kepada Sisil, Ayu Salma, Deyendi Manalu, Muhammad Rizky, Kak Ike Tressiani, dan Bang Philip Galung yang selalu mendoakan dan menyemangati. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

(6)

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2018

Dewi Olivia

(7)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI EKSTRAK DAUN SURIAN (Toona sureni Merr.) TERHADAP Streptococcus mutans dan

Candida albicans

ABSTRAK

Toona sureni Merr. (surian) merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat diare dan disentri. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kemampuan ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana daun surian dalam menghambat Streptococcus mutans dan Candida albicans. Simplisia daun surian dimaserasi dengan pelarut metanol dan difraksinasi menggunakan pelarut etil asetat dan n-heksana. Masing – masing ekstrak diuji aktivitas antimikrobanya terhadap kedua mikroba uji dengan metode difusi agar menggunakan kertas cakram. Hasil uji aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak metanol tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap kedua mikroba uji. Fraksi etil asetat memiliki efektivitas terbesar sebagai antibakteri pada konsentrasi 90 mg/mL terhadap S. mutans dengan diameter hambat yaitu sebesar 16,79 mm, sedangkan pada C. albicans tidak menunjukkan adanya aktivitas penghambatan. Hasil uji fraksi n-heksana menunjukan adanya aktivitas antimikroba terhadap S. mutans dan C. albicans pada konsentrasi 70 mg/mL dan 90 mg/ mL dengan diameter hambat masing-masing sebesar 7,3 mm dan 11,6 mm. Konsentrasi hambat minimum ekstrak etil asetat terhadap S. mutans yaitu pada konsentrasi 0,4 mg/mL, sedangkan untuk ekstrak n-heksana terhadap S. mutans pada konsentrasi 0,5 mg/mL dan C. albicans pada konsentrasi 1 mg/mL. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat merupakan ekstrak yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S. mutans dan hanya ekstrak n- heksanayang dapat menghambat pertumbuhan C. albicans.

Kata Kunci: Toona sureni Merr., antimikroba, daun surian

(8)

ANTIMICROBIAL ACTIVITY EXTRACT OF SURIAN LEAVES (Toona sureni Merr.) FOR Streptococcus mutans AND Candida

albicans

ABSTRACT

Toona sureni Merr. (surian) is a medicinal plant for diarrhea and dysentery. The purpose of this study was to determine the ability of methanol, ethyl acetate, and surian leaves n-hexane to inhibit Streptococcus mutans and Candida albicans. Surian leaf simplicia was macerated with methanol and then fractionated using ethyl acetate and n-hexane. It’s antimicrobial activity was tested for S. mutans and C. albicans using diffusion agar method using disc paper. Antimicrobial activity test results showed that methanol extract did not have antimicrobial activity against two tested microbes. Ethyl acetate fraction had the greatest effectiveness as an antibacterial agent at concentration 90 mg / mL against S. mutans with an inhibitory diameter of 16.79 mm, whereas in C. albicans there is no inhibitory activity. The results of the n-hexane fraction test showed the presence of antimicrobial activity against S. mutans and C. albicans at concentration of 70 mg / mL and 90 mg / mL with inhibitory diameters 7.3 mm and 11.6 mm. The minimum inhibitory concentration of ethyl acetate extract on S. mutans is at a concentration of 0.4 mg / mL, n-hexane extracts against S. mutans at a concentration of 0.5 mg / mL and C.

albicans at a concentration of 1 mg / mL. It can be concluded that ethyl acetate extract is the most effective extract to inhibiting the growth of S. mutans and only extracts of n-hexane which can inhibit the growth of C. albicans.

Keywords: Toona sureni Merr., antimicrobial, surian leaves

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN SKRIPSI i

ABSTRAK ii

ABSTRACT DAFTAR ISI

iii iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN

vii viii BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Hipotesis 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Surian (Toona sureni Merr.) 4

2.2 Senyawa-Senyawa Metabolit Sekunder Surian sebagai Antimikroba

6 2.3 Mikroba Patogen Mulut Manusia

2.3.1 Streptococcus mutans 2.3.2 Candida albicans

7 8 8

2.4 Ekstraksi Senyawa Metabolit Tanaman 9

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat 10

3.2 Pembuatan Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan N-heksana Daun Surian

10

3.3 Persiapan Mikroba Uji 10

3.4 Uji Ekstrak Daun Surian terhadap Mikroba Indikator 3.5 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak

Daun Surian

11 11

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Daya Antimikroba Ekstrak Daun Surian 12

4.2 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Etil Asetat dan N-heksana

17

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 18

5.2 Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 22

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

4.1 Daya Antimikroba Ekstrak Daun Surian 12

4.2 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Etil Asetat dan N-heksana

17

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

4.1

Zona Hambat Ekstrak Etil Asetat dengan konsentrasi 90, 70, 50 dan 30 mg/mL terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans

13 4.2 Zona Hambat Ekstrak n-heksana terhadap mikroba

Candida albicans dan Streptococcus mutans

14

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran Judul Halaman

1. Pembuatan Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan n-

Heksana Daun Surian 23

2. Zona Hambat (mm) Ekstrak Metanol Terhadap

Pertumbuhan Mikroba Uji 24

3. Zona Hambat (mm) Ekstrak Etil Asetat Terhadap

Pertumbuhan Mikroba Uji 24

4. Zona Hambat (mm) Ekstrak N-heksana Terhadap

Pertumbuhan Mikroba Uji 25

5. Foto Hasil Penelitian 25

(13)

DAFTAR SINGKATAN

DMSO = Dimethylsulfoxide MHA = Muller Hinton Agar

KHM = Konsentrasi Hambat Minimum

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik mula-mula ditemukan pada tahun 1980-an dengan ditemukannya kasus resistensi pada strain bakteri Streptococcus pneumonia, Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus, dan Enterococcus faecalis (Pratiwi, 2008). Resistensi bakteri patogen merupakan merupakan mekanisme alamiah untuk bakteri dapat bertahan hidup namun hal tersebut menimbulkan kerugian. Pada saat seseorang terkena infeksi suatu bakteri patogen kemudian diobati dengan antibiotik, bakteri yang sensitif terhadap antibiotik akan mati atau terhambat pertumbuhannya, sedangkan bakteri yang resisten tidak akan terganggu (Fischbach and Walsh, 2009). Untuk mengatasi masalah resistensi terhadap antibiotik maka perlu dilakukan eksplorasi senyawa antimikroba dengan memanfaatkan senyawa bioaktif dari tanaman.

