• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses tanpa akhir yang diupayakan oleh siapapun.

terutama (sebagai tanggung jawab) negara. Sebagi upaya untuk meninggkatkan kesadaran dan ilmu pengetahuan. pengetahuan telah ada seiring dengan lahirnya peradapan manusia. R.S Peters dalam bukunya The Philosophy of Education menandaskan bahwa pada hakikatnya pendidikan tidak mengenal akhir karena kwalitas kehidupan manusia terus meningkat Soyomukti ( 2010 : 29 ).

Pendidikan sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada, dan dengan kata lain pada dasarnya pendidikan merupakan usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawabnya membimbing anak-anak didik menjadi kedewasaan Syagala ( 2010 : 3 - 4 )

Dari maknanya yang sempit pendidikan identik dengan sekolah. Berkaitan dengan hal ini, pendidikan adalah pengajaran yang diselengarakan di sekolah sebagai lembaga tempat mendidik (mengajar). Pendidikan merupakan segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja (usia sekolah) yang diserahkan kepadanya (sekolah) agar mempunyai kemampuan kognitif dan kesiapan mental yang sempurna berkesadaran maju yang berguna bagi mereka untuk terjun ke masyarakat sebagai individu maupun makluk sosial Soyomukti ( 2010 : 40 )

Pendidikan SD sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai

peranan yang amat penting dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia

(SDM). Karena pada dasarnya pendidikan merupakan usaha pengembangan

sumber daya manusia. Melalui pendidikan di sekolah dasar, diharapkan dapat

menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas tujuan pedidikan nasioanal

(2)

tidak akan dapat terealisasikan apabila tidak diimplementasikan dalam setiap jenjang dan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan itu, maka melalui pendidikan formal didirikan sekolah-sekolah salah satunya Sekolah Dasar.

Pendidikan Sekolah Dasar tidak lagi semata-mata berfungsi sebagai sarana sosialisasi, melainkan sudah harus dapat menumbuhkan potensi anak didik yang nantinya mampu berperan sebagai pengubah masyarakat. Potensi tersebut perlu ditumbuh kembangkan selama pembelajaran di tingkat pendidikan berikutnya, untuk perkembangan pendidikan pada umumnya bahkan untuk pembangunan. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam pembangunan. IPA sebagai dasar teknologi, dapat disebut sebagai tulang punggung pembangunan. Jadi, kesejahteraan bangsa sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pembelajaran IPA dalam proses pendidikan. IPA dapat melatih anak berfikir kritis dan objektif. IPA dapat membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasannya dan pemahamannya tentang alam dan seisinya yang tak habis-habisnya. Dengan adanya pembelajarn IPA untuk SD membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu peserta didik secara alamiah.

Pendidikan IPA Sekolah Dasar pada situasi sekarang ini perlu

menyesuaikan dengan kondisi di lingkungan siswa. Untuk memngembangkan

potensi di perlukan adanya kerjasama guru dan murid dalam proses

pembelajaran. Guru merupakan sosok pendidik dan pengajar yang menyentuh

kehidupan pribadi siswa, oleh siswa sering kali dijadikan tokoh tauladan,

bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. jika guru mampu menjadi sumber

inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi

kekuatan anak didik untuk mengejar cita-cita besarnya di masa depan. Oleh

karena itu, kehadiran guru dalam proses pembelajaran memegang peranan

yang sangat penting belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder

ataupun computer yang paling modern sekalipun. Dalam proses

pembelajaran, guru hendaknya memiliki strategi agar siswa dapat belajar

secara sefektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Metode

pembelajaran stu arah tentu kurang relevan dengan situasi yang ada pada sat

(3)

ini. Pendekatan yang sesuai adalah pembelajaran yang mencangkup kesesuaian antara situasi belajar anak dengan situasi kehidupan di masyarakat.

Pembelajaran dikatakan baik, apabila siswa belajar dengan pengalaman lagsung. Dimana siswa mendapatkan sebuah pengalaman dari proses pembelajaran tersebut salah satunya berupa prestasi belajar yang baik. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Jean Peaget bahwa tahap perkembangan anak SD (7-12 tahun) pada umumnya mereka berfikir atas dasar pengalaman kongkret/ nyata Hendro Darmojo dan Jenny R. E Kligis ( 1992 : 19 )

Siswa akan mendapat prestasi yang baik, jika selama proses pembelajaran dapat memahami materi dengan baik. Keberhasilan mememahami materi sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Ketika siswa siswa ikut berpartisipasi aktif, baik itu aktif mental, aktif fisik, maupun aktif sosial, kesempatan untuk memahami materi sangatlah besar bagi siswa. Keberhasilan juga dapet diperoleh dari proses pembelajaran tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Artinya segala aktivitas guu dan siswa selama pembelajaran tetap berorientasi pada tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru, pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas IV SDN 1 Tumang pada umumnya guru mengunakan metode ceramah yg berpusat pada guru. Siswa masih mendengarkan materi dan mencatat hal-hal yang terpenting dalam materi.

Untuk pemahaman sesekali guru mengunakan model berdiskusi, namun

merasa kesulitan untuk membagi kelompok dan mengingat waktu, serta target

pengajaran materi yang ada. Biasanya dalam diskusi hanya siswa yang aktif

satu atau dua anak saja, sedangkan yang lain sibuk sendiri bermain-main

dengan teman yang lain. Selain itu pembelajaran yang dikembangkan bersifat

tekstual dengan buku sebagai sumber pembelajaran yang utama dan kurang

optimalnya pengguunaan sumber belajar maupun media pembelajaran. Hal ini

menunjukan bahwa guru belum mengunakan metode pembelajaran yang

(4)

bervariasi dan sesuai dengan materi yang dipelajari serta yang mengutamakan pengalaman lagsung pada siswa, sehingga pemahaman dalam materi menjadi kurang dan prestasi belajar siswa rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari UTS mata pelajaran IPA yang diperoleh pada semester satu 46% dari jumlah siswaa mendapat nilai kurang dari 70.

Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam proses pembelajaran.

Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa, akan ditentukan oleh penggunaan suatu metode yang dapat dikembangkan agar siswa aktif dalam pembelajaran yaitu metode eksperimen. Metose eksperimen merupakan metode mengajar yang dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu mengamati secara proses. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Dengan keterlibatan fisik, mental dan emosional siswa dalam metode ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan perilaku siswa yang inovatif dan kreatif.

Metode eksperimen merupakan metode yang biasanya diterapkan dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen akan lebih efektif karena disertai dengan percobaan-percobaan untuk menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Menurut Moedjiono dan Damayanti (1993: 77), metode eksperimen patut diterapkan di sekolah-sekolah dasar agar para siswa sekolah dasar sejak dini mengenal dan mampu melaksanakan eksperimen sederhana.

Jika siswa hanya diberikan teori tanpa adnya praktik untuk membuktikan teori kebenaran tersebut, siswa akan mengalami kesulitan untuk mencerna inti pembelajaran. Pengalaman lagsung melalui percobaan-percobaan akan membuat siswa mengerti dan memahami materi yang sedang dipelajari serta membuat pembelajaran yang bermakna karena mereka mengalami sendiri proses-proses tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Penggunaan Metode

(5)

Eksperimen Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 1 Tumang Semester II”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat ditentukan identifikasi masalah sebagi berikut:

1. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan pada umumnya masih berpusat pada guru.

2. Siswa dalam proses pembelajaran IPA masih pasif sebagai penerima informasi.

3. Guru kelas telah menggunakan metode yang mengutamakan pengalaman belajar siswa, diantaranya metode diskusi kelompok tetapi hasilnya belum maksimal.

4. Guru kelas menggunakan metode pembelajaran yang tidak monoton, namun belum terlaksana secara maksimal karena terbentur berbagai kendala antara lain materi pembelajaran yang cukup banyak,sedangkan waktu cukup terbatas, padahal harus mencapai target yang sudah di tentukan kurikulum.

5. Masih ada beberapa siswa yang menggunakan waktu pembelajaran tidak sebagai mana mestinya.

6. Kemandirian siswa dalam pembelajaran kurang optimal.

7. Prestasi belajar IPA siswa kelas 4 SDN 1 Tumang masih rendah karena akibat kurang memahami materi.

8. Pembelakaran IPA belum mengunakan metode pembelajaran yang

bervariasi dan sesuai dengan materi pembelajaran.

(6)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini hanya dibatasi mengenai pengaruh pengunaan metode eksperimen terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas 4 SDN 1 Tumang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan sebagi berikut yaitu ”Bagaimana pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas 4 SDN 1 Tumang?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengunaan metode eksperimen terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas 4 SDN 1 Tumang.

F. Manfaat Penelitian

Maanfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi Siswa

Dapat mempermudah bagi siswa dalam belajar IPA dengan mengunakan metode eksperimen.

2. Bagi Guru

Menambah pengetahuan guru mengenai metode eksperimen dan dapat mengaplikasikan metode tersebut dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat memperoleh pengalaman langsung melalui metode eksperimen.

3. Bagi Sekolah

Dapat digunakn sebagai bahan informasi dan kajian untuk melakukan penelitian leZbih lanjut mengenai metode eksperimen dalam kegiatan pemebalajaran.

4. Bagi Peneliti

Mendapat pengalaman menerapkan metode pembelajaran yang dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa Sekolah Dasar.

(7)

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Metode Eksperimen

Metode eksperimen yang dimaksud pada penelitian ini merupakan metode mengajar yang melibatkan peserta didik untuk melakukan, mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan tersebut, dengan lagkah- langkah pelaksanaan metode eksperimen pada penelitian ini antara lain:

a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen yang akan dibuktikan melalui eksperimen.

b. Perlu menerangkan alat, bahan yang digunakan dalam percobaan, memperhatikan hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan perlu di catat saat percobaan.

c. Guru mengawasi dan memberikan saran atau pertanyaan yang menunjang selama jalannya eksperimen.

d. Siswa mendiskusikan hasil eksperimennya di depan kelas.

2. Prestasi Belajar IPA

Prestasi Belajar IPA pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa berupa

skor atupun nilai setelah mengerjakan tes mata pelajaran IPA materi tentang

Daur Hidup Makluk Hidup dan Wujud benda beserta Sifatnya.

Referensi

Dokumen terkait

Stations) pada stasiun data kampus baru Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Gowa yang dioperasikan sejak bulan Agustus 2013 hingga sekarang. Pengolahan dan

Tetapi bila rangkaian yang diselesaikan mempunyai lebih dari dua loop, pemakain analisis arus cabang mulai mengalami kesulitan, karena jumlah persamaan yang terjadi

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN PT BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar.. UPI:

Akidah Akhlak) dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa di SMA Ulul Albab Sepanjang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, sedanglcan

Bank Mandiri KCP Jkt Gatot

Rangkuti (2002, h.31) mengatakan bahwa nilai produk didefinisikan sebagai pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu produk, yang didasarkan pada persepsi konsumen atas apa

 Pilihlah SATU dari pernyataan berikut yang berkaitan dengan Dipper yang akan memberikan provisi lingkungan seperti yang didefinisikan oleh IAS37 Provisions,. contingent