• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tinjauan Teori

1. Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU)

Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan petugas Puskesmas. Selain itu Posyandu adalah juga pusat kegiatan masyarakat di mana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan (Sudaryono, 1989)

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan diare pada waktu dan tempat yang sama. Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar dengan tujuan tertentu.

Tujuan penyelenggaraan Posyandu yaitu untuk mempercepat penurunan angka bayi, Balita dan angka kelahiran, mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) agar masyarakat dapat mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain

(2)

yang menunjang sesuai kebutuhan dan kemampuan, meningkatkan kemandirian masyarakat, meningkatkan cakupan Puskesmas, serta mempercepat penurunan angka kematian bayi, angka kematian anak balita dengan kelahiran dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mempercepat tercapainya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Sudaryono, 1989). Sasaran penyelenggaraan Posyandu dalam hal ini adalah pada bayi usia kurang dari 1 tahun, anak Balita (Usia 1-4 tahun), ibu Hamil, melahirkan, dan menyusui, serta Wanita Pasangan Usia subur (PUS)

Kegiatan POSYANDU bermacam-macam diantaranya penyuluhan nutrisi di Posyandu sebagai bagian dari UPGK dalam langkah-langkah kebijaksanaan perbaikan gizi merupakan kegiatan upaya langsung yang meliputi, pemantauan pertumbuhan anak balita dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) melalui penimbangan oleh kader, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) terutama untuk balita yang berat badannya di bawah garis merah, pemeriksaan kesehatan anak, penyuluhan gizi ditekankan pada pentingnya penggunaan Air Susu Ibu (ASI) dan makanan pendamping, pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi serta tablet besi untuk ibu hamil yang menderita anemia dan pemberian oralit. Selain itu juga pemberian pelayanan dasar ibu dan anak yang meliputi pemeriksaan ibu hamil, Keluarga Berencana (KB), pelayanan keluarga untuk anak dengan memberikan pelayanan imunisasi, penanggulangan diare, pelayanan Keluarga Berencana (KB), penyuluhan kesehatan.

(3)

a. Jenis Aktifitas posyandu dilakukan dengan sistim 5 (lima) meja yaitu: 1. Meja 1 adalah pendaftaran: Semua pengunjung posyandu (Balita, Ibu

hamil, Ibu menyusui, Wanita Usia Subur (WUS) harus di daftar dahulu sebelum pelayanan, dimana di meja I terdapat Kartu Menuju Sehat (KMS) balita, Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu hamil, register balita, ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS).

2. Meja II adalah penimbangan: Di meja II dilakukan kegiatan penimbangan kepada semua balita yang hadir dan ibu hamil. Pengunjung yang di timbang diberi secarik kertas tempat mencatat hasil penimbangan dan di berikan ke meja III. Adapun alat yang dipergunakan untuk menimbang adalah dacin untuk balita dan timbangan injak untuk ibu hamil.

3. Meja III adalah pencatatan dan pelaporan: Di meja III di lakukan kegiatan pencatatan hasil penimbangan dan dimasukkan ke Sistim Informasi Posyandu dan ke dalan KMS.

4. Meja IV adalah penyuluhan: Di meja IV di adakan penyuluhan kepada ibu balita sesuai dengan keadaan balita dan ibu hamil dan terdapat Paket Pertolongan Gizi (PPG) yaitu oralit, tablet tambah darah, vitamin A dosis tinggi.

5. Meja V adalah pelayanan kesehatan: Meja V adalah tempat petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan seperti imunisasi Bayi dan ibu hamil, Keluarga Berencana (KB), pemeriksaan ibu hamil. Keaktifan Posyandu dapat mengatasi masalah kesehatan yang timbul di masyarakat

(4)

akhir-akhir ini, salah satunya masalah gizi pada anak balita misalnya busung lapar, dimana pemerintah telah menyiapkan tiga strategi dalam mengatasi kejadian busung lapar yaitu strategi jangka pendek dengan memberikan makanan tambahan kepada balita, strategi jangka menengah dengan mengaktifkan kembali Posyandu, strategi jangka panjang melalui pemberdayaan masyarakat khususnya ibu-ibu melalui usaha skala mikro, kecil dan menengah.