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai antimikroba yaitu Toona spp. Secara umum, khasiat Toona spp. diantaranya sebagai obat diare, disentri, demam, pembengkakan limpa, dan pembengkakan ginjal. Kandungan kimia Toona berbeda satu spesies dengan spesies lainnya. Kandungan kimia Toona spp. secara umum ialah flavonoid, tanin, kumarin, fitosterol, fenol, alkaloid, triterpenoid, steroid, minyak atsiri, dan antrakuinon (Bhandari et al., 2011).

Salah satu spesies Toona yang ada di Indonesia adalah Toona sureni yang dikenal dengan nama surian. Penelitian terhadap Toona sureni juga menyebutkan daun tanaman ini mengandung berbagai macam senyawa metabolit sekunder seperti tetranotriterpenoid (surenon, surenin, surenolakton) (Gunaeni et al ., 2008), alkaloid, flavonoid, polifenol (Juniarti dan Yuhernita, 2011), dan karotenoid yang terdiri dari β-karoten (Ekaprada et al., 2012) sedangkan pada kulit batang surian mengandung alkaloid, flavonoid, triterpenoid, steroid, dan kumarin (Rahmi, 2009). Menurut penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak daun surian memiliki aktivitas antioksidan yang disebabkan oleh kandungan metabolit sekunder golongan flavonoid dan metil galat (Juniarti dan Yuhermita, 2011; Antira et al ., 2013), antikanker (Achmadi et al ., 2012), antibiotik (Yuni, 2011) dan antimikroba terhadap

(15)

Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode difusi cakram. Oleh kerena itu, ekstrak daun Toona sureni Merr. diharapkan mampu menghambat pertumbuhan mikroba patogen terutama Streptococcus mutans dan Candida albicans.

Di Indonesia tingkat kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut masih belum cukup baik. Kesehatan gigi dan mulut tidak hanya sebatas memiliki gigi yang utuh saja melainkan bebas dari seluruh penyakit mulut (Savitri, 2014). Di sekitar kita terdapat berbagai macam bakteri patogen termasuk bakteri patogen pada rongga mulut contohnya S. mutans dan C. albicans.

Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri yang terdapat pada rongga mulut manusia dan menjadi penyebab karies gigi. Molekul glukan yang tidak larut dalam air disintesis oleh S. mutans diduga membantu pembentukan plak pada gigi. Sifat S. mutans yang diduga memainkan peranan penting dalam memulai karies gigi adalah sifat asidogenik dan asidurik dari organisme (Phair et al ., 2013). Selain bakteri, jamur juga dapat bersifat patogen terhadap manusia. Salah satu jamur yang menyerang dan menginfeksi manusia adalah C. albicans.

Candida albicans merupakan fungi oportunistik penyebab sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginistis, candida pada urin, gastrointestinal candidiasis atau bahkan dapat menjadi komplikasi kanker (Atikah, 2013). C. albicans juga merupakan salah satu mikroorganisme yang terdapat pada mukosa mulut dapat menyebabkan stomatitis apthosa atau sariawan. Kandidiasis dapat dicegah pertumbuhannya dengan menggunakan antiseptik atau antifungi, untuk menghindari dan mencegah dari penyakit mukosa mulut seperti sariawan (Apriliana et al., 2017). Sejauh ini, penelitian tentang aktivitas antimikroba ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana daun surian belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menguji aktivitas ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana daun surian terhadap bakteri patogen rongga mulut manusia.

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Banyaknya kasus resistensi mikroba terhadap antibiotik membuat perlu dilakukannya penelitian yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen dengan menggunakan bahan alami. Penelitian mengenai aktivitas antimikroba dari ekstrak daun surian masih sedikit diketahui sehingga perlu dilakukan pengujian terhadap mikroba patogen pada manusia terutama rongga mulut diantaranya S.

mutans dan C. albicans.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

a. untuk mengetahui kemampuan ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana daun surian (Toona sureni Merr.) dalam menghambat pertumbuhan mikroba patogen pada rongga mulut manusia yaitu S. mutans dan C. albicans.

b. untuk menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana daun surian dalam menghambat pertumbuhan S. mutans dan C. albicans.

1.4 Hipotesis

Ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana daun surian memiliki aktivitas antimikroba terhadap S. mutans dan C. albicans.

1.5 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini ialah memberikan informasi mengenai pemanfaatan daun surian yaitu ekstraknya sebagai antimikroba sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif dalam pengendalian mikroba patogen mulut secara biologis.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Surian (Toona sureni Merr.)

Letak geografis di bagian khatulistiwa menjadikan Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan.

Diantaranya tumbuh-tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan juga berkhasiat sebagai obat-obatan, bumbu masak dan lain-lain. Salah satunya adalah Toona sureni atau lebih dikenal dengan surian merupakan tumbuhan asli Indonesia yang secara tradisional dimanfaatkan sebagai anti serangga karena baunya yang khas dan juga ditambahkan ke dalam masakan untuk menambah aroma, kulit dan akarnya dapat digunakan sebagai obat diare, disentri, obat demam, dan pembengkakan pada ginjal (Rahmi, 2009).

Toona sureni adalah spesies Toona yang terdapat di Nepal, India, Bhutan, Myanmar, Cina Selatan, Thailand, Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia Toona sureni atau surian menyebar di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Surian dapat dijumpai di hutan primer maupun sekunder, hutan pedesaan, sepanjang sungai, daerah bukit dan lereng-lereng pada ketinggian 1.200–2.700 mdpl. Surian (Toona sureni) termasuk dalam famili Meliaceae merupakan salah satu tanaman yang mempunyai nilai kayu tinggi (Djaman, 2002).

