• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN WEBINAR "UPAYA DAN STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS SINETRON INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN WEBINAR "UPAYA DAN STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS SINETRON INDONESIA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN WEBINAR

"UPAYA DAN STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS SINETRON INDONESIA”

Disusun Oleh:

Nama: Robbikal Muntaha Meliala, S.Sos, M.I.Kom NIDN : 0327078703

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BAHASA PROGRAM STUDI PENYIARAN

UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA

TAHUN 2021

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kegiatan

Sejak dideklarasikannya Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada tahun 1960-an kepada masyarakat Indonesia, program penyiaran Indonesia pun semakin berkembang pesat.

Sesuai dengan amanat Undang Undang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 seharusnya program penyiaran apapun bentuknya dapat menjalankan fungsi media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat dan kontrol sosial kepada masyarakat. Waktu terus berjalan dan perkembangan stasiun televisi swasta pun semakin pesat karena omzet pemasukan iklan lebih tinggi dibandingkan stasiun televisi pemerintah.

Namun fakta berbicara lain, ketika masyarakat banyak melihat kejanggalan pada kualitas sinetron Indonesia saat ini. Kritik sudah banyak bermunculan dari penggiat film di Indonesia melihat alur cerita sinetron yang super aneh dan seakan mengulur-ngulur waktu. Jika ini dibiarkan berlarut akan mempengaruhi tumbuh kembang sikap dan mental penonton khususnya penonton anak-anak yang belum dewasa.

Rating dan share dari AC Nielsen sampai saat ini seakan menjadi dewa tolak ukur keberhasilan suatu program. Jika rating dan share sinetron itu tinggi maka makin lama-lah episode yang dapat diproduksi karena akan berdampak pada pemasukan iklan yang dapat masuk ke program tersebut. Permasalahan terjadi karena ukuran rating dan share ini belum tentu sebagai indikator sebagai program penyiaran yang berkualitas. Apa yang menjadi minat tinggi dan favorit dari suatu kelompok atau komunitas tidak merepresentasikan secara general bahwa acara itu berkualitas secara keseluruhan.

Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia hadir dalam hal ini sebagai pengawas dan regulator peredaran sinetron di Indonesia.

Kehadiran sinetron “Zahra” akhir akhir ini menjadi bukti bahwa kualitas sinetron secara edukasi dan nilai moral mengalami penurunan karena dianggap merendahakan martabat perempuan. Tak henti disitu, akhirnya program sinetron ini pun harus diberhentikan oleh LSF RI atas mandat keputusan DPR RI. Selain itu, ada juga sinetron “Ikatan Cinta” yang ditayangkan di stasiun RCTI saat ini yang terus menjadi viral karena banyak disukai oleh kaum ibu rumah tangga karena lakon dari pemainnya yang romatis dan dianggap memiliki alur cerita yang unik dibandingkan sinetron lainnya yang pernah ada.

Pandemi covid 19 ini juga menjadi tantangan berat bagi rumah produksi dan stasiun televisi

(3)

untuk tetap menciptakan dan menyajikan program berkualitas kepada masyarakat termasuk program sinetron Indonesia. Hal ini menjadi pertimbangan bagi Civitas Akademika Universitas Mercu Buana untuk bekerjasama dengan Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) dalam mengambil bagian untuk edukasi dan evaluasi kualitas sinetron Indonesia kepada masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan kegiatan seminar melalui jaringan internet atau webinar kepada masyarakat secara gratis.

Universitas Mercu Buana mengadakan webinar ini sebagai salah satu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan turut menghadirkan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi yaitu Dr Elly Yuliawati, M.Si, Christina Aryani, S.E,S.H,M.H sebagai anggota Komisi 1 dan badan legislasi DPR RI (Fraksi Partai Golkar, Dapil DKI Jakarta II), Surya Saputra (Aktor) dan Joseph sebagai perwakilan dari Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI).

1.2. Maksud dan Tujuan Kegiatan

Webinar ini diadakan dengan maksud mengembangkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang fungsi Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia terkait pengawasan peredaran sinetron di Indonesia. Selain itu, sebagai sarana diskusi dan bertukar pikiran untuk evaluasi kualitas sinetron Indonesia sejauh ini terhadap masyarakat.