Keaktifan posyandu dilengkapi dengan tenaga kader-kader yang terlatih dimana rasionya untuk lima kader tiap satu Posyandu yang mempunyai tugas masing-masing pada tiap meja. Selain kader yang terlatih juga dilengkapi perlengkapan seperti timbangan bayi, KMS (Kartu Menuju Sehat), serta biaya operasional. Posyandu yang masih aktif ditingkat kabupaten rata-rata hanya 40% serta biaya operasional sebesar Rp 50 ribu per-Posyandu tiap biaya tiap bulan, masih amat kurang karena untuk perawatan balita yang menderita gizi buruk saja, biayanya mencapai Rp 10 ribu per orang per hari.

b. Masalah-masalah dalam Posyandu.

1. Daerah-daerah tertentu masih memegang teguh prinsip bahwa posyandu tiap bulan harus terdiri dari 5 (lima) program bahwa yang dilaksanakan dengan pula 5 meja, karena tenaga profesional yang membina terbatas, maka hanya dikembangkan satu Posyandu perdesa dengan kegiatan lima program lengkap, sehingga dapat didatangi tenaga profesional setiap bulan.

(5)

2. Pos-pos pelayanan yang sudah ada seperti pos timbang, pos Keluarga Berencana (KB) dan sebagainya yang jumlahnya lebih banyak dari pada Posyandu dibiarkan tanpa ada pembinaan yang akibatnya lambat laun kegiatan tersebut akan mati, sedangkan Posyandu yang hanya satu per Desa, kenyataannya hanya meliputi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar pos. Hal ini berakibat cakupannya rendah, Posyandu cenderung menjadi perpanjangan puskesmas dan masyarakat menjadi obyek pasif.

3. Beberapa daerah berinisiatif untuk melakukan modifikasi kegiatan posyandu. Tenaga profesional puskesmas yang ada dibagi sedemikian rupa sehingga dapat menggunjungi semua Posyandu yang ada walaupun tidak setiap bulan. Dengan demikian semua pos dapat di bina dan diberi pelayanan profesional dengan kegiatan mengikuti pola lima meja meskipun tidak menjalankan sepenuhnya kelima kegiatan (dalam hal ini kelima kegiatan tidak dilakukan tiap bulan tetapi dalam 2 atau 3 bulan sekali) dengan demikian jumlah penduduk yang dicakup lebih banyak dan peran serta masyarakat yang sudah tumbuh tetap terpelihara serta berkembang.

4. Berdasarkan kebijaksanaan pemerintah, pengembangan jumlah Posyandu harus cepat sehingga proses penyiapan masyarakat berupa survei mawas diri, musyawarah masyarakat Desa, pelatihan kader Posyandu berjalan tidak intensif. Kader dipilih

(6)

dengan penunjukkan dan pelatihan kader dilaksanakan dalam tempo singkat yang berakibat banyak kader Posyandu kurang cakap melakukan penyuluhan perorangan di meja empat.

c. Peran Serta Masyarakat Dalam Posyandu.

Peran serta adalah proses di mana individu dan keluarga serta lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta melakukan :

1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga serta masyarakat.

2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam pengembangan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan berbagai masalah kesehatan yang di hadapi.

3. Menjadi agen atau perintis pembangunan kesehatan dan pemimpin dalam pengerakkan peran serta masyarakat di bidang kesehatan yang dilandasi semangat gotong-royong.

Pembangunan dibidang kesehatan mempuyai arti penting di dalam kehidupan nasional, khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional. Upaya pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya yang dasar yang tidak dapat dilaksanakan hanya oleh pemerintah saja melainkan perlu adanya peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan

(7)

bertujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.

d. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), Mekanisme (mechanisme), Adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2003).

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap.

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yaitu:

1. Faktor-faktor Predisposisi (disposing faktors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

(8)

seesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.

2. Faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari adanya pengalaman seseorang serta didukung oleh faktor luar (lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa melakukan perilaku.

Gbr.l. Skema Perilaku

(Sumber : Modifikasi Lawrence Green dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2003) Eksternal a. Pengalaman b. Fasilitas c. Sosio-budaya Internal a. Persepsi b. Pengetahuan c. Keyakinan d. Motivasi e. Niat f. Sikap

(9)

e. Faktor yang Mempengaruhi peran serta masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat dalam Posyandu dipengaruhi oleh:

1. Faktor perilaku individu: Faktor yang mempengaruhi perilaku individu meliputi tingkat pengetahuan, keyakinan, sikap mental, tingkat kebutuhan, tingkat keterikatan dalam kelompok dan tingkat kemampuan sumber daya yang ada.