Surian atau ingul merupakan nama lokal dari satu spesies tanaman dari Toona sureni Bl. Merr dan diyakini memiliki nama lokal yang beranekaragam di Indonesia.

Surian merupakan salah satu genus Toona yang telah banyak diteliti kandungan senyawa bioaktifnya. Kandungan senyawa bioaktif terdiri atas steroid, kumarin (Rahmi, 2009), terpenoid (surenon, surenin, dan surenolakton), alkaloid, flavonoid, polifenol (Juhernita dan Yuniarti, 2011; Gunaeni et al ., 2008), dan metil galat (Ekaprada et al., 2012). Bagian tanaman yang digunakan untuk isolasi senyawa aktif berasal dari daun dan kulit kayu (Gambar 2.1).

(18)

Gambar 2.1 Pohon Surian

Surian termasuk pohon yang sering ditanam di perkebunan teh sebagai pemecah angin. Jenis ini cocok sebagai naungan dan pohon di sepanjang tepi jalan.

Kayunya bernilai tinggi dan mudah digergaji serta memiliki sifat kayu yang baik.

Kayu surian sering digunakan untuk lemari, mebel, interior ruangan, panel dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas, dan konstruksi.

Beberapa bagian pohon, terutama kulit dan akar sering digunakan untuk ramuan obat, yaitu diare. Kulit dan buah surian dapat digunakan untuk minyak atsiri (Djaman, 2002).

Berdasarkan studi literatur secara tradisional, daun surian digunakan sebagai obat diare, disentri, demam, pembengkakan limpa, astringen, tonikum, pembengkakan ginjal, penyedap makanan, insektisida (Noviana, 2011), antioksidan (Antira et al ., 2013), antikanker (Achmadi et al ., 2012). Menurut Noviana (2011), daun surian memiliki kandungan surenin, surenon, surenolakton yang berperan sebagai repellent, insektisida, dan anti-feedant (Gambar 2.2).

(19)

Gambar 2.2 Daun Surian

2.2 Senyawa Metabolit Sekunder Surian sebagai Antimikroba

Saat ini telah banyak dilakukan penelitian yang mengkaji tentang senyawa kimia tumbuhan yang mempunyai potensi sebagai antimikroba. Hasil uji fitokimia ekstrak metanol daun surian menunjukkan bahwa adanya senyawa flavonoid, terpenoid, tanin dan saponin. Senyawa-senyawa tersebut memiliki daya antimikroba. Tanin merupakan senyawa kimia kompleks yang terdiri dari beberapa senyawa polifenol.

Tanin tersebar luas pada seluruh bagian tumbuhan, terutama pada daun, buah yang belum matang dan kulit kayu. Tanin merupakan senyawa yang dapat digunakan sebagai antibakteri karena mempunyai gugus fenol sehingga tanin mempunyai sifat- sifat seperti alkohol yaitu bersifat antiseptik (Bialangi et al ., 2011). Tanin juga berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mendaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan sehingga permeabilitas bakteri meningkat serta menurunkan konsentrasi ion kalsium, menghambat produksi enzim, dan menganggu proses reaksi enzimatis (Sudirman, 2014). Contoh senyawa tanin yang mempunyai aktivitas antibakteri antara lain katekin dan epigalotekin galat (Septiana, 2011).

Flavonoid termasuk senyawa polar yang umumnya mudah larut pada pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, dan aseton. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol, senyawa fenol memiliki sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur. Flavonoid menjadi salah satu senyawa kimia dapat berfungsi sebagai antimikroba karena dapat mendenaturasi protein sel bakteri

(20)

dan merusak membran sitoplasma. Dinding sel yang rusak akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sel bakteri, dan pada akhirnya bakteri akan mati. Secara umum adanya kerja suatu bahan kimia sebagai zat antimikroba dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kerusakan hingga terhambatnya pertumbuhan sel bakteri tersebut (Bialangi, 2011).

Triterpenoid banyak ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi sebagai minyak atsiri yang memberi bau harum dan bau khas pada tumbuhan. Triterpenoid merupakan golongan terpenoid yang berpotensi sebagai antimikroba. Selain itu senyawa ini banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakit gangguan kulit.

Triterpenoid memiliki sifat antijamur, insektisida, antibakteri, dan antivirus (Robinson, 1995).

Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah.

Dalam larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Saponin juga bekerja sebagai antimikroba (Robinson, 1995).

2.3 Mikroba Patogen Mulut Manusia

Infeksi rongga mulut yang paling sering adalah karies gigi dan penyakit periodontal yang meliputi hampir seluruh populasi penduduk. Karies merupakan serangan mikroba yang terjadi langsung pada gigi, sedangkan penyakit periodontal melibatkan jaringan pengikat gigi. Penyakit ini luar biasa dalam beberapa hal.

Pertama, bersifat kronis, infeksi berjalan lama dan sangat lambat, sering melebihi satu tahun. Kedua, walaupun akhir-akhir ini ditemukan peran S. mutans dalam mengawali karies gigi, tetapi kedua penyakit itu akibat dari infeksi campuran dari berbagai macam mikroorganisme yang ikut berperan. Ketiga, penyakit ini bukan merupakan akibat infeksi oleh organisme asing pada rongga mulut, agen yang terlibat pada umumnya ditemukan dalam mulut semua manusia (Phair et al ., 2013).

S. mutans dan C. albicans merupakan beberapa mikroba patogen pada rongga mulut manusia.

(21)

Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras yang mengalami demineralisasi oleh aktivitas metabolisme mikroorganisme. Ada empat faktor utama yang memegang peranan penting sebagai penyebab karies yaitu faktor host (inang), agen (mikroorganisme), substrat, dan waktu (Waty, 2017).

Andries dkk (2014) mengemukakan bahwa ekstrak bunga cengkeh terhadap S. mutans memiliki daya hambat sebesar 11,64 mm2. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak cengkeh memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri S.

mutans. Ekstrak cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri dan eugenol yang mampu menekan pertumbuhan bakteri S. mutans dengan mengganggu permeabilitas membran sel, menghambat sintesis dinding sel, serta menghambat fungsi membran sitoplasma.