Webinar ini juga diadakan sebagai salah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat dari civitas akademika Universitas Mercu Buana dalam mengedukasi masyarakat tentang dunia penyiaran di Indonesia berikut pemberian kritik bermakna bagi pelaku industri sinetron dan fungsi LSF RI (Lembaga Sensor Film) Republik Indonesia terhadap kajian perspektif komunikasi sosial budaya.

(4)

BAB II

LAPORAN KEGIATAN 2.1. Bentuk Kegiatan

Kegiatan seminar ini dilakukan secara Online (dalam jaringan internet) atau Webinar.

2.2. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan seminar dilaksanakan pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 30 Juni 2021

Waktu : 09.00-12.30 WIB

Penyelenggara : Universitas Mercu Buana dan Lembaga Sensor Film RI

Media : Join Zoom Meeting

https://us02web.zoom.us/j/83748030601?pwd=OUQ4RGdEMmNERktjM1RiZkNmTkNudz09 Meeting ID: 837 48030601 Passcode: LSF 123

Kegiatan webinar ini menghadirkan narasumber Christina Aryani, S.E,S.H,M.H sebagai anggota Komisi 1 dan badan legislasi DPR RI (Fraksi Partai Golkar, Dapil DKI Jakarta II), Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi yaitu Dr Elly Yuliawati, M.Si, Joseph sebagai perwakilan dari Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) dan Surya Saputra (Aktor). Acara ini dipandu oleh Moderator Dr Suraya, M.Si. (Dosen Universitas Mercu Buana).

Isi materi webinar terdiri dari :

1. Pemaparan ibu Christina Aryani menjelaskan secara garis besar tentang fungsi DPR terkait pengawasan peredaran Sinetron di Indonesia. Setelah itu landasan Undang-Undang apa saja yang menjadi amanat yang perlu diperhatikan dalam mengawasi peredaran Sinetron di Indonesia. Penjelasan berlanjut pada perbedaaan antara fungsi DPR, KPI dan LSF RI.

Kemudian, penjelasan upaya yang dilakukan DPR dalam memberhentikan program sinetron Zahra akhir akhir ini karena dinilai merendahkan martabat perempuan. Dan juga penjelasan Upaya DPR RI dalam melakukan pengawasan terhadap kualitas program sinetron di Indonesia diantaranya Melakukan verifikasi data dan laporan pengaduan masyarakt, konferensi pers, kunjungan kerja ke pihak terkait, pola sinergisitas hubungan dengan masyarakat melalui kampanye upaya sensor mandiri, melakukan rapat dengar pendapat dengan penerimaan aspirasi dari Remotivi yaitu lembaga studi dan pemantauan media yang berdiri pada 2010.

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

2. Pemaparan dari Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana yaitu Dr. Elly Yuliawati, M.Si yang memberikan kritik bermakna kepada kualitas sinetron Indonesia sejauh ini dikaitkan pada perspektif sosial komunikasi budaya. Kritik atau Krenein atau Kritikos adalah ancaman atau tanggapan yang diberikan seorang, sekelompok orang atau organisasi sebagai bentuk analisis dan evaluasi atas objek atau stimulus tertentu. Kritik tidak selalu sama diartikan dengan proses menjatuhkan tapi juga dapat dianggap sebagai proses membangun untuk perbaikan di masa depan. Secara garis besar, Dr. Elly Yuliawati mengkritik sinetron Indonesia dengan merujuk berbagai sumber baik surat kabar atas tanggapan artis tertentu, kritik dari meme penggiat media sosial dan kritik dari pendengar radio. Kritik tersebut dibagi atas beberapa jenis yaitu Sinetron Indonesia cenderung LATAH untuk mengikuti jejak alur dan latar cerita dari keberhasilan sinetron sebelumnya yang sudah ada baik tren dari dalam negeri maupun dari luar negeri, yang sedang “viral” di masyarakat. Selanjutnya perkara CINTA selalu menjadi konflik yang dibicarakan dalam sinetron itu, sehingga monoton dan tak ada unsur baru yang dapat diangkat dalam sinetron itu. DURASI yang sebenarnya cerita dalam sinetron tersebut dapat diselesaikan lebih cepat namun karena penilaian rating dan share tinggi, maka sengaja diulur alur cerita dan menjadi membosankan serta cerita dibuat menjadi aneh dan cenderung menjadi tidak masuk akal. Selanjutnya adalah IKLAN, ketika sinetron tersebut memasukkan unsur iklan di dalamnya dengan tidak senatural mungkin dan kadang durasi episode menjadi habis karena lebih banyak iklannya dibandingkan isi cerita sinetronnya itu sendiri. LEBAY yaitu dalam memvisualisasikan suatu emosi, sang aktris atau aktor cenderung BERLEBIHAN didukung dengan sound effect dan gimmick yang terlalu tidak wajar. Contohnya mata super melotot dengan suara hati yang begitu bengis dan terdengar lantang dengan dukungan sound effect yang kencang.