2. Faktor Perilaku Masyarakat: Faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat meliputi keadaan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan agama.

3. Faktor Pendidikan: Pendidikan secara hakiki merupakan bantuan dalam rangka untuk proses penyandaran yaitu agar manusia sadar akan dirinya sendiri, sadar akan lingkungan serta sadar akan alam hidup kita itu dalam naungan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan juga merangsang pikiran, perasaan dan kehendak manusia untuk bertindak secara bijaksana. Proses pendidikan membantu seseorang untuk berkembang maju, kritis serta kreatif. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin kritis terhadap mutu pelayanan kesehatan termasuk dalam program Posyandu akan semakin mantap.

f. Tingkat Peran Serta Masyarakat

Kesehatan merupakan hak dan menjadi kewajiban dan tanggung jawab bagi setiap orang oleh karena itu masyarakat termasuk

(10)

swasta mempunyai peranan penting dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan diri dan keluarganya. Peran serta masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan mempunyai beberapa tingkat yaitu tingkat peran serta karena imbalan atau insentif, karena perintah atau paksaan atau karena kesadaran karena hak asasi dan tanggung jawab, kreasi dan daya cipta.

g. Tahap-tahap Peran Serta Masyarakat .

Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan mempunyai beberapa tahap yaitu berpartisipasi dalam tahap pengenalan masalah dan penentuan prioritas, partisipasi dalam tahap penentuan cara pemecahan masalah atau tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, termasuk penyediaan sumber daya, partisipasi dalam tahap-tahap penilaian dan pemantapan, keuntungan peran serta masyarakat

h. Peran serta masyarakat dibidang kesehatan

Keuntungan baik untuk masyarakat maupun bagi penyelenggara pelayanan (provider). Keuntungan tersebut meliputi : 1. Upaya kesehatan yang di laksanakan benar-benar sesuai dengan

masalah yang dihadapi masyarakat, tidak hanya bertolak dari asumsi para penyelenggara semata.

2. Upaya kesehatan bisa diterima, baik secara fisik, sosial maupun secara ekonomis yang disebabkan karena masyarakat berpartisipasi dalam merumuskan upaya kesehatan.

(11)

2. Ketidakaktifan Ibu Balita

Ketidakaktifan ibu yang memiliki balita akan menimbulkan permasalahan secara langsung yang berdampak pada balitanya, yaitu apa yang harus diperoleh sebagai haknya misalnya dalam mendeteksi secara dini gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan balita terabaikan yaitu hak hidup, hak tumbuh kembang, dan hak perlindungan. Kehadiran ibu balita, dalam membawa ke posyandu akan memperbaiki kondisi kesehatannya serta memberi motivasi kerja pada para kader setempat, untuk lebih aktif dalam kegiatan posyandu.

B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakaktifan Ibu Balita Untuk Kunjungan Ke Posyandu

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya informasi tentang keaktifan ibu ke Posyandu dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Kodyat, dkk,1993).

Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan ketidakaktifan ibu yang memiliki balita untuk berkunjung ke Posyandu, serta kesadarannya terhadap program Posyandu yang bermanfaat khususnya untuk kesehatan balitanya. Tingkat pendidikan ibu yang memiliki balita yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang Posyandu terhambat atau terbatas (Suhardjo, 1990).

(12)

Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih rendah, merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan, sehingga sikap hidup dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu, mortalitas dan morbilitas semakin menurun, hal tersebut tidak hanya akibat kesadaran ibu yang memiliki balita yang terbatas, tetapi juga karena adanya kebutuhan sosial ekonominya yang belum tercukupi (Kodyad, dkk, 1993).

Ketidakaktifan ibu yang memiliki balita merupakan sikap dari ibu terhadap salah satu program Posyandu dalam kunjungan ke Posyandu, proses pendidikan maupun sebagai dampak dari penyebaran informasi (Sediaoetama, 2000). Dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka kesedaran untuk berkunjung ke Posyandu semakin baik dan akan aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan balitanya.