2.3.1 Streptococcus mutans

Streptokokus adalah bakteri Gram positif tersusun berpasangan atau seperti rantai yang semuanya bersifat katalase negatif dan anaerob fakultatif (Hawley, 2001).Streptokokus tumbuh dengan baik pada medium yang diperkaya (enriched medium) yaitu medium yang mengandung darah, serum, atau transudat. Streptokokus membutuhkan pH 7,4-7,6 dengan suhu optimal 370C (Bela et al ., 1994).

Streptococcus mutans merupakan bakteri yang bersifat asidogenik yaitu dapat menghasilkan asam, asidodurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket dan disebut dekstran. Polisakarida yang dihasilkan menyebabkan bakteri lain menuju ke email gigi, pertumbuhan bakteri asidodurik yang lainnya, dan asam yang melarutkan email gigi (Waty, 2017).

Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme. Salah satu penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan S. mutans dan spesies Streptococcus lainnya pada permukaan gigi (Pratiwi, 2008).

2.3.2 Candida albicans

Candida spp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia. Tetapi populasi yang meningkat dapat menimbulkan masalah. Beberapa spesies Candida

(22)

yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik manusia maupun hewan adalah C.

albicans. Candida albicans merupakan fungi oportunistik penyebab sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginistis, candida pada urin, gastrointestinal candidiasis yang dapat menyebabkan gastric ulcer atau bahkan dapat menjadi komplikasi kanker (Atikah, 2013).

Candida albicans menginfeksi berbagai bagian tubuh, meliputi mulut, vagina, kulit, dan paru-paru. Organisme ini biasanya tampil sebagai sel seperti khamir lonjong. Akan tetapi, mungkin juga terlihat pada daerah yang terinfeksi hifa berbentuk benang dan pseudohifa (yang terdiri atas atas sel-sel khamir memanjang yang tetap menempel satu sama lain). Khamir ini mudah ditumbuhkan pada suhu 250 C sampai 370 C pada agar glukosa Sabouraud. Kandidiasis mulut (juga disebut sariawan bayi) paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Sariawan pada anak- anak atau orang dewasa mungkin terjadi akibat gangguan endokrin atau karena kebersihan mulut yang buruk (Volk and Wheeler, 1989).

Kandidiasis oral merupakan infeksi yang terjadi pada penderita AIDS. Infeksi ditandai oleh adanya plak atau tambalan putih pada mukosa mulut, lidah, palatum, dan permukaan membran mukosa lain (Phair et al ., 2013).

2.4 Ekstraksi Senyawa Metabolit Tanaman

Ekstraksi merupakan salah satu pemisahan kimia berdasarkan atas kelarutan komponen dengan pelarut yang digunakan. Proses ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan bagian-bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen- komponen aktif. Teknik ekstraksi berbeda untuk masing-masing bahan. Hal ini dipengaruhi oleh tekstur kandungan bahan dan jenis senyawa yang ingin didapat.

Secara umum teknik ekstraksi menggunakan pelarut organik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu maserasi, digestion, dan perkolasi. Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan penghancuran sampel menggunakan pelarut, perendaman beberapa hari dan dilakukan pengadukan, kemudian dilakukan penyaringan atau pengepresan sehingga diperoleh cairan. Digestion adalah ekstraksi yang dilakukan dengan bantuan pemanasan sekitar 60°C dan lamanya ekstraksi dapat berlangsung selama 24 jam.

(23)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017 sampai dengan Mei 2018 di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam FMIPA dan Laboratorium Mikrobiologi FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2 Pembuatan Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan n-Heksana Daun Surian Daun surian yang berasal dari Desa Suka Makmur, Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang diambil sebanyak 2 kg dicuci sampai bersih dengan air mengalir lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan terlindung dari sinar matahari langsung, kemudian dirajang, diblender sehingga diperoleh serbuk kering daun surian. Serbuk daun surian dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudian dimaserasi menggunakan pelarut metanol sebanyak 4 L dan didiamkan selama ±24 jam.Larutan metanol dipekatkan dengan rotari evaporator, ditambahkan pelarut etil asetat kemudian disaring. Larutan yang tidak larut dalam etil asetat merupakan ekstrak padat metanol. Larutan etil asetat diuapkan dengan penangas air, ditambah pelarut metanol, dipartisi dengan n-heksana kemudian diuapkan dengan penangas air sehingga didapatkan ekstrak padat etil asetat. Larutan n-heksana diuapkan dengan penangas air kemudian didapatkan ekstrak padat n-heksana (Antira et al ., 2013).

3.3 Persiapan Mikroba Uji

Isolat C. albicans dan S. mutans dari koleksi Laboratorium Mikrobiologi Farmasi USU ditumbuhkan kedalam media peremajaan Potato Dextrose Agar dan S.

mutans pada media Nutrient Agar pada suhu kamar selama 24 jam. Bakteri S. mutans dan C. albicans dari koleksi Laboratorium dari stok kultur diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasikan dalam tabung yang berisi 10 ml akuades sampai didapat kekeruhan yang sama dengan standar Mc. Farland dan diperoleh konsentrasi

(24)

suspensi bakteri 108 (CFU/ml). Hal yang sama dilakukan pada khamir C. albicans (Siregar, 2009).

3.4 Uji Ekstrak Daun Surian terhadap Streptococcus mutans dan Candida albicans

Pengujian daya hambat isolatmikroba patogen menggunakan metode difusi cakram kertas. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 30 mg/mL, 50 mg/mL, 70 mg/mL dan 90 mg/mL yang dilarutkan dengan Dimethylsulfoxide (DMSO). Sebagai kontrol negatif (-) digunakan pelarut DMSO, kontrol positif (+) untuk khamir digunakan cakram kertas nystatin, sedangkan untuk bakteri digunakan cakram kertas mengandung kloramfenikol. Sebanyak 10 µL ekstrak diteteskan pada kertas cakram dan dibiarkan mengering selama ± 15 menit. Mikroba indikator disebar pada media Muller Hinton Agar (MHA) dengan merendam Cotton bud steril pada suspensi tiap mikroba. Cotton bud yang telah dibasahi dengan suspensi mikroba, diusap pada permukaan media MHA secara penuh dan dibiarkan mengering selama ±10 menit.