(16)

Perspektif komunikasi menyatakan bahwa sinetron dapat dianggap sebagai simbol tertentu yang mengandung konstruksi realitas tertentu untuk dipersepsi penontonnya dan mempengaruhi perubahan sosial. Masyarakat dan budaya saling berinteraksi dan mempengaruhi satu dengan lainnya.

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

3. Pemaparan yang dilakukan bapak Joseph sebagai perwakilan dari Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI). Pada webinar ini bapak Joseph mengkampanyekan tentang budaya ‘Sensor Mandiri’ yaitu sikap sadar memilih dan memilah tayangan film sesuai umur dan kebutuhan untuk diproduksi, ditonton atau digunakan. Lembaga Sensor Film dengan wewenangnya membantu masyarakat untuk menonton sesuai golongan atau klasifikasi film itu sendiri yaitu yang terdiri dari SU (semua umur) berarti semua usia boleh menonton lalu 13+ berarti program ini memerlukan pendampingan dan boleh ditonton untuk orang yang khusus berusia 13 tahun ke atas, selanjutnya ada golongan 17+ yang berarti program ini dapat ditonton oleh orang yang berusia 17 tahun ke atas dan yang ke empat 21+ yang berarti program

(25)

ini konten dewasa yang dapat ditonton oleh orang yang sudah berusia 21 tahun ke atas. Tak bisa dipungkiri, perkembangan dunia film ini juga akan mempengaruhi pemasukan ekonomi kreatif yang berguna bagi pemasukan negara. Oleh karena itu, LSF RI membedakan fungsinya dengan badan badan pengawas lain sebagai Badan yang dapat meloloskan suatu adegan atau memotong adegan film tertentu, memberikan klasifikasi golongan tertentu pada suatu film dan fungsi ketiga yaitu sebagai badan yang meneliti kesesuaian adegan dengan latar atau setting yang dipertunjukkan termasuk rasionalitas judul, tema, adegan, sulih suara dan terjemahan teks jika film itu berasal dari luar negeri ataupun bermuatan budaya luar negeri.

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

Berikut bukti kehadiran penulis dalam webinar ini yang diadakan pada Rabu, 30 Juni 2021 :

Robbikal Muntaha Meliala (Penulis Laporan) sedang memperhatikan pemaparan materi dari narasumber 1 yaitu Christina Aryani, S.E, S.H, M.H pada webinar yang diadakan Rabu

(30/6/2021).

(34)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sinetron merupakan singkatan dari Sinema Elektronik. Sinematografi dalam konteks ini merupakan karya audio visual bermuatan seni tata panggung dan penyutradaraan yang dibuat dalam menyuarakan pesan atau aspirasi tertentu dan disajikan kepada masyarakat sebagai produk seni dan budaya. Sinema ini disajikan dalam periodisitas tertentu kepada masyarakat dan mengangkat suatu cerita kehidupan tertentu. Di luar negeri seperti Amerika menyebut sinetron sebagai opera sabun.

Kehadiran sinetron di Indonesia secara teknikal dari tahun ke tahun mengalami perbaikan untuk mewarnai televisi masyarakat Indonesia. Namun, secara esensi pesan dan alur cerita kian mendapat banyak kritik dari penggiat perfilman dan masyarakat. Hal ini disinyalir karena industri sinetron saat ini hanya mendewakan rating dan share saja sebagai tolak ukur keberhasilan program.