2. Status Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak berpengaruh pada peran ibu yang memiliki balita sebagai timbulnya suatu masalah pada ketidakaktifan ibu kunjungan ke Posyandu, karena mereka mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum cukup, yang bedampak pada tidak adanya waktu para ibu balita untuk aktif pada kunjungan ke Posyandu, serta tidak ada waktu ibu mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja. Kondisi kerja yang menonjol sebagai faktor yang

(13)

mempengaruhi ketidakaktifan (DepKes, 2002). Hal ini dapat menyebabkan frekuensi ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu akan berkurang.

3. Tingkat Pendapatan

Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi daya beli seseorang untuk membeli sesuatu. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas makanan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan keadaan balita. Namun, pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi keadaan kesehatan balita yang memadai (Berg, 1986).

Pendapatan adalah sejumlah penghasilan dari seluruh anggota keluarga baik dalam bentuk uang maupun barang yang dinilai dengan sejumlah beras. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu : a. Jumlah anggota keluarga yang bekerja, pada keluarga dimana hanya ayah

yang mencari nafkah tentu berbeda besar pendapatannya dengan keluarga yang mengandalkan sumber keuangan dari ayah atau ibu atau anggota keluarga yang lain.

b. Kesempatan kerja yang segera bisa menghasilkan uang, misalnya pekerjaan di luar usaha tani sangat menentukan besar kecilnya pendapatan dalam suatu keluarga. Bila keluarga yang pekerjaan utama kepala keluarga bersawah ia juga sebagai makelar hasil-hasil pertanian, pamong desa dan lain-lain.

(14)

kesempatan kerja. Seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi akan mendapat kesempatan memperoleh pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan dengan seseorang yang pendidikannya rendah. Pekerjaan yang layak tersebut akan mendapatkan upah yang lebih tinggi bila dibandingkan yang pendidikan rendah.

d. Pendapatan keluarga menentukan pemilihan bahan makan baik kualitas maupun kuantitas, semakin tinggi pendapatan keluarga, pemilihan jenis makanan semakin baik (Berg, 1986).

Pendapatan ibu yang rendah akan berpengaruh pada kunjungan ke Posyandu karena jika letak Posyandu yang jauh yang membutuhkan biaya transportasi, maka ibu akan membatalkan kunjungan ke Posyandu karena ketiadaan biaya.

4. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu perilaku didalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan tentang Posyandu pada kader kesehatan yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap program Posyandu khususnya ketidakaktifan ibu balita untuk kunjungan ke Posyandu. Pada gilirannya akan mendorong seseorang untuk aktif dan ikutserta dalam pelaksanaan Posyandu. Tanpa adanya pengetahuan maka para ibu balita sulit dalam menanamkan kebiasan kunjungan ke Posyandu. Pengetahuan tentang Posyandu akan berdampak pada sikap terhadap manfaat yang ada dan akan terlihat dari praktek dalam ketidakaktifan ibu balita terhadap masalah

(15)

kesehatan balitanya.

Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah ketidakaktifan ibu balita karena kurang percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan ilmunya serta kurang mampu dalam menerapkan informasi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari (Khumaidi,1994). Semakin tinggi pengetahuan dalam penyuluhan maka akan semakin berkurang masalah gizi yang terjadi. Orang dengan pengetahuan penyuluhan yang rendah akan berperilaku tidak ada rasa percaya diri yang berdampak menjadi tidak aktif (Sediaoetama, 1999).

Tingkat pengetahuan seseorang banyak mempengaruhi perilaku individu, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang ibu tentang manfaat Posyandu, maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran untuk berperan serta dalam program Posyandu. Pengetahuan tentang Posyandu yang rendah akan menyebabkan rendahnya tingkat kesadaran ibu yang memiliki balita untuk berkunjung ke Posyandu.

5. Umur balita

Faktor umur balita merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan ibu yang memiliki balita ke Posyandu, umur balita yang berkunjung di Posyandu yaitu anak batita umur 12-35 bulan dan anak balita umur 36- 59 bulan. Sedangkan umur balita dari 12-35 bulan merupakan umur yang paling berpengaruh pada kunjungan ke Posyandu.

(16)

6. Jumlah Balita

Jumlah balita merupakan individu yang menjadi tanggungan keluarga. Jumlah balita dalam suatu keluarga mempengaruhi perhatian seorang ibu kepada balitanya, dimana semakin banyak anak dalam keluarga akan menambah kesibukan ibu dan pada akhirnya tidak punya waktu untuk keluarga dan akan gagal membawa balita ke Posyandu.