Kertas cakram yang telah berisi ekstrak lalu diletakkan diatas permukaan media dengan jarak yang telah ditentukan dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C.

Pengujian dilakukan dengan 3 ulangan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur zona hambat yang terbentuk di sekitar cakram kertas.

3.5 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Daun Surian Ekstrak kental potensial dalam penelitian yaitu etil asetat dan n-heksana dibuat variasinya dengan menggunakan pelarut DMSO. Penentuan KHM dilakukan dengan metode difusi cakram yaitu dengan mengamati zona hambat yang masih tampak dari tiap variasi konsentrasi ekstrak terkecil. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.

(25)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Daya Antimikroba Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan N-heksana Daun Surian Dari uji antimikroba ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana daun surian didapatkan perbedaan kemampuan antimikrob terhadap S. mutans dan C. albicans.

Pengujian menggunakan metode difusi cakram menghasilkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Daya antimikroba ekstrak daun surian terhadap pertumbuhan S. mutans dan C. albicans

Fraksi Konsentrasi (mg/mL)

Rerata Diameter Zona Hambat (mm) ± SD S. mutans C. albicans

Metanol 90 - - - -

70 - - - -

50 - - - -

30 - - - -

Etil Asetat 90 16,79 0,25 - -

70 15,08 0,28 - -

50 14,95 0,64 - -

30 14,58 0,92 - -

N-heksana 90 6,75 0,43 11,66 1,18

70 7,33 0,87 8,66 2,40

50 6,50 0 8,41 0,52

30 6,50 0 7,83 0,52

Kontrol Positifa) 34,50 11,25

Kontrol Negatif (DMSO)

- -

Ket: a)Kontrol Positif Bakteri : Kloramfenikol 30 µg Kontrol Positif Khamir (Jamur) : Ketoconazole 1 mg/mL

Tabel 4.1 menunjukkan tidak adanya aktivitas antimikroba ekstrak metanol terhadap S. mutans dan C. albicans. . Hal ini dapat diduga karena kurang efektifnya senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak metanol dalam menghambat pertumbuhan S. mutans dan C. albicans. Ekstrak metanol daun surian tidak dapat menghambat pertumbuhan C. albicans dikarenakan senyawa yang terkandung di dalam ekstrak metanol tidak dapat menghambat sintesis ergosterol

(26)

pada membran sel C. albicans. Ergosterol merupakan komponen membran plasma dan berperan dalam pembentukan kitin yang merupakan komponen polisakarida dinding sel dan mempunyai peran penting dalam pertunasan C. albicans (Kurniawan, 2015). Menurut Sera (2016), senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak metanol daun surian adalah flavonoid, terpenoid, tanin, dan saponin. Meskipun mengandung senyawa metabolit tetapi ekstrak metanol daun surian tidak memiliki aktivitas antimikroba terhadap S. mutans dan C. albicans. Hal ini diduga karena jumlah dari kandungan senyawa metabolit sekunder tidak cukup kuat dalam menghambat pertumbuhan mikroba uji. Skrining fitokimia yang dilakukan pada penelitian sebelumnya hanya membuktikan adanya suatu senyawa metabolit secara kualitatif bukan kuantitatif.

Fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap S. mutans dan menghasilkan aktivitas penghambatan tertinggi pada konsentrasi 90 mg/mL yaitu sebesar 16,79 mm namun tidak memiliki aktivitas penghambatan terhadap C.

albicans. Fraksi etil asetat memiliki efektivitas terbesar dibandingkan dengan fraksi metanol dan n-heksana. Dewi (2016) meneliti pelarut etil asetat merupakan pelarut yang menghasilkan aktivitas penghambatan tertinggi menggunakan daun ingul (Toona sinensis (Juss. )M.Roem) terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Bacillus substillis. Aktivitas antibakteri terbesar yaitu pada konsentrasi 5 mg/mL terhadap Bacillus subtilis dan Escherichia coli dengan diameter hambat 14,37 mm dan 14,03 mm dan konsentrasi 20 mg/mL pada Salmonella typhi dengan diameter hambat 15,60 mm.

30 50

70 90

111

(27)

Gambar 4.1 Zona hambat ekstrak etil asetat dengan konsentrasi 90, 70, 50 dan 30 mg/mL terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans inkubasi 24 jam, suhu 35ºC pada media MHA.

Fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap S. mutans dengan menghasilkan aktivitas tertinggi pada konsentrasi 90 mg/ mL sebesar 16,79 mm dan termasuk kategori kuat. Menurut Greenwood (1995), ketentuan kekuatan daya antibakteri sebagai berikut: daerah hambatan 15-20 mm kategori kuat, daerah hambatan 10-15 mm kategori sedang, daerah hambatan kurang dari 10 mm kategori lemah. Menurut Ariyanti dkk., (2012), banyak faktor yang berpengaruh terhadap besar zona hambatan yang dihasilkan pada metode difusi antara lain kecepatan difusi, sifat media agar yang digunakan, jumlah organisme yang diinokulasi, kecepatan tumbuh bakteri, konsentrasi senyawa kimia, serta kondisi pada saat inkubasi sehingga diperlukan adanya standarisasi keadaan untuk memperoleh hasil yang dapat dipercaya. Satisha dan Kavitha (2013) meneliti aktivitas antimikroba dari Toona ciliata terhadap beberapa mikroba uji, salah satunya terhadap C. albicans.

Ekstrak etil asetat Toona ciliata tidak dapat menghambat pertumbuhan C. albicans disebabkan karena senyawa metabolit sulit menembus dinding sel C. albicans.

Fraksi N-heksana menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap S. mutans dan C. albicans. Aktivitas penghambatan terhadap S. mutans yang tertinggi yaitu pada konsentrasi 70 mg/mL yaitu sebesar 7,3 mm sedangkan pada C. albicans memiliki aktivitas tertinggi pada konsentrasi 90 mg/mL yaitu sebesar 11,6 mm.

Pelarut n-heksana dapat menarik senyawa minyak atsiri dan steroid pada tumbuhan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Steroid diketahui memiliki potensi sebagai antijamur karena dapat menghambat pembentukan ergosterol. Mekanisme kerja steroid ini sebenarnya sama dengan kontrol positif ketokonazol yaitu menghambat sintesis ergosterol (Kurniawan, 2015). Steroid juga dapat menghambat pertumbuhan jamur melalui sitoplasma dengan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan spora jamur. Steroid berfungsi sebagai antijamur karena sifat lipofilik yang dapat menghambat perkecambahan spora pada jamur (Alfiah et al ., 2015).

Aktivitas kerja minyak atsiri dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba yaitu dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel (Ngaisah, 2010).

(28)

Gambar 4.2 Zona hambat ekstrak n-heksana daun surian dengan konsentrasi 90, 70, 50 dan 30 mg/mL terhadap pertumbuhan mikroba A. S. mutans dan B.

C. albicans. Zona hambat kontrol positif C. Kloramfenikol terhadap S.

mutans dan D. Ketoconazole terhadap C. Albicans inkubasi 24 jam, suhu 35ºC pada media MHA

Fraksi n-heksana menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap S. mutans dan menghasilkan aktivitas tertinggi pada konsentrasi 70 mg/mL sebesar 7,3 mm dan terhadap C. albicans pada konsentrasi 90 mg/mL sebesar 11,6 mm. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ekstrak n-heksana lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Perbedaan kepekaan ini disebabkan adanya perbedaan komposisi dan struktur sel dan kandungan senyawa metabolit dalam menghambat pertumbuhan mikroba uji.

Menurut Ciki (2011), ekstrak n-heksana lebih banyak mengandung senyawa non polar seperti lemak, lilin, dan minyak. Laksana (2011), dalam penelitiannya

30 50

70 90

30 50

70 90

A B

C D

(29)

tentang bioaktif zat ekstraktif kayu teras surian menyatakan bahwa ekstrak n-heksana kayu surian mengandung diterpen, katekol, fenol, isopren, limonoid, sitosterol, ergostenol, asam linoleat, dan asam palmitat

Kontrol positif yang digunakan untuk menghambat S. mutans dalam penelitian ini adalah cakram antibiotik kloramfenikol 30 µg. Kloramfenikol adalah golongan antibiotik berspektrum luas. Kloramfenikol dikatakan resisten apabila diameter hambat pertumbuhan bakteri yang dihasilkan <20 mm dan sensitif apabila hasil diameter hambat >20 mm. Hasil diameter hambat kloramfenikol terhadap S.

mutans yaitu sebesar 34,5 mm. Hal ini menunjukkan bahwa cakram kloramfenikol yang digunakan sensitif terhadap S. mutans.

Kontrol positif yang digunakan untuk menghambat C. albicans yaitu antibiotik komersial ketoconazole. Ketoconazole adalah golongan Azole derivate Imidazole yang memiliki mekanisme kerja dalam menghambat fungi adalah dengan menghambat enzim sitokrom fungi dan mengganggu sintesa ergosterol yang merupakan komponen penting dalam membran sel fungi (Apriliana, 2017). Kontrol positif ketoconazole menunjukkan adanya zona hambat dengan diameter sebesar 11,25 mm. Menurut Kurniawan (2015), ketoconazole lebih baik dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dibandingkan golongan anti jamur yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa antibiotik komersial ketoconazole yang digunakan sensitif terhadap C. albicans.

Kontrol negatif yang digunakan adalah pelarut DMSO yang diteteskan pada cakram kertas steril. Menurut Niswah (2014) menyatakan bahwa zat yang dijadikan sebagai kontrol negatif adalah pelarut yang digunakan sebagai pengencer ekstrak.

Tujuannya sebagai pembanding bahwa pelarut yang digunakan sebagai pengencer tidak mempengaruhi hasil uji antimikroba ekstrak. Hasil zona hambat kontrol negatif terhadap kedua mikroba uji adalah 0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pelarut DMSO tidak mempengaruhi hasil uji antimikroba dari ekstrak.

(30)

4.2 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Etil Asetat dan N-heksana

Ekstrak daun surian yang menghasilkan zona hambat dilanjutkan pada penentuan KHM. Ekstrak etil asetat dan n-heksana yang akan diuji daya hambatnya terhadap mikroba indikator. Penentuan KHM menghasilkan nilai sebagai berikut:

Tabel 4.2 Konsentrasi hambat minimum ekstrak etil asetat dan n-heksana daun surian terhadap S. mutans dan C. albicans

No. Mikroba Indikator Rerata Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak (mg/mL)

Etil Asetat N-heksana

1.

2.

Streptococcus mutans

Candida albicans

0,4 -

0,5 1

Tabel 4.2. menunjukkan konsentrasi hambat minimum dari tiap fraksi yang memiliki konsentrasi berbeda berdasarkan mikroba indikator yang diuji. Fraksi etil asetat memiliki KHM terhadap S. mutans yaitu 0,4 mg/mL. Fraksi n-heksana memiliki KHM terhadap S. mutans yaitu sebesar 0,5 mg/mL dan C. albicans sebesar 1 mg/mL. Nilai KHM terendah diperoleh dari ekstrak etil asetat. Penentuan KHM guna memberikan informasi mengenai efektivitas dan efisiensi penggunaan ekstrak dalam terapan ke depannya.

Siregar (2009) meneliti mengenai aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol Toona sinensis terhadap beberapa bakteri Escherichia coli, Bacillus substillis, dan Shigella disentriae. Konsentrasi hambat minimum terendah terhadap E. coli dan S.

disentriae didapat pada konsentrasi 6 mg/mL dengan zona hambat sebesar 7,16 dan 6 mm. Konsentrasi hambat minimum terendah terhadap Bacillus substillis didapat pada konsentrasi 8 mg/mL dengan zona hambat sebesar 6,66 mm.

Pada penelitian Ekaprasada (2009) mengenai aktivitas antibakteri minyak esensial Toona sureni, didapatkan bahwa nilai KHM terhadap B. substillis didapat pada konsentrasi 0,75%, Staphylococcus aureus pada konsentrasi 0,75%, dan E. coli pada konsentrasi 3%. Minyak esensial yang terkandung dalam Toona sureni yang

(31)

paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Bacillus substillis dan Staphylococcus aureus dalam penelitian tersebut.

(32)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Aktivitas antimikroba tertinggi ekstrak etil asetat daun surian terhadap S. mutans pada konsentrasi 90 mg/mL sebesar 16,79 mm dan terendah pada konsentrasi 30 mg/mL sebesar 14,58 mm. Aktivitas antimikroba tertinggi ekstrak n-heksan daun surian terhadap bakteri S. mutans pada konsentrasi pada konsentrasi 70 mg/mL sebesar 7,3 mm dan terhadap C. albicans pada konsentrasi 90 mg/mL sebesar 11,6 mm. Ekstrak metanol tidak memiliki aktivitas penghambatan terhadap S. mutans dan C. albicans. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat merupakan ekstrak yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S. mutans dan hanya ekstrak n-heksana yang dapat menghambat pertumbuhan C. albicans.

b. Konsentrasi hambat minimum ekstrak etil asetat daun surian terhadap S. mutans pada konsentrasi 0,4 mg/mL. Konsentrasi hambat minimum ekstrak n-heksana terhadap S. mutans pada konsentrasi 0,5 mg/mL dan terhadap C. albicans pada konsentrasi 1 mg/mL.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian untuk mengetahui senyawa spesifik yang berkhasiat sebagai antimikroba pada daun surian (Toona sureni) dan aktivitas antimikroba terhadap mikroorganisme patogen lainnya. Serta dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas dari ekstrak daun surian untuk mengetahui dosis yang aman digunakan sebagai alternatif antimikroba.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Antira B, Nurdin H. Santoni A, 2013. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Triterpenoid dan Uji Antioksidan dari Ekstrak Daun Surian (Toona sureni (Blume) Merr). Jurnal Kimia Unand, 2: 119-122.

Achmadi SS, Hanafi M, Laksana YT, Sari RK, Syafii W, 2012. Aktivitas Antikanker dan Kandungan Kimia Ekstrak Kayu Teras Suren (Toona sureni).

Jurnal Ilmu dan Tekniknologi Kayu Tropis, 10: 4-11.

Alfiah RR, Khotimah S, Turnip M, 2015. Efektivitas Ekstrak Metanol Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha Kunth) terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans. Jurnal Protobiont, 4(1): 52-53.

Andries JR, Gunawan PN, Supit A, 2014. Uji Efek Antibakteri Ekstrak Bunga Cengkeh terhadap Bakteri Streptococcus mutans secara In Vitro. Jurnal e- GiGi (eG), 2(2): 6.

Apriliana A, Kusumawati E, Selvitawati, 2017. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L) terhadap Candida albicans Menggunakan Metode Difusi Cakram.

Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(1): 4.

Ariyanti NK, Ida BGD, Sudirga SK, 2012. Daya Hambat Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

Jurnal Biologi 1: 1-4.

Bela B. dkk., 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta.

Bhandari AK, Bharti MK, Negi JS, Sudriyal RC, 2011. Chemical and Pharmacological Aspects of Toona (Meliaceae). Research Journal Phytochemistry, 5: 14-21.

Bialangi N, Posangi NW, Retnowati Y, 2011. Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus pada Media yang Diekspos dengan Infus Daun Sambiloto (Adrographis paniculata), Saintek. 6(2): 2-6.

Ciki CY, 2011. Bioaktivitas Ekstrak Kayu Teras Suren (Toona sinensis Roemor) dan Profil Kromatografi Lapis Tipis Fraksi Aktifnya. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Dewi MM, 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi N-heksana dan Etil Asetat Daun Ingul (Toona sinensis (Juss. )M.Roem) terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Bacillus substillis. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Djaman F, 2002, Informasi Singkat Benih. Jurnal Teknologi Perbenihan. 24: 1-2.

Ekaprada MT, Dachriyanus, Ibrahim S, Nurdin H, 2012. Antioxidant Activity of Methyl Gallate Isolated From The Leaves Toona sureni. Indo. J. Chem, 9:

457 – 460.

Ekaprasada, 2009. Chemical Composition and Antibacterial of the Essential Oil of the Toona sureni (Blume) Merr. J.Ris.Kim, 3:1.

Fischbach MA, Walsh CT, 2009. Antibiotic for Emerging Pathogens. Science, 325(5944): 1089-1093.

(34)

Gunaeni N, Murtiningsih R, Rubiati T, Setiawati W, 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Penggangu Tumbuhan. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Greenwood, 1995. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial ant Chemoterapy. Addison Westley Longman Inc. San Fransisco.

Hawley LB, 2001. Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi. Penerbit Hipokrates.

Jakarta.

Imani AZ, 2014. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun Mangga Bacang (Mangifera foetida L.) terhadap C. albicans secara In Vitro. [Skripsi].

Pontianak: Universitas Tanjung Pura.

Juniarti, Yuhernita, 2011. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak Metanol Daun Surian yang Berpotensi sebagai Antioksidan. Makara Sains, 15: 48-52.

Kurniawan D, 2015. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleivera Lamk.) terhadap Candida albicans secara In Vitro. [Skripsi].

Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Laksana, YT, 2011. Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Teras Surian (Toona sureni Merr.) terhadap Artemia salina Leach. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Niswah L, 2014. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) menggunakan Metode Difusi Cakram. [Skripsi]. Jakarta:

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Noviana E, 2011. Uji Potensi Ekstrak Daun Suren (Toona sureni Blume) sebagai Insektisida Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.).[Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ngaisah S, 2010. Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Asal Magelang. [Skripsi]. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Phair JP, Shulman ST, Sommers HM, 2013. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi. Penerbit Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Pratiwi ST, 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta.

Yuni D, 2011. Penapisan Potensi Bakteri Endofitik dari Tumbuhan Surian (Toona sureni (Blume) Merr) sebagai Penghasil Antibiotik. [Skripsi]. Padang:

Universitas Andalas.

Rahmi A, 2009. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Kumarin dari Kulit Batang Toona sureni (Bl) Merr.[Skripsi]. Padang: Universitas Andalas.

Robinson T, 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung.

Satish S, Kavitha KS, 2013. Evaluation of Antimicrobial and Antioxidant Activities of Toona ciliata Roemer.Journal of Analytical Science and Technology, 4:23 Savitri NPI, 2014. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

bilimbi L) terhadap Bakteri Mix Saluran Akar Gigi. [Skripsi]. Denpasar:

Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Septiana R, 2011. Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Teraktif Daun Sirih Merah (Piper croatum Ruiz & Pav.). [Skripsi]. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Siregar, RF. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol dan Air Rebusan dari Kulit Batang Ingul (Toona sinensis M.Roem) terhadap Beberapa Bakteri. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

(35)

Volk, AV dan Wheeler, MF. 1989. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

Waty, S, 2017. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) dan Aplikasi sebagai Obat Kumur dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus.. [Skripsi]. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

(36)

Lampiran

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan n-Heksana Daun Surian

dimaserasi dengan metanol sebanyak 4 L

didiamkan selama ± 24 jam disaring

dipekatkan dengan rotari evaporator

ditambahkan dengan etil asetat disaring

diuapkan dengan penangas air diuji aktivitas antibakteri

ditambahkan dengan metanol dipartisi dengan n-Heksana

diuapkan

diuapkan dengan diuapkan dengan penangas air penangas air

diuji aktivitas antibakteri diuji aktivitas antibakteri Serbuk daun surian

larutan metanol residu

ekstrak pekat metanol

larutan etil asetat yang tidak larut dalam etil asetat

(ekstrak padat metanol)

hasil ekstrak padat etil asetat

larutan metanol yang mengandung ekstrak etil asetat

Larutan n-Heksana

ekstrak padat etil asetat ekstrak padat n-heksana

(37)

Lampiran 2. Persiapan Mikroba Uji

ditumbuhkan pada cawan petri berisi media padat yaitu NA untuk bakteri dan PDA untuk khamir

diinkubasi selama 24 jam

diinokulasikan kedalam tabung berisi 10 mL akuades diukur absorbansi sebesar 0,1 pada panjang gelombang 600 nm dengan spektofotometer

Lampiran 3. Uji Ekstrak Daun Surian terhadap Mikroba Indikator

diinokulasikan suspensi mikroba uji setara 0,5 standard McFarland menggunakan cotton bud steril

diletakkan cakram kertas yang telah direndam dalam ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana dengan variasi konsentrasi 30, 50, 70,90 mg/mL dalam DMSO pada jarak yang ditentukan

diletakkan cakram pembanding yaitu kloramfenikol sebagai kontrol positif untuk bakteri dan ketoconazole untuk khamir

dibuat percobaan sebanyak 3 kali ulangan diinkubasi selama 24 jam

diamati dan dihitung zona hambat yang terbentuk Isolat mikroba uji

Biakan mikroba uji

Suspensi mikroba uji setara 0,5McFarland

(108 CFU/mL)

Media MHA

Hasil

(38)

Lampiran 4. Zona Hambat (mm) Ekstrak Metanol Terhadap Pertumbuhan Mikroba Uji

No .

Mikroba Uji Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm) Total Rerata

(mg/mL) U1 U2 U3 (mm) (mm)

1. S. mutans 90 0

0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 70

50 30 90 70 50 30

0 0 0 0 0 0 2. C. albicans

Keterangan. Diameter zona hambat tidak lebih besar dari 6 mm atau sama besar dengan cakram menunjukkan tidak adanya aktivitas penghambatan dengan nilai 0.

Lampiran 5. Zona Hambat (mm) Ekstrak Etil Asetat Terhadap Pertumbuhan Mikroba Uji

No .

Mikroba Uji Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm) Total Rerata

(mg/mL) U1 U2 U3 (mm) (mm)

1. S. mutans 90 16,50

14,75

16,87 15,25 15,12 15,62

0 0 0 0

17,00 15,25 14,25 13,87

0 0 0 0

50,37 45,25 44,87 43,75

0 0 0 0

16,79 15,08 14,95 14,58

0 0 0 0 70

50 30 90 70 50 30

15,50 14,25

0 0 0 0 2. C. albicans

Keterangan. Diameter zona hambat tidak lebih besar dari 6 mm atau sama besar dengan cakram menunjukkan tidak adanya aktivitas penghambatan dengan nilai 0.

(39)

Lampiran 6. Zona Hambat (mm) Ekstrak N-heksana Terhadap Pertumbuhan Mikroba Uji

No. Mikroba Uji Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm)

Total Rerata

(mg/mL) U1 U2 U3 (mm) (mm)

1. S. mutans 90 7,25

8,25

6,50 6,50 6,50 6,50 11,25

6,50 8,00 7,25

6,50 7,25 6,50 6,50 10,75 11,25 8,25 8,00

20,25 22,00 19,50 19,50 35,00 26,00 25,25 23,50

6,75 7,33 6,50 6,50 11,66

8,66 8,41 7,83 70

50 30 90 70 50 30

6,50 6,50 13,00

8,25 9,00 8,25 2. C. albicans

Keterangan. Diameter zona hambat tidak lebih besar dari 6 mm atau sama besar dengan cakram menunjukkan tidak adanya aktivitas penghambatan dengan nilai 0.

Lampiran 7. Foto Hasil Penelitian

Kontrol Negatif (DMSO + S. mutans) Kontrol Negatif (DMSO + C. albicans)

Gambar

Gambar 2.1 Pohon Surian
Gambar 2.2 Daun Surian
Gambar 4.2 Zona hambat ekstrak n-heksana daun surian dengan konsentrasi 90, 70,  50 dan 30 mg/mL terhadap pertumbuhan mikroba A

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions) dapat meningkatkan keaktifan

Artinya, keberhasilan dalam upaya memanusiakan manusia sangat tergantung kepada sejauh mana kemampuan seseorang atau kelompok (pendidik, penyelenggara dan pihak lain yang

[r]

[r]

[r]

[r]

Penulisan Ilmiah ini berisikan bagaimana merancang dan membuat suatu aplikasi pengolahan data klub dengan menggunakan Microsoft Visual Foxpro 8.0, yang merupakan salah satu sarana

[r]