Sehingga di suatu masa jika satu sinetron sudah mendapat rating dan share yang tinggi, dengan sengaja sutradara dan rumah produksi mengulur alur cerita agar selalu dapat menemani pemirsa di rumah. Permasalahan terjadi ketika alur cerita menjadi aneh. Tidak realistis lagi (terlalu dipaksakan) kadang melampaui pemikiran logika dan akal sehat. Hal ini dilakukan seakan sebagai representasi rumah produksi dan stasiun televisi terlalu komersial dengan menggeser nilai idealisme sehingga muatan pesan moral dan edukasi menjadi nihil.

Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia hadir sebagai pengawas atau regulator peredaran sinetron di Indonesia. LSF RI juga sebagai bentuk kepanjangan tangan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang seharusnya dapat menjamin kualitas sinetron Indonesia agar selalu sejalan dengan amanat Undang Undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Amanat itu termaktub dalam menyajikan kualitas program penyiaran sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, selain juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan.

3.2 Saran

Saran yang dapat diajukan dari kegiatan ini adalah perlunya diadakan upaya webinar berkelanjutan dengan tema industri penyiaran lainnya seperti pembajakan film dan eksplorasi karya film pendek Indonesia di masa depan.

Saran bagi penyelenggara adalah diharapkan dapat membuat kegiatan webinar praktis lain dalam pembagunan industri penyiaran di Indonesia. Acara tersebut seperti pelatihan teknik penyutradaraan secara gratis atau pelatihan penulisan scenario secara gratis kepada komunitas atau sekolah sekolah tertentu.

(35)
(36)

SURAT TUGAS

2280/D.01/LPPM-UBSI/VI/2021 Tentang

Webinar 30 Juni 2021 Lembaga Sensor Film

TEMA :

Upaya dan Strategi Meningkatkan Kualitas Sinetron Indonesia Menimbang : 1. Bahwa perlu di adakan pelaksanaan Seminar dalam rangka Seminar.

2. Untuk keperluan tersebut, pada butir 1 (satu) di atas, maka perlu dibentuk Peserta Seminar.

MEMUTUSKAN

Pertama : Menugaskan kepada saudara yang tercantum sebagai Peserta Robbikal Muntaha Meliala S.Sos, M.I.Kom

Kedua : Mempunyai tugas sbb:

Melaksanakan Tugas yang diberikan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapata kekeliruan akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Jakarta,23 Juni 2021

LPPM Universitas Bina Sarana Informatika Ketua

Taufik Baidawi, M.Kom

Tembusan

- Rektor Universitas Bina Sarana Informatika - Arsip

- Ybs

(37)

SERTIFIKAT

Nomor : LSF-0014221P Diberikan kepada

Robbikal Muntaha Meliala

Atas partisipasinya sebagai

Peserta

Dalam kegiatan Webinar “ Upaya dan Strategi Meningkatkan Kualitas Sinetron Indonesia ” pada hari Rabu, 30 Juni 2021

Jakarta, 30 Juni 2021 Ketua

Lembaga Sensor Film

Rommy Fibri Hardiyanto

Referensi

Dokumen terkait

Maka dalam pengabdian masyarakat ini kami tim pengabdian masyarakat Universitas Mercu Buana melakukan sosialisasi Sistem Penggunaan Financial Technology (Fintech) pengguna

Pengabdian masyarakat dilakukan melalui kegiatan webinar pada bulan Desember. Sasaran pengmas adalah pengasuh dosen dalam ruang lingkup Universitas Megarezky, Mahasiswa dan

Maka dalam pengabdian masyarakat ini kami tim pengabdian masyarakat Universitas Mercu Buana melakukan literasi manajemen keuangan dan investasi saham melalui

Dalam kegiatan webinar ini bertujuan memperkenalkan tentang kampus UNTAR kepada SMA Immanuel. Kegiatan webinar ini dilaksanakan melalui Zoom dan didampingi oleh guru dari

Civitas akademika yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957 bekerja sama untuk mengadakan webinar pada kegiatan abdimas

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dalam bentuk webinar (ceramah) dengan sasaran utama adalah ahli gizi, penjamah makanan di RS, dan mahasiswa Jurusan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui 5 kali webinar ini mampu memberikan kontribusi langsung bagi pendidikan Indonesia melalui desain materi pembelajaran

Maka dalam pengabdian masyarakat ini kami tim pengabdian masyarakat Universitas Mercu Buana melakukan sosialisasi Sistem Penggunaan Financial Technology (Fintech)