7. Jarak Posyandu

Jarak antara rumah dengan tempat kegiatan Posyandu juga dapat mempengaruhi kehadiran balita ke Posyandu, dari penelitian terdahulu di dapat bahwa responden pengguna Posyandu terutama mengatakan karena tempat Posyandu dekat. Disamping jaraknya, juga dipengaruhi oleh faktor geografis seperti keadaan tanah, melewati hutan dan fasilitas kendaraan sulit (Fatimah, 1989).

8. Sarana Penunjang

Kegiatan Posyandu yang dilaksanakan dipengaruhi oleh sarana penunjang yaitu Puskesmas ataupun Rumah Sakit yang senantiasa siap siaga menerima balita yang terkena masalah gizi misalnya gizi buruk, dimana dalam kegiatannya langsung dilakukan penanganan secara intensif (Fatimah, 1989)

(17)

C. Kerangka Teori

Bagan 1. Kerangka Teori (Sumber: Lawrence green dalam Notoatmodjo, 2003)

D. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor Prediposisi (Predissposing Faktor ) : 1. Faktor-faktor yang berhubungan: - Tingkat Pendidikan - Status Pekerjaan - Tingkat Pendapatan - Tingkat Pengetahuan - Umur Balita - Jumlah Balita Faktor yang memungkinkan

kunjungan (Enabling Faktor)

- Faktor jarak - Sarana penunjang

Ketidakaktifan ibu balita untuk kunjungan ke Posyandu

Ketidakaktifan ibu yang mempunyai balita untuk kunjungan ke Posyandu - Tingkat Pendidikan - Status Pekerjaan - Tingkat Pendapatan - Tingkat Pengetahuan - Umur Anak - Jumlah balita

(18)

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen: Pada penelitian ini adalah variabel bebas yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ketidakaktifan ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu yang meliputi pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan, umur balita, jumlah balita. 2. Variabel Dependent: Pada penelitian ini adalah variabel terikat yang

mempengaruhi ketidakaktifan ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu

F. Hipotesa

1. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan ketidakaktifan ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu di Desa Sowan Lor Kecamatan Kedung.

2. Ada hubungan antara status pekerjaan dengan ketidakaktifan ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu di Desa Sowan Lor Kecamatan Kedung.

3. Ada hubungan antara pendapatan dengan ketidakaktifan ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu di Desa Sowan Lor Kecamatan Kedung.

4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketidakaktifan ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu di Desa Sowan Lor Kecamatan Kedung.

(19)

memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu di Desa Sowan Lor Kecamatan Kedung.

6. Ada hubungan antara jumlah anak dengan ketidakaktifan ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu di Desa Sowan Lor Kecamatan Kedung.

Referensi

Dokumen terkait

Mempersiapkan program dan anggaran Sekretariat Jenderal; meningkatkan komunikasi antara Negara Anggota dan memfasilitasi konsultasi dan pertukaran pandangan

Siswa mengikuti pembelajaran di kelas sedang diamati oleh observer Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dari observer terhadap guru dalam melaksanakan LS antara lain

Pemerintah pun memperketat persyaratan untuk mengikuti kolonisasi yaitu: (1) peserta harus benar-benar petani, sebab jika bukan dapat menyebabkan ketidakberhasilan

Hasil pengujian model menggunakan GSCA menunjukkan bahwa hasil positif dan signifikan dengan nilai critical rasio sebesar 2.35 dan koefisien jalur sebesar 0.611,

Rangkaian asumsi dan informasi di atas yang tersusun ini mejadikan pondasi bagi penulis untuk melakukan penelitian ini guna mencoba untuk melakukan analisis

Pemberian suap kepada Polantas dapat di kenakan tindak pidana terhadap penguasa umum dengan sanksi yang lebih tinggi dari pada sanksi yang diterima atas pelanggaran lalu

Terlihat pada gambar adanya folikel primer yang normal dengan satu lapis sel kubus yang mengelilingi oosit, tampak adanya inti sel dengan posisi sentris, membran basal tampak

Hal ini juga dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriani dan Saputra (2009), yang menyatakan bahwa jